• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meski begitu banyak remaja menggunakan narkoba melihat kenyataan yang terjadi sebenarnya dan dampak negatif sangat besar pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Meski begitu banyak remaja menggunakan narkoba melihat kenyataan yang terjadi sebenarnya dan dampak negatif sangat besar pada remaja"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Dalam dunia kesehatan, obat-obatan membawa manfaat yang besar bagi penyembuhan dan keselamatan manusia, namun saat ini sering disalahgunakan (Firdaus & Hidayati, 2019). Sebagian besar remaja mengenyam pendidikan di sekolah menengah dan mulai menggunakan narkoba (Saleh, 2014). Psikotropika dan zat adiktif lainnya singkatan dari narkoba. Yaitu bahan zat kimia yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi, perilaku ketika masuk tubuh manusia dalam berbagai cara, termasuk menghirup, dihisap, minum dan disuntikkan (Sutrisno &

Saputro, 2021).

Narkoba dalam dunia medis digunakan untuk ilmu pengetahuan atau pengobatan seperti menghilangkan rasa sakit atau nyeri dalam pengawasan dokter.

remaja seharusnya menghindarkan diri dari resiko dan efek yang mengakibatkan kehilangan kesadaran karena berpengaruh ke sistem susunan saraf pusat dapat menyebabkan menimbulnya potensi yang tinggi ketergantungan pada pemakainya (Sholihah, 2015). Meski begitu banyak remaja menggunakan narkoba melihat kenyataan yang terjadi sebenarnya dan dampak negatif sangat besar pada remaja.

Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan sangat mengkhawatirkan akibat maraknya pemakaian secara illegal bermacam-macam jenis narkoba. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat ramainya peredaran gelap narkoba yang telah sampai di segi

(2)

lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja yang akan datang (Simangungso, 2015).

Kecanduan narkoba adalah suatu kondisi yang timbul dari keinginan terus menerus untuk meningkatkan dosis yang menghasilkan efek yang sama dan menimbulkan gejala fisik dan psikologis berbeda ketika dikurangi atau dihentikan (Rahayuningrum, 2019). Beberapa faktor penyebab remaja mengonsumsi narkoba adalah ingin tampil gaya. Remaja akan merasa dirinya menjadi lebih berani, keren, percaya diri, faktor lain menggunakan narkoba yaitu dapat menghilangkan rasa sakit, coba-coba atau rasa ingin tahu yang tinggi, melupakan masalah atau beban stres, menonjolkan sisi pemberontakan, mencari tantangan dan merasa dewasa (Halawa, 2020).

Penyalahgunaan narkoba pada remaja dapat mengakibatkan tekanan yang dirasakan sehingga remaja tidak mampu menghadapinya, melarikan diri dan mencari ketenangan dengan menyalahgunakan narkoba (Nur’artavia, 2017).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) jumlah kematian akibat kejadian narkoba di seluruh dunia adalah 450.000 jiwa (WHO, 2018). Berbagai sumber data menunjukkan bahwa narkoba berkembang sangat pesat dari data united nations pontrol program on drugs (UNCDP) saat ini, yang menyatakan bahwa

lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia menggunakan barang-barang berbahaya tersebut (Ikawati & Wahyuni, 2020). Menurut laporan narkoba dunia 2018 yang dikeluarkan oleh kantor PBB untuk narkoba dan kejahatan (UNODC) 5,6% dari populasi dunia atau 275 juta orang antara usia 15 sampai 64 tahun menggunakan narkoba dan menggunakan setidaknya satu narkoba sekali dalam

(3)

hidup mereka (BNN, 2019). Presiden Jokowi dalam sambutannya pembukaan rakernas pemberantasan narkoba di gedung bidakara, Jakarta 4 Februari 2015, menyampaikan keprihatinannya karena peredaran dan pengguna narkoba di Indonesia sudah semakin parah saat ini masuk level darurat, karena ada 50 orang Indonesia yang meninggal setiap hari, bila dikalkulasi dalam setahun ada 18.000 jiwa yang meninggal di karena pengguna narkoba (BNN, 2012). Data pada badan narkotika nasional (BNN) wilayah Yogyakarta pravelensi (terpapar) di tahun 2019 menempati urutan kelima dengan sebanyak 2,3 % warganya termasuk usia remaja atau sekitar 29.000 orang adalah pecandu narkoba (Solopos, 2021). Koordinator bidang rehabilitasi badan narkotika nasional provinsi (BNNP) Widya elsafari menyebutkan data hingga juli 2021 jumlah pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi 267 hingga akhir tahun 903 orang data tersebut berasal dari

46 lembaga rehablitasi yang ada di Yogyakarta (Antaranews.com, 2021).

Sedangkan jumlah pecandu yang mengakses layanan rehabilitasi pada tahun 2019- 2021 yaitu 3.464 orang, disamping itu sepanjang tahun 2022 sudah ada dua kasus yang diungkap BNN kota Yogyakarta, yaitu jaringan narkoba pada mahasiswa di Februari dan jaringan pengedar Yogyakarta-Solo (Antaranews, 2022).

Erikson (1978) menyebutkan remaja yang gagal menangani krisis dan memperlihatkan kebingungan identitas akan mengalami gangguan psikososial dalam bentuk kenakalan, penyalahgunaan obat, agresi anti sosial, rasa cemas, depresi dan gangguan tidur. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang buruk menciptakan harga diri negatif pada masa remaja dan rentan terhadap penyalahgunaan zat pada masa remaja (Rahayuningrum, 2019).

xiv xiii

(4)

masyarakat, memberikan lingkungan yang memuaskan dan sehat bagi terwujudnya keluarga sejahtera (Adawiah, 2017). Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada remaja bersifat konsisten dari waktu ke waktu (Adawiah, 2017). Terdapat tiga pola asuh orangtua terhadap remaja dimana masing-masing memiliki kontribusi yang penting dalam pembentukan karakter remaja (Baumrind, 2010), selain ketiga pola asuh tersebut, Maccoby dan Martin 1983 (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) menambahkan pola asuh yang keempat yaitu permissive indulgent dan permissive neglecful. Pengasuhan authoritave mendorong remaja untuk menjadi

mandiri, namun tetap memberikan batasan dan kontrol terhadap perilaku remaja, memberikan kesempatan untuk berdialog, kehangatan, pengasuhan dan rasa senang. Pola asuh yang memberikan dukungan dalam menanggapi perilaku remaja yang konstruktif remaja memiliki kemampuan sosial, tanggung jawab, percaya diri, pengendalian diri, kemandirian, mampu mengatasi permasalah dengan baik dan implikasi yang dapat dipecahkan (Widayani & Astuti, 2020).

Orangtua yang menerapkan pola asuh authoritative dalam menanamkan disiplin pada remaja menghargai kebebasan tetapi tetap memberikan batasan dengan memahami pedoman rasionalitas remaja jika pendapat remaja tidak sesuai memberikan penjelasan yang terarah dan objektif (Gunarsa, 2017). Pola asuh authoritative didasarkan pada sikap saling menghormati, kerjasama, saling percaya, saling

xvi

(5)

konsisten dan kesetaraan sosial (Asri dkk, 2018). Orangtua yang authoritative memberikan kebebasan untuk anaknya memilih ataupun mengambil tindakan, perlakuan terhadap anak lebih fleksibel dan ramah (Wahyu, 2021).

Bahwa orangtua atau keluarga yang mendidik dengan pola asuh authoritative cenderung memperlakukan remaja agar bertanggung jawab apa yang

di lakukannya (Umi, 2019). Selain itu, orangtua cenderung membebaskan untuk mengekspresikan dirinya apa yang di mau tetapi dengan batasan-batasan yang boleh dan yang tidak dilakukannya. Juga menjelaskan bahwa remaja yang tumbuh dalam pola asuh orangtua keluarga yang authoritative cenderung memiliki kecerdasan emosi dan jiwa prososial dibandingkan remaja dengan pola asuh lainnya (Umi, 2019).

Pengasuhan merupakan cara orangtua berinteraksi dengan remaja, meliputi aturan, penghargaan, hukuman, perhatian dan reaksi orangtua terhadap semua perilaku remaja (Faizah & Najmuna, 2019). Pola asuh adalah metode atau cara pengasuhan yang digunakan oleh orangtua untuk membantu remaja tumbuh menjadi individu sosial yang matang (Atika dkk, 2019). Baumrind (2010) mengemukakan dua dimensi pola pengasuhan orangtua yaitu demandingness dan responsivenes. Demandingness (tuntutan) mengacu pada kesiapan orangtua untuk

menghadapi anak yang menentang, orangtua menuntut perilaku dan partisipasi yang matang dalam yang dibuat. Resposiveness (tanggapan) merupakan tanggapan mengacu pada dukungan emosional, kehangatan, tindakan yang sengaja mendorong individu dan menerima kebutuhan tuntutan anak.

(6)

Pengaruh peran orangtua sebagai pengasuh dirumah sangat memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian dan moral remaja. Remaja yang nakal sering kali berasal dari keluarga-keluarga dimana orangtua jarang memantau mereka, memberi sedikit dukungan dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif (Sunaryanti, 2016). Pola asuh sendiri merupakan cara terbaik untuk mendidik orangtua sebagai bentuk tanggung jawab terhadap anak remajanya (Guna dkk, 2019). Hal ini sesuai bahwa salah satu faktor yang mempengaruhinya berupa adanya latar belakang pola pengasuhan orangtua (Heryanto, 2020).

Pola asuh authoritarian merupakan gaya membatasi, menghukum ketika orangtua memaksa remaja mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka (Asri dkk, 2018). Menjelaskan Permissive indulgent sebagai suatu pola pengasuhan dimana orangtua tidak banyak menuntut dan mengizinkan anak- anaknya untuk memantau kegiatan mereka sendiri (Baumrind, 2010). Pola asuh permissive neglectful dimana orangtua hanya melakukan hal-hal yang mereka

anggap penting untuk meminimalisasi waktu dan energi ketika melakukan interaksi dengan anak mereka (Maccoby & Martin 1983). Orangtua yang menerapkan pola asuh ini bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai di mana keberadaan dan apa kegiatan anaknya (Santrock, 2003).

Pola asuh orangtua sangatlah mempengaruhi dalam keluarga sebagai lingkungan utama memiliki peran yang sangat penting dalam perilaku remaja. Pola asuh orangtua akan mempengaruhi sikap, cara berpikir, dan karakter remaja dalam berperilaku (Widayani, 2020). Konselor yang bekerja di BNN menjelaskan bahwa beberapa kasus yang menimpa remaja menggunakan narkoba dipengaruhi oleh

xvi

(7)

kesalahan perilaku orangtua terhadap anak yang tidak mengajarkan untuk memahami tentang agama, hukum-hukum yang berlaku didalam agama, beretika dalam pergaulan, orangtua yang sering membanding-bandingkan anaknya, tidak mengerti kebutuhan khusus yang dibutuhkan oleh anaknya, tidak dibentuknya kesehatan mental (jiwa), kurangnya pengetahuan diberikan orangtua tentang kesehatan, lingkungan tempat tinggal mempengaruhi remaja untuk tumbuh dan pola asuh yang salah dalam mendidik anak (Putri, 2018). Berdasarkan hasil dari wawancara diatas terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab remaja menggunakan napza yaitu keluarga, kelompok teman sebaya dan lingkungan masyarakat serta faktor terbesar disebabkan oleh keluarga (Putri, 2018).

Pola asuh yang baik dan positif sangat terkait dengan pencegahan kenakalan remaja, psikologis dan disfungsi (Widayani & Astuti, 2020). Remaja selalu melihat, menghargai, meniru sikap, perilaku dan kebiasaan orangtua. Hal tersebut kemudian berpengaruh secara sadar atau tidak sadar dan menjadi kebiasaan pada masa remaja. (Fatimah, 2012). Bahwa ada beberapa kondisi selayaknya dilakukan orangtua agar mampu mencegah remaja masuk dalam lingkungan narkoba, diantaranya ialah meningkatkan peran kasih sayang dalam keluarga, dukungan emosional, harapan yang dibangun serealitas mungkin terhadap remaja, memberikan kesempatan, penghargaan tinggi terhadap upaya remaja dan cita-cita

(8)

remaja serta membantu mendukung kuat remaja dalam kelompok jaringan positif yang dibangun keluarga (Putri, 2018).

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa setiap jenis pola asuh orang tua memiliki dampak pada prilaku remaja yang menjadi salah satu faktor terkuat timbulnya remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba. Maka, berdasarkan hal itu peneliti ingin meliti apakah ada perbedaan pola asuh orang tua pada remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba.

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pola asuh orangtua pada remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan memberi sumbangan penting terhadap ilmu psikologi pada umumnya, khususnya psikologi klinis dan perkembangan terutama mengenai topik perbedaan pola asuh orangtua pada remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba. Kemudian penelitian ini diharapkan menjadi model untuk penelitian selanjutnya dalam memahami perbedaan pola asuh orangtua pada remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba, sebab penelitian ini mempunyai manfaat yang besar untuk para remaja dan para orangtua.

(9)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, peneliti dapat memberikan informasi kepada remaja dan orang tua berkaitan pola asuh orangtua pada remaja pecandu narkoba dan bukan pecandu narkoba, sehingga diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran pada orangtua dan remaja. Agar orangtua lebih memilih mana pola asuh yang tepat.

Referensi

Dokumen terkait

melampirkan SKA- Struktur pengalaman diatas atau sama dengan 12 tahun ,b).Site Manager (1 org/lokasi), pendidikan S -1 Teknik Sipil , Profesi Keahlian Pelaksana

Kegiatan observasi kelas dilakukan agar mahasiswa memperoleh gambaran pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas-tugas seorang guru disekolah serta mengetahui situasi

Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ketergantungan emosional dengan romantic jealous pada pasangan

Tujuan program pengabdian masyarakat ini yaitu untuk mengolah potensi lokal berupa daging dan telur itik Cihateup menjadi aneka produk olahan yang disukai masyarakat serta

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi berbagai faktor untuk dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli produk sepatu adalah kualitas, referensi, merk,

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan strategi bermain aktif untuk meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Inggris anak, saran-saran yang dapat digunakan

Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2001 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan, menyatakan bahwa angkutan penyeberangan adalah angkutan yang