• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Tentang Explanatory Style pada Anggota Peleton Jihandak TNI-AD di Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Tentang Explanatory Style pada Anggota Peleton Jihandak TNI-AD di Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Peleton Jihandak merupakan suatu kesatuan yang bertugas untuk menjinakan bahan peledak, dari tipe daya ledak kecil hingga tipe daya ledak besar. Tugas yang mereka tempuh sangat beresiko dan ini dapat dimaknakan sebagai situasi yang buruk. Untuk menghadapi situasi/keadaan yang buruk ini menurut Martin E.P. Seligman (2002) dapat dijelaskan melalui explanatory style.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat explanatory style yang dimiliki anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra untuk mengetahui tingkat optimistisme dan pesimisme mereka. Sesuai dengan tujuannya maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. Sampel dalam penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi yaitu 30 orang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring explanatory style adalah angket baku yang dibuat oleh Martin E.P. Selligman (1990) dengan diterjemahkan lebih dahulu oleh peneliti kedalam bahasa Indonesia, dengan jumlah item sebanyak 48 item. Dari 48 item tersebut menjaring explanatory style dengan menggunakan dimensinya yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan mengikuti langkah-langkah sesuai pengolahan data yang dikemukakan oleh Martin E.P. Selligman (1990).

Test pengolahan data memperlihatkan bahwa 67% anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra memiliki explanatory style pesimistik, 20% diantaranya memiliki explanartory style optimistik dan 13% sisanya memilih

explanatory style sedang.

(2)

Abstract

Explosive ordnance disposal (EOD) platoon is a corps that has a responsibility to defuse a bomb, their primary task are to defuse all type of explosives, include low and high explosives. They face a riskful task in every duty and they explain it as a bad events. According to Martin E.P. Seligman (learned optimism) to face that kind of events can be explained by explanatory style.

The purpose of this research is to explain the member of EOD Platoon of 3rd engineering battalion’s explanatory style. Based on the purpose of this research will uses the descriptive method by using a questionnaire. Population of 30 members of EOD Platoon of 3rd engineering battalion will be uses a sample of this

research.

To do this research, the tools that is used for knowing the explanatory style of those members of EOD Platoon of 3rd Engineering Battalion, is a translated 48

items questionnaire that originally made by Martin E.P. Seligman (1990). All these 48 items are using explanatory style’s entire dimensions that include permanence, pervasiveness and personalization. The result will be processed later like how Martin E.P. Seligman (1990) has instructed.

The result shows that there are 67% of EOD Specialist members that has pessimistic explanatory style, while 20% of them has optimistic explanatory style and the last 13% are choosing moderate explanatory style.

The conclusion is most of EOD specialist members has pessimistic explanatory

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ··· i

ABSTRAK ··· ii

ABSTRACT ··· iii

KATA PENGANTAR ··· iv

DAFTAR ISI ··· vii

DAFTAR TABEL ··· x

DAFTAR LAMPIRAN ··· xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pikir ... 10

1.6 Asumsi ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Explanatory Style ... 22

2.1.1 Dua Cara Memandang Kehidupan ... 22

2.1.2 Pengertian ... 23

2.1.3 Proses Terbentuknya ... 23

2.1.4 Dimensi-Dimensi ... 24

1. Permanence ... 24

2. Pervasiveness ... 24

(4)

2.1.5 Asal-Usul ... 26

1. Significant Persons Explanatory Style ... 26

2. Kritik Significant Persons ... 27

3. Life Crisis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 29

3.2Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

3.2.1 Variabel Penelitian ... 30

3.2.2 Definisi Operasional... 30

3.3Alat Ukur ... 31

3.4Uji Coba Alat Ukur ... 32

3.4.1 Data Pribadi ... 32

3.4.2 Data Penunjang ... 32

3.4.3 Uji Validitas Alat Ukur ... 32

3.4.4 Uji Reliabilitas Alat Ukur... 33

3.5Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.5.1 Populasi Sasaran ... 33

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 33

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.6Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 36

4.1.1 Lama Berdinas ... 36

4.1.2 Mengikuti Kursus Jihandak ... 37

4.2 Hasil Penelitian ... 37

4.2.1 Derajat Explanatory Style Anggota ... 37

4.2.2 Dimensi-Dimensi dari Explanatory Style ... 38

4.2.2.1 Bad Events ... 39

4.2.2.2 Good Events ... 42

(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

5.2.1 Saran Teoritis ... 52

5.2.2 Saran Praktis ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

DAFTAR RUJUKAN ... 55

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ··· 31

Tabel 4.1 Gambaran Responden Bedasarkan Lama Berdinas ··· 36

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan yang Mengikuti Kursus Jihandak ··· 37

Tabel 4.3 Derajat Explanatory Style Anggota ··· 37

Tabel 4.4 Dimensi Pada Bad Events ··· 39

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Alat Ukur ... 57 Lampiran 2: Distribusi Frekuensi Data Pribadi ... 73 Lampiran 3: Tabulasi Silang Antara Aspek Penunjang dengan Explanatory Style

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif tentang explanatory style pada Anggota Peleton Jihandak TNI-AD

di Batalyon Zeni Tempur 3/Yudha Whyogrha” sesuai dengan waktu yang

diharapkan. Semoga kasih sayang-Nya dapat menjadi berkat untuk kita semua. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan di Universitas Kristen Maranatha. Dalam penyusunan laporan ini peneliti mengalami beberapa hambatan baik dalam persiapan maupun dalam pelaksanaannya namun berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Yuspendi, M.Psi., M.Pd selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang saya hormati.

2. Dra. Fifie Nurofia.,Psik., M.M., selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, serta koreksi kepada peneliti sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

(9)

4. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psik, selaku dosen pengajar mata kuliah Metodologi Penelitian Lanjutan.

5. Mayor Jenderal TNI Sonny Widjaja, terima kasih atas izin yang telah diberikan oleh beliau kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini. 6. Kolonel Arh Toto Nugroho., S.IP., selaku Asisten Personalia Kodam III /

Siliwangi yang menjembatani peneliti dengan Komandan Batalyon Infanteri “X”.

7. Letkol Czi V. Agung Cahya K., selaku Komandan Batalyon Zeni Tempur 3/Yudha Wyogrha, atas bantuan untuk fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk memudahkan peneliti mengambil data tersebut.

8. Seluruh keluargaku, Papa, mama dan adikku. Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Tanpa hal tersebut peneliti mungkin belum tentu bisa menyelesaikan tugas ini.

9. Kepada seluruh karyawan tata usaha fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu saya dalam membuat perizinan dan lain-lain.

10.Teman-teman Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang mensupport dan membantu saya dalam memberikan informasi untuk penyusunan penelitian ini, terutama untuk Anastasia Kristiani 1230015 untuk bahan PIO-nya terima kasih.

(10)

12.Teman-teman dari Akademi Militer yang memberikan masukan untuk prosedur perizinan yang ada di TNI dan juga supportnya.

13.Para anggota Peleton Jihandak terima kasih atas partisipasinya.

Dalam penulisan skripsi ini mungkin terdapat berbagai kekurangan akan tetapi penulis telah berusaha untuk membuat skripsi ini sebaik mungkin sesuai data dan informasi yang diperoleh.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya serta masyarakat pada umumnya.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luasnya sebesar 1.910.931,32 km²

(www.bps.go.id/booklet/booklet_februari_2014), Dengan luas negara sebesar itu Indonesia memiliki Tentara Nasional Indonesia yang merupakan komponen pertahanan negara. Tugas dan tanggug jawab TNI telah diatur dengan jelas pada pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.34 tahun 2004 tentang TNI yang mengatakan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Undang-Undang No.34 tahun 2004). TNI memiliki 3 matra yaitu TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

(12)

2

destruksi, penjinakan bahan peledak, serta nubika (nuklir-biologi,kimia) pasif.

Peleton Jihandak merupakan salah satu Peleton yang dimiliki Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki fungsi untuk menjinakan bahan peledak dan hal-hal lain yang bersifat destruksi. Mereka memiliki motto 99% adalah kegagalan, motto tersebut menjelaskan bahwa untuk meraih keberhasilan dalam tugasnya yaitu menjinakan bahan peledak itu sangat kecil kemungkinannya. Hal tersebut menunjukan bahwa tugas anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra itu merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan penuh akan resiko yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan dalam tugasnya yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan permanen pada diri mereka. Terdapat 3 tugas utama di Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yaitu tugas represif, tugas preventif dan tugas pemeliharaan. Tugas represif adalah tugas untuk menjinakan bahan peledak ketika terjadi ancaman bom, tugas preventif adalah tugas untuk pencegahan atau melindungi suatu area vital agar tidak terjadi ancaman bom, tugas pemeliharaan adalah tugas untuk memelihara alat-alat Jihandak.

Anggota Tim represif terdiri dari 9 orang, yang terdiri dari komandan tim, tamtama skematis, tamtama deteksi, bintara deteksi, tamtama operator, bintara operator, tamtama pengaman 1, tamtama pengamanan 2 dan tamtama mudi. Dalam eksekusinya dilapangan, tugas tamtama dan bintara operator saja yang berfungsi sebagai eksekutor dalam penjinakan bahan peledak. Dalam eksekusinya tamtama dan bintara operator menggunakan body armour atau baju besi yang diperuntukan untuk keselamatan diri mereka sendiri. body armour tersebut memiliki berat 30 kg, saat memakai body armour

(13)

3

menggunakan body armour tersebut, sirkulasi udara didalamnya tidak lancar dan timbul perasaan tidak nyaman dan dapat memicu emosi serta membangkitkan kecemasan mereka. Pada tugas yang kedua yaitu tugas preventif terdiri dari 1 tim anggota Peleton Jihandak yang terdiri dari 5 orang anggota yang diambil secara acak dari 30 orang anggota tim Jihandak itu sendiri, sesuai perintah atasan yaitu komandan Peleton. Tugasnya adalah melakukan pengamanan dan pencegahan terhadap terjadinya teror bom pada lokasi vital, seperti kediaman pejabat TNI, markas TNI, hingga kediaman Presiden di Cikeas Bogor yang merupakan teritori dari KODAM III/Siliwangi. Tugas ini merupakan tanggung jawab dari Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur 3/Yudha Wyogrha. Pada tugas yang ketiga yaitu pemeliharaan, seluruh anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra memiliki tugas perawatan alat mereka masing-masing, agar terus terjaga dan tidak mengalami kerusakan.

(14)

4

Jihandak, karena peluang untuk dapat menjinakan bom tersebut sangat kecil.

Dalam sistem perekrutannya calon anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dipilih dari orang-orang yang dianggap mempunyai kemampuan IPA yang baik dan bukan seperti sistem penyeleksian yang dilakukan oleh kesatuan lain yang memiliki tugas yang sama riskannya, seperti melakukan psikotes dan bakat akademik anggota. Kebanyakan dari mereka merupakan anggota yang diambil dari kompi-kompi lain yang ada di Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dan langsung ditempatkan di Peleton Jihandak. Dalam survey awal didapatkan hasil 5 dari 5 orang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra menghayati tentang keputusan dirinya diperintahkan untuk menjadi anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra adalah suatu kejadian buruk yang mereka alami, karena pada dasarnya mereka menganggap bahwa bekerja di Peleton Jihandak bukan merupakan tempat untuk meraih materi yang banyak melainkan tempat yang dapat merenggut nyawa mereka dan hal tersebut sangat mereka takuti.

(15)

5

dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan tentang pengevakuasian dan pengamanan. Seperti halnya sekolah pada umumnya, saat menjelang berakhirnya masa kursus mereka diminta untuk membuat bahan peledak atau bom secara berkelompok yang kemudian bahan peledak atau bom tersebut akan diberikan kepada kelompok lain untuk dijinakan. Pada saat survey awal didapatkan 1 dari 5 orang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang mengikuti kursus Jihandak di Pusdikzi Bogor. Anggota tersebut memiliki tugas sebagai operator, menurutnya merupakan suatu kejadian yang buruk yang dirinya terima, karena ketakutan dirinya ketika nanti terjadi kecelakaan dalam tugasnya dan berdampak pada kelangsungan hidup keluarganya, sebab penyokong ekonomi keluarga adalah dirinya.

Setiap anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra datang dengan tipe explanatory style yang berbeda-beda, sehingga sebelum mereka menjadi seorang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra mereka memiliki cara pandang berbeda-beda terhadap kejadian buruk maupun baik yang menimpa mereka. Ketika Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra mendapatkan seorang calon anggota yang memiliki explanatory style pesimistik, hal tersebut akan membahayakan diri anggota tersebut dan lingkungan sekitar yang menjadi lokasi dari ancaman bom tersebut, karena pada dasarnya seseorang yang memiliki explanatory style

(16)

6

subtansial (Scheier dan Carver, 1985). Sehingga ketika seorang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra menganggap pekerjaan mereka bukan suatu hal yang substansial bagi mereka maka sifat optimistik tersebut akan sulit muncul.

Pengertian dari Explanatory Style sendiri adalah bagaimana cara pandang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dalam memandang sebab kejadian buruk maupun baik yang dialaminya, pandangan tersebut akan menentukan

explanatory style mereka, apakah optimistik ataukah pesimistik yang juga dilihat melalui 3 dimensi yang dimiliki oleh explanatory style. 3 dimensi explanatory style adalah

permanence, pervasiveness dan personalization. Pengertian dari dimensi permanence

adalah ketika individu menganggap sebab kejadian buruk atau baik yang dialaminya tersebut akan ada menetap atau sementara, kemudian pengertian dari dimensi

pervasiveness adalah ketika individu memandang sebab kejadian buruk atau baik yang dialaminya tersebut secara spesifik atau universal dan pengertian dari dimensi

personalization adalah ketika individu menganggap sebab kejadian buruk atau baik yang mereka alami tersebut terjadi disebabkan oleh diri sendiri/faktor internal atau orang lain/faktor eksternal (Seligman, 2002)

(17)

7

internal merupakan anggota yang memiliki sifat optimistik. Sebaliknya untuk anggota yang dalam kejadian baik menunjukan karakteristik sementara, spesifik dan eksternal maka mereka merupakan anggota yang memiliki sifat pesimistik (Seligman, 2002).

Bedasarkan hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian pada anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran

explanatory style dari anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang menganggap bahwa penempatan di Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra merupakan kondisi buruk yang mereka alami.

1.2.Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran tentang explanatory style pada anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dilingkungan KODAM III/Siliwangi.

1.3.Maksud dan Tujuan

1.3.1.Maksud Penelitian

Untuk mengetahui gambaran umum mengenai explanatory style dari anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dilingkungan KODAM III/Siliwangi.

1.3.2.Tujuan Penelitian

(18)

8

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1.Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai explanatory style tentang anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dilingkungan KODAM III/Siliwangi dalam ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

2. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai explanatory style pada anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dilingkungan KODAM III/Siliwangi.

1.4.2.Kegunaan Praktis

1. Sebagai masukan kepada KODAM III/Siliwangi dalam hal ini adalah Asisten Personalia Kepala Staff KODAM III/Siliwangi dalam mempertimbangkan penempatan anggota yang akan ditempatkan di Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra dengan melihat explanatory style mereka.

2. Sebagai masukan kepada Komandan Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra untuk memberikan kegiatan yang dapat membantu meningkatkan explanatory style

mereka, seperti latihan penjinakan rutin atau mengikutkan anggota dalam kursus Jihandak.

1.5.Kerangka Pikir

(19)

9

mereka dapat menyikapi kejadian baik ataupun kejadian buruk yang mereka alami itu. Cara pandang terhadap kejadian baik maupun buruk tersebut merupakan explanatory style

(Seligman, 2002).

Explanatory style memiliki tiga dimensi yaitu dimensi permanence, pervasiveness

dan personalization. Dimensi pertama yaitu dimensi permanence merupakan cara pandang seseorang bahwa kejadian buruk maupun kejadian baik yang dialaminya akan berlangsung selamanya atau sementara. Dimensi yang kedua yaitu pervasiveness merupakan cara pandang seseorang bahwa kejadian buruk maupun kejadian baik yang dialaminya akan meluas mempengaruhi aspek kehidupan lainnya atau menyempit pada satu aspek kehidupan saja. Dimensi yang terakhir yaitu dimensi personalization merupakan cara pandang seseorang dalam menghadapi kejadian buruk maupun kejadian baik yang mereka alami terjadi disebabkan oleh faktor internal/diri sendiri atau disebabkan oleh faktor eksternal/orang lain, lingkungan atau keadaan. Setiap kejadian buruk atau kejadian baik akan dijelaskan dengan melihat setiap dimensinya, contohnya dalam kejadian buruk seseorang akan dilihat dari cara pandang mereka pada dimensi permanence yang disebut dengan permanence bad, dimensi pervasiveness yang disebut dengan pervasiveness bad

dan dimensi personalization yang disebut dengan personalization bad. Pada kejadian yang kedua yaitu kejadian baik dilakukan pengukuran sama halnya dengan kejadian buruk diukur melalui setiap dimensinya yaitu permanence good, pervasiveness good, dan

personalization good. Dari hal tersebut akan didapatkan hasil bahwa seseorang tersebut akan memiliki explanatory style yang optimistik, sedang atau pesimistik.

Dalam kejadian buruk atau bad events yang dialami seseorang yang memiliki

(20)

10

mereka alami tersebut akan selalu hadir dalam kehidupannya dan membuat mereka tidak berdaya dikarenakan kejadian buruk tersebut, hal tersebut juga akan mempengaruhi kehidupannya hingga berimbas pada seluruh aspek yang ada dalam kehidupannya seperti masalah percintaan, kesehatan dan sulit untuk bangkit dari permasalahannya tersebut. Hal tersebut diyakinnya karena dirinyalah yang menyebabkan hal itu semua terjadi.

Dalam kejadian buruk atau bad events yang dialami seseorang yang memiliki

explanatory style optimistik, mereka akan menganggap bahwa dalam kejadian buruk yang mereka hadapi tersebut hanya bersifat sementara, jadi mereka yakin bahwa kejadian buruk yang dialaminya tersebut hanya terkadang muncul dan terkadang tidak, dikarenakan ketidakmampuan dirinya dalam satu aspek kehidupan yang membuat dirinya memiliki kejadian buruk tersebut, namun hal tersebut tidak membuatnya terpuruk karena hal tersebut, ia akan bangkit dalam hal lainnya. Mereka juga percaya bahwa kejadian buruk yang dialaminya tersebut merupakan kesalahan orang lain atau keadaan saat itu yang menyebabkan dirinya mendapatkan kejadian buruk tersebut.

(21)

11

Dalam kejadian baik atau good events, seseorang yang memiliki explanatory syle

optimistik mereka akan menganggap bahwa kejadian baik yang dialaminya tersebut akan bersifat menetap dan kejadian baik yang didapatkannya dalam satu aspek kehidupan akan dibawanya menyebar kepada aspek kehidupan lainnya. Kejadian baik yang diterimanya tersebut diyakini karena dirinyalah yang berperan besar dalam mewujudkan kejadian baik tersebut.

Peleton Jihandak merupakan suatu kesatuan yang memiliki tugas yang berbahaya, karena dapat membuat seseorang yang bekerja pada Peleton Jihandak ini menjadi cacat atau hingga merenggut nyawa mereka. Pada awalnya sebagian besar anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra menganggap bahwa berada di kesatuan Peleton Jihandak ini merupakan suatu kejadian buruk yang mereka terima, namun seiring berjalannya waktu mereka dapat menerima kejadian itu. Dengan berada dilingkungan Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra diharapkan mereka tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah suatu kejadian buruk sebab bagi anggota yang menganggap hal tersebut merupakan suatu kejadian buruk, maka akan membuat diri mereka menjadi lebih terpuruk ketika bekerja di Peleton Jihandak kedepannya. Faktanya tidak semua anggota yang masuk kedalam Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra memiliki explanatory style yang optimistik, sehingga anggota yang memiliki explanatory style yang pesimistik akan kesulitan untuk bangkit ketika mereka beranggapan bergabung dengan Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra merupakan suatu kejadian buruk.

(22)

12

kesalahan sehingga membuat dirinya dipanggil dan dimarahi oleh komandan Peletonnya, maka anggota yang memiliki explanatory style pesimistik akan memunculkan sikap dalam kejadian buruk tadi dengan menganggap bahwa komandan Peletonnya adalah orang yang galak, mudah marah dan mengomel sehingga ketika berurusan dengan komandannya tersebut, dirinya pasti akan dimarahi, karena dirinya akan selalu berpikiran bahwa setiap kejadian yang dilakukannya selalu salah oleh komandan Peletonnya tersebut, maka hal tersebut akan membuat dirinya merasa tidak berguna dalam segala hal, karena dia berpikiran bahwa apapun yang dikerjakannya ia akan selalu membuat kesalahan. Dengan hal tersebut ia menganggap bahwa dirinyalah yang menyebabkan kejadian buruk tersebut terjadi, karena dirinya tidak berguna, tidak mampu ataupun bodoh.

Bagi anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style optimistik dalam kejadian buruk, saat kejadian yang sama, dirinya akan memandang bahwa komandan Peletonnya marah karena memang kesalahan yang tersebut yang membuat dirinya marah sehingga dalam hal lainnya kemarahan tersebut tidak akan berdampak pada dirinya tersebut. Kesalahan yang dilakukannya dikarenakan dirinya tidak pandai dalam salah satu bidang sehingga terjadi suatu kesalahan, namun pada bidang lain dirinya yakin dapat melakukannya dengan baik sehingga peluang dimarahi oleh atasannya lagi akan sangat jarang ditemui. Dirinya juga menganggap kejadian buruk yang dialaminya tersebut dikarenakan oleh andil orang lain atau keadaan yang pada saat itu tidak mendukungnya sehingga kejadian buruk tersebut terjadi pada dirinya.

(23)

13

keberhasilan tugasnya dalam menjinakan bahan peledak, maka anggota yang memiliki

explanatory style pesimistik mereka akan menganggap kejadian baik yang dialaminya tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau usaha yang cukup keras yang dilakukannya untuk menjinakan bahan peledak tersebut, karena tanpa usaha yang keras dirinya sangat sulit untuk menjinakan bahan peledak tersebut. Dengan usaha yang keras tersebut dirinya yakin ketika dihadapkan lagi pada ancaman bom dengan jenis bom yang sama dirinya yakin mampu menjinakan bom tersebut, akan tetapi ketika dirinya dihadapkan pada ancaman bom dengan jenis bom yang berbeda dirinya akan merasa kurang yakin dapat menjinkannya. Keberhasilan meraih prestasi tersebut dianggapnya tidak lepas dari bantuan rekan-rekan tim Jihandak, tanpa mereka dirinya merasa tidak bisa melakukan apa-apa.

Bagi anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style optimistik dalam kejadian baik atau good events, saat kejadian yang sama, maka dirinya menganggap kejadian baik yang dialaminya tersebut dikarenakan memang dirinya handal dalam menjinakan bahan peledak sehingga dirinya yakin bahwa ketika nanti dirinya ditugaskan kembali untuk menjinakan bahan peledak, dirinya akan mampu menjinakan bahan peledak tersebut. Keyakinan dalam menjikanan bahan peledak tersebut tidak hanya muncul dalam satu jenis bahan peledak saja, akan tetapi semua jenis bahan peledak dirinya yakin dapat menjinakannya. Prestasi tersebut tidak mungkin dapat diraih tanpa dirinya walaupun itu merupakan tugas dari satu tim represif Jihandak.

(24)

14

Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra terhadap kejadian-kejadian tersebut. Dari pandangan tadi dapat diketahui apakah anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra itu memiliki explanatory style optimistik, pesimistik ataukah derajat sedang, dimana pada derajat sedang ini merupakan titik yang berada diantara derajat optimistik dan pesimistik, dengan artian mereka memiliki kecenderungan untuk optimistik atau pesimistik.

Anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki

explanatory style pesimistik akan membuat diri mereka menjadi depresi, sehingga membuat kondisi mereka secara psikologis maupun kesehatan akan terganggu (Seligman, 2002). Kondisi seperti demikian akan membuat dirinya menjadi tidak maksimal dalam bekerja di Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra. Secara psikologis kepesimistikan yang mereka miliki akan menyebabkan ketidakstabilan dalam emosinya, seperti kecemasan, kekhawatiran dan menjadikannya terpuruk dalam kondisi tersebut. Hal tersebut sangat membahayakan dirinya, karena dalam tugasnya, mereka dituntut tenang ketika mengeksekusi bom atau bahan peledak. Tanpa ketenangan dapat mengakibatkan kerjasama tim akan menjadi tidak lancar dan kemungkinan untuk melakukan kesalahan semakin besar sehingga dapat menyebabkan bahan peledak tersebut menjadi meledak dan melukai hingga membunuh anggota tersebut atau orang-orang sipil yang ada pada jangkauan bahan peledak tersebut.

Bagi anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki

(25)

15

(26)

16

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Asal-usul dari explanatory style:

1. Significant persons explanatory style.

2. Kritik dari significant persons.

3. life crisis.

Anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra

Explanatory Style

Dimensi-Dimensi Explanatory Style:

1. Permanence

2. Pervasiveness

3. Personalization

Optimistik

Sedang

Pesimistik 2 Kejadian yang

dialami:

1. Kejadian Baik (Good Events) 2. Kejadian Buruk

(27)

17

1.6.Asumsi

1. Tugas anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang beresiko membahayakan kehidupan, merupakan kejadian buruk/bad events. 2. Menghadapi kejadian buruk/bad events dengan explanatory style anggota Peleton

Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang bisa berbeda-beda. 3. Kejadian buruk/bad events yang dimaknakan oleh anggota Peleton Jihandak

Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style

optimistik menganggap bahwa hal tersebut akan terjadi sementara, tidak meluas dan disebabkan oleh faktor eksternal. Bagi anggota yang memiliki explanatory style pesimistik menganggap bahwa hal tersebut akan terjadi menetap, meluas dan disebabkan oleh faktor eksternal. Bagi anggota yang memiliki explanatory style

sedang menganggap bahwa hal tersebut akan terjadi tidak selalu menetap namun terkadang sementara, tidak selalu meluas, dan tidak selalu disebabkan oleh faktor eksternal namun terkadang disebabkan oleh faktor internal.

4. Kejadian baik/good events yang dimaknakan oleh anggoa Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style

optimistik menganggap bahwa hal tersebut akan terjadi menetap, meluas, dan disebabkan oleh faktor internal. Bagi anggota yang memiliki explanatory style

(28)

18

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka diperoleh suatu gambaran mengenai explanatory style pada Anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari seluruh anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra menunjukan derajat

explanatory style yang pesimistik jika dibandingkan dengan kelompoknya.

2. Terdapat 6 anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style optimistik.

3. Terdapat 4 anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang memiliki explanatory style pada derajat sedang.

(30)

51

semua anggota yang memiliki derajat explanatory style optimistik telah mengikuti kursus Jihandak di Pusdikzi Bogor.

5.2.Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, diharapkan untuk menjaring data penunjang dari the origin of optimism yang terdiri dari mother explanatory style, adult critism dan children life crisis yang lebih dalam lagi, agar hasil tersebut dapat menjadi informasi tambahan yang penting dalam menjelaskan hasil dari explanatory style dari anggota Peleton Jihandak tersebut.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang serupa dengan melakukan penelitian terhadap anggota Peleton Jihandak lainnya di salah satu Batalyon Zeni Tempur yang ada di seluruh Indonesia, dan peneliti lain bisa mengkomparasikan hasilnya dengan anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra.

5.2.2. Saran Praktis

1. Memberikan kesempatan kursus untuk seluruh anggota Peleton Jihandak Batalyon Zeni Tempur-3/Yudha Wyoghra yang belum mengikuti kursus Jihandak di Pusdikzi Bogor.

(31)

52

(32)

54

DAFTAR PUSTAKA

Seligman, Martin E.P. 2006. Learned Optimism: How To Change Your Mind and Your Life. New York: Pocket Books

Snyder C. R. & Lopez, Shane J. 2002. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

(33)

55

DAFTAR RUJUKAN

http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia http://www.pusdikzi.mil.id/pusdikzi

Panduan penulisan skripsi sarjana, edisi revisi III (Februari 2009) Sejarah Satuan Batalyon Zeni Tempur 3/Yudha Wyogrha

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu menurut BKKBN (2007) faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi laki-laki dalam KB, antara lain terbatasnya sosialisasi dan promosi KB

Pita meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter batang pohon Pita meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter batang

Gambaran school engagement dari penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah dan guru untuk lebih meningkatkan faktor – faktor yang memiliki keterkaitan dengan school

Oleh karena itu pada penelitian kali ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan tahapan pengembangan sistem metode prototype untuk membantu masyarakat untuk

dengan segala aktifitas yang terdapat pada Bank BNI Bukittinggi dalam. memberikan pelayanan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak ahli fikih yang berpendapat wakaf uang adalah boleh. Pada masa sekarang ini, para ulama yang sejalan dengan

Berdasarkan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Kegiatan Pendataan Kapal Nelayan dan Sosialisasi Program Konversi BBM ke BBG untuk

jam; (2) volume akar pada fase R5, dengan metode volumetrik, akar direndam ke dalam air selama 1 jam kemudian ditiriskan dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 ml kosong (gelas