• Tidak ada hasil yang ditemukan

`BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "`BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

12

`BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan pencapaian siswa pada setelah melakukan kegiatan pembelajaran untuk melihat sejauh mana pencapaian yang diperoleh siswa setelah menerima pelajaran. Guru menentukan strategi untuk meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu hasil belajar yang ditargetkan oleh guru dapat tercapai.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa diklasifikasikan menjadi beberapa hal.

Menurut Uno (2006:21), hasil pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu 1) keefektifan, 2) efisiensi, 3) daya tarik.

Hasil belajar yang diperoleh pada saat posttest diperoleh setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar yang diperoleh pada posttest akan menunjukkan pengaruh model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan minat siswa, guru harus memiliki strategi dalam proses mengajarnya. Model pembelajaran berbasis masalah mengarahkan siswa untuk mencari masalah di sekitar mereka untuk kemudian dicari pemecahan masalahnya.

Menurut Howard Kingsley dalan Sudjana (2013:45), tiga macam hasil belajar yakni: (a) Ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c)

(2)

commit to user

sikap dan cita-cita, yang masing-masing dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri masing-masing siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan sekitar siswa yang mempengaruhinya.

Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut Djemari (2012:2) Hasil belajar peserta didik merupakan pencapaian belajar atau prestasi belajar. Pencapaian hasil belajar bergantung pada siswa dalam menerima pembelajaran di kelas. Siswa yang menerima pelajaran dengan baik tentu hasil belajar yang dicapai juga memuaskan, sedangkan dalam menerima pelajaran tidak berjalan dengan baik akan kurang maksimal nilai yang diraih. Hal tersebut karena kurangnya pemahaman yang diterima ssaat pembelajaran berlangsung.

Menurut Djemari (2012:13) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Banyak cara untuk mendapatkan nilai guna mengukur hasil belajar untuk menentukan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa juga tidak lepas dari penilaian selama proses belajar berlangsung dimana guru menilai keaktifan siswa dalam bertanya jawab dan menilai motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.

2. Kesiapsiagaan Siswa

Geografi menguraikan tentang fenomena alam dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Bencana tsunami yang terjadi mengancam kehidupan manusia,

(3)

commit to user

oleh karena itu perlu adanya upaya pengurangan resiko bencana untuk meminimalisir kerusakan dan korban jiwa. Oleh karena itu perlu adanya kesiapsiagaan, terutama bagi siswa sebagai penerus bangsa.

Indonesia sebagai negeri rawan bencana banyak terjadi bencana yang mengancam keberlangsungan kehidupan manusia. Definisi bencana menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008:2) mengungkapkan bahwa:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang baik disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana yang terjadi di Indonesia cukup banyak berakibat pada jatuhnya korban jiwa serta kehilangan harta dan benda yang dimilikinya. Bencana yang dialami Indonesia seperti sudah menjadi tradisi, bencana yang terjadi seperti: banjir, kebakaran, kekeringan, gempa bumi, tsunami. Untuk menghadapi ancaman yang terjadi di Indonesia, perlu adanya kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan dapat mengurangi resiko bencana yang ditmbulkan.

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kesiapsiagaan harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Hal ini akan lebih efektif untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana tsunami.

(4)

commit to user

Menururt United Nations International Strategy for Disaster Reduction, Disasters pose a tremendous threat to the achievement of universal primary education in most disaster-prone countries. Bencana alam yang rawan terjadi pada kawasan sekolah dapat menjadi kendala bagi kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsuing. Sekolah yang berada dekat dengan pesisir yang tergolong rawan bencana tsunami juga harus mendapat perhatian serius untuk meminimalisir korban bencana tsunami. Menurut KPB (2011:5), ...sekolah merupakan ‘ruang publik’

dengan tingkat kerentanan tinggi.

Kegiatan pengurangan risiko bencana lebih efektif dilakukan secara terus- menerus dengan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan pihak sekolah.

Langkah-langkah kecil dinilai lebih efektif sebab lebih rinci dan terarah dengan melakukan kegiatan tersebut di sekolah untuk menjaga keselamatan siswa dan seluruh warga sekolah, karena apabila dilakukan sekaligus pengurangan risiko bencana tidak akan efektif.

Siswa termasuk kelompok rentan terhadap bencana alam sebab siswa merupakan generasi penerus untuk masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya kesiapsiagaan bagi siswa dalam pengurangan risiko bencana.Didalam perumusan hasil penelitian kesiapsiagaan siswa, paremeter yang digunakan peneliti adalah parameter dari LIPI yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kesiapsiagaan

Parameter Variabel Indikator

Sikap dan Tindakan

Pemahaman tentang Bencana Alam

- Bencana Tsunami, Tanda, Gejala Pemahaman tentang

kerentanan bangunan fisik

- Bangunan yang rentan bencana tsunami

Sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana

- Sosialisasi mengenai bencana - Meningkatkan kesiapsiagaan

(5)

commit to user Perencanaan

Penyelamatan

Rencana Tanggap Darurat - Penyelamatan Peringatan

Becana

Sistem peringatan Bencana - Peta Rawan Bencana - Sirine

- Menginformasikan adanya bencana

Mobilisasi Sumber Daya

Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personnel dan relawan, keterampilan dan Keahlian

- Peran serta siswa dalam pengurangan risiko tsunami dengan evakuasi

Sumber: diadaptasi dari Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana, LIPI-UNESCO/ISDR, 2006

Salah satu bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana tsunami.

Bencana tsunami adalah gelombang laut yang terjadi salah satunya akibat gempa bumi besar. Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: pusat gempa bumi terjadi dilaut; gempa bumi memiliki magnitudo besar; kedalaman gempa bumi dangkal; terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut.

Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi risiko bencana tsunami ditingkatkan melalui pengetahuan mengenai penyebab, dampak dan mitigasi bencana yang telah dilaksanakan di Kabupaten Pacitan. Mitigasi bencana merupakan upaya mengurangi resiko bencana. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) berwenang dalam mitigasi bencana di Indonesia.

Penelitian ini mengarah pada kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana tsunami melalui pengetahuan megenai penyebab, dampak, dan mitigasi bencananya.

(6)

commit to user

Menurut Pasal 4 Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, BNPB bertujuan: (a) memberikan perlindungan kepada masyarakat dariancaman bencana; (b) menyelaraskan peraturan perundang- undangan yang sudahada; (c) menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh; (d) menghargai budaya lokal; (e) membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta; (f) mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan (f) menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pendidikan kebencanaan di sekolah dinilai penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi ancaman bencana yang beresiko didaerahnya. Menurut KPB (2011:6), Warga sekolah adalah semua orang yang berada dan terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar: murid, guru, tenaga pendidikan dan kepala sekolah. Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami yang dilakukan adalah dengan pengurangan risiko bencana tsunami di sekolah. Upaya ini dapat meminimalisir korban jiwa pada siswa dengan dimasukkan materi ajar SMA Kelas X pada kompetensi dasar 3.2 Menganalisis mitigasi dan adaptasi bencana alam dengan kajian geografi, 4.3 Menyajikan contoh penerapan mitigasi dan cara beradaptasi terhadap bencana alam di lingkungan sekitar.

3. Tsunami

Indonesia berada pada pertemuan lempeng yang menyebabkan gempa bumi dan bencana tsunami. Menurut Ramya And Palaniappan (2011:65):

A Tsunami is a very long-wavelength wave of water that is generated by earthquakes that causes displacement of the seafloor, but Tsunami can also be generated by volcanic eruptions, landslides and underwater explosions. Earthquakes of M > 6.5 are critical for tsunami generation.

(7)

commit to user

Bencana tsunami yang merupakan gelombang besar akibat adanya gempa bumi dengan kekuatan diatas 6,5 Skala Richter. Selain disebabkan karena gempa bumi, bencana tsunami juga bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti erupsi gunung api yang terjadi di lautan dan longsor didasar laut serta ledakan yang terjadi dibawah permukaan laut.

Bencana tsunami disebabkan karena beberapa hal yang terjadi didasar laut.

Menurut BAKORNAS PB (2007:59), penyebab terjadinya tsunami adalah Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau), Tanah longsor di bawah tubuh air/laut, Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.

Menurut Baranova., et. al (2015:215), The structuring and initial configuration of the tsunami source area depends primarily on the character and the dynamics of crustal and sedimentary displacements within the earthquake source region.

Gejala dan Peringatan dini Tsunami menurut BAKORNAS PB (2011:60) adalah sebagai berikut:

- Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat

- Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempabumi besar dan susut laut.

- Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber Tsunami dan waktu tiba Tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan Tsunami.

- Metode untuk pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi.

- Di Indonesia pada umumnya Tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempabumi besar di bawah laut.

Gelombang laut dengan massa yang sangat besar dengan kecepatan yg sangat besar merupakan tanda datangnya bencana tsunami. Gempa bumi dengan

(8)

commit to user

kekuatan yang besar menjadi salah satu tanda datangnya bencana tsunami.

Gempa bumi dan tsunami tidak terjadi secara bersamaan, terdapat selang beberapa waktu setelah gempa bumi besar terjadi.

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Materi yang berupa konsep-konsep dapat membuat siswa kurang fokus pada materi pembelajaran. Siswa akan mudah jenuh dengan terasa lamanya jam pelajaran dikelas. Berbeda dengan siswa praktek sendiri dalam membahas suatu permasalahan. Pembelajaran akan lebih menarik apabila guru memberikan materi sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi disekitar siswa. Pembelajaran berbasis masalah akan membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Sehingga para siswa tidak hanya membayangkan permasalahan, tetapi juga mengamati langsung melalui media cetak, elektronik maupun terjun langsung ke lapangan.

Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa untuk berpikir kritis karena langsung membahas permasalahan kemudian dicari solusinya. Hal ini akan membuat pengetahuan yang diterima siswa akan terekam oleh ingatan lebih lama.

Pada mata pelajaran geografi ini, siswa diberikan pembelajaran dengan kondisi Teluk Pacitan yang rawan bencana Tsunami sebagai basis pembelajarannya.

Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan permasalahan.

Menurut Salinitri., dkk (2016:76):

The role of the facilitator in PBL is to act as a guide to help students construct their own knowledge through metacognitive questioning that leads to greater understanding. Facilitators need to create a collaborative and cooperative learning environment with free discourse within their small group.

Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa dapat membangun pengetahuannya.

(9)

commit to user

Dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami materi yang kemudian dapat dicapai tujuan pembelajaran. Guru juga harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang kolaboratif dan kooperatif.

Berikut ini adalah sintak model pembelajaran Problem Based Learning menurut Huda (2013:272-273):

1. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah.

2. Siswa mediskusikan masalah dalam tutorial Problem Based Learning dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya.

Kemudian mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

3. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyarakat dan observasi.

4. Siswa kembali pada tutorial Problem Based Learning, lalu saling sharing informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.

5. Siswa menyajikan solusi atas masalah.

6. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review

(10)

commit to user

pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses tersebut.

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning harus diawali dengan menyadari permasalahan yang ada disekitar. Menyadari masalah yang terjadi disekitar akan menuntut siswa untuk merumuskan permasalahan yang akan dikaji. Kemudian siswa harus merumuskan hipotesis agar siswa dapat menentukan sebab akibat yang kemudian dapat menyelesaikan masalah. Setelah itu siswa mencari data guna menyelesaikan masalah, sebab proses berpikir ilmiah ini harus didasarkan data yang ada. Kemudian siswa menentukan hipotesis diterima dan ditolak untuk mencari hubungan dengan masalah yang dikaji. Pada tahap akhir, siswa menentukan pilihan untuk menyelesaikan masalah.

Model pembelajaran Problem Based Learning diterapkan pada mata pelajaran geografi terutama pada materi mitigasi bencana karena untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi ancaman bencana tsunami maka terlebih siswa harus memahami permasalahan yang ada didaerahnya. Siswa harus memahami kondisi fisik dari Teluk Pacitan yang rawan bencana tsunami, dengan begitu siswa akan mulai memahami cara mitigasi untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan.

5. Model Pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran Problem Solving merupakan model pembelajaran guna mencari penyelesaian dari suatu masalah. Permasalahan yang sedang dihadapi diselesaikan oleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving Learning. Pada mata pelajaran geografi, model pembelajaran Problem Solving Learning bisa diterapkan di materi Mitigasi Bencana. Risiko bencana di

(11)

commit to user

Teluk Pacitan menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah daerah dan tentunya bagi siswa yang berada di kawasan bencana tsunami, misalnya pada Madrasah Aliyah Negeri Pacitan yang letaknya dekat dengan Teluk Pacitan.

Kemudian siswa menyelesaikan permasalahan dengan mencari solusi untuk mengurangi resiko bencana tsunami.

Menurut John Dewey dalam Kartawidjaja (1988) metode Problem Solving terdiri atas 5 langkah yaitu:

1. Merumuskan masalah 2. Membuat hipotesis tentatif

3. Menyimpulkan, menilai, mengorganisir dan menginterpretasi data 4. Membuat kesimpulan

5. Mengetes kesimpulan

Kelemahan model pembelajaran Problem Solving menurut Kartawidjaja (1988) adalah sebagai berikut:

(1) Siswa lebih lama bisa mengingat dan memahami bahan pelajaran karena ia terlibat langsung secara aktif; (2) metoda ini memungkinkan siswa mengenal model yang bisa dipakai untuk memecahkan masalah yang dihadapinya di masa datang; (3) metoda ini mendorong belajar kognitif tingkat tinggi dan afektif; (4) metoda ini mengembangkan rasa tanggung jawab pada siswa; (5) metoda ini meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa; (6) siswa menggunakan banyak bahan dan sumber, bukan hanya sekedar buku teks saja; (7) ketika sampai pada kesimpulan, siswa belajar bagaimana berfikir secara mandiri.

Kelemahan model pembelajaran Problem Solving menurut Kartawidjaja (1988) adalah sebagai berikut:

(1) Seringkali bahan dan sumber sukar didapatkan; (2) membutuhkan banyak waktu; (3) kemungkinan siswa menjadi pasif jika terus berpendapat bahwa bahan studi yang paling sulit adalah permasalahan; (4) guru harus benar-benar-benar mempunyai persiapan dalam untuk bahan studi; (5) isu yang kontroversial

(12)

commit to user

mungkin menimbulkan masalah dengan pimpinan sekolah, orang tua atau kelompok masyarakat tertentu; (6) evaluasi belajar siswa sulit dilakukan melalui metoda ini.

Suatu model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan masing- masing dalam penerapannya. Kelebihan model pembelajaran Problem Solving ini menjadi hal positif untuk siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Namun kelemahan model pembelajaran Problem Solving ini juga akan menjadi hal yang negatif dalam pembelajaran siswa.

Ketika penerapan model pembelajaran Problem Solving berlangsung tidak adanya campur tangan dari guru untuk penyelesaian masalah yang sedang dihadapi siswa. Guru diharapkan hanya memfasilitasi siswa dalam proses penyelesaian masalah. Penerapan model pembelajaran ini untuk melihat seberapa besar pengaruhnya dalam pemahaman materi Mitigasi Bencana khususnya bencana tsunami guna meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi ancaman bencana tsunami di Teluk Pacitan. Model pembelajaran Problem Solving merupakan model pembelajaran untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pada mata pelajaran geografi khususnya pada materi mitigasi bencana tsunami, siswa mencari permasalahan yang ada disekitarnya yang berkaitan dengan risiko bencana tsunami.

B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu pada penelitian ini adalah:

1. Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si dengan judul Spasial Modeling Untuk Media Pembelajaran Pengurangan Resiko Bencana Tsunami. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Pacitan. (2) Optimalisasi sosialisasi media pembelajaran mitigasi bencana

(13)

commit to user

gempa dan tsunami pada peserta didik di sekolah. Hasil penelitian yaitu (1) beberapa wilayah di Kabupaten Pacitan merupakan wilayah yang sangat rawan bencana tsunami, seperti Teluk Pacitan Kecamatan Pacitan dan Teluk Taman Kecamatan Ngadirojo; (2) Kabupaten Pacitan juga memiliki wilayah yang tidak rawan bencana tsunami yaitu pada wilayah yang berada pada bagian utara dan tengah sebab tidak berada pada tepi laut sehingga tidak rawan bencana tsunami.

Meskipun Kecamatan Pacitan berada pada Teluk Pacitan yang rawan bencana tsunami, tidak semua wilayah di Kecamatan Pacitan rawan bencana tsunami; (3) jalur evakuasi untuk mengurangi risiko korban jiwa juga dibuat berdasarkan Peta Bahaya Tsunami. Jalur evakuasi ini dibuat pada daerah yanng rawan bencana tsunami di Teluk Pacitan dengan 3 jalur evakuasi yaitu jalur bagian barat, bagian utara dan bagian timur.

2. Nanda Noor Fadjrin, 2015, Eksperimentasi Model Problem Based Learning (PBL) dan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Dimensi Tiga Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif (KBK) Siswa Kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian adalah Ekseprimen Semu. Rancangan penelitian dengan desain faktorial 3x3. Kesimpulan penelitian adalah (1) model pembelajaran PBL menunjukkan prestasi yang lebih baik dari model pembelajaran TGT atau DI;

prestasi belajar model pembelajaran TGT lebih baik dari DI (2) prestasi belajar yang baik dimiliki oleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang atau rendah;

prestasi belajar siswa yg memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang lebih baik

(14)

commit to user

dari yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah (3) terdapat interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada prestasi belajar.

3. Dian Widya Mardiana, 2016, Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Dan Kesiapsiagaan Siswa Menghadapi Risiko Bencana Tsunami Di Pacitan. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini peneliti membandingkan tiga model pembelajaran yang cocok untuk materi mitigasi bencana khususnya mitigasi bencana tsunami sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kesiapsiagaan siswa.

C. Kerangka Berpikir

Madrasah Aliyah Negeri Pacitan merupakan sekolah yang rawan terkena dampak bencana tsunami karena berada dekat dengan Teluk Pacitan. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, Problem Solving dan Konvensional (Ceramah) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan masalah nyata dalam pelaksanaannya, sedangkan problem based learning digunakan untuk memecahkan masalah. Ketiga model pembelajaran yang diterapkan pada kelas yang berbeda akan menentukan hasil belajar siswa dan kesiapsiagaan siswa yang kemudian dibandingkan untuk menemukan model pembelajaran paling efektif untuk materi mitigasi bencana tsunami.

(15)

commit to user

Gambar 2. Kerangka Berpikir Madrasah Aliyah Negeri Pacitan

Lokasi Penelitian

Rawan Bencana Tsunami

Problem Based Learning

Problem Solving

Kelas Kontrol

Kelebihan:

1. Siswa lebih

memahami masalah 2. Siswa berfikir kritis

Kekurangan : Membutuhkan waktu yang

lama untuk menentukan pemecahan masalah

Kelebihan:

Siswa dapat memecahkan masalah

Kekurangan : Membutuhkan waktu yang

lama

Kelebihan:

1. Guru menguasai kelas 2. Waktu lebih efektif

Kekurangan : Siswa menjadi kurang

aktif

Hasil Belajar dan

Kesiapsiagaan Siswa

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar dan Kesiapsiagaan Menghadapi Risiko Bencana Tsunami

Di Pacitan

(16)

commit to user D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan yang lebih baik hasil belajar siswa antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, Problem Solving dan Konvensional.

2. Ada perbedaan yang lebih baik kesiapsiagaan siswa antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, Problem Solving dan Konvensional.

3. Hasil belajar pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dari model pembelajaran Problem Solving.

4. Kesiapsiagaan siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dari model pembelajaran Problem Solving.

5. Hasil belajar pada penerapan model pembelajaran Problem Solving lebih efektif dari model pembelajaran konvensional.

6. Kesiapsiagaan siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Solving lebih efektif dari model pembelajaran konvensional.

7. Hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dari model pembelajaran Konvensional.

8. Kesiapsiagaan siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dari model pembelajaran Konvensional.

Referensi

Dokumen terkait

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.