Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu proses transformasi, yaitu upaya untuk
membimbing manusia agar menjadi manusia yang memiliki kepribadian,
berdaya dan berguna, dan mampu berkompetisi dalam mempertahankan
kehidupannya.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional memiliki
3 substansi pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan
pendidikan informal. Ketiga jalur pendidikan diatas saling melengkapi dalam
upaya meningkatkan mutu sistem pendidikan nasional. Pendidikan formal
terdapat pada lingkungan persekolahan, mulai dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang terorganisasi dan sistematis yang dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan anak usia dini,
pendidikan kecakapan hidup (life skills), pendidikan kepemudaan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan, pendidikan pemberdayaan perempuan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan warga
belajar. Dilihat dari penyelenggaraannya pendidikan nonformal terbagi atas
satuan pendidikan.
Pendidikan merupakan indikator sebuah kemajuan bangsa yang tentunya
sangat menentukan daya saing bangsa. Faktanya sampai saat ini masih
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
penunjang pendidikan antar daerah. Kesenjangan inilah yang menjadi faktor
utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Faktor penyebab kesenjangan
pendidikan bukan hanya sarana dan prasarana yang belum memadai tetapi yang
sangat berpengaruh adalah sumber daya manusia. Sebagai pelengkap,
pendidikan nonformal sangat berperan dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Pendidikan nonformal memiliki satuan pendidikan sehingga
diharapkan satuan pendidikan nonformal dapat berperan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam UUD tahun 1945.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 tentang Pendidikan
Nonformal menyatakan bahwa “satuan pendidikan nonformal terdiri atas
sanggar seni, lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis lainnya”.
Pendidikan nonformal memiliki satuan pendidikan yang salah satunya
adalah pelatihan yang berfungsi menambah pengetahuan, keahlian dan perilaku
dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Jadi dapat diketahui bahwa
program pelatihan sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu dan kualitas
hidup seseorang, sehingga manusia dapat berdaya guna dalam mempertahankan
dan mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pelatihan dirancang dan diadakan untuk meningkatkan kinerja seseorang
yang sebelumnya belum maksimal, atau bahkan mengadakan keterampilan baru
yang sebelumnya belum pernah dimiliki seseorang. Atmowirio (dalam
Andriyani, 2013: 2) mengkaji pelatihan dan menyimpulkannya sebagai berikut:
(1) pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan
berbagai keahlian, pengetahuan, pengalaman, yang berarti perubahan sikap. (2)
3
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan
dan prilaku secara spesifik berkaitan dengan pekerjaan. (3) pelatihan berkenaan
dengan perolehan keahlian-keahlian tertentu yang diarahkan untuk membantu
pegawai-pegawai dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka pada saat
ini dengan lebih baik.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan proses
belajar dalam meningkatkan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor
(skills) manusia terhadap kehidupan dan pekerjaannya sebagai anggota
masyarakat, organisasi atau kelompok.
Menurut Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974:
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Sesuai dengan definisi diatas, suatu pelatihan harus sesuai dengan
kebutuhan sasaran. Artinya program pelatihan yang diberikan sesuai dengan
keinginan atau kompetensi yang benar-benar sasaran butuhkan. Sebagai contoh:
jika sasaran membutuhkan kemampuan (skills) dalam mengoperasikan
komputer maka pelatihan yang diberikan adalah pelatihan mengenai seluruh
sistem perangkat komputer baik hardware maupun software. Untuk memenuhi
kebutuhan dan dengan melihat pengalaman sasaran, maka kita dapat merancang
pengelolaan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran atau warga
belajar.
Di Indonesia istilah hypnosis masih dianggap tabu oleh banyak orang,
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
sedikit orang yang mengaku pernah menjadi korban kejahatan hipnotis. Dalam
pengucapan kata pun masih keliru antara hypnosis dengan hipnotis. Istilah
hipnotis yang lebih sering kita dengar dari pada hypnosis. Dalam pengucapan pun masih keliru, bagaimana dengan kita bisa memahaminya? “secara umum hypnosis diartikan sebagai kondisi pikiran yang mana fungsi analitis logis
pikiran direduksi (mengalami pengurangan) sehingga memungkinkan individu
masuk ke dalam kondisi bawah sadar. Sementara alam bawah sadar sendiri
merupakan tempat yang menyimpan beragam potensi internal yang bisa
dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas seseorang. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa seseorang yang berada pada kondisi “hypnotic trance” akan menjdi lebih terbuka terhadap sugesti” (Yustisia, N, 2012: 65).
Secara istilah, hypnosis dapat didefinisikan sebagaimana dikemukakan oleh Teddi Prasetya Yuliawan (2010: 185) bahwa “sebuah kondisi amat terfokus ke dalam diri yang dialami oleh seseorang. Kondisi fokus ini dapat
berupa fokus terhadap ingatan, ide, pikiran, representasi internal, perasaan, dll.” “Sampai saat ini kata hipnotis di Indonesia masih memiliki stigma buruk. Mendengar kata hipnotis seringkali kita terasosiasi dengan berbagai hal yang
berada di area abu-abu mulai dari kejahatan, pemaksaan kehendak, sampai
dengan kuasa kegelapan serta penggunaan kekuatan mistik & magis” (Yan
Nurindra, 2008: 2). Hypnosis adalah fenomena biasa yang terjadi dalam
keseharian kita, karena kita kurang paham mengenai apa itu hypnosis dan
seperti apa hypnosis itu sehingga kita merasa asing dengan kata hypnosis.
Sedangkan hypnotist atau hipnotis adalah orang (pelaku) yang menggunakan
teknik hypnosis.
Di negara barat hypnosis sudah jauh berbeda dengan di Indonesia. Dalam
5
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
pengetahuan, pemberdayaan, bahkan sudah menjadi alat terapi. Mungkin kita
penah mendengar kata hypnotherapy, apa itu hypnotherapy? Hypnotherapy
adalah terapi dengan menggunakan teknik hypnosis. Maksudnya terapi dengan
mengunggkap akar masalah yang terdapat dalam pikiran manusia kemudian
diganti dengan pemaknaan yang baru dan lebih positif.
Vigorous Learning Center adalah lembaga pelatihan hypnosis yang telah
mempunyai lisensi dalam menyelenggarakan pelatihan dari Indonesian Board
of Hypnotherapy untuk mengajarkan hypnosis kepada khalayak umum. Di
Vigorous Learning Center terdapat dua program pelatihan hypnosis yaitu
pelatihan hypnotheraphy fundamental dan advance hypnotherapy. Pada
pelatihan hypnotherapy fundamental atau sering disebut pelatihan hypnosis
dasar, peserta pelatihan akan mempelajari sistem kerja pikiran memproses
informasi, pengenalan pikiran sadar dan bawah sadar, dll.
Durasi pelatihan hypnotherapy fundamental selama 8 jam, peserta dapat
menguasai teknik hypnosis dasar dan aplikasi hypnosis dalam terapi
psikosomatis ringan. Dari pelatihan hypnotherapy fundamental tersebut
diharapkan peserta dapat menguasai teknik-teknik dalam melakukan hypnosis
secara cepat, tepat dan aman sesuai dengan kurikulum Indonesian Board of
Hypnotheraphy (IBH).
Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud mengadaan penelitian yang berjudul: “Pengelolaan Pelatihan Hypnotherapy Fundamental Di Vigorous Learning Center (VLC)”
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pengamatan di lapangan, diperoleh
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
a. Masih banyak kalangan khususnya masyarakat Indonesia yang masih tabu
mengenai hypnosis dan pemanfaatannya.
b. Program pelatihan hypnotherapy fundamental mampu menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pemberdayaan diri melaui
teknik hypnosis dan hypnotherapy.
c. Pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center sudah
dilakukan pengelolaan pelatihan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi karena di tangani oleh instruktur/trainer yang profesional sesuai
dengan bidang keahliannya.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan dalam penelitian ini
sebagai berikut: “Bagaimana Pengelolaan Pelatihan Hypnotherapy
Fundamental di Vigorous Learning Center (VLC)?”
Dari identifikasi masalah di atas maka diperoleh pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC)?
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC)?
3. Bagaimana evaluasi pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC)?
4. Bagaimana hasil pelatihan yang diperoleh peserta setelah mengikuti
pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center (VLC)
Kabupaten Bandung Barat?
7
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tentang pengelolaan pelatihan hypnotherapy fundamental di
Vigorous Learning Center (VLC). Secara khusus, tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah :
1. Untuk mendeskripsikan mengenai perencanaan pelatihan hypnotherapy
fundamental di Vigorous Learning Center (VLC).
2. Untuk mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pelatihan hypnotherapy
fundamental di Vigorous Learning Center (VLC).
3. Untuk mendeskripsikan mengenai evaluasi pelatihan hypnotherapy
fundamental di Vigorous Learning Center (VLC).
4. Untuk mendeskripsikan mengenai hasil pelatihan yang diperoleh peserta
setelah mengikuti pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai gagasan, masukan dan
pandangan bagi pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah
khususnya yang berkaitan dengan kursus dan pelatihan yaitu pengelolaan
program pelatihan.
2. Sebagai bahan kajian bagi pihak yang berminat untuk meneliti lebih lanjut
terhadap pengelolaan program pelatihan dan sebagai masukan bagi
Vigorous Learning Center (VLC) dalam meningkatkan kualitas pelayanan
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
F. Stuktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
peneliti merujuk pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan
Indonesia (2013: 20) maka berikut ini adalah rencana peneliti membagi
pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian serta struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, sebagai landasan konsepsi penelitian ini,
mencakup Hakikat Pengelolaan, Hakikat Pelatihan, Hakikat
Keterampilan Hypnosis, dan Jenis Hypnosis Menurut Manfaatnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, membahas mengenai lokasi dan
subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrument
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpul
data, triangulasi data, analisis data.
BAB IV HASIL PENENLITIAN DAN PEMBAHASAN, Hasil penelitian
meliputi: gambaran lokasi penelitian, gambaran umum program
pelatihan, pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, membahas kesimpulan hasil
penelitian dan beberapa saran yang dapat direkomendasikan sebagai
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan Di Vigorous Learning Center, yang berlokasi di
Perum bentang Padalarang Regency D3/5 Padalarang Kabupaten Bandung
Barat 40553. Lokasi penelitian ini dipilih karena Vigorous Learning Center
merupakan lembaga penyelenggara pelatihan hypnosis di bawah naungan
Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) yang merupakan bagian dari
pendidikan nonformal.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah manusia, benda ataupun organisasi yang dijadikan
sumber penelitian dimana di dalamnya terdapat penggalian informasi yang
dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan populasi karena
pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian
(Sugiyono, 2011: 216).
Subjek penelitian ini ditentukan secara purposive sample, artinya subjek
penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini di ibaratkan subjek penelitian di anggap paling tahu
mengenai kondisi atau objek yang diteliti. Subjek penelitian ini adalah seluruh
pihak yang terlibat dalam pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Subjek penelitian yang dijadikan sumber penelitian dalam pengelolaan
pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center (VLC)
sebanyak 4 (empat) orang, yang terdiri dari 1 (satu) orang penyelenggara
pelatihan hypnotherapy fundamental, 1 (satu) orang instruktur/trainer, dan 2
(dua) orang peserta pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning
Center (VLC). Narasumber utama dalam penelitian ini adalah
pengelola/fasilitator pelatihan hypnotherapy fundamental dan triangulasinya
adalah instruktur/trainer dan peserta pelatihan hypnotherapy fundamental di
Vigorous Learning Center (VLC).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui rancangan penelitian
dari awal hingga akhir penelitian, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan evaluasi.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam menjawab
pertanyaan penelitian, mengenai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pelaporan senada dengan apa yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127)
dalam menjwab pertanyaan penelitian ada empat tahap yang harus dilakukan
oleh peneliti yaitu:
1. Tahap Pralapangan
Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian yaitu memilih lokasi
penelitian, melakukan penjajakan untuk mengetahui masalah yang hendak
diteliti, menyusun proposal penelitian, mengurus administrasi perizinan dengan
pihak yang terkait, memilih dan menentukan subjek penelitian, serta menyusun
perlengkapan penelitian (instrumen) yaitu kisi-kisi penelitian, pedoman
34
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Peneliti melakukan penjajakan langsung ke lokasi penelitian yang
berlokasi di Perum Bentang Padalarang Regency D3/5 Padalarang Kabupaten
Bandung Barat 40553. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar
memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang ada di lokasi penelitian.
Dalam mengurus administrasi perizinian, peneliti melakukan serangkaian
prosedur perizinan kepada pihak-pihak terkait mulai dari instansi lembaga
pendidikan yang sedang ditempuh, kemudian peneliti memberikan surat
permohonan perizinan observasi kepada lembaga Vigorous Learning Center
(VLC) Kabupaten Bandung Barat. Setelah pihak lembaga Vigorous Learning
Center mengizinkan, peneliti mewawancarai manajer program pelatihan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, setelah peneliti memperoleh informasi mengenai tempat
penelitian kemudian peneliti menganalisis data dan informasi tersebut untuk
dijadikan fokus masalah penelitian, setelah itu peneliti menentukan pedekatan
yang digunakan dalam penelitian dan menentukan siapa saja yang akan
dijadikan subjek penelitian. Untuk memperoleh data dan informasi yang
mendalam, peneliti menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi
sebagai instrumen penelitian. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dan
pedoman observasi agar penggalian informasi yang dilakukan lebih terarahdan
tepat sasaran.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang
diperoleh di lapangan. Tahap ini adalah langkah yang dilakukan penulis untuk
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model analisis data yang
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
dalam mencari dan mengumpulkan informasi dan data, menyusun,
menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada untuk dipaparkan secara
lengkap dan teratur terhadap objek penelitian. Peneliti melakukan analisis data
dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari
wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Kemudian data yang diperoleh di
olah sesuai dengan prosedur pengolahan data penelitian kualitatif.
4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penulisan laporan ini, peneliti
memaparkan keseluruhan tahapan kegiatan selama penelitian berlangsung.
Pengolahan data berupa laporan informasi dan data yang diperoleh di lapangan
kemudian bandingkan dengan teori yang melandasinya. Tahap pelaporan
merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian yang dilakukan peneliti.
Setelah pelaporan selesai, kemudian peneliti melakukan proses bimbingan
dengan pembimbing skripsi untuk disetujui dan diujikan. Sitematika
penyusunan laporan penelitian disusun sesuai dengan pedoman penulisan karya
ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia.
C. Metode Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode penelitian
yang berfungsi untuk memandu peneliti dalam melakukan penelitian. Metode
penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 2). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Arikunto
(2006: 309) mengemukakan bahwa “metode deskriptif merupakan sebuah metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
36
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Dalam metode deskriptif menggambarkan kondisi nyata suatu objek,
variabel dan gejala yang terjadi bukan menguji hipotesis. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh data empiris mengenai pengelolaan program
pelatihan yaitu pengelolaan pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC).
Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi faktual mengenai fakta-fakta keadaan saat ini, dan melihat
kaitan antara hubungan dan sifat-sifat yang ada saat ini. Penelitian ini tidak
menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi yang peneliti
dapatkan dengan apa adanya sesuai dengan variabel- variabel yang di teliti.
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitaitif senada
pada apa yang diungkapkan Sugiyono (2014: 1) bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah ekperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakuka secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin
memahami suatu pengelolaan pelatihan hypnotheraphy fundamental. Masalah
yang akan di utarakan pada penelitian ini yang pertama perencanaan pelatihan
hypnotherapy fundamental. Kedua, pelaksanaan pelatihan hypnotherapy
fundamental. Ketiga, evaluasi pelatihan hypnotherapy fundamental.
D. Definisi Operasional
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Sudjana (1992: 11) mengemukakan bahwa pengelolaan atau manajemen
adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Pelatihan
Menurut Simamora (1995: 345) mengungkapkan bahwa pelatihan sebagai
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,
pengetahuan, ataupun perubahan seorang individu. Pelatihan dipandang sebagai
suplemen tambahan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
seseorang.
3. Kemampuan
Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin
menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas
apa yang dapat dilakukan seseorang.
4. Hypnosis
Menurut Arter (2014: 12), bahwa definisi hypnosis sendiri berasal dari kata
"hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang Yunani. Namun, perlu
dipahami bahwa kondisi hipnosis tidaklah sama dengan tidur. Orang yang
sedang tidur tidak menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara
disekitarnya. Sedangkan orang sedang di hipnosis, meskipun tubuhnya
beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon
informasi yang diterimanya.”
5. Hypnotherapy fundamental
Arter (2014: 34) mengungkapkan bahwa hypnotherapy adalah aplikasi hypnosis
38
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Hypnotherapy fundamental adalah kemampuan dasar seseorang untuk
melakukan hypnosis dengan menggunakan teknik-teknik hypnosis dasar.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2011: 305) mengenai
instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif yatu: dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan suatu objek menggunakan panca indera.
Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati secara langsung terhadap
pengelolaan pelatihan hypnotherapy fundamental yang terdapat di Vigorous
Learning Center (VLC). Observasi dilakukan pada aktifitas yang dilakukan
pengelola/fasilitator, instruktur/trainer dan peserta didik/sasaran. Instrumen
terlampir
2. Wawancara
Wawancara atau adalah percakapan tanya jawab antara dua orang atau
lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah
tertentu. Dimana proses ini ada dua pihak yang menempati kedudukan yang
berbeda. Pihak pertama sebagai penanya dan pihak kedua sebagai narasumber
atau responden. Instrument terlampir.
F. Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen ini dilakukan untuk tahapan pengambilan data di
lapangan, yang terdiri dari beberapa hal berikut:
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Penyusunan kisi-kisi penelitian merupakan pedoman dalam pembuatan alat
pengumpulan data, berupa: pedoman wawancara, dan pedoman observasi serta
studi dokumentasi. Kisi-kisi penelitian mengenai Penerapan Metode Simulasi
Pada Pelatihan Hypnotherapy Fundamental Dalam Meningkatkan
Keterampilan Hypnosis Di Vigorous Learning Center terdiri dari beberapa
kolom yaitu: pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, aspek yang diteliti,
sumber data, teknik penelitian, dan item pertanyaan.
2. Penyusunan pedoman wawancara
Pertanyaan-pertanyaan mengenai indikator-indikator tersebut dirumuskan
ke dalam pedoman wawancara yang diuji coba kepada informan yaitu:
penyelenggara/fasilitator, instruktur/trainer, dan peserta pelatihan hypnotherapy
fundamental.
Dalam penenlitian ini, lembar observasi diperlukan untuk mengumpulkan
data yang berkenaan dengan pelatihan hypnotherapy fundamental yang
diselenggarakan oleh Vigorous Learning Center (VLC).
G. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Dalam memperoleh
data peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu: observasi,
wawancara dan studi kepustakaan. Sebelum memulai observasi pada
pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan wawancara kepada narasumber
mengenai metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pelatihan.
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati suatu objek menggunakan panca
indera. Observasi dilakukan untuk melihat pengamatan secara langsung
40
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
Learning Center. Untuk memperoleh data yang kuat mengenai pengelolaan
pelatihan hypnotherapy fundamental, peneliti mengamati langsung kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan dari awal hingga akhir pelatihan agar data yang di
dapatkan lebih bisa dipercaya dengan keadaan yang sebenarnya.
Observasi penelitian ini dilakukan pada bulan kedua penelitian setelah
peneliti melakukan studi pendahuluan ke lembaga Vigorous Learning Center.
Dalam melakukan observasi alat bantu yang digunakan bukan sekedar diri
peneliti, tetapi dibantu dengan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan
pelatihan hypnotherapy fundamental.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan tanya jawab antara dua orang atau lebih
yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.
Dalam proses ini ada dua pihak yang menempati kedudukan berbeda. Pihak
pertama sebagai penanya dan pihak kedua sebagai narasumber atau responden.
Menurut Nazir (dalam Lisdiana, 2012: 37) mengungkapkan bahwa wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan
si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai pelatihan hypnotherapy fundamental.
3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (dalam Andriyani, 2013: 29) mengemukakan bahwa “dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Tujuan
penggunaan dari studi dokumentasi adalah untuk mendapatkan data yang
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
H. Triangulasi Data
Sugiyono (2011: 330) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan
data, triangulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumberdata. Peneliti
menggunakan teknik triangulasi data, sehingga peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data, dari berbagai sumber dan berbagai cara. Sehingga diperoleh
triangulasi teknik dan waktu.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi
sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2014: 83).
Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data yang
diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data
bermacam-macam dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan
akan di deskripsikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan spesifik
berdasarkan sumber data, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek
42
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
dokumentasi instruktur/trainer, dan peserta pelatihan mengenai pengelolaan
pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center (VLC).
I. Analisis Data
Menurut Andriyani (2013: 30) analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Sugiyono (2014:
89) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain”.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan
langkah- langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014: 92-99) sebagai
berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya
cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
(Sugiyono: 247). Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
menyimpulkan data yang telah diperoleh menjadi fokus permasalahan
penelitian.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Wini (2013: 31) menyatakan:
paling sering digunakan adalah dengan menggunakan teks yang bersifat naratif dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
Dalam melakukan display data, disarankan untuk menggunakan grafik,
matrik,chart, dll. selain teks naratif.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Selanjutnnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
dalam Sugiyono (2011: 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel..
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan
sementara atas pertanyaan penelitian selama peneliti memperoleh data di
lapangan sebagai hasil observasi, wawancara dan triangulasi data. Kemudian
44
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
berlangsung sehingga akhirnya tercapai kesimpulan akhir. Sumber data yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah pengelola/fasilitator. Instruktur/trainer dan
peserta pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian mengenai “Pengelolaan Pelatihan Hypnotherapy Fundamental di Vigorous Learning Center (VLC)
Kabupaten Bandung Barat”
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV,
peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Perencanaan Pelatihan Hypnotherapy Fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC)
Hasil wawancara yang diperoleh dari para informan mengenai perencanaan
pelatihan hypnotherapy fundamental dapat diketahui bahwa perencanaan
pelatihan diawali dengan identifikasi kebutuhan peserta. Identifikasi kebutuhan
peserta bertujuan untuk mengetahui sebarapa besar minat peserta pelatihan
terhadap hypnosis selain itu untuk identifikasi kebutuhan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan dari peserta
Fenomena hypnosis di Indonesia masih awam, berbeda dengan negara lain
yang telah memanfaatkan hypnosis dari berbagai aspek seperti contoh
penerapan hypnosis dalam bidang kesehatan, pendidikan sampai dengan
produktivitas peningkatan sumber daya manusia. Peserta pelatihan dapat
menggunakan hypnosis dalam mengatasi problem pikiran seperti stress,
75
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
sehingga dapat memahami fenomena hypnosis dari segi ilmu pengetahuan
(science).
Dalam merumuskan tujuan pelatihan, pengelola merumuskan tujuan
pelatihan dengan cara mengobservasi forum-forum hypnosis mengenai
kebutuhan peserta pelatihan, mencari sumber dan hambatan dalam pelatihan,
menyusun tugas yang akan diberikan pada peserta, menentukan waktu
pelaksanaan pelatihan dan menentukan tempat terselengaranya pelatihan.
Pelatihan hypnotherapy fundamental bertujuan untuk menambah keterampilan
kepada para peserta sehingga mereka berpeluang untuk dapat menciptakan
lapangan kerja baru dan hidup dengan mandiri.
Dalam penggunaan kurikulum VLC menggunakan acuan kurikulum dari
Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH). Selain itu pengelola menyusun
kurikulum dengan menggunakan analisis kebutuhan.
VLC mempunyai sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan
pelatihan yaitu ruangan berkapasitas sepuluh orang. Dalam penetapan sarana
dan prasarana pelatihan pengelola melihat dari jumlah peserta dan anggaran
biaya. Pihak pengelola bekerjasama dengan beberapa hotel dalam penetapan
tempat pelatihan.
2. Pelaksanaan Pelatihan Hypnotherapy Fundamental di Vigorous
Learning Center (VLC)
Pengelola dan instruktur dalam penerapan kurikulum telah sesuai dengan
kurikulum IBH dan kebutuhan peserta serta sesuai dengan durasi waktu yang
telah ditetapkan pada perencanaan program pelatihan.
Kurikulum tersebut di kembangkan oleh instruktur dalam bentuk handouts.
Handouts digunakan sebagai bahan ajar oleh peserta pelatihan, peserta
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
secara bergantian sehingga peserta dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Instuktur bertugas menyampaikan materi pelatihan secara garis
besarnya saja dan membimbing peserta yang kesulitan memahami materi yang
terdapat dalam handouts maupun materi diluar handouts sesuai dengan materi
yang peserta pelajari baik ketika proses pembelajaran maupun diluar waktu
pelatihan.
Instruktur dalam pelatihan hypnotherapy fundamental berasal dari VLC.
Kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi tidak hanya menggunakan
handouts tetapi instruktur menggabungkan dari sumber lain dan materi yang
disajikan menjadi sebuah tayangan video dan slide presentasi. Instruktur
bertanggung jawab dalam membimbing peserta pelatihan apabila peserta
kurang mampu dalam memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan
menyempatkan waktu dalam membimbing peserta diluar jam pelatihan.
Dalam menyampaikan materi pelatihan instruktur menggunakan metode
pembelajaran yaitu metode ceramah dan praktek. Tahapan dalam menggunakan
metode pembelajaran pada pelatihan hypnotherapy fundamental yaitu dalam
penyampaian materi sejarah hypnosis, struktur dasar hypnotherapy dan
jenis-jenis hypnosis instruktur menggunakan metode caramah. Ketika penerapan
aplikasi hypnosis instruktur menggunakan metode praktek dan peserta pun
bergiliran mempraktekkan yang diajarkan oleh instruktur.
Metode pembelajaran yang digunakan pada pelatihan hypnotherapy
fundamental sudah efektif karena dalam menyampaikan materi sesuai dengan
waktu yang delah direncanakan dan dalam menyampaikan materi instruktur
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
Motivasi dan partisipasi peserta pelatihan sangat bagus karena peserta
77
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
hingga akhir serta antusias dalam proses pembelajaran dengan aktif bertanya
apabila kurang memahi materi yang disampaikan sehingga suasana pelatihan
menjadi hangat.
Dalam menuyusun bahan ajar haruslah sesuai dengan kebutuhan peserta
pelatihan. Ketersediaan dan kemudahan akses infomasi saat ini menuntut
manusia untuk untuk selalu memperbarui informasi. Begitu pula dengan bahan
ajar yang harus selalu diperbarui agar infomasi yang disampaikan bersifat
kekinian sesuai dengan situasi yang terjadi saat ini.
Pelaksanaan pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning
Center (VLC) Kabupaten Bandung Barat bertempat di hotel Chandra Kota
Cimahi. Pelatihan tersebut berdurasi selama enam jam dimulai dari pukul 10.00
sampai denga pukul 17.00 wib. Media pembelajaran yang digunakan oleh
instruktur yaitu media pembelajaran audio visual dimana instruktur
menayangkan video tutorial cara melakukan hypnosis dan menggunakan musik
relaksasi untuk menunjang pelatihan tersebut. Ketepatan dalam menggunakan
media pembelajaran dapat dilihat dari kesesuaian antaramateri yang akan
disampai kan dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang penggunaan
bahan ajar tersebut serta efisien dan praktis dalam penggunaannya.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman peserta, hal ini
terbukti bahwa dalam memahami materi yang disampaikan peserta yang tingkat
pendidikannya S1 (strata 1) lebih mudah memahami materi dibandingkan
dengan peserta lulusan SMA.
3. Evaluasi Pelatihan Hypnotherapy Fundamental di Vigorous Learning
Center (VLC)
Proses evaluasi yang dilakukan di Vigorous Learning Center (VLC) yaitu
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
hypnotherapy fundamental. Bentuk evaluasi pada pelatihan hypnotherapy
fundamental yaitu ujian tertulis dan praktek. Evaluasi dilakukan ketika proses
pelatihan berlangsung dan di akhir pelatihan. Pada akhir penyampaian materi
instruktur melakukan evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan,
kemudian instruktur menilai ketercapaian pemahaman peserta dalam
memahami materi pelatihan hypnotherapy fundamental.
Dalam pemberian nilai peserta pelatihan, Vigorous Learning Center (VLC)
memberikan penilaian lulus atau tidaknya peserta pada pelatihan hypnotherapy
fundamental yaitu keterampilan peserta dalam melakukan hypnosis. Jika peserta
dapat melakukan hypnosis dengan benar dan aman sesuai standar IBH maka
peserta tersebut dapat dikatakan lulus akan tetapi jika peserta masih belum
mampu melakukan hypnosis, peserta dapat mengikuti pelatihan sejenis
berikutnya.
4. Hasil yang Diperoleh Peserta Pelatihan Setelah Mengikuti Pelatihan
Hypnotherapy Fundamental di Vigorous Learning Center (VLC)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan hypnotherapy fundamental di
VLC sangat memuaskan,. Hal ini terbukti bahwa peserta dapat memperoleh
keterampilan melaui beberapa aspek keterampilan seperti aspek kognifti, aspek
afektif dan psikomotorik
Aspek kognitif yang diperoleh peserta yaitu pengetahuan peserta setelah
mengikuti pelatihan hypnotherapy fundamental di Vigorous Learning Center
(VLC) setuju bahwa hypnosis bukanlah fenomena gaib yang betentangan
dengan ajaran agama. Hypnosis adalah pengetahuan mengenai gelombang otak.
Aspek afektif yang diperoleh peserta yaitu sikap peserta setelah mengikuti
79
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
fenomena hypnosis. hypnosis bukan lah ilmu sihir dan mistis tetapi hypnosis
adalah komunikasi nonverbal yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Proses
kondisi normal seseorang sebelum memasuki kondisi hypnosis berada dalam
kondisi gelombang otak beta sedangkan ketika berada dalam kondisi hypnosis
(trance) gelombang otak manusia berada dalam kondisi alpha. Seseorang dapat
memasuki kondisi hypnosis (trance) dikarenakan faktor kritis (critical area)
terbuka. Critical area diibaratkan seperti penjaga dalam gerbang penerimaan
informasi antara pikiran sadar dan alam bawah sadar manusia. Critical area
dapat dimasuki dengan mudah apabila seseorang dalam keadaan rileksasi dan
pada saat terkejut.
Aspek psikomotorik yang diperoleh peserta yaitu peserta dapat melakukan
hypnosis dengan aman dan benar sesuai prosedur dari Indonesian Board of
Hypnotherapy. Selain itu peserta yang telah mengikuti pelatihan hypnotherapy
fundamental ingin melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pelatihan advance
hypnotherapy.
Setelah mengikuti pelatihan advance hypnotherapy peserta dapat menjadi
seorang hipnoterapis dan dapat pula membuka klinik hypnotherapy sehingga
dapat memperoleh penghasilan dan membuka lapangan kerja baru.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para
pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penyelenggara/Pengelola
Dalam hal perencanaan pelatihan alangkah baiknya dimuatkan materi
mengenai entrepreneurship agar setelah pelatihan peserta dapat memiliki
Bemby Gema Maulana, 2014
PENGELOLAAN PELATIHAN HYPNOTHERAPY FUNDAMENTAL DALAM MENGUASAI KEMAMPUAN HYPNOSIS DI VIGOROUS LEARNING CENTER (VLC) KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
hypnotherapy sebagai bekal berwirausaha. Dalam penilaian terhadap peserta
pelatihan, pihak VLC harus memiliki standar yang jelas agar peserta pelatihan
dapat dengan mudah mengetahui nilai mereka sendiri secara objektif.
2. Bagi Instruktur
Dalam menggunakan metode pembelajaran khususnya penyampaian materi
dengan menggunakan tayangan slide agar dibuat lebih menarik sehingga
peserta dapat termotivasi dalam pembelajaran. Saran bagi instruktur dalam
mengatasi hal tersebut yaitu agar instruktur membuat tayangan menarik sesuai
dengan trend yang sedang ramai di masyarakat sehingga peserta dapat antusias
dalam penyampaian materi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan
tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Bagi peneliti yang tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai pengelolaan pelatihan hypnotherapy
fundamental, agar memfokuskan topik masalah yang akan dibahas seperti
hubungan pendidikan nonformal terhadap pelatihan hypnotherapy fundamental,
efektivitas pelatihan hypnotherapy fundamental, model pelatihan dan metode
pembelajaran pada pelatihan hypnotherapy fundamental sesuai dengan kajian