48
BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Banjoemas History Heritage Community (BHHC)
Awal mula terbentuknya komunitas sejarah ini dimulai tahun 2008 ketika founder, Jatmiko Wicaksono, pindah ke Purwokerto dan karena beliau mempunyai hobi fotografi terutama memfoto gedung-gedung besar dan ikonik, kemudian beliau mencoba selain memotret juga mencari sejarahnya. Suatu saat bangunan-bangunan yang telah di foto tersebut ternyata menghilang, akhirnya Jatmiko mencari narasi sejarahnya dari setiap foto-foto milikinya. Hal itu beliau lakukan agar sebuah gedung tua mempunyai nilai lebih. Dengan begitu orang akan enggan untuk menghancurkannya. Beliau pun menuliskan cerita-cerita tentang sejarah sebatas tulisan masa lalu seperti sejarah cerita gedung tua di sebuah web blog yang ternyata tulisannya diikuti oleh banyak orang.
Pada tanggal 11 November 2011, Jatmiko Wicaksono bersama dengan followersnya: Hilmy Nugraha, M. Risky, Mahbub, dan Irwan membentuk sebuah organisasi yang bernama Banjoemas History Heritage Community. Wilayah cakupannya adalah Banyumas Raya atau eks Karesidenan Banyumas, karena sejarah lokal Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap adalah satu kesatuan dan bila dipisah menurut region Kabupaten maka tidak akan lengkap.
Berikut susunan kepengurusan BHHC yang dibentuk tanggal 10 Agustus 2017:
49
Banjoemas History Heritage Community (BHHC) memiliki visi membangun kesadaran sejarah masyarakat Indonesia sehingga tercipta masyarakat yang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan misi membangun informasi dan edukasi kesejarahan melalui program-program kegiatan yang kreatif dan rekreatif dengan: 1) media informasi kesejarahan dan peninggalan yang informatif dan mendidik melalui website www.banjoemas.com sehingga masyarakat luas dapat mempelajari dan menarik kesimpulan analisis dan kritis. 2) kegiatan rekreasi ke tempat bersejarah dan museum sehingga pemahaman sejarah mudah diserap dan diingat. 3) kegiatan edukasi sederhana yang menyenangkan dan menghibur.
50
4.1.1 Kegiatan Banjoemas History Heritage Community (BHHC) Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas BHHC, yaitu:
a) Web blogging dengan membangun media informasi global tentang kesejarahan dan peninggalannya dengan bentuk yang informatif dan mendidik melalui media web blog www.banjoemas.com, sehingga masyarakat luas bisa mempelajari, memahami dan menarik kesimpulan analisis dan kritis dari manapun berada.
Gambar 4. 1 Web blog BHHC
Gambar 4. 2
Contoh artikel yang di tulis pada web blog BHHC
51
b) Blusukan atau kegiatan rekreasi sejarah dimana masyarakat dibawa langsung ke tempat bersejarah bangunan, monumen dan museum sehingga proses pemahaman sejarah dapat diserap dan diingat secara mudah. Seperti kegiatan penjelajahan situs-situs sejarah, wisata ke museum, penelusuran rel kereta dan rel lori.
Gambar 4. 3
Jelajah di stasiun Karangsari (Daop V) untuk peresmian Bangunan Cagar Budaya pada Jumat 27 Mei 2022
bersama dengan Daop V Purwokerto Sumber: @banjoemas_com
52
Gambar 4. 4
Kegiatan Jelajah Banjoemas Tanggal 21 Agustus 2022 dengan tema “Kota Baru Purwokerto”. Foto diambil di
depan RITA Isola, Purwokerto Selatan. Bangunan ini awalnya merupakan Pabrik Gula Purwokerto Tahun 1893-
1935, kemudian menjadi Bangunan Istana Olahraga Jenderal Sudirman (Isola) setelah kemerdekaan.
Sumber: Foto dari BHHC
Gambar 4. 5
Foto ini diambil di rumah Jabatan Bakorwil III tahun 1939- 1942 adalah rumah tempat tinggal Residen Banyumas di
Purwokerto (Residentwoning Poerwokerto).
Sumber: Foto dari BHHC
53
c) Pameran indoor dan outdoor tentang sejarah lokal Banyumas dengan disisipi aksi simpatis cinta sejarah dan pelestarian peninggalannya. Biasanya dilakukan setiap ulang tahun komunitas tanggal 11 November. Terkadang pameran juga dilakukan diluar hari jadi komunitas dengan kondisi tertentu seperti pameran bersama dengan komunitas sejarah lain dan komunitas sepeda onthel di GOR Purwokerto.
Gambar 4. 6
Pameran BHHC Arsip Keluarga di Perpustakan Arsip Daerah dari tanggal 10-14 Oktober 2019
Sumber: Foto dari BHHC
54
Gambar 4. 7
Pameran Foto dan Arsip Sejarah Banyumas Raya tanggal 17-31 Agustus 2022 di The Village Baturraden
Sumber: Foto dari BHHC
Gambar 4. 8
Kunjungan dari Sekolah MA Minat Kesugihan melihat Pameran Foto dan Arsip Sejarah Banyumas Raya tanggal 17-31 Agustus 2022 di The Village Baturraden
Sumber: Foto dari BHHC
d) Diskusi, sharing, mencari, menggali, dan dokumentasi sumber- sumber sejarah lokal dan mengangkatnya dengan tujuan untuk pelestarian sejarah lokal. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka atau secara daring melalui media sosial yaitu YoutTube, Instagram dan aplikasi Zoom metting.
55
Gambar 4. 9
Kegiatan BHHC dipimpin oleh Jatmiko Wicaksono dalam Webinar Jejak pabrik gula di Karesidenan Banyumas
Pabrik Gula Klampok tanggal 19 Juli 2020 Sumber: @banjoemas_com
Gambar 4. 10
BHHC diundang dalam Soft Launching Branding and Focus Group Discussion Kota Lama Banjoemas (Banyumas)
tanggal 10 November 2020 Sumber: Foto dari BHHC
56
Gambar 4. 11
BHHC diundang dalam Rakor dan Diskusi Pemberian Nama Pendopo Kecamatan Banyumas
tanggal 26 Agustus 2022 Sumber: Foto dari BHHC
e) Memetakan lokasi-lokasi bersejarah, bangunan Cagar Budaya sesuai dengan UU No. 11 tahun 2010 mengenai Bangunan Cagar Budaya dan kriteria sesuai analisa BHHC.
Gambar 4. 12
BHHC meninjau dan berdiskusi dengan pemerhati sejarah di nDalem Kepangeranan atau kediaman Pangeran Adipati
Aria Mertadiredja III, bupati Banyumas 1879-1913.
Tanggal 17 Oktober 2020 Sumber: Foto dari BHHC
57
Gambar 4. 13
BHHC melihat bagian dalam Kantor Pos Banyumas yang dibangun pada masa Kolonial Belanda pada tahun 1873,
dulunya bernama Kantor Post en Telegram seperti foto sebelah kanan. Tanggal 17 Oktober 2020
Sumber: Foto dari BHHC
f) Mengikuti Workshop dan lokakarya yang diadakan oleh instansi dan dinas. Yang pernah diikuti yakni, workshop di Borobudur, workshop di Semarang, dan sebagainya.
Gambar 4. 14
BHHC mengikuti Capacity Building Pelaku Budaya di Jalur Rempah oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 25-28 November 2020 Sumber: @banjoemas_com
58
4.1.2 Logo Banjoemas History Heritage Community (BHHC)
Gambar logo menggunakan bunga Wijayakusuma yang berada di tengah melambangkan kemandirian yang berjaya, berbeda dengan kelompok lain namun memperjuangkan kebaikan. Bentuk Pita yang berada di bawah bunga melambangkan persatuan segi empat melambangkan situs bendawi (tangible), sedangkan warna logo yang memakai warna ungu gradasi merah menyiratkan mengungkap rahasia yang belum terungkap. BHHC (Banjoemas History Heritage Community) Komunitas sejarah dan warisan dengan wilayah kerja hanya di wilayah Banyumas Raya (eks karesidenan Banyumas) yang diwakilkan melalui "Banjoemas" menggunakan ejaan lama untuk yang melambangkan luasan wilayah Karesidenan Banyumas pada masa lalu, bukan hanya kabupaten Banyumas.
4.1.3 Media Sosial Banjoemas History Heritage Community
BHHC memiliki beberapa platform media sosial yang digunakan untuk memberikan informasi baik sejarah lokal maupun sejarah nasional baik berupa bangunan atau kebudayaan dengan sasaran pembaca generasi muda. Berikut nama akun BHHC di platform media sosial:
59
a. Instagram: @banjoemas_com dengan pengikut 2.995
Gambar 4. 15
b. Facebook: @Banjoemas Heritage dengan 1ribu pengikut
Gambar 4. 16
60
c. Twitter: @banjoemas dengan pengikut 299
Gambar 4. 17
d. YouTube: @Banjoemas History Heritage dengan subcriber 615
Gambar 4. 18
61 4.2. Strategi Komunikasi BHHC
Dalam konteks komunikasi, menurut Marhaeni Fajar (2009) dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, untuk menyusun strategi komunikasi ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode dan pemilihan media komunikasi. Pada proses menetapkan metode ada dua aspek, yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya ada 2 bentuk, yakni metode redundancy (repetition) dan metode canalizing. Menurut bentuk isinya, ada 4 bentuk yang digunakan yakni metode informatif, metode persuasif, metode edukatif dan metode kursif.
Hasil data yang ditemukan peneliti selama wawancara dengan BHHC mengenai “Strategi komunikasi BHHC membangun kesadaran sejarah pada generasi muda di Banyumas, Jawa Tengah melalui media baru”
menggunakan teori strategi komunikasi menurut Marhaeni Fajar (2009), sebagai berikut:
4.2.1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak adalah usaha menciptakan komunikasi yang efektif, bahwa dalam proses komunikasi khalayak tidak pasif melainkan aktif, sehingga terjadi hubungan saling mempengaruhi antara komunikator dengan komunikan, atau komunikan dengan komunikator. Untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan tercapai hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama pesan, metode, dan media.
Berikut transkrip wawancara dengan founder, Jatmiko Wicaksono, tanggal 11 Juni 2022:
“Yang perlu diperhatikan, yang pertama adalah bagaimana kita mengenal audiens. Audiens kami ya masyarakat Banyumas, khususnya generasi muda. Baik yang hanya membaca artikel saja, maupun yang aktif ikut berdiskusi atau melengkapi informasi di kolom komentar. Di BHHC
62
kami bisa mengenal dan memiliki kedekatan dengan mereka karena sejak awal kami membuka diri untuk menerima informasi-informasi yang diberikan. Jadi, data dan fakta yang telah kami paparkan lewat posting foto dan artikel baik di blog maupun sosial media, tetap kami buka untuk menerima gagasan dan informasi baru sejauh bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa founder sangat memahami strategi awal komunikasi yaitu mengenal siapa target khalayaknya. Hal yang menarik adalah beliau memetakan 3 hal yaitu orang yang membaca artikel, orang yang aktif berdiskusi, dan orang yang aktif meninggalkan komentar. Disini terdapat dua tipe yaitu aktif dan pasif. Menyadari akan hal itu, maka pendekatan pesan menjadi langkah kedua yang harus dilakukan yaitu dengan menyajikan data dan fakta secara naratif melalui tulisan di web blog maupun di sosial media.
4.2.2. Menyusun Pesan
Saat menyusun pesan, perlu diperhatikan tema dan materi yang akan disampaikan sehingga mampu membangkitkan perhatian khalayak. Semua yang diamati oleh khalayak belum tentu membangkitkan perhatian secara terpusat atau menjadi fokus terhadap materi dan tema yang disampaikan. Efektivitas dalam komunikasi bisa berhasil bila dapat membangkitkan perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.
“... kami juga menentukan topik yang akan ditulis. Agar lebih menarik kadang kami kaitkan juga dengan peringatan atau hari-hari penting, dan karena basic saya adalah desain grafis dan animasi maka saya memberikan sentuhan lebih terkait dengan visual di media sosial. Dengan desain grafis itu akan membuat orang lebih tertarik dengan apa yang kita lihat di media sosial.
… Kadang kami juga membahas tentang bangunan lama, rumah bersejarah milik tokoh, dan juga kegiatan-kegiatan BHHC lainnya yang
63
telah kami laksanakan. Intinya, bagaimana agar menarik adalah kami membangun narasi atau menulis artikel yang menarik dan mudah dipahami, mudah dimengerti, namun harus yang mendidik dan bermanfaat gitu. Dan yang pasti, karena bahasan kami seputar sejarah lokal, maka ada unsur kedekatan emosional dan historis juga dengan audiensnya.” (Wawancara dengan, Jatmiko W, tanggal 11 Juni 2022)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam teknik menyusun pesan, BHHC terlebih dahulu menentukan isi pembahasan yang akan ditulis pada media sosial atau web blog. Kadangkala topik postingan menggunakan beberapa strategi khusus yaitu tematik sesuai dengan hari-hari besar atau peringatan tertentu. Postingan media sosial atau web blog juga tidak hanya sesuai dengan tematik dan sesuai hari-hari besar, tetapi bisa juga mengenai fakta-fakta sejarah yang sudah berhasil diketahui oleh BHHC maka akan dipublikasi bersama dengan arsip yang di dapat seperti bangunan lama yang ditemukan, tokoh-tokoh di Banyumas Raya era kolonial Belanda, dan lain sebagainya.
Gambar 4. 19
Sumber: @banjoemas_com
64
Gambar 4. 20
Sumber: @banjoemas_com
4.2.3. Menetapkan Metode
➤ Menurut cara pelaksanaannya:
a. Metode redundancy (repetition)
Adalah cara mempengaruhi dengan jalan mengulang- ulang pesan pada khalayak. Metode ini membuat khalayak lebih memperhatikan pesan yang disampaikan dan lebih banyak menaruh perhatian, dan khalayak tidak akan mudah melupakan hal penting yang disampaikan berulang-ulang.
Berikut kutipan wawancara Jatmiko W, tanggal 11 Juni 2022:
“... namanya juga menyadarkan masyarakat, tentu tidak bisa hanya 1-2 kali saja, namun harus konsisten. Kami mengingatkan
65
terus menerus mengenai sejarah-sejarah lokal yang ada di sekitar mereka atau masyarakat karena peninggalan dan peristiwa sejarah juga bagian dari identitas yang membentuk kita saat ini.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan dalam metode redundancy cara BHHC untuk menyadarkan dan menarik perhatian khalayak atau masyarakat di Banyumas tidak hanya 1-2 kali saja melaikan harus konsisten terus menerus secara bertahap sehingga khalayak atau masyarakat di Banyumas ini mulai mengingat dan mengetahui mana saja bangunan atau arsip yang berharga untuk dijadikan sejarah lokal. Metode pengulangan yang dilakukan BHHC tidak melulu memposting tulisan yang sama, bisa dari fakta terbaru atau dengan kegiatan jelajah, pameran, live streaming Instagram dan YouTube.
Dengan metode pengulangan atau redundancy ini maka metode canalizing menjadi metode langkah selanjutnya untuk lebih memperdalam hasil dari pemahaman khalayak yaitu mengubah pola berpikir dan sikap.
Gambar 4. 21
Sumber: YouTube Banjoemas History Heritage
66 b. Metode canalizing
Cara mempengaruhi khalayak pada permulaan sehingga dapat menerima pesan yang komunikator sampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikiran khalayak ke arah yang komunikator kehendaki.
“Kalau mereka setelah ikut kegiatan BHHC kemudian jadi lebih peduli terhadap warisan budaya dan sejarah keluarganya, kami sudah senang sekali. Dan ini fakta, cukup banyak anggota BHHC yang sebelum gabung tadinya nggak peduli terhadap sejarah keluarganya, tapi setelah gabung dan ikut kegiatan BHHC, pelan-pelan mulai mau belajar, dan mencari sendiri sejarah keluarga dan juga sejarah lokal di tempat dimana dia tinggal.” (Wawancara dengan, Jatmiko W, tanggal 11 Juni 2022)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa metode redundancy berhasil diterapkan sehingga dapat terlihat dari metode canalizing ini, BHHC menemukan fakta dilapangan yakni ternyata dengan adanya kegiatan-kegiatan tentang sejarah yang dilakukan BHHC menghasilkan dampak terhadap pandangan sejarah di masyarakat terutama generasi muda. Dampak yang dihasilkan dari mengubah pola berpikir dan sikap terhadap sejarah terutama sejarah lokal yaitu lebih menjadi peduli dan mau belajar melestarikan sejarah baik yang dari sejarah keluarga sendiri maupun sejarah yang ada dilingkungan tempat tinggalnya.
67
➤ Menurut bentuk isinya:
a. Metode informatif
Suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan.
Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar. Metode ini berisi keterangan, penerangan, berita, dan sebagainya.
“Media sosial BHHC, ada web blog www.banjoemas.com, Instagram @banjoemas.com, FaceBook @banjoemas history heritage, WhatsApp grup jelajah banyumas, YouTube
@banjoemas history. Tujuan kami menulis di web blog dan media sosial, karena ingin berbagi informasi, berbagi cerita tentang tempat-tempat yang punya nilai sejarah dan juga mengenalkan tokoh-tokoh berjasa yang sangat jarang diekspos oleh media.” (Wawancara dengan, Jatmiko W, tanggal 11 Juni 2022)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam metode informatif ini, BHHC lebih memilih menggunakan media baru yaitu web blog dan media sosial untuk menyampaikan fakta-fakta tentang sejarah lokal seperti bangunan-bangunan lama yang ternyata memiliki cerita sejarah yang menarik untuk diungkap, tentang tokoh-tokoh lokal yang memiliki cerita semasa hidupnya di era kolonial Belanda, dan arsip-arsip keluarga yang belum terkuak lainnya. Fakta-fakta tersebutlah yang jarang diungkap ke media atau diketahui oleh masyarakat Banyumas sendiri. Sehingga BHHC membagikan hasil-hasil temuannya agar bisa dicari, dibaca, dan diingat oleh para pengikut atau orang yang mencari informasi mengenai sejarah lokal Banyumas dengan mudah melalui media baru.
68
Gambar 4. 22
Contoh Postingan Instagram BHHC Dengan Metode Informatif Sumber: Instagram @banjoemas_com
b. Metode persuasif
Mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk baik pikiran maupun perasaan khalayak. Metode ini komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang mudah kena sugesti atau suggestible.
Berikut wawancara dengan sekretaris BHHC, Grytje Gregory H, pada 19 Juni 2022 berikut ini:
“Biasanya saat kegiatan bersama seperti jelajah, blusukan atau pameran, kami ngomong dulu tentang fakta sejarah yang sebenarnya dekat, tapi mereka belum tahu. Contohnya saya tanya, tahu nggak kalau dulu ada atlet tenis asli Banyumas yang jadi juara turnamen Wimbledon? Ada lho, tahun 1930, Kho Sin Kie, atlet tenis asal Sokaraja Banyumas, bisa
mengalahkan pemain-pemain tenis kelas dunia dan jadi juara di sana. Tapi ironisnya nih rumahnya di Sokaraja yang
69
bersejarah itu, sekarang sudah dirobohkan. Sayang banget ya?
Makanya, supaya tidak terulang kejadian seperti itu, yuk kita peduli dengan sejarah di sekitar kita.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam metode persuasif yang digunakan BHHC yaitu dengan membangun suasana yang mudah mendapat simpati atau perhatian terlebih dahulu, misalnya dengan memberikan pertanyaan seputar sejarah lokal yang memilukan. Sehingga khalayak dapat fokus dengan apa yang menjadi bahan perbincangan, kemudian menjadi lebih mudah untuk dibujuk atau dipengaruhi pikiran dan perasaannya. Dengan cara tersebut, BHHC memberikan informasi yang menarik perhatian dan menarik simpati khalayak seperti dalam kutipan wawancara diatas, sehingga hasilnya dapat mempengaruhi khalayak lebih cepat baik secara langsung tatap muka ataupun secara tidak langsung seperti postingan, web blog, dan lain sebagainya.
Gambar 4. 23
Sumber: @banjoemas_com
70
Gambar 4. 24
Dari gambar 30 dan 31 merupakan postingan yang berurutan tentang Pendopo penatus Bukateja yang sudah hancur karena dibiarkan selama lebih 70 tahun.
Sumber: @banjoemas_com
c. Metode edukatif
Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat, fakta, pengalaman. Oleh karena itu suatu pernyataan dengan menggunakan metode edukatif ini, akan memberikan pengaruh yang mendalam kepada khalayak meskipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lama dibanding dengan memakai metode persuasif.
“Kegiatan BHHC yang sudah dilakukan yakni banyak banget, dan yang paling menarik jelajah Banyumas, dengan mengajak teman-teman atau keluarga atau masyarakat untuk belajar sejarah dari sumber sejarah atau tempat sebuah sejarah itu tercipta atau tertulis. Terus kemudian, kegiatan kita juga diskusi sejarah walaupun di masa pandemi kita banyak membuat webinar karena kondisi bertemu dengan masyarakat tidak
71
memungkinkan.” (Wawancara dengan Jatmiko W. tanggal 11 Juni 2022).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam metode edukatif yang paling menarik perhatian di kalangan generasi muda atau khalayak yaitu dengan belajar sejarah secara langsung dilapangan dan diskusi live streaming diberbagai media sosial yang dilakukan BHHC. Dengan adanya bantuan visualisasi terkait sejarah lokal yang ditampilkan selama kegiatan jelajah atau live sebagai salah satu upaya pendukung untuk mempermudah dalam mempengaruhi khalayak atau generasi muda terkait fakta-fakta sejarah yang disuguhkan sehingga nantinya khalayak atau generasi muda ini dapat lebih tergerak untuk pelestarian sejarah lokal.
Gambar 4. 25
Pada tanggal 24 Agustus 2022 saat BHHC melakukan pameran Foto dan Arsip Banyumas Raya di The Village
Baturraden, dikunjungi oleh anak sekolah dari TK Somagede Banyumas. (Ketika acara pemeran tentang sejarah telah
usai, ketiga anak yang ada didalam foto kembali masuk dalam ruangan pameran karena rasa ingin tahu lebih terkait sejarah, dan sedang dibantu
mencoba melihat klise foto-foto arsip keluarga zaman dahulu).
Sumber: Dokumentasi Pribadi
72
Gambar 4. 26
Pada tanggal 24 Agustus 2022 saat BHHC melakukan pameran Foto dan Arsip Banyumas Raya di The Village Baturraden, dikunjungi oleh sekolah dari TK Somagede Banyumas. (Salah satu anak yang telah selesai melihat pameran bersama teman-temannya (dari pihak orang tua tidak ikut menemani anak melihat pameran), lalu kembali mengajak sang Ayah untuk menunjukkan foto-foto yang ia tertarik dan menceritakan secara sekilas apa yang tadi ia dengar saat pemberian penjelasan dari pihak BHHC. Dengan antusiasme anak, sang Ayah akhirnya juga belajar tentang informasi seputar foto yang anak beritahukan).
Sumber: Dokumentasi Pribadi
d. Metode kursif
Mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan khalayak berpikir. Memaksa gagasan atau ide yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan, perintah, dan intimidasi.
Dalam strategi komunikasi yang digunakan BHHC, metode kursif tidak sesuai dengan visi dan misi BHHC dalam memberikan informasi seputar sejarah, sehingga metode ini tidak digunakan. Sebab BHHC mempunyai visi membangun kesadaran sejarah masyarakat, serta misinya media informasi kesejarahan dan peninggalan yang informatif dan mendidik tidak menggunakan paksaan untuk menyukai sejarah atau masuk ke dalam komunitas.
73 4.2.4. Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi, kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai. BHHC menggunakan gabungan beberapa media, yaitu surat kabar, radio dan TV lokal, serta Instagram dan YouTube, berikut kutipan wawancaranya:
“Selain lewat blog dan media sosial, kami beberapa kali jadi narasumber baik di surat kabar, media online, radio dan juga TV lokal.
Contohnya, di RRI Pro 2 Purwokerto, kami beberapa kali diundang sebagai narasumber acara komunitas. Kemudian juga di Radio Sonora Purwokerto, kami pernah siaran untuk memaparkan kegiatan Jelajah Banyumas, sekaligus jadi narasumber program Sketsa Banyumas.”
(Wawancara dengan, Grytje Gregory H., tanggal 19 Juni 2022)
“Yang terbaru adalah melalui YouTube. Kalau YouTube kan konsepnya vlog ya, itu kan bentuk strategi komunikasi juga.” (Wawancara dengan, Rizky Dwi R, tanggal 12 Juni 2022)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan media yang digunakan BHHC tidak hanya menggunakan media sosial seperti YouTube, dan Instagram tetapi juga menggunakan media massa seperti radio, TV, dan surat kabar untuk memberitahukan visi dan misi serta keberadaan komunitas BHHC ini di Banyumas. Sehingga harapannya dapat menimbulkan banyak kaingintahuan seseorang terkait sejarah lokal Banyumas Raya. Tentu juga dengan tujuan generasi muda ataupun masyarakat Banyumas dapat menjadi lebih terbuka terhadap sejarah yang ada disekitar lingkungannya.
74
Gambar 4. 27
Screen shoot Live YouTube BHHC di channel
@banjoemas history yang sudah melakukan berbagai kegiatan dengan tema-tema sejarah lokal
75
Gambar 4. 28
Screen shoot Live Instagram BHHC di @banjoemas_com yang menyiarkan kegiatan dan berbagi cerita-cerita dengan tema sejarah lokal
4.3. Refleksi Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti telah melakukan wawancara dengan triangulasi sumber dalam menunjang keabsahan data pada tanggal 12 Juli 2022 di Purwokerto. Triangulasi sumber pada penelitian ini adalah Dr. Edi Santoso, S.Sos., M.Si, Korprodi (Koordinator Program Studi) S2 (Magister) Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sekaligus pengamat media sosial; Rani Wahyani, praktisi sejarah dari Banjoemaasch Instituut sekaligus alumni Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Purwokerto; dan Yehezkiel Vide Kristanto (Vide), pelajar di SMA Bruderan Purwokerto kelas 2 sebagai perwakilan generasi muda di Banyumas.
Berikut ini merupakan beberapa temuan yang peneliti dapatkan terkait masalah strategi komunikasi BHHC membangun kesadaran akan
76
sejarah pada generasi muda di Banyumas, Jawa Tengah melalui media baru.
Strategi komunikasi yang menarik adalah
1. Peneliti menemukan bahwa dalam strategi komunikasi yang pertama kali dilakukan BHHC yaitu mengenal khalayak dengan baik sehingga BHHC dapat menyusun pesan yang sesuai dan mampu membangkitkan perhatian komunikan, agar pesan tersebut dapat diterima juga tersampaikan dengan baik melalui web blog dan media sosial BHHC. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan oleh Bapak Edi Santoso, akademisi dari Jurusan Ilmu Komunikasi, menanggapi bahwa komunitas sejarah dengan memahami khalayaknya atau karakter generasi muda, dalam penyajian pesan harus dengan pesan yang sangat menarik perhatian.
“Dengan memahami karakter anak-anak muda yang jadi segmen, kemudian pesan itu intinya dibuat semenarik mungkin dan kalau di media sosial ‘kan kuncinya engagement ya. Meskipun komunitas sejarah ini serius, namun sebenarnya ini bisa di package dengan menarik.”
Tak hanya itu, Rani Wahyani, praktisi sejarah dari Banjoemaasch Instituut, saat di wawancarai menanggapi hal tersebut, bahwa komunitas yang memiliki karakter bisa berbaur dan terbuka dengan masyarakat, maka mudah bagi komunitas untuk menarik generasi muda yang tidak suka sejarah agar menyukai sejarah dengan menggunakan cara-cara tertentu.
“Komunitas itu biasanya mudah berbaur dan terbuka, sehingga lebih bisa merangkul banyak lapisan masyarakat dan menarik orang- orang yang tadinya tidak tertarik sejarah menjadi tertarik. Dengan cara- cara tertentu, komunitas bisa menarik generasi muda yang meskipun bukan latar belakang pendidikan sejarah, namun bisa tertarik dan mengikuti sejarah.”
77
Yehezkiel Vide Kristanto, pelajar SMA Bruderan, menanggapi bagaimana BHHC lakukan dengan mengenal khalayak dan menyusun pesan di media sosial seperti Instagram. Dari gambar dan caption yang membuat rasa ingin tahu serta BHHC dalam membangun kedekatan dengan khalayaknya secara ramah melalui tanggapan-tanggapan di kolom komentar.
“Menurutku postingan di media sosial BHHC itu bagus, bikin aku jadi pengen tahu lebih banyak lagi. Apalagi adminnya juga mau dengan ramah menanggapi komentar-komentarku. Bisa dibilang postingan dari BHHC itu gayanya pas buat anak muda.”
2. Dalam menetapkan metode, penyampaian memakai metode redundancy (repetition) dan canalizing yang dilakukan BHHC dalam penyampaian pesan atau fakta-fakta sejarah Banyumas kepada generasi muda membutuhkan berkali-kali pengulangan karena dengan begitu baru ada perubahan pola pikir dan sikap pada komunikan sesuai yang diharapkan oleh BHHC.
Dari hasil tersebut, Bapak Edi Santoso, akademisi dari Jurusan Ilmu Komunikasi, memberikan tanggapan:
“Pada dasarnya tujuan komunikasi itu ‘kan untuk memberi pengetahuan atau informasi, sehingga bisa mempengaruhi pemikiran, mengubah sikap, dan mendorong orang lain untuk melakukan hal tertentu.
Itu harus sungguh-sungguh dipahami sebelum menyusun metode. Kalau supaya orang sadar ada pesan yang sedang disampaikan, salah satu caranya bisa dengan terus mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Ya seperti iklan-iklan di media massa itu juga pakai cara ini.”
Menurut Rani Wahyani, praktisi sejarah dari Banjoemaasch Instituut, sebagai berikut:
“Sebaiknya agar anak muda atau generasi muda itu suka sejarah memang sering diulang-ulang misal kasih informasinya itu di media sosial nggak sekali dibahas tapi berkali-kali dengan cara yang berbeda juga jadi
78
mereka ini bacanya nggak sekali aja. Kuncinya memahami sejarah ya dengan rajin membaca, karena sejarah tidak lepas dari literasi. Kalau orang yang rajin membaca, akan menemukan sesuatu yang menarik dan itu nantinya berkaitan dengan keinginan menelusuri lagi sejarah yang sudah didapat.”
3. Menurut bentuk isi yang digunakan dalam menentukan bentuk isi pesan yaitu metode informatif, persuasif, dan edukatif. Penggunaan metode bentuk isi pesan, BHHC memakainya sesuai dengan media atau kondisi dimana mereka akan menyampaikan isinya, bila memakai media sosial dan web blog maka akan memberikan informasi yang menarik. Sedangkan dalam pertemuan tatap muka (kegiatan jelajah atau blusukan, pameran, webinar) maka akan ditambah menggunakan metode persuasif dan edukatif untuk berkomunikasi dengan komunikan jadi informasi yang diberikan dapat masuk langsung ke pikiran komunikan. Sehingga dengan cara tersebut dapat mengubah pikiran komunikan menjadi sadar sejarah yang ada di Banyumas, Jawa Tengah.
Bapak Edi Santoso, akademisi dari Jurusan Ilmu Komunikasi, memberikan tanggapan terkait dengan metode tersebut:
“Yang paling penting itu ya memang isinya. Menurut saya lembaga komunitas sejarah itu dari sisi nama dan wadah itu mempunyai integritas yang memang harus dijaga. Oleh karena itu isi pesan harus mencerminkan itu. Buatlah isi pesan yang informatif, harus valid, harus berdasarkan fakta yang benar. Kemudian dari situ, karena ini buat anak- anak muda, buatlah pesan yang berisi ajakan atau bujukan supaya sadar akan sejarah berdasar fakta-fakta itu. Agar pesan lebih kuat, ajak juga mereka merasakan experience secara langsung. Kalau itu dibuat misalnya di-package dalam sebuah petualangan itu menjadi asik kan? kalau sering dibuat seperti itu, akan mudah diingat terus lho.”
79
Dari metode bentuk isinya, menurut perwakilan generasi muda, Yehezkiel Vide Kristanto (Vide), pelajar di SMA Bruderan Purwokerto, terkait yang dilakukan BHHC dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, sebagai berikut:
“Postingannya sudah sesuai sih, itu karena dari setiap postingan maupun kegiatan yang dilakukan BHHC terdapat perbandingan antara masa lalu dan masa kini. Jadi generasi muda bisa melihat dan tahu mana bangunan atau tempat yang bersejarah itu berada. Itu akan membuat generasi muda jadi percaya dan berpikir itu informasinya valid disertai fakta-fakta kondisi terkini.”
“Iya ada perbedaan cara berpikir. Perbedaannya itu kalo dulu masih sering menganggap kalo pada era Belanda itu semuanya kekejaman seperti kerja paksa, namun setelah bergabung dalam BHHC dan belajar mendalami lagi sejarah ternyata enggak cuma kekejaman yang terjadi ternyata Belanda itu memembayar dalam mempekerjakan orang Indonesia pada saat itu dan ada laporan keuangannya namun di korupsi oleh mandor mandor dari pribumi, pembangunan jalan Anyer Panarukan contohnya.”
4.4.Kaitan Dengan Teori Komunikasi
Dari hasil temuan penelitian diatas, BHHC telah melakukan langkah-langkah strategi komunikasi dengan baik. Peneliti melihat bahwa dalam penyusunan konten postingan baik di media sosial dan web blog tidak hanya sekedar mencari topik namun dapat menerapkan teori marketing komunikasi seperti konsep AIDDA (attention, interest, desire, decision, action) menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik” dimana terdiri dari yaitu: mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode (redundancy, canalizing, informatif, persuasif, edukatif, kursif), dan pemilihan media. Konsep ini penting diterapkan karena akan menjadi acuan setiap penulis konten untuk menyadari bahwa setiap tahapan memerlukan strategi. Strategi yang digunakan pun harus sesuai dengan konsep yang dipakai agar mendapatkan
80
hasil yang terbaik. Bisa dengan cara yang menarik perhatian (atensi), menggunakan teknik copywritting atau teknik CTA (call to action) untuk mengajak orang berubah. Beberapa amatan peneliti melalui tahapan AIDDA pada BHHC sebagai berikut:
Konsep attention (perhatian) adalah keinginan seseorang untuk mencari dan melihat sesuatu yang menarik perhatian. Untuk menarik khalayak atau generasi muda yang menggunakan media sosial, BHHC menggunakan topik tulisan dengan konsep seperti peringatan hari penting atau topik yang belum pernah diketahui oleh masyarakat, kemudian menggunakan sentuhan desain grafis dan animasi sehingga akan mudah memancing perhatian dari pembaca.
Konsep interest (ketertarikan) adalah perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu yang menarik perhatian. Pada tahap kedua dari attention ini, BHHC melakukan strategi dalam penulisan caption agar rasa ingin tahu dari pembaca dapat tersalurkan dengan membaca fakta-fakta sejarah lokal dan membangun sisi emosional pembaca sehingga lebih mudah diingat. Ini berarti BHHC telah membangkitkan perhatian dan menumbuhkan minat khalayak atau pembaca untuk mengetahui pesan lebih lanjut.
81
Gambar 4. 29
Salah satu postingan BHHC di Instagram
@banjoemas_com yang mengambil gambar iringan pemakaman mantan bupati, Raden Adipati Mertadireja III
dengan judul “Hari Ini 93 Tahun Yang Lalu.”
Sumber: @banjoemas_com
Dalam konsep selanjutnya setelah konsep interest (ketertarikan) yaitu konsep desire, decision, dan action. Konsep desire (keinginan) adalah kemauan yang timbul dari hati seseorang tentang sesuatu yang menarik perhatian. Konsep decision (keputusan) adalah kepercayaan seseorang untuk melakukan suatu hal. Dan konsep action (tindakan) adalah suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan ketertarikan terhadap sesuatu.
Dari tiga konsep tersebut memiliki hubungan yang saling terikat sehingga yang menjadi fokus selanjutnya ialah BHHC membuat generasi muda atau khalayak yang hanya mengikuti atau membaca postingan di media sosial
82
dapat tergerak hatinya untuk mau belajar sejarah lebih mendalam melalui postingan yang secara berkala di upload. Kemudian generasi muda atau khalayak menyakini bahwa belajar sejarah tidaklah membosankan atau suatu hal yang tidak bermanfaat. Sehingga dengan pemahaman tersebut, generasi muda atau khalayak mau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan atau diskusi terhadap sejarah lokal Banyumas Raya yang sudah menjadi agenda kegiatan BHHC tiap tahunnya.
Tak hanya menerapkan tahapan AIDDA, namun komunitas perlu juga untuk memahami kode etik jurnalistik khususnya upaya membuat blog yang menarik. Penempatan data dan fakta sebaiknya sesuai dengan standar jurnalistik. Dimana penulis harus memiliki sikap independent, menghasilkan artikel yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.1 Selain itu pemanfaatan media sosial juga merupakan strategi komunikasi yang baik mengingat saat ini adalah era media baru. Dimana media baru adalah perubahan teknologi komunikasi yang memainkan peran penting dalam tatanan sosial, dan budaya baru sehingga membawa perubahan dari media cetak ke media elektronik. Dengan adanya media baru ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menarik perhatian banyak generasi muda terutama untuk mengubah stereotip tentang belajar sejarah baik lokal dan nasional.
4.5.Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, terdapat kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan. Hal tersebut terjadi karena peneliti masih belajar dalam penulisan ilmiah skripsi. Dibawah ini peneliti memaparkan kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan penelitian agar bisa jadi pelajaran untuk penelitian selanjutnya.
Pertama adalah peneliti sadar kurangnya eksplorasi teori yang dapat memperkaya penelitian dan hasil dari penelitian itu sendiri karena
1 Sesuai dengan kode jurnalistik pasal 1 tahun 2008
83
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Menurut peneliti, eksplorasi teori itu penting untuk menambah kumpulan ilmu komunikasi di Indonesia, khususnya dalam teori strategi komunikasi.
Kedua adalah peneliti dalam mencari fakta yang diteliti tidak menutup kemungkinan dalam memberikan analisis ada yang bersifat subjektif dilatarbelakangi oleh pola pikir peneliti sendiri.
Ketiga adalah tidak ada data pasti mengenai minat sejarah di Banyumas yang membuat peneliti harus mencari informasi lebih untuk pembuktian data di lapangan yang akan ditulis dalam skripsi. Informasi yang bisa diakses pun memiliki keterbatasan baik melalui web, buku, dan juga arsip-arsip yang ada.
Keempat adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode wawancara maka ada kendala dalam penentuan jadwal wawancara dengan narasumber yang sering berganti-ganti, serta dalam pelaksanaannya ada kemungkinan kesalahan pemahaman dari pertanyaan yang diajukan saat wawancara berlangsung dan keterbatasan peneliti dalam kosakata.