REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG
DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO
Tesis
Diajukan Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar
Magister Humaniora dalam Studi Linguistik
Oleh:
Imam Jahrudin Priyanto
NIM 1201306
PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA
REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG
DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO
Oleh
Imam Jahrudin Priyanto
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang linguistik
© Imam Jahrudin Priyanto 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Iwa Lukmana, M.A., Ph.D. Dadang Sudana, M.A., Ph.D.
196611271993031002 196009191990031000
Mengetahui,
Ketua Program Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia,
Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd.
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Daftar Isi
Lembar Pengesahan………....i
Lembar Pernyataan...ii
Abstrak………...iii
Kata Pengantar………...iv
Ucapan Terima Kasih………v
Daftar Isi………...vi
Daftar Lampiran...x
Daftar Tabel...………...xi
Daftar Peraga...xii
BAB I PENDAHULUAN………....1
1.1 Latar Belakang………..1
1.2 Identifikasi Masalah………..7
1.3 Pertanyaan Penelitian……….8
1.4 Tujuan Penelitian………...8
1.5 Manfaat Penelitian………...8
1.6 Sistematika Pelaporan………9
1.7 Definisi Operasional………..9
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2.1 Representasi………..11
2.2 Identitas………16
2.3 Hubungan Antara Komunikasi dan Representasi……….18
vii
2.4 Representasi dan Politik………19
2.5 Analisis Wacana Kritis………...22
2.6 Teori Van Dijk………...26
2.7 Analisis Struktur……….28
2.8 Teori Ideologi……….36
BAB III METODE PENELITIAN……….40
3.1 Tujuan Penelitian………40
3.2 Desain Penelitian………....40
3.3 Pengumpulan Data……….45
3.4 Analisis Data………..46
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN………..50
4.1 Representasi Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono menurut “Pikiran Rakyat”………..50
4.1.1 Gambaran Umum Kasus Korupsi Hambalang………..50
4.1.2 Harian Umum “Pikiran Rakyat”………..53
4.1.3 Representasi Dalam Struktur Makro………57
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4.1.3.2 Representasi Susilo Bambang Yudhoyono……….62
4.2 Ideologi di Balik Pemberitaan Korupsi Hambalang……….65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..69
5.1 Simpulan……….69
5.2 Saran………...72
Daftar Pustaka……….74
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Penelitian ini mengungkap representasi dua tokoh penting dalam kasus korupsi Hambalang di Harian Umum Pikiran Rakyat, yakni Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Penelitian ini dilakukan atas empat teks berita utama halaman 1 terpilih yang terbit November 2013 sampai Januari 2014. Hal yang dikaji dalam penelitian ini ialah bagaimana Pikiran Rakyat merepresentasikan kedua tokoh itu dalam pemberitaan kasus korupsi Hambalang. Dari analisis struktur makro yang dilakukan, Pikiran Rakyat lebih sering merepresentasikan Anas Urbaningrum secara negatif daripada Susilo Bambang Yudhoyono. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi media cetak, khususnya Pikiran Rakyat, dalam menulis berita.
Kata kunci: Anas, Yudhoyono, representasi, korupsi, Hambalang
Abstract
Representations of Anas Urbaningrum and Susilo Bambang Yudhoyono
on the Hambalang Graft
Case News at the ”Pikiran Rakyat” Daily Newspaper:
Macrostructure Analysis
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Bambang Yudhoyono in Hambalang graft case that published on November 2013 till January 2014. At that time, Hambalang graft case news was on the center of public attentions. Data was analyzed by macrostructure analyses that was a Van Dijk’s thought on critical discourse analyses. Macrostructure analyses show that Pikiran Rakyat was more often to represent Anas Urbaningrum negatively than Susilo Bambang Yudhoyono. Pikiran Rakyat put itself at the public mainstream that hate corruption or graft. By the analyses that has been done, Anas was represented negatively in 58 times or 25,22 percent of the whole texts. On the other hand, positive representations for Anas was in 37 times or 16,09 percent. Ideologically, from verbal behaviour on this study, Pikiran Rakyat showed its partiality to the people. Hopefully, the results of this research would be fruitful for the printed media, including Pikiran Rakyat, in other to be more proportional in news writing or covering.
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan hal-hal paling penting sehingga penelitian ini layak dilaksanakan,
yakni latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, sistematika pelaporan, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Kata ”representasi” (Inggris: representation) didahului bentuk (to) represent. Peter Salim
(2001) mengategorikan represent sebagai vt (verb transitive) atau kata kerja berpelengkap
penderita yang berarti ”menampilkan kembali” atau ”menyajikan kembali”. Kata represent
dibentuk oleh dua morfem, re (kembali) dan present (menampilkan). Represent dalam arti
menampilkan kembali merupakan makna kedua selain represent (makna pertama) yang berarti
melambangkan, mengatakan, mewakili, ataupun memerankan. Representasi merupakan kata
benda dari represent, walaupun representation memiliki arti perwakilan, wakil dalam suatu
perwakilan, ataupun protes.
Salah satu hal yang dapat disorot untuk kajian representasi ialah kasus korupsi. Hal itu
terkait dengan pemberitaan media mengenai ucapan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus
korupsi tersebut. Ungkapan satu tokoh akan terkait dengan pihak-pihak lainnya, terutama pelaku
korupsi atau orang-orang yang diduga terkait dengan kasus itu.
Setiap media memiliki gaya tersendiri saat menulis berita tentang kasus korupsi atau
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ada yang frontal, ada yang lebih ”santun”. Secara teknis
kebahasaan, setiap media memiliki gaya penyampaian tersendiri. Namun, secara lebih
mendalam, ideologi suatu media akan muncul dalam pemberitaan. Hal itulah yang dibahas dalam
2
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sangat mungkin, banyak kajian serupa untuk kasus korupsi di berbagai negara. Namun,
penelitian ini lebih khas, karena mengungkap kasus korupsi yang dilakukan para pejabat dan
politisi di Indonesia, lengkap dengan karakter kebahasaan pada proses yang terkait dengan kasus
tersebut, baik sebelum masa peradilan maupun sesudahnya. Selain itu, penelitian ini fokus pada
struktur makro sebagai pisau analisis. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
mengombinasikan superstruktur, struktur makro, dan struktur mikro.
Representasi merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat
tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya: apakah diutamakan, dimarginalkan, atau dinetralkan
(Eriyanto, 2001: 113). Penggunaan representasi dapat menggunakan berbagai cara. Salah satunya
ialah teks.
Tindakan utama yang menunjukkan representasi ialah penggunaan bahasa. Fiske (1987:
5-6) menegaskan bahwa representasi dan misrepresentasi merupakan peristiwa kebahasaan.
Fiske mencoba menunjukkan bahwa penggunaan bahasa, misalnya pemilihan diksi, dapat
menimbulkan gambaran tertentu terhadap peristiwa yang diproduksi oleh seorang penulis. Dalam
konteks media cetak, penulis ialah wartawan. Dengan mengacu pada gagasan tersebut,
penggunaan bahasa yang ditampilkan media, termasuk media cetak, merupakan peristiwa
kebahasaan yang dapat dikritik dengan perangkat ilmiah seperti AWK.
Representasi sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas
yang akan dibaca oleh khalayak (Eriyanto, 2001: 116). Segala unsur teks, mulai dari pilihan kata,
relasi antarkalimat, hingga tampilan foto dan atau referensi gambar yang ditampilkan sebagai
tambahan dan penguatan dari segi visual merupakan bagian dari representasi suatu peristiwa
dalam teks.
Fiske (1987: 5-6) mengemukakan, poin utama dalam representasi suatu teks ialah
bagaimana realitas atau objek tertentu ditampilkan. Saat menggambarkan objek, peristiwa,
gagasan, kelompok, maupun seseorang, sekurangnya ada tiga fase yang dilalui oleh wartawan.
Pada fase pertama, peristiwa ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada fase kedua, setelah
wartawan memandang sesuatu sebagai realitas, bagaimana realitas itu digambarkan. Pada fase
3
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ideologis. Fiske berpendapat, saat kita melakukan proses representasi atas suatu entitas, kita
tidak bisa menghindari kemungkinan pengaruh ideologi.
Eriyanto (2003: 114: 132) menjelaskan beberapa jenis representasi secara teknis dalam
penulisan gagasan untuk melaporkan suatu peristiwa.
a. Ekskomunikasi (Excommunication)
Ekskomunikasi merupakan konsep saat seseorang atau suatu kelompok dikeluarkan dari
pembicaraan. Dalam hal ini ada eliminasi seseorang atau suatu kelompok dari dalam
wacana. Karena tidak dianggap sebagai bagian dari pembicaraan, penggambaran
seseorang atau kelompok itu hanya dilakukan tanpa dasar kebutuhan untuk
merepresentasikan suara atau pandangan dari pihak tersebut.
Salah satu strategi utama dalam ekskomunikasi pada pemberitaan dilakukan dengan
penghadiran dan penghilangan (presence and absence) individu atau suatu kelompok dan
berbagai identitasnya. Selain itu, penulis umumnya membuat penggambaran yang simpel
dan senantiasa menggambarkan pihak lain dalam kerangka kepentingan pihak yang
dibelanya.
b. Eksklusi (Exclusion)
Eksklusi ialah konsep ketika seseorang atau suatu kelompok dikucilkan dari
pembicaraan. Mereka dibicarakan atau diajak bicara, tetapi mereka dipandang
lain, dipandang buruk, dan bukan bagian dari penulis atau pembicara. Ada
sikap tertentu yang diwakili oleh wacana untuk menyatakan bahwa pihak
tertentu baik, sedangkan pihak lain buruk.
Foucault (1981: 53-58) menjelaskan, pengucilan suatu kelompok atau gagasan
4
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dan tidak boleh dibicarakan. Cara lain untuk eksklusi dalam suatu wacana
publik juga dapat dilakukan dengan membuat klasifikasi, mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang bisa diterima dan mana yang tidak bisa
diterima.
c. Marginalisasi
Marginalisasi merupakan wujud representasi yang berbeda dengan eksklusi dan
ekskomunikasi. Dalam marginalisasi, penulis membuat penggambaran yang buruk terhadap
suatu pihak atau kelompok tertentu. Namun, dalam konsep ini tidak terjadi pemilahan antara
pihak penulis dan pihak lain yang berseberangan.
Ada beberapa praktik pemakaian bahasa sebagai strategi marginalisasi pada wacana.
Beberapa di antaranya ialah penghalusan makna (eufemisme) untuk menjaga kesopanan dan
norma-norma; pemakaian bahasa yang cenderung kasar (disfemisme) saat realitas sengaja dibuat
atau digambarkan secara kasar; labelisasi (labeling) ketika perangkat bahasa tertentu digunakan
oleh pembuat teks untuk merendahkan lawan-lawannya melalui label-label tertentu; dan stereotip
(stereotype), penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif dengan
orang, kelas, atau tindakan tertentu.
d. Delegitimasi
Delegitimasi berkenaan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dianggap tidak
absah, tidak benar, dan tidak mempunyai dasar ketika melakukan suatu tindakan. Praktik
delegitimasi menekankan bahwa hanya kelompoknya sendiri yang benar, sedangkan
kelompok lain tidak benar, tidak layak dan tidak absah.
Sementara Van Dijk (2008: 185) berpendapat, istilah media dalam pendekatan analisis
wacana kritis (AWK) mengacu pada saluran sosial yang biasa digunakan untuk
5
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
bentuk jamak dari medium (komunikasi) yang biasa muncul dalam bentuk teks atau percakapan.
Misalnya, kita memahami bahwa dalam kehidupan kita ada banyak media utama dalam bentuk
berbagai saluran, seperti radio (audio), poster bergambar (visual), televisi (audiovisual), koran
dan majalah (media cetak) atau internet (multimedia). Itu merupakan media dalam batas-batas
tertentu.
Wacana dalam media ialah sumber utama dari sikap dan pengetahuan ideologis
masyarakat dewasa ini, baik dari kelas elite maupun biasa (van Dijk, 1997). Pendekatan kritis
pada peran media dalam reproduksi wacana secara analitis dan sistematis menggambarkan
berbagai struktur dan strategi teks atau pembicaraan, dan ini berhubungan dengan konteks sosial
atau politik (van Dijk, 2000). Misalnya, mereka mungkin fokus pada topik secara keseluruhan
atau lebih pada makna lokal (seperti koherensi atau implikasi) dalam analisis semantik.
Bentuk sintaksis kalimat atau organisasi secara keseluruhan laporan berita mungkin juga
diperiksa secara mendetail. Hal yang sama dapat dilakukan untuk variasi gaya; perangkat retoris
seperti metafora atau eufemisme; tindak tutur, seperti janji-janji atau ancaman. Struktur-struktur
teks tertulis dan pembicaraan secara sistematis terkait dengan elemen dari konteks sosial, seperti
pengaturan ruang dan waktu, partisipan, dan berbagai peran sosial dan komunikatif, serta tujuan,
pengetahuan, dan pendapat mereka.
Studi analisis wacana kritis (AWK) sudah dikaji oleh banyak ahli, misalnya van
Leeuwen, Hobday, Li, Richardson, ataupun Wodak. Wodak (2004: 198) menekankan bahwa
karakteristik analisis wacana ialah menjelaskan teks lisan atau tulisan dalam hal pengembangan
teori dalam beberapa tingkatan atau dimensi wacana tertentu.
Sementara Hobday (2006) dalam hubungan wacana politik dan struktur pemerintahan di
media, memberikan contoh penggunaan AWK untuk mengeksplorasi wacana sejarah
multikulturalitas di Kanada. Adapun Li (2007: 1-7) mengeksplorasi makna ideasional di balik
pemberitaan politik lokal di Amerika Serikat.
Karya-karya penting yang menggunakan AWK sebagai alat analisis terhadap media
6
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
konsep-konsep umum dalam penyelidikan wacana pada surat kabar, dalam Analysing
Newspaper: An Approach from Critical Discourse Analysis. Gagasan terpenting Richardson
(2007: 2) ialah dengan mendefinisikan bahasa media, khususnya surat kabar, sebagai bahasa
jurnalistik yang khas dan memuat jenis pesan tekstual secara spesifik.
Analisis wacana kritis gaya Van Dijk bisa menyangkut teks (berita) politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan sebagainya. Teks politik bisa menyangkut penyelenggaraan negara ataupun
perebutan kekuasaan. Teks ekonomi bisa mengupas harga-harga barang yang terus meningkat,
inflasi, pentingnya ekspor, dan sebagainya. Sementara teks sosial bisa menyangkut dinamika
kehidupan masyarakat dalam zaman yang terus berkembang. Teks budaya bisa menyangkut
pelestarian seni dan kebudayaan yang memiliki nilai tinggi di tengah masyarakat.
Studi ini meneliti pemberitaan kasus korupsi Hambalang di Harian Umum Pikiran
Rakyat, koran terbesar di Jawa Barat, terutama teks berisi tuturan menyangkut Anas
Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua tokoh ini, walau berasal dari partai yang
sama, yakni Partai Demokrat, memiliki hubungan yang tidak harmonis. Walaupun pada awalnya
ada upaya untuk menutupi ketidakharmonisan mereka, lama-lama rakyat bisa mengetahui bahwa
hubungan Anas dan Yudhoyono tidak harmonis. Rakyat mempelajari tuturan-tuturan mereka
yang direkam dan disampaikan oleh media massa.
Pada pemberitaan HU Pikiran Rakyat, tuturan Anas Urbaningrum lebih banyak dimuat,
baik tentang Yudhoyono maupun tentang pejabat pemerintah atau pengurus Partai Demokrat
lainnya. Kata-kata Anas dianggap lebih menarik untuk dimuat karena bersifat ofensif dan
provokatif, termasuk di dalamnya berupa sindiran-sindiran. Sementara kutipan-kutipan kata
Yudhoyono lebih “santun” dan nama Yudhoyono lebih sering terdapat dalam isi teks (verbiage).
1.2 Identifikasi Masalah
Van Dijk (1998) menyatakan bahwa sebuah wacana tekstual dimaknai oleh banyak hal.
Namun, yang paling penting adalah konteks yang dituju oleh pembuat atau penyusunnya. Dalam
wacana tulisan, pemberitaan soal kasus Hambalang tentu memiliki konteks yang memuat
7
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini akan mengungkap karakteristik bahasa yang digunakan Harian Umum Pikiran
Rakyat dalam mewacanakan pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono
pada kasus korupsi Hambalang dengan segala akibatnya, baik secara politik maupun secara
sosial. Selanjutnya, tujuan penelitian ini akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian
pada bagian berikut.
1.3Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat merepresentasikan Anas Urbaningrum dan Susilo
Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi Hambalang?
2. Ideologi apa yang ada di balik pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang
Yudhoyono dalam kasus Hambalang?
1.4Tujuan Penelitian
Kajian atau penelitian ini bertujuan memaknai wacana pemberitaan Anas Urbaningrum
dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang di Harian Umum Pikiran Rakyat
menurut tinjauan analisis struktur makro. Secara praktis, tujuan dari penelitian ini ialah
menemukan dan menggambarkan pandangan Harian Umum Pikiran Rakyat atas wacana
tersebut.
Penelitian ini akan mencoba mengungkap pandangan Pikiran Rakyat terhadap sosok
Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang. Lebih dari itu,
penelitian ini juga akan mencoba mengungkap cara pandang Pikiran Rakyat saat menempatkan
dominasi pihak tertentu dalam wacana tersebut
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan pertanyaan yang hendak dijawab, penelitian ini
8
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
1. Bagi program studi linguistik dan program-program studi lain yang berkaitan dengan
kebahasaan, untuk memperkaya karya-karya atau hasil pengamatan dan penelitian
yang berkaitan dengan kajian analisis wacana kritis.
2. Bagi mahasiswa linguistik, untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang berkaitan
dengan analisis wacana kritis.
3. Bagi masyarakat umum, untuk memberikan perspektif dan pengetahuan baru dalam
memandang dan menilai wacana pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo
Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang.
4. Bagi masyarakat Kabupaten Bogor, untuk memberikan cara pandang baru dalam
menyikapi wacana ini.
1.6Sistematika Pelaporan
Laporan hasil penelitian ini akan disampaikan dalam lima bab. Bab I berisi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pertanyaan-pertanyaan penelitian, definisi operasional,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pelaporan. Bab
II akan berisi kerangka teoretis sebagai landasan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab
III berisi prosedur kerja, yakni batasan dan kerangka analisis. Bab IV akan berisi laporan atas
penemuan dan pembahasan hasil temuan pada penelitian. Bab V (terakhir) akan
menampilkan interpretasi atas hasil penelitian dalam bentuk simpulan dan saran yang selaras
dengan penelitian ini.
1.7. Definisi Operasional
1. Representasi dalam penelitian ini merujuk pada seseorang, satu kelompok, gagasan,
atau pendapat tertentu yang ditampilkan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2001: 113).
2. Ideologi ialah pandangan yang diucapkan atau pembicaraan yang mengemukakan
9
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3. Representasi positif ialah ketika si tokoh diberitakan secara positif oleh Pikiran
Rakyat melalui penggunaan kata (sifat) tertentu sehingga berpotensi menguntungkan
posisi entitas tersebut di mata pembaca.
4. Representasi negatif ialah ketika si tokoh diberitakan secara negatif oleh Pikiran
Rakyat dan hal itu bisa dilihat dari susunan kata dalam berita, terutama kata sifat.
5. Representasi netral ialah ketika si tokoh diberitakan oleh Pikiran Rakyat melalui
kalimat datar sehingga tidak menimbulkan kesan positif ataupun negatif di mata
publik.
6. Analisis wacana kritis (AWK) atau critical discourse analysis (CDA) adalah bidang
kajian yang digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik,
ras, feminisme, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain (Van Dijk, 1998).
Dalam AWK, wacana di sini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa.
7. Pemberitaan adalah (1) proses, cara, perbuatan memberitakan (melaporkan,
memaklumkan); (2) perkabaran; maklumat (KBBI IV, 2008: 179).
8. Kasus Hambalang ialah salah satu kasus korupsi terbesar di Indonesia yang
terus-10
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
menerus mendapat porsi besar dalam pemberitaan media di Indonesia, baik cetak
maupun elektronik. Kata ”Hambalang” mengacu ke Pusat Pendidikan Pelatihan dan
Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) yang berada di Kabupaten Bogor.
9. Harian Umum Pikiran Rakyat adalah koran terbesar di Jawa Barat yang terbit setiap
hari.
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode apa yang digunakan dalam penelitian. Secara khusus
dijelaskan metode apa yang digunakan, bagaimana sumber datanya, juga teknik pengumpulan
data, tujuan penelitian, desain penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini ialah memaknai wacana pada pemberitaan kasus korupsi
Hambalang, menyangkut representasi Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono yang
menjadi tokoh kunci dalam pemberitaan kasus tersebut di Harian Umum Pikiran Rakyat,
menurut tinjauan Analisis Wacana Kritis (AWK). Penelitian ini bertujuan mengungkap dan
menggambarkan bagaimana HU Pikiran Rakyat memandang kasus korupsi yang menghebohkan
tersebut. Pandangan HU Pikiran Rakyat dalam kasus korupsi diperinci secara lebih mendetail.
Selain itu, penelitian ini juga berusaha mengungkap ideologi HU Pikiran Rakyat dalam
pemberitaan kasus korupsi Hambalang yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal tersebut.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif atas teks-teks terpilih yang merupakan
berita halaman 1 HU Pikiran Rakyat tentang kasus korupsi Hambalang. Penelitian ini dianalisis
secara kualitatif karena datanya merupakan teks pemberitaan media. Hal yang dianalisis ialah
makna yang tersaji dalam kalimat dan wacana secara keseluruhan dengan struktur makro sebagai
pisau analisis. Lebih dari itu, berdasarkan analisis itu pula akan diungkap ideologi apa yang
terkandung dalam pemberitaan kasus korupsi Hambalang di HU Pikiran Rakyat.
Menurut Alwasilah (2011), prinsip penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan
34
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dinobatkan sebagai teori. Hal seperti itulah yang ditempuh untuk mempertahankan validitas data
dan penyimpulannya.
Guba dan Lincoln (1985: 39-43 dalam Alwasilah: 2011) secara khusus membahas 14
karakter pendekatan kualitatif, yakni:
(1) Latar alamiah: Secara ontologis suatu objek mesti dilihat dalam konteksnya yang
alamiah, dan pemisahan anasir-anasirnya akan mengurangi derajat keutuhan dan makna
kesatuan objek itu, sebab makna objek itu tidak identik dengan jumlah keseluruhan
bagian-bagian itu. Pengamatan juga akan memengaruhi apa yang diamati. Oleh karena
itu, untuk mendapat pemahaman yang maksimal, keseluruhan objek harus diamati. Objek
melekat pada konteksnya dan bermakna karena saling memengaruhi, bukan tunduk pada
dalil sebab-akibat dengan logika linier. Oleh karena itu, suatu fenomena seyogianya
dicermati secara keseluruhan, kontekstual, dan dengan kekuatan penuh.
(2) Manusia sebagai instrumen: Cakupan teritorial penelitian yang luas itu mempertontonkan
interaksi saling memengaruhi dengan tingkatan yang berbeda. Instrumen konvensional
yang a priori dan disiapkan terlebih dulu oleh peneliti atau pesanan tidak akan sanggup
beradaptasi secara fleksibel dengan realitas yang bermacam ragam itu. Hanya manusialah
yang akan sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena
yang sedang dipelajari.
(3) Pemanfaatan pengetahuan nonproposisional: Peneliti naturalistis melegitimasi
penggunaan intuisi, perasaan, firasat, dan pengetahuan lain yang tak terbahasakan (tacit
knowledge) selain pengetahuan proposisional (propositional knowledge) karena
pengetahuan jenis pertama itu banyak digunakan dalam proses interaksi antara peneliti
dan responden.
(4) Metode-metode kualitatif: Peneliti kualitatif memilih metode-metode kualitatif karena
metode-metode inilah yang memang mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam
35
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
(5) Sampel purposif: Pemilihan sampel secara purposif atau teoretis (bukan sampel acak atau
representatif) disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari
demi mendapat realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala temuan akan terlandaskan
secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya
saling memengaruhi.
(6) Analisis data secara induktif: Metode induktif dipilih ketimbang metode deduktif karena
metode ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai di
lapangan.
(7) Teori dilandaskan pada data di lapangan: Para peneliti naturalistis mencari teori yang
muncul dari data.
(8) Desain penelitian mencuat secara alamiah: Para peneliti memilih desain penelitian
muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun pada awal penelitian.
(9) Hasil penelitian berdasarkan negosiasi: Para peneliti naturalistis ingin melakukan
negosiasi dengan responden untuk memahami makna dan interpretasi mereka ihwal data
yang didapat dari mereka.
(10) Cara pelaporan kasus: Gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang cara pelaporan
saintifik (ilmiah) yang lazim pada penelitian kuantitatif.
(11) Interpretasi idiografik: Data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi
tafsir secara idiografik, yakni secara kasus, khusus, dan kontekstual, tidak secara
nomotetis, yakni berdasarkan hukum-hukum generalisasi. Interpretasi demikian memang
tepat karena interpretasi yang bermakna ialah interpretasi berdasarkan realitas serta
nilai-nilai lokal dan kontekstual.
(12) Aplikasi tentatif: Peneliti naturalistis kurang berminat (ragu-ragu) untuk membuat
klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya karena kualitas yang dihadapinya
36
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
(13) Batas penelitian ditentukan fokus: Ranah teritorial penelitian kualitatif sangat
ditentukan oleh fokus penelitian yang memang mencuat ke permukaan.
(14) Keterpercayaan dengan kriteria khusus: istilah-istilah seperti internal validity,
external validity, realiability, dan objectivity kedengaran asing bagi para peneliti
naturalistik karena memang bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. (Guba
dan Lincoln, 1985: 39-43 dalam Alwasilah, 2011, 59-60).
Menurut Alwasilah (2011), setiap paradigma penelitian memiliki kekuatan dan
kelemahan. Namun, perlu disadari bahwa kedua paradigma itu (kualitatif dan kuantitatif)
berpijak pada asumsi filosofis yang berbeda. Seperti dikutip Alwasilah (2011), Maxwell
(1996) mengajukan lima keistimewaan penelitian kualitatif yang oleh Alwasilah diperinci
menjadi enam, yakni:
(1) Pemahaman makna: ”Makna” di sini merujuk pada kognisi, afeksi, intensi, dan apa
saja yang terpayungi dengan istilah ”perspektif partisipan” (participant’s perspectives).
(2) Pemahaman konteks tertentu: Dalam penelitian kualitatif perilaku responden dilihat
dalam konteks tertentu dan pengaruh konteks terhadap perilaku itu.
(3) Identifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga: Bagi peneliti kualitatif setiap
informasi, kejadian, suasana, dan pengaruh baru adalah ”terhormat” dan berpotensi
sebagai data untuk mendukung hipotesis kerja.
(4) Kemunculan teori berbasis data (grounded theory): Teori yang sudah jadi atau
pesanan, atau a priori tidaklah mengesankan bagi kaum naturalis, karena teori-teori
itu akan kewalahan jika disergap oleh informasi, kejadian, perilaku, suasana, dan
pengaruh baru dalam konteks baru.
(5) Pemahaman proses: Para peneliti naturalis berupaya lebih memahami proses
(daripada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati. Proses yang membantu
37
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
(6) Penjelasan sababiyah (causal explanation): Ada yang mengatakan bahwa penjelasan
sababiyah ini lebih merupakan ciri paradigma kuatitatif dengan logika X
menyebabkan Y. Dalam paradigma kualitatif yang dipertanyakan ialah, sejauh mana
X memainkan peran yang menyebabkan Y. Jadi yang dicari ialah sejauh mana
kejadian-kejadian itu berhubungan satu sama lain dalam kerangka penjelasan
sababiyah lokal. (Alwasilah, 2011).
Menurut Alwasilah (2011), untuk analisis data kualitatif peneliti tidak boleh menunggu
atau membiarkan data menumpuk untuk kemudian menganalisisnya. Bila demikian halnya,
peneliti akan mendapat berbagai kesulitan dalam menangani data. Semakin sedikit data, semakin
mudah penanganannya. Ketika data masih sedikit, peneliti harus segera menggarap data tersebut.
Objek penelitian ini ialah teks pemberitaan kasus korupsi Hambalang pada HU Pikiran
Rakyat, sehingga data akan dianalisis dengan menggunakan kerangka analisis Van Dijk (1998)
sebagai salah satu kerangka analisis wacana kritis (AWK). Penelitian akan fokus menggunakan
analisis struktur makro (macrostructure).
3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini ialah empat teks berita utama (headline) halaman 1
terpilih pada Harian Umum Pikiran Rakyat yang berkaitan dengan wacana pemberitaan Anas
Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi Hambalang pada rentang
terbitan November 2013 sampai dengan Januari 2014. Koran terbitan tanggal-tanggal tersebut
dipilih karena pada saat itulah kasus korupsi Hambalang menyita perhatian masyarakat.
Beritanya terus dimuat di berbagai media, termasuk media cetak.
38
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sumber data ditelusuri untuk memilah teks dengan karakter yang spesifik mengulas Anas
Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono pada pemberitaan kasus korupsi Hambalang
dalam wacana atau pemberitaan Harian Umum Pikiran Rakyat. Teks yang dipilih ialah berita
yang bersifat konfliktual antara Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu,
nama kedua tokoh yang berseberangan secara politik itu disebut secara eksplisit dan dalam
intensitas yang memadai. Teks-teks tersebut kemudian dipisahkan dan digunakan sebagai data
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah (a) data primer dan (b) data sekunder.
Data primer yang dimaksud ialah teks-teks berita yang digunakan sebagai sampel penelitian,
sedangkan data sekunder ialah penelitian kepustakaan dengan cara mempelajari literatur dan
berbagai sumber bacaan yang mendukung penelitian ini.
Batasan penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yang telah disebutkan pada Bab
I. Penelitian ini merupakan analisis yang didasarkan pada prinsip-prinsip Analisis Wacana Kritis.
Penelitian berfokus pada representasi pihak-pihak serta ideologi dalam kasus korupsi
Hambalang di HU Pikiran Rakyat.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada karakteristik
utama populasi yang memiliki kesamaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah
sampel yang hanya memenuhi kriteria tertentu. Populasi penelitian ini ialah teks dalam
pemberitaan HU Pikiran Rakyat yang berkaitan dengan kasus korupsi Hambalang, terutama
menyangkut Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Untuk mendapat keterwakilan, teks yang digunakan sebagai data berjumlah empat berita
halaman 1 terpilih. Teks-teks tersebut ialah naskah berita yang diterbitkan antara November
2013 sampai dengan Januari 2014. Secara purposive, rentang waktu tersebut dipilih karena pada
rentang itu pemberitaan soal kasus korupsi Hambalang tengah menjadi pusat perhatian
masyarakat luas. Semua teks digunakan dengan pertimbangan bahwa obyek analisis penelitian
ialah HU Pikiran Rakyat secara kelembagaan. Dengan menggunakan semua teks, generalisasi
39
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Data tentang judul-judul berita tersebut bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Judul Berita yang Diteliti
No. Judul Berita Tanggal Terbit
1 Anas (Menolak) Ditahan Sabtu, 11 Januari 2014
2 Buktikan Ucapanmu, Anas! Senin, 13 Januari 2014
3 Selidiki Keterlibatan Ibas! Jumat, 15 November 2013
4 Segera Periksa Ibas! Rabu, 15 Januari 2014
3.4 Analisis Data
Karena penelitian ini akan mengkaji pemberitaan dalam Harian Umum Pikiran Rakyat,
data dianalisis dengan menggunakan analisis struktur makro yang dikemukakan oleh Van Dijk
sebagai salah satu kerangka AWK. Analisis struktur makro akan menitikberatkan pada
penentuan topik utama.
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan kerangka analisis wacana kritis
(AWK) yang dikembangkan Teun Adrianus van Dijk. Dia menggambarkan teks dalam tiga
tingkat: struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Dalam penelitian ini, yang dimaksud
struktur makro ialah makna umum teks yang dapat dipahami dengan membaca topik atau tema.
Superstruktur ialah kerangka teks atau bagaimana struktur dan elemen wacana dibangun.
Sementara struktur mikro ialah makna wacana yang dapat diperiksa dengan menganalisis
bagian-bagian pembangun wacana. Penelitian ini hanya difokuskan pada analisis struktur makro
40
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Prosedur analisis data menyesuaikan dengan tujuan utama penelitian, yakni bag aimana HU
Pikiran Rakyat menggambarkan para tokoh (pelaku) dan ideologi apa yang mendasari hal
tersebut.
Metode penelitian ini bertumpu pada kerangka kerja analisis wacana kritis (AWK).
Analisis wacana kritis merupakan bagian dari tradisi linguistik kritis yang digambarkan oleh
Fowler (1991) sebagai upaya mengkaji struktur linguistik secara terperinci dalam situasi sosial
dari teks. Oleh karena itu, dapat diketahui pola nilai dan keyakinan yang terefleksikan melalui
bahasa yang digunakan.
AWK menunjukkan bagaimana praktik sosial memengaruhi pilihan elemen-elemen
linguistik dan bagaimana pilihan-pilihan tersebut memberikan pengaruh, baik kepada struktur
maupun kepada struktur sosial. Sebagai metode, AWK mengkaji peran wacana dalam
memproduksi situasi dan konteks pandangan sosial (Van Dijk, 1998).
Karena berupaya mengungkap karakteristik bahasa, penelitian ini akan menggunakan
kerangka analitis Van Dijk (1998) untuk AWK. Analisis struktur makro dan mikro terhadap data
adalah sebagai berikut:
Struktur makro : topikalisasi (tema-rema)
Struktur mikro : semantik degree of detail, evidentiality, dsb.
sintaksis pronomina, susunan kalimat,
dsb.
tata bahasa nominalisasi, dsb.
leksikalisasi pilihan kata, dsb.
Kemudian langkah tersebut diikuti oleh deskripsi atas temuan sebelum akhirnya
dirumuskan dalam suatu simpulan.
Contoh Analisis Berita
1. Pada halaman 1 ”PR” Rabu, 15 Januari 2014 dimuat berita
41
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
JAKARTA, (PR).-
Komisi Pemberantasan Korupsi dituding telah melakukan
diskriminasi dalam penanganan kasus korupsi proyek
Hambalang. Salah satu buktinya, KPK tak kunjung memeriksa
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono
atau Ibas.
- Pada HL halaman 1 ”PR” Senin, 13 Januari 2014 terdapat
berita berjudul ”Buktikan Ucapanmu, Anas!”
- Pada HL halaman 1 ”PR” Sabtu, 11 Januari 2014 terdapat
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tahap-tahap akhir dari penelitian ini, yakni simpulan dan saran.
5.1 Simpulan
Penelitian ini mengeksplorasi representasi sebuah kasus dalam pemberitaan media massa.
Secara spesifik, penelitian ini mengkaji dua permasalahan, yakni bagaimana HU Pikiran Rakyat
merepresentasikan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi
Hambalang, serta ideologi apa yang ada di balik pemberitaan tersebut.
Ditemukan bahwa Pikiran Rakyat merepresentasikan Anas Urbaningrum lebih negatif
dibandingkan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Koran terbesar di Jawa Barat ini lebih
banyak mengeksplorasi tindak verbal Anas yang banyak mengungkapkan kekecewaannya
terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ”musuh politik”-nya. Saat mengungkapkan kekecewaan-kekecewaan itu, Anas juga menunjukkan sikap-sikap yang tidak akomodatif
terhadap aturan hukum dan etika. Secara hukum, misalnya dia menolak menandatangani surat
penahanan yang sudah ditandatangani Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.
Itu representasi dari sikap melawan terhadap aturan hukum. Dia merasa tidak bersalah. Dia
menganggap semuanya bagian dari ”skenario” Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak ”sreg”
dengan dirinya. Hal itu tecermin dari sikap Anas yang ”berterima kasih” kepada Susilo Bambang
Yudhoyono atas penahanan tersebut. Itu merupakan sindiran atau sinisme kepada Yudhoyono.
Dari segi etika, Anas juga menunjukkan sebutan atau sikap yang tidak simpatik terhadap Susilo
Bambang Yudhoyono yang usianya jauh lebih tua, apalagi Yudhoyono seorang presiden. Anas
sering menyebut ”Sengkuni” yang dipercaya merujuk ke Yudhoyono. Itu sangat pedas karena Sengkuni adalah tokoh dalam dunia pewayangan yang licik dan jahat. Untuk menunjukkan
kebencian atau sindirannya terhadap Yudhoyono, Anas juga menulis status di Blackberry
Messenger, yang juga dikutip oleh Pikiran Rakyat, dengan bunyi: ”Nabok Nyilih Tangan”
58
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Yudhoyono yang ”memukul” dirinya dengan menggunakan ”tangan” Komisi Pemberantasan
Korupsi. Saat diminta mundur oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Anas memasang status ”Politik
Para Sengkuni” yang sangat tendensius terhadap Yudhoyono.
Kalau dipaparkan dari data yang diperoleh dan dianalisis dari empat teks berita, Anas
Urbaningrum direpresentasikan secara negatif sebanyak 68 kali atau sebesar 25,22 persen. Pada
teks 1, Anas direpresentasikan secara negatif sebanyak 10 kali, pada teks 2 sebanyak 39 kali, dan
pada teks 3 sebanyak 9 kali. Sementara pada teks 3, Anas sama sekali tidak direpresentasikan
secara negatif.
Untuk representasi netral, pada teks 1 Anas mendapat 34 kali. Pada teks 2, Anas 23 kali
direpresentasikan secara negatif, pada teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali.
Total, 133 kali atau sebesar 58,69 persen dari keseluruhan teks.
Untuk representasi positif, Anas mendapat angka total 37 kali atau 16,09 persen dari teks
keseluruhan. Angka itu diperoleh dari teks 1 sebanyak 12 kali, teks 2 sebanyak 10 kali, teks 3
sebanyak 2 kali, dan teks 4 sebanyak 13 kali.
Susilo Bambang Yudhoyono sendiri tak satu pun direpresentasikan positif karena berita
bersumber dari lawan-lawan politiknya, dalam hal ini (kubu) Anas Urbaningrum. Sementara
untuk representasi negatif, Yudhoyono mendapat 13 kali atau 6,52 persen dari keseluruhan teks.
Pada teks 1, tak ada representasi negatif untuk Yudhoyono. Representasi negatif untuk
Yudhoyono cukup banyak pada teks 2, yakni 13 kali. Pada teks 3 dan teks 4 masing-masing 1
kali. Untuk representasi netral, pada teks 1 sebanyak 34 kali, pada teks 2 sebanyak 23 kali, pada
teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali. Total 135 kali atau 58,69 persen dari
keseluruhan teks. Representasi negatif untuk Susilo Bambang Yudhoyono lebih banyak berasal
dari pernyataan kubu Anas yang dikutip oleh Pikiran Rakyat, baik dalam kutipan langsung
maupun kutipan tidak langsung.
Dari pandangan ideologi, Pikiran Rakyat menunjukkan keberpihakan kepada rakyat yang
sangat muak dengan tindakan para koruptor. Dengan kondisi seperti itu, Pikiran Rakyat berharap
59
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
negeri ini. Pemosisian (positioning) seperti ini sudah diambil oleh Pikiran Rakyat. Hal itu sudah
sesuai dengan moto kebanggaan ”Dari Rakyat – Oleh Rakyat –Untuk Rakyat” yang disimpan di
bawah nama ”Pikiran Rakyat”.
Keberpihakan terhadap rakyat dianggap tidak bertolak belakang dengan prinsip ”sineger
tengah” (berada di tengah) karena konteksnya berbeda. Prinsip ”sineger tengah” diterapkan
dalam konteks kontestasi politik. Sementara keberpihakan kepada rakyat dianggap sebagai sikap
yang senada dengan moto Pikiran Rakyat.
Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi konsumerisme (aspek ekonomi) demi
kelangsungan usahanya. Koran terbesar di Jawa Barat ini akan selalu menyajikan berita-berita
dengan format yang disukai masyarakat. Dengan mendapat tempat di masyarakat, Pikiran Rakyat
akan selalu diminati oleh masyarakat luas dan tetap hidup karena koran beroplah besar selalu
menjadi buruan para pemasang iklan, termasuk perusahaan pemasang iklan kelas kakap.
Perusahaan-perusahaan seperti itu berkontribusi besar bagi pemasukan Pikiran Rakyat yang pada
akhirnya bisa menopang keberlanjutan kehidupan perusahaan dan kesejahteraan para
karyawannya.
Untuk mendukung kemajuan perusahaan, Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi
nonkonservatif, atau ideologi modern, yang ditandai adanya inovasi yang tiada henti untuk
memuaskan para pembacanya, dari berbagai kalangan. Bila berideologi konservatif dalam
pemberitaan, koran akan ditinggalkan pembaca. Sikap dan ideologi modern akan selalu menuntut
adanya inovasi. Dalam media cetak (koran), inovasi itu bisa menyangkut isi (konten), jenis
kertas, jenis huruf dalam teks, tata letak, tata warna, tipografi untuk judul, dan cara penyusunan
berita.
Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi khalayak tentang cara penyusunan berita,
60
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan studi ini, diajukan beberapa saran, baik yang bersifat teoretis
(terutama untuk studi lanjutan) maupun yang bersifat implikatif untuk berbagai pihak yang
berkepentingan dalam rangka peningkatan kesadaran atas praktik-praktik berbahasa dalam
masyarakat.
Studi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup yang terbatas. Untuk itu, diajukan saran
untuk studi lanjutan. Kajian representasi dalam penelitian ini dibatasi pada aspek struktur makro
(macrostructure). Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi representasi dengan melibatkan
aspek lainnya, yakni struktur mikro (microstructure). Penelitian ini berfokus pada sebuah
lembaga pemberitaan, yakni HU Pikiran Rakyat. Untuk studi selanjutnya ada baiknya bila
penelitian dilakukan pada beberapa koran sekaligus.
Selanjutnya, diajukan beberapa saran bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Pertama,
bagi Pikiran Rakyat agar hasil penelitian bisa bermanfaat untuk penajaman pengungkapan tokoh
dalam pemberitaan melalui penyajian kalimat demi kalimat atau unsur kebahasaan lainnya.
Representasi menyangkut seorang tokoh atau sumber berita secara tepat juga akan
menambah daya tarik suatu berita yang disajikan. Pada gilirannya, dengan hadirnya berita-berita
yang menarik, Pikiran Rakyat akan selalu dicintai dan diminati oleh masyarakat luas.
Sementara bagi para pembaca yang semakin kritis, kiranya hasil penelitian ini bisa
memberi perspektif atau cara pandang baru tentang penyajian berita di media cetak. Dengan
pemahaman yang lebih baik soal representasi tokoh dalam pemberitaan, kiranya para pembaca
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif (Cet. Ke-5). Jakarta: Pustaka Jaya.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek – Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Duveen, G. And Lloyd, B. 1986. The significance of social identities. British
Journal of Social Psychology, 25, 219-230.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.
Eriyanto. 2003. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Fiske, J. 1987. Television Culture. London dan New York: Routledge.
Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London dan New York: Routledge.
Fairclough, N. and Wodak, Ruth.1997. Critical Discourse Analysis. In T.A. van Dijk (ed). Discourse as Social Interaction. London: Sage.
Fairclough, Norman.1989. Language and Power. London: Longman Group UK Limited.
Fairclough, Norman. 2004. Global Capitalism and Awareness of Language. Available : online: http://www.schools.ash.org.au/litweb/norman1.html
[akses 23 Mei 2014]
Guba, Egon G. and Yvona S. Lincoln. 1981. Effective Evaluation: Improving the
Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Hall, S. 1997. Representation: cultural representations and signifying practices. London: Sage.
Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar (2nd edition).
London dan New York: Routledge.
Hobday, J. 2006. The Myths That Bind Us: A Critical Discourse Analysis of
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Howarth, C. 2006. A social representation is not a quiet thing: Exploring the critical potential of social representations theory. British Journal of
Social Psychology, 45, 65-86.
Howarth, C. 2011. Representations, identity and resistance in communication. London: LSE Research Online.
Jovchelovitch, S. 2001. Social representations, public life and social construction. London: LSE Research Online.
Kaplan, Robert. 1990. ”Concluding Essay: On Applied Linguistics and
Discourse Analysis,” (ed) In Robert Kaplan, Annual Review of Applied Linguistics, Vol. II.
Kaewtipayanate, B. 2008. Peace Journalism and the Tak Bai Incident: the case of
the Bangkok Post’s and the Nation’s coverage on the Southern conflict in Thailand. Tesis pada Department of Humanities, Orebro University.
Kress, Gunter. 1990. ”Critical Discourse Analysis,” Robert Kaplan, ed.,
Annual Review of Applied Linguistics, II. Available at
http://www.discourse-in-society.org/html [akses 23 Mei 2014]
Li, Y.P. 2007. “The Hidden Power of the Language in Web-news Headlines,” dalam US-China Foreign Language, Mar. 2007, Volume 5, No. 3 (Serial No.42). (1-7)
Lull, J. 1998, Media Komunikasi Kebudayaan, Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Markova, I. 2000 Amedee or How to get rid of it: Social Representations from a dialogical perspective. Culture and Psychology, 6 (94), pp. 419-460.
Moscovici, S. 2000. Social Representations. Cambridge: Polity.
Pavlidou, T,S. 2000. Telephone conversations in Greek and German: Attending to the relationship aspects of communication. In H. Spencer-Oatley (Ed)
Culturally Speaking: Managing rapport through talk across cultures
(pp. 121-140) London: Continuum.
Painter, D. 2008. The voice devoid of any accent: Language, Subjectivity and Social Psychology. Subjectivity, 23, pp. 174-187.
Potter, Jonathan and Ian Litton. 1985. Some problems underlying the theory of
social representations. The British Psychological Society.
Imam Jahrudin Priyanto, 2014
Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono
Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Richardson, J.E. 2007. Analysing Newspaper: an Approach from Critical
Discourse Analysis. New York: Palgrave MacMillan.
Salim, Peter. 2001. Advanced English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.
Skegg, B. 1997. Formations of Class and Gender: Becoming Respectable. London: Sage.
Tracy, K. 2002. Everyday Talk: Building and Reflecting Identities. New York: The Guildford Press.
Van Dijk, T.A. 1980. Macrostructures, An Interdisciplinary Study of Global
Structures in Discourse, Interaction, and Cognition. Hillsdale, New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Van Dijk, T.A. 1995. Opinion and Ideologies in Editorials. A paper in The 4th
International Symposium of Critical Discourse Analysis, Athens (1995)
available at http://www.discourse-in-society.org/teun.html [akses 23 Mei 2014]
Wodak, R. 2004. “Critical Discourse Analysis”, dalam Searle, C., dkk. Qualitative Research Practice. London: Sage.
Wodak, R. dan Meyer, M. 2009. “Critical Discourse Analysis: History, Agenda, Theory and Methodology,” dalam Wodak, R. dan Meyer, M (eds.). Methods of Critical Discourse Analysis. London, New Delhi, Thousand
Oaks, dan Singapore: Sage Publications.
Zifana, Mahardhika. 2011. Representasi Pihak Pro dan Kontra Pemilihan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pemberitaan Harian Umum Media Indonesia. Bandung: Tesis, UPI.