• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Mutu Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) Pada Perbandingan Air dengan Hancuran Ubi Talas dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Mutu Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) Pada Perbandingan Air dengan Hancuran Ubi Talas dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN

KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT

SKRIPSI

OLEH :

FARHANDI SAPUTRA NIM. 1111205045

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

(2)

ii

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN

KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

OLEH :

FARHANDI SAPUTRA NIM. 1111205045

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

(3)

iii

Farhandi Saputra. 1111205045.2015.Karakteristik Mutu Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) pada Perbandingan Air dengan Hancuran Ubi Talas dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit. Di bawah bimbingan Ir. Amna Hartiati, MP. dan Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi H, MP.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pengaruh perbandingan air dan ubi talas serta konsentrasi natrium metabisulfit sebagai larutan perendam terhadap mutu pati ubi talas, 2) Mengetahui karakteristik mutu pati ubi talas terbaik yang dibuat dari perlakuan perbandingan air dan hancuran ubi talas dan konsentrasi natrium metabisulfit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial. Faktor pertama yaitu perbandingan air dan hancuran ubi talas kupas yang terdiri dari 3 level yaitu: 2:1, 3:1, 4:1, dan faktor kedua yaitu konsentrasi natrium metabisulfit yang terdiri atas 3 level yaitu:0%,0,2%,0,3%. Masing-masing perlakuan dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan waktu pelaksanaan. Variabel yang diamati yaitu kadar air, kadar pati, amilosa, uji organoleptik, dan rendemen. Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan uji indeks efektivitas.Perlakuan perbandingan air dan hancuran ubi talas serta konsentrasinatrium metabisulfitberpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar amilosa pati ubi talas sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Perbandingan air dan natrium metabisulfit serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar pati dan rendemen karakteristik pati ubi talas. Perlakuan konsentrasi natrium metabisulfit 0,3 % dan perbandingan air dan ubi talas 4:1 memiliki karakteristik mutu pati ubi talas terbaik dengan karakteristikkadar air 8,87 % ; kadar pati 65,23 % ; kadar amilosa 15,75 %, uji perbandingan jamak 3,84 (sama dengan referensi) dan rendemen 21,58 %.

(4)

iv

Farhandi Saputra. 1111205045. 2015.Characteristics QualityofTaro Starch(Colocasia esculenta)at Ratio of Water andTaro and Concentration of Sodium Metabisulphite. Supervised by Ir. Amna Hartiati, MP. and Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi H, MP.

ABSTRACT

This research were aimed to 1) find out the effect of comparison between wate rand taro and sodium metabisulphite consentration as marinade solutionon the quality of taro starch, 2) to find out the best characteristic of taro starch based on comparison of water and taro and sodium metabisulphite consentration as marinade solution.This study used a factorial Randomized Block Design with factorial pattern. The first factor was the comparison of water and taro consists of 3 levels namely 2:1, 3:1 and 4:1 and the second factor was concentration of sodium metabisulphite consetration consists of 3 levels namely 0 %, 0.2% and 0.3%. Each treatment grouped into two based on the time implementation. Variables observed were water content, starch content, amilosa, organoleptic test and yield. The best treatment was determined with effectiveness index. The results showed that the comparison of water and taro and sodium metabisulphite consentration as marinade solution had high significantly effect on water content and amilosa content at characteristic of taro starch, while its interaction was not significant. Comparison of water and sodium metabisulphite substance and its interaction had significantly effect on starch content of taro and its yield. The treatment concentration of sodium metabisulphite 0.3 % and comparison water and taro 4:1 obtained the best quality of taro starch with 8.87 % water content, 65.23 % starch content, 15.75 % amilosa content, 3.84 multiple comparison test (near to refrence) and 21.58 % yield.

(5)

v

RINGKASAN

Golongan umbi-umbi mayor secara umum telah banyak diaplikasikan untuk

kebutuhan industri seperti ubi kayu untuk produksi tapioka.

Sedangkanpemanfaatan golongan umbi minor belum banyak di kalangan industri

seperti talas hanya untuk keripik talas. Talas dengan kadar pati tinggi bisa

dimanfaatkan sebagai bahan baku gula cair.

Talas terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu

putih, kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya. Di

Malang, banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang

memiliki rasa enak dan tekstur yang pulen. Pengolahan untuk memperpanjang

umur simpan talas, talas dapat dibuat menjadi tepung. Talas memiliki potensi

untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan karena memiliki

kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Rendemen yang bisa

didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28,7% (Syarifa dan Estiasih,

2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan air dan

hancuran ubi talas serta konsentrasi natrium metabisulfit sebagai larutan

perendam terhadap mutu pati ubi talas dan mengetahui karakteristik mutu pati ubi

talas terbaik yang dibuat dari perlakuan perbandingan air dan hancuran ubi talas

dan konsentrasi natrium metabisulfit..

Percobaan ini merupakan percobaan faktorial 2 faktor menggunakan

rancangan acak kelompok (RAK). Faktor I perbandingan air dan hancuran berat

ubi talas terdiri dari 3 level yaitu : A1 = 2 : 1 ( v/ b ), A2 = 3 : 1 ( v/b ), A3 = 4 : 1

(6)

vi

Faktor II yaitu :Konsentrasi natrium metabisulfit dari 3 level yaitu :M0 = 0%,M2

= 0,2 %, M3 = 0,3 %. Dengan demikian diperoleh 3 x 3 = 9 perlakuan

konsentrasi. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali sehingga

diperoleh 18 unit percobaan. Data obyektif dianalisis dengan sidik ragam dan

dilanjutkan dengan uji Duncan, sedangkan data subyektif dianalisis dengan

Friedman test

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : kadar air (AOAC,

1995), kadar pati dengan metode Nelson-Somogyi, kadar amilosa (AOAC, 1984),

uji perbandingan jamak warna (Soekarto, 1985), rendemen (AOAC, 1990) dan uji

efektifitas (De Garmo et al., 1984)

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan air dan

hancuran ubi talas serta konsentrasi natrium metabisulfit sebagai pemutih

berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kadar amilosa terhadap

karakteristik mutu pati ubi talas sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Penambahan air dan natrium metabisulfit dan interaksinya berpengaruh sangat

nyata terhadap kadar pati ubi talas dan rendemen pati ubi talas. natrium

metabisulfit 0,3 % dan perbandingan air dan ubi talas 4:1 memiliki karakteristik

mutu pati ubi talas terbaik berdasarkan uji indeks efektifitas dengan karakteristik

kadar air 8,87 % ; kadar pati 65,23 % ;Kadar Amilosa 15,75 % ; uji perbandingan

(7)
(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Farhandi Saputra, dilahirkan di Denpasar pada 18 Februari 1993. Penulis

merupakan putra pertama dari pasangan Ir. Burhanuddin dan Farida Azis BSC.

Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah 3

Denpasar dari tahun 1999 sampai 2005 kemudian melanjutkan sekolah menengah

pertama di SMP PGRI 3 Denpasar dari tahun 2005sampai 2008 Penulis kemudian

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah atasdi SMA PGRI 2

Denpasar dari tahun 2008 sampai 2011. Melalui jalur Penelusuran Minat dan

Kemampuan (PMDK), penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Udayana tahun 2011 dan masuk pada Jurusan Teknologi

Industri Pertanian.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

baik sebagai panitia pelaksanaan maupun sebagai panitia pengarah. Penulis juga

aktif dalam organisasi kemahasiswaan mulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Allah SWT / Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, tugas akhir yang berjudul

“Karakteristik Mutu Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) pada

Perbandingan Air dengan Hancuran Ubi Talas dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam

menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

Penulis telah mendapatkan banyak bantuan, doa dan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Amna Hartiati, MP. Dan Prof Dr. Ir. Bambang Admadi H, MP. selaku

dosen pembimbing I dan II yang telah banyak memberi bimbingan, arahan,

saran, dan masukan pada penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Dewa Gede Mayun Permana, MS. Selaku Dekan Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

3. Ibu Ir. Amna Hartiati, MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

4. Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun

material, motivasidan doa dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Bapak/Ibu dosen, Kepala Laboran beserta staf, seluruh pegawai Fakultas

(10)

x

6. Teman-teman angkatan 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014, serta semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis.

Tentunya apa yang penulis kemukakan dalam skripsi ini sangat terbatas dan

belumlah sempurna. Maka dari itu, penulis mohon saran maupun kritik yang

bertujuan memperbaiki dan bersifat membangun dari pembaca sekalian yang

nantinya dapat berguna bagi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bukit Jimbaran, 15 September 2015

Penulis

(11)
(12)

xii

2.3 Pembuatan Pati... 7

2.4 Bahan Pemutih... 9

2.4.1 Natrium Metabisulfit ... 9

2.4.2 Natrium Phryophospate ... 10

2.4.3 Sodium Hipoklorit ... 10

2.4.4 Hidrogen Peroksida...11

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.2.1 Alat ... 13

3.2.2 Bahan ... 13

3.3 Rancangan Percobaan ... 13

3.4 Pelaksanaan Percobaan ... 14

3.5 Variabel yang Diamati ... 16

3.5.1 Kadar Air ... 16

3.5.2 Kadar Pati ... 16

3.5.3 Kadar Amilosa ... 17

3.5.4 Uji Perbandingan Jamak ... 18

3.5.5 Rendemen ... 19

3.5.6 Uji Efektifitas...19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Pati Ubi Talas... 20

4.2 Kadar Pati Ubi Talas ... 21

(13)

xiii

4.4 Uji Perbandinan Jamak...23

4.5 Rendemen Pati Ubi Talas...24

4.6 Hasil Uji Efektifitas Pati ubi Talas...25

V. PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 27

5.2Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Komposisi zat yang terkandung dalam 100 g Talas ... 4

2. Syarat mutu tepung singkong menurut SNI 01-2997-1992 ... 5

3. Skor Uji Perbandingan Jamak... 21

4. Nilai rata rata kadar Air (%) pati ubi talas ... 20

5. Nilai rata rata Kadar pati (%) pati ubi talas ... 21

6. Nilai rata-rata kadar amilosa (%) pati ubi talas... 22

7. Nilai rata-rata uji pembanding jamak (%) pati ubi talas ... 23

8. Nilai rata rata rendemen (%) pati ubi talas ... 24

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Tanaman talas ... 5

2. Ubi talas ... 5

3. Rumus bangun amilosa ... 7

4. Rumus bangun amilopektin...7

5. Digram alir pembuatan pati ubi talas...11

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner uji duo trio ... 31

2. Kuesioner uji pembanding jamak warna ... 32

3. Kuesioner efektifitas ... 34

4. Analisis data kadar air pati ubi talas ... 35

5. Analisis data kadar pati ubi talas... 41

6. Analisis data kadar amilosa pati ubi talas...48

7. Analisis data uji pembanding jamak warna ... 54

8. Analisis data rendemen pati ubi talas ... 55

9. Analisis data uji efektivitas ... 67

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak tanaman umbi-umbian. Golongan umbi umbian

ada 2 yaitu umbi umbian golongan mayor seperti ubi kayu dan ubi jalar.

Kemudian umbi umbian golongan minor seperti talas, gadung, suweg, uwi,

gembili.Golongan umbi-umbi mayor secara umum telah banyak diaplikasikan

untuk kebutuhan industri seperti ubi kayu untuk produksi tapioka, sedangkan

pemanfaatan golongan umbi minor belum banyak di kalangan industri sepeerti

talas hanya untuk keripik talas. talas dengan kadar pati tinggi bisa dimanfaatkan

sebagai bahan baku gula cair.

Talas terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu

putih, kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya. Di

Malang, banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang

memiliki rasa enak dan tekstur yang pulen. Pengolahan untuk memperpanjang

umur simpan talas, talas dapat dibuat menjadi tepung. Talas memiliki potensi

untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan karena memiliki

kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Rendemen yang bisa

didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28,7% (Syarif dan Estiasih,

2013).

Permasalahan penelitian sebelumnya (Hartiati dan Yoga, 2014), pati talas

yang dihasilkan mempunyai rendemen yang rendah yaitu 13% dengan warna pati

yang masih kuning kecoklatan. Dalam penelitian tersebut pembuatan pati ubi

(18)

2

et al. (2014), banyaknya pelarut air mempengaruhi luas kontak padatan dengan

pelarut air sehingga distribusi pelarut air ke padatan akan semakin besar.

Meratanya distribusi pelarut ke padatan akan memperbesar rendemen yang

dihasilkan. Beberapa penelitian tentang natrium metabisulft adalah (Husniati dan

Adi, 2010) menggunakan bahan pemutih natrium metabisulfit dengan perlakuan

0%, 0,1%,0,2%, 0,5%, 1,0% dengan perlakuan terbaik 0,2% untuk tepung

tapioka, sedangkan penelitian lainnya Rahman (2007) menggunakan bahan

pemutih natrium metabisulfit dengan perlakuan 0%, 0,075%, 0,150%, 0,225 \%,

0,3% dengan perlakuan terbaik 0,3% g untuk 1 kg pati biji alpukat.

Dari penelitian-penelitian tersebut maka akan dilakukan pembuatan pati ubi

talas dengan perbandingan air dan ubi talas 2 : 1 hingga 4 : 1 dengan bahan

pemutih menggunakan natrium metabisulfit 0,2 % natrium metabisulfit 0,3 % dan

tanpa bahan natrium metabisulfit sebagai kontrol.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh perbandingan air dan hancuran ubi talas serta

konsentrasi natrium metabisulfit terhadap karakteristik mutu pati ubi talas?

2) Pada perbandinganair dan hancuran ubi talas serta konsentrasi natrium

metabisulfit manakah didapatkan karakteristik mutu pati ubi talas yang

terbaik?

1.3Hipotesis

1) Pada perbandingan air dan hancuran ubi talas serta konsentrasi natrium

(19)

3

2) Pada perlakuan perbandinganair dan hancuran ubi talas serta konsentrasi

natrium metabisulfit tertentu didapat karakteristik mutu pati ubi talas terbaik

1.4 Tujuan Penelitan

1) Mengetahui pengaruh perbandinganair dan hancuran ubi talas dan

konsentrasi natrium metabisulfit terhadap karakteristik mutu pati ubi talas.

2) Mengetahui karakteristik mutu pati ubi talas terbaik yang dibuat dari

perlakuan perbandingan air dan hancuran ubi talas dan konsentrasi natrium

metabisulfit.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi dan informasi ilmiah

mengenai pengaruh pembanding air dan hancuran ubi talas dan konsentrasi

(20)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Talas

Tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara selanjutnya talas

menyebar ke Cina, Jepang, daerah Asia Tenggara dan beberapa pulau di

Samudera Pasifik kemudian terbawa oleh migrasi penduduk ke Indonesia. Di

Indonesia talas biasa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dari permukaan laut.tanaman ini

berperawakan tegak dengan tinggi 1 m atau lebih. Talas merupakan tanaman

pangan yang berupa herbal dan merupakan tanaman semusim atau tanaman

sepanjang tahun (Purwono dan Heni, 2007).

Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN).Sistem

perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis

bermacam-macam.berat umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat,

berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati,

lembaran daunnya 20-50 cm panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 ( m )

panjangnya, warna pelepah bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas

tongkol, seludang dan tangkai (Faizar H, 1991).Karakteristik tanaman talas

adalah, memiliki perakaran liar, berserabut dan dangkal.Batang yang tersimpan

dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder (membulat), umumnya berwarna

cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat diatas lampang daun

tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon). Daun memerisai dengan tangkai

(21)

5

Talas merupakan bahan pangan yang rendah lemak, bebas gluten dan

mudah dicerna sehingga berguna dalam berbagai hidangan.Tanaman talas juga

merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup

strategis dan memiliki fungsi utama sebagai obat yang bermanfaat dalam

menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya penyakit kankerBeberapa

varietas talas dikarakterisasi penampakan umbinya, beratnya serta dihitung

rendemennya. Pengamatan karakter umbi pada saat panen meliputi bentuk umbi,

warna kulit umbi, warna daging umbi panjang umbi dan berat umbi.Karakter

umbi talas yang diamati menurut deskriptor plasma nutfah talas (Minantyorini dan

Somantri, 2002).

Komposisi zat yang terkandung dalam 100 g talas, menurut Rawuh (2008),

dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam 100 g Talas

Komponen Satuan Talas Mentah

(22)

6

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schoot

Gambar 1. Tanaman talas Gambar 2. Ubi talas

2.2 Pati Ubi Talas

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,

berupa bubuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama

yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai

produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati dapat dibuat dari tumbuhan

singkong (ubi kayu), ubi jalar, kentang, jagung, sagu, dan lain-lain(Widowati,

2001).

Granula pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan

airpanas.Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut

amilopektin (Winarno, 2002).Di alam, lebih banyak ditemukan pati berstruktur

(23)

7

Kedua tipe tersebut dapat dipisahkan, yaitu dengan melarutkannya di dalam air

mendidih, amilosa akan mengendap sedangkan amilopektin membentuk koloid

yang kalau dibiarkan akan menarik air dan terbentuk pasta (Hawab, 2004). Karena

belum adanya syarat mutu tentang pati ubi talas maka digunakan syarat mutu pati

singkong yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 .Syarat mutu tepung singkong menurut SNI 01-2997-1992

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

10 Bahan Tambahan Pangan Sesuai SNI 01- 0222-1995

Sumber : SNI 01-2997-1992

2.2.1 Amilosa

Kadar amilosa yaitu banyaknya amilosa yang terdapat di dalam granula

(24)

8

karakteristik pasta pati. Pati yang memiliki amilosa yang tinggi mempunyai

kekuatan ikatan hidrogen yang lebih besar karena jumlah rantai lurus yang besar

dalam granula, sehingga membutuhkan energi yang besar untuk gelatinisasi

(Sunarti dkk., 2007). Menurut Taggart (2004), amilosa memilki kemampuan

membentuk kristal karena struktur rantai polimernya yang sederhana. Strukturnya

yang sederhana ini dapat membentuk interaksi molekular yang kuat.Interaksi ini

terjadi pada gugus hidroksil molekul amilosa.

2.2.2 Amilopektin

Amilopektin merupakan polisakarida bercabang bagian dari pati, terdiri

atas molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui ikatan

1,4-glikosidik dengan percabangan melalui ikatan 1,6-1,4-glikosidik pada setiap 20-25

unit molekul glukosa. Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut

dalam air dan mempunyai berat molekul antara 70.000 sampai satu juta.

Amilopektin dengan iodium memberikan warna ungu hingga merah atau asam

dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai

menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan dan hasilnya adalah

glukosa (Lehninger, 1988). Pada dasarnya, struktur amilopektin sama seperti

amilosa, yaitu terdiri dari rantai pendek α-(1,4)- D-glukosa dalam jumlah yang

besar. Perbedaannya ada pada tingkat percabangan yang tinggi dengan ikatan α

-(1,6)-D-glukosa dan bobot molekul yang besar. Amilopektin juga dapat

membentuk kristal, tetapi tidak sereaktif amilosa. Hal ini terjadi karena adanya

(25)

9

Gambar 3.Struktur Amilosa (Hart 1987)

Gambar 4.SturkturAmilopektin (Hart 1987)

2.3 Pembuatan Pati

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun.Talas termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae).talas merupakan tanaman semusim atau

sepanjang tahun. Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara,

menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara

lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi

penduduk. Berabad-abad yang lalu, talas merupakan makanan pokok di Asia dan

Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, talas digunakan sebagai makanan tambahan.

Umbi talas digunakan untuk berbagai macam masakan.Talas merupakan

tumbuhan penghasil umbi, populer ditanam terutama di wilayah Indonesia bagian

barat. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar

dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m baik liar maupun di tanam.

Dewasa ini bahan pokok beras sudah sangat mahal, untuk menanggulangi

(26)

10

yang bernilai ekonomis.Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pati

adalah baskom, lap, saringan, tempeh, parutan umbi talas, garam, dan air dengan

langkah pembuatan pati sebagai berikut(Puriartini 2011). Dapat dilihat Gambar 5

1) Umbi talas dikupas dari kulitnya.

2) Umbi talas dengan air bersih.

3) Umbi talas direndam dengan air selama 10 menit

4) Garam ditambakan dan biarkan selama 15 menit

5) Talas yang sudah direndam hingga menjadi bubur.

6) Hasil parutan dimasukan kedalam baskom, kemudian dimasukkan air.

Perandingan ubi talas dengan air adalah 1:2

7) Ubi talas disaring , hingga didapatkan sari patinya.

8) Setelah didapatkan ampasnya, kemudian diperas kembali ampasnya,agar

keluar sari patinya, namun jangan dibuang ampasnya karena masih bisa

digunakan.

9) Sari patinya dibiarkan mengendap selama 1 hari

10) Setelah didiamkan selama 1 hari maka cairan yang terdapat diatasnya

dibuang.

11) Endapan dibawahnya tersebut dijemur.

12) Pati ubi talas yang sudah kering, siap diolah menjadi berbagai macam

(27)

11

Gambar 5. Diagram alir pembuatan pati ubi talas (Puriartini 2011) Ubi Talas

Pengupasan

Pencucian

Pemarutan

Pemerasan

Penyaringan

Pengendapan

Penirisan

Pengeringan

Penumbukan

Pengayakan

Pati Ubi Talas

(28)

12

2.4 Bahan Pemutih

2.4.1 Natrium Metabisulfit

Menurut Chichester dan Tanner (1972), Natrium metabisulfit merupakan

bahan pengawet anorganik yang termasuk dalam golongan ‘Generally Recognized

As Safe’ (GRAS), artinya bahan pengawet ini aman untuk digunakan pada bahan

pangan sesuai dengan batas konsentrasi yangdiijinkan.

Natrium metabisulfit (Na2S2O5) merupakan salah satu garam sulfit

berupa kristal atau bubuk berwarna putih yang mudah larut dalam air serta berbau

sulfit (SO2). natrium metabisulfit merupakan inhibitor yang kuat untuk mencegah

terjadinya browning, pertumbuhan bakteri, dan sebagai antioksidan (Philip, 2010).

Menurut Braverman (1963), mekanisme penghambatan reaksi pencoklatan

non enzimatis oleh senyawa sulfit adalah reaksi antara bisulfit dengan gugus

aldehid dari gula sehingga gugus aldehid tersebut tidak mempunyai kesempatan

untuk bereaksi dengan asam amino. Dengan demikian sulfit mencegah konversi

D-glukosa menjadi 5-hidroksi-metil-2-furfural (HMF). Senyawa ini merupakan

senyawa antara yang akan bereaksi dengan gugus amino dari protein atau asam

amino membentuk pigmen coklat melanoidin.

2.4.2 Natrium Phirophosphate

Natrium pyrophospat merupakan bahan yang dapat berfungsi sebagai

penghambat reaksi pencoklatan, terutama sebagai pengikat logam terutama besi

dan tembaga juga sebagai anti oksidan, sehingga natrium pyrophospat sangat

efektif mencegah terjadinya perubahan warna dari makanan selama persiapan

maupun penyimpanan. Mekanisme reaksi pencegahan pencoklatan oleh Natrium

(29)

13

dengan pH = 4,1 larut dalam air, sebagai pengikat logam besi dan tembaga, serta

penggunaannya sebagai pengasam, buffer (Winarno,1992).

2.4.3 Sodium Hipoklorit

Sodium hipoklorit sebagai desinfektan dapat mengurangi mikroorganisme

yang melekat pada gigi tiruan (David dan Munadziroh, 2005).Sodium hipoklorit

adalah senyawa kimia dengan rumus NaOCl. Natrium hipoklorit, umumnya

dikenal sebagai pemutih, sering digunakan sebagai desinfektan atau pemutih

(Hutasoit,2010). Hipoklorit pertama kali diproduksi tahun 1789 di Javel, Perancis,

oleh klorin melewati gas melalui larutan natrium karbonat. Cairan yang

dihasilkan, yang dikenal sebagai "Eau de Javel" atau "Javel air" adalah solusi

yang lemah natrium hipoklorit. Namun, proses ini sangat tidak efisien dan metode

produksi alternatif dicari. Salah satu metode tersebut melibatkan ekstraksi

diklorinasi kapur (yang dikenal sebagai bubuk pemutih) dengan natrium karbonat

untuk menghasilkan tingkat rendah yang tersedia klorin. Metode ini umumnya

digunakan untuk menghasilkan solusi hipoklorit untuk digunakan oleh rumah

sakit sebagai antiseptik yang dijual di bawah nama dagang Eusol dan Dakin

solusi.

2.4.4 Hidrogen Peroksida

Dalam penggunaannya efek pemutihan yag cukup baik hanya diperoleh

dengan larutan hidrogen peroksida yang cukup kuat (Young,1980). Hidrogen

peroksida adalah cairan tidak berwarna dengan titik didih 152.1 0C. Mirip air

dalam sifat fisikadan bahkan jauh lebih banyak bergabung melalui ikatan hidrogen

dan 40 % lebih padat dari H2O2 .Hidrogen peroksida memiliki tetapan dielektrik

(30)

14

pengoksidasiannya yang kuat dan kemudahannya terdekomposisi. Hidrogen

peroksida ( H2O2 ) berperilaku sebagai suatu zat pereduksi hanya terhadap zat

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam 100 g Talas
Tabel 2 .Syarat mutu tepung singkong menurut SNI 01-2997-1992
Gambar 3.Struktur Amilosa (Hart 1987)
Gambar 5. Diagram alir pembuatan pati ubi talas (Puriartini 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaCl dan rasio air dengan bahan serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik mutu pati

konsentrasi dan lama perendaman natrium metabisulfit, terhadap sifat kimia dan. fisik tepung

WENNI FRISNAWATI SIREGAR: Pengaruh Perbandingan Ubi Jalar Ungu dengan Air dan Konsentrasi Starter terhadap Mutu Minuman Probiotik Sari Ubi jalar Ungu, dibimbing oleh SENTOSA

“Pengaruh Perbandingan Ubi Jalar Ungu dengan Air dan Konsentrasi Starter terhadap Mutu Minuman Probiotik Sari Ubi Jalar Ungu”.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap residu sulfit pati biji alpukat yang dihasilkan dapat dilihat

Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa interaksi perbandingan pati talas dengan pati kentang dan jumlah air adonan memberikan pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan, kombinasi perlakuan konsentrasi dan lama perendaman natrium metabisulfit berpengaruh terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak dan

Pada Tabel 3.1 kadar air pati dari umbi talas nilainya lebih besar dibandingkan dengan kadar air pati dari tepung talas maupun pati modifikasi, hal ini disebabkan