ii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention untuk rutin hadir dalam bimbingan pada dokter yang akan mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Terdapat 4 variabel penelitian yaitu intention, attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kontribusi. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan mixed random sampling dan ukuran sampel berjumlah 106 orang peserta bimbingan belajar Medicuss Group Bandung.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determinan intention yang disusun oleh Icek Ajzen (2005). Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh 47 item valid, dengan validitas berkisar antara 0.309 - 0.730 dan reliabilitas sebesar 0.902. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan analissi regresi dan teknik multiple regresi.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa perceived behavioral control memberikan kontribusi paling besar terhadap intention untuk rutin hadir dalam bimbinganyaitu sebesar 0.620. selain itu, diperoleh determinan yang memiliki hubungan paling erat adalah attitude toward the behavior dan perceived behavioral control sebesar 0.730.
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ………... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ……... v
DAFTAR TABEL …... ix
DAFTAR GAMBAR …... xi
DAFTAR LAMPIRAN ………..…... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8
1.5 Kerangka Pemikiran ... 9
1.6 Asumsi …………... 15
vi
Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Planned Behavior ... 16
2.1.1 Pengertian Planned Behavior... 16
2.1.2 Intention ... 18
2.1.3 Attitudes Toward the Behavior... 18
2.1.4 Subjective Norms ... 20
2.1.5 Perceived Behavioral Control ... 21
2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Intentions terhadap Intentions... 23
2.1.7 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention …….... 24
2.1.8 Background Factors ... 25
2.1.9 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan intention Menjadi Perilaku ... 27
2.1.9.1 Ketidak Sesuaian Antara Intention Dengan Perilaku ... 27
2.1.9.2 Control Factor... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 31
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32
3.2.1 Variabel Penelitian ... 32
3.3 Alat Ukur ... 33
3.3.1 Alat Ukur Planned Bahavior ...... 33
3.3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Planned Bahavior ... 34
3.3.3 Sistem Penilaian... 34
3.3.4 Data Demografis ... 35
3.3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 36
3.3.5.1 Validitas Alat Ukur Planned Behavior ... 36
3.3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur Planned Behavior ... 37
3.4 Populasi Penelitian dan Teknik Sampling ...... 39
3.4.1 Populasi Sasararan Penelitian... 39
3.4.2 Teknik Sampling ... 39
3.5 Teknik Analisis ... 39
3.6 Hipotesis Statistik ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ………...……… 42
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…..…… 42
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……….... 43
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Asal Universitas ….… 43 4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Perkawinan …. 44 4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan UKDI.. 45
viii
Universitas Kristen Maranatha
bimbingan ... 45
4.2 Gambaran Hasil Penelitian ………...….. 47
4.2.1 Intention dan determinan Intention ... 46
4.2.2 Gambaran Korelasi dan Kontribusi Determinan-determinan
Intention terhadap Intention ………. 48
4.2.3 Tabulasi Silang Intention dan Determinan-determinan ….. 49
4.2.4 Tabulasi Silang Intention dan Data Sosiodemografis ……... 51
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 53
4.4 Hipotesis Penelitian ………... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… ………..…. 61
5.2 Saran ………..… 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur Planned Behavior ...………... 34
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian ... 35
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..……...……... 42
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………...…... 43
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Asal Universitas .……...…...…. .... 43
Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 44
Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Frekwensi Keikutsertaan UKDI ….. 45
Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Frekwensi Mengikuti Bimbingan .... 45
Tabel 4.8 Gambaran Hasil Penelitian Intention ... 46
Tabel 4.9 Gambaran Hasil Attitude Toward the Behavior dalam Intention ... 46
Tabel 4.10 Gambaran Hasil Subjective Norms dalam Intention ... 47
Tabel 4.11 Gambaran Hasil Perceived Behavioral Control ... 47
Tabel 4.12 Gambaran Hasil Tabulasi Silang Intention dan Attitude Toward The Behavior ... 49
Tabel 4.13 Gambaran Hasil Tabulasi Silang Intention dan Subjective Norms …. 50 Tabel 4.14 Gambaran Hasil Tabulasi Silang Intention dan Perceived Behavioral Control ... 50
x
Universitas Kristen Maranatha
UKDI ... 51
Tabel 4.16 Gambaran Hasil Tabulasi Silang Intention dan Frekwensi Keikutsertaan
bimbingan ... 51
DAFTAR GAMBAR
Hal
GAMBAR 1.1 Skema Kerangka Pemikiran ………..………. 14
GAMBAR 2.1 Skema Teori Planned Behavior……….…….……….. 17
GAMBAR 3.1 Skema Rancangan Penelitian………...…… 31
GAMBAR 4.1 Skema korelasi dan kontribusi determinan-determinan intention
terhadap intention dan korelasi antar determinan-determinan
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Alat Ukur Planned Behavior
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Mentah Primer
Lampiran 4. Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention
Lampiran 5. Korelasi antar Determinan-determinan
Lampiran 6. Hipotesis Penelitian (SPSS)
Lampiran 7. Crosstabulation Determinan Dengan Intention
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan
pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah
TK-SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi. TK-SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang pendidikan
yang memberikan keahlian khusus masing-masing di bidangnya. Tujuan
perguruan tinggi sendiri adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi atau kesenian. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.60 tahun 1999/www.kemendiknas.go.id)
Ada banyak bidang yang dapat diambil di Perguruan Tinggi yang memberikan
keahlian khusus, salah satunya adalah ilmu kedokteran. Untuk menjadi seorang
dokter tidaklah mudah, ada beberapa tahapan yang harus dilewati. Mahasiswa
kedokteran harus terlebih dahulu menempuh program studi sarjana kedokteran
(S1). Adapun tahapan yang harus dijalani untuk mendapatkan gelar dokter umum,
yaitu setelah lulus jenjang strata 1, seorang mahasiswa kedokteran (yang telah
bergelar Sarjana Kedokteran) harus terlebih dahulu menjalani pendidikan profesi
selama kurang lebih 2 tahun di rumah sakit (yang biasa disebut dengan program
profesi dokter atau ko-asistensi). Setelah dinyatakan lulus ujian profesi dokter,
Universitas Kristen Maranatha 2
hanya sampai disini saja, seorang dokter diwajibkan mengikuti Uji Kompetensi
Dokter Indonesia (UKDI). UKDI adalah uji kompetensi yang harus ditempuh oleh
dokter yang baru lulus Fakultas Kedokteran atau Program Studi Pendidikan
Dokter atau habis masa berlaku registrasinya sebagai salah satu syarat untuk
mengurus registrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Tujuan dari Uji
Kompetensi Dokter Indonesia adalah untuk memberikan informasi berkenaan
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari para lulusan dokter umum
secara komprehensif kepada pemegang kewenangan dalam pemberian sertifikat
kompetensi sebagai bagian dari persyaratan registrasi, untuk kemudian seorang
dokter dapat mengurus pengajuan surat ijin praktek dokter atau “medical license”.
Hal tersebut sesuai dengan undang-undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun
2004 yang menyangkut Uji Kompentensi Dokter Indonesia, Surat Tanda
Registrasi dan Surat Ijin Praktek antara lain Pasal 29 ayat 1: menyangkut
persyaratan melakukan praktek kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Pasal 29 ayat 3 : persyaratan memperoleh STR
termasuk didalamnya memiliki sertifikat kompetensi yang didapat dari UKDI.
(http://kompas.com)
Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Prijo Sidipratomo,
penilaian UKDI di Indonesia masih sangat sederhana. Soal-soal yang diujikan pun
berasal dari Fakultas Kedokteran tempat calon dokter itu belajar. Perguruan
Tinggi yang memiliki Fakultas Kedokteran tempat mahasiswa belajar juga
berkontribusi dalam membuat soal UKDI. Saat ini UKDI tetap dipertahankan
3
Indonesia tidak lulus UKDI dari 13 kali penyelenggaraan ujian sejak tahun 2007.
Para dokter yang tidak lulus tersebut masih diberi kesempatan mengulang dan
diberi pembinaan melalui Fakultas Kedokteran masing-masing. Beruntungnya,
aturan main UKDI di Indonesia masih lebih luwes, membolehkan calon dokter
mengulang ujian hingga akhirnya dinyatakan lulus uji kompetensi.
Uji Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu ujian tertulis
dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination). OSCE merupakan
sebuah metode yang relatif baru untuk menguji kemampuan seorang calon tenaga
medis dalam melakukan pelbagai keterampilan medis yang dimilikinya Metode
OSCE ini sebenarnya diadopsi dari sistem pendidikan kedokteran di luar negeri.
Di Indonesia sendiri sistem ini yang pertama kali menerapkannya adalah
Universitas Indonesia (UI). Namun saat ini hampir di seluruh Fakultas
Kedokteran (FK) di Indonesia telah menerapkan OSCE, selain juga
menyelenggarakan ujian tulis.
Dalam pelaksanaannya, OSCE dibagi menjadi dua tipe, yakni OSCE
terintegrasi dan OSCE terfragmentasi. Perbedaan keduanya terletak pada proses
ujiannya. Jika ujian dimulai sejak awal saat kedatangan pasien simulasi sampai
memberikan resep obat, maka langkah ini dikenal sebagai OSCE terintegrasi.
Sedangkan jika bagian tertentu saja yang diujikan (misalnya anamnesis atau
pemeriksaan fisik saja) maka itu disebut OSCE terfragmentasi.
Sehubungan dengan besarnya kebutuhan para dokter untuk menyiapkan
Universitas Kristen Maranatha 4
diantara para dokter yang memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar
intensif sebagai strategi yang akan membantunya untuk lulus ujian kompetensi
dokter. Salah satu bimbingan belajar yang diminati adalah Medicuss Group.
Medicuss Group adalah kelompok belajar medis yang bertujuan membantu dokter
yang telah menyelesaikan program profesi dalam menghadapi Uji Kompetensi
Dokter Indonesia (UKDI). Satu periode bimbingan akan memakan waktu 1½
bulan (atau ±6 minggu) dan dilaksanakan setiap hari melalui pola bimbingan
terpadu.
Dalam setiap sesi petemuan bimbingan, dilakukan pembahasan teori
kedokteran dalam kelas diskusi kecil. Sesi ini membahas kembali materi-materi
yang didapat semasa mengikuti kuliah S1 dan ko-asistensi, selain menambahkan
materi-materi kedokteran terbaru guna memerbaharui wawasan keilmuan di
bidang kedokteran. Bimbingan belajar ini juga menyelenggarakan kelas
komprehensif, yaitu kelas besar yang membahas beragam soal. Setiap hari
jumlah soal yang dibahas semakin bertambah. Melalui pembahasan soal tersebut,
diharapkan para peserta dapat belajar secara cepat dan komprehensif mengenai
ilmu kedokteran yang sangat luas namun dilakukan dalam waktu singkat. Dalam
hal ini, soal dimaksudkan sebagai alat bantu untuk belajar, bukan sebentuk usaha
untuk menempuh jalan pintas dalam mencari tahu soal yang akan diujikan pada
Uji Kompetensi Dokter Indonesia.
Apabila dicermati, peserta bimbingan Medicuss Group bukan hanya berasal
5
pelbagai daerah di Indonesia, diantarnya Aceh dan Manado. Ini artinya,
kebutuhan untuk menyiapkan diri mengikuti UKDI kiranya menjadi pendorong
utama para dokter ini mengikuti bimbingan di Bandung sekalipun harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Sebagaimana diutarakan dr.Jossep F.
William selaku pemilik bimbingan belajar Medicuss Group, persentase kelulusan
UKDI dari peserta bimbingan ini mencapai 90%. Peserta bimbingan belajar ini
bukan hanya yang baru pertama kali akan mengikuti UKDI, banyak juga diantara
mereka yang tidak lulus pada kesempatan ujian sebelumnya sehingga harus
mengulang mengikuti UKDI.
Dalam mengikuti bimbingan belajar, seorang dokter sepatutnya memiliki
atensi yang tinggi untuk betul-betul bisa memahami materi dan lulus UKDI.
Kehadiran setiap hari pada kegiatan bimbingan belajar dimaksudkan untuk
mengingat, menyegarkan kembali, atau mendapatkan wawasan pengetahuan yang
belum pernah didapat sebelumnnya. Di dalam kegiatan bimbingan belajar juga
dibentuk kelompok-kelompok belajar agar dapat berdiskusi dengan teman-teman
lain mengenai materi yang akan diuji di UKDI.
Keinginan yang kuat untuk lulus UKDI karena bersangkut-paut dengan
kewenangan membuka praktek dokter nantinya, dan mengikuti bimbingan belajar
sebagai strategi untuk membantu kelulusan UKDI merupakan dua hal yang saling
menguatkan para dokter ini. Oleh karena itu, tidaklah heran jika kehadiran secara
rutin dalam proses pertemuan bimbingan belajar menjadi indikator dari keseriusan
Universitas Kristen Maranatha 6
jika berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu yang ingin diraihnya, sedikit banyak
ditentukan oleh niat yang melatarbelakanginya. Berdasarkan survei awal yang
dilakukan pada sepuluh orang peserta bimbingan belajar Medicuss Group,
didapatkan bahwa enam orang peserta bimbingan (60%) menyatakan berniat
(intention) untuk melakukan bimbingan secara teratur di bimbingan belajar
Medicuss Group, sementara empat orang sisanya (40%) menyatakan cukup
berniat untuk melakukan bimbingan belajar secara teratur. Ketika ditanya
mengenai alasannya, enam orang peserta bimbingan (60%) merasa tertarik untuk
melakukan bimbingan setiap hari karena membantu persiapan dalam menghadapi
UKDI. Peserta bimbingan menghayati bahwa melakukan bimbingan setiap hari
lebih banyak memberikan konsekuensi yang positif berupa latihan soal dan trik
bagaimana cara menjawab soal tersebut.
Seorang tokoh, Icek Ajzen (1991), mencetuskan teori planned behavior.
Teori ini menyatakan setiap perilaku manusia ditentukan oleh seberapa kuat niat
(intention) seseorang dalam mengerahkan usaha secara sadar untuk melakukan
sesuatu. Demikian pula perilaku peserta bimbingan belajar Mediccus Group untuk
hadir bimbingan setiap hari, tentu berkaitan dengan niat (kuat atau lemah) yang
mendasarinya. Menurut teori planned behavior, intention (dan behavior) adalah
fungsi dari tiga determinan dasar, yang pertama adalah attitude toward the
behavior. Attitude toward behavior adalah sikap favorable / unfavorable terhadap
evaluasi positif atau negatif seseorang dalam menampilkan perilaku tertentu.
Determinan kedua adalah persepsi seseorang mengenai tuntutan dari orang-orang
7
menampilkan suatu perilaku dan kesediaan untuk mengikuti orang-orang tersebut,
determinan ini disebut subjective norms. Determinan yang ketiga adalah persepsi
seseorang mengenai kemampuan untuk menampilkan suatu perilaku yang disebut
perceived behavioral control. Secara umum manusia cenderung menampilkan
suatu perilaku ketika mereka mengevaluasi bahwa perilaku tersebut positif,
merasakan adanya tekanan sosial untuk menampilkan perilaku tersebut, dan
merasa yakin mereka memiliki sumber daya dan kesempatan untuk menampilkan
perilaku tersebut.
Rutinitas kehadiran di setiap sesi pertemuan kelas, partisipasi aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok, keinginan kuat untuk mencari sumber-sumber bacaan
terkini, menujukkan rasa ingin tahu yang besar dalam sesi kelas melalui
pertanyaan-pertanyaan yang menggugah, merupakan beberapa indikator dari
kuatnya niat peserta bimbingan belajar untuk lulus dalam UKDI. Melalui
penelitian ini penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar intention dan
determinan-determinannya untuk hadir bimbingan pada dokter yang akan
mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia di bimbingan belajar Mediccus
Group.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, identifikasi
permasalahan dapat dirumuskan “bagaimanakah gambaran intention berikut
kontribusi determinan-determinannya untuk rutin hadir bimbingan” di Mediccus
Universitas Kristen Maranatha 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
determinan-determinan dan intention untuk hadir bimbingan dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran kekuatan kontribusi determinan-determinan terhadap
intention dan hubungan antar determinan untuk hadir bimbingan di Mediccus
Group dari para dokter yang akan mengikuti UKDI .
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Ilmiah
Menambah informasi mengenai gambaran kontribusi determinan
determinan terhadap Intention dari teori planned behavior kepada
peneliti-peneliti lain, khususnya dalam bidang kajian psikologi
pendidikan.
Menambah informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai teori planned behavior dalam melakukan usaha para dokter
untuk hadir bimbingan guna menghadapi UKDI
1.4.2. Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada dokter peserta bimbingan, bagaimana
derajat intention di Medicuss Group dan kontribusi yang paling
berpengaruh dari determinan-determinan intention dokter peserta
9
peserta mampu meningkatkan intentionnya untuk hadir bimbingan guna
maenghadapi UKDI.
Memberikan informasi kepada para dokter pengajar (sharing leader)
bimbingan Medicuss Group Bandung mengenai intention dan
determinan-determinannya agar lebih mampu mendorong peserta bimbingan untuk
hadir bimbingan guna menghadapi UKDI.
1.5. Kerangka Pemikiran
Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku berdasarkan akal sehat
dan selalu memertimbangkan dampak dari perilakunya. Hal ini yang membuat
seseorang berniat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Di
dalam teori planned behavior, niat seseorang untuk menampilkan suatu perilaku
disebut intention. Intention adalah suatu keputusan mengerahkan usaha untuk
menampilkan suatu perilaku. Seseorang yang berperilaku dengan dilatarbelakangi
oleh niat tertentu akan memiliki intensitas, kualitas, dan kesungguhan yang tinggi
untuk meraih goal yang ingin dicapainya.
Icek Ajzen (2005) menemukenali tiga determinan yang berkontribusi
terhadap intention, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms dan
perceived behavioral control. Penjelasan setiap determinan akan diutarakan
berturut-turut berikut ini: determinan pertama yaitu sikap terhadap evaluasi positif
atau negatif individu untuk menampilkan suatu perilaku (Attitude Toward
Behavior). Attitude toward behavior didasari oleh keyakinan tentang konsekuensi
Universitas Kristen Maranatha 10
suatu perilaku. Determinan yang kedua yaitu persepsi individu terhadap tuntutan
dari orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau tidak menampilkan
suatu perilaku sekaligus mencerminkan kesediaan untuk mengikuti orang-orang
yang signifikan tersebut (subjective norms). Subjective norms didasari oleh
keyakinan seseorang bahwa dirinya atau kelompok yang penting baginya akan
mengharapkan atau tidak mengharapkan dirinya menampilkan suatu perilaku serta
kesediaan individu untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut.
Determinan intention yang ketiga adalah perceived behavioral control, merujuk
pada persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menampilkan suatu
perilaku. Perceived behavioral control didasarkan oleh keyakinan mengenai ada
atau tidak adanya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat dalam
menampilkan suatu perilaku.
Bila determinan attitude toward the behavior ini diterapkan pada dokter
yang tengah mengikuti bimbingan di Mediccus Group sebagai persiapan untuk
menjalani UKDI, akan dijumpai penjelasan sebagai berikut. Jika seorang dokter
yang akan mengikuti UKDI berkeyakinan bahwa mengikuti bimbingan belajar
akan memberikan akibat yang positif maka dirinya akan memiliki sikap favorable
untuk rutin hadir dalam bimbingan, karennaya intention dari dokter tersebut akan
semakin kuat untuk untuk memersiapkan UKDI. Sebaliknya, jika seorang dokter
yang akan mengikuti UKDI berkeyakinan bahwa mengikuti bimbingan belajar
akan memberikan dampak yang negatif maka dokter tersebut akan memiliki sikap
11
UKDI yang baik (attitude toward behavior) sehingga intention dokter yang akan
mengikuti UKDI akan semakin lemah untuk rutin menghadiri bimbingan.
Dokter yang memiliki subjective norms yang positif akan memersepsi
bahwa orang–orang yang penting bagi mereka, seperti orangtua, teman dekat,
teman sejawat ataupun dosen menuntutnya untuk rutin hadir bimbingan.
Orang-orang yang signifikan itu akan mengingatkannya untuk bimbingan,
sungguh-sungguh mengikutinya, berkonsentrasi saat memecahkan soal-soal, menghayati
bahwa bimbingan itu penting sebagai strategi lulus UKDI karena ditopang oleh
kesadaran bahwa masa depan terkait dengan profesi sebagai dokter akan diawali
dengan kelulusan UKDI. Sebaliknya, jika dokter memiliki subjective norms
negatif, diantaranya orangtua tidak menegurnya jika jarang hadir bimbingan,
mengikuti ajakan teman untuk bolos bimbingan, tidak serius memerhatikan saat
dilakukan pembahasan soal-soal di kelas bimbingan, tidak serius memersiapkan
materi diskusi dalam kelompok kecil, atau secara singkat dapat dikatakan tidak
melakukan usaha untuk hadir karena orang yang penting baginya juga jarang
menuntutnya melakukan hal tersebut. Dapat dikatkan niat dokter untuk hadir
dalam bimbingan menjadi semakin lemah.
Determinan intention yang ketiga adalah perceived behavioral control.
Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemampuan
mereka untuk menampilkan suatu perilaku. Perceived behavioral control
didasarkan oleh keyakinan mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang
mendukung atau menghambat dalam menampilkan suatu perilaku. Dokter yang
Universitas Kristen Maranatha 12
bahwa diri mereka mudah, memungkinkan, dan mencoba untuk hadir rutin dalam
bimbingan, seperti memiliki kendaraan pribadi, kos dekat dengan tempat
bimbingan, mengatur jadwal tidur agar bisa bangun pagi untuk mengikuti
bimbingan dan dokter mampu bertahan dalam kebosanan sehingga niat mereka
untuk hadir dalam bimbingan semakin kuat. Sebaliknya, dokter yang memiliki
perceived behavioral control negatif akan mempersepsi diri mereka sulit, kurang
memungkinkan, dan tidak mencoba untuk rutin hadir dalam bimbingan, sehingga
mereka tidak akan berusaha untuk mengatur waktu tidur mereka agar dapat
bangun lebih pagi untuk hadir dalam bimbingan, jauhnya rumah dari temoat
bimbingan, tidak memiliki kendaraan, dan kurang mampu bertahan dalam
kebosanan, sehingga niat mereka menjadi semakin lemah.
Ketiga determinan tersebut mencerminkan kuat atau lemahnya intention
(niat) seseorang dalam menampilkan suatu perilaku, tetapi kekuatan pengaruh
setiap determinan adalah berbeda, dan tergantung dari determinan apa yang
memberikan pengaruh paling kuat. Misalnya dokter yang memiliki attitude
toward the behavior yang positif dan determinan tersebut memiliki pengaruh
paling kuat terhadap intention, maka intention dokter untuk melakukan usaha
untuk rutin hadir dalam bimbingan akan kuat walaupun dua determinan yang
lainnya negatif. Begitu pula sebaliknya, apabila attitude toward the behavior yang
dimiliki dokter negatif dan kedua determinan yang lain positif, intention dokter
untuk melakukan usaha untuk rutin hadir dalam bimbingan dapat lemah karena
attitude toward the behavior memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap
13
Apabila diantara attitude toward behavior, subjective norms, dan
perceived behavior control memiliki hubungan erat yang positif, maka dokter
peserta bimbingan belajar Medicuss Group Bandung bersikap tertarik untuk rutin
hadir dalam bimbingan karena merasa akan membantu ketika mengerjakan soal
UKDI untuk mendapat nilai yang baik. Selain itu, dokter memersepsi merasa
mampu untuk bangun pagi, mampu bertahan dalam kebosanan, memiliki tempat
tinggal yang dekat dengan tempat bimbingan, dan sesuai dengan tuntutan dari
orang-orang yang signifikan seperti dosen, orang tua, dan teman akan
mempengaruhi usaha dokter untuk rutin hadir dalam bimbingan semakin kuat.
Apabila diantara attitude toward behavior, subjective Norms, dan
perceived behavior control memiliki hubungan erat yang negatif, maka dokter
peserta bimbingan Medicuss group Bandung bersikap kurang tertarik untuk rutin
hadir bimbingan karena kurang mampu untuk bangun pagi dan bertahan dalam
kebosanan ketika mengikuti bimbingan selama 3 jam kelas besar dan 3 jam kelas
kecil setiap harinya, memiliki tempat tinggal yang jauh dari kampus, dan
orang-orang yang signifikan tidak menuntut dokter untuk selalu hadir dalam bimbingan
akan mempengaruhi usaha dokter peserta bimbingan Medicuss Group Bandung
untuk hadir dalam bimbingan semakin lemah. Kontribusi dan korelasi dari ketiga
determinan tersebut akhirnya akan memengaruhi kuat atau lemahnya intention
dokter peserta bimbingan belajar medicuss Group Bandung untuk rutin hadir
bimbingan guna menghadapi UKDI. Skema kerangka pemikiran dapat
Universitas Kristen Maranatha 14
Bagan 1.1 Skema kerangka pemikiran Dokter peserta bimbingan
belajar di Medicuss Group Bandung
Attitude toward behavior
Subjective norms
Perceived behavior control
Intention Rutin hadir dalam
15
1.6. Asumsi
Dari kerangka pemikiran di atas, peneliti mempunyai asumsi, yaitu :
1) Dokter peserta bimbingan belajar Medicuss Group dalam mengikuti
bimbingan belajar akan memiliki attitude toward the behavior yang
berbeda-beda dari favorable hingga unfavorable, subjective norms
yang berbeda-beda dari positif hingga negatif, dan perceived behavior
control yang berbeda-beda.
2) Ketiga determinan di atas saling berhubungan dan berkontribusi
terhadap intention dokter peserta bimbingan belajar Medicuss Group
Bandung untuk rutin hadir dalam bimbingan.
3) Dokter peserta bimbingan belajar Medicuss Group Bandung memiliki
intention yang berbeda-beda untuk rutin hadir dalam bimbingan.
4) Kuat atau lemahnya niat dokter peserta bimbingan belajar Medicuss
Group Bandung untuk rutin hadir dalam bimbingan dapat tergantung
pada kontribusi terbesar dari salah satu determinan yang paling penting
bagi dokter tersebut.
1.7. Hipotesis
Terdapat kontribusi dari determinan-determinan intention terhadap
intention pada dokter peserta bimbingan belajar Medicuss group yang akan
61
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan
terhadap intention untuk rutin hadir dalam bimbingan pada dokter peserta
bimbingan belajar Medicuss Group yang akan mengikuti UKDI, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ketiga determinan intention
memiliki korelasi dan kontribusi terhadap intention untuk rutin hadir
dalam bimbingan pada dokter peserta bimbingan belajar Medicuss Group
yang akan mengikuti UKDI.
2. Determinan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap intention untuk
rutin hadir dalam bimbingan adalah perceived behaviour control. Hal ini
berarti niat untuk rutin hadir bimbingan pada dokter peserta bimbingan
belajar Medicuss Group Bandung dipengaruhi oleh persepsi para peserta
bimbingan akan kemampuan dari dirinya sendiri untuk menampilkan atau
tidak menampilkan perilaku untuk rutin hadir dalam bimbingan. Peserta
bimbingan memiliki persepsi bahwa hadir bimbingan secara rutin bukan
suatu hambatan bagi dirinya. Dengan hadir rutin bimbingan dianggap
62
3. Determinan attitude toward the behavior adalah determinan kedua yang
memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap intention. Hal ini berarti
peserta bimbingan memiliki niat untuk rutin hadir dalam bimbingan
karena merasa kegiatan tersebut penting dan menguntungkan bagi dirinya
untuk membantu dalam menjawab soal-soal UKDI, karena dengan hadir
bimbingan setiap hari, peserta bimbingan mendapat informasi yang
dibutuhkan semakin jelas, gambaran seperti apa soal yang keluar di UKDI,
menambah pengetahuan akan teori yang tidak diketahui sebelumnya, lebih
terlatih dalam menjawab soal karena soal latihan setiap harinya terus
bertambah dan akhirnya peserta bimbingan ini semakin favorable perilaku
untuk rutin hadir dalam bimbingan.
4. Determinan yang terkecil memberikan kontribusi terhadap intention
adalah subjective norms. Hal ini berarti peserta bimbingan memiliki
persepsi bahwa tuntutan dan dorongan dari orang-orang signifikan, seperti
teman, pacar, sharing leader dan orang tua tidak terlalu berpengaruh pada
keputusan peserta bimbingan untuk rutin hadir dalam bimbingan. Peserta
bimbingan merasa bahwa perilaku rutin hadir dalam bimbingan untuk
membantu UKDI adalah tanggung jawab dirinya sendiri meskipun peserta
bimbingan memiliki persepsi ada atau tidaknya tuntutan dan dorongan dari
orang-orang signifikan di lingkungannya untuk rutin hadir dalam
bimbingan.
5. Determinan yang memiliki korelasi paling erat adalah antara attitude
Universitas Kristen Maranatha 63
peserta bimbingan memiliki persepsi bahwa dirinya mampu melakukan
dan memiliki persepsi bahwa rutin hadir dalam bimbingan bukan
merupakan suatu hambatan dirinya meskipun bimbingan diadakan dari
pagi hingga sore hari yang mengharuskan mereka bertahan dalam
kebosanan, dan semakin diperkuat dengan persepsi bahwa rutin hadir
dalam bimbingan merupakan kegiatan yang menguntungkan untuk
membantu mengerjakan soal UKDI dan memiliki kualitas yang baik
(favourable), dan pada akhirnya intention peserta bimbingan untuk rutin
hadir dalam bimbingan semakin kuat.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
1. Untuk penelitian lebih lanjut, yaitu mengenai Kontribusi
Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Rutin Hadir Dalam
Bimbingan Pada Dokter Peserta Bimbingan Belajar Medicuss Group yang
Akan Mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).
2. Memberi informasi dan masukan melalui pihak-pihak yang berwenang
untuk memberi dorongan pentingnya rutin hadir dalam bimbingan dan
kepada pihak kurikulum bimbingan belajar juga sharing leader untuk
membuat suatu sistem belajar agar peserta bimbingan bisa hadir secara
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.
Ajzen, Icek. 2006. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.
Bamberg, Sebastian., Ajzen, Icek., Schimdt, Peter. 2003. Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior,
Habit, and Reasoned Action. Journal of Basic and Applied Social
Psychology, 25. 175-187. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Davis, Larry E. 2002. The decision of African American students to complete
high school : An application of the theory of planned behavior. Journal
of Educational Psychology. 810-819. American Psychological Association. Inc.
Francis, Jillian J., Eccles, Martin P. 2004. Constructing Questionnaires Based On The Theory of Planned Behaviour. A Manual for Health Services Researchers. United Kongdom :Centre for Health Services Research, University of Newcastle.
Guilford, J. P. 1956. Fundanmental Statistics in Psychology and Education. (3rd
Ed.). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Santrock, John. W., 1998. Adolescent Development, Seventh Edition, USA : McGraw-Hill, Inc.
Santrock, John. W., 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta Penerbit Erlangga
Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.
65
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Anugerah, Nur. 2009. Skripsi: Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Pada Pasien Stroke Rawat Jalan Untuk Melakukan Fisioterapi Secara Teratur di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Universitas Kristen Maranatha
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi II – Agustus 2007. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Data peserta bimbingan belajar Medicuss Group.
www.kemendiknas.go.id
www.kompas.com