• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN BEHAVIORAL INTENTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN BEHAVIORAL INTENTION"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

72

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN BEHAVIORAL INTENTION

CORY CAROLINE R.M

Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia corycaroline93@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of the destination image variable on tourist satisfaction when visiting and its impact on behavioral intention. This research was conducted at the Nusa Penida tourist destination, Bali, Indonesia. This type of research is an explanatory research with a quantitative approach. The research data was taken directly using a questionnaire to 310 respondents with purposive sampling technique and then analyzed using the PLS model. The results showed that the image of the destination had a positive and significant influence on tourist satisfaction and behavioral intention.

Tourist satisfaction also has a positive and significant effect on behavioral intention. The findings of this study strengthen the results of previous research and are in line with the grand theory of S-O-R.

Keywords: destination image, tourist satisfaction, bahavioral intention, tourism marketing

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel citra destinasi terhadap kepuasan wisatawan saat berkunjung serta dampangnya pada behavioural intention. penelitian ini dilakukan di destiasi wisata Nusa Penida, Bali, Indonesia. Jenis penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Data penelitian diambil secara langsung menggunakan kuesioner terhadap 310 responden dengan teknik purposive sampling kemudian dianalisis menggunakan model PLS.Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra destinasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan dan behavioural intention. kepuasan wisatawan juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap behavioural intention. temuan penelitian ini memperkuat hasil penelitan terdahulu dan sejalan dengan grand teori S-O-R.

Kata Kunci: citra destinasi, kepuasan wisatawan, bahavioral intention, pemasaran pariwisata

(2)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

73 PENDAHULUAN

Ekonomi pariwisata merupakan salah satu hal yang terpenting saat ini sehingga setiap negara berusaha memberikan layanan terbaik pada wisatawan (Kasali, 2004). Hal ini berdampak pada persaingan yang semakin kompetitif, untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin pasar, strategi melalui saluran komunikasi dapat diberdayakan (Andreassen and Lindestad, 1998). Industry pariwisata saat ini semakin maju dan berkembang pesat, di Indonesia khususnya berbagai wilayah mulai dikembangkan oleh sector industry pariwisata yang cukup menjanjikan. Pariwisata merupakan bagian dari salah satu pembangunan yang dapat menjadikan sumber utama devisa dan dapat menciptakan usaha sehingga dapat dijadikan sebagai lapangan kerja baru serta dapat meminimalisir pengangguran. Hal ini dapat ditingkatkan dengan mengembangkan dan memanfaatkan sumber dan potensi kepariwisataan yang ada supaya dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan.

Salah satu unsur yang paling penting dalam pariwisata adalah objek wisata, dimana hal ini merupakan pertimbangan utama untuk menarik pengunjung atau wisatawan. Ismayanti (2009) menyatakan bahwa daya tarik wisata merupakan faktor utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Daya tarik wisata adalah motivasi utama wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Menurut Basiya and Rozak (2012), mendefinisikan minat berkunjung ulang adalah keadaan mental seseorang yang mencerminkan rencana untuk melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk itu beberapa fasilitas layanan dalam destinasi wisata perlu diperhatikan guna menarik minta wisatawan untuk berkunjung.

Hal ini ditunjang oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Paunovic (2014), Huang (2015), Tong (2016), dan Bruwer (2017) dimana citra destinasi berperan penting dalam memotivasi wisatawan untuk berkunjung.

Coban (2012) menyatakan bahwa citra destinasi terdiri dari hasil penilaian rasional atau citra kognitif (cognitive image) dan penilaian emosional atau citra afektif (affective image) dari destinasi itu sendiri. Peran citra destinasi berpengaruh pada persepsi individu seperti yang diungkapkan oleh Gallarza, et.al.

(2013) bahwa citra destinasi secara universal mempunyai peran penting yaitu berpengaruh terhadap persepsi individu dan sebagai

akibatnya berpengaruh juga pada perilaku dalam memilih destinasi. Menurut Kennedy (2009) citra memiliki dua komponen utama:

fungsional dan emosional. Komponen fungsional berhubungan dengan karakteristik kasat mata (tangible) yang mudah diukur oleh wisatawan, sedangkan komponen emosional berhubungan dengan dimensi-dimensi psikologis yang terwujud dalam perasaan dan sikap terhadap sebuah destinasi. Keputusan untuk menuju suatu destinasi merupakan fungsi dari dua faktor, yaitu: niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan individual (Engel, et al., 1995). Selanjutnya, perilaku proses–keputusan tidak berhenti begitu wisatawan memutuskan memilih sebuah destinasi. Wisatawan akan melakukan evaluasi pasca pembelian yang bentuknya membandingkan kinerja destinasi berdasarkan harapan yang dia inginkan. Bedasarkan hal ini dapat dikatakan jika wisatawan merasakan kepuasan saat berkunjung maka akan melakukan kunjungan kembali terhadap destinasi wisata tersebut sehingga hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa citra destinasi memfasilitasi pengaruh positif pada persepsi kualitas layanan pariwisata serta kepuasan dan niat untuk kembali ke destinasi yang dituju (Bigne, et. al., 2001 dan Alameh, et al., 2015).

Oliver (1997) mengatakan bahwa kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya. Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk keistimewaan dari suatu barang atau jasa ataupun barang atau jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan pelanggan. Irawan (2003) mengemukakan beberapa faktor penentu kepuasan pelanggan tersebut, yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga dan biaya dan kemudahan untuk mendapatkan barang atau jasa. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu ukuran kinerja organisasi non financial yang mempunyai kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan tujuan organisasi bisnis (Basiya and Rozak, 2012). Kepuasan wisatawan merupakan ukuran keseluruhan dari pendapat wisatawan pada setiap kualitas destinasi (Prayag, 2008 dalam Coban, 2012). Ukuran tersebut dapat dipertimbangkan sebagai nilai mengenai kualitas hasil dari destinasi

(3)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

74 pariwisata, misalnya perlakuan dan pelayanan

yang dirasakan wisatawan terhadap destinasi pariwisata, tetapi tidak hanya hasil pada akhir pengalamannya (Coban, 2012). Hasil kepuasan yang dirasakan wisatawan akan berdampak terhadap minat berkunjung kembali. Beberapa peneliti mengklaim bahwa loyalitas wisatawan meningkat jika citra destinasi memiliki efek secara langsung pada niat perilaku melalui kualitas, nilai yang dirasakan dan kepuasan, yang pada gilirannya mempengaruhi niat perilaku (Jin, et. al., 2013).

Niat berprilaku (behavior intention) menurut Peter and Olson (1999) adalah suatu proposi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. Niat berprilaku didefinisikan sebagai perilaku individu masa depan yang direncanakan atau diantisipasi (Oliver 1980). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa behavior intention merupakan niat berperilaku oleh wisatawan di masa mendatang setelah melakukan kunjungan terhadap destinasi wisata yang dikunjungi. Lee and King (2012) menyatakan semakin tingginya daya tarik dari destinasi akan mendorong wisatawan untuk kembali berkunjung berulang-ulang kali. Hasil penelitian Kaplanidou and Vogt (2007) yang menyatakan bahwa destinasiya terlebih dahulu dirasakannya melalui kepuasan oleh pengunjung dari wisata secara keseluruhan.

Pulau bali merupakan destinasi wisata paling popular di Indonesia, salah satu destinasi wisata yang menarik di pulau Bali adalah Nusa Penida. Pulau Nusa Penida yang memiliki pesisir pantai selatan yang terbentang dari timur sampai barat menjadi tempat wisatawan menikmati snorkeling maupun diving.

Kepulauan Nusa Penida terdiri atas Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, yang dihuni sekitar 65.000 jiwa secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung, sekitar 80 km tenggara Denpasar.

Keunikan Nusa Penida yang membuat Nusa Penida lagi booming sekarang di dunia maya adalah banyak lokasi alam yang masih alami, menawarkan keunikan tersendiri, dengan geografis Nusa Penida yang banyak terdapat tebing tebing di sekitar lautnya. Keunikan yang pertama yang bisa kita lihat adalah objek wisata seperti Kelingking Beach, Angel Billabong, Broken Beach, Atuh Beach, Crystal Bay yang menawarkan pesona pantai yang beda dengan di pulau Bali.

Penelitian ini mengembangkan beberapa penelitian terdahulu oleh Tavitiyaman (2013), Aliman (2014), Rasesook (2014), Ramkissoon (2014) and Khuong (2017) tentang potensi kepuasan wisatawan dan behavioral intention. Kontribusi penelitian ini adalah untuk memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan wisatawan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas kepada wisatawan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan. Kepuasaan wisatawan juga memperkuat perilaku terhadap merek dan kemungkinan besar akan mengarahkan pada pembelian terhadap merek yang sama.

KAJIAN PUSTAKA Citra Destinasi

Citra (image) pariwisata menurut Pitana and Diarta (2009) adalah kepercayaan yang dimiliki oleh wisatawan mengenai produk atau pelayanan yang wisatawan beli atau akan beli. Citra destinasi tidak selalu terbentuk dari pengalaman atau fakta, tetapi dapat dibentuk sehingga menjadi faktor motivasi atau pendorong yang kuat untuk melakukan perjalanan wisatawan ke suatu destinasi pariwisata. Tasci and Konzak (2006) menyatakan citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media masa serta banyak faktor lainnya.

Echtner and Ritchie dalam Lin Chung-Hsein, et.al. (2007) citra destinasi adalah sejumlah keyakinan, ide dan impresi seseorang terhadap atribut atau aktivitas disuatu destinasi yang membentuk keseluruhan gambaran destinasi tersebut. Menurut Kennedy (1977citra memiliki dua komponen utama: fungsional dan emosional. Komponen fungsional berhubungan dengan karakteristik kasat mata (tangible) yang mudah diukur oleh wisatawan, sedangkan komponen emosional berhubungan dengan dimensi-dimensi psikologis yang terwujud dalam perasaan dan sikap terhadap sebuah destinasi.

Kepuasan Wisatawan

Kepuasan wisatawan menurut Baker and Crompton (2000) adalah pengalaman nyata wisatawan setelah mengalami peristiwa yang berasal dari perasaan psikologis yang di hasilkan dari pengalaman individu dalam perjalanan di destinasi. Hal ini berarti kepuasan

(4)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

75 merupakan reaksi wisatawan setelah

memperoleh pengalaman setelah kunjungan.

Kepuasan wisata merupakan sikap wisatawan setelah menerima layanan. Kepuasan wisatawan merupakan salah satu ukuran kinerja organisasi non financial yang mempunyai kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan tujuan organisasi bisnis (Basiya and Rozak, 2012). Menurut Giese and Cote (2000) dalam penelitiannya telah mengidentifikasi berbagai definisi konseptual dari literatur dan dari para peneliti sebelumnya tentang kepuasan pelanggan yaitu pertama kepuasan konsumen merupakan tanggapan emosional dan kognitif; kedua tanggapan lebih difokuskan pada ekspektasi, produk, konsumsi dan pengalaman; ketiga tanggapan terjadi setelah konsumsi, setelah pemilihan dan didasarkan pada akumulasi pengalaman.

Behavioral Itention

Warshaw and Davis (1985) mendefinisikan niat perilaku sebagai tingkat di mana seseorang telah merumuskan rencana secara sadar untuk melakukan atau tidak melakukan beberapa perilaku masa depan yang ditentukan. Behavioral intention (niat prilaku) merupakan kemauan untuk merekomendasikan layanan kepada orang lain, dan kemauan untuk melakukan pembelian ulang. Menurut Zeithaml (2003), behavioral intention dapat dilihat sebagai indikator yang memberi tanda situasi dimana seseorang pelanggan mau tetap menjadi pelanggan atau meninggalkan perusahaan yang selama ini melayaninya. Behavioral intention pada dasarnya dibagi menjadi dua yakni:

favorable intention dan unfavorable intention.

Hubungan antara Citra Destinasi terhadap Kepuasan Wisatawan

Citra destinasi mempunyai peran penting dan banyak dalam proses pengambilan keputusan karena semua pengambilan keputusan seperti faktor uang, waktu dan keluarga didasarkan pada citra masing-masing destinasi sebagai motivasi bagi pembuat keputusan (Gartner, 1996). Hasil peneliian yang di lakukan oleh Tavitiyaman (2013) menemukan bahwa citra destinasi memiliki hubungan yang positif terhadap kepuasan.

Khoung, et. al. (2017) dalam penelitian menemukan kepuasan wisatawan sebagai hasil dari citra destinasi. Zeng (2015) mengeksplorasi mengenai citra destinasi secara

kognitif dan afektif untuk melihat hubungan pengaruh dari citra destinasi melalui kedua aspek pada tingkat kepuasan dan loyalitas wisatawan. Hasil penelitian ini juga memperkuat hasil dari penelitian Coban (2012) yang mana membuktikan adanya pengaruh secara positif variabel citra destinasi terhadap variabel kepuasan wisatawan. Prayag (2009) juga menyatakan bahwa citra destinasi adalah anteseden langsung kepuasan. Keputusan wisatawan akan mempengaruhi keputusan untuk kembali (Kozak and Rummington, 2000).

Hubungan antara Citra Destinasi terhadap Behavioral Intention

Terbukti bahwa citra destinasi berpengaruh terhadap behavioral intention.

Tidak mudah untuk membentuk suatu citra destinasi, sehingga bila terbentuk sulit untuk mengubahnya. Hubungan antara citra destinasi dengan behavioral intention telah diteliti dengan banyak peneliti antara lain penelitian Ramkiossoon, et. al. (2014). Hasil penelitian dari Ramkiossoon, et. al. (2014) bahwa citra destinasi secara positif terkait dengan perilaku konsumen. Temuan menunjukan bahwa citra destinasi merupakan faktor penting yang mempengatuhi niat perilaku budaya wisatawan.

Prayag (2009) meneliti hubungan antara citra destinasi mempengaruhi behavioral intention pada pengunjung di masa depan. Citra destinsi dan kepuasan merupakan dua variable penting yang mempengaruhi niat perilaku wisatawan (behavioral intention) Chen and Tsai (2007).

Court and Lupton (1997) menemukan bahwa citra destinasi positif mempengaruhi niat wisatawan untuk meninjau lokasi tersebut di masa depan.

Hubungan antara Kepuasan Wisatawan terhadap Behavioral Intention Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan wisatawan dengan behavioral intention dimasa depan (Canny, 2013), sedangkan Tang (2014) dalam hasil penelitiannya menunjukan kepuasan berkorelasi positif dengan behavioral intention (meninjau kembali atau merekomendasikan).

Hasil penelitian dari Prayag, et. al. (2013) juga membuktikan kepuasan juga mempunyai hubungan positif dengan behavioral intention.

Hasil penelitian Cole, et. al. (2002) menunjukan adanya hubungan antara kepuasan wisata dan behavioral intention di masa depan dalam lingkup pariwisata. Menurut Simamora (2006)

(5)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

76 Kepuasan Pelanggan adalah hasil pengalaman

terhadap produk, ini merupakan sebuah perasaan pelanggan setelah membandingkan antara harapan (Prepurchase Expectation) dengan Kinerja Aktual (Actual Performance).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian ini adalah di Obyek Wisata Nusa Penida, Bali. Penetapan lokasi penelitian ini dipertimbangkan atas dasar bahwa Obyek Wisata Nusa Penida Bali merupakan lokasi wisata yang sangat potensial. Populasi penelitian ini adalah pengunjung wisatawan domestik dan mancanegara dengan kriteria wisatawan usia minimal 18 tahun, wisatawan yang telah menikmati objek wisata Nusa Penida, wisatawan yang memakai bahasa yang digunakan dalam kuisioner, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penentuan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Machin and Campbell (1989) dan diperoleh jumlah sampel 310 orang responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling berdasarkan kriteria populasi penelitian.

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Metode yang digunakan adalah survei menggunakan kuesioner dengan skala likert 1-5 mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

Kuisioner di desain dengan menggunakan dua Bahasa, untuk wisatawan Indonesia dalam bentuk Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk wisatawan asing. Kuisioner di berikan pada saat bertemu langsung dengan responden yang sesuai dengan kriteria yaitu yang sudah berusia 18 tahun. Disini peneliti juga meminta bantuan travel agent dalam penyebaran kuisioner. Indikator variabel Citra destinasi (X1) adalah Cognitive image (X1.1), Unique image (X1.2), Affective image (X1.3), hal ini diadopsi dari Tasci and Konzak (2006).

Indikator variable Kepuasan Wisatawan (Y1) adalah Expectation (Y1.1), Performance (Y1.2), Comparison (Y1.3), Confirmation (Y1.4), hal ini diadopsi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kozak and Rimmington (2000). Indikator variabel Behavioral intention (Y2) adalah Rencana Mengunjungi kembali (Y2.1), Minat Referensi kunjungan (Y2.2), Minat Preferensi kunjungan (Y2.3), hal ini mengacu pada Zeithaml (2003). Teknik analisa data yang digunakan penelitian ni

menggunakan persamaan Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan aplikasi SmartPLS.

Gambar 1. Kerangka Konseptual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil deskriptif karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan didominasi oleh wisatawan yang berusia 24-29 Tahun dengan jenis kelamin mayoritas perempuan, wisatawan mayoritas berasal dari Jakarta untuk warga negara Indonesia dan wisatawan internasional paling banyak berasal dari Australia. Pendidikan minimum wisatawan paling banyak adalah SMA yang mendapatkan informasi tentang perjalanan wisata melalui social media. Diantara beberapa destinasi yang ada di Nusa Penida wisatawan paling banyak mengunjungi destinasi diamond beach dengan itensitas pengunjung satu kali, pengunjung kebanyakan datang berwisata bersama teman sehingga mereka akan merekomendasikan destinasi wisata kepada keluarga dan bersedia untuk berkunjung kembali ke destinasi wisata Nusa Penida.

Uji outer model digunakan dalam penelitian ini untuk menunjukkan hasil nilai uji validitas dan reabilitas masing-masing variabel yang diteliti. Hasil outer model penelitian dapat dilihat pada Tabel 1

Citra Destinasi

(X1)

Kepuasan Wisatawan

(Y1)

Behavioral Intention

(Y2) H2

H3

H1

(6)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

77 Tabel 1. Hasil Outer Loading

Sumber : Data Diolah, 2019

Tabel 1 menunjukkan nilai output hasil pengujian masing-masing variabel serta menggambarkan nilai faktor loading (convergent validity) dari setiap indikator. Nilai faktor loading >0,7 dapat dikatakan valid, bedasarkan tabel diatas diketahui bahwa semua nilai faktor loading dari indikator Citra Destinasi (X1), Kepuasan Wisatawan (Y) dan Behavioral intention (Y2) lebih besar dari 0,7, Hal ini menunjukan bahwa indikatir – indikator tersebut valid. Selanjutnya hasil uji validitas dapat dilihat bedasarkan nilai Average Variance Extracted (AVE) pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Nilai Average Variance Extracted (AVE)

Variab el

AVE

Composite Reliability

Cronbachs Alpha

X1 0,751 0,900 0,834

Y1 0,649 0,881 0,818

Y2 0,726 0,941 0,924

Sumber: Data Diolah, 2019.

Uji reliabilitas konstruk yang diukur hasil nilai composite reliability dan cronbach alpha, hasil nilai pada Tabel 2 dinyatakan reliable karena nilai composite reliability maupun cronbach alpha diatas 0.70 sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki

reliabilitas yang baik. Nilai AVE untuk ketiga konstruk tersebut lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik.

Hasil persamaan inner model dapat dilihat melalui nilai R square dan Predictive Relevance (Q2). Nilai R-square untuk variabel Y1 sebesar 0,5280 menunjukkan bahwa 52,80%

variabel Kepuasan Wisatawan (Y1) dapat dipengaruhi oleh variabel Citra Destinasi (X1), variabel Y2 sebesar 0,5344 menunjukkan variabel Behavioral intention (Y2) dipengaruhi oleh variabel Citra Destinasi (X1) dan Kepuasan Wisatawan (Y1) sebesar 53,44%.

Tabel 3. Hasil R-Square

Variabel R Square

Kepuasan

Wisatawan 0,5280

Behaviour

Itention 0,5344

Sumber: Data diolah, 2019.

Pada model PLS, penilaian goodness of fit secara keseluruhan diketahui dari nilai Q2 (predictive relevance), nilai Q2 dapat dihitung sebagai berikut:

Nilai Q2 = 1 – (1 – R2) x (1 – R2)

Nilai Q2 = 1 – (1 – 0.5280) x (1 – 0.5344) = 0.7802

Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q2 sebesar 0.7802 menunjukkan besarnya keragaman dari data penelitian yang dapat dijelaskan oleh model struktural adalah sebesar 78,02%, sedangkan sisanya 21,98% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil ini, model struktural pada penelitian dapat dikatakan telah memiliki goodness of fit yang baik.

Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi, dalam hal ini dilakukan metode bootstrapping.

Tabel 4. Path Coefficient (Mean, STDEV, T- Values)

Hubun

gan Variabe

l

Origin al Sampl

e (O)

Standard Deviation (STDEV)

T Statisti

cs (|O/ST ERR|)

p- valu

e

X1 ->

Y1 0,302 0,053 5,667

0,00 0 X1 ->

Y2 0,171 0,061 2,804

0,00 5 Y1 ->

Y2 0,441 0,051 8,617

0,00 0

Sumber: Data diolah, 2019.

Original Sample (O)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (O/STERR)

p- value X1.1

<- X1 0,873 0,021 40,872 0,000

X1.2

<- X1 0,895 0,015 60,031 0,000

X1.3

<- X1 0,831 0,020 40,991 0,000

Y1.1

<- Y1 0,862 0,019 45,556 0,000

Y1.2

<- Y1 0,824 0,021 40,134 0,000

Y1.3

<- Y1 0,800 0,032 24,899 0,000

Y1.4

<- Y1 0,732 0,039 18,838 0,000

Y2.1

<- Y2 0,787 0,028 27,912 0,000

Y2.2

<- Y2 0,852 0,021 41,428 0,000

Y2.3

<- Y2 0,865 0,019 45,168 0,000

Y2.4

<- Y2 0,885 0,018 49,943 0,000

Y2.5

<- Y2 0,854 0,020 41,956 0,000

Y2.6

<- Y2 0,864 0,019 45,144 0,000

(7)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

78 Hasil pengujian hipotesis pertama

menunjukkan bahwa hubungan variabel Citra Destinasi (X1) dengan Kepuasan Wisatawan (Y1) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,302 dengan nilai t sebesar 5,667. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960) atau p <

0,05. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hubungan variabel Citra Destinasi dengan Behavioral intention (Y2) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,171 dengan nilai t sebesar 2,804. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960) atau p<0,05. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hubungan variabel Kepuasan Wisatawan (Y1) dengan Behavioral intention (Y2) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,441 dengan nilai t sebesar 8,617. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960) atau p < 0.05.

KESIMPULAN DAN SARAN

Citra Destinasi memiliki pengaruh positif terhadap Kepuasan Wisatawan dan Behavioral Itention, kepuasan wisatawan juga berpengaruh secara positif terhadap behavioural itention.

Arah hubungan yang positif berarti dengan semakin meningkarnya citra destinasi yang baik maka akan semakin meningkat Kepuasan Wisatawan dan akan menjadikan pengunjung untuk berkunjung kembali. Kepuasan wisatawan dapat tercipta dengan adanya citra destinasi yang positif, wisatawan yang memiliki penilaian positif mengenai destinasi pariwisata Nusa Penida maka memperoleh kepuasan yang tinggi sehingga wisatawan akan melakukan kunjungan kembali. Penelitian ini memperkuat penelitian Coban (2012), terutama indikator citra kognitif yang secara umum ada enam item berkaitan dengan pengetahuan/keyakinan wisatawan mengenai suatu destinasi pariwisata, terdiri dari atraksi wisata, fasilitas dasar, atraksi budaya, aksesibilitas dan substruktur pariwisata, lingkungan alam, dan faktor ekonomi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori stimulus-organism-response model (SOR) yang dikemukakan oleh Russel (1974) yang menjelaskan hubungan antara tiga komponen utama, yaitu rangsangan (stimulus), makhluk hidup (organism), dan reaksi terhadap rangsangan (response). Apabila rangsangan atau stimulus berupa citra destinasi dapat memberikan kepuasan wisatawan saat berkunjung maka akan memberikan reaksi terhadap respon berupa kunjungan kembali.

Indikator-indikator atau atribut-atribut yang ada

pada citra kognitif harus dioptimalkan menjadi sangat tinggi sehingga wisatawan akan memiliki intensi berkunjung kembali atau melakukan kunjungan yang berulang-ulang ke destinasi pariwisata yang ada di Nusa Penida dan akan merekomendasikan wisatawan atau relasi yang lainnya untuk berkunjung ke destinasi pariwisata tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil investigasi dari Assaker et. al.

(2010) yang menemukan bahwa umumnya para pelancong ke sebuah destinasi pariwisata cenderung beralih ke destinasi pariwisata yang lain untuk perjalanan berikutnya, tetapi banyak yang berharap dapat kembali ke destinasi pariwisata sebelumnya pada suatu waktu di masa yang akan datang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tang (2014), Prayag, et. al. (2013) dan Cole, et. al. (2002) yang menunjukan adanya hubungan antara kepuasan wisata dan behavioral intention di masa depan dalam lingkup pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Aliman, N. K., et al. (2014). "Tourist expectation, perceived quality and destination image: Effects on perceived value and satisfaction of tourists visiting langkawi Island, Malaysia." Asian journal of business and management 2(3).

Allameh, S. et al. 2015. Factors influencing sport tourists’ revisit intentions. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol. 27 (2) pp. 191-207.

Andreassen TW, Lindestad B. (1998),

“Customer Loyalty and Complex Services: The Impact of Corporate Image on Quality, Customer Satisfaction and Loyalty for Customers with Varying Degrees of Service Expertise.

International Journal of Service Industri Management, Vol. 9, No. 1, pp.7–23.

Assaker, G., Vinzi, V.E. & O’ Connor, P.O.

(2011). Examining the Effect of Novelty Seeking, Satis-faction, and Destination Image on Tourist’ Return Pattern: A Two Factor, Non-Linear Latent Growth Model, Tourism Management, 32 (4), 890-901.

Baker, D.A. and Crompton, J.L.. 2000. Quality, satisfaction and behavioral

intentions. Annals of Tourism Research, 27 (3), PP.785-804

(8)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

79 Bitner, M. J. and Hubbert, A. R. 1994.

Encounter satisfaction versus overall Satisfaction versus service quality: The consumer’s voice in Rust, R.T. and Oliver, R.L. (Eds), Service Quality: New Directions in Theory and Practice, Sage Publications.

Bigne, J. E., et al. 2001. Tourism image, evaluation variables and after purchase behavior: inter-relationship. Tourism Management. 22 (6): 607-616.

Bruwer, J., & Buller, C. (2017). Product Involvement, Brand Loyalty, and Country of Origin Brand Preferences of Japanese Wine Consumers. Journal of Wine Research, 24(1)

Canny, Ivyanno U. (2013). An empirical investigation of service quality, tourist satisfaction and future behavioral intentions among domestic local tourist at Borobudur Temple. International Journal of trade Economics and Finance, 4(2), hlm. 86-91.

Chen, C.-F. and Tsai, D.2007. How destination image and evaluative factors affect behavioral intentions? Tourism Magement, 36, pp.269-278

Cole, S. T., Crompton, J. L., & Willson, V. L.

2002. An empirical investigation of the relationships between service quality, satisfaction and behavioral intentions among visitors to a wild life refuge.

Journal of Leisure Research, 34 (1), pp.

1-24.

Court, B., & Lupton, R. A. (1997). Costumer portfolio development: modelling destination adopters, inactive and rejecters. Journal of Travel research, 36(1), 35-43.

Chung, J.Y. and Petrick, J.F. 2012. Price Fairness of Airline Ancillary Fees: An Attributional Approach. Journal of Travel Research. 52(2) 168–181. Sage Publication. Dar, Laiba, akmal, Anum, and et.al. 2011. Impact of Stress on Employees Job Performance in Business Sector of Pakistan. Global Journal of Management and Business Research Volume 11 Issue 6 Version 1.0 May 2011.

Davis and Newstrom.1985. Human Behavior at Work; Organizational behavior, International Edition, Singapore; Mc Graw Hill Book Company.

Engel, James F. 1995. Perilaku Konsumen.

Jilid 1 & 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gartner, William C. 1996. Tourism Development: Principles, Processes, and Policies. New York: Van Nostrand Reinhold.

Giese and Cote. 2000. Menentukan kepuasan pelanggan. Washington: Washington State University

Huang, Haiyan., et al. 2015. Emerald Insight International Journal of Sports Marketing and Sponsorship. Assessing The Relationships Between Image Congruence, Tourist Satisfaction and Intention to Revisit In Marathon Tourism: the Shanghai International Marathon. Vol. 16 Iss 4 p.50

Irawan, H. 2003. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT Elex Media Komputindo : Jakarta

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta:

PT Gramedia Widisarana Indonesia.

Jin, N., Lee, S., & Lee, H. (2013). The Effect of Experience Quality on Perceived Value, Satisfaction, Image and Behavioral Intention of Water Park Patrons: New versus Repeat Visitors. International Journal of Tourism Research.

Joynathsing, C. and Ramkissoon, H. (2010).

Understanding the Behavioral Intention of European Tourists. Paper for International Research Symposium in Service Management.

Kaplanidou, K., 8c Vogt, C. (2007). Do sporttourism events have a brandcitra? In Proceedings of the 2006 Northeastern Recreation Research Symposium (pp.2- 7). Newtown Square, PA: U.S. Forest Service,Northern Research Station.

Kasali, Rhenald, 2004 Pasar Indonesia, Segmenting, Targeting, dan Positioning, Jakarta, :PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kennedy, John E. (2009). Manajemen Event.

PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Khuong, M.N. & Tien, B.D. 2017. Factors Influencing Employee loyalty Directly and Indirectly though Job Satisfaction A Study of Banking Sector in Ho Chi Minh City. International Journal of Current Research and Academic Review, Vol. 1, No. 4.

Kozak, M., and M.Rimmington. 2000. Tourist Satisfaction with Mallorca, Spain, as an

(9)

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Volume. 15 No. 2 2021 https://profit.ub.ac.id

80 Off-Season Holiday Destination. Journal

of Travel Research, 38: 260-69

Lee, Cheng-Fei and Brian King . 2012.

Assesing Destination Competitiveness.

An Application to the Hot Springs Touris Sector RTHP 3(3): 179-197.

Machin, D., & Campbell, M.J., (1989), Statistical Tables for The Design of Clinical Trials, London: Blackwell Scientific Publication.

Oliver, R. L. (1980). A Cognitive Model of the Antecedents and Consequences of Satisfaction Decisions. Journal of Marketing Research, Vol. 17, No. 4, 460- 469.

Oliver, Riscrd L, (1997), Satisfaction A Behavioral Perspective On The Consumer. McGraw-Hill Education, Singapore.

Paunovic, S., dan Dima, I.C. 2014.

Organizational culture and corporate entrepreneurship. Annals of the University of Petroşani, Economics, 14(1), 2014, 269-276

Pitana, I Gede. and Surya Diarta, I Ketut. 2009.

Pengantar Ilmu Pariwisata. Gramedia, Jakarta

Peter, J. Paul & Jerry C. Olson. (1999).

Consumer Behavior, Perilakukonsumen dan

Strategi Pemasaran.Jilid kedua, Edisi Keempat. Terjemahan Damos Sihombing dan Peter Remy Yossi Pasla. Jakarta:

Erlangga.

Prayag. Girish. 2009 . Assessing International Tourist’ Perpections Of Service Quality At Air aurutius. International Journal of Quality & Reliability Management. Vol.

24, No. 5, pp. 492-514.

Prayag, G., Hosany, S., & Odeh, K. (2013). The role of tourists' emotional experiences and satisfaction in understanding behavioral intentions. Journal of Destination Marketing & Management, 118-127.

Ramkissoon, H. (2014). Travelers' E-Purchase Intent of Tourism Products and Services.

Journal of Hospitality Marketing &

Management, 1-25

R, Basiya and Rozak, Hasan Abdul. 2012.

Kualitas Daya Tarik Wisata, Kepuasan, dan Niat Kunjungan Kembali Wisatawan

Mancanegara di Jawa tengah. Jurnal Dinamika Kepariwisataan, Vol. XI No.2, p. 1-12

Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta:

Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Tang, Mei-Ling. 2014. Tourist Attraction, Satisfaction, and Behavioral Intention of Industrial Tourist: Economic Factors as Moderator. The Journal of International Management Studies, Vol.9 No. 2.

August.

Tasci, D.A., and Kozak, M. 2006. Destination Brands vs Destination Images. Do We Know What We Mean?. Journal of Vacation Marketing, Vol 12, No. 4, March: 299-317

Tasci, A. D. A., Gartner, W. C., Cavusgil, S. T.

2007. Conceptualization and Operationalization of Destination Image.

Journan of Hospitality & Tourism Research, Vol. 31, No. 2, pp. 194-223.

Tavitiyaman P, Zhang HQ, Qu H. 2013. The effect of competitive strategies and organizational structure on hotel performance. International Journal of Contemporary Hospitality Management.

Vol.24. No.1 Hal. 140-159.

Tavitiyaman, Pimtong. 2011.The Impact of Indsutry Forces on Resource Competitive Strategies and Hotel Performance . UMI Dissertation Publishing

Tong, Cheng. (2016). The Influence Of Destination Image and Tourist Satisfaction On Tourist Loyalty: A Case Study Of Chinese Tourists in Korea, Tourism and Hospitality Research, Vol.10 Issue2, pp.223-234

Zeithaml and Bitner. 2003. Service Marketing Inttegrating Customer Focus Across the Firm, 3rd edition. Boston. Mc GrowHill/Irwin.

Zeng, Fue. Hu, Zuohao. Chen, Rong dan Yang, Zhilin. 2015.“Determinants of online service satisfaction and their impacts on behavioural intention”. Total Quality Management. Vol. 20, No. 9, 953-969

Referensi

Dokumen terkait

Sebaran dan Asosiasi Perifiton pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) di perairan Pulau Tidung Kepulauan Seribu Jakarta Utara.. Peranan Lamun di Lingkungan

Program Tahfidz al-Qur’an merupakan kegiatan yang sangat mulia apabila diterapkan pada suatu lembaga pendidikan, Akan tetapi, siswa yang mengikuti program tahfidz al-Qur’an harus rela

Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju

MAJOR 1 PERSONAL: Kematian atau raw at inap di RS 3 selama 3 hari atau lebih MASYARAKAT: Satu atau lebih luka parah LINGKUNGAN: Pembuangan yang sangat berarti > 100 bbls

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan

Pemasangan turbin secara seri mengakibatkan penurunan efisiensi sistem pada turbin utama rata-rata 3,2% dan turbin kedua 3,37% untuk setiap variasi debit yang

Melihat daya yang terbangkitkan tersebut maka potensi air aliran sungai Pinogu secara teknis layak untuk di bangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dengan

Untuk desain tubuh dam long storage dipakai data hidrologi debit banjir Metode HSS Gamma I, dengan debit banjir rencana periode ulang 50 tahun sebesar 43,432 m 3 /dt..