• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU KOTA BATU"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP

PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA

PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU KOTA BATU

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LAILATUL TITINING WAHYUNI NIRM. 04.03.18.205

POLITEKNIK PEMBANGUNAAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP

PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA

PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU KOTA BATU

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LAILATUL TITINING WAHYUNI 04.03.18.205

POLITEKNIK PEMBANGUNAAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

Syukur alhamdulillah atas limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT atas terselesaikannya tugas akhir ini. Tugas akhir ini saya persembahkan kepada orang tua, seluruh dosen polbangtan malang, para sahabat, rekan-rekan kelas PPKH 8B beserta seluruh

civitas akademika, almarhum rekan saya, teman-teman dari komunitas Esports, orang-orang yang senantiasa bertanya

“kapan lulus?”

“sekolah terus mau jadi apa?”

“main game mulu kapan selesainya?”

Serta seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tugas akhir.

last but not least, i wanna thank me, i wanna thank me for believing in me, i wanna thank me for doing all this hard work i wanna thank me for having no days off, i wanna thank me for never quitting, i wanna thank me for always being a giver and tryna give more than i receive, i wanna thank me for tryna do more right than wrong i wanna thank me for just being me at all times.

- snoop dogg

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS TA

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapa unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 03 Agustus 2022 Mahasiswa,

Nama: Lailatul Titining Wahyuni NIM: 04.03.18.205

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU

KOTA BATU

LAILATUL TITINING WAHYUNI 04.03.18.205

Malang, 14 September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Kartika Budi Utami, SST, MP.

NIP: 19850523 200604 2 002

Dr. Novita Dewi Kristanti, S.Pt, M.Si NIP: 19741108 200212 2 001

(6)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS PADA SAPI PERAH LAKTASI DENGAN CELUP PUTING MENGGUNAKAN LARUTAN DAUN KEMANGI DI KELOMPOK TANI SUMBER HASIL III DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU

KOTA BATU

LAILATUL TITINING WAHYUNI 04.03.18.205

Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 03 Agustus 2022

Dinyatakan memenuhi syarat Mengetahui,

Penguji I Penguji II

Kartika Budi Utami, SST, MP.

NIP: 19850523 200604 2 002

Dr. Novita Dewi Kristanti, S.Pt, M.Si NIP: 19741108 200212 2 001

Penguji III

Drh. Isyunani, M. Agr NIP: 19580618 198603 2 001

(7)

RINGKASAN

Lailatul Titining Wahyuni, NIRM. 04.03.18.205. Rancangan Penyuluhan Tentang Pencegahan Mastitis Pada Sapi Perah Laktasi Dengan Celup Puting Menggunakan Larutan Daun Kemangi Di Kelompok Tani Sumber Hasil III Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu. Pembimbing Kartika Budi Utami, SST. MP dan Dr. Novita Dewi Kristanti, S.Pt, M.Si.

Tujuan dalam pelaksanaan tugas akhir ini yaitu 1) Mengetahui prosedur pembuatan larutan celup puting dari bahan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis pada sapi perah; 2) Mengetahui efek penggunaan celup puting dari bahan larutan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis; 3) Mengetahui rancangan penyuluhan dan uji coba rancangan penyuluhan; 4) Mengetahui hasil evaluasi tingkat sikap pada peternak.

Pelaksanan tugas akhir pada bulan April sampai Juni 2022. Populasi ternak di Kelompok Tani Sumber Hasil III sebanyak 247 ekor dengan sampel 10 ekor. Sedangkan populasi peternak 30 orang anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III dengan sampel 24 orang. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif. Tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu 1) pemantapan materi penyuluhan melalui kajian yang dilakukan di kandang bapak darji selaku anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III yaitu pembuatan dan penerapan larutan daun kemangi sebagai bahan pencegahan mastitis.; 2) penyusunan rancangan penyuluhan yang terdiri dari pemilihan dan penetapan lokasi, materi, metode, dan media penyuluhan; 3) evaluasi penyuluhan untuk mengetahui tingkat sikap peternak.

Kajian teknis dilakukan selama 20 hari di kandang bapak darji dengan pengambilan sampel 3 kali yaitu sebelum pelaksanaan, hari ke 7 perlakuan dan hari ke 14 perlakuan. Sedangkan kajian penyuluhan dilaksanakan selama 12 hari dengan metode anjangsana, komunikasi langsung, dan diskusi. Materi yang disampaikan adalah mastitis, tata laksana pemerahan, larutan daun kemangi berserta cara pembuatan. Media yang digunakan yaitu leaflet dan video tutorial.

Evaluasi yang dilakukan yaitu untuk mengetahui tingkat sikap peternak.

Kesimpulan dari kajian ini yaitu; 1) Status kesehatan kuartir ambing dari 10 ekor sapi perah yang dijadikan sampel kajian yaitu 18% dalam kondisi sehat, 70% terindikasi mastitis subklinis, dan 10% mastitis klinis; 2) Penggunaan larutan daun kemangi dapat menjadi alternatif pencegahan mastitis dengan efektivitas sebesar 64,1% yang tergolong sangat efektif; 3) Perhitungan biaya pembuatan larutan daun kemangi lebih mahal dibandingkan dengan larutan kimia; 4) Hasil evaluasi penyuluhan sikap peternak tentang penggunaan larutan daun kemangi termasuk dalam tingkatan menilai.

Kata kunci: mastitis, celup puting, daun kemangi, konduktivitas listrik

(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menumpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Rancangan Penyuluhan Tentang Pencegahan Mastitis Pada Sapi Perah Laktasi Dengan Celup Puting Menggunakan Larutan Daun Kemangi Di Kelompok Tani Sumber Hasil III Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu”. Penyusunan laporan Tugas Akhir ini idak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ucapkan termakasih kepada:

1. Bapak Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku direktur Polbangtan Malang.

2. Ibu Dr. Wahyu Windari, S.Pt, M.Sc selaku kepala jurusan peternakan Polbangtan Malang.

3. Ibu Dr. Sad Likah, S.Pt, MP selaku kepala program studi penyuluhan peternakan dan kesejahteraan hewan Polbangtan Malang.

4. Ibu Kartika Budi Utami, SST, MP selaku dosen pembimbing 1 dan penguji 1.

5. Ibu Dr. Novita Dewi K, S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing 2 dan penguji 2.

6. Ibu drh. Isyunani, M.Agr selaku dosen penguji 3.

7. Bapak Shodiq selaku PPL Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

8. Bapak Dardji selaku ketua Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

Malang, 03 Agustus 2022

Penulis

(9)

ii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN ORISINALITAS RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian terdahulu ... 6

2.2 Landasan teori ... 10

2.2.1Aspek Teknis ... 10

1. Mastitis subklinis ... 10

2. Ambing dan puting ... 11

3. Susu ... 12

4. Good milking practice ... 12

5. Celup puting ... 13

6. Daun kemangi ... 14

7. Konduktivitas listrik (eletrical conduktivity) ... 15

2.2.2Aspek Penyuluhan ... 15

1. Penyuluhan pertanian ... 15

2. Identifikasi potensi wilayah (IPW) ... 16

3. Sasaran penyuluhan ... 17

4. Metode penyuluhan ... 17

5. Materi penyuluhan ... 18

6. Media penyuluhan ... 18

7. LPM dan Sinopsis ... 19

8. Evaluasi ... 19

2.3 Alur kajian ... 22

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 23

3.1 Kajian Teknis ... 23

3.1.1 lokasi dan waktu... 23

3.1.2 alat dan bahan ... 23

3.1.3 prosedur pembuatan ... 24

3.1.4 jenis penelitian ... 25

3.1.5 sampel ... 25

3.1.6 variabel dan prosedur pengukuran ... 26

3.1.7 metode pengumpulan data ... 27

3.2 Kajian sosial ... 28

(10)

iii

3.2.1Lokasi dan waktu ... 28

3.2.2Metode kajian teknis ... 28

3.2.3Sampel ... 29

3.2.4Metode perancangan penyuluhan ... 29

3.2.5Metode implementasi/uji coba rancangan penyuluhan ... 30

BAB IV HASIL KAJIAN ... 34

4.1 Kondisi umum pelaksanaan kajian ... 34

4.2 Hasil kajianpembuan dan penerapan larutan antiseptik daun kemangi sebagai celup puting ... 34

4.2.1 Alat dan Bahan ... 34

4.2.2 Prosedur pembuatan ... 35

4.3 Status kondisi kuartir ambing ... 35

4.4 Efektivitas penggunaan larutan daun kemangi ... 40

4.5 Analisa biaya ... 43

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENYULUHAN ... 45

5.1 Perancangan penyuluhan ... 45

5.1.1 tujuan penyuluhan ... 46

5.1.2 sasaran penyuluhan ... 46

5.1.3 materi penyuluhan ... 46

5.1.4 metode penyuluhan ... 46

5.1.5 media penyuluhan ... 47

5.1.6 penentuan evaluasi penyuluhan ... 48

5.2 Implementasi penyuluhan ... 51

5.2.1 lokasi dan waktu... 51

5.2.2 persiapan penyuluhan ... 51

5.2.3 pelaksanaan penyuluhan ... 52

5.2.4karakteristik responden ... 52

5.3 Evaluasi penyuluhan ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 57

6.1 Hasil implementasi penyuluhan ... 57

6.1.1 Evaluasi penyuluhan ... 57

6.1.2 Deskripsi Analisis data evaluasi ... 58

6.2 Rencana tindak lanjut ... 59

BAB VII PENUTUP ... 60

7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 62

(11)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. kebutuhan bahan ... 23

2. Acuan penilaian mastitis menggunakan electrical conductivity ... 26

3. Kriteria penilaian aspek sikap ... 33

4. Status kondisi kuartir ambing pra perlakuan. ... 37

5. Status kondisi kuartir ambing pasca perlakuan. ... 40

6. Perbandingan skor sebelum dan sesudah perlakuan. ... 43

7. perbedaan biaya . ... 44

8. rekapan uji validitas. ... 50

9. hasil uji reliabilitas ... 51

10. Klasifikasi responden berdasarkan umur ... 53

11. Klasifikasi responden berdasarkan pendidikan ` ... 54

12. Klasifikasi responden berdasarkan jumlah ternak ... 54

13. Klasifikasi responden berdasarkan lama beternak ... 55

14. Rekapitulasi nilai sikap (Afektif)... 57

(12)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. kerangka pikir TA ... 22

2. TDS meter ... 23

3. diagram alur pembuatan larutan daun kemangi ... 24

4. pengambilan sampel air susu ... 25

5. pengukuran sampel menggunakan TDS meter ... 26

6. Pelaksanaan penyuluhan ... 45

(13)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Tabel pengambilan data 2. Kisi-kisi kuesioner 3. Uji coba Kuesioner

4. Hasil rekap data responden 5. Uji validitas

6. Sinopsis

7. Analisis penetapan metode penyuluhan 8. Media penyuluhan

9.LPM

10. Analisa penetapan media penyuluhan 11. Kuesioner penyuluhan

12. Rekap data post test 13. rekapitulasi aspek sikap

14. perubahan nilai konduktivitas listrik kuartir ambing sapi.

15. Daftar gambar

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peternakan sapi perah yang ada di Indonesia didominasi oleh peternak rakyat yang dikelola secara perorangan dengan skala kecil. Di Indonesia usaha peternakan mengalami perkembangan terus menerus dikarenakan meningkatnya permintaan susu akibat jumlah penduduk yang meningkat.

Permintaan susu semakin meningkat karena daya beli dan kesadaran masyarakat juga meningkat untuk mengonsumsi protein asal hewan (Nurtini, 2014). Kecamatan Batu merupakan pusat Kota Batu yang letaknya ditengah- tengah Kota Batu dengan luas wilayah 3.813.709 hektar. Secara geografis Kecamatan Batu berada pada ketinggian 650-1.285 mdpl dengan suhu 18- 32⁰C, kelembapan 75-98% dan curah hujan 875-3.000 mm/th. Produksi susu di Kota Batu mencapai 24.558,44 liter dengan populasi ternak di Kecamatan Batu sebesar 5345 ekor yang artinya 41,9% dari produksi susu Kota Batu berasal dari Kecamatan Batu (Anonim, 2020).

Berdasarkan Anonim (2021) pelaku utama belum terampil dalam pengendalian penyakit yang ada. Salah satu penyakit yang sering muncul dalam usaha sapi perah terutama di peternakan rakyat yaitu mastitis sehingga di perlukan penyebaran informasi mengenai teknologi pencegahan mastitis. Menurut Absor (2019) kasus mastitis yang terjadi di Indonesia sangat tinggi hingga mencapai 85% dan sebagian besar merupakan mastitis subklinis. Desa Pesanggrahan menjadi pemasok susu terbanyak di Kecamatan Batu yang berpusat pada Dusun Toyomerto. Mayoritas penduduk di Dusun Toyomerto bekerja sebagai petani dan peternak, sebanyak 158 dari 260 kepala keluarga yang memiliki usaha sapi perah di pesanggrahan

(15)

didominasi oleh Toyomerto dengan presentase 61% (Profil Desa Pesanggrahan, 2021).

Salah satu Kelompok Tani yang ada di Dusun Toyomerto yaitu Kelompok Tani Sumber Hasil III. Anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III mayoritas bertani dan juga beternak dengan populasi sebesar 247 ekor dengan produksi ±1.157 liter. Susu yang dihasilkan oleh peternak dijual ke KUD sebagian ada juga yang ke pengepul. KUD membeli dengan harga Rp 5.500 per liter, hal ini tergantung kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas susu yaitu adanya penyakit mastitis. Mastitis adalah peradangan pada ambing yang disebabkan oleh bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, dan Escherichia coli (Herwin, 2017).

Mastitis subklinis tidak dapat dilihat secara langsung sehingga perlu pengujian khusus. Salah satu alternatif pencegahan mastitis yang bisa dilakukan yaitu melalui celup puting. Tindakan celup puting dilakukan untuk menghambat masuknya bakteri melalui lubang puting dikarenakan saat 30 menit setelah pemerahan lubang puting masih terbuka. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan dalam pencegahan mastitis yaitu bahan herbal daun kemangi. Kemangi merupakan tanaman yang mudah tumbuh, mudah diperoleh, serta memiliki banyak manfaat. Kandungan bahan aktif dari minyak atsiri dan fenol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonia (Hadipoentyanti, 2008). Daun kemangi dengan konsentrasi 20% memiliki efek dapat menurunkan jumlah mikroorganisme yang ada dalam air susu tetapi tidak mempengaruhi pH susu sapi tersebut (Khuluq,2020). Celup puting menggunakan daun kemangi memiliki efek yang sama dengan penggunaan

(16)

povidone iodine terhadap penurunan bakteri tanpa mempengaruhi produksi susu (Udin, dkk. 2020).

Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka dilaksanakan kajian di Kelompok Tani Sumber Hasil III Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu mengenai pencegahan mastitis pencegahan mastitis pada sapi perah laktasi dengan celup puting menggunakan larutan daun kemangi. Selanjutnya dilakukan penyuluhan mengenai hasil kajian yang telah dilakukan pada anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan kondisi di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pembuatan larutan celup puting dari daun kemangi sebagai pencegahan mastitis pada sapi perah di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu ?

2. Bagaimana efek penggunaan larutan celup puting dari bahan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu?

3. Bagaimana penyusunan rancangan penyuluhan dan uji coba rancangan penyuluhan di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu ?

4. Bagaimana evaluasi tingkat sikap pada penyuluhan pencegahan mastitis pada sapi perah menggunakan larutan daun kemangi di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu?

(17)

1.3 Tujuan

Tujuan kajian tugas akhir ini adalah:

1. Mengetahui prosedur pembuatan larutan celup puting dari daun kemangi sebagai pencegahan mastitis pada sapi perah di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

2. Mengetahui efek penggunaan celup puting dari bahan larutan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

3. Mengetahui hasil penyusunan rancangan penyuluhan dan ujicoba rancanga penyuluhan di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

4. Mengetahui evaluasi tingkat sikap pada penyuluhan pencegahan mastitis pada sapi perah menggunakan larutan daun kemangi di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

1.4 Manfaat

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi mahasiswa

a) Dapat diterapkannya teori-teori yang telah diterima di kelas ke dalam kondisi di lapangan

b) Sebagai bentuk pembelajaran rill di lapangan sebelum memasuki dunia kerja.

2. Bagi institusi polbangtan malang

a) Dapat dijadikan referensi tambahan di perpustakaan Polbangtan Malang

b) Sebagai acuan dan pembanding dalam penelitian sejenis yang akan dilaksanakan.

(18)

3. Bagi masyarakat umum

a) Mengetahui pentingnya pencegahan mastitis pada sapi perah.

b) Mengetahui penyebab, dampak, dan kerugian yang diakibatkan apabila sapi perah mereka terserang mastitis.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Pisestyani, dkk (2017) dalam jurnal yang berjudul

“Perlakuan celup puting setelah pemerahan terhadap keberadaan bakteri patogen Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, dan Escherichia coli pada sapi perah penderita mastitis subklinis di peternakan KUNAK bogor”. Kriteria yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu peternak yang memiliki sapi perah dalam masa laktasi, kondisi sehat secara klinis, dan positif mastitis subklinis. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 18 ekor sapi dengan jumlah puting 67 kuartir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dengan pengambilan sampel untuk diuji sebanyak 4 kali yaitu sebelum kegiatan penelitian, pada bulan 1, bulan 2 dan bulan ke 3. Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi celup puting berpengaruh nyata terhadap penurunan bakteri patogen jenis Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli sedangkan untuk jenis Streptococcus agalaticiae tidak mengalami penurunan. Keberadaan bakteri juga tidak dipengaruhi oleh posisi puting walaupun kecenderungan sapi berbaring kesebelah kanan sehingga puting sebelah kanan yang sering berkontak secara langsung dengan alas kandang.

Menurut Faradila, dkk (2020) dalam jurnal berjudul “Aplikasi larutan daun kemangi (ocimum basilicum L) sebagai bahan aktif untuk mencegah kejadian mastitis subklinis pada sapi perah” Perlakuan yang digunakan pada antesptik alami yaitu memakai daun kemangi yang terdapat perbedaan pada konsentrasi bahan yaitu 20%, 30%, dan 40 %.

Metode pembuatan larutan larutan daun kemangi yaitu mencuci bersih

(20)

daun kemangi kemudian menakar perbadingan air dan daun kemangi sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan, lalu direbus hingga suhu 90 derajat celcius. Celup puting dilakukan selama 14 hari dengan durasi pencelupan ± 10 detik kemudian di diagnosa kembali apakah ada perubahan. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan larutan daun kemangi terhadap penurunan nilai mastitis. Penurunan terbesar yaitu pada perlakuan P3 atau yang menggunakan konsentrasi 40% dengan penurunan sebanyak 69,72%. Hal ini dikarenakan daun kemangi memiliki kandungan yang dapat berperan sebagai antibakteri, selain itu dapat dijadikan alternatif alami pengganti antiseptik kimia dalam upaya pencegahan mastitis subklinis.

Menurut Utami, dkk (2020) dalam jurnal yang berjudul “Efek ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum) dalam menghambat pembentukan biofilm Staphylococcus aureus secara in vitro” bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak etanol daun kemangi terhadap terbentuknya biofilm Staphylococcus aureus dengan metode in vitro dan mengetahui konsentrasi yang diperlukan. Metode penelitian yang dilakukan yaitu rancangan eksperimen dengan menggunakan uji hambat biofilm metode tabung. Penelitian ini menggunakan 6 konsentrasi yang berbeda dimulai dari konsentrasi 10% - 35% dengan selisih 5% per konsentrasi. Berdasarkan hasil penelitian didapati hasil bahwa terdapat peningkatan rata-rata mean gray value berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi. Hal ini selaras juga dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yakni semakin tinggi konsentrasi etanol daun kemangi yang digunakan maka akan semakin tinggi pula pembentuk hambatan bakteri staphylococcus aureus.

(21)

Menurut Dwinarta, dkk (2020) dalam jurnal yang berjudul “Uji efektivitas antimikroba dari formulasi ekstrak daun kemangi (Ocinum basilicum L ) dan daun rambutan (Nephelium lappaceum L) terhadap bakteri staphylococcus aureus” berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa daun kemangi dan daun rambutan keduanya memiliki senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri salah satunya Staphylococcus aureus, maka dalam penelitian dikombinasikan keduanya sebagai antimikroba. Bahan yang diguankan yaitu daun kemangi, daun rambutan, dan medium NA sebagai media tumbuh bakteri. Prosedur kerjanya yaitu cuci daun kemangi dan daun rambutan sebagai bahan utama, kemudain ditiriskan dan dikering anginkan. Timbang daun kemangi dan daun rambutan sesuai formulasi dengan berat bahan 100gr, setelah itu diformulasikan dengan aquades 1:3. Haluskan menggunakan blender, saring untuk memisahkan ekstrak dengan ampas, ekstrak yang didapatkan diletakkan dalam gelas beker.

Formulasi keduanya berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri akan tetapi belum efektif untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin sedikit ekstrak daun kemangi di dalam formulasi maka semakin kecil diameter zona hambat yang dihasilkan, besarnya diameter zona hambat yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak daun kemangi dalam formulasi.

Menurut Wahyuni, dkk (2021) dalam jurnal yang berjudul

“Efektivitas teet dipping herbal sebagai pencegahan mastitis sub klinis”

teet dipping merupakan tindakan preventif celup puting setelah pemerahan untuk pencegahan mastitis subklinis. Povidone iodine merupakan salah satu antiseptik yang sering digunakan dalam celup

(22)

puting, akan tetapi banyak juga bahan herbal yang digunakan dalam proses ini. Beberapa tanaman herbal yang digunakan sebagai antiseptik untuk bahan celup puting yaitu daun karsen, daun sirih merah, biji dan kulit anggur hitam , daun babadotan dan daun kemangi. Daun karsen sebagai antiseptik teat dipping dengan konsentrasi 20% dapat menurunkan mastitis sebesar 80%, sedangkan daun sirih semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin berdampak pada penurunan mastitis, pada biji dan kulit anggur hitam penggunaan konsentrasi 80% lebih baik dalam penurunan nilai mastitis, treatmen daun babadotan selama 9 hari memiliki efektivitas sama dengan penggunaan povidon iodine, dan yang terakhir daun kemangi dengan konsentrasi diatas 20% memiliki nilai yang sama dengan penggunaan povidone iodine. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tanaman dengan jenis diatas dapat membantu menurunkan kasus mastitis subklinis.

Dalam penelitian yang akan dilakukan akan menggunakan daun kemangi sebagai bahan utama dan juga larutan sebagai metode pelaksaan hal ini di sesuaikan dengan karakteristik lokasi penelitian.

Mengacu pada penelitian sebelumnya penelitian ini menggunakan larutan emangi dengan konsentrasi 40% dengan pengujian dilakukan sebanyak 2 kali yang dilaksanakan disetiap minggu untuk mengetahui apakah ada perubahan.

(23)

2.2 Landasan teori 2.2.1 Aspek Teknis

1) Mastitis

Menurut saleh (2004) mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat disebabakan oleh mikroorganisme, zat kimia, dan luka. Komposisi dalam susu dapat dipengaruhi oleh peradangan ini yang meliputi kenaikan kadar protein dalam darah dan sel darah putih di dalam tenunan ambing, serta menyebabkan penurunan produksi susu.

Menurut sudono (1999) Umumnya radar ambing disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus agalaticae, bakteri tersebut dapat berpindah tempat melalui tangan pemerah, kain pembersih ambing serta peralatan lainnya sehingga kuartir yang sehat bisa ikut terinfeksi.

Mastitis adalah peradangan pada ambing yang disebabkan oleh bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, dan Escherichia coli (Herwin, 2017).

Mastitis subklinis adalah peradangan pada ambing yang tidak menunjukkan gejala fisik pada ambing dan susu, akan tetapi berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Selain itu ditemukan mikroorganisme patogen dan terjadi perubahan pada komposisi susu (Zalizar, dkk., 2018). Selama ini pengetahuan peternak hanya pada mastitis klinis karena perubahan yang susu yang dihasilkan dapat dilihat secara langsung seperti susu menggumpal atau cair dan terdapat darah atau nanah. Sedangkan mastitis subklinis tidak dapat dilihat secara langsung sehingga perlu pengujian khusus (Sudono, 1999).

Mastitis subklinis merupakan penyakit yang merugikan secara ekonomi pada industri peternakan sapi perah yang telah lama diketahui dan dilaporakan dibanyak penelitian dunia. Kerugian yang ditimbulkan

(24)

meliputi penurunan kualitas susu, pengafkiran susu, dan biaya pengobatan yang mahal. Kerugian ekonomi yang diakibatkan mastits subklinis penurunan produksi susu per kuartir antara 9- 45,5% serta penuruan kualitas 30-40%. Banyak sekali faktor risiko yang teridentifikasi dari mastitis subklinis dikarenakan penyakit ini disebabkan oleh multifaktor yaitu kombinasi paparan faktor kuman patogen yang ada di lingkungan sekitar dan respon individu ternak yang berbeda. Kurangnya higiene dan sanitasi di peternakan sapi perah berpengaruh terhadap total kuman yang terdapat pada susu segar serta dapat meningkatkan risiko terjadinya mastitis subklinis (Wicaksono dan Sudarmanto, 2016).

Tingginya kasus mastitis subklinis perlu dilakukan pemeriksaan secara khusus terhadap susu karena gejala mastitis subklinis jarang diketahui oleh peternak (Prasetyo, 2013)

2) Ambing dan puting

Ambing merupakan kelenjar yang mengeluarkan susu untuk diberikan kepada anaknya setelah lahir. Ambing tumbuh selama masa kebuntingan dan mengeluarkan susu setelah beranak. Ukuran volume ambing berbeda-beda karena pengaruh umur, masa laktasi, faktor genetik, dan produksi susu (Febriana, dkk. 2018). Puting sapi perah terdiri atas empat kuartir yaitu kanan depan, kiri depan, kanan belakang, dan kiri belakang.

Dalam ambing terdapat pembatas tiap kuartir yang disebut ligamentum suspensorium yang berfungsi sebagai pondasi ambing dan sekat antar kuartir. Puting yang semakin panjang dipengaruhi oleh cara pemerahan yang salah dan kelemahan dari ligamentum salah satu efeknya yaitu ambing yang jatuh dan menggantung (Pisestyani, dkk. 2017).

(25)

3) Susu

Susu merupakan salah satu produk peternakan sapi perah yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hewani dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk mendukung pertumbuhan sapi perah yang sangat pesat maka diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi susu. Namun jumlah susu yang dihasilkan saat ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang ada karena jumlah peternakan sapi yang ada masih relatif sedikit dengan produktivitas yang minim serta kurangnya pengetahuan untuk meningkatkan produksi susu dari peternak di indonesia (prasetyo, dkk. 2013). Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mamalia tidak ditambah maupun dikurangi suatu zat apapun kedalamnya dan diperoleh dari pemerahan ternak yang sehat. Pada umumnya susu terdiri atas tiga komponen yaitu protein, lemak dan laktosa. Sedangkan kandungan lain yang ada didalamnya yaitu meliputi air, vitamin dan mineral (Sudono, 2006)

4) Good milking practice

Keberhasilan dalam peternakan sapi perah erat kaitannya dengan tatalaksana yang dilaksanakan, oleh karena itu peternak dianjurkan untuk menerapkan Good Milking Practices (GMP). Good Milking Practice (GMP) adalah tata cara pemerahan yang baik dan benar untuk menghindarkan kontaminasi yang dapat menurunkan kualitas susu. Penurunan mutu susu dapat disebabkan oleh pencemaran mikroorganisme atau benda asing.

Pencemaran pada susu dapat terjadi sejak sebelum, selama, hingga setelah proses pemerahan. Untuk memperoleh susu dari peternakan sapi perah ada lima bagian yang perlu diperhatikan yaitu kesehatan ternak, pemerahan yang higienis, pakan ternak, kesejahteraan ternak, dan

(26)

lingkungan peternakan. Sedangkan menurut anonim (2006) untuk menghasilkan susu yang baik ada beberapa tahapan yaitu:

a) Memberikan pakan yang bergizi sesuai kebutuhan untuk memelihara kesehatan ternak.

b) Pekerja yang menangani ternak dan pemerahan harus dalam keadaan sehat dan menghindari hal-hal seperti menggaruk, batuk, maupun bersin untuk menghindari kontaminasi susu.

c) Menjaga lingkungan agar selalu bersih untuk mencegah pencemaran pada susu.

d) Melakukan pemerahan ditempat yang bersih, peralatan yang higienis dan kebersihan ternak.

e) Melakukan pengujian kualitas susu.

f) Sanitasi peralatan yang digunakan dalam pemerahan.

5) Celup puting.

Pencelupan puting adalah salah satu alternatif yang digunakan untuk mengurangi kejaidan mastitis. Celup puting setelah pemerahan telah banyak digunakan sebagai salah satu upaya mengurangi infeksi kelenjar susu (Purwantiningsih,dkk. 2017). Menurut Suranindyah et.al, (2015) dan Soediarto et.al, (2019) menjelaskan bahwa Hygiene pemerahan dibuktikan mampu meningkatkan kualitas susu. Teat Dipping merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan dalam penerapaan hygiene pemerahan. Selain dapat meningkatkan kualitas susu, upaya ini juga dapat mencegah mastitis dan menurunkan kandungan SCC/ Sell Somatic Count dalam susu.

Celup puting merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan higienitas dengan menggunakan antiseptik agar bekteri disekitar puting tidak mausk ke dalam ambing. Salah satu antiseptik yang

(27)

sering digunakan yaitu povidone iodine yang merupakan jenis antiseptik kimia. Povidone iodine sendiri bekerja selama 3-5 menit untuk membunuh bakteri akan tetapi antiseptik jenis ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu menyebabkan rasa terbakar, nyeri, gatal, kemerahan, dan meninggalkan residu. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam menangani jumlah pencemaran susu akibat bakteri patogen tanpa meninggalkan residu contohnya penggunaan antiseptik herbal (Aprilia, dkk., 2016). Mastitis subklinis dapat disembuhkan karena gejalanya yang masih ringan. Perlu dilakukan upaya pengendalian mastitis salah satunya yaitu celup puting (Pisestyani, 2017).

6) Daun kemangi

Menurut (dalam angelina dkk, 2015) kemangi adalah tanaman yang tersebar hampir diseluruh wilayah indonesia karena dapat tumbuh liar dan dibudidayakan sehingga mudah didapatkan. Cahyani (2014) menyatakan bahwa selain sebagai anti bakteri daun kemangi memiliki banyak manfaat di antaranya adalah sebagai obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran, dan minuman penyegar. Hadipoenyanti dan wahyuni (2008) menyatakan bahwa Kemangi memiliki kandungan senyawa aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavanoid, trierpenoid, steroid, tannin, dan fenol. Beberapa kandungan bahan aktif tersebut yaitu minyak atsiri dan fenol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonia. Celup puting menggunakan daun kemangi efektivitasnya sama dengan povidne iodine terhadap produksi susu. Hal ini menunuukkan bahwa sebagai antiseptik herbal daun kemangi juga memiliki kemampuan yang sama dengan antiseptik kimia (Udin, dkk. 2020)

(28)

7) Konduktivitas listrik (Electrical conduktivity/EC)

TDS meter genggam mengukur konduktivitas listrik (EC). Satuan pengukuran EC adalah microsiemens (µS). Zat anorganik terlarut seperti garam, mineral, nitrat, fosfat, dan logam menghantarkan listrik. Semakin tinggi konsentrasi zat-zat tersebut di dalam air sample, semakin tinggi konduktivitas listrik. Susu mengandung kandungan elektrolit yang dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat aktivitas maupun proses metabolisme yang dilakukan. Susu mengandung komposisi nutrisi yang konsentrasi total elektorlitnya dapat diukur berdasarkan nilai konduktivitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konduktivitas listrik pada susu memberikan pengaruh positif yang sangat nyata. Oleh karena itu konduktivitas listrik dapat digunakan sebagai tolak ukur memprediksi nilai kualitas susu (Yanthi,dkk., 2018)

2.2.2 Aspek Penyuluhan

1. Penyuluhan pertanian

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Anonim, 2006).

Penyuluhan pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani melalui pendidikan non formal sehingga petani memiliki kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan.

(29)

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antar penyuluh dan petani serta pihak yang berkepentingan (Sundari dkk, 2015). Menurut mounder (2012) menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan.

2. Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)

Identifikasi potensi wilayah (IPW) merupakan salah satu materi dalam pelatihan fungsional bagi penyuluh pertanian, baik itu untuh ahli maupun terampil. Identifikasi potensi wilayah itu sendiri bertujuan agar mengetahui permasalahan dan potensi-potensi yang dimilki oleh suatu wilayah tersebut sehingga akan diperoleh data primer dan data sekunder yang akurat sebagai acuan untuk penyusunan programa penyuluhan. IPW merupakan penggalian data potensi wilayah yang terdiri dari data sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia sebagai pelaku utama dalam mengelola usahatani. Sedangkan data-data pendukung pengelolaan usahatani terdiri dari data monografi desa, penerapan teknologi budidaya yang biasa dilakukan petani, komoditi pertanian yang dikelola petani.

Penggalian data IPW didapatkan dari data-data primer dengan cara melakukan wawancara kepada masyarakat tani yang ada didesa dan berdasarkan data-data sekunder yang dapat diperoleh dari Balai Desa atau milik Penyuluh Pertanian diwilayah desa/ kelurahan dan petugas dinas terkait lingkup pertanian.

(30)

3. Sasaran

Penentuan sasaran merupakan hal utama yang dilakukan sebelum mengadakan kegiatan penyuluhan pertanian. Menurtut UU SP3K (2006) disebutkan bahwa sasaran penyuluhan terdiri dari sasaran utama dan sasaran antara, mereka merupakan pihak yang berhak mendapatkan manfaat penyuluhan. Sasaran utama penyuluhan terdiri dari pelaku utama dan pelaku usaha dalam sistem pertanian sedangkan sasaran antara merupakan tokoh-tokoh yang berhubungan dengan pertanian seperti pemangku kepentingan yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

Sasaran penyuluhan pertanian juga dapat diartikan sebagai seseorang yang menerima informasi tentang bidang pertanian bisa melalui pendidikan, pendampingan, maupung pelatihan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan sehingga menjadi orang terdidik itu sangat penting. Pendidikan merupakan pendidikan formal yang pernah ditempuh sasaran dalam penyuluhan ini yang di hitung berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Menurut (Utami, 2015), menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan perubah yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan peternak dalam meningkatkan pengembangan usaha dan sekaligus upaya peningkatan pendapatan peternak.

4. Metode

Menurut Permentan (2009) metode penyuluhan pertanian merupakan cara atau teknik dalam menyampaikan materi penyuluhan

(31)

oleh penyuluh pertanian kepada sasaran. Metode penyuluhan pertanian ditetapkan berdasarkan Pertimbangan yang digolongkan menjadi empat yaitu sasaran, sumberdaya, keadaan daerah, dan kebijaksanaan pemerintah. Metode penyuluhan pertanian dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan melalui perantara atau media.

5. Materi

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, materi penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Materi penyuluhan merupakan sumber informasi yang memuat solusi dari permasalahan sasaran penyuluhan yang ada dilapangan. Materi sendiri disusun berdasarkan kebutuhan sasaran yang didasari atas karakteristik atau latar belakang sasaran penyuluhan.

6. Media

Media penyuluhan adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri pelaku utama dan pelaku usaha pertanian tersebut. Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan media penyuluhan pertanian adalah tujuan kegiatan penyuluhan yang hendak dicapai, tahap adopsi inovasi sasaran, jangkauan media, karakteristik media, dana yang tersedia dan penggunaan media secara terpadu.

(32)

7. LPM dan sinopsis

Sinopsis diartikan sebagai ringkatasan suatu materi tulisan yang panjang dan berbentuk darasi. Sinopsis terdiri dari dua versi yaitu sinopsis yang ditulis untuk meringkas karya yang sudah ada dan sinopsis yang ditulis untuk persiapan menulis suatu gagasan yang akan dituangkan dalam bentuk fiksi maupun non fiksi. Lembar persiapan menyuluh (LPM) berisi materi yang telah ditentukan untuk disampaikan kepada sasaran. Penyusunan LPM bertujuan untuk memudahkan penyuluhan dalam menyampaikan materi penyuluhannya (Bekti, 2018)

8. Evaluasi

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian.

Evaluasi aspek penyuluhan yang diamati yaitu sikap. Ranah safektif (sikap) ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl & Bloom (Dimyati &

Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :

a) Receiving/Attending/Penerimaan

Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima

(33)

rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.

b) Responding/ menanggapi

Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab, membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.

c) Valuing/ penilaian

Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu.

Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau

(34)

buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.

d) Organization/Organisasi/Mengelola

Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.

e) Characterization/Karakteristik

Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.

(35)

2.3 Kerangka Pikir TA

Gambar 1. Kerangka Pikir TA IPW

Keadaan sekarang:

1. populasi sapi perah sebesar 247 ekor 2. produksi susu sebesar 1.157 liter 3. Rata-rata kepemilikan ternak 8 ekor 4. Jumlah kasus mastitis di Kelompok Tani

Sumber Hasil III 17 peternak

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana prosedur pembuatan larutan celup puting dari daun kemangi sebagai pencegahan mastitis pada sapi perah di Kelompok Tani Sumber Hasil III?

2. Bagaimana efek penggunaan larutan celup puting dari bahan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis di Kelompok Tani Sumber Hasil III?

3. Bagaimana penyusunan rancangan penyuluhan dan uji coba rancangan penyuluhan di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu ?

4. Bagaimana evaluasi tingkat sikap pada penyuluhan pencegahan mastitis pada sapi perah menggunakan larutan daun kemangi di Kelompok Tani Sumber Hasil III?

Keadaan yang diinginkan:

1. peternak mampu menerapkan teknologi alternatif pencegahan mastitis

2.Peternak dapat memanfaatkan daun kemangi sebagai alternatif bahan celup puting

3. penerapan celup puting untuk mencegah kasus mastitis

kajian:

“Pencegahan Mastitis Pada Sapi Perah Laktasi Dengan Celup Puting Menggunakan Larutan Daun Kemangi Di Kelompok Tani Sumber Hasil III”.

Rancangan Penyuluhan

Materi:

Celup puting menggunakan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis subklinis

Sasaran:

Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa pesanggrah an kec batu

Tujuan:

1. Mengetahui prosedur pembuatan larutan celup puting dari daun kemangi sebagai pencegahan mastitis pada sapi perah di Kelompok Tani Sumber Hasil III.

2. Mengetahui efek penggunaan celup puting dari bahan larutan daun kemangi sebagai pencegahan mastitis di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

3. Mengetahui hasil penyusunan rancangan penyuluhan dan ujicoba rancanga penyuluhan di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesangggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

4. Mengetahui evaluasi tingkat sikap pada penyuluhan pencegahan mastitis pada sapi perah menggunakan larutan daun kemangi di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan

Media:

Leaflet dan video

Metode:

Anjangsana dan komunikasi

langsung

Evaluasi:

Evaluasi aspek sikap sasaran

(36)

23 BAB III

METODE PELAKSANAAN 3.1 Kajian Teknis

3.1.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi pelaksanaan kajian kegiatan tugas akhir (TA) dilaksanakan di kandang Bapak Dardji selaku anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu. Waktu pelaksanaan kajian tugas akhir dimulai pada bulan April – Mei 2022.

3.1.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kompor, panci, Gelas ukur, Timbangan, TDS meter, Teet dipper, dan Saringan.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun kemangi dan air.

Gambar 2. TDS Meter

Perincian kebutuhan bahan untuk pembuatan larutan daun kemangi dengan konsentrasi 40% dapat dilihat pada tabel 1. Rincian bahan yang dibuat ini digunakan dalam satu hari untuk aplikasi dua kali pasca pemerahan dengan jumlah 10 ekor sapi yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Kebutuhan bahan

Bahan Jumlah

Daun kemangi 100 gr

Air 150 ml

jumlah 250 ml

Sumber: data pribadi, 2022.

(37)

3.1.3 Prosedur Pembuatan

Adapun prosedur dalam pembuatan larutan daun kemangi yaitu dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan, kemudian cuci bersih daun kemangi kemudian tiriskan, selanjutnya susun formula larutan dengan konsentrasi 40% yaitu untuk 1 liter larutan dibutuhkan air sebanyak 600 ml dan 400 gr daun kemangi, dilanjutkan dengan merebus hingga suhu 90⁰ celcius, yang terakhir larutan dibiarkan dingin dan larutan daun kemangi siap diaplikasikan dengan dimasukkan ke dipper untuk memudahkan proses pengaplikasian (Faradilla, dkk., 2020). Adapun diagram alur pembuatan larutan celup puting dari daun kemangi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alur pembuatan larutan daun kemangi.

Pengaplikasian dilakukan dengan cara mencelupkan puting sapi ke dalam teat dipper yang telah diisi larutan daun kemangi atau pencelupan

Mempersiapkan alat dan bahan

Cuci bersih daun kemangi, keringkan.

Pengukuran bahan

Perebusan hingga susu 90⁰C

pendinginan

Tuang ke dalam botol/dipper

pengaplikasian

(38)

ini dilakukan setelah proses pemerahan pagi dan sore dengan lama pencelupan ±10 detik setiap puting.

3.1.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi. Pada tahap pertama, observasi kesehatan ambing dilakukan pada 10 ekor sapi perah laktasi. Selanjutnya, observasi pada puting sapi dilakukan setelah mendapatkan perlakuan celup puting dari bahan larutan daun kemangi untuk mengetahui efektifitasnya dalam mencegah mastitis. Tahap berikutnya yaitu menghitung perbedaan biaya yang diperlukan dari celup puting dari bahan larutan daun kemangi dibandingkan dengan bahan kimia. Hasil penelitian pada tahap pertama ini akan digunakan sebagai materi penyuluhan.

3.1.5 Sampel

Sampel yang digunakan yaitu sapi perah masa laktasi.

Penentuan sampel kajian secara acak dengan obyek yang dijadikan bahan pengamatan yaitu berjumlah 10 ekor sapi perah laktasi dengan metode pemerahan yang dilakukan menggunakan mesin perah. Sapi perah yang digunakan dalam penelitian adalah sapi perah dengan masa laktasi ke 2 sebanyak 3 ekor, laktasi ke 3 sebanyak 5 ekor, dan laktasi ke 4 sebanyak 2 ekor.

Gambar 4. Pengambilan sampel air susu.

(39)

3.1.6 Variabel dan Prosedur Pengukuran

Variabel penelitian adalah nilai konduktivitas listrik (EC) pada air susu sapi laktasi yang dijadikan sampel penelitian. Uji konduktivitas listrik digunakan untuk mengetahui dampak dari penggunaa larutan antiseptik untuk celup puting dari daun kemangi. Uji konduktivitas listrik dipilih karena mudah digunakan semua kalangan, cepat, biaya murah, serta dapat digunakan dalam waktu yang lama. Nilai menunjukkan status kesehatan ambing sapi (Tabel 2).

Tabel 2. Acuan penilaian mastitis menggunakan electrical conductivity Nilai diagnostik EC(Ms/CM) Status kesehatan ambing

4,3-5,7 *Negative/ tidak terinfeksi

6,1 -8,3 *Mastitis subklinis

<10,95 **Mastitis klinis

Sumber: *Putri, dkk (2021) dan ** Maimunah, S., dan Sumanto,B (2019) Prosedur pengukuran nilai mastitis dengan konduktivitas listrik sebagai berikut;

1) TDS meter yang sebelumnya di kalibrasi terlebih dahulu dengan bubuk yang sudah berlabel dan tersedia ketika pembelian.

2) Sebelum penggunaan tulisan pada layar di atur ke electrical conduktivity, kemudian lakukan pengukuran dengan mencelupkan alat kedalam sample susu yang telah di ambil per puting.

Gambar 5. Pengukuran sampel menggunakan TDS meter.

3) Tunggu hingga menunjukkan angka konduktivitas listrik yang konstan untuk dapat dilakukan pencatatan dari sampel yang telah diukur.

(40)

4) Alat yang telah digunakan dilakukan pencucian dengan menyemprotkan aquades kemudian dikeringkan menggunakan tissue agar tidak ada sisa air yang menempel pada alat ukur.

5) Lakukan pengukuran dengan metode yang sama pada sampel berikutnya hingga selesai.

Pengumpulan data nilai konduktivitas listrik dilakukan sebelum dan setelah perlakuan setiap satu minggu (7 hari) sekali yang dilaksanakan selama dua minggu kajian. Adapun data yang telah diambil di tuliskan dalam form observasi yang terdapat pada Lampiran 1. Setiap pengukuran nilai konduktivitas listrik dilakukan 3 kali pengukuran yaitu sebelum perlakuan, satu minggu setelah perlakuan dan minggu kedua saat perlakuan.

3.1.7 Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan sumber data

Sumber pengambilan data primer didapatkan langsung dari hasil observasi lapangan melalui wawancara. Sedangkan data sekunder didapatkan secara tidak langsung yaitu melalui Programa Pertanian Kecamatan Batu, data profil Desa Pesanggrahan serta referensi yang bersumber dari internet.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data didapatkan melalui kuesioner, pengamatan, dan wawancara. Pembaguian kuesioner dibagikan secara perorangan kemudian diisi oleh responden yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara melihat, mengatmati, dan memberikan penilaian terhadap kondisi disekitar tempat pelaksanaan kajian.

3. Pengolahan dan analisa data

(41)

Pengolahan data adalah pemrosesan hingga menjadi tabel.

Pengolahan data kajian meliputi tiga tahapan, yaitu: (1) Editing atau pengecekan data; (2) Coding atau pemberian kode pada tiap data dengan kategori sama; (3) Tabulation atau pembuatan tabel – tabel berisikan data yang telah diberikan kode. Data nilai konduktivitas listrik yang terkumpul dari sampel sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.2 Kajian Sosial

3.2.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi kegiatan penyuluhan dilaksanakan di rumah peternak anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III. Sedangkan waktu penyuluhan dilakukan pada anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juni – 19 Juni 2022.

3.2.2 Metode Kajian

Penelitian dilakukan dua tahapan yaitu tahap persiapan materi penyuluhan dan tahap pelaksanaan penyuluhan. Materi penyuluhan yaitu tentang pencegahan mastitis pada sapi perah laktasi dengan celup puting dari bahan larutan daun kemangi. Pada tahap pelaksanaan penyuluhan di tetapkan metode dan media yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Tahap ini di tentukan berdasarkan latar belakang dan karakteristik sasaran penyuluhan. Selanjutnya dilakukan pembagian kuesioner kepada sasaran sebelum pelaksanaan penyuluhan. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, setelah penyuluhan selesai dilakukan pembagian kuesioner kembali. Akhir dari tahapan pelaksanaan penyuluhan yaitu melakukan evaluasi hasil penyuluhan dari data kuesioner yang telah diambil, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan penyuluhan.

(42)

3.2.3 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive dengan kriteria yaitu peternak yang aktif dalam Kelompok Tani Sumber Hasil III dan memiliki usaha ternak sapi perah. sampel yang dijadikan responden dalam kajian ini sebanyak 24 orang.

3.2.4 Metode Perancangan Penyuluhan 1. Penetapan tujuan

Penetapan tujuan menggunakan metode ABCD (audience, behavior, condition, degree) yaitu perumusan tujuan dilakukan dengan memperhatikan aspek khalayak sasaran, perubahan perilaku yang di kehendaki, kondisi yang akan di capai, dan derajad kondisi yang akan dicapai. Tujuan dari penyuluhan ini yaitu untuk mengetahui sikap peternak anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III dalam hal pembuatan larutan daun kemangi sebagai bahan alternatif celup puting menekan terjadinya mastitis.

2. Penetapan sasaran

Berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah dan juga koordinasi dengan penyuluh di BPP Kecamatan Batu maka sasaran penyuluhan yakni anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III yang berada di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

3. Penetapan materi

Penetapan materi penyuluhan didasarkan pada hasil kajian teknis yang telah dilakukan yakni mengenai pengaruh penggunaan celup puting setelah pemerahan terhadap penurunan nilai mastitis berdasarkan uji konduktivitas listrik.

4. Penetapan metode

Pemilihan metode penyuluhan pertanian dilihat dari kemampuan

(43)

karakteristik sasaran dalam menerima penyuluhan. Hal ini diperoleh dari matriks analisa penetapan metode penyuluhan yang telah disusun.

5. Penetapan media

Penetapan media penyuluhan didasarkan latar belakang karakteristik sasaran yang meliputi pendidikan terakhir, umur, lama beternak dan lain-lain.

6. Penetapan evaluasi penyuluhan

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian.Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian.

Dalam melakukan evaluasi dengan cara menyebarkan kuesioner kepada peternak seperti yang terlampir pada lampiran 2.

3.2.5 Metode Implementasi 1. Persiapan

a) Sasaran

Sasaran yang ditetapkan dalam penyuluhan ini adalah anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III.

b) Tujuan

Tujuan dilakukannya penyuluhan ini yaitu untuk mengevaluasi sikap sasaran terhadap materi penyuluhan.

c) Materi, metode, dan media

(44)

Penetapan materi, metode, dan media penyuluhan didasarkan atas karakteristik sasaran (umur, pendidikan terakhir, lama beternak, dan jumlah ternak) dan penilaian kebutuhan peternak.

2. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Kelompok Tani Sumber Hasil III Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu.

3. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah proses pengumpulan data dan analisis data dikerjakan secara deskriptif. Beberapa tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan evaluasi penyuluhan

Untuk mengukur perubahan sikap peternak setelah dilakukannya penyuluhan.

b) Menentukan metode evaluasi

Metode yang ditetapkan yaitu metode kualitatif karena data yang disajikan dalam bentuk deskriptif.

c) Populasi dan sampel

Populasi yang dijadikan subjek evaluasi adalah seluruh sasaran penyuluhan pertanian yang telah mengikuti penyuluhan tentang aplikasi daun kemangi sebgai bahan celup puting pada kasus mastitis subklinis di Kelompok Tani Sumber Hasil III.

d) Penyusunan instrument evaluasi

Instrument evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk menjaring data yang diwujudkan berupa kuesioner. Dalam penyusunan instrument evaluasi ini perlu dilakukan uji validitas yang bertujuan agar instrument evaluasi dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (sesuai).

(45)

e) Pelaksanaan evaluasi

Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan penyebaran kuesioner ke responden/ sasaran penyuluhan secara individu. Kriteria penilaian yang digunakan yaitu menggunakan skala likert dengan teknik penilaian dilakukan dengan rating scale yakni menggunakan kategori penilaian:

a. Sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1 b. Tidak setuju (TS) dengan skor 2

c. Setuju (S) dengan skor 3

d. Sangat setuju (SS) dengan skor 4

Kuesioner yang digunakan mengacu pada taksonomi bloom dimana pada ranah sikap mengacu pada 5 tingkatan yaitu menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan karakteristik. Kemudian dari tingkatan tersebut digunakan dalam kriteria sebagai berikut:

- Skor jawaban tertinggi = 4, jumlah pertanyaan = 10, sehingga nilai skor tertinggi adalah 4x10= 40

- Skor jawaban terendah= 1, jumlah pertanyaan = 10, sehingga jumlah skor terendah 1x10= 10

- Kelas interval yaitu jumlah tingkatan dari aspek sikap dengan nilai 5 tingkatan kemudaian lebar kelas interval dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

(46)

Tabel 3. Kriteria penilaian aspek sikap

No Skor Tingkatan

1. 6-12 A1 (Menerima)

2. 13- 19 A2 (Merespon)

3. 20-26 A3 (Menilai)

4. 27-33 A4 (Mengelola)

5. 34-40 A5 (Karakteristik)

sumber: data pribadi terolah, 2022.

f) Tabulasi dan rekap data

Tabulasai dan rekap data merupakan hasil dari scoring yang telah dilakukan pada penetapan item tertentu. Hasil tabulasi berupa deskripsi yang kemudia direkap dan disajikan dalam garis kontinum g) Analisis dan intepretasi data

Pada tahap ini data yang telah diolah dianalisis agar dapat ditarik kesimpulan sehingga muncul informasi baru dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kemudian hasil informasi tersebut di deskripsikan agar mudah dipahami dan bermanfaat untuk penyelesaian permasalahan.

(47)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Pelaksanaan Kajian

Kajian teknis dilaksanakan di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu pada ternak sapi perah milik bapak Darji selaku anggota Kelompok Tani Sumber Hasil III dengan ternak yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 10 ekor.

Sebelum perlakuan dengan pemberian larutan celup puting dari daun kemangi dilakukan uji konduktivitas listrik terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 10 ekor sapi perah yang dijadikan sampel dengan total 40 puting sapi perah 7 puting negatif mastitis, 28 puting terjangkit mastitis subklinis, 4 puting mastitis klinis, dan 1 puting mati.

4.2 Hasil kajian pembuatan dan penerapan larutan antiseptik daun kemangi sebagai celup puting

4.2.1 Alat Dan Bahan A. Alat

1. kompor 5. tds meter

2. panci 6. dipper/ gelas plastik

3. gelas ukur/gayung 7. saringan 4. timbangan (opsional)

B. Bahan

1. Daun kemangi 100gr (1 ikat)

2. Air 150 ml (1 gelas kecil)

(48)

4.2.2 Prosedur Pembuatan Larutan Antiseptik Daun Kemangi

Pembuatan larutan antiseptik celup puting dari bahan daun kemangi sebagai larutan mengacu pada penelitian oleh Faradilla, dkk (2021) perlakuan celup puting pada sapi perah menggunakan larutan daun kemangi dengan konsentrasi 40% mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar 69,72%. Penurunan skor menunjukkan bahwa penggunaan larutan daun kemangi sebagai teet dipping mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab mastitis subklinis pada sapi perah.

Adapun prosedur dalam pembuatan larutan daun kemangi yaitu dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan, kemudian cuci bersih daun kemangi kemudian tiriskan, selanjutnya susun formula larutan dengan konsentrasi 40% yaitu untuk 1 liter larutan dibutuhkan air sebanyak 600 ml dan 400 gr daun kemangi, dilanjutkan dengan merebus hingga suhu 90⁰ celcius, yang terakhir larutan dibiarkan dingin, setelah dingin larutan dapat disimpan dalam botol dan diletakkan didalam kulkas untuk mempanjang daya simpan dan larutan daun kemangi siap diaplikasikan dengan dimasukkan ke dipper untuk memudahkan proses pengaplikasian.

4.3 Status kondisi kuartir ambing

Menurut suryowardojo (2011) mastitis merupakan penyakit radang ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme terutama dalam bentuk bakteri, penyakit ini menimbulkan banyak kerugian pada peternakan sapi perah. Mastitis adalah penyakit yang menyerang kelenjar susu ternak yang ditandai dengan pembengkakan dan kesakitan pada ambing susu.

Umumnya mastitis yang diketahui oleh peternak yaitu mastitis yang memiliki gejala yang dapat diamati oleh mata. Meski demikian ada juga

(49)

yang disebut dengan Mastitis subklinis, yakni Mastitis yang tidak disertai gejala sakit sehingga hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium maupun menggunakan alat.

Perbedaan dari dua penyakit mastitis dapat dibedakan dari tanda- tanda yang ditunjukkan oleh sapi tersebut. Mastitis klinis biasanya menunjukkan gejala fisik yang meliputi warna susu tidak normal, terdapat ledir dan penggumpalan susu, puting terasa panas dan sapi akan menunjukkan reaksi apabila puting disentuh, serta pembengkakan pada ambing. Sedangkan mastitis klinis tidak menunjukkan gejala sehingga perlu dilakukan pengujian menggunakan alat bantu.

Metode yang digunakan dalam mendeteksi adanya mastitis terutama mastitis subklinis pada sapi perah memiliki kriteria yaitu mudah dilakukan serta cepat dalam menentukan hasil salah satunya adalah uji konduktivitas listrik. Dalam kajian ini proses pendektesian mastitis pada sapi perah laktasi di kelompok tani sumber hasil III dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter.

Untuk mengetahui kondisi kesehatan ambing dari sapi perah maka diambil sampel susu sebelum pemerahan kemudian di tes menggunakan TDS meter yang sebelumnya telah dicuci menggunakan aquades. Setiap pemindahan pengujian sampel alat yang digunakan dicuci dahulu sebelum pindah sampel hal ini agar hasil lebih akurat.

Prinsip kerja konduktivitas listrik yaitu untuk mengetahui perubahan komposisi pada susu sapi yang berasal dari ambing sapi mastitis.

Konsentrasi anion dan kation meningkat pada sapi yang menderita mastitis sehingga dapat diketahui dari uji konduktivitas lisrik. Susu dari sapi yang menderita mastitis dapat mengahantarkan listrik karena nilai

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pasien sudah mengalami terlambat haid sejak 3 Pasien sudah mengalami terlambat haid sejak 3 bulan yang lalu disertai gejala kehamilan dan bulan yang lalu disertai gejala kehamilan

Dari hasil pengujian yang dilakukan telah berhasil membuktikan bahwa Artificial Fish Swarm Algorithm mampu membuat simulasi pergerakan sekelompok agen otonom yang

5 T.. Selain itu badan amil zakat yang didirikan oleh pemerintah kurang optimal, karena banyak masyarakat yang menyerahkan zakatnya secara pribadi ataupun kepada kyai

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA MAKET KUDA-KUDA SISTEM BONGKAR PASANG PADA MATA KULIAH KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG III.. Skripsi, Surakarta:

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Shunt pada APS-6 digunakan untuk membaca arus pada saatmelakukan charging baterai. Shunt yang digunakan pada APS-6 adalah shunt resistor dengan kapasitas 300

5 Saya merasa, hubungan antara bawahan dengan atasan dapat meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik. 6 Saya dapat berhubungan baik dengan sesama rekan kerja saya

(2) Akhmad Darmawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana penyusunan