• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

SKRIPSI

Oleh

RIDZALUL FIKRI SIRADJUDDIN

NIM 45 15 042 003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

ANALISIS PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh

RIDZALUL FIKRI SIRADJUDDIN

NIM 45 15 042 003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ridzalul Fikri Siradjuddin, (4515042003). “Analisis Pemanfaatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari”. (Dibimbing oleh Agus Salim dan Jufriadi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari serta bagaimana merumuskan strategi pemanfaatan wilayah pesisir terhadap perekonomian masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (deskriptif). Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat pesisir serta bagaimana merumuskan strategi pemanfaatan wilayah pesisir terhadap perekonomian masyarakat pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

Berdasarkan hasil analisis regresi bunga berganda dengan uji t didapatkan bahwa variabel ketersediaan pengelolaan ikan, ketersediaan alat tangkap serta dukungan modal tidak berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat pesisir sedangkan variabel ketersediaan fasilitas nelayan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat pesisir dengan nilai t hitung 2,330 > t tabel 1,989 sedangkan uji F didapatkan bahwa nilai F hitung 1,594 > F tabel 2,46 sehingga diketahui bahwa terdapat pengaruh secara simultan terhadap perekonomian masyarakat pesisir dan juga berdasarkan analisis sosial budaya masyarakat diketahui bahwa konsep yang dianut masyarakat Suku Tolaki adalah konsep Kalo Sara dimana nilai-nilai luhur kebudayaan merupakan unsur kebudayaan dalam interaksi sosial, hukum adat, ekonomi, agama, budi pekerti serta kesenian dalam berinteraksi dengan alam maupun Tuhan.

Kesimpulannya adalah berdasarkan hasil analisis regresi bunga berganda dengan uji t variabel dukungan modal merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat pesisir sedangkan berdasarkan uji F didapatkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan terhadap perekonomian masyarakat pesisir.

Kata Kunci : Pemanfaatan, Wilayah Pesisir, Perekonomian Masyarakat.

(7)
(8)
(9)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DEPAN HALAMAN JUDUL DALAM HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN

HALAMAN PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan ... 5

2. Manfaat ... 6

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan umum Karakteristik Wilayah Pesisir ... 8

1. Pengertian Wilayah Pesisir... .... 8

2. Potensi Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir……….…. 10

(10)

ii

B. Pemanfaatan Wilayah Pesisir... 14

1. Bakau ... 14

2. Terumbu Karang ... 14

3. Bakau diatas Terumbu Karang ... 15

4. Rumput Laut ... 15

5. Estruasi dan Paparan Interdalnya ... 16

6. Pantai Kering Batu Gamping ... 16

7. Lahan Basah... 16

8. Permukiman Tradisional ... 17

9. Pelabuhan ... 18

10. Kota Pesisir... 18

11. Pantai Reklamasi ... 18

12. Tambak ... 19

13. Kegiatan Wisata ... 19

14. Pertambangan ... 19

C. Potensi Wilayah Pesisir ... 20

D. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir ... 21

E. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 25

F. Karakteristik Masyarakat Wilayah Pesisir ... 26

G. Pengembangan Masyarakat Pesisir ... 27

1. Pendekatan Struktual ... 28

2. Pendekatan Subyektif ... 31

H. Kebijakan Strategi dan Perencanaan Wilayah Pesisir ... 35

I. Dasar Hukum ... 41

J. Kerangka Fikir ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ... 43

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

B. Objek Penelitian ... 45

C. Jenis dan Sumber Data ... 45

1. Data Primer... 45

(11)

iii

2. Data Sekunder ... 46

D. Populasi dan Sampel Penelitian

...

46

1. Populasi Penelitian ... 46

2. Sampel Penelitian ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Metode Analisis ... 49

1. Analisis Deskriktif Kuantitatif ... 49

2. Analisis Deskriktif Kualitatif ... 54

G. Variabel Penelitian ... 54

H. Definisi Operasional ... 54

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Wilayah Kota Kendari ... 56

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 56

2. Topografi / Kemiringan Lereng ... 61

3. Geologi dan Jenis Tanah ... 62

4. Hidrologi ... 64

5. Klimatologi ... 64

B. Gambaran Umum Kecamatan kendari Barat ... 65

1. Aspek Fisik Dasar ... 65

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 65

b. Topografi / Kemiringan Lereng ... 68

c. Iklim ... 69

2. Aspek Kependudukan ... 69

a. Kepadatan Penduduk ... 70

b. Pesebaran Penduduk ... 71

3. Gambaran Wilayah Pesisir Kecamatan Kendari Barat ... 73

4. Aspek Ekonomi ... 73

a. Fasilitas Pelayanan Ekonomi ... 74

b. Mata Pencarian Utama Masyarakat Wilayah Pesisir ... 76

c. Aspek Ekologis ... 78

(12)

iv

d. Gambaran Ekonomi Masyarakat ... 79

C. Pembahasan ... 80

1. Faktor Yang Mempepengaruhi Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari ... 80

a. Tempat Pelelangan Ikan ... 80

b. Tempat Pelelangan Ikan/Rumah Indusri ... 81

c. Alat Tangkap ... 82

d. Dukungan Modal ... 83

2. Analisis Fisik Wilayah Pesisir ... 84

a. Pasang Surut ... 84

b. Kedalaman ... 84

c. Arus ... 85

d. Parameter Oseonografi ... 85

3. Analisis Sosial Budaya ... 87

a. Stratifikasi Sosial (Strata Sosial) ... .... 87

b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat ... ….. 88

c. Terbatasnya Mata Pencarian ... .. 90

4. Anasilis Faktor Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat Wilayah Pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari ... 91

a. Ketersediaan Fasilitas Nelayan ... 92

b. Ketersediaan Pengelolaan Ikan ... 92

c. Ketersediaan Alat Tangkap ... 94

d. Dukungan Modal ... 95

BAB V PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

v DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kecamatan……….... 57

Tabel 4.2 Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan Lereng ……….……… 62

Tabel 4.3 Persebaran Jenis Batuan di Kota Kendari ……….…. 63

Tabel 4.4 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan di Kecamatan Kendari Barat 2018 …….………..…….. 68

Tabel 4.5 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan 2018 ……….…... 71

Tabel 4.6 Jumlah dan Persebaran Penduduk Menurut Kelurahan 2018 ……….…. 72

Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Masyarakat Kecamatan Kendari Barat 2019 ……….…….. 77

Tabel 4.8 Parameter Oseaonografi Tahun 2014 ………. 86

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Bunga Berganda………. 97

Tabel 4.10 Hasil Uji T ……….………. 99

Tabel 4.11 Hasil Uji F ……….…………. 102

Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi ……….….………. 103

(14)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Kendari …..……...…… 44

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Kendari ….……… 59

Gambar 4.2 Peta Luas Wilayah Kota Kendari ………….….. 60

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kecamatan Kecamatan Kendari Barat ……….. 67

Gambar 4.4 Tempat Pelelangan Ikan Kecamatan Kendari Barat…………...…………. 80

Gambar 4.5 Pegelolaan Ikan Asin ………. 81

Gambar 4.6 Pengelolaan Abon Ikan ………. 81

Gambar 4.7 Alat Tangkap Pukat ……… 83

Gambar 4.8 Alat Tangkap Jaring ……….. 83

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya alam pesisir dan laut ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Di sisi lain konsekuensi logis dari sumber daya pesisir dan lautsebagai sumber daya milik bersama (common property) dan terbuka untuk umum, maka pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut semakin meningkat hampir di semua wilayah. Pemanfaatan yang demikian cenderung melebih daya dukung sumber daya (over exploitation).

Secara ilmiah kawasan pesisir pada dasarnya bukan semata-mata merupakan kawasan peralihan ekosistem daratan dan laut, namun sekaligus titik temu antara aktivitas ekonomi masyarakat berbasis daratan dan laut. Kawasan pesisir merupakan tempat pendaratan ikan serta sebagai sumber daya laut maupun alirah sumber daya lainnya untuk kemudian dialirkan kedaratan.

Dari arah daratan mengalir sumber daya untuk disalurkan kelaut dan juga udara melalui kawasan-kawasan pesisir. Akibatnya, kawasan pesisir secara global telah cenderung menjadi konsentrasi aktifitas perekonomiandan peradaban manusia. Kawasan pesisir dalam kenyataan nya menampung sekiar 60% populasi dunia.

(16)

2 Secara historis, kawasan pesisir telah menjadi harapan konsentrasi sebagai kota-kota pelabuhan dan pusat-pusat pertumbuhan global.

Para nelayan umumnya di Indonesia, tentu makan mengalami dialktika yang luar biasa. Hal ini diakibatkan karena zaman yang semakin maju sehingga perkembangan ilmu pengetahuan mendorong munculnya wawasan dan fikiran terhadap kehidupan masyarakat pesisir. Di mana masyarakat kecil pesisir yang memahami dirinya yang hidup sederhana, takut akan menimbulkan rasa kekhawatiran seakan akan jatuhnya sumber daya laut bagi mereka. Hal ini menjadi pendororng dimana munculnya sebagaia pemikiran tentang bersaing antar profesi masyarakat kecil sebagai nelayan. Sebagaimana ditetapkan Perda Kendari pasal 30 Nomor 50 tahun 2015 tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil

Daerah Perlindungan Laut atau lebih dikenal dengan singkatan DPL sebagian besar diinisiasi oleh masyarakat lokal/nelayan kecil dalam rangka melestarikan dan menjamin ketersediaan sumberdaya ikan bagi nelayan kecil. Untuk itu, sudah kewajiban bagi para masyarakat pesisir untuk dapat melestarikan sumberdaya alam laut.

Potensi ekonomi daerah yang dimiliki dan layak dikembangkan di kota kendari ada beragam sektor diantaranya sektor perikanan tangkap dan sektor perikanan budidaya, hasil

(17)

3 yang diperoleh dalam setahun pada sektor perikanan tangkap sekitar 4.292,5 ton pertahunnya dan sektor perikanan budidaya 1.100,2 ton. Berkaitan dengan potensi yang dimiliki wilayah pesisir kota kendari maka dimasa yang akan datang menjadi tantangan bagi kawasan tersebut untuk merebut potensi peluang yang ada, sehingga potensi perencanaan penataan wilayah pesisir perlu diarahkan secara terpadu guna mengharmonisasikan dan meningkatkan perekonomian masyarakat agar dapat hidup dengan bercukupan dan tidak ada unsur kepentingan lain bagi pemerintah dalam mengelolah kawasan pesisir secara menyeluruh. Kondisi yang dihadapi kemudian adalah arahan penggunaan lahan wilayah pesisir di Kecamatan Kendari Barat kota kendari dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan perekonomian mereka. Pendapatan atau penghasilan per bulan dari sektor perikanan tangkap yang diterima oleh nelayan dan seluruh anggota keluarga yang bekerja, terdistribusi sebagai berikut: Rp. 0,6 - 0,8 juta (50,83%), Rp. 0,4 - 0,6 juta (16,67%), Rp, 0,8 1,0 juta (9,17%), Rp. 0,2 - 0,4 juta (5,83%), dan Rp. 1,4 . 1,6 juta (5,00%), sisanya (12,5% nelayan) berpenghasilan Rp. 1,8 - 2,0 juta (3,33%), lebih dari Rp. 2,0 juta (3,33%), Rp. 1,6 1,8 juta (2,50%), dan masing 1,67% berpenghasilan Rp 1,0 - 1,2 juta dan Rp. 1,2 1,4 juta per bulan.

(18)

4 Adapun potensi wilayah pesisir yang dimiliki Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari sangat memungkinkan untuk mengelolah sumber daya alam pesisir tersebut karena terdapat beberapa ciri dalam pemanfaatan wilayah pesisir berbasis perekonomian dengan tersedianya tempat pelelangan ikan (TPI), maka hal ini menunjukkan bahwa kota kendari memiliki potensi dalam sektor perikanan yang sangat strategis dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, dalam RTRW Provinsi Sultra kota kendari masuk dalam kawasan strategis Provinsi sebagai kawasan kepentingan pertumbuhan ekonomi, serta sebagai kawasan pengembangan budidaya perikanan.

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, kondisi fasilitas nelayan dalam hal ini tempat pelelangan ikan (TPI) tidak diperhatikan sehingga timbul rasa ketidak nyamanan oleh pengunjung, kondisi tempat pengelolaan ikan/rumah industri dapat dikatakan masih menggunakan pengelolaan sederhana sehingga belum bisa mengelola hasil sumberdaya alam dengan sempurna, kondisi alat tangkap sebagian masyarakat nelayan masih menggunakan alat tangkap sederhana atau tradisional padahal apabila nelayan menggunakan teknologi alat tangkap yang modern dapat menunjang hasil tangkap nelayan, dan adapun terbatasnya modal nelayan yang dapat memperhambat usaha perikanan masyarakat nelayan.

(19)

5 Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir dan Bagaimana strategi pemanfaatan wilayah pesisir terhadap ekonomi masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Untuk itu penulis mengangkat judul : “Analisis Pemanfaatan Wilayah Pesisir Terhadap Perekonomian Masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari”

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari?

2. Bagaimana strategi pemanfaatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

b. Untuk mengetahui strategi pemanfaatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

(20)

6 2. Manfaat

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

b. Untuk mengetahui strategi pemanfaatan wilayah pesisir dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

D. Ruang Lingkup

Dalam pembahasan pada penelitian ini dititik beratkan pada lokasi wilayah pesisir yang berada Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Studi ini terbatas pada peyajian informasi data perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam wilayah pesisir.

E. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini di susun dengan mengikuti alur pembahasan sebagai berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang, pengertian-pengertian, konsep dan teori.

BAB III METODE PENELITIAN

(21)

7 Bab ini berisikan gambaran mengenai lokasi studi, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, dan kerangka pikir.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang : Gambaran Umum Kota kendari, Gambaran Umum Kecamatan, Lokasi Penelitian, Analisis Variabel Penelitian, analisis faktor yang mempengaruhi perekonomian wilayah peisisir dan strategi pengembangan kawasan pesisir.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir 1. Pengertian Wilayah Pesisir

Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih mempengaruhi oleh sifat laut dan perembesan air asin. Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang menyebabkan kegiatan manusia seperti pertanian dan pencemaran.

Dahuri, dkk. (1996) mendefenisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dimana batas ke arah darat adalah jarak secara arbiter dari rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu negara. Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Seacara fisiologi didefenisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai

(23)

9 dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya berupa kerikil.

Ruang kawasan pesisir merupakan ruang wilayah diantara ruang daratan dengan ruang lautan yang saling berbatasan.

Ruang daratan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan termasuk perairan darat dan sisi darat dari garis terendah. Ruang lautan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai sisi laut pada garis laut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.

Dalam cakupan horizontal, wilayah pesisir di batasi oleh dua garis hipotetik. Pertama, ke arah darat wilayah ini mencakup daerah-daerah dimana proses-proses oseanografis (angin laut, pasang-surut, pengaruh air laut dan sebagainya) yang masih dapat pengaruhnya. Kedua, ke arah dirasahkan laut meliputi daerah-daerah dimana akibat prosesproses yang terjadi di darat (sedimentasi, arus sungai, pengaruh air tawar dan sebagai nya). Wilayah perbatasan ini mempertemukan lahan darat dan masa air yang berasal dari daratan yang relatif tinggi (elevasi landai, curam atau sedang) dengan masa air laut yang relatif rendah, datar, dan jauh lebih besar volumenya.

Karakteristik yang demikian oleh Ghofar (2004), mengatakan bahwa secara alamiah wilayah ini sering disebut sebagai

(24)

10 wilayah jebakan nutrient (nutrient trap). Akan tetapi, jika wilayah ini terjadi pengrusakan lingkungan secara massif karena pencemaran maka wilayah ini disebut juga sebagai wilayah jebakan cemaran (pollutants trap). Dengan demikian dapat dimengerti bahwa berbagai sumberdaya hayati serta lingkungan di wilayah pesisir relatif lebih rentan terhadap kerusakan, dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau ekosistem-ekosistem lainnya. Dari seluruh tipe ekosistem yang ada, biasanya ekosistem pesisir merupakan wilayah yang mendapatkan tekanan lingkungan yang paling berat. Ghofar (2004).

2. Potensi Sumberdaya Alam Pesisir

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat kaya, Nurariadi (2004). Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan mendorong berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya binaan/buatan dan jasa jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah

(25)

11 pesisir. Nissa (2011) potensi sumberdaya pesisir secara umum dibagi atas empat kelompok yakni:

a. sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), b. sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), c. energi kelautan dan

d. jasa-jasa lingkungan

kelautan (environmental services). Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (marine culture).

Ketersedian lahan pesisir merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan. Demikian juga dengan wilayah perairan pantainya dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan budidaya terutama budidaya laut.

Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (Ocean Thermal Energy Conservation), pasang surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. Wilayah pesisir dan laut sebagai ekosistem yang dinamis memiliki karakteristik yang sangat unik. Keunikan

(26)

12 wilayah ini mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut untuk dikelola secara terpadu dan bijaksana. Secara biofisik wilayah pesisir memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Secara empiris terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas (upland) dengan laut lepas. Perubahan yang terjadi pada suatu eksosistem pesisir, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem lainnya.

Begitu pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan industri, pertanian, pemukiman, dan lainlain) di lahan atas (upland) suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak dilakukan secara bijaksana akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawsan pesisir dan laut.

b) Dalam suatu kawasan pesisir, biasanya terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Terdapat keterkaitan langsung yang sangat sumberdaya alam.

c) Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampilan/keahlihan dan kesenangan (preference)

(27)

13 bekerja yang berbeda sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan sebagainya. Pada hal sangat sukar atau hampir tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja (profesi) sekelompok orang yang sudah mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.

d) Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Misalnya suatu hamparan pesisir hanya digunakan untuk satu peruntukan, seperti tambak, maka akan lebih rentan, jika hamparan tersebut digunakan untuk beberapa peruntukan.

e) Kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama property yang (common resources) dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Padahal setiap sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran over eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi di kawasan ini, yang

(28)

14 pada gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama (open tragedy). Kawasan pesisir memiliki tiga habitat utama (vital) yakni mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Di antara ketiga habitat tersebut terdapat hubungan dan interaksi yang saling mempengaruhi.

Kerusakan yang terjadi pada satu habitat akan mempengaruhi kehidupan biota pada habitat lainnya, sehingga pengelolaan pada suatu habitat harus mempertimbangkan kelangsungan habitat lainnya.

B. Pemanfaatan Wilayah Pesisir 1. Bakau

Tutupan bakau memerlukan pesisir landai dengan substrat lumpur atau sedimen halus, serta dekat muara sungai agar tersedia cukup air tawar. Bakau dapat membentuk rataan sangat luas di pesisir tepian pulau kraton atau cekungan belakang yang landai dan luas. Bakau juga tumbuh di pulau- pulau kecil bila menemukan pantai landai dan cukup air tawar.

Adakalanya bakau tumbuh di atas rataan terumbu karang. Ulfa (2016)

2. Terumbu karang

Terumbu karang tumbuh di perairan hangat, jernih dan terlindung dari agitasi kuat gelombang. Sifat tumbuhnya yang

(29)

15 memerlukan sinar matahari, ia selalu berusaha dekat dengan permukaan air laut. Tingkat keragaman komponen terumbu dan kualitas individunya tergantung dari kualitas lingkungan yang dikontrol oleh kondisi fisiko-kimia perairan dan, saat ini, kualitas terumbu karang menurun akibat dampak kegiatan manusia dalam penangkapan ikan. Terumbu karang memiliki banyak fungsi, antara lain: secara fisis melindungi pesisir dari agitasi gelombang, menghasilkan sedimen karbonat penyeimbang dasar perairan dan perlindungan bagi biota laut. Ulfa (2016) 3. Bakau di atas terumbu karang

Dinamika perubahan relatif paras muka laut, suplai air tawar dan kemampuan adaptasi biota laut menghasilkan gejala simbiosa antara bakau dan terumbu karang (dan ikan) yang tumbuh di satu ekosistim. Ulfa (2016)

4. Rumput laut

Rataan luas pasir karbonat di terumbu karang pada perairan intertidal memberi peluang tumbuhnya rumput laut (segrass dan seaweed) memperkaya keragaman habitat wilayah perairan.

Perairan relatif jernih dengan substrat pasir halus karbonat disukai oleh biota ini. Ulfa (2016)

(30)

16 5. Estuari dan paparan intertidalnya:

Pasang naik dan pasang surut tinggi membentuk estuari, namun meninggalkan juga endapan lumpur luas yang tebal namun muncul saat surut. Rataan ini merupakan habitat subur bagi jenis kerang-kerangan (bivalve). Ulfa (2016)

6. Pantai kering batu gamping:

Di kawasan dengan curah hujan tahunan tipis, lembah dalam sungai mengiris perbukitan undak pantai dengan aliran air hanya saat hujan tiba. Akresi pantai hanya terjadi oleh terangkatnya rataan terumbu membentuk undak pantai baru. Sedimen hasil rombakan terumbu karang terakumulasi di bagian cerukan pantai atau pantai landai membentuk paparan datar. Terbatasnya suplai air tawar dan sedimen sungai menyebabkan perairan terjaga bersih, namun membatasi bakau di periaran yang memperoleh air tawar dari sungai yang lebih teratur aliran air tawarnya. Pantai kering dapat terbentuk pulau dari batuan volkanik di kawasan bercurah hujan rendah. Jatuhan batu di tebing sering menandai jenis pantai ini. Ulfa (2016)

7. Lahan basah (wetland)

Dapat berupa delta atau pesisir berawa bagian pulau yang menghadap mintakat stabil geologi. Kawasan pesisir ini dicirikan

(31)

17 oleh dataran berawa tumbuhan tropis di limpahan banjir sungai yang alirannya berkelok hingga dataran supratidal-intertidal di mintakat bakau. Ulfa (2016)

8. Pemukiman Tradisional:

Pantai dan pesisir telah terubah dari bentang dan bentuk semula oleh kebutuhan manusia yang dibangun sepanjang pantai atau pesisir. Pemukiman dan pelabuhan merupakan perubahan yang paling awal dilakukan di pantai. Ulfa (2016)

 Diatas perairan:

Manusia yang kehidupannya tergantung pada laut merasa nyaman tinggal dan membangun pemukimannya di atas air (Suku Bajo, Orang Laut, dll). Pemukiman dibangun dan disangga oleh tiang kayu di atas batas pasut tertinggi.

 Diatas pematang pantai :

Pemukiman dapat juga dibangun diatas rataan pasir pantai yang terbebas dari pasang tertinggi, di tempat mana manusia dapat memperoleh air tawar dari sumber atau dengan membuat sumur. Kegiatan meramu hutan dan bercocok ringan mulai dilakukan.

(32)

18 9. Pelabuhan

Tempat berlabuh memerlukan perairan tenang terbebas setiap saat dari kesulitan sandar dan memrlukan perairan dalam.

Perluasan pelabuhan untuk ukuran kapal lebih besar mengubah bentang alam, yang semula hanya terbuat dari dermaga kayu sederhana menjadi demikian masif terbuat dari bangunan beton dengan turap. Pembangunan pelabuhan mengubah bentang pantai. Ulfa (2016)

10. Kota Pesisir

Pembangunan pemukiman berskala besar dari perluasan kota cenderung berdampak pada terubahnya bentang alam wilayah pesisir menjadi blok-blok perumahan yang penataannya lebih didasarkan pada efisiensi ruang semaksimal mungkin.

Kondisi demikian tidak lagi mengindahkan keperluan keseimbangan estetika mupun daya dukung lingkungan.

Adakalanya pengelolaan limbah pemukiman juga terabaikan dengan dampak semakin buruknya kualitas pantai dan perairan.

Ulfa (2016)

11. Pantai Reklamasi

Reklamasi pantai demi memperoleh lahan lebih luas merupakan kegiatan paling buruk yang mengubah bentang alam

(33)

19 asli pantai dan wilayah pesisir. Penataan ruang bentang alam yang diperoleh harus dilakukan dengan perhitungan dan perencanaan yang matang sehingga ruang baru dapat menyatu dengan bentang alam asli disekelilingnya. Ulfa (2016)

12. Tambak

Tambak dibangun diperairan intertidal dengan membuka tutupan lahan asli berupa bakau dan lahan rawa. Kegiatan ini mengubah bentang alam dalam skala luas di pesisir datar dengan kisaran pasut tidak terlalu kuat. Seringkali tambak dibuat langsung di perairan pinggir laut, namun seringkali menyisakan rataan tipis bakau sebagai pelindung dan penangkap sedimen. Pertambakan luas dikembangkan di perairan tepian kontinen. Ulfa (2016)

13. Kegiatan Wisata

Beberapa tempat terpilih sebagai kegiatan hunian wisata, dalam format besar dan modern maupun kecil bernuansa ekowisata. Bentang alam umumnya terubah pada hunian wisata masif dan modern berupa hotel atau bungalow, sementara nuansa asli seringkali justru dipertahankan pada hunian ekowisata. Ulfa (2016)

14. Pertambangan

Beberapa tempat diwilayah pesisir memiliki potensi pertambangan, seperti minyak bumi, pasir, timah, dan lain-lain.

(34)

20 Kegiatan pertambangan pada umumnya menimbulkan konsekuensi perusakan lingkungan yang berat. Oleh sebab itu kegiatan pertambangan harus diawasi secara ketat dan menggunakan teknologi tinggi sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Ulfa (2016)

C. Potensi Wilayah Pesisir

Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih dari sistem lingkungan atau ekosistem yang dapat bersifat alamiah maupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di kawasan pesisir antara lain terumbu karang (coastal feefs). hutan bakau (mangrove), padang lamun (sea grass). pesisir berpasir (sandy beach), formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sistem ekosistem buatan yang antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, industri, agroindustri dan kawasan permukiman. Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) dan jasa jasa lingkungan (enviromental services).

(35)

21 D. Nilai Ekonomi Sumberdaya Wilayah Pesisir

Sumberdaya dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai segala sesuatu yang baik langsung maupun tidak langsung memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia, sumberdaya secara awam sering diartikan sebagai sesuatu yang bernilai untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Menurut pandangan ekonomi, paling tidak dikenal tiga sumberdaya yaitu sumberdaya kapital, sumberdaya tenaga kerja dan sumberdaya alam. Sumberdaya kapital menunjuk kepada kelompok sumberdaya yang digunakan untuk menciptakan proses produksi yang lebih efisien. Sementara sumberdaya tenaga kerja dimaksudkan sebagai kapasitas produktif dari manusia baik secara pisik maupun mental yang terkait dengan kemampuan untuk bekerja atau memproduksi suatu barang dan atau jasa. Sedangkan sumberdaya alam adalah stok materi living maup non living yang terdapat dalam lingkungan pisik secara potensial memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sumberdaya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource basesd economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Sumberdaya alam sangat berperan sebagai tulang punggung Perekonomian Nasional (BPS, 2016). Pada dasarnya

(36)

22 pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara di dunia adalah berbasiskan sumberdaya alam. Perkembangan pemikiran mengenai perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang biasanya dianggap sebagai penggambaran dari kesejahteraan masyarakat (System of National Accounting / SNA, Growth Domestic Product / GDP dan Net National Product / NNP), ternyata masih mengabaikan perhitungan mengenai penurunan sumberdaya. Perkembangan selanjutnya dalam neo classical ekonomi, pengukuran dengan menggunakan GDP dan NNP. belum menjawab mengenai sumberdaya itu sendiri dalam kaitannya dengan man-made capital, human capital dan natural capital, yang dalam kurun waktu tertentu mengalami depresi dan apresiasi.

Natural capital sendiri pada dasarnya menghasilkan barang dan jasa yang tidak dihitung secara utuh dalam prespektif neo-classical economy.

Indonesia memiliki modal sumberdaya alam (natural capital) yang besar dan relative masih belum optimal pemanfaatannya, ditambah dengan modal sosial (sosial capital), teknologi dan sumberdaya manusia yang perlu didesain secara komprehensif dalam sebuah aransemen pembangunaan yang tepat dan berkelanjutan. Dengan meletakkan fungsi dan kebijakan ekonomi secara benar sesuai dengan visi ecological economics (EE) maka

(37)

23 pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan akhir dari visi ecological economics (EE) adalah suatu keniscayaan, yaitu sebuah konesp pembangunan ekonomi yang lebih arif, meletakkan keseimbangan peran manusia sebagai bagian dari komunitas dan kelestarian ekosistem (Adrianto, 2004).

Nilai keberadaan merupakan katagori nilai yang dimiliki ekosistem pesisir. Nilai keberadaan ekosistem pesisir merupakan nilai kegunaan didapat seseorang atau masyarakat mengetahui ekosistem pesisir terpelihara keberadannya. Keberadaan sistem alam termasuk indivisible in consumtion, kegunaan diperoleh seseorang yang mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem, tidak berkurang hanya karena orang lain juga mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem tersebut. Salah satu wujud nyata adanya nilai keberadaan adalah timbulnya partisipasi didalam usaha merehabilitasi sumberdaya alam yang mengalami kerusakan, partisipasi pelestarian tumbuhan. Kegunaan keberadaan dan ketidakbergunaan karena kepunahan merupakan sumber nilai keberadaan. Pertimbangan dasar penetapan ekosistem pesisir paling tidak menggunakan lima kriteria utama yaitu:

1. Keanekaragaman, yaitu sumberdaya pesisir memiliki keanekaragaman yang besar, baik biota maupun

(38)

24 ekosistemnya, penting dalam menentukan stabilitas biota dan menjamin sumber genetika yang besar.

2. Keterwakilan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki formasi biota tertentu dan dipergunakan pembaku bagi formasi-formasi sejenis di daerah lain.

3. Keaslian, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi biota maupun fisik sejauh mungkin masih asli atau belum dipengaruhi kegiatan manusia.

4. Kekhasan, yaitu sumberdaya pesisir harus memiliki sifat-sifat yang khas yang tidak diketemukan di daerah lain.

5. Keefektifan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi yang mendukung efektifitas pengelolaan, seperti luas, batas alam seperti sungai, pesisir sehingga memudahkan pengawasan dan pengamanan.

Bertitik tolak kriteria tampak bahwa kriteria satu sampai lima dapat menjadi sumber adanya nilai keberadaan. Pengembangan konsep nilai keberadaan sangat membantu sebagai penghubung antara ahli ekonomi dan ahli lingkungan di dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Nilai Penggunaan adalah nilai kegunaan atau manfaat yang diperoleh seseorang atau masyarakat dari penggunaan barang atau jasa lingkungan saat kini.

(39)

25 Penggunaan barang atau jasa lingkungan bersifat konsumtif maupun non konsumtif. Jenis nilai penggunaan digolongkan atas dua nilai penggunaan yaitu nilai penggunaan langsung dan nilai penggunaan tidak langsung. Surplus konsumen dari sumberdaya pesisir menggunakan asumsi ekosistem pesisir dianggap barang privat. Jumlah responden yang bersedia membayar sama dengan jumlah permintaan dan nilai nominal yang bersedia dibayar responden sama dengan harga dari nilai ekonomi pesisir. (Dahuri, 2000).

E. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan semakin banyak jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemanpuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyusaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat juga di artikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Berikut Beberapa Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Beberapa Pakar

1. Teori Adam Smith

Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karna memperluas pasar yang akan meningkatkan

(40)

26 spesilisasi maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi, kaerna spesialisasi akan meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi dan inovasi. Jika sudah terjadi pertumbuhan ekonomi maka proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus dari masa ke masa dimana pendapatan per kapita akan terus bertambah tinggi.

2. Teori Ricardo dan Mill

Perkembangan penduduk yang berjalan cepat akan memperbesar jumlah penduduk menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi, maka akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini pekerja akan menerima upah yang sangat minimal. Kemajuan teknologi tidak dapatmmenghalangi terjadinya stationary state (suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali).

F. Karakteristik Masyarakat Wilayah Pesisir

Kecenderungan masyarakat pesisir memeiliki perbedaan dengan masyrakat yang tinggal di sekitar pegunungan hal ini dilhat dari pola hidu, perilaku masyrakat, arsitek bangunan dan lain sebaginya. Pesisir di jadikan sebagi objek mata pencarian bagi masyarakat yang berda di wilayah pesisir guna keberlangsungan hidup mereka. Secara teoritis, masyarakat

(41)

27 pesisir didefenisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas social ekonomi yang terkait dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Dalam kerangka sosiologis, masyarakat pesisir, khususnya masyrakat pesisir, memeiliki perilaku yang berbeda dengan katakanlah masyarakat petani/agraris.

Perbedaan ini sebagian besar disebabkan karena karakteristik sumberdaya yang menjadi input utama bagi kehidupan social ekonomi mereka. Masyarakat pesisir akrab dengan ketidak pastian yang tinggi karena secara alamiah sumberdaya perikanan bersifat invisible sehingga sulit untuk diprediksi. Sementara masyarakat agraris misalnya memiliki ciri sumberdaya yang lebih pasti dan visible sehingga relative lebih mudah untuk imprediksi terkait dengan ekspetasi social ekonomi masyarakat. (wahyono dkk. 1993)

G. Pengembangan Masyarakat Pesisir.

Strategi pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik.

Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan

(42)

28 pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif.

Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integrative.

1. Pendekatan Struktural

Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun

(43)

29 dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut :

a. Pengembangan aksesebilitas Masyarakat pada sumber Daya Alam

Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable).

Kesempatan tersebut selain dapat meningkatkan dan memelihara perekonomian masyarakat, juga diharapkan dapat mendorong masyarakat supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk menjaga dari kerusakan lingkungan.

Selain itu aksesibilitas masyarakat terhadap potensi perairan pesisir dan laut untuk transportasi dan parawisata perlu ditingkatkan. Tujuan untuk kegiatan dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Pengembangan

(44)

30 sektor seperti kegiatan parawisata dapat mendorong kegiatan masyarakat untuk ikut serta melindungi lingkungan terutama apabila pelaksanaannya dilakukan dengan tepat. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam sangat diperlukan, karena sebagian besar masyarakat pesisir telah dan masih akan bergantung pada sumber daya alam.

b. Pengembangan Aksesibilitas Masyrakat terhadap Sumberdaya Ekonomi

Pengembangan aksesibilitas masyarakat pesisir terhadap sumber daya ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini mencakup perluasan pilihan sumber daya ekonomi, seperti perluasan usaha dan perkreditan. Peluang usaha selain sektor perikanan yang perlu dibuka lebih luas adalah dibidang pertanian, kerajinan, peternakan dan jasa angkutan. Hal ini penting dalam rangka membuka kesempatan masyarakat untuk tidak hanya bergantung secara langsung pada sumber daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi beban alam. Guna mendukung langkah tersebut, maka perlu dikembangkan aksesibilitas masyarakat terhadap perkreditan. Sistem perkreditan yang mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi masyarakat, sangat diperlukan.

(45)

31 Perkreditan tersebut perlu lebih diarahkan kepada upaya pengembangan usaha yang tidak terlalu mengandalkan sumber daya alam utama di wilayah pesisir dan laut, yaitu mangrove.

Karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem perkreditan yang mampu mendorong tumbuhnya sektor usaha alternatif.

2. Pendekatan Subyektif

Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya.

Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumbar daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidakharus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka

(46)

32 membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan.

Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat tentang lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat setempat dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengawasannya dibanding dengan masyarakat diluar wilayah. Peningkatan pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun, desa, dan kecamatan serta masyarakat luas.

b. Pengembangan keterampilan Masyarakat

Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat dan jajaran pemerintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif dalam menanggulangi masalah- masalah lingkungan yang secara ekologis dan ekonomis akan

(47)

33 merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan keterampilan tentang upaya penanggulangan permasalahan.

Penguasaan keterampilan tersebut akan meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir dan laut.

c. pengembangan kapasitas Masyarakat

Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Pengembangan kapasitas masyarakat sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya kemampuan dan peluang masyarakat untuk dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan berinisiatif.

d. pengembangan kualitas diri.

Kualitas masyarakat pesisir perlu ditingkatkan untuk menjawab dua tantangan. Tantangan pertama adalah, upaya mengatasi masalah perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok, maupun dalam rangka

(48)

34 meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas. Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam diwilayah pesisir dan laut sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia diwilayah tersebut. Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan kualitas manusia, baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang kian beragam.

Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat mendorong terjadinya diversifikasi lapangan kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat sehingga mampu mengurangi kecenderungan usaha yang bertumpu pada pengelolaan sumber- daya alam yang tidak efisien. Program pengembangan kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, baik di lingkungan desa pesisir maupun di luar, bahkan antar wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut dan wilayah lain disekitarnya perlu dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh pandangan jauh ke depan.

(49)

35 e. Penigkatan Motovasi Masyarakat untuk Berperanserta

Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta mereka secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Untuk itu, upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus.

Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan aspek-aspek yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Penyeimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk mendorong masyarakat melibatkan diri dalam upaya perlindungan sumberdaya alam H. Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah pesisir

beberapa kebijakan nasional yang terkait dengan pengelolaan wilayah laut dan pesisir adalah sebagai berikut : 1. Revitalisasi kawasan berfunsi lindung, mencakup

kawasankawasan lindung yang terdapat di wilayah darat dan wilayah laut/pesisir, daalm rangka menjaga kualitas lingkungan hidup sekaligus mengamankan kawasan pesisir dari ancaman bencana alam. Salah satu factor penyebab berbagai permasalahan di wilayah laut dan pesisir adalah hilangnya fungsi lindung kawasan kawasan yang seharusnya

(50)

36 ditetapkan sebagai kawasan lindung, termasuk kawasan lindung di wilayah daratan yang mengakibatkan pendangkalan perairan pesisir, kerusakan padang lamun, dan kerusakan terumbu karang (coral bleaching).

2. Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir berbasis potensi dan kondisi sosial budaya setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara optimal dan berkelanjutan.

Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir merupakan salah satu kunci dalam mengurangi tekanan terhadap ekosistem laut dan pesisir dari pemanfaatan sumber daya yang tidak terkendali.

3. Peningkatan pelayanan jaingan prasarana wilayah untuk menunjang pengembangan ekonomi di wilayah laut dan pesisir. Ketersediaan jaringan prasrana wilayah yang memadai akan menunjang pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir secara optimal serta menunjang fungsi pesisir sebagai simpul koleksi distribusi produk kegiatan ekonomi masyarakat.

Menurut Nurmalasari, strategi pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non structural. Pendekatan

(51)

37 structural dalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sisitem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut.

Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif.

Sasaran utama pendekatan structural adalah tertatanya struktur dan Sistem hubungan antara semua komponen dan system kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek structural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk memanfaatkan

(52)

38 sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sisitem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang dating baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus-menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan subyektif atau non struktural adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung

(53)

39 dengan upaya upaya penanggulangan maslah kerusakan sumber daya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternative sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan 2. Pengembangan keterampilan masyarakat

3. Pengembangan kapasitas masyarakat 4. Pengembangan kualitas diri

5. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta 6. Penggalian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat.

Konsep pengelolaan wilayah pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, dimana inti dari konsep pengelolaan pengelolaan wilayah adalah kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi, lingkungan, ekonomi dan sistem sosial. Strategi dan kebijakan yang diambil didasarkan pada karakteristik pesisir, sumberdaya, dan kebutuhan pemanfaatannya. Oleh karena itu dadalam proses perencanaan wilayah pesisir, dimungkinkan pengambilan keputusan diarahkan pada pemeliharan untuk generasi yang akan dating

(54)

40 (pembangunan berkelanjutan). Idealnya, dalam sebuah proses pengelolaan kawasan pesisir yang meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi, harua melibatkan minimal tiga unsure yaitu ilmuawan, pemerintah, dan masyarakat. Proses alam lingkungan pesisir dan perubahan ekologi hanya dapat dipahami oleh ilmuan dan kemudian pemahaman tersebut menjadi basis pertimbangan bagi pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan yang menempatkan masyarakat pesisir sebagai pelaku dan tujuan meningkatkan sosial ekonomi kawasan.

Menurut Muttaqiena dkk, perencanaan pembangunan pesisir secara terpadu harus memperhatikan tiga prinsip pembnagunan berkelanjutan untuk pengelolaan wilayah pesisir yang dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Instrumen ekonomi lingkungan telah menjadi bagian dari pengambilan keputusan, yang memasukkan parameter lingkungan untuk melihat analisis biaya manafaat (cost benefit analysis). Misalnya pembangunan pabrik di wilayah pesisir harus memperhitungkan tingkat pencemarannya terhadap laut, perlunya pengelolaan limbah ikan di Tempat Pelelangan Ikan, dan lain-lain.

2. Isu lingkungan seperti konservasi keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama dalam pengambilan keputusan.

(55)

41 3. Pembangunan berkelanjutan sangat memperhatikan kualitas hidup manusia pada saat sekarang dan masa yang akan dating, termasuk didalamnya adalah sarana pendidikan bagi masyarakat pesisir, penyediaan fasilitas kesehatan dan sanitasi yang memadai, dan mitigasi bencana.

Strategi pengelolaan tersebut merupakan upaya-upaya pemecahan masalah-masalah wilayah pesisir yang yang harus dipecahkan melalui program-program pembangunan. Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang harus diperhatikan berkenaan dengan program-program pengelolaan sumberdaya pesisir yaitu;

1. Pemerintah harus memiliki inisiatif dalam menanggapi berbagai permasalahan degradasi sumberdaya yang terjadi dan konflik yang melibatkan banyak kepentingan.

2. Batas wilayah hukum secara geografis harus ditetapkan (meliputi wilayah perairan dan wilayah darat)

3. Dicirikan dengan integrasi dua atau lebih sektor, didasarkan pada pengakuan alam dan sistem pelayanan umum yang saling berhubungan dalam penggunaan pesisir dan lingkungan.

(56)

42 I. Dasar hukum

Undang Undang No 1 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. dalam undang undang No 1 tahun 2014 dinyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya alam di daratan, lautan dan di udara perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan dalam pola pembangunan berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam suatu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kemampuan lingkungan sesuai dengan pembangunan.

(57)

43 J. Kerangka Fikir

Masalah :

1. Fasilitas tempat pelelangan ikan 2. Rumah industri 3. Alat tangkap 4. Dukungan modal

Variabel :

1. Ketersediaan Fasilitas tempat pelelangan ikan 2. Ketersediaan Rumah

industri

3. Ketersediaan Alat tangkap 4. Dukungan modal

(58)

40

(59)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu sistem untuk memecahkan suatu persoalan yang terdapat di dalam suatu kegiatan penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didasarkan aliran pemikiran positif dengan proses penelitian yang bersifat deduktif. Dengan pendekatan ini, diharapkan hasil yang diperoleh di lokasi sampel penelitian dapat dijadikan sebagai generalisasi terhadap populasi yang telah ditetapkan.

A. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya di Kecamatan Kendari Barat dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kendari Barat merupakan salah satu kawasan stategis ekonomi yang ada di Kota Kendari yang memiliki potensi Hasil Laut yang perlu dikembangkan, berangkat dari hal tersebut, sehingga peneliti mimilih untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kendari Barat, dengan harapan lokasi tersebut selain dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan PAD Kota Kendari umumnya dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat baik yang berada dilokasimtersebut maupun yang berada diwilayah sekitarnya.

(60)

44 Gambar Peta 3.1

Peta Administrasi Kota Kendari

(61)

45 B. Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang menjadi objek kajian adalah kecamatan Kendari Barat Kota Kendari dengan Luas 19,11 Km2 dan memiliki persentase 7,15 %. Adapun pertimbangan peneliti dalam mengambil lokasi ini yakni dikarenakan secara kekurangan pemanfaatan wilayah pesisir terhadap perekonomian masyarakat Kecamatan Kendari Barat memiliki potensi dimana Memiliki sumberdaya alam yang mampu mensejahterakan masyarakat seperti pembudidayaan rumput laut dan pengelolaan hasil rumput laut oleh industri kecil. Dengan dasar pertimbangan di atas sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemanfatan Wilayah Pesisir terhadap Perekonomian Masyarakat

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari beberapa instansi terkait seperti Badan Perencanaan Daerah, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Tata Ruang dan Biro Pusat Ststistik Kota Kendari, dengan jenis data sebagai berikut :

1. Data primer

Data Primer diperoleh melalui observasi lapangan yaitu suatu teknik penyaringan data melalui pengamatan langsung pada objek penelitian. Survey ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif objek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi:

(62)

46

• Kondisi fisik wilayah pesisir

 Ekosistem Pesisir

 Kondisi Sosial Ekonomi

 Kondisi Prasarana dan sarana

 Kondisi aksesibilitas

2. Data sekunder

Data sekunder dengan observasi pada instansi terkait dengan yaitu salah satu teknik penyaringan data melalui instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif objek penelitian jenis data yang dimaksud meliputi :

 Geografi wilayah/administrasi;

 Aspek fisik wilayah

• Aspek kependudukan

• Aspek Ekonomi

• Sarana Prasarana D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Definisi dari populasi adalah keseluruhan kelompok dari individu atau butir-butir lain yang merupakan tumpahan perhatian. (Focus Of Interest) dalam suatu penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang terdapat di Kecamatan Kendari Barat. Dalam

(63)

47 penelitian ini jumlah Populasi seluruh masyarakat yang bermukim di Kecamatan Kendari Barat dengan Jumlah kepala keluarga 51,443 jiwa 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sekumpulan individu/objek yang bertempat tinggal dan beraktivitas di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari dapat mewakili populasi yang ada, dan penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling dan jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 99 jiwa dari total jumlah jiwa yang ada. Penarikan sampel tersebut dilakukan dengan cara acak sederhana (sample random sampling) untuk efisiensi penelitian maka sample ditetapkan secara proporsional dengan menggunakan rumus matematis yaitu :

N n=

N (d²) + 1 Keterangan;

n = Jumlah Sampel yang diambil

N= Jumlah Penduduk atau KK di Daerah Penelitian d = Derajat Kebebasan

(64)

48 7.187

n =

7.187 (0,15 )² + 1

7.187 7.187

n = n = = 99

7.187 (0,0225) +1 162,8 Jadi jumlah responden dari masyarakat 99

E. Teknik Pengumpulan Data

• Observasi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang langsung pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi kawasan pesisir yang menjadi objek penelitian.

• Pendataan instansional, yaitu salah satu teknik pengumpulan data melalui insatansi terkait guna mengetahui data kuantitatif dan kualitatif objek penelitian.

• Kepustakaan (library research) adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui literatur yang terkait dengan studi yang akan dilakukan.

(65)

49 F. Metode Analisis

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni sebagaimana pada penjelasan di bawah ini:

1. Analisis Deskriktif Kuantitatif

Analisis deskriktif kuantitatif merupakan analisis yang diuraikan secara matematik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut;

a. Metode Regresi Linier Berganda

Metode regresi linier pada prinsipnya adalah suatu metode untuk memprediksi/meramalkan suatu keadaan variabel respon berdasarkan beberapa variabel bebas yang mempengaruhinya. Dalam hal ini kita dapat melihat besarnya pengaruh secara kuantitatif dari setiap variabel bebas, kalau pengaruh dari variabel-variabel lainnya dianggap konstan (Supranto, 1984; 111).

Sebelum kita mulai membahas pengolahan di dalam metode regresi linier berganda ini, akan ditemui beberapa istilah yang sering dipakai di dalam metode regresi linier, yaitu :

 Variabel bebas /variabel independent, biasanya dinamakan dengan variabel x

 Variabel tidak bebas/variabel dependent/variabel respon, biasanya dinamakan dengan variabel y

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tanggung jawab pemegang saham terbatas pada saham yang dimilikinya, akan tetapi jika da- pat dibuktikan bahwa telah terjadi pembauran harta kekayaan pribadi pemegang saham

Bedasarkan nilai IRS campuran AC-WC seperti terlihat pada Gambar 2, diketahui bahwa penggunaan kapur sebesar 25% akan meningkatkan nilai IRS-nya dimana nilai IRS merupakan

Abstrak. PKM ini merupakan upaya pengembangan UMKM Madumongso untuk berdaya saing sebagai produk makanan khas daerah, melalui perbaikan manajemen usaha dan legalitas

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan kesadaran para remaja bahwa budaya baru yang terlahir akibat perkembangan teknologi baru harus

Puji dan syukur kami naikkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Analisa Dan Pengembangan

8 Dari penjelasan mengenai larangan pernikahan menurut Shara’, baik yang terdapat di dalam al-Qur'an maupun al-Hadist dapat diketahui bahwa pernikahan ayah dengan

Whenever Rita noticed the cold blue eyes turned toward her, she saw no doubt or indecision, nor any hint of that sloppy, apologetic look her mother had that showed

Kajian Museum Jembatan sebagai Bangunan ikonik Pulau Madura didahului dengan mengetahui pengertian dan ciri-ciri bangunan ikonik, diperoleh bahwa bangunan