• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pengertian Administrasi Publik

Istilah Administrasi secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yaitu “ad” dan “ministrate” yang berarti “to serve” yang dalam Bahasa Indonesia berarti melayani atau memenuhi. Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi catat- mencatat, surat menyurat, pembukuan, ketik mengetik, dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerjasama antar dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.

Menurut Siagian (2006:3) Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas teretentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dan telah dikatakan pula bahwa administrasi mempunyai unsur-unsur yang mutlak, yaitu sebagai berikut :

1. Dua orang manusia atau lebih, seseorang tidak bisa bekerja sama dengan dirinya sendiri, karena itu harus ada orang lain yang turut serta dalam proses kerja sama agar tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai dengan cepat dan mudah.

12

(2)

2. Tujuan, dalam suatu proses kerja sama pasti ada sesuatu yang hendak dicapai yang berupa tujuan. Dan tujuan dari administrasi tersebut ditentukan oleh dua orang yang bersangkutan.

3. Tugas yang hendak dilaksanakan, proses admiministrasi akan timbul apabila ada kerja sama dan penentuan tujuan.

4. Sarana dan prasarana, yang diperlukan dalam proses administrasi tergantung dari berbagai faktor, yaitu jumlah orang yang terlibat, sifat tujuan, ruang lingkup dan sifat kerja sama.

Menurut Pasolong (2007:8) mengartikan bahwa Administrasi Publik ialah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara efisien dan efektif.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi publik adalah keseluruhan kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga pemerintah untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif. Dan administrasi publik berkaitan dengan Efektivitas Program karena Efektivitas Program merupakan unsur yang terpenting di dalam studi kebijakan publik yang menjadi bagian dari kajian ilmu Administrasi Publik sebab efektivitas pada dasarnya merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi namun untuk mengetahui keberhasilan tersebut perlu adanya suatu pengukuran yang tepat.

Pendapat lain menurut Prajudi Atmosudirjo (1982:272) dalam buku Administrasi dan Managemen Umum mengatakan : “Administrasi Publik adalah

(3)

administrasi dari negara sebagai organisasi dan administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.

Kemudian menurut Dimock dalam bukunya: Public Administration, mendefinisikan sebagai berikut: “Public Administration is the activity of the State in the exercise of its political power”. (Administrasi Publik adalah kegiatan Negara

dalam melaksanakan kekuasaan atau kewenangan politiknya).

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan, bahwa Administrasi Publik adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang bersifat dan membahas kenegaraan atau suatu kebijakan untuk kepentingan publik untuk mencapai tujuan Bersama didalam suatu negara.

2.1.2 Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut Gibson et.al (Bungkaes 2013:46), Efektivitas adalah penilaian yang dibuat

sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka mereka dinilai semakin efektif.

(4)

Siagian (2001:4) mengemukakan bahwa “Efektivitas sebagai suatu pemanfaatan sarana prasarana, sumberdaya dalam jumlah tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang akan dijalankan oleh seseorang atau suatu perusahaan”.

Mardiasmo (2017:143) mengemukakan bahwa “ Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.

Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Sedarmayanti (2009:59) berpendapat bahwa “ Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Selain itu ukuran efektivitas untuk suatu organisasi atau lembaga dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu input, proses, hasil, produktivitas, outcome.

Menurut Mahmudi (2005:92) Efektivitas adalah hubungan antara output dengan tujuan, maka semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organsisasi, program atau kegiatan.

Maka penulis dapat menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan efektif, apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

Efektif atau tidaknya suatu pekerjaan (program) atau usaha organisasi dapat dilihat dari tujuan maupun sasaran yang dicapai. Artinya, pencapaian hal yang

(5)

dimaksud merupakan pencapaian program perlindungan anak dalam penanganan kasus kekerasan sksual pada anak di Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, maka dari itu efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan dari program perlindungan anak yang telah ditetapkan sebelumnya.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningtat S.

(2006:16) yang menyatakan bahwa “efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Maka penulis menyimpulkan pengertian diatas bahwa akan efektif atau tidaknya suatu pekerjaan dapat dilihat dari sasaran dan tujuan yang telah dicapai.

Efektivitas berfokus pada outcome atau hasil dari program atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasikan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan, jika hasil kegiatannya semakin mendekati sasaran berarti semakin tinggi efektivitasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut mengenai hubungan arti efektivitas.

Gambar 2.1 Hubungan Efektivitas

Efektivitas =

(Sumber : Mahmudi (2005:92) Outcome

Output

(6)

Berdasarkan gambar di atas, maka efektivitas menggambarkan tentang siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana suatu tujuan kualitas, kuantitas, dan waktu telah dicapai, serta ukuran berhasil tidak nya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Selanjutnya Steers mengemukakan bahwa “Efektivitas merupakan jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya” (Steers,1985:87).

Maka penulis menyimpulkan bahwa, efektivitas menjadi jangkauan suatu program untuk memenuhi sasaran dan tujuan suatu program hingga bisa tercapai suatu tujuannya tanpa memberi tekanan kepada sumber daya nya.

Sedangkan Menurut Miller (dalam Tangkilisan 2007:138) mengemukakan bahwa :

“Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its goals. Effectiveness must be distinguished from efficieny. Efficieny is mainly concerned with goal attainments”. ( Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan).

Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu memiliki keterkaitan erat antara hasil yang diharapkan dengan hasil sesungguhnya dicapai dan dikatakan efektif apabila telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan sebelumnya.

Pendapat lain menurut Agung Kurniawan (2005:109) mendefinisikan Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan,

(7)

program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau tegangan diantara pelaksananya.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa efektivitas merupakan cara bagaimana organisasi dapat melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya sehingga program atau kegiatan berjalan dengan baik dan tidak ada tegangan diantara pelaksananya. Sehingga efektivitas bukan hanya kemampuan organisasi dalam melaksanakan tugas, tetapi juga memperhatikan komunikasi yang terjalin diantara para pelaksana kegiatan atau program agar selaras dengan tujuan yang ditetapkan.

2.1.3 Efektivitas Program

Efektivitas Program adalah suatu penilaian atau pengukuran terhadap sejauh mana kegiatan dalam program-program yang telah dilakukan dapat mencapai tujuan awal dari program tersebut. Keberhasilan suatu program dapat dilihat pada pencapaian tujuan yang telah direncanakan sebelumnya oleh organisasi terkait.

Efektivitas yaitu rencana yang luas mengandung penggunaan sumber daya untuk waktu yang akan dating dalam bentuk pola yang akan menentukan suatu urutan kegiatan dengan waktunya sehingga tujuan atau sasaran yang telah di tentukan sebelumnya dapat tecapai dengan baik.

Efektivitas Program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam menjalankan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

(8)

ditetapkan sebelumnya secara komperehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang telah ditentukan (Campbell, 1989;47).

Menurut Hadari Nawawi (2007:174) :

“Program dapat diartikan sebagai kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh suatu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerja sama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Program-program disusun dengan mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas program adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dijalankan oleh organisasi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya agar mendapatkan hasil yang baik.

Menurut Sutrisno (2007:125-126) Efektivitas Program dapat diukur dengan melihat sejauhmana pencapaian tujuan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

Sedangkan pendapat masyarakat penerima bantuan program dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan efektivitas program. Penilaian terhadap tingkat kesesuaian program merupakan salah satu cara untuk mengukur efektivitas program.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas program mengacu pada pencapaian tujuan yaitu pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

(9)

Pandangan lain Menurut Subagyo dalam Budiani (2007:52) Efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang telah di tetapkan. Budiani (2007:53) menyatakan bahwa untuk mengukur faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi berjalan atau tidaknya suatu program dapat dilakukan dengan mengunakan variabel-variabel berikut ini:

1. Ketepatan Sasaran Program

Ketepatan sasaran program yaitu bagaimana program yang dirancang oleh pengelola kepada kelompok sasaran atau suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Sosialisasi Program

Sosialisasi program yaitu kemampuan pelaksana program dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran program pada umumnya.

3. Pencapaian Tujuan Program

Tujuan program adalah sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keberhasilan atau pencapaian program dapat diukur dengan adanya penetapan suatu program dalam menetapkan suatu program perlu adanya langkah untuk mencapai suatu tujuan.

4. Pemantauan Program

Pemantauan program merupakan kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian kepada peserta

(10)

program. Dalam pemantauan ini untuk mengukur pengaruh dari program yang sedang berjalan dan mengamati setiap perkembangan pelaksanaan program.

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, efektivitas program dapat diartikan sebagai suatu pengukuran atau penilaian terhadap program-program yang dijalankan oleh sebuah organisasi atau instansi, tercapai atau tidaknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Kemudian menurut Pariata Westra dkk (1989:236) mengatakan bahwa Program adalah rumusan yang membuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara-cara pelaksanaanya.

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

5. Strategi pelaksanaan

Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa program adalah hal terpenting yang harus ada dalam mencapai sebuah kegiatan harus jelas pula tujuan dan kegiatan nya seperti apa, sebuah program harus terstruktur dengan baik agar bisa mencapai tujuannya dengan tepat dan baik.

(11)

Kemudian Definisi Program menurut Moenkijat (2004:442) yaitu :

Program adalah suatu rencana yang luas yang mengandung penggunaan sumber daya yang berlainan untuk waktu yang akan datang dalam suatu pola yang disatukan dan menentukan suatu urutan kegiatan-kegiatan waktu yang diperlukan oleh masing-masing sumber, guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Dari definisi diatas bahwa yang dimaksud penyusunan program adalah kumpulan kegiatan yang telah di susun waktu pelaksanaan, sumber daya yang dikehendaki dan sasaran dari kegiatan tersebut. Selanjutnya, program menjadi salah satu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Penyusunan program merupakan suatu rencana yang mengandung kegiatan- kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan sumber-sumber apa yang harus digunakan dan dibutuhkan, oleh siapa akan dilaksanakan serta kapan rencana akan dilaksanakan.

2.1.4 Pengukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut padang dan tergantung pada siapa yang menilai dan menginterpretasikan nya. Tingkat efektivitas juga bisa diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

(12)

Efektivitas program dapat diketahui dengan membandingkan output dengan tujuan program. Pengukuran efektivitas program yang dikemukakan oleh Budiani (2007:53) yaitu sebagai berikut :

1. Ketepatan Sasaran Program

Ketepatan sasaran program yaitu bagaimana program yang dirancang oleh pengelola kepada kelompok sasaran atau suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Sosialisasi Program

Sosialisasi program yaitu kemampuan pelaksana program dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran program pada umumnya.

3. Pencapaian Tujuan Program

Tujuan program adalah sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keberhasilan atau pencapaian program dapat diukur dengan adanya suatu program dalam menetapkan suatu program perlu adanya langkah untuk mencapai suatu tujuan.

4. Pemantauan Program

Pemantauan program merupakan kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

Dalam pemantauan ini untuk mengukur pengaruh dari program

(13)

yang sedang berjalan dan mengamati setiap perkembangan pelaksanaan program.

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk mengukur suatu efektivitas bisa membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai apakah suatu program itu dijalankan dengan baik sesuai rencana yang ditetapkan atau tidak dan mengukur efektivitas juga tergantung bagaimana orang yang menilai suatu kegiatan atau program yang dijalankan apakah efektif tidaknya.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, seperti yang telah di kemukakan oleh Siagian (1978:77) yaitu :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa starategi adalah

“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan, artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan organisasi dimasa depan.

(14)

5. Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimana pun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik, mengingat sifat manusia yang tidak sempurna, maka efektivitas menuntut terdapatnya system pengawasan dan pengendalian.

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk mengukur suatu efektivitas bisa membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai apakah suatu program itu dijalankan dengan baik sesuai rencana yang ditetapkan atau tidak dan mengukur efektivitas juga tergantung bagaimana orang yang menilai suatu kegiatan atau program yang dijalankan apakah efektif tidaknya.

Duncan (dalam Steers, 1985:53) mengemukakan ukuran efektivitas untuk mengukur efektivitas pelaksanaan suatu program, baik program instansi pemerintah maupun swasta terdiri dari 3 aspek antara lain :

(15)

1. Pencapaian tujuan, Yaitu pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakkin terjamin, diperlukan pentahapan dalam arti priodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa indikator yaitu kurun waktu pencapaian, pencapaian sasaran yang merupakan target kongkrit dan dasar hukum.

2. Integrasi, Yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk melakukan kegiatan dari program kerja yang telah disepakati dan mengadakan sosialisasi dengan pihak lain. Integrasi terdiri dari beberapa indikator yaitu prosedur dan proses sosialisasi.

3. Adaptasi, Yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuakan diri dengan lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor yaitu peningkatan kemampuan dan sarana dan prasarana sosialisasi.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Efektivitas

Menurut Hasibuan, (2016:107) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Program, antara lain sebagai beriikut :

1. Kualitas Aparatur, yaitu kualitas sumber daya manusia yang mana pada dasarnya merupakan tingkat pengetahuan, kemampuan serta kemauan yang terdapat pada sumber daya manusia.

2. Kompetensi Administrator, yaitu kemampuan kapasitas individu dalam melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu.

(16)

3. Sarana dan prasarana, yaitu suatu penunjang ataupun peralatan kerja, dalam hal ini termasuk dalam pengertian sarana prasarana adalah bagian penting serta ikut menentukan terselenggaranya aktivitas. Faktor sarana serta prasarana diartikan sebagai peralatan penting dalam penyelenggaraan aktivitas pemerintah, dalam hal ini sarana digunakan untuk mempermudah dan memperlancar gerak dan aktivitas pemerintah.

4. Pengawasan, yaitu salah satu diantara fungsi manajemen merupakan proses kegiatan pemimpin dalam memastikan maupun menjamin bahwa tujuan serta tugas dalam sebuah lembaga akan terlaksana dengan baik sesuai dengan kebijakan, rencana serta intruksi dalam ketentuan-ketentuan yang berbeda.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi suatu efektivitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program yaitu faktor kualitas aparatur, kompetensi administrator, sarana dan prasarana serta pengawasan.

2.1.6 Program Perlindungan Anak

Kata “program” berasal dari Bahasa inggris yaitu programme atau program yang berarti acara atau rencana. Menurut Arikunto dan Jabar (2009:3) program diartikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang dapat disebut sebagai sistem yang didalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.

(17)

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Perlindungan kepada anak harus dilakukan semaksimal mungkin karena maraknya terjadi kejahatan kepada anak.

Perlindungan anak juga merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, menurut Arif Gosita (1985) mengemukakan bahwa

“Perlindungan anak merupakan upaya-upaya yang mendukung terlaksananya hak- hak dan kewajiban, kepastian hukum perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam perlindungan anak”. Dan upaya untuk perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun.

Dalam perlindungan anak peran orang tua sangat dibutuhkan dengan baik dalam melindungi anak-anaknya, tak hanya peran orang tua pemerintah pun harus andil dalam melindungi anak-anak di Indonesia sesuai dengan pasal 20 UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak mengatur” Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, keluarga, dan Orang Tua / Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak”. Karena anak- anak rentan sekali dalam sebuah kejahatan karena anak mudah sekali di manipulasi.

Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan oleh negara dalam melakukan perlindungan kepada anak yaitu dengan mengeluarkan

(18)

suatu Undang-Undang yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. Undang-Undang ini mengatur tentang hak dan kewajiban seorang anak serta semua hal yang terkait dalam perlindungan anak, dengan adanya Undang-Undang ini diharapkan semua anak-anak Indonesia dapat terlindungi seutuhnya.

Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan, kebijakan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan anak. Koordinasi kerjasama perlindungan anak perlu diadakan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan.

2.1.7 Pengertian kekerasan seksual pada anak

Kekerasan terhadap anak merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional) menurut Ricard J. Gelles (Hurairah, 2012:47).

Kekerasan seksual salah satu kekerasan fisik yang termasuk tindakan kriminal, pelaku tindak kekerasan seksual melakukan hanya untuk memuaskan hasratnya secara paksa. Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman, dan keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Korban kekerasan seksual kebanyakan terjadi pada anak-anak berusia 3-17 tahun. Kekerasan seksual pada anak mendapatkan perhatian dari banyak masyarakat karena kekerasan seksual pada anak merupakan tingkat kekerasan paling tinggi yang sering terjadi dibandingkan dengan kekerasan fisik dan psikologis. Akhir-

(19)

akhir ini maraknya terjadi kekerasan seksual pada anak dan pelaku kekerasan seksual pada anak kebanyakan dikenali oleh para korban, mirisnya kekerasan seksual terhadap anak banyak dilakukan oleh keluarga nya sendiri bahkan tenaga pendidik korban sendiri, yang seharusnya menjaga dan melindungi anak-anak dengan baik malah melakukan hal yang sangat tidak bermoral dan berdampak sangat buruk bagi korban.

Menurut Wahid dan Irfan dalam Abu Hurairah (2018), kekerasan seksual merupakan istilah yang menunjuk pada perilaku seksual deviatif atau hubungan seksual yang menyimpang, merugikan pihak korban dan merusakan kedamaian di lingkungan masyarakat. Adapun penjelasan Kekerasan seksual lainnya adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang/tindakan lainnya, terhadap tubuh yang terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang atau fungsi reproduksi secara paksa bertentangan dengan kehendak seseorang, umumnya pelaku memiliki ketimpangan kekuasaan. Kekerasan seksual dapat menimbulkan penderitaan secara psikis,fisik,dan seksual. (sumber : Kompas.com) Pengertian kekerasan terhadap anak sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 pasal 13 yang berbunyi

“Diskriminasi, eksploitasi baik fisik maupun seksual, penelantaran, kejahatan, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya”.

(20)

2.2 Kerangka Pemikiran

Program perlindungan anak merupakan program untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan, pelecehan, penelantaran dan eksploitasi anak dan untuk memenuhi segala hak-hak anak. Sesuai dengan Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Serta upaya untuk penanganan kasus kekerasan terhadap anak khususnya kekerasan seksual yang lebih banyak atau sering terjadi.

Pelaksanaan program perlindungan anak dalam penanganan kasus kekerasan seksual sangat dibutuhkan keterlibatan dari masyarakat karena ada saja masyarakat yang ketika mengetahui ada kasus kekerasan seksual pada anak tidak berani untuk melaporkan tetapi malah di sembunyikan, dalam hal pelaporan mengenai kasus kekerasan seksual pada anak sangat dibutuhkan agar kasus kekerasan seksual bisa segera ditangani oleh pihak yang menanganinya karena harus ada sumber informasi atau pelaporan dari masyarakat terkait kejadian kekerasan seksual.

Fokus penelitian ini pada Program Perlindungan Anak dalam penanganan Kasus Kekerasan Seksual pada Anak dan untuk locus penelitian pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Subang. Teori yang digunakan yaitu menurut Budiani (2007:53) yakni ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program.

Penulis menggunakan teori tersebut karena sangat relevan dengan Efektifitas Program Perlindungan anak dalam penanganan kasus kekerasan seksual pada anak di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

(21)

(

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Subang karena didalamnya terdapat masalah yang terkait dengan ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program.

Berdasarkan uraian tersebut penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Efektivitas Program Perlindungan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Dinas Pengendalian Penduduk,

keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (DP2KBP3A)

Kabupaten Subang ) Efektif

Indikator-Indikator Efektivitas menurut Budiani (2007:53) sebagai berikut :

1. Ketepatan Sasaran Program 2. Sosialisasi Program

3. Pencapaian Tujuan Program 4. Pemantauan Program

Efektivitas Program Perlindungan Anak dalam Penanganan kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)

Kabupaten Subang) belum Efektif

(22)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut “Efektivitas Program Perlindungan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Subang akan efektif jika memperhatikan aspek ketepatan sasaran program, sosialisasi program, pencapaian tujuan program dan pemantauan program.

Referensi

Dokumen terkait

(Raise The Red Lantern, 01:01:04-01:01:18) Dari tindakan Yan'er di atas dapat terlihat bahwa Yan'er tidak menyukai kehadiran Song Lian sebagai istri baru Chen Zuoqian dengan

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Cross pernah menyimpulkan bahwa Yahweh pada mulanya nama Kultik dari El dengan melihat model susunan Panteon Kanaan dan Israel yang menempatkan Yahweh dan El terlibat

Syarat mutu biji kakao menurut SNI 2323-2008 ditentukan berdasarkan adanya serangga hidup atau benda asing, kadar air, adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya,

Berdasarkan Model Summary pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,401 bila dipresentasekan menjadi 40,1%, dapat disimpulkan

Siswa menulis karangan pendek de- ngan tema yang tidak ditentukan (bebas sesuai keinginan siswa) minimal satu halaman kertas folio dengan memperhatikan penggunaan bahasa dalam

Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan, dan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat

Departemen Agama Repub lik Indonesia , selanjutnya di sebut sebagai DEPAG, Dan Yayasan Makkah Almukarramah yang didi rikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri