• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Harga di Toko Ifa Busana Desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari dalam Perspektif Etika Bisnis Islam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penentuan Harga di Toko Ifa Busana Desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari dalam Perspektif Etika Bisnis Islam."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Tengah Kecamatan Mumbulsari dalam Perspektif Etika Bisnis Islam.

Penentuan harga adalah tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi yang harus diserahkan pada kekuatan penawaran dan permintaan sebagai sebuah pertukaran yang tidak dipaksakan. Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan sistem transaksi bisnis, yang pada akhirnya menentukan nasib bisnis yang dijalankan seseorang. Sisi yang cukup menonjol dalam meletakkan etika bisnis Nabi Muhammad Saw. adalah nilai spiritual, humanism, kejujuran, keseimbangan, dan semangatnya untuk memuaskan mitra bisnisnya. Islam juga memberikan penjelasan tentang praktik-praktik perdagangan yang dilarang. Seperti menjual barang dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga umum, membeli barang yang sedang ditawar orang lain, membeli barang orang yang akan berjualan dipasar sebelum dia tahu harga pasar, membeli barang untuk ditimbun atau spekulasi, memperjualbelikan barang untuk maksiat, mengurangi timbangan dan menjual barang yang sudah kadaluwarsa.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah : 1) Bagaimana mekanisme penentuan harga di toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari ? 2) Bagaimana pandangan etika bisnis Islam terhadap penentuan harga di toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari ?.

Tujuan penelitian ini adalah :1) Mendeskripsikan mengenai penentuan harga di toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari 2) Menjelaskan pandangan etika bisnis Islam terhadap penentuan harga di toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data penelitian ini diperoleh dari masyarakat melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini ada dua yaitu subjek primer dan subjek sekunder. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) mekanisme penentuan harga di toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari melalui lima faktor.

Lima faktor yang mempengaruhi penentuan harga di toko Ifa Busana, yaitu faktor kualitas barang, faktor harga barang, faktor mode/model barang, faktor waktu pembelian barang dan faktor biaya. 2) dalam menentukan harga toko Ifa Busana sudah menerapkan empat prinsip dalam etika bisnis islam, yaitu prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip amanah dan prinsip keterbukaan.

(2)

A. Latar Belakang Masalah

Reputasi Nabi Muhammad dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits, Abdul Razak. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil.

Seorang investor Mekkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat perdagangan Habashah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan dan tidak satupun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian.1Pada zamannya, Ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-segan mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan statemen yang tegas kepada para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal.2

Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan sistem transaksi bisnis, yang pada akhirnya menentukan nasib bisnis yang dijalankan seseorang. Sisi yang cukup menonjol dalam meletakkan etika bisnis Nabi Muhammad Saw. adalah nilai spiritual, humanism, kejujuran, keseimbangan, dan semangatnya untuk memuaskan mitra

1 Ali Yafie, dkk, Fiqh Perdagangan Bebas, (Jakarta: TERAJU, 2003), 12.

2

(3)

bisnisnya.3 Nilai-nilai diatas telah melandasi tingkah laku dan sangat melekat serta menjadi ciri kepribadian sebagai manajer profesional.

Implementasi bisnis yang ia lakukan berporos pada nilai-nilai tauhid yang di yakininya. Secara prinsip, ia telah menjadikannya empat pilar berikut ini sebagai dasar transaksi ekonominya, antara lain: Tauhid, keseimbangan (adil), kehendak bebas, dan pertanggungjawaban.

Dalam agama Islam tampak pandangan positif terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim.

Dalam Al-Qur’an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi mendari kekayaan dengan cara yang halal:”…Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba..”(QS. Al-Baqarah ayat 275). Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan. Hal ini dapat dilihat pada sabda Rasulullah SAW:” berdaganglah kalian semua, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh (90%) pintu rezeki.”4

Islam juga memberikan penjelasan tentang praktik-praktik perdagangan yang dilarang. Seperti menjual barang dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga umum, membeli barang yang sedang ditawar orang lain, membeli barang orang yang akan berjualan dipasar sebelum dia tahu harga pasar, membeli barang untuk ditimbun atau spekulasi,

3 Ali Yafie, dkk, Fiqh Perdagangan Bebas, (Jakarta: TERAJU, 2003) 21

4 Syaiful Bakhri dan Abdussalam, Sukses Bersbisnis Ala Rasulullah SAW, (Jakarta: Erlangga, 2012), 61-62.

(4)

memperjualbelikan barang untuk maksiat, mengurangi timbangan dan menjual barang yang sudah kadaluwarsa.5

Kita bisa belajar dari Rasulullah SAW bagaimana beliau berdagang dengan tetap berpegang pada nilai-nilai spiritual dan etika bisnis. Beliau terbuka dengan kondisi barang dagangannya. Kalau cacat, dia bilang cacat, bahkan beliau terbuka dengan biaya produksi atau modalnya. Terkadang beliau menyerahkan kepada konsumen, mau memberi berapa. Namun, walaupun demikian tidak pernah kita mendengar Rasul mengalami kerugian dan kebangkrutan dalam bisnisnya. Oleh karena itu, tidak akan pernah rugi pedagang yang jujur karena justru konsumen mencari pedagang yang jujur. Yakinlah bahwa kejujuran akan mengekalkan keberuntungan. Sudah banyak contoh kasus yang dapat kita lihat. Bisnis yang tidak dilandasi dengan kejujuran akan berujung pada kehancuran sedangkan bisnis yang dilandasi kejujuran akan lebih tahan lama.6

Dalam berbisnis terdapat juga hal tentang penentuan harga, dimana harga tersebut ditentukan sesuai dengan teknik yang ada dan sesuai dengan ajaran Islam. Penentuan harga merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi profit maupun non-profit. Harga merupakan satu-satunya unsur pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Namun, keputusan mengenai harga tidak mudah dilakukan. Di satu sisi, harga yang terlalu mahal dapat meningkatkan laba jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit dijangkau konsumen. Dalam

5 Deny Riana dan Yopi Hendra, Spiritual Enterpreneur, (Bandung: MQS Publishing, 2008), 163.

6

(5)

kasus tertentu harga yang mahal sekali dapat diprotes lembaga konsumen dan bahkan mengundang campur tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu, marjin laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri yang lama. Sedangkan bila harga terlampau murah, pangsa pasar dapat melonjak. Akan tetapi, marjin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh dapat jadi amat kecil, bahkan tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan atau ekspansi organisasi.7

Abu Yusuf (731 M) menyatakan bahwa “tidak ada pengetahuan yang pasti tentang murah atau mahalnya suatu barang di pasar, sebab hal itu merupakan keputusan yang ditentukan dari langit. Harga barang yang murah tidak hanya ditentukan oleh kelimpahan barang tersebut dan sebaliknya harga yang mahal juga tidak hanya ditentukan oleh kelangkaan.

Fluktuasi harga-harga itu tunduk pada Ketentuan Allah, karena boleh jadi kadang-kadang makanan tersedia banyak, namun harganya mahal dan kadangkala makanan hanya tersedia sedikit tapi harganya murah”.8

Toko Ifa Busana merupakan satu-satunya toko busana yang berada di desa Sumber Tengah, tetapi bukan satu-satunya toko busana yang berada di kecamatan Mumbulsari. Toko Ifa Busana sendiri termasuk toko yang paling besar di antara toko-toko busana yang lain di kecamatan Mumbulsari. Diantaranya yaitu Ilif Fashion, Farhan Collection, Aliya Collection dan Maharani Collection. Ifa Busana juga memiliki hal yang mungkin berbeda dengan toko-toko lain di kecamatan Mumbulsari yaitu

7 Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), 465.

8 Arif Hoetoro, Ekonomi Islam: Pengantar Analisis Kesejahteraan dan Metodologi, (Malang:

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2007), 124.

(6)

setiap bulan barang-barang yang dijual itu mesti ganti model, mulai dari baju anak-anak dan dewasa, dan harganya pun mengikuti kualitas barang.9

Toko Ifa Busana tersebut merupakan salah satu toko yang menjual produknya dengan harga lebih tinggi dari toko-toko busana yang lain.

Menurut salah satu pelanggan toko Ifa Busana yang pernah membeli barang di toko tersebut menuturkan bahwa toko Ifa Busana itu dalam menjual barang-barangnya menggunakan harga yang sangat mahal, tetapi pembeli tersebut tidak tahu pasti kenapa toko Ifa Busana menggunakan harga yang sangat tinggi menurut para pembeli. Pembeli tersebut memilih Ifa Busana karena menurutnya barang-barang yang diperdagangkan termasuk lengkap (banyak pilihan) mulai dari pakaian bayi, anak-anak, maupun dewasa dan di toko Ifa Busana juga tersedia berbagai tas anak- anak maupun dewasa, dan berbagai sepatu, serta tersedia pula mini marketnya.

Toko Ifa Busana juga termasuk toko dimana di dalam toko tersebut tersedia barang-barang yang berkualitas bagus, dari situlah toko Ifa Busana berani mengambil keuntungan 25 % dan menjual barangnya lebih mahal dari pada toko-toko yang lain yang ada di kecamatan Mumbulsari.

Di dalam menentukan harga toko Ifa Busana tidak hanya melihat dari segi kualitas barang saja, tetapi juga melihat dari segi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang yang di jual di toko Ifa Busana tersebut.

9

(7)

Toko Ifa Busana merupakan toko yang bisa di bilang unik karena tepat di gedung khusus pakaian bayi dan anak-anak terdapat hiasan-hiasan yang dapat menarik minat para pembeli yang datang ke toko Ifa Busana tersebut terutama anak-anak. Toko Ifa Busana juga termasuk toko yang beda dengan toko yang lain, karena toko Ifa Busana ini tidak terdapat dalam satu gedung atau bangunan saja, tetapi terdapat tiga bangunan sekaligus, yang mana bangunan-bangunan tersebut letaknya terpisah sehingga harus menyeberangi jalan raya.

Dari latar belakang di atas, peneliti ingin sekali meneliti di toko Ifa Busana tentang penentuan harga dari barang-barang yang dijual. Oleh karena itu peneliti memilih judul “ Penentuan Harga di Toko Ifa Busana Desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari dalam Perspektif Etika Bisnis Islam ”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penyusun merumuskan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penentuan harga di Toko Ifa Busana Desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari ?

2. Bagaimana pandangan etika bisnis islam terhadap penentuan harga di Toko Ifa Busana Desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sesuatu hal yang ingin dicapai oleh penelitian yang nantinya diuraikan dalam pembahasan hasil atau temuan penelitian. Pencantuman tujuan penelitian senantiasa bergerak sesuai dengan tujuan tersebut.10 Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.11 Agar diperoleh data yang benar-benar diperlukan dan diharapkan dalam penelitian, maka peneliti telah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu:

1. Untuk menjelaskan mengenai mekanisme penentuan harga di Toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari.

2. Untuk menjelaskan pandangan etika bisnis Islam terhadap penentuan harga di Toko Ifa Busana desa Sumber Tengah kecamatan Mumbulsari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang arah yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus

10 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:

Kencana, 2014), 253.

11 Institut Agama Islam Negeri Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember

(9)

realistis.12 Adapun manfaat penelitian yang berjudul penentuan harga di toko Ifa Busana dalam perspektif etika bisnis islam adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang penentuan harga dan etika bisnis islam.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Sebagai pelatihan intelektual yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dan mengetahui sejauh mana teori yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan didunia kerja.

b. Bagi Mahasiswa IAIN Jember

Sebagai wawasan, acuan, pengetahuan dalam penentuan harga dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan penentuan harga.

c. Bagi Toko Ifa Busana

Dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan harga yang sesuai dengan etika bisnis islam.

12 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN Jember Press, 2012), 35-36.

(10)

E. Definisi Istilah 1. Penentuan Harga

Penentuan harga merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi profit maupun non-profit.13 Ibnu Qayyim berpendapat bahwa penetuan harga harus diserahkan kepada kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran.14 Penentuan harga dijelaskan oleh sarjana Muslim klasik sebagai sebuah pertukaran yang terjadi tanpa paksaan.15

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penentuan harga merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi yang harus diserahkan pada pada kekuatan penawaran dan permintaan sebagai sebuah pertukaran yang tidak dipaksakan.

2. Etika Bisnis Islam

Sebelum kita mengetahui apa itu etika bisnis Islam, hendaknya kita harus mengetahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan etika, bisnis dan islam itu sendiri. Etika adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Etika juga dapat diartikan sebagai suatu hal yang dilakukan secara benar dan baik, tidak melakukan suatu keburukan, melakukan hak kewajiban sesuai dengan

13 Fandy Tjipto, dkk, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), 465.

14 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 165.

15Arief Hoetoro, Ekonomi Islam: Pengantar Analisis Kesejahteraan dan Metodologi, (Malang:

(11)

moral dan melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Sedangkan dalam Islam, etika adalah akhlak seseorang muslim dalam melakukan semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis.

Sedangkan bisnis adalah kegiatan yang dilakukan individu atau organisasi yang menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi. Bisnis dapat di definisikan sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau member manfaat. Ada yang mengartikan bisnis sebagai suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan distribusi atau penjualan barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit (keuntungan).

Selanjutnya pengertian dari Islam sendiri yaitu agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.16

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis islam merupakan studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontrak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

16 Hamis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), 1.

(12)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bab I, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II, berisis tentang kajian kepustakaan yang terdiri dari kajian terdahulu dan kajian teori.

Bab III, berisi mengenai metode penelitian, yang membahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

Bab IV, menjelaskan mengenai gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan dan juga untuk menarik kesimpulan dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Bab V, mendeskripsikan mengenai kesimpulan dan saran-saran.

(13)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

a. Rasditya Nirwanto, NIM 060810301190 (Universitas Jember), dengan judul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Kopi pada Tingkat Petani Kopi di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso”

Petani kopi di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso belum melakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi kopi sesuai dengan aturan akuntansi yang ada. Biaya tidak dicatat berdasarkan teori yang ada, sehingga petani tidak memperhitungkan beberapa biaya tersebut karena petani beranggapan biaya tersebut merupakan biaya umum, yang tidak dimasukkan dalam biaya produksi.

Metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh penulis adalah metode variabel costing untuk membantu para petani kopi dalam melakukan analisis biaya, serta memudahkan petani dalam mengendalikan kondisi operasional yang sedang berjalan.17

Persamaan dari penelitian Nirwanto dengan penelitian ini adalah para peneliti meneliti tentang penetapan atau penentuan harga dalam sebuah perusahaan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian

17Rasditya Nirwanto, NIM 060810301190 (Universitas Jember), dengan judul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Kopi pada Tingkat Petani Kopi di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso”.

(14)

Nirwanto meneliti penentuan harga pokok produksi kopi, penelitian ini meneliti penentuan harga di toko busana. Perbedaan yang lainnya ialah terletak pada tempat yang diteliti, peneliti ini meneliti di Toko Ifa Busana desa Sumber Tengah Kecamatan Mumbulsari sedangkan peneliti yang dahulu meneliti pada petani kopi di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso.

b. Ely Nur Jaliyah, NIM 06380055 (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), dengan judul “Pandangan Hukum Islam Terhadap Penetapan Harga dalam Jual Beli di Rumah Makan Prasmanan Pendowo Limo Jl. Bima Sakti No. 37 Sapen Yogyakarta”

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan normative. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi) dan wawancara, dengan obyek penelitian di rumah makan Pendowo Limo.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan meninjau kembali tentang sistem penetapan harga jual beli di rumah makan prasmanan Pendowo Limo.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwasannya mekanisme penetapan harga dirumah makan prasmanan Pendowo Limo menggunakan metode penetapan harga yang berbasis harga, yang mencerminkan kosep penentapan harga yang baik, yaitu penjual menetapkan harga berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tetentu sehingga dapat menutupi biaya-

(15)

biaya langsung. Sedangkan menurut hukum Islam, penetapan harga dirumah makan Pendowo Limo sudah sesuai dengan hukum Islam karena kebijakan menetapkan harga yang dibuat oleh pengelola rumah makan prasmanan Pendowo Limo termasuk strategi pemasaran dalam berusaha. Mengenai harga yang disamakan dalam hal pengambilan porsi makan yang banyak dengan porsi makan yang sedikit itu merupakan strategi dalam berdagang agar dapat menarik para pembeli, selama tidak ada kecurangan dan antara penjual dan pembeli tidak ada unsur keterpaksaan maka dibolehkan.18

Persamaan penelitian Ely dengan penelitian ini terletak pada apa yang akan diteliti yaitu penetapan atau penentuan harga di sebuah perusahaan. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada tempatnya juga yakni penelitian Ely meneliti di rumah makan prasmanan sedangkan peneliti ini meneliti di toko busana.

c. Adimas Fahmi Firmansyah, NIM 09380030 (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), dengan judul “Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta)”.

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena ingin mengetahui bagaimana penerapan etika yang dilakukan oleh seorang wirausahawan Muslim dalam kegiatan bisnisnya. Misalnya dalam masalah permodalan yang digunakan untuk membangun bisnis

18 Ely Nur Jaliyah, NIM 06380055 (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), dengan judul “Pandangan Hukum Islam Terhadap Penetapan Harga dalam Jual Beli di Rumah Makan Prasmanan Pendowo Limo Jl. Bima Sakti No. 37 Sapen Yogyakarta”

(16)

tersebut, kemudian bagaimana cara menyikapi tentang sumber daya manusianya serta bagaimana pengaruh terhadap lingkungan sosial disekitarnya.

Metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan metode penelitian lapangan (Field Research), dengan sifat penelitian yaitu deskriptif, dan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan normative dengan analisa kualitatif.

Informan yang terkait dengan bisnis tersebut adalah pemilik, pekerja, serta konsumennya. Data diperoleh melalui observasi ke tempat penelitian secara langsung yaitu toko Santri Syariah dan wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung, seperti pemilik, pegawai, serta konsumen. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan metode kualitatif dengan cara induktif. Penyusun menggunakan cara berfikir deduktif untuk menilai hukum dari kegiatan bisnis toko Santri Syariah.19

Berdasarkan hasil penelitian, penyusun sampai pada beberapa kesimpulan, yaitu bahwa praktek etika bisnis yang dilakukan di toko Santri Syariah dalam hal permodalan serta pengaruh toko Santri terhadap lingkungan sosial sekitarnya telah sesuai dengan hukum Islam. Sedangkan masalah hubungan dengan SDM dalam hal ini tentang pemenuhan hak pekerja belum dijalankan sesuai aturan Islam, sebagai contohnya yaitu pekerja tidak diberikan ilmu atau pengetahuan

19 Adimas Fahmi Firmansyah, NIM 09380030 (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), dengan judul “Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta)”.

(17)

tentang etika bisnis Islam serta tidak mendapatkan pelatihan-pelatihan dalam bekerja.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Adimas ialah sama- sama meneliti tentang etika bisnis islam dalam usaha bisnis dan sama- sama menggunakan penelitian kualitatif, perbedaannya terletak pada tempat yang akan diteliti, penelitian ini meneliti pada bisnis yang belum berbasis syariah sedangkan pada penelitian Adimas, peneliti meneliti di toko yang sudah berbasis syariah.

B. Kajian Teori a. Harga

1. Definisi Harga

Sebelum memasuki inti dari penelitian ini maka kita harus tahu terlebih dahulu pengertian harga itu sendiri.

Harga adalah nilai yang disebutkan dalam mata uang (Rupiah=Rp) sebagai alat tukar.20 Harga juga di definisikan sebagai nisbah pertukaran barang dengan uang.21 Menurut PO Abas Sunarya, harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar oleh konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.22

20 Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CAPS, 2014), 69.

21 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 154.

22 PO Abbas Sunarya, dkk, Kewirausahaan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), 241.

(18)

2. Jenis –jenis Harga

Banyak istilah dalam penyebutan harga produk yang ditawarkan produsen kepada konsumen. Sering kali kita temukan harga dengan memakai selisih yang relatif sangat kecil, dan masih banyak cara menetapkan harga sebuah produk. Menurut Suhardi Sigit jenis-jenis harga yang dikenekan pada suatu produk sebagai berikut:23

a. Harga daftar (list price), adalah harga yang diberitahukan atau dipublikasikan, dari harga ini biasanya pembeli dapat memperoleh potongan harga.

b. Harga netto (net price), adalah harga yang harus dibayar, biasanya merupakan harga daftar dikurangi potongan dan kemurahan.

c. Harga zone (zone price) adalah harga yang sama untuk suatu daerah zone atau daerah geografis tertentu.

d. Harga titik dasar (basing point price) adalah harga yang didasarkan atas titik lokasi atau titik basis tertentu. Jika digunakan hanya satu titik basis disebut single basing point system, dan disebut multiple basing point system apabila digunakan lebih dari satu titik basis.

23

(19)

e. Harga stempel pos (postage stamp delivered price) adalah harga yang sama untuk semua daerah pasarnya, disebut juga harga uniform.

f. Harga pabrik (factory price), dalam hal ini pembeli membayar di pabrik atau tempat pembuatan, sedangkan angkutan ditanggung oleh pembeli. Dapat juga pihak penjual menyerahkan semua atas alat angkutan yang disediakan pembeli.

g. Harga F.A.S (Free Alongside Price) adalah untuk barang yang dikirim lewat laut. Biaya angkutan ditanggung oleh penjual sampai kapal merapat di pelabuhan tujuan. Pembongkaran ditanggung oleh pembeli.

h. Harga C.I.F (Cost, Insurance and Freight) adalah harga barang yang diekspor sudah termasuk biaya asuransi, biaya pengiriman barang dan lain-lain sampai diserahkannya barang itu kepada pembeli dipelabuhan yang dituju.

i. Harga gasal (odd price) adalah harga yang angkanya tidak bulat atau mendekati bulat, misalnya Rp. 9.999,- atau Rp.

1.999.900,- cara ini bermaksud mempengaruhi pandangan pembeli supaya kelihatan murah, meskipun hanya sedikit perbedaannya, tapi dapat merangsang pembelian konsumen.

(20)

3. Peranan Harga

Harga memainkan peranan penting bagi perekonomian secara makro, konsumen dan perusahaan, antara lain:

a. Bagi perekonomian. Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba. Harga merupakan regulator dasar dalam sistem perekonomian, karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor- faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan. Tingkat upah yang tinggi menarik tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi menjadi daya tarik bagi investasi modal, dan seterusnya. Sebagai alokator sumber daya, harga menentukan apa yang akan diproduksi (penawaran) dan siapa yang akan membeli barang dan jasa yang dihasilkan (permintaan).24

b. Bagi konsumen. Dalam perjualan ritel, ada segmen pembeli yang sangat sensitif terhadap faktor harga (menjadikan harga sebagai satu-satunya pertimbangan membeli produk) dan ada pula yang tidak. Mayoritas konsumen agak sensitif terhadap harga, namun juga mempertimbangkan faktor lain (seperti citra merek, lokasi toko, layanan, nilai (value) dan kualitas). Selain itu, persepsi konsumen terhadap kualitas produk sering kali dipengaruhi oleh harga. Dalam beberapa kasus, harga yang

24

(21)

mahal dianggap mencerminkan kualitas tinggi, terutama dalam kategori speciality products.

c. Bagi perusahaan. Dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya (produk, distribusi dan promosi) yang membutuhkan pengeluaran dana dalam jumlah besar, harga merupakan satu- satunya elemen bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan. Harga produk adalah determinan utama bagi permintaan pasar atas produk bersangkutan. Harga mempengaruhi posisi bersaing dan pangsa pasar perusahaan.

Dampaknya, harga berpengaruh pada pendapatan dan laba bersih perusahaan. Singkat kata, perusahaan mendapatkan uang melalui harga dibebankan atas produk atau jasa yang dijualnya.25

b. Penentuan Harga 1. Penentuan Harga

Menurut Kotler dalam menentukan harga pada sebuah produk perusahaan mengikuti prosedur enam langkah, yaitu:26 a. Perusahaan dengan hati-hati menyusun tujuan-tujuan

pemasarannya, misalnya pemasaran hidup, meningkatkan laba saat itu, ingin memenangkan bagian pasar atau kualitas produk.

b. Perusahaan menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan kemungkinan jumlah produk yang akan terjual

25 Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), 472.

26 Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CAPS, 2014), 69.

(22)

per periode, pada tingkat-tingkat harga alternatif. Permintaan yang semakin tidak elastis, semakin tinggi pula harga yang dapat ditetapkan oleh perusahaan.

c. Perusahaan memperkirakan bagaiman biaya akan bervariasi pada tingkat produksi yang berbeda-beda.

d. Perusahaan mengamati harga-harga para pesaing sebagai dasar untuk menetapkan harga mereka sendiri.

e. Perusahaan memilih salah satu dari metode penetapan harga terdiri penetapan harga biaya plus, analisis peluang pokok dan penetapan laba sasaran, penetapan harga nilai yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai dengan laju perkembangan dan penetapan harga dalam sampul tertutup.

f. Perusahaan memilih harga final, menyatakannya dalam cara psikologis yang paling efektif dan mengeceknya untuk meyakinkan bahwa harga tersebut sesuai harga dengan kebijakan penetapan harga perusahaan serta sesuai pula dengan para penyalur, grosir, wiraniaga perusahaan, pesaing, pemasok dan pemerintah.

2. Penentuan Harga dalam Islam

Islam memandang pasar bebas di mana harga yang adil ditetapkan oleh kekuatan ppermintaan dan pasokan. Harga-harga yang dipandang adil jika memang itu adalah hasil fungsi kekuataan pasar sejati. Tidak boleh ada campur tangan dalam peran bebas

(23)

kekuatan permintaan dan pasokan, demikian juga mencegah ketidakadilan atas nama pemasok barang dan konsumen. Nabi saw.

telah melarang Ghaban-e-Fahish, yang berarti menjual sesuatu dengan harga lebih tinggi dan memberi kesan kepada klien bahwa ia dipaksa membayar sesuai dengan tingkat harga pasar.27

Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi pembeli, dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah, maka akan menzalimi penjual.28

Hukum asal yaitu tidak ada penentuan harga (al-tas’ir), dan ini merupakan kesepakatan para ahli fikih. Imam Hambali dan Imam Syafi’i melarang untuk menetapkan harga karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan Imam Maliki dan Hanafi memperbolehkan penentuan harga untuk barang-barang sekunder.

Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai dengan Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia. Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga, maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi pada situasi tertentu, dengan

27 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business and Economic Ethics: Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejek Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 408.

28http://makalahpes_toerihargadalamislam-PustakaMedia.html/diakses-tanggal-10 -Agustus-2016- jam-19.00.

(24)

dalih Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang terjadi di lapangan).

Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.

Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli bersikap saling merelakan. Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dalam mempertahankan barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan harga barang tersebut dari penjual.29

Tak ada pembatasan tentang persentase keuntungan yang boleh di berlakukan oleh seorang pedagang dalam transaksinya.

Umumnya diserahkan kepada para saudagar sendiri, lingkungan bisnis dan jenis pedagang, serta barang dagangan. Meskipun demikian perhatian harus diberikan pada etika yang direkomendasikan syariah islam, seperti kesederhanaan, kepuasan dan kesabaran.30

Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka itu telah berbuat zalim dan sangat

29http://makalahpes_toerihargadalamislam-PustakaMedia.html/diakses-tanggal-10 -Agustus-2016- jam-19.00.

30 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business and Economic Ethics: Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejek Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara,

(25)

membahayakan umat manusia, maka seorang penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan cara menentukan harga standar dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain, mencegah terjadinya penimbunan barang dan menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab.

Islam, sangat konsen pada masalah keseimbangan harga, terutama pada bagaimana peran negara dalam mewujudkan kestabilan harga dan bagaimana mengatasi masalah ketidakstabilan harga. Para ulama berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya negara menetapkan harga.31

Sebagian ulama menolak peran negara untuk mnenetapkan harga, sebagian ulama lain membenarkan negara untuk menetapkan harga. Perbedaan pendapat ini berdasarkan pada adanya hadis yang diriwayatkan oleh Anas sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu: Sesungguhnya Allah yang maha penetap harga, yang menyempitkan dan melapangkan serta pemberi rezeki.

Ulama Zahiriyah, sebagian ulama Malikiyah, sebagian ulama Syafi’iyah, sebagian ulama Hanabilah dan Imam Asy-Syaukani menyatakan berdasarkan hadis ini dalam kondisi apa pun penetapan harga oleh pemerintah tidak dapat dibenarkan, jika

31 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2015), 169.

(26)

dilakukan hukumnya haram pematokan harga merupakan suatu kezaliman. Menurut mereka, baik harga itu melonjak tinggi yang disebabkan oleh tingginya permintaan, maupun ulah spekulan maupun faktor alam, segala bentuk campur tangan pemerintah dalam penetapan harga tidak dibolehkan. Apabila pemerintah ikut campur tangan dalam penentapan harga komoditi, berarti unsur penting dari jual beli yaitu antaradin para pihak hilang. Ini berarti pemerintah telah berbuat kezaliman kepada para pihak yang melakukan jual beli. Alasannya bahwa manusia berkuasa atas harta mereka sedangkan pematokan harga adalah pemaksaan terhadap mereka. Padahal seorang imam diperintahkan untuk memelihara kemaslahatan umat islam.32

Ibnu Qudhamah al Maqdisi, salah seorang pemikir terkenal dari mazhab Hambali berpendapat, imam (pemerintah) tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga bagi penduduk, penduduk boleh menjual barang mereka dengan harga berapa pun yang mereka sukai.

Ibnu Qudhamah menjadikan hadis di atas sebagai dalil tidak diperkenankannya penentuan harga. Pertama, Rasulullah tidak pernah menentukan harga meskipun penduduk menginginkan. Bila itu dibolehkan pasti Rasulullah akan melaksanakannya. Kedua, menentukan harga adalah suatu ketidakadilan (zulm) yang dilarang.

32

(27)

Hal ini karena melibatkan hak milik seorang yang di dalamnya adalah hak untuk menjual pada harga berapa pun.33

Ibnu Qudhamah menganalisis bahwa penentuan harga oleh pemerintah tidaklah menguntungkan. Ia berpendapat bahwa penetapan harga akan mendorong harga menjadi lebih mahal. Jika pedagang dari luar mendengarkan adanya kebijakan penetapan harga, mereka tak akan mau menjual barang dagangannya ke wilayah dimana ia dipaksa menjual barang dagangannya di luar harga yang di inginkan. Para pedagang lokal yang memiliki barang dagangannya akan menyembunyikan barang dagangannya. Para konsumen yang membutuhkan barang-barang tidak bisa memenuhi permintaan mereka karena harganya tinggi. Akhirnya kedua belah pihak menderita. Para penjual akan menderita karena dibatasi dari menjual barang dagangan mereka dan para pembeli menderita karena keinginan mereka tidak bisa dipenuhi.

Argumentasi itu secara sederhana dapat disimpulkan bahwa harga yang ditetapkan akan membawa akibat munculnya tujuan yang saling bertentangan. Harga yang tinggi, pada umumnya bermula dari situasi meningkatnya permintaan atau menurunnya supply. Penentuan harga hanya akan memperburuk situasi tersebut.

Harga yang lebih rendah akan mendorong permintaan baru atau meningkatkan permintaanya, dan akan mengecilkan hati para

33 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, 170.

(28)

importer untuk mengimpor barang tersebut. Pada saat yang sama, akan mendorong produsen dalam negeri mencari pasar luar negeri atau menahan produksinya sampai penentuan harga itu dihapus.

Akibatnya akan terjadi kekurangan supply.

Mazhab Hambali dan Syafi’i menyatakan bahwa negara tidak mempunyai hak untuk menentukan harga. Dalil yang dijadikan pegangan adalah hadis riwayat Anas Ibnu Malik di atas. Jumhur Ulama berpendapat menentukan harga oleh pemerintah hukumnya haram berdasarkan hadits riwayat Anas di atas. Namun, Ibnu Taimiyah menolak pendapat Jumhur Ulama yang mengharamkan secara mutlak penentuan harga tersebut. Menurutnya hadis itu adalah sebuah kasus khusus bukan aturan umum. Sehingga ia membolehkan penentuan harga oleh pemerintah. Tetapi, sejumlah ahli fiqh islam mendukung kebijakan pengaturan harga, walaupun baru dilaksanakan dalam situasi genting dan menekankan perlunya kebijakan harga yang adil.34

Ibnu Taimiyah menguji pendapat-pendapat dari ke empat mazhab itu. Menurutnya kontroversi antara para ulama berkisar dua poin. Pertama, jika terjadi harga yang tinggi di pasar dan seseorang berusaha menentukan harga yang lebih tinggi dari pada harga sebenarnya, perbuatan mereka itu menurut mazhab Maliki harus dihentikan. Menurut Syafi’i dan penganut Ahmad bin

34

(29)

Hanbal, seperti Abu Hafzal-Akbari, Qadi Abu Ya’la dan lainnya, mereka tetap menentang berbagai campur tangan terhadap keadaan itu. Kedua, dari perbedaan pendapat antara para ulama adalah penentuan harga maksimum bagi para pedagang dalam kondisi normal. Inilah pendapat yang bertentangan dengan mayoritas para ulama, bahkan oleh Maliki sendiri. Tetapi beberapa ahli, seperti Sa’id bin Musayyib, Rabiah bin Abdul Rahman dan Yahya bin Sa’id, menyetujuinya. Para pengikut Abu Hanifah berkata bahwa otoritas harus menetapkan harga, hanya bila masyarakat menderita akibat peningkatan harga itu, dimana hak penduduk harus dilindungi dari kerugian yang di akibatkan oleh penetapan harga tersebut.

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa jika harga itu bisa ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan satu orang saja, pastilah akan lebih logis kalau hal itu ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan publik atas produk makanan, pakaian dan perumahan, karena kebutuhan umum itu jauh lebih penting dari pada kebutuhan seorang individu.35

Ibnu Taimiyah sering menyebutkan beberapa syarat dari kompetisi yang sempurna. Ia menyatakan, memaksa penduduk menjual barang-barang dagangan tanpa ada dasar kewajiban untuk menjual, merupakan tindakan yang tidak adil dan ketidakadilan itu

35 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, 172.

(30)

dilarang. Ini berarti, penduduk memiliki kebebasan sepenuhnya untuk memasuki atau keluar dari pasar. Ibnu Taimiyah mendukung pengesampingan elemen monopolistik dari pasar dan karena itu ia menentang kolusi apapun antara orang-orang profesional atau kelompok para penjual dan pembeli. Ia menekankan pengetahuan tentang pasar dan barang dagangan serta transaksi penjualan dan pembelian berdasar persetujuan bersama dan persetujuan itu memerlukan pengetahuan dan saling pengertian.

Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip- prinsip sebagai berikut:36

1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract).

Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat an- Nisa’ ayat 29 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(QS:

An-Nisa’: 29)

36http://makalahpes_toerihargadalamislam-PustakaMedia.html/diakses-tanggal-10 -Agustus-2016- jam-19.00.

(31)

2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.

3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.

4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice).

Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.

3. Tujuan Penentuan Harga

Sedangkan menurut Andrian Payne tujuan penentuan harga antara lain:37

a. Bertahan

Bertahan merupakan usaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang meningkatkan laba ketika perusahaan

37 Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CAPS, 2014),70.

(32)

mengalami kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Usaha ini dilakukan demi kelangsungan perusahaan.

b. Memaksimalkan laba

Penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba dalam periode tertentu.

c. Memaksimalkan penjualan

Penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar dengan melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.

d. Prestise

Tujuan penentuan harga disini adalah untuk memosisikan jasa perusahaan tersebut sebagai produk yang eksklusif.

e. Pengembangan atas invertasi (ROI)

Tujuan penentuan harga didasarkan untuk pencapaian pengembalian atas investasi (return on investment) yang diinginkan.

Tujuan penetapan harga dapat mendukung strategi pemasaran berorientasi pada permintaan primer apabila perusahaan meyakini bahwa harga yang lebih murah dapat meningkatkan jumlah pemakai atau tingkat pembelian ulang dalam bentuk atau kategori tertentu.

(33)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga

Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi penetapan harga yaitu: a) memperkirakan permintaan produk (estimate for the product), dan b) reaksi pesaing (competitive reactions).38

a. Memperkirakan permintaan produk (estimate for the product) Ada dua langkah memperkirakan pemintaan, yaitu:

1. Memperkirakan berapa besarnya harga yang diharapkan (The expected price)

Harga yang diharapkan untuk suatu produk adalah harga yang secara sadar atau tidak sadar dinilai oleh konsumen atau pelanggan. Dalam hal ini para penjual harus dapat memperkirakan bagaimana reaksi pelanggan atau konsumen, apabila suatu produk harganya dinaikkan atau diturunkan. Apakah reaksinya itu bersifat in elastis, elastis atau inverse demand. In elastis demand artinya apabila harga produk tersebut di naikkan atau diturunkan, maka reaksinya terhadap perubahan barang yang diminta tidak begitu besar.39

38 Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CAPS, 2014), 70.

39 Ibid., 71.

(34)

2. Memperkirakan penjualan dengan harga yang berbeda (estimate of sales at varios price)

Manajemen eksekutif harus dapat memperkirakan volume penjualan harga yang berbeda, sehingga dapat ditentukan jumlah permintaan, elastisitas permintaan, dan titik impas yang mungkin tercapai.

b. Reaksi pesaing (competitive reaction)

Pesaing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penciptaan harga terutama sekali ancaman persaingan yang potensial.

Sumber persaingan tersebut berasal dari tiga macam, yaitu:

1. Produk yang serupa, misalnya rokok Jarum 76 dengan rokok Bintang Buana, minuman energy M 150 dengan minuman Extra Joss.

2. Produk pengganti, misalnya merk Gulaku dengan merk Tropicana Slim, susu sapi dengan susu kedelai.

3. Produk yang tidak serupa, mencari konsumen yang sama, misalnya jasa pendidikan perguruan tinggi dengan produk komputer, produk sepeda motor dengan produk mobil.

(35)

Menurut Basu Swastha, faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga ada tujuh, diantaranya:40

1. Keadaan perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. Pada periode resesi misalnya, merupakan suatu periode di mana harga berada pada suatu tingkat yang lebih rendah.

2. Penawaran dan permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.

Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya, harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar.

3. Elastisitas permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Sebenarnya sifat permintaan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harganya, tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume

40 Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty Offset, 1999), 242.

(36)

penjualan ini berbanding terbalik, artinya jika terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.

4. Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Misalnya, barang-barang dari hasil pertanian dijual dalam keadaan persaingan murni (pure competition). Dalam persaingan seperti ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak pula.

5. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan menghasilkan keuntungan.

6. Tujuan perusahaan

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain:

(37)

a. Laba maksimum

b. Volume penjualan tertentu c. Penguasaan pasar

d. Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.

7. Pengawasan pemerintah

Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk: penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek- praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.41

5. Metode Penentuan Harga

a. Metode penentuan harga dengan harga jual merupakan jumlah total biaya produksi ditambah laba yang diinginkan.42

Harga jual = biaya produksi + laba yang diinginkan Misalnya:

Total biaya produksi = Rp. 1.000 Laba yang diinginkan = Rp. 100

Harga jual = Rp. 1.000 + Rp. 100

= Rp. 1.100

41 Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty Offset, 1999), 246.

42 Eman Suherman, Buiness Enterpreneur (Bandung: Alfabeta, 2010), 115.

(38)

b. Metode penentuan harga yang didasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Penentuan harga dengan cara ini pada dasarnya sebagai kelanjutan dari metode yang pertama dengan selalu memperhatikan mekanisme pasar melalui repeat order (permintaan berikutnya). Sambil mengamati harga dan jumlah permintaan yang relatif stabil dan marginal revenue (tambahan pendapatan) yang relatif paling besar.

c. Metode penentuan harga yang didasarkan pada kondisi persaingan di pasar. Hal ini ditentukan dengan memperhatikan harga-harga pokok produk sejenis, kemudian menentukan harga yang dapat bersaing dan paling marketable dalam artian yang dapat dijangkau/ diterima oleh konsumen.

d. Metode kombinasi, cara ini merupakan gabungan dari ketiga metode sebelumnya.

c. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970-an, kemudian meluas ke Eropa tahun 1980-an dan menjadi fenomena global di tahun 1990-an. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan masalah-masalah moral dari bisnis, namun sekarang sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis

(39)

di sekitar bisnis. Etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat, akan tetapi ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Ketika sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara muju yang menjadi sumber penyebab global worming agar dibatasi, Amerika menolaknya.43

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral, sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, ilustrasi, dan perilaku bisnis. Standar etika bisnis tersebut diterapkan dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang- orang yang ada di dalam organisasi.44

Etika merupakan pedoman moral dalam kehidupan manusia yang akan membimbing manusia untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk, mana yang boleh dan yang tidak boleh. Karena, pada dasarnya sesama umat islam adalah satu keluarga yang tidak boleh menyakiti satu sama lain dan tidak boleh zalim satu sama lain.

Oleh karena itu, sudah saatnya umat islam menerapkan etika islam dalam setiap disiplin keilmuan, terutama ilmu ekonomi. Karena,

43 Mokh Syaiful Bakhri dan Abdussalam, Sukses Berbisnis Ala Rasulullah SAW, (Jakarta:

Erlangga, 2012), 61.

44 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business and Economic Ethics: Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah saw dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 4.

(40)

betapapun canggihnya ilmu ekonomi, jika orang yang menjalankannya tidak beretika, ilmu itu pasti akan digunakan untuk mencari keuntungan pribadi atau untuk berbuat kejahatan dan memuaskan hawa nafsu.

Seharusnya, ilmu ekonomi bisa mengarahkan orang untuk hidup lebih baik, hemat, dan bisa mengendalikan diri. Jangan sampai ilmu ekonomi justru mendorong orang untuk hidup serakah. Di samping itu, ilmu ekonomi juga harus bisa mendorong orang untuk berfikir tentang kehidupan yang abadi sehingga orang tidak semata- mata menumpuk kekayaan di dunia tanpa mempersiapkan bekal kehidupan yang hakiki.45

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, oleh karena itu misi di utusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup husnul khuluq (keindahan akhlak).

Pada derajat ini Allah akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu rezeki, di mana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut, akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktek bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis islam adalah kejujuran.46

45 Deny Riana dan Yopi Hendra, Spiritual Entrepreneur, (Bandung: MQS Publishing, 2008), 167.

46

(41)

Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya. Rasulullah SAW bersabda: “pedagang yang jujur serta terpercaya (tempatnya) bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat.” (HR. Bukhari, Hakim, Tirmidzi dan Ibnu Majah). Akhlak yang lain adalah amanah, Islam menginginkan pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap, menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalah-Nya dari unsur yang melampaui batas dan sia-sia. Seorang pebisnis muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak menzalimi kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Sifat toleran juga merupakan kunci sukses pebisnis muslim, toleran membuka kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal.

Untuk membangun kultur bisnis yang hebat, idealnya dimulai dari perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan (hukum) perilaku dibuat dan dilaksanakan, atau aturan (norma) etika tersebut di wujudkan dalam bentuk aturan hukum.

Sebagai kontrol terhadap individu pelaku dalam bisnis yaitu melalui penerapan kebiasaan budaya moral atas pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti kekuatan suatu perusahaan

(42)

dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, berperilaku tanpa diskriminasi.47

Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak merupakan komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka sosial. Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka panjang, tidak fokus pada keuntungan jangka pendek saja. Etika bisnis akan meningkatkan kepuasan pegawai yang merupakan stakeholders yang penting untuk diperhatikan.

2. Prinsip Etika Bisnis Islam

Selain hal-hal diatas, ada beberapa etika-etika dalam berbisnis yang ingin di bahas peneliti:

a. Prinsip kejujuran

Dalam hal ini kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis, kejujuran dalam pelaksanaan kontrol terhadap konsumen, dalam hubungan kerja, dan sebagainya.48 Kejujuran pelaku bisnis untuk tidak mengambil keuntungan hanya untuk dirinya sendiri dengan cara menyuap, menimbun barang, berbuat curang dan menipu, tidak memanipulasi barang dari segi kualitas dan kuantitasnya.49

47 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspekif Islam: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: Alfabeta, 2013), 36.

48 Ibid., 37.

49

(43)

Rasulullah SAW. bersabdah: “Dari Abu Sa’id Al- Khudri ra beliau berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabdah,

“pebisnis lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada.” (HR. Turmudzi).

Berkat kejujuran beliau dalam segala hal, Muhammad SAW mendapatkan julukan As-Shaduq Al-Mashduq (orang yang sangat jujur dan dapat dibenarkan). Sikap jujur dalam bisnis ini beliau tunjukkan kepada customer maupun para supplier dagangannya.50

b. Prinsip Keadilan

Keadilan dalam Islam merupakan pondasi yang kokoh meliputi semua ajaran dan hukum Islam. Persoalan yang menjadi perhatian Islam dalam keadilan adalah pelanggaran berbuat kezaliman. Ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah sumber dari semua konflik individu dan sosial. Untuk itu, agar kesejahteraan sosial dapat diwujudkan, penerapan prinsip keadilan ekonomi merupakan suatu keharusan. Keadaan itu akan sulit dicapai bila tidak ada keyakinan dan penerapan prinsip moral tersebut. Di sinilah diperlukan pembumian etika ekonomi, menjadikan konsep moral sebagai faktor endogen dalam perekonomian.51

50 Mokh Syaiful Bakhri dan Abdussalam, Sukses Berbisnis ala Rasulullah SAW,(Jakarta: Erlangga, 2012), 80.

51 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), 135.

(44)

Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan (tijarah), Islam melarang untuk menipu walaupun hanya “sekedar” membawa sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Kondisi ini dapat terjadi seperti adanya gangguan pada mekanisme pasar atau karena adanya informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak (asyimetric information).

Gangguan pada mekanisme pasar dapat berupa gangguan dalam penawaran dan gangguan dalam permintaan. Allah berfirman:









































 













“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan takwa”(QS. Al-Maidah, ayat:8).52

Islam mengharapkan penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, dan bahkan berlaku adil harus didahulukan dari berbuat kebajikan. Dalam perniagaan, persyaratan adil yaneng paling mendasar adalah dalam mutu

52

(45)

(kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap takaran maupun timbangan.53

Allah berfirman:



































“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas neraca itu dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (QS.Ar-Rahman, ayat:7-9) .54

c. Prinsip Amanah

Seorang muslim yang profesional haruslah memiliki sifat amanah, yakni terpercaya dan bertanggung jawab. Sifat amanah pada masa sekarang agaknya telah menjadi barang langka. Banyak orang yang ahli serta mempunyai etos kerja yang tinggi, tapi karena tidak memiliki sifat amanah, justru memanfaatkan keahliannya untuk melakukan berbagai tindak kejahatan. Rasulullah saw. memerintahkan setiap muslim untuk selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya,

“Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu

53 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 92.

54 Al-Qur’an, 55:7-9.

(46)

dan janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu.”(HR Ahmad dan Abu Dawud).55

Sikap amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim. Sikap itu bisa dimiliki jika dia selalu menyadari bahwa apa pun aktivitas yang dilakukan termasuk pada saat dia bekerja dia selalu diketahui oleh Allah SWT (ihsan). Sikap amanah dapat diperkuat jika dia selalu meningkatkan pemahaman Islamnya dan istiqamah menjalankan syariat Islam. Sikap amanah juga dapat dibangun dengan jalan saling menasehati dalam kebajikan serta mencegah berbagai peyimpangan yang terjadi.56

d. Prinsip Keterbukaan

Keterbukaan dalam berdagang sangat penting, jangan sampai kita menyembunyikan kekurangan dari apa yang kita dagangkan. Menyembunyikan segala keburukan ataupun tidak terbuka dalam berdagang termasuk dalam bentuk penipuan.

Rasulullah SAW juga memberikan contoh pemisahan antara barang yang bagus dan barang yang buruk. Nabi pernah marah saat melihat pedagang menyembunyikan jagung basah disela-sela jagung kering. Sebagian besar para pebisnis malah sengaja berbuat curang seperti itu. Mereka mencari keuntungan

55 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 105.

56 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan SDLC yang dilakukan dengan penekanan pengembangan SIMPONI UAJY pada fitur-fitur yang belum ada pada SIMPONI UAJY versi terdahulu dan sistem

Pedagang kreatif lapangan atau pedagang kaki lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana dan perlengkapan yang mudah

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tepung kepala lele mampu menggantikan tepung ikan hingga 50% dan tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas, fixed asset intensity, market to book ratio, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan melakukan

Permasalahan yang terjadi saat implementasi kebijakan publik dalam Program Kartu Jakarta Sehat adalah pada tataran teknis, dimana masyarakat yang mengalami euforia untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal perusahaan food

Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.00/mm 3 merupakan nilai normal saat bayi lahir.Jumlah leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimorf ini

Latihan pengucapan dengan meniru pola-pola kalimat yang ada dalam teks bacaan tersebut diatas. Latihan