• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2023 AKBAR PRATAMA SKRIPSI Cinnamomum burmannii , Blume) SEBAGAI BAHAN AKTIF OBAT NYAMUK ELEKTRIK EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KAYU MANIS (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2023 AKBAR PRATAMA SKRIPSI Cinnamomum burmannii , Blume) SEBAGAI BAHAN AKTIF OBAT NYAMUK ELEKTRIK EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KAYU MANIS ("

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii, Blume) SEBAGAI BAHAN AKTIF

OBAT NYAMUK ELEKTRIK

SKRIPSI

AKBAR PRATAMA

PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023

(2)

2

EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii, Blume) SEBAGAI BAHAN AKTIF

OBAT NYAMUK ELEKTRIK

SKRIPSI

AKBAR PRATAMA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Kehutanan Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSANKEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023

(3)

3

(4)

4

(5)

5

RINGKASAN

Efektivitas Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik (Skripsi oleh Akbar Pratama dibawah bimbingan Ibu Ir. Riana Anggraini.,S.Hut., M.Si., IPM., CIT dan Bapak Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si).

Tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii) salah satu komoditas dari kehutanan berbentuk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Sampai saat ini dalam pemberantasan keberadaan nyamuk, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam obat anti nyamuk adalah golongan DEET atau diethylmetatoluamide), dan golongan organoklorin. Walau memiliki manfaat yang banyak dan mudah untuk digunakan, penggunaan bahan dari bahan kimia memiliki dampak yang cukup merugikan bila digunakan secara terus- menerus. Senyawa cinnamyl acetate yang terdapat pada daun kayu manis diketahui memiliki aktivitas sebagai insektisida dengan dengan menekan sistem syaraf pada serangga. Sifat neurotoksik pada eugenol mampu membuat racun pernapasan bagi serangga (Kang dan Lee, 2018) Penelitian bertujuan untuk menganalisis minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan satu faktor yaitu konsentrasi pemberian minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes agypti), dengan 5 taraf perlakuan konsentrasi yaitu 5%, 7,5%, 15%, 20% dan 40%

dan 1 taraf pembanding tanpa minyak atsiri daun kayu manis. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali pengulangan sehingga sampel yang diuji sebanyak 30 sampel. Hasil pengujian analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk menguji perbedaan diantara perlakuan yang memberikan pengaruh nyata minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi 40% minyak atsiri daun kayu manis berbeda nyata dengan konsentrasi 20% begitu juga dengan konsentrasi 15%, 7,5%, 5% dan tanpa konsentrasi setiap perlakuaanya berbeda nyata dengan tingkat mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Mortalitas nyamuk demam berdarah ini disebabkan karena adanya senyawa yang terkandung didalam minyak atsiri daun kayu manis. Tingkat efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) menunjukan bahwa minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dapat mengakibatkan nyamuk pingsan dan mati.

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Payo Lebar, Kec. Jelutung, Kota Jambi pada tanggal 2 Maret 1998. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Joko Siswanto dan Ibu Siti Royani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 15 Kota Jambi pada Tahun 2010. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 5 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 8 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Jambi melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi (UMB- PT).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Jambi penulis pernah menjadi wakil ketua English Forestry Club (EFC) tahun 2018, Penulis pernah juga menjadi anggota kesma Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kabinet Berdikari pada tahun 2018/2019. Penulis mulai ditetapkan pada peminatan Teknologi Hasil Hutan (THH) pada semester ganjil tahun akademik 2019/2020. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada semester ganjil tahun akademik 2019/2020 di PT. Arara Abadi yang terletak di Distrik 1 Melibur, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Penulis melakukan penyusunan skripsi dan penelitian pada tahun akademik 2020/2021 dengan judul skripsi “Efektivitas Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik”, yang dibimbing Oleh Ir. Riana Anggraini., S.Hut., M.Si., I.PM dan Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penulis melaksanakan ujian skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 5 Januari 2023.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kemudahan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti pada saat ini.

Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Ibu Ir. Riana Anggraini, S.Hut., M.Si., I.PM., CIT selaku dosen pembimbing skripsi pertama dan Bapak Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah memberikan waktu, do’a, motivasi, arahan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ade Yulia, S.TP., M.Sc, Ibu Elisma, S.Farm., Apt., M.Farm, dan Bapak Ir. Albayudi, S.Hut.,M.Si., I.PM selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Neliyati, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan serta memberikan banyak motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan kuliahnya.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Ibu Dr. Ir. Eva Achmad, S.Hut., M.Sc., I.PM selaku Ketua Jurusan Kehutanan, Universitas Jambi, Ibu Maria Ulfa, S,Hut., M.Si., CIT selaku Ketua Program Studi Kehutanan, Universitas Jambi, Bapak/Ibu dosen dan staff Program Studi Kehutanan.

5. Ayah, Ibu dan adik-adik saya yang terkasih, Joko Siswanto, Siti Royani, Aulia Nabila dan Muhammad Raffi Fadillah, yang telah memberi dukungan baik moril, materil maupun tenaga sehingga penulis dapat selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

ii 6. Ibu Neneng Susanti, S.Hut., M.Si selaku Kepala KPHP (Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi) Unit 1, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang telah memberikan izin dalam penggunaan alat penyulingan minyak atsiri dan Bapak Sartoni selaku Kepala Desa Sungai Betung Ilir, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang telah membimbing dalam penggunaan alat penyulingan minyak atsiri di desa penyangganya.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2016 Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi dan teman-teman grup peserta piknik yang selalu saling mendukung secara moril dan tenaga serta memberi semangat selama perkuliahan.

8. Teman-teman peminatan Teknologi Hasil Hutan (THH) yang telah banyak memberikan doa, semangat serta motivasi kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pihak-pihak yang memerlukan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, Februari 2023

Penulis

(9)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) ... 5

2.2 Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) ... 6

2.3 Minyak Atsiri ... 7

2.4 Destilasi ... 8

2.5 Obat Nyamuk Elektrik ... 9

2.6 Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) ... 9

2.7 Penelitian Terdahulu ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Rancangan Percobaan ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.4.1 Persiapan Bahan Baku ... 14

3.4.2 Penyulingan Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) ... 15

3.4.3 Pembuatan Media Pengujian Berupa Kandang dan Pengukuran Suhu dan Kelembapan dalam Kandang Selama 60 Menit ... 16

3.4.4 Pembiakan dan Pemeliharan Nyamuk ... 17

3.4.5 Persiapan Mat Obat Nyamuk Elektrik ... 17

3.4.6 Perlakuan Konsentrasi ... 18

3.5 Pengujian Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) ... 18

3.5.1 Rendemen ... 18

3.5.2 Mortalitas ... 18

3.5.3 Uji Efikasi pada Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) ... 18

3.6 Analisis Data ... 19

(10)

iv

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Rendemen Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) ... 21

4.2 Pengujian Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik ... 21

4.2.1 Mortalitas Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) ... 21

4.2.2 Uji Efikasi pada Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) ... 25

4.3 Efektivitas Paparan Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Terhadap Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) ... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 35

(11)

v

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) perlakuan konsentrasi

minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap tingkat mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) ... 23 2. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) perlakuan konsentrasi

minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap tingkat efikasi nyamuk jatuh (knockdown) nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) ... 26

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kayu manis (Cinnamomum burmanii, Blume) ... 5

2. Nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) ... 10

3. Siklus hidup nyamuk (Aedes agypti)... 10

4. Alat destilasi minyak atsiri ... 16

5. Sangkar nyamuk ... 17

6. Diagram alir penelitian ... 20

7. Pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) ... 22

8. Nyamuk mati ... 24

9. Perbandingan rata-rata efikasi pada kematian nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) setelah pemaparan selama 1 jam ... 25

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Perhitungan jumlah perlakuan dan rancangan acak lengkap ... 35

2. Rendemen minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) 37 3. Volume minyak atsiri daun kayu manis yang dibutuhkan ... 38

4. Hasil pengukuran suhu dan kelembapan didalam kandang ... 40

5. Hasil pengamatan mortalitas pemaparan minyak atsiri terhadap nyamuk ... 41

6. Hasil pengamatan efikasi pemaparan minyak atsiri terhadap nyamuk ... 42

7. Analisis sidik ragam anova dan uji Duncan pada mortalitas ... 43

8. Analisis sidik ragam anova dan uji Duncan pada efikasi ... 44

9. Dokumentasi penelitian ... 45

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii, Blume) merupakan spesies dari genus Cinnamomum yang termasuk ke dalam famili Lauraceae. Tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii) salah satu komoditas dari kehutanan berbentuk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Hasil dari tumbuhan kayu manis bisa dalam wujud berbentuk kulit kayu manis, ataupun dalam wujud minyak atsiri. Hasil olahan dari kulit kayu manis bisa digunakan langsung dalam wujud asli, bubuk, ataupun dalam wujud minyak atsiri. Minyak atsiri kayu manis bisa diperoleh dari kulit batang, ranting, dahan, ataupun daun (Jailani et al., 2015).

Kayu manis yang paling banyak dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat petani di indonesia merupakan jenis Cinnamomum burmannii, Blume (Alimah, 2015). Terutama wilayah penghsail kayu manis yang berkualitas adalah dari daerah Sumatera Barat serta Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (Susanti et al., 2013). (Wang, 2009 dalam Hasan, 2011), Menyatakan hasil analisis dengan menggunakan GC-MS menemukan komponen mayor yang terdapat dalam minyak atsiri yang terkandung pada daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan Kumarin (13,93%). Shan et al. (2007), menyatakan hasil dari identifikasi kandungan minyak atsiri pada kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmanii) menemukan adanya senyawa utama sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin dan epi-catechin.

Nyamuk merupakan salah satu serangga dari filum arthropoda yang pada umumnya banyak bersarang di lingkungan yang lembab, dingin dan gelap. Serta, nyamuk berperan dalam transmisi penyakit. Seperti, nyamuk vektor penyait malaria ditularkan nyamuk jenis Anopheles sp, vektor penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk jenis Aedes aegypti, nyamuk rawa-rawa Mansonia uniformes, nyamuk kebun Armigeres subalbatus, nyamuk rumah Culex sp, dan nyamuk vektor penyakit kaki gajah atau filariasis ditularkan nyamuk jenis Culex quiquefasciatus (Sigit et al., 2006).

Terdapat beberapa jenis obat nyamuk yang beredar dipasaran seperti obat semprot, elektrik, bakar, lotion dan cair. Dimana didalam kandungan obat nyamuk tersebut terkandung senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia (Lestari

(15)

2 dan Simaremare, 2017). Jenis obat nyamuk yang sangat mudah dan relatif sederhana untuk diaplikasikan adalah jenis obat nyamuk elektrik karena zat aktif tersebar secara konstan dan hemat serta dibandingkan dengan metode yang lain (Adiatmoko, 2014).

Sampai saat ini dalam pemberantasan keberadaan nyamuk, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam obat anti nyamuk adalah golongan karbamat (misal propoxur), piretroid (misal permethrin), organofosfat (misal DDVP atau Dichlorovinyl Dimethyl Phospate, dan DEET atau diethylmetatoluamide), dan golongan organoklorin. Walau memiliki manfaat yang banyak dan mudah untuk digunakan, penggunaan bahan dari bahan kimia memiliki dampak yang cukup merugikan bila digunakan secara terus-menerus. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati yang berasal dari tumbuhan sehingga memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi, sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang lebih berat dan tidak merugikan makhluk hidup dan lingkungan yang bukan sasaran (Kardinan, 2005). Berbagai penelitian terdahulu mengungkapkan beberapa tumbuhan memiliki senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin yang berpotensi sebagai insektisida alami pada jenis nyamuk Aedes aegypti (Nugraha, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan Panja (2019) dan Safitri (2020) menunjukan adanya kandungan senyawa cinnamyl acetate sebesar (23,79%) yang terdapat pada daun kayu manis diketahui memiliki aktivitas sebagai insektisida dengan dengan menekan system syaraf pada serangga (Kang dan Lee, 2018). Selain itu, kandungan senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam daun kayu manis juga diduga mengandung alkanoid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, dan tanin (Sufriadi, 2006). Kandungan senyawa saponin dan flavonoid juga memiliki aktivitas sebagai racun pernapasan yang dapat menyebabkan kematian pada serangga. Selain itu senyawa flavonoid yang terhirup maupun termakan kedalam tubuh serangga akan mengakibatkan kematian. Tanin diketahui dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan pertumbuhan serangga dan alkaloid dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf serangga (Pemungkas, 2017).

(16)

3 Bahan utama dalam penelitian ini adalah minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) yang berasal dari limbah daun kayu manis.

Daun kayu manis yang bersifat ramah lingkungan serta diduga sebagai bahan insektisida nabati terutama pada nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian dan pengembangan guna menemukan insektisida alami yang aman dan ramah terhadap lingkungan. Sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah daun kayu manis dari hasil pemanenan serta dapat mengurangi penggunaan insektisida dengan bahan kimia sintetik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema “Efektivitas Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dengan konsentrasi berbeda memberikan pengaruhi terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini terdapat pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).

2. Menganalisis konsentrasi optimal minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).

(17)

4 1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang kesesuaian pemanfaatan minyak atsiri limbah pemanenan dari daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) sebagai mat obat anti nyamuk elektrik yang efektif digunakan sebagai anti nyamuk .

(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume)

Jenis kayu manis yang sudah dikenal atau berkembang di Indonesia dalam perdagangan yaitu Cinnamomum burmannii, Blume (Abdullah, 1990).

Cinnamomum burmannii, Blume dikenal sebagai kayu manis yang dikembangkan di Indonesia dimana ada dua jenis utama yang dapat dikenal, pertama kayu manis dengan daun muda yang memiliki warna merah, kayu manis jenis ini tumbuh diketinggian yang lebih tinggi dari kayu manis dengan daun muda yang memiliki warna hijau (Weisss, 1997). Klasifikasi lengkap tanaman kayu manis adalah sebagai berikut: Kingdom (Plantae) Divisi (Gymnospermae), Subdivisi (Spermatophyta), Kelas (Dicotyledonae), Sub Kelas (Dialypetalae), Ordo (Policarpicae), Famili (Lauraceae), Genus (Cinnamomum) Spesies (Cinnamomum burmannii) (Integrated Taxonomic Information System, 2018). Adapun bentuk dari pohon kayu manis (Cinnamomum burmanii, Blume) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sumber: Dokumen Pribadi, 2021.

Kayu manis termasuk (Cinnamom sp) termasuk famili Lauraceae, ada 3 yaitu genus C. burmanii, C. zeylanikum dan C. Cassia. Tanaman kayu manis berupa pohon, tumbuh tegak dan tinggi. Batang berkayu, bercabang, warna hijau kecoklatan, daun tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, saat masih muda berwarna merah tua atau hijau ungu, daun tua berwarna hijau, bunga majemuk, muncul dari ketiak daun, berambut halus, mahkota

(19)

6 berwarna kuning. Buah berwarna hijau waktu muda dan hitam setelah tua. Biji kecil, bentuk bulat telur. Kulit batang mengandung dammar, lender, dan minyak atsiri yang mudah terlarut (Syukur dan Hermani, 2001). Kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari family Lauraceae. Kayu manis jenis ini banyak tumbuh pada daerah sub tropis dan tropis. Tumbuhan kayu manis merupakan tumbuhan dengan bentuk pohon memiliki tinggi berkisar antara 5-15 m, kulit pohon kayu manis bewarna abu-abu tua dan mempunyai bau yang cukup khas, kayu pada tumbuhan kayu manis memiliki warna merah coklat muda. Tumbuhan kayu manis memiliki daun tunggal, kaku dan berseling, panjang tangkai daun kayu manis 0, ,5 cm dengan 3 buah tulang daun yang melengkung. Daun tumbuhan kayu manis berbentuk elips memanjang dengan panjang 4- cm dengan lebar , cm, memiliki ujung yang runcing dengan tepi yang rata, permukaan daun bagian atas licin dengan warna hijau sedangkan permukaan bawah daun bertepung dengan warna keabu- abuan. Daun muda pada tumbuhan kayu manis berwarna merah pucat (Safratilofa, 2016).

2.2 Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume)

Daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) mengandung alkanoid, flavonoid, fenilik hidrokuinon, saponindan dan tannin (Sufriadi, 2006). (Wang, 2009 dalam Hasan, 2011), Menyatakan hasil analisis dengan menggunakan GC- MS menemukan komponen mayor yang terdapat dalam minyak atsiri yang terkandung pada daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan Kumarin (13,93%). Khasanah el al. (2017) menyatakan bahwa oleoresin daun kayu manis mempunyai kadar minyak atsiri 9,5% dengan senyawa aktif eugenol 59,56%, oleic acid amide 19,58% dan benzyl benzoate 7,78%. Safitri (2020) menyatakan dalam hasil penelitiannya yang berjudul pengaruh perlakuan awal dan lama pengeringan terhadap mutu minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) bahwa kandungan senyawa dengan presentase terbanyak diantara senyawa lainnya yaitu cinnamyl acetate yaitu sebesar 35,36%. cinnamyl acetate senyawa yang bersifat larvasida kuat (Kamal et al., 2017). Alfarid (2020) menyatakan bahwa ekstrak

(20)

7 etanol daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) pada konsentrasi 0,5% telah mengakibatkan kematian 100% dari larva nyamuk aedes agypti yang diuji.

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak esteris atau minyak mudah menguap (Wuri et al., 2004). Minyak atsiri merupakan sebuah produk olahan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Minyak atsiri banyak diminati di pasar Amerika dan Eropa dikarenakan minyak tersebut digunakan dalam bahan baku industri pembuatan minyak wangi, komestik, farmasi dan industry lainnya yang memanfaatkan minyak atsiri (Jailani et al., 2015). Minyak atsiri merupakan minyak yang memiliki aroma dan memiliki komponen kimia yang berbeda dan khas, hal tersebut tergantung pada jenis tumbuhan asal minyak atsiri yang dihasilkan (Hertika, 2011).

Famili tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain famili Annonaceae, Geraniaceae, Gramineae, Lamiaceae, Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, Oleaceae, Piperaceae, Rosaceae, Santalaceae dan Zingiberaceae.

Genus dari famili Lauraceae yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain Cinnamomum, Sassafras, ocetea, laurel dan litsea (Weiss, 1997). Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit batang, ranting, dahan maupun daun (Jailani et al., 2015).

Minyak atsiri dapat diambil dari tumbuhan dengan metode destilasi, ekstraksi dengan pelarut dan metode pengempaan (Hertika, 2011). Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian tertentu tanaman yang mengandung minyak atsiri.

Bagian ini antara lain akar, biji, buah, bunga, daun, kulit kayu, ranting dan rimpang atau akar tunggal (Lutony, 2002). Minyak atsiri pada umumnya dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan larut dalam pelarut organik, tetapi sukar pelarut dalam air (Robbers et al., 1996). Hasil dari minyak atsiri yang berasal dari daun tua kayu manis memiliki warna kuning (Jailani et al., 2015).

Menurut Novari et al. (2007) rendemen hasil penyulingan minyak atsiri dari kulit dan daun kayu manis berbeda menurut perlakuannya, rendemen minyak atsiri dari kulit batang dengan perlakuan kering udara adalah 0,89% dan minyak atsiri kulit batang dengan perlakuan kering matahari didapat rendemen sebesar

(21)

8 0,77%, sedangkan rendemen dari minyak atsiri daun kayu manis perlakuan kering udara 2,00% dan untuk perlakuan kering matahari sebesar 1,54%. Khansanah et al. (2007) menyatakan bahwa selain minyak atsiri, daun kayu manis dapat diolah menjadi oleoresin daun kayu manis yang mempunyai kadar minyak atsiri 9,5%, dengan senyawa aktif eugenol 59,56%. Oleic acid amide 19,58% dan benzyl benzoate 7,78%. Kandungan lain yang terdapat pada minyak atsiri kayu manis berupa 1(2H)-Naftalenon,3,4,-dihidro-1-tetralon, Benzenpropanal, Terpineol, Naftalen, 1,2,3,5,6,8a-heksahidro-4,7dimetil-1-(1-metiletil), Bisiklo-2,2,1, heptan- 2-ol, 1,7,7-trimetil dan 1,8-Sineol (Ramadhani, 2017).

2.4 Destilasi

Pengambilan minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi, ekstraksi dengan pelarut dan metode pengempaan. Metode destilasi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri pada tanaman (Hertika, 2011). Destilasi didefinisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan menggunakan perantara uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi atau sering disebut dengan penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia pada tumbuhan berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan campuran zat akan didihkan sehingga menguap dan uap akan didinginkan kembali kebentuk cairan dengan kondensor. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, sedangkan zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap apabila telah mencapai titik didihnya (Fatimura, 2014).

Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi air dan destilasi uap-air, metode destilasi air dilakukan dengan cara bahan dimasukkan dalam ketel suling kemudian ditambahkan air sampai bahan tersebut terendam, tetapi tidak sampai memenuhi ketel suling. Sedang untuk metode uap-air dilakukan dengan cara bahan diletakkan diatas air dengan penahan, kemudian diatur sedemikian rupa agar ruang antar bahan tidak longgar, selanjutnya dilakukan pemanasan ketel dengan menggunakan sumber panas dari api. Waktu destilasi dilakukan selama 4 jam diukur mulai dari tetesan kondesat pertama (Yuliarto et al., 2012).

(22)

9 2.5 Obat Nyamuk Elektrik

Pengendalian untuk menghindari nyamuk demam berdarah, antara lain menggunakan obat nyamuk oles atau lotion, semprot, bakar, dan elektrik. Namun, hampir semua anti nyamuk tersebut yang beredar di Indonesia berbahan aktif DEET (Diethyltoluamide) yang merupakan bahan kimia sintesis relatif berbahaya dengan konsentrasi 10-15% (Kardinan, 2007). Menurut WHO (2005), insektisisda dianggap memiliki efek apabila menyebabkan kematian nyamuk uji sebesar 10- 95% selama 24 jam, sedangkan komisi pestisida (1995) menyatakan bahwa penggunaan insektisida dikatakan efektif apabila dapat mematikan 90–100%

nyamuk selama 24 jam. Alternative yang dapat digunakan untuk penanggulangan dalam pengendalian nyamuk demam berdarah adalah dengan menggunakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah sering digunakan oleh masyarakat (Kardinan dan Dahlami, 2010).

Obat nyamuk elektrik merupakan jenis obat nyamuk yang dikembangkan dengan bantuan listrik. Elektrik ini berukuran 3x2 cm yang terbuat dari lembar lapik (mat) yang mengandung insektisida mudah di uapkan. Melalui proses penguapan, bahan aktif dan pewanginya dikeluarkan dengan bertahap. Jumlah insektisida yang dikeluarkan obat nyamuk elektrik cukup untuk menghalau nyamuk selama beberapa jam perubahan warna dari biru menjadi putih menunjukan bahwa bahan aktif yang dikandungnya telah habis (Ariani, 2012).

2.6 Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)

Nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) merupakan vektor primer penyakit virus, yaitu demam dengue, cikungunya, dan yellow fever (CDC, 2012).

Nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang terinfeksi virus dengue akan menggigit manusia dan virus menyebar ke aliran darah serta dapat mengakibatkan kematian (Suhendro, 2009). Klasifikasi lengkap nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) adalah sebagai berikut: Kingdom (Animalia), Filum (Anthropoda), Kelas (Insekta), Ordo (Diptera), Sub Ordo (Nematocera), Famili (Cullicidae), Sub Famili (Cullicinae), Genus (Aedes), Spesies (Aedes aegypti) (Universal Taxonomic Service, 2012).

(23)

10 Gambar 2. Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2021.

Menurut Sungkar (2005), bagian nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) secara umum terdiri atas kepala, dada (toraks), dan perut (abdomen). Ciri khas nyamuk demam berdarah dewasa pada bagian dorsal toraks yaitu sepasang garis putih yang sejajar ditengah dan garis lengkung putih yang lebih tebal pada setiap sisinya. Ruas tarsus kaki belakang berpita putih. Berikut merupakan merupakan morfologi dari nyamuk demam berdarah dewasa (Aedes aegypti).

Gambar 3. Siklus Hidup Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) Sumber:

Geocities, 2007.

Perkembangan nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-13 hari dan hanya nyamuk betina saja yang menggit dan menghisap darah. Rata-rata umur nyamuk hidup sekitar 2 minggu sampai 3 bulan tergantung dari suhu dan kelembapan dari lingkungan sekitarnya (Hadinegoro, 1999).

Telur nyamuk demam berdarah tidak mempunyai pelampung dan diletakkan satu persatu di atas permukaan air. Ukuran panjangnya dibungkus dalam kulit yang berlapis dan mempunyai saluran berupa corong. Telur nyamuk (Aedes

(24)

11 aegypti) di dalam air dengan suhu 20-40 akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari (Ginanjar, 2008).

Jentik nyamuk Aedes aegypti dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit, jentik yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar 1, II, III, dan IV. Larva menggantungkan dirinya pada permukaan air untuk mendapatkan oksigen di udara. Larva menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air. Perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: temperature, kedaan air, dan kandungan zat makanan yang ada di habitat perkembangbiakan. Pada kondisi optimum larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 6-8 hari. Pada stadium pupa ini adalah stadium tidak makan. Bila terganggu dia akan bergerak naik turun di dalam air. Dalam waktu kurang lebih 2 hari, pupa akan muncul menjadi nyamuk dewasa. Jadi total siklus hidup nyamuk Aedes aegypti bisa diselesaikan dalam waktu 9-12 hari (Ginanjar, 2008)

2.7 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dari safratifolia (2016) dari hasil uji fitokimia yang dilakukan diketahui bahwa kandungan kimia dari ekstrak daun kayu manis adalah saponin, tanin, fenolik, flavonoid, alkanoid, steroid dan glikosida, kandungan kimia dari ekstrak daun kayu manis inilah yang diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Esherichia coli pada cawan petri. Gusmailina et al. (2014) menyatakan daun kayu manis bukanlah limbah yang biasanya dibiarkan terbuang, namun merupakan sumber daya yang bisa meningkatkan nilai tambah, karena dapat dikembangkan pemanfaatannya lebih lanjut baik sebagai minyak daun. Peluang pemanfaatan lebih bisa sebagai sumber biofarmaka, biopestida maupun bioinsektisida.

Penelitian alfarid (2020) dalam penelitiannya yang berjudul Uji Efektivitas Ekstrak dan Fraksi Aktif Daun Kayu Manis (Cinnamomun burmannii, Blume) Sebagai Larvasida Aedes agypti. Hasil penelitiannya menyatakan ekstrak etanol pada kosentrasi 0,5% telah mengakibatkan kematian 100% dari larva yang diuji dengan jangka waktu pemeriksaan 24 jam setelah uji efektivitas dimulai.

Berdasarkan peneliatan yang dilakukan Albayudi et al. (2019) yang berjudul pemanfaatan minyak atsiri dari limbah daun kayu manis (Cinnamomun burmannii

(25)

12 Blume) sebagai bahan aktif losion anti nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perbedaan konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 7% yang diberikan memberikan pengaruh nyata terhadap penolak nyamuk. Kosentrasi optimal minyak atsiri daun kayu manis sebagai bahan aktif losion anti nyamuk sebesar 7%.

Panja (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume.) sebagai larvasida lalat rumah (Musca domestica). Berdasarkan penelitian tersebut ia menjelaskan bahwa Pemberian kosentrasi tertentu minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomun burmannii Blume) pada makanan larva lalat rumah mengakibatkan gagalnya lalat mencapai tahap eklosi dan terjadi kematian. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis mengakibatkan meningkatnya kematian larva lalat rumah.

Kosentrasi optimal minyak atsiri daun kayu manis sebagai larvasida lalat rumah sebesar 10%

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prameswari et al. (2014) yang berjudul potensi larutan kayu manis (Cinnamomum sp.) sebagai larvasida terhadap jentik (Aedes aegypti). Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut imenjelaskan bahwa larutan kayu manis berpotensi sebagai larvasida alami terhadap jentik Aedes agypti. Konsentrasi optimal larutan kayu manis yang paling efektif adalah 2%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ramadania et al. (2020) yang berjudul potensi ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume.) sebagai larvasida alami terhadap (Aedes Albopictus). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menjelaskan untuk konsentrasi 7%, 5% dan 1% mengalami kematian 100%

dengan selang waktu 11-16 jam pengujian. Tetapi, pada kelompok kontrol positif mengalami kematian 100% dan pada kontrol negatif tidak mengalami kematian.

(26)

13

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan selama ± 3 bulan, yaitu bulan Juli- September 2021. Proses persiapan bahan baku minyak atsiri daun kayu manis telah dilaksanakan di Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Usaha dibawah binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit 1 Kerinci, Desa Sungai Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Sementara proses pengembangbiakan nyamuk (Aedes aegypti) dan pengujian minyak atsiri sebagai formulasi bahan aktif untuk obat nyamuk nyamuk elektrik terhadap kematian nyamuk dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan dalam pembuatan sangkar atau ternak nyamuk Aedes aegypti antara lain kayu, paku, gergaji, pisau, karton putih, kawat nyamuk ukuran 12 mesh dan palu, karung digunakan untuk tempat menyimpan daun, parang digunakan untuk merajang daun kayu manis, plastik digunakan untuk tempat pengeringan daun, alat destilasi digunakan untuk pembuatan minyak atsiri, timbangan digunakan untuk mengukur berat daun yang akan dimasak, alat elektrik nyamuk digunakan untuk menguji mat nyamuk, pengukuran suhu dan kelembapan di dalam sangkar menggunakan thermometer dan hygrometer, stopwatch digunakana untuk menghitung waktu nyamuk pingsan dan mati, botol digunakan untuk menampung minyak atsiri, pipet tetes sebagai alat untuk memindahkan larva nyamuk Aedes aegypti instar IV, penangkar nyamuk (ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan lubang sirkuler berdiameter 15 cm).

Sedangkan, bahan dalam penelitian ini yang digunakan antara lain daun kayu manis berasal dari Desa Sungai Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci. Minyak atsiri yang didapatkan dari hasil penyulingan.

Nyamuk Aedes aegypti yang telah ditangkap dan dilakukan pembiakan, nyamuk yang dihasilkan dari pembiakan, kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar dalam proses penyulingan, pellet ikan digunakan sebagai pakan dalam

(27)

14 pertumbuhan larva nyamuk menjadi nyamuk dewasa, mat elektrik bekas habis pakai yang selanjutnya akan digunakan dalam pengujian terlebih dahulu melalui sterilkan mat yang telah habis pakai, serta pengemulsi polysorbate 80 digunakan sebagai bahan pengikat antara minyak atsiri dan aquades.

3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi yaitu: 5%, 7,5%, 15%, 20%, 40% dan tanpa kosentrasi hasil dari penyetrilan mat obat nyamuk (sebagai kontrol), dengan ulangan sebanyak 5 kali untuk enam perlakuan berbeda. Sehingga total satuan percobaan sebanyak 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan melibatkan 25 buah nyamuk demam berdarah, sehingga nyamuk demam berdarah yang diperlukan sebanyak 750 nyamuk.

Adapun model matematis yang digunakan dalam rancangan penelitian ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + πi + εij Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan faktor konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis taraf ke-i dan ulangan ke-j.

µ = Nilai rataan umum.

πi = Pengaruh faktor konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis pada taraf ke-i εij = Pengaruh interaksi pada ke-j faktor konsentrasi minyak atsiri daun kayu

manis taraf ke-i dan ulangan ke-j.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun kayu manis yang didapatkan dari sisa pemangkasan daun (pruning) dengan kategori daun yang tidak cacat atau rusak dengan umur pohon yaitu 5-7 tahun. Daun kayu manis yang telah diambil dipisahkan dari rantingnya lalu dimasukkan kedalam karung, daun dilakukan pemasakan dengan sesegera mungkin. Sebelum melakukan penyulingan dilakukan pencacahan daun dengan ukuran 1,5-2 cm (Wuri et al., 2004). Pencacahan daun dilakukan guna untuk memperkecil ukuran daun

(28)

15 sehingga minyak atsiri yang berada dalam daun kayu manis mudah menguap (Jailani et al., 2015).

3.4.2 Penyulingan Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume)

Penyulingan minyak atsiri daun kayu manis dilakukan dengan menggunakan alat destilasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Usaha dibawah binaan Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit 1, Kabupaten Kerinci. Proses penyulingan minyak atsiri daun kayu manis dilakukan dengan metode uap dan air atau dikenal dengan sistem kukus, dimana alat yang digunakan dalam penyulingan memiliki ketel dengan ruang yang dapat memisahkan air dan rajangan daun kayu manis. Daun kayu manis hasil rajangan baru dapat dimasukan ke dalam ketel setelah suhu didalam ketel mencapai 90- 100 , pemasakan dilakukan selama 7-8 jam pada suhu 200 °C dengan menggunakan sumber api yang berasal dari kayu bakar, saat pemasakan dilakukan maka uap air akan melalui rajangan daun kayu manis, hal tersebut akan menghasilkan uap air dan uap minyak atsiri yang berasal dari rajangan daun kayu manis yang telah dikering anginkan, uap keduanya akan melalui pipa dan melewati kodensor, selanjutnya kondensor akan mengubah uap masakan tersebut menjadi zat cair berupa air dan minyak atsiri, setelah air dan minyak keluar maka minyak akan berada pada bagian atas air, hal tersebut dikarenakan masa jenis air lebih berat dari pada masa jenis minyak atsiri, setelah proses penyulingan selesai, kran pada penampungan hasil minyak dibuka secara hati-hati sehingga air tidak banyak tercampur kedalam minyak dan selanjutnya, dimasukkan kedalam botol agar tidak terjadi penguapan terhadap minyaknya. Berikut alat yang digunakan untuk destilasi minyak atsiri daun kayu manis yang dimiliki oleh KTH Karya Usaha, Desa Sungai Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi jambi.

(29)

16 Gambar 4. Alat destilasi minyak atsiri Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021.

3.4.3 Pembuatan Media Pengujian Berupa Kandang dan Pengukuran Suhu dan Kelembapan dalam Kandang Selama 60 menit.

Kandang yang digunakan pada penelitian ini memiliki ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan kerangka dari kayu, berdinding kain kasa berukuran 12 mesh di keempat sisinya, dengan menggunakan skat dan dengan lubang sirkuler berdiameter 15 cm pada setiap perlakuannya. Kemudian jentik nyamuk yang telah tumbuh sayap sebanyak 25 ekor dimasukkan kedalam kandang hingga menjadi nyamuk dewasa. Selanjutnya di dalam ruangan kandang di atur suhu karena suhu sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti. Menurut (Yotopranoto et al., 1998) dijelaskan bahwa rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25- 27°C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan nyamuk selama penelitian pada saat pemaparan obat nyamuk elektrik minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmanii, Blume) suhu ruangan diukur dengan menggunakan thermometer yang di pantau setiap sebelum dan setelah selama penelitian.

Kelembapan udara adalah jumlah kandungan uap air yang terkandung dalam masa udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah (tempat) tertentu yang dinyatakan dalam persen (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar, maka daya penguapannya juga besar. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembapan mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepata dan kecepatan berkembang biak. Nyamuk Aedes aegypti yaitu berada pada kelembapan udara yang kondusif adalah antara 60%-80%, sedangkan tingkat kelembapan udara 60%

(30)

17 merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk (Setyowati, 2013). Kelembaapan diukur dengan menggunakan hygrometer yang di pantau setiap sebelum dan setelah selama penelitian.

Gambar 5. Sangkar nyamuk Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021.

3.4.4 Pembiakan dan Pemeliharan Nyamuk

Pembiakan dan pemeliharan nyamuk dilakukan dengan cara kultur. larva nyamuk diambil langsung dari genangan air seperti didalam drum air yang berisi air tampungan dari hujan. Selanjutnya, larva nyamuk diletakan di kandang dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, di dalam kandang nyamuk larva diletakan didalam mangkuk dengan air bersih dan diberi pakan dengan pellet ikan yang telah ditumbuk sebanyak 1 gram yang diletakin didalam mangkuk. Makanan diberikan sampai larva berada pada stadium instar empat. Air didalam mangkuk harus diperhatikan, jika air sudah keruh atau berbau harus diganti dengan air bersih dan jernih sekitar dua sampai tiga hari sekali. Larva yang menjadi pupa dipisahkan, pupa diambil dengan menggunakan pipet tetes kemudian dimasukkan kedalam gelas plastik ukuran 250 ml yang berisi air bersih bagian dari gelas lalu diletakkan ke dalam kandang pengujian. Pupa kemudian berkembang menjadi nyamuk dewasa.

3.4.5 Persiapan Mat Obat Nyamuk Elektrik

Penyeterilan mat obat nyamuk. Dengan menggunakan mat yang habis pakai dengan masih tersisa kandungan d-aletrin dengan indikator berwarna biru- kebiruan pada mat. Dalam melakukan penyetrilan mat, terlebih dahulu mat dipanakan dengan pemanas obat nyamuk elektrik selama 24 jam hingga mat berwarna putih. Kemudian gabus direndam dengan alkohol 70% selama 2x24

(31)

18 jam.dan setelah direndam jemur mat di bawah sinar matahari hingga mat kering (Simaremare, 2018).

3.4.6 Perlakuan Konsentrasi

Dalam melakukan pengujian terhadap mat penelitian ini adalah menggunakan larutan aquades dengan larutan konsentrasi yang digunakan 5%, 7,5%, 15%, 20% dan 40% dengan penambahan larutan minyak atsiri daun kayu manis murni dan ditambahkan tween sebanyak 0,5 ml sebagai pengikat antara minyak atsiri dan aquades. Setelah itu dilakukan perendaman berlangsung kurang lebih 10 menit hingga minyak atsiri terserap kedalam mat. Kemudian disimpan pada tempat tertutup agar minyak atsiri kayu manis tidak hilang oleh udara.

3.5 Pengujian Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume)

3.5.1 Rendemen

Pengujian rendemen minyak atsiri daun kayu manis bertujuan untuk mengetahui banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan dari daun kayu manis, dengan menggunakan metode uap dan air yang dihasilkan dari setiap proses penyulingan dihitung dengan menggunakan metode SNI 8028-1 (2014), dengan menggunakan rumus:

Sr =

x 100%

Keterangan: Sr = Rendemen minyak yang dihasilkan.

Wp = Bobot minyak atsiri yang dihasilkan.

Wo = Bobot daun sebagai bahan awal.

3.5.2 Mortalitas

Mortalitas nyamuk adalah perbandingan populasi nyamuk jumlah sebelum pemaparan dan setelah pemaparan. Kemudian akan dihitung dengan menggunakan rumus :

x 100%

3.5.3 Uji Efikasi pada Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti) Uji efikasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas insektisida dalam membunuh yang akan diuji terhadap vektor, pengujian efikasi

(32)

19 dalam penelitian ini dilakukan dengan satu faktor uji, yaitu konsentrasi minyak atsiri dan lama waktu pemaparan. Masing-masing kelompok perlakuan dibuat 5 kali ulangan. Pengujian dilakukan dengan cara pemaparan nyamuk dewasa dengan minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 15%, 20% dan 40%. Pada uji efikasi diambil berdasarkan waktu pingsan “knock down time” 0% dan 00% dari jumlah nyamuk yang diuji, dihitung dari data yang telah dikoreksi dengan pingsan dan kematian nyamuk yang diuji pada perbandingan kontrol yang dilakukan dan ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

(M + P)/H x 100%

Keterangan:

H = Jumlah nyamuk yang digunakan penguji M = Jumlah nyamuk yang mati

P = Jumlah nyamuk yang pingsan 3.6 Analisis Data

Hasil analisis data pengujian minyak atsiri daun kayu manis sebagai bahan aktif obat nyamuk elektrik terhadap masing-masing perlakuannya dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dengan satu faktor yaitu konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis dengan selang kepercayaan 95%. Hasil pengujian ANOVA selanjutnya akan dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan yang ada. Bagan alir penelitian ini dapat dilihat pada (Gambar 6).

(33)

20

Gambar 6. Diagram alir penelitian Perajangan daun

Penyulingan

Pemisahan minyak dan air

Air

Siapkan mat untuk pengujian dari berbagai konsentrasi Siapkan sampel nyamuk

didalam kandang

Dilakukan pemaparan selama 60 menit

Pengukuran

suhu dan kelembapan

Pengujian Minyak Atsiri Daun Kayu Manis:

- Mortalitas

- Uji efikasi pada kematian nyamuk

Analisis Data Limbah daun kayu manis

(34)

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume)

Rendemen minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) merupakan nilai perbandingan antara hasil minyak yang diperoleh (output) dengan bahan baku yang disuling (input) dan dinyatakan dalam persen (Sihite, 2009). Hasil rendemen minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar 0,03%.

Hasil rendemen yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil dibandingkan dalam penelitian Jailani et al. (2015) yang menghasilkan rendemen 0,08% dari bahan daun kayu manis tua dengan menggunakan teknik destilasi air. Hasil rendemen yang berbeda diperoleh dalam penelitian Novari et al. (2007) dan Nugraheni et al. (2016) yang menghasilkan rendemen 2% pada perlakuan kering udara 1,54% perlakuan kering matahari dan 01% dari perlakuan pemeraman.

Hasil kecilnya rendemen minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dapat dipengaruhi oleh proses penyulingan, dikarenakan penyulingan dilakukan dengan memasukan daun kayu manis yang tidak seragam setalah pencacahan dan memenuhi ruangan ketel hingga padat. Kerapatan daun yang terlalu tinggi akan menyebabkan sulitnya aliran uap air melewati daun didalam ketel, sehingga menyebabkan aliran uap minyak menjadi ikut terhalang (Jailani et al., 2015).

4.2 Pengujian Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) Sebagai Bahan Aktif Obat Nyamuk Elektrik

4.2.1 Mortalitas Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti)

Mortalitas nyamuk merupakan perbandingan populasi nyamuk saat pemaparan jumlah sebelum pemaparan dan setelah pemaparan. Mortalitas nyamuk diperoleh dari presentase nyamuk yang mati selama pemaparan. Grafik nilai mortalitas terhadap variasi konsentrasi saat uji perlakuan disajikan pada Gambar 7.

(35)

22

Gambar 7. Pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap mortalitas nyamuk demam berdarah

(Aedes agypti).

Berdasarkan grafik (Gambar 7) dapat dilihat bahwa mortalitas nyamuk demam berdarah meningkat, dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmanii, Blume) yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mortalitas jumlah kematian nyamuk demam berdarah seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan yang diberikan. Nilai mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) terbesar terjadi pada perlakuan paparan konsentrasi 40% dengan rata-rata 41,6 dan nilai mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti). terkecil terjadi pada kontrol.

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa konsentrasi berpengaruh nyata terhadap mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti). Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat beda nyata perlakuan konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) (Tabel 1).

0

14,4 14,4

20,8

36,8

41,6

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0% 5% 7,5% 15% 20% 40%

Mortalitas (%)

Konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis

(36)

23 Tabel 1. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) perlakuan

konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii,Blume) terhadap tingkat mortalitas nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

No Perlakuan Rata-rata N Notasi

1 Konsentrasi 40% 41,6 5 a

2 Konsentrasi 20% 36,8 5 b

3 Konsentrasi 15% 20,8 5 b

4 Konsentrasi 7,5% 14,4 5 c

5 Konsentrasi 5% 14,4 5 d

6 Konsentrasi 0% 0 5 d

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa mortalitas nyamuk demam berdarah meningkat seiring meningkatnya pemberian konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis dan pemaparan konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis selama satu jam, hal ini menunjukkan semakin besar konsentrasi maka semakin besar tingkat mortalitas. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) didapatkan bahwa perlakuan konsentrasi 40% minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 20%, 15%, 7,5%, 5% dan 0%. Adapun konsentrasi 20% dengan 15%

tidak berbeda nyata. Konsentrasi 15% dengan 7,5% berbeda nyata. Konsentrasi 5% dan 0% tidak berbeda nyata terhadap mortalitas yang diakibatkan tidak berbeda dengan kontrol.

Peristiwa pengamatan obat nyamuk elektrik yang terjadi setelah satu jam nyamuk kontak dengan minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) menunjukkan bahwa konsentrasi 40% dan 20% sebagian besar nyamuk telah mengalami kematian, berbeda dengan konsentrasi 15%, 7,5%, 5% dan 0%

dimana masih banyak nyamuk yang bergerak aktif (Gambar 8). Penelitian Panja (2019) menunjukkan bahwa pemberian minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) pada konsentrasi 20% mampu meningkatkan kematiannya pada lalat rumah (Musca domestica) mencapai 100%.

Minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dapat menyebabkan kematian terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

Kematian disebabkan karena minyak atsiri daun kayu manis bersifat sebagai racun perut dan kontak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Jana (2018),

(37)

24 menyatakan bahwa sistem saraf yang terganggu dapat menimbulkan kekejangan dan kelumpuhan pada otot sehingga menyebabkan kematian.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 8. (a) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 0% (b) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 5% (c) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 7,5%

(d) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 15% (e) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 20% dan (f) Nyamuk yang mati pada konsentrasi 40%.

Senyawa penyusun minyak atsiri daun kayu manis berupa cinnamyl acetate dan cinnamaldehyde dianggap beracun dan dapat menyebabkan kematian nyamuk demam berdarah. Hal ini didukung oleh penelitian Cheng et al. (2004);

Cheng et al. (2008); Deletre et al.(2015), dimana senyawa cinnamyl acetate dalam minyak atsiri C. burmannii, C. osmophloeum dan C. zeylanicum dan cinnamaldehyde dapat menyebabkan kematian jentik nyamuk A. aegypti, A.

albopictus dan C. zeylanicum. Kim et al., (2015); Kang dan Lee (2018) menunjukkan bahwa senyawa cinnamyl acetate dan cinnamaldehyde berpengaruh nyata terhadap serangga D. farina, D. pteronyssinus, M. pruinosa, T.

putrescentiae, S. Oryzae, dan P .Interpunctella. Huang et al. (2015), senyawa sinamaldehida merupakan komponen utama insektisida.

(38)

25 4.2.2 Uji Efikasi pada Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti)

Pengujian efikasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan membunuh pestisida yang telah terpapar dengan serangkaian pengujian. Jenis insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis insektisida yang terbuat dari bahan alami yaitu minyak atsiri dari daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume), yang artinya insektisida tersebut memiliki formula yang aman untuk digunakan dalam pengendalian nyamuk (Nur, 2016).

Jumlah nyamuk uji, jumlah nyamuk pingsan dan jumlah nyamuk yang mati pada kelompok perlakuan dihitung dengan presentase rata-rata nyamuk yang pingsan dan nyamuk yang mati pada lima kali pengulangan dan pada setiap masing-masing konsentrasi saat pemaparan. Hasil penelitian pemaparan obat nyamuk elektrik dari minyak atsiri daun kayu manis dihitung dalam bentuk persentase rata-rata dari nyamuk jatuh (knockdown), pingsan dan nyamuk mati dari beberapa konsentrasi, ulangan sebanyak 5 kali dan selang waktu selama 60 menit pemaparan, sebagaimana terlihat pada (Gambar 9).

Gambar 9. Perbandingan rata-rata efikasi pada kematian nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) setelah pemaparan selama 1 jam.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapat data tingkat keberhasilan nyamuk yang jatuh (knockdown) yang dipaparkan pada (Gambar 8).

Hasil pengujian tingkat kemampuan efikasi pada nyamuk yang jatuh semakin

0

31,2 37,6

47,2

68

91,2

0 20 40 60 80 100 120

0% 5% 7,5% 15% 20% 40%

% Efikasi

Konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis

(39)

26 meningkat seiring meningkatnya konsentrasi yang diberikan, hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kayu manis sebagai bahan aktif obat nyamuk elektrik yang ramah lingkungan dapat menekan jumlah nyamuk yang jatuh (knockdown) pada saat pemaparan berlangsung. Tingkat kemampuan efikasi adalah rata-rata nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) yang jatuh (knockdown) yang mengalami pingsan dan mati setelah berkontak dengam paparan dari bahan aktif minyak atsiri daun kayu manis. Waktu pengamatan menghitung jumlah nyamuk yang jatuh (knockdown) setelah terkena paparan obat nyamuk elektrik dari minyak atsiri daun kayu manis yaitu 60 menit setelah pengamatan kemudian hasil masing-masing beberapa konsentrasi, jumlah nyamuk yang pingsan dan nyamuk mati dirata-rata.

Hasil sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) berpengaruh nyata terhadap tingkat efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

Selanjutnya dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat beda nyata antara konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap tingkat efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) perlakuan konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum

burmannii, Blume) terhadap tingkat efikasi nyamuk jatuh (knockdown) nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

No Perlakuan Rata-rata N Notasi

1 Konsentrasi 40% 91,2 5 a

2 Konsentrasi 20% 68 5 b

3 Konsentrasi 15% 52 5 c

4 Konsentrasi 7,5% 37,6 5 d

5 Konsentrasi 5% 33,6 5 d

6 Konsentrasi 0% 0 5 e

Berdasarkan hasil penelitian pada uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) didapatkan bahwa perlakuan konsentrasi 40% minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 15%, 7,5%, 5% dan 0%. Adapun konsentrasi 20% berbeda nyata dengan konsentrasi 15%, 7,5%, 5% dan 0%. Konsentrasi 15% berbeda nyata dengan konsentrasi 7,5%, 5% dan 0%. Konsentrasi 7,5% dan 5% tidak berbeda nyata.

Konsentrasi 5% dan 0% berbeda nyata. Maka dari itu semakin tinggi konsentrasi

(40)

27 yang dipaparkan maka semakin tinggi tingkat efikasi terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

Deletre et al. (2015) menyatakan bahwa dalam beberapa minyak atsiri yang digunakan memiliki efek racun mematikan yang terus menurun dari waktu kewaktu. Menurut Attia et al. (2016) dan Ochoa et al. (2018) paparan minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum verum J. Presi) menyebabkan kematian nyamuk (Culex quinquefasciatus Say) dengan cepat dalam waktu yang singkat. Sifa (2011) menambahkan bahwa bahan alami yang digunakan sebagai pembunuh serangga memiliki efek kontak langsung yang terbatas.

4.3. Efektivitas Paparan Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) terhadap Kematian Nyamuk Demam Berdarah (Aedes agypti).

Efektivitas dilakukan untuk mengetahui kinerja terbaik yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi dan karakterisasi yang telah dipaparkan. Pengambilan keputusan tersebut berdasarkan pada bahan terbaik dan diharapkan, serta merujuk pada hasil analisis produk (Machfudz, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) cukup dapat digunakan sebagai bioinsektisida.

Bila dibandingkan dengan anti nyamuk yang beredar dipasara penggunan bahan aktif dari minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) sebagai insektisida jauh lebih baik dibandingkan dengan anti nyamuk elektrik yang beredar dipasaran (Hoedojo, 2008). Bahan aktif dari minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) sebagai insektisida memiliki angka kematian sebesar 41,6% pada konsentrasi 40%.

Pengujian obat nyamuk elektrik menggunakan bahan aktif dari minyak atsiri daun kayu manis ini menunjukkan kesebandingan antara konsentrasi dan presentasi kematian, yaitu semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin besar presentasi kematian inseksida pada nyamuk yang diakibatkan ini berarti efektivitas membunuh semakin tinggi sehingga terjadi korelasi yang positif antara beberapa konsentrasi yang digunakan didalam pengujian ini. Tingginya daya racun yang disebabkan oleh minyak atsiri yang berasal dari daun kayu manis tidak terlepas dari kandungan kimia yang terdapat pada minyak atsiri tersebut.

(41)

28 Berdasarkan penelitian Kamal et al. (2017) yang mengindentifikasi senyawa kimia yang terkandung pada minyak atsiri kayu manis C.burmannii, C.

osmophloeum dan C. zeylanicum yang berasal dari daun dan ditemukan adanya senyawa cinnamyl acetate dan cinnamaldehyde, senyawa ini diduga yang tingginya efektivitas sebagai insektisida nabati. Kang dan Lee (2018) menambahkan dalam penelitian kandungan senyawa pada daun kayu manis yaitu senyawa cinnamyl acetate dan cinnamaldehidyde dapat bersifat toksik terhadap serangga D. farina, D. pteronyssinus, M. pruinosa dan T. putrescentiae.

Berdasarkan hasil pengujian obat nyamuk elektrik yang telah dilakukan bahwa penggunaan minyak atsiri daun kayu manis dari limbah pemanenan kayu manis dapat sebagai bahan aktif dalam pengujian obat nyamuk elektrik dikarenakan adanya efektivitas formula pada masing-masing konsentrasi yang diujikan. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kayu manis bekerja secara berkesinambungan seiring dengan bertambahnya konsentrasi bahan aktif.

Hasil analisis sidik ragam yang dilakukan terhadap efektivitas obat nyamuk eletrik dari minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) (Lampiran 6 dan 7) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi yang telah dilakukan berpengaruh nyata dalam meningkatkan mortalitas dan efikasi pada nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

(42)

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Pemberian konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas dan efikasi nyamuk demam berdarah (Aedes agypti).

2. Konsentrasi minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii, Blume) yang optimal sebagai obat nyamuk elektrik nyamuk demam berdarah (Aedes agypti) adalah konsentrasi 40% dengan mortalitas sebesar 41,6% dan efikasi sebesar 91,2%.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah agar diperhatikan terlebih dahulu minyak atsiri yang digunakan seperti analisis parameter-parameter lainnya guna menunjang kesempurnaan formula antinyamuk sebagai suatu bahan utama insektisida nabati, seperti identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa kimia yang terkandung pada minyak atsiri daun kayu manis, penggunaan larutan dan bahan-bahan lain dengan jenis dan konsentrasi yang berbeda.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dewasa ini, justrudalamImplementasinya peneliti melihat bahwa banyak pendirian usaha seperti karaoke dan tempat hiburan umumnya telah melanggar peraturan tersebut dimana bahwa

Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu proyek adalah perhitungan  banyaknya biaya yang diperlukan untuk upah dan bahan, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pandangan aktivis gender UIN Maliki Malang tentang hadits “ Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”, mengetahui

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah membandingkan kecepatan manuver sandar dan bongkar kapal serta konsumsi bahan bakar per trip untuk kapal yang bersandar di

Dari hasil perhitungan beban listrik sistem aeroponik dengan zone cooling untuk produksi benih kentang di dataran rendah diperoleh bahwa zone cooling suhu 10 °C membutuhkan energi

Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja,

Mukhtar (2006) mengungkapkan bahwa implementasi Lesson Study di Jurusan Pendidikan Matematika UM memberikan dampak antara lain: 1) peningkatan kolaborasi,

Model proses bisa mencakup kegiatan yang merupakan bagian dari proses perangkat lunak, produk perangkat lunak, dan peran orang yang terlibat pada rekayasa perangkat