• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study aims to know the influence of the characteristics of Good Corporate Governance (GCG) to disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) on mining companies in Indonesia. Characteristics of Good Corporate Governance (GCG) used the size of the Board of Commisioners, independence Board of Commisioners, number of Board of Commisioners meetings, size of the Audit Committee, Audit Committee independence, number of Audit Committee meetings.

Data Collection using a purposive sampling method of mining companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2010 dan 2011 are used as sample. Method of analysis of this study was multiple regression method.

The results of this research indicate that the variables the influence the disclosure of CSR is the number of Audit Committee Meetings. While the variable size of the Board of Commisioners, independence Board of Commisioners, number of Board of Commisioners meetings, size of the Audit Committee, Audit Committee independence no influence on CSR disclosure.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik Good

Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Pertambangan di Indonesia. Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) yang digunakan adalah ukuran Dewan

Komisaris, independensi Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, independensi Komite Audit, jumlah rapat Komite Audit.

Pengumpulan Data menggunakan metode purposive sampling perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 dan 2011 digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini adalah metode regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pengungkapan CSR adalah jumlah rapat Komite Audit. Sedangkan variabel ukuran Dewan Komisaris, independensi Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

(4)

2.1.1 Good Corporate Governance ... 9

2.1.1.1 Pengertian dan Konsep Good Corporate Governance . 9 2.1.1.2 Prinsip-prinsip Dasar GCG ... 11

2.1.1.3 Tahap-tahap Penerapan GCG ... 16

2.1.2 Dewan Komisaris ... 18

2.1.2.1 Pengertian Dewan Komisaris ... 18

2.1.2.2 Tugas Dewan Komisaris ... 19

2.1.2.3 Persyaratan untuk Dewan Komisaris ... 20

2.1.2.4 Komisaris Independen ... 20

2.1.3 Komite Audit ... 23

2.1.3.1 Pengertian Komite Audit ... 23

2.1.3.2 Keanggotaan Komite Audit ... 25

2.1.3.3 Wewenang Komite Audit ... 26

2.1.3.4 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit ... 27

2.1.4 Independensi... 32

2.1.4.1 Pengertian Independensi ... 32

2.1.4.2 Upaya Memelihara Independensi ... 33

2.1.5 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 34

2.1.5.1 Pengertian dan Konsep CSR... 34

2.1.5.2 Penerapan CSR di Indonesia ... 43

2.2 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ... 45

2.2.1 Kerangka Pemikiran ... 45

2.2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 46

(5)

2.3 Pengembangan Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 52

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 52

3.1.1 Variabel Dependen ... 52

3.1.2 Variabel Independen ... 53

3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris ... 53

3.1.2.2 Komposisi Dewan Komisaris Independen ... 53

3.1.2.3 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris ... 54

3.1.2.4 Ukuran Komite Audit ... 54

3.1.2.5 Independensi Komite Audit ... 54

3.1.2.6 Frekuensi Rapat Komite Audit... 55

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 56

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 56

3.5 Metode Analisis Data ... 56

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 56

3.5.1.1 Uji Normalitas ... 57

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ... 58

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 58

3.5.1.4 Uji Autokorelasi ... 59

(6)

3.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 62

3.7.3 Uji Parsial ( T test) ... 62

3.8 Operasionalisasi Variabel... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 67

4.2 Analisis Data ... 67

4.2.1 Statistik deskriptif ... 67

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik... 70

4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 70

4.2.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 72

4.2.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 73

4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi... 74

4.3.1 Pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) ... 80

4.3.2 Pengaruh UKOM terhadap Pengungkapan CSR ... 81

4.3.3 Pengaruh INKOM terhadap Pengungkapan CSR ... 81

4.3.4 Pengaruh RAKOM terhadap Pengungkapan CSR ... 82

4.3.5 Pengaruh UKODIT terhadap Pengungkapan CSR ... 83

(7)

4.3.7 Pengaruh RAKODIT terhadap Pengungkapan CSR ... 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 87

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Ringkasan Penelitian Terdahulu……….. 46

Tabel II Operasionalisasi Variabel……… 63

Tabel III Statistik Deskriptif………... 67

Tabel IV Hasil Uji Kolmogorov Smirnov………...72

Tabel V Hasil Uji Multikolinearitas………...73

Tabel VI Hasil Uji Autokorelasi……….75

Tabel VII Hasil Uji ANOVA (F Test)………...76

Tabel VIII Hasil Uji Koefisien Determinasi……….77

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik I Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized

Residual………...71

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Daftar Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI………..92 Lampiran B Daftar Sampel Perusahaan Penelitian………...102

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dahulu Negara Indonesia masih memiliki hutan-hutan yang masih

rindang, bahkan persediaan air bersihnya pun masih cukup banyak, sehingga

banyak orang di sekeliling yang menggunakannya. Akan tetapi sekarang hutan

rindang tidak mudah ditemukan lagi, sekalipun di Kalimantan dan Papua. Hutan

dibabat dan tanahnya digali, karena di dalam tanah terdapat tambang minyak,

emas dan batubara (Akuntan Indonesia, 2007).

Tambang-tambang itu dijadikan sebagai salah satu obyek untuk dikuras,

karena dapat dijadikan salah satu indikator kemajuan perekonomian dan

teknologi. Tambang segera diambil, meskipun dengan mengorbankan

hutan-hutan yang rindang tersebut. Persediaan air bersih kini sudah tidak ada lagi,

kalaupun ada pasti sudah tercampur dengan berbagai limbah yang mengandung

kimia membahayakan untuk kesehatan manusia. Bahkan tragisnya, disaat

tambang sudah dikuras, perekonomian tidak beranjak maju, tetapi justru jumlah

penduduk miskin semakin bertambah (Akuntan Indonesia, 2007).

Menurut Yessy (2007), kesadaran kalangan industri terhadap pengelolaan

lingkungan masih sangat rendah. Sehingga Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) makin intensif melakukan kampanye Stop global waming karena melihat

(13)

2

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu kasus yang membuktikan bahwa kesadaran kalangan industri

terhadap pengelolaan lingkungan masih sangat rendah adalah kasus pencemaran

lingkungan oleh Lapindo Brantas Inc di Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa

Timur. Kasus ini terjadi sejak tahun 2006, dimana pipa gas milik Lapindo

Brantas Inc yang terletak di Porong mengalami kebocoran dan mengeluarkan

lumpur dan air panas. Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa

bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Kondisi ini masih berlangsung sampai sekarang, bahkan semakin memburuk.

Kasus lainnya yang membuktikan masih rendahnya kesadaran kalangan

industri terhadap pengelolaan lingkungan adalah kasus pencemaran lingkungan

di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Pulau Biawak di Indramayu tercemar

oleh limbah dari salah satu industri migas yang beroperasi di Indramayu. Hal ini

menyebabkan terganggunya ekosistem air di wilayah tersebut, selain itu juga

menyebabkan matinya ikan-ikan dan menurunnya kualitas air, sehingga

merugikan masyarakat sekitar (BPLH Jawa Barat, 2008).

Sebenarnya masih banyak kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan

yang diakibatkan karena aktivitas perusahaan yang kurang bertanggung jawab

dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya, seperti pencemaran

lingkungan oleh Newmont di Teluk Buyat, konflik antara masyarakat Papua

dengan PT. Freeport Indonesia, konflik masyarakat Aceh dan Exxon Mobile

yang mengelola gas bumi di Arun.

Berdasarkan atas munculnya berbagai aktivitas perusahaan yang tidak

(14)

3

BAB I PENDAHULUAN

mengeluarkan peraturan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan (Corporate Social Responsibility-untuk selanjutnya disingkat menjadi

CSR) di dalam peraturan perundang-undangan nasional.

Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

diterbitkan dan mewajibkan perseroan yang bidang usahanya terkait dengan

bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan. Undang-undang tersebut (Pasal 66 ayat 2c) mewajibkan semua

perseroan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan

dalam laporan tahunan.

Pelaporan tersebut merupakan pencerminan perlunya akuntabilitas

perseroan atas pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga para

stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut. Jumlah perusahaan di

Indonesia yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) dalam

laporan tahunannya semakin bertambah (Hasibuan, 2001; Sembiring 2005).

Akan tetapi muncul kasus baru seiring diwajibkannya setiap perusahaan

melaporkan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya. Yaitu munculnya

kasus penyimpangan dan kecurangan terhadap pengungkapan laporan tanggung

jawab sosial perusahaan. Banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia memakai

kesempatan pengungkapan laporan tanggung jawab sosial untuk melakukan

kecurangan dalam pembayaran pajak, yaitu dengan cara mengalokasikan

sebagian dari laba perusahaan ke dalam pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan,

akan tetapi sebenarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pelaksanaan

kegiatan CSR tidak sebesar biaya yang tertulis di dalam laporan CSR atau

(15)

4

BAB I PENDAHULUAN

Kecurangan yang dilakukan perusahaan tersebut adalah salah satu bagian

dalam perencanaan pajak, dimana perusahaan mengalokasikan sebagian laba

perusahan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan

misalnya biaya penelitian dan pengembangan (research and development) dan

salah satunya adalah pelaksanaan kegiatan CSR. Hal ini dilakukan perusahaan

supaya nantinya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tidak terlalu besar,

sehingga laba yang diterima perusahaan tidak berkurang terlalu banyak.

Untuk menghindari adanya penyimpangan dan kecurangan dalam

pengungkapan laporan tanggung jawab sosial perusahaan maka diperlukan tata

kelola perusahaan (good corporate governance-untuk selanjutnya disingkat

menjadi GCG). Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya

tuntutan publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud

implementasi dari GCG itu sendiri (Fajri, 2006). GCG adalah rangkaian proses,

kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan,

pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi (Ginting, 2007).

Indonesia menggunakan sistem two tier board system dalam menjalankan

tata kelola perusahaan yang baik, dimana dalam sistem ini setiap perusahaan

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) diwajibkan memiliki dua dewan

yaitu dewan direksi dan dewan komisaris (Rini dan Rahmawati, 2008). Dewan

direksi adalah pihak yang menjalankan manajemen dalam perusahaan, sementara

dewan komisaris adalah pihak yang mengawasi jalannya tata kelola perusahaan

yang dilakukan oleh manajemen, dalam hal ini adalah dewan direksi (Setyawan,

(16)

(Kep-339/BEJ/07-5

BAB I PENDAHULUAN

untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Dalam menjalankan

tugasnya, dewan komisaris dibantu oleh beberapa komite khusus yang dibentuk

olehnya dan komite tersebut bertanggung jawab terhadap dewan komisaris dalam

menjalankan tugasnya. Salah satu komite tersebut adalah komite audit.

Komite Audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme

pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas

pengungkapan perusahaan (Said et.al., 2009). Beberapa penelitian telah

melaporkan hasil penelitian tentang hubungan komite audit dan kualitas

pelaporan keuangan. De Fond dan Jiambalvo, Mc Mulen, Beasly dan Salterio

dalam Suaryana (2007) menyatakan bahwa beberapa penelitian cenderung untuk

mendukung keberadaan komite audit karena meningkatkan kualitas pelaporan

keuangan. Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari Komite

Audit tersebut sudah tentu bahwa keberadaan Komite Audit menjadi sangat

penting sebagai salah satu perangkat utama dalam penerapan Good Corporate

Governance.

Saat ini korporasi dan pemerintah harus mengambil bagian tanggung

jawab atas kelestarian lingkungan dan kondisi sosial, memasukkan kedua isu

tersebut dalam laporan tahunan (Annual Report), memikirkan kemungkinan

perpaduan laporan keuangan dan laporan pertanggungjawaban sosial korporasi,

berambisi menanamkan kesadaran baru investor dan pasar modal tentang konsep

investasi sadar lingkungan dan tidak merusak kondisi sosial (Agoes dan Hoesada,

2009:172).

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa aktivitas CSR tidak dapat

(17)

6

BAB I PENDAHULUAN

faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR sudah banyak dilakukan. Ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan profil industri berkorelasi positif dengan

pengungkapan informasi CSR (Haniffa et.al., 2005; Sembiring, 2005; Sayekti,

2006; Anggraini, 2006). Faktor-faktor corporate governance juga dikorelasikan

dengan tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan.

Ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan

struktur kepemilikan berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa

et.al, 2000; Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti dan Wondabio, 2007).

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh karakteristik

Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dilakukan terhadap perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini diberi judul “Pengaruh

Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan

Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)“.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi pokok–pokok masalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran dewan komisaris memengaruhi pengungkapan CSR sektor

pertambangan di Indonesia?

2. Apakah komposisi dewan komisaris independen memengaruhi pengungkapan

(18)

7

BAB I PENDAHULUAN

3. Apakah frekuensi rapat dewan komisaris memengaruhi pegungkapan CSR

sektor pertambangan di Indonesia?

4. Apakah ukuran komite audit memengaruhi pengungkapan CSR sektor

pertambangan di Indonesia?

5. Apakah independensi komite audit memengaruhi pengungkapan CSR sektor

pertambangan di Indonesia?

6. Apakah frekuensi rapat komite audit memengaruhi pengungkapan CSR

sektor pertambangan di Indonesia?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sudah

disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR

sektor pertambangan di Indonesia.

2. Menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap

pengungkapan CSR sektor pertambangan di Indonesia.

3. Menguji pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap pengungkapan

CSR sektor pertambangan di Indonesia.

4. Menguji pengaruh ukuran komite audit terhadap pengungkapan CSR pada

sektor pertambangan di Indonesia.

5. Menguji pengaruh independensi komite audit terhadap pengungkapan CSR

pada sektor pertambangan di Indonesia.

6. Menguji pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap pengungkapan CSR

(19)

8

BAB I PENDAHULUAN

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran mengenai pentingnya keberadaan komite audit dan dewan komisaris

dalam penerapan GCG di perusahaan untuk menghindari adanya penyimpangan

(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan bantuan dari software SPSS 17.0 for windows, yaitu dengan metode regresi berganda serta pembahasan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab identifikasi masalah dari penelitian ini. 1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris (UKOM) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pengungkapan CSR (CSRDI). Hal ini dapat disebabkan karena jumlah anggota Dewan Komisaris yang dimiliki perusahaan dalam mekanisme

good corporate governance hanya sebagai formalitas untuk memenuhi Peraturan pemerintah tanpa memperhatikan komposisi, kemampuan, dan integritas anggota sehingga tidak dapat mencapai transparansi dan pengungkapan CSR yang lebih luas.

2. Variabel Indepedensi Dewan Komisaris (INKOM) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dapat disebabkan karena pemilihan dan pengangkatan Komisaris Independen yang kurang efektif sehingga tidak dapat memperluas pengungkapan CSR.

(21)

86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dan mengesampingkan kepentingan perusahaan.

4. Variabel Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal tersebut disebabkan karena Komite Audit tersebut dibentuk hanya berfungsi sebagai formalitas untuk memenuhi peraturan Bapepam tanpa mempertimbangkan efektivitas dan kompleksitas perusahaan sehingga tidak dapat mencapai pengungkapan CSR yang lebih luas.

5. Variabel Independensi Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini bisa terjadi karena hampir semua Komite Audit perusahaan diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan itu sendiri, sehingga memungkinkan di dalam pengambilan keputusan menjadi tidak independen, sehingga tidak dapat mencapai pengungkapan CSR yang lebih luas.

(22)

86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Perusahaan sebaiknya memiliki tata kelola (good corporate governance) yang baik melalui pembentukan Dewan Komisaris dan Komite Audit yang efektif agar memiliki pengungkapan CSR yang lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas periode pengamatan, memakai jenis perusahaan sampel selain perusahaan tambang, mempertimbangkan variabel lainnya di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga akan lebih dapat menggambarkan pengungkapan CSR di Indonesia.

(23)

88

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno,. dan Hoesada, Jan. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Akuntan Indonesia. 2007. Prospek CSR Menggembirakan. www.iaiglobal.or.id. Diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta). SimposiumNasional Akuntansi 9. Padang.

Arens, Alvin.A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Services. Twelfth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Diterjemahkan Oleh Herman Wibowo. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.

Azhari, Kusumawati, S. 2007. Norma Hukum Bisnis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan . Jurnal Sosioteknologi, 12(6), hal 289-292.

Badan Pengawas Lingkungan Hidup (BPLH). 2012. www.bplhjabar.co.id. Diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

Bapepam, 2000. Surat Edaran Bapepam. No.SE-03/PM/2000 Tentang Komite Audit.

Bapepam, 2000. Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Pembinaan BUMN.

Kep-23/PBUMN/2000.

Bapepam, 2003. Surat Edaran Bapepam. Kep-103/MBU/2002 Tentang Keberadaan Komite Audit.

Bapepam, 2004. Surat Keputusan Ketua Bapepam. Kep-29/PM/2004 Tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

BUMN, 2002. Surat Keputusan BUMN. Nomor KEP-117/M-MBU/2002 Tentang

Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.

Fajri, Mohamad. 2006. Corporate Social Responsibility. Sinar Harapan..

http://www.sinarharapan.co.id. Diakses pada tanggal 5 April 2012.

(24)

89

Ghozali, Imam, 2009. Analisis multivariate Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Ginting, Jamin.(2007). Tinjauan Yuridis Terhadap Corporate Social Responsibility

(CSR) Dalam Good Corporate Governance (GCG). Lex Jurnalica,5 (1)

Desember.

Global Reporting Initiatives (GRI). 2012. Sustainability Reporting Guidelines.

www.globalreporting.org. Diakses tanggal 9 April 2012.

Haniffa, R. dan Cooke, T. 2000. Culture Corporate Governance and Disclosures in Malaysian Corporations, Abacus. No.3. Vol. 38.

. 2005. The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy. No. 24, pp. 391-430.

Hasibuan, Rizal. 2001. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Sosial. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Indonesian Institute for Corporate Governance. 2000. Pengertian Good Corporate Governance. www.iicd.or.id. Diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

Kelana, dan Wijaya, C. 2005. Riset Keuangan: Pengujian Empiris. Jakarta: Gramedia.

Kiswanto. 2011. Good Corporate Governance dan Market Capitalization dengan Variabel Moderating Corporate Social Responsibility Disclosure (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI). Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, 1(2), hal.97-106.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance 2006. www.governance-indonesia.or.id. Diakses pada tanggal 5 April 2012.

Laporan Tahunan Perusahaan. 2012. Annual Report. www.idx.co.id. Diakses tanggal 9 April 2012

M, Yessy. 2007. Jalan Panjang Audit Lingkungan. Akuntan Indonesia. Edisi No.3 Tahun 1, hal 9-10.

(25)

90

Pratolo, Suryo. 2007. Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia.

Simposium Nasional AkuntansiX. Makasar.

Rini Budi, U., dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Manufakur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional. Yogyakarta.

Said,R., Zainuddin,Y., dan Haron,H.,. 2009. The Relationship between Corporate Social Responsibility Disclosure and Corporate Governance Characteristic in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal, 5(2), pp.212-126.

Sayekti, Yosefa. 2006. Corporate Governance sebagai Faktor Determinan

Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility dalam Annual Report Perusahaan. Tugas Mata Kuliah Seminar Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sayekti, Yosefa dan Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.

Setyawan, Ari, 2006. Hubungan Antara Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan. Yogyakarta: UII.

Sinaga, Andriyati, M. 2011. Pengaruh elemen Good Corporate Governance

terhadap Pelaporan Corporate Social Responsibility pada Sektor Perbankan di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Suaryana, A. 2007. Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Udayana, Denpasar.

Supranto, J. 2007. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Suripto, B. 1999. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Luas

Pengungkapan CSR. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

(26)

91

Tim Studi Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam mengenai Corporate Governance. 2006. Studi Penerapan Prinsip-prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam mengenai Corporate Governance. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.

Tugiman, Hiro. 1995. Pandangan Baru Internal Auditing. Yogyakarta: Kanisius.

Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Waryanto. 2010. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho

Publishing.

Yintayani, Nyoman, N. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009). Tesis. Universitas Udayana, Denpasar.

Yunita, R., dan Andri, P. 2010. Pengaruh Karakteristik GCG terhadap Pelaporan CSR. SkripsiFakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this study is to show one’s reactions toward the existing socio-cultural and political situation in his or her life as seen Pelagea Nilovna,

2.1 Be able to respond to the meaning on the monolog text using spoken language varieties accurately, fluently, and acceptably in the daily life context in form of: report,

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017.. Metode :

Kemampuan dalam memahami landasan dan ketentuan hukum perasuransian dapat mewujudkan keterampilan mahasiswa terhadap berbagai perkembangan hukum dan lembaga

Consensus building stakeholders untuk menyepakati program kolaborasi untuk penguatan budaya mutu. Program peer-mentoring dengan melibatkan community of practices

Motivated by the recent development of map-based graphical password schemes, we conducted a two-phase user study with 60 participants to investigate the issue of multiple

Menurut UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi konkrit (Bovee, 1997). Pada dunia pendidikan di universitas