• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Determinan-determinan Terhadap Intention untuk Melakukan Pertemuan Kelompok pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Determinan-determinan Terhadap Intention untuk Melakukan Pertemuan Kelompok pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas "X" Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk melakukan pertemuan kelompok pada Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di Universitas “X” Bandung. Terdapat empat variabel di dalam penelitian ini yaitu intention, attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang mengacu pada Teori Planned Behavior yang disusun oleh Icek Ajzen (2005), dan dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan konteks dan sampel penelitian. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 31 item valid dari 34 item yang diujikan, validitas item intention berkisaran 0.674 – 0.769, item attitude toward the behavior berkisaran 0.348 – 0.629, item subjective norms berkisaran 0.302 – 0.724, item perceived behavior control berkisaran 0.435 – 0.666 dan reliabilitas item intention sebesar 0.765, item attitude toward the behavior sebesar 0.495, item subjective norms sebesar 0.605, item perceived behavior control sebesar 0.599.Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis regresimultiple dan korelasi Pearson. Secara bersama-sama ketiga determinan berkontribusi terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil terhadap PKK PMK yaitu sebesar 0.435. Attitude toward the behavior memberikan kontribusi terbesar terhadap intention sebesar 0.462, perceived behavioral control memberikan kontribusi sebesar 0.266, sedangkan subjective norms memberikan kontribusi terkecil sebesar 0.042 dan tidak signifikan terhadap intention.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this study is to know the contribution of determinants on the intention in doing a group meeting by small group leader (Pemimpin Kelompok Kecil / PKK) community of cristian students (Persekutuan Mahasiswa Kristen / PMK) at “X” University Bandung. There are four variables in this study which are intention, attitude toward the behavior, subjective norms, and perceived behavioral control.

The measuring instrument in this study is a questionnaire that refers to Planned Behavior Theory arranged by Icek Aizen (2005) dan has been modified by researcher according to the contexts and study sample. Based on validity test result using Pearson dan reliability test using Alpha Cronbach’s reliability coefisien obtained 31 valid items out of 34 items tested, validity intention items range 0.674 – 0.769, attitude toward the behavior items range 0.348 – 0.629, subjective norms items range 0.302 – 0.724, perceived behavior control range 0.435 – 0.666 and reliability intention items 0.765, attitude toward the behavior items 0.495, subjective norms items 0.605, perceived behavior control items 0.599. The data result treated by using multiple reggression analysis technique and Pearson correlation. Three determinants altogether contributes to intention of doing a Kelompok Kecil’s meeting into PKK PMK is 0.435. Attitude toward the behavior’s contribution to intention is 0.462, perceived behavioral control’s contribution is 0.266, while subjective norms give the smallest contribution 0.042 and not significant to intention.

(3)

iv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul

LEMBAR PENGESAHAN ………i

KATA PENGANTAR ………..ii

ABSTRAK ………v

ABSTRACT………vi

DAFTAR ISI ……….vii

DAFTAR TABEL ………....xi

DAFTAR BAGAN ………xii

BAB I PENDAHULUAN ………....1

1.1 Latar Belakang Masalah………...…………...1

1.2 Identifikasi Masalah ……….…………...12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….…………...12

1.3.1 Maksud Penelitian ……….…………...12

1.3.2 Tujuan Penelitian ……….12

1.4 Kegunaan Penelitian ………...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ………12

1.4.2 Kegunaan Praktis ………...13

1.5 Kerangka Pikir ………14

1.6 Asumsi ………..23

1.7 Hipotesis Penelitian ………23

(4)

1.7.2 Hipotesis Khusus .………24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..………....25

2.1 Teori Planned Behavior ……...………...25

2.1.1 Pengertian Planned Behavior ………..………25

2.1.2 Intention ………...26

2.1.3 Determinan-Determinan Intention ………...……27

2.1.3.1 Attitude Toward the Behavior ………...………27

2.1.3.2 Subjective Norms ………..…………29

2.1.3.3 Perceived Behavioral Control ………..…………30

2.1.4 Pengaruh Determinan- Determinan terhadap Intention …………...………31

2.1.5 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention …………..………….32

2.1.6 Background factors ………...………...33

2.1.7 Target, Action, Context and Time ……….34

2.2 Periode Masa Dewasa Awal ………..…………35

2.2.1 Masa Dewasa Awal ………..…………..35

2.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal ……….…………36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..39

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ………..39

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ………...39

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….40

3.3.1 Variabel Penelitian ……….40

3.3.2 Definisi Operasional……….40

(5)

vi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinan Intention ………41

3.4.2 Sistem Penilaian ………44

3.4.3 Data Pribadi ………45

3.4.4 Validitas Alat Ukur ……….45

3.4.5 Reliabilitas Alat Ukur ………46

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ………..47

3.5.1 Populasi Sasaran………...47

3.5.2 Karakteristik Populasi ………47

3.6 Teknik Analisis Data ………..48

3.7 Hipotesis Statistik………48

3.7.1 Hipotesis Umum ………...48

3.7. 2 Hipotesis Khusus ….………49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..………....51

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian………51

4.1.1 Jenis Kelamin .………..51

4.1.2 Usia ………….………..52

4.2 Hasil Penelitian …….………..52

4.2.1 Uji Hipotesis …….………..52

4.2.2 Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention dan Korelasi Antara Determinan-Determinan dalam Intention …….………..54

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian …….………..55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …….………..62

(6)

5.2 Saran …….………...………..63

5.2.1 Saran Teoritis …….………..……….………..63

5.2.2 Saran Praktis …….………..……….………..64

DAFTAR PUSTAKA ………...66

DAFTAR RUJUKAN ………67

DAFTAR LAMPIRAN ………xiii

(7)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur 43

Tabel 3.2 Sistem Penilaian 44

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 51

[image:7.595.130.508.300.601.2]

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 52

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir 22

Bagan 2.1 Teori Planned Behavior 26

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian 39

Bagan 4.1 Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention dan

(9)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENGAMBILAN DATA

LAMPIRAN 2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN 3 HASIL JAWABAN

LAMPIRAN 4 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

ALAT UKUR INTENTION DAN DETERMINAN – DETERMINANNYA

LAMPIRAN 5 GAMBARAN HASIL INTENTION DAN

DETERMINAN-DETERMINAN INTENTION

LAMPIRAN 6 HASIL OUTPUT REGRESI SPSS INTENTION DAN

DETERMINAN-DETERMINAN

LAMPIRAN 7 CROSSTABULATION DETERMINAN-DETERMINAN

DENGAN INTENTION

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama mempunyai

pengaruh kuat terhadap sikap pemeluknya, hal ini terbukti dengan adanya fungsi dan

peranan agama yang berkaitan dengan motivasi, nilai etik, dan harapan. Agama

berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu

aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama

dinilai mempunyai unsur ketaatan. Dengan nilai etik membuat individu berperilaku

jujur, karena dalam melakukan sesuatu tindakan seorang akan terikat kepada

ketentuan antara mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut ajaran agama

yang dianutnya. Adapun dengan adanya harapan maka mampu mendorong bagi

pemeluknya untuk bersikap ikhlas dan menerima cobaan serta berdoa (Sirojulwahab,

2012).

Dalam kehidupan keluarga, nilai-nilai ajaran agama bagi kehidupan seorang

anak akan mempengaruhi dan memberikan dampak yang positif terhadap

pembentukan karakter anak sejak kecil hingga dewasa kelak (Anshari, 1991).

Pembinaan agama berawal dari dalam keluarga sejak anak kecil dan dilanjutkan serta

diperkuat mulai sekolah dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.

Universitas ‘’X’’ merupakan perguruan tinggi swasta di Bandung dengan Visi

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha keteladanan Yesus Kristus. Dengan Visi dan Misi tersebut diharapkan mahasiswa

dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan di setiap masing-masing bidang

perkuliahan atau jurusan yang ditempuh berdasarkan dengan nilai-nilai Kristiani.

Berdasarkan data kemahasiswaan dari Koordinatoor Badan Pelayanan Kerohanian

(BPK) di Universitas ‘’X’’ Bandung pada tahun 2014/2015 jumlah keseluruhan

mahasiswa Universitas ‘’X ” Bandung mayoritas beragama Kristen Protestan.

Universitas “X” memiliki beberapa unit kegiatan dalam bidang kerohanian,

dengan tujuan membantu mahasiswa memegang teguh nilai-nilai dan ajaran agama

Kristen serta dalam mengembangkan potensi keberagamaan yang dimiliki

mahasiswa. Salah satu kegiatan tersebut yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)

yang didirikan oleh Badan Pelayanan Kristen (BPK), sebagai wadah pembinaan

kerohanian bagi mahasiswa Kristen untuk dapat mengembangkan potensi

keberagamaan yang dimiliki setiap mahasiswa. Dalam kitab suci Kristiani (Ibrani 10 :

25) dinyatakan ‘’janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah

kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat’’. Ayat tersebut menjelaskan bahwa pentingnya komunitas sebagai wadah belajar untuk

pertumbuhan iman seseorang. Badan Pelayanan Kerohaniaan (BPK) di Universitas

‘’X’’ Bandung merupakan organisasi yang resmi karena ada di dalam struktur

organisasi Universitas “X”. Badan Pelayanan Kerohanian (BPK) berkoordinasi

(12)

3

melibatkan seluruh Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) yang ada di Universitas

“X” Bandung dan TPM sebagai perantara antara PMK dengan BPK .

Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung dibagi

berdasarkan fakultas dan jurusan yang tersedia sehingga terbentuk tujuh PMK. Setiap

tahun ajaran baru pengurus PMK membuat stand untuk memperkenalkan tujuh PMK

yang ada di Universitas “X”. Setiap mahasiswa baru yang datang ke stand PMK

menuliskan nomor handphone mereka untuk memudahkan pengurus melakukan

penjangkauan seperti mendekatkan diri dengan mahasiswa baru dan memberikan

informasi kegiatan persekutuan setiap minggunya sehingga mahasiswa baru terlibat

mejadi jemaat di dalam PMK. Setelah satu bulan mahasiswa baru terlibat menjadi

jemaat PMK maka pendamping dan pengurus PMK melakukan penantangan kepada

mahasiswa baru untuk terlibat di dalam Kelompok Kecil. Hal tersebut dilakukan agar

mahasiswa baru mengetahui lebih dahulu kondisi di dalam persekutuan, mengenal

dan menjalin relasi dengan jemaat persekutuan lainnya sehingga mahasiswa baru

merasa nyaman dan tidak terbebani melainkan dengan suka rela dan keinginan sendiri

untuk terlibat di dalam Kelompok Kecil.

Berdasarkan data dari Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) pada tahun 2014,

terdapat ±450 mahasiswa yang terdaftar di PMK. Kegiataan pembinaan rutin yang

dilaksanakan oleh pengurus dan pendamping PMK setiap minggunya, yaitu

persekutuan mahasiswa, persekutuan doa, dan Kelompok Kecil (KK). Sebuah

Kelompok Kecil terdiri dari Anggota Kelompok Kecil (AKK) dan seorang

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha Pemimpin Kelompok Kecil merupakan orang yang memimpin dan bertanggungjawab

atas berjalannya Kelompok Kecil. Salah satu utama yang harus dilakukan terlebih

dahulu untuk menjadi seorang PKK adalah dengan mengikuti Kelompok Kecil atau

menjadi AKK pada Kelompok Kecil.

Berdasarkan data dari Seksi Kelompok Kecil Tim Pelayanan mahasiswa (TPM),

sampai saat ini terdapat ± 119 Kelompok Kecil dan ± 339 mahasiswa yang mengikuti

Kelompok Kecil dari tujuh PMK di Universitas “X” Bandung. Berdasarkan

wawancara dengan Ketua Badan Pembinaan Kerohaniaan (BPK) di peroleh informasi

bahwa Kelompok Kecil adalah kumpulan tiga sampai empat individu (yang sepakat

untuk bertemu secara teratur dalam waktu-waktu yang telah disepakati) dalam

interaksi tatap muka, dimana masing-masing menyadari bahwa terdapat

ketergantungan yang positif diantara mereka dalam mencapai tujuan murid Kristus

yang lebih baik. Pembinaan kerohanian pada mahasiswa melalui Kelompok Kecil

(KK) sebagai wadah pendidikan agama Kristen dengan tujuan untuk meningkatkan

tingkat keberagamaan mahasiswa dan diharapkan mahasiswa dapat berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai dan ajaran Kristen. Pemimpin Kelompok Kecil dan Aanggota

Kelompok Kecil juga dilatih dasar-dasar kehidupan Kekristenan seperti melakukan

saat teduh dengan teratur, jam doa yang teratur, memiliki kerinduan untuk melayani

di Persekutuam sesuai dengan talenta yang dikaruniakan-NYA, dan terlatih menjadi

terampil dalam berdoa. Kegiatan yang dilakukan di dalam Kelompok Kecil yaitu

(14)

5

mendiskusikan dan mengisi pertanyaan-pertanyaan dari buku panduan atau bahan

PA, berdoa, dan saling berbagi berkat (sharring).

Jadi Tugas dan panggilan Gereja melalui lembaga pendidikan Universitas “X’’

Bandung ini adalah pemuridan yaitu amanah Kristus yang ada di dalam Alkitab (Mat

28 : 19-20) dinyatakan‘’Yesus mendekati mereka dan berkata: kepada-Ku telah

diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan roh Kudus’’ ayat ini menjadi landasan dasar Kelompok Kecil sebagai respon seseorang terhadap

panggilan Allah.

Memimpin Kelompok Kecil tidak hanya sekedar memberikan informasi, namun

juga diharapkan dapat membuat perubahan hidup orang yang dibinanya. Pemimpin

harus dapat menunjukkan karakter seorang pemimpin dalam dirinya, melalui

pelayanannya memimpin setiap orang yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Sebagai

murid, individu berjuang terus supaya semakin serupa dengan Kristus. Sebagai

pelayan, individu menginvestasikan hidupnya kepada yang dilayani sebagai

pertanggungjawaban imannya kepada Tuhan. Sebagai gembala, individu memelihara,

melindungi, dan menjaga setiap murid yang dipercayakannya.

Berdasarkan wawancara pada Mei 2014 dengan salah seorang alumni yang

pernah menjadi pendamping PMK mengatakan bahwa mahasiswa perlu terlibat di

dalam Kelompok Kecil dimana mereka (mahasiswa) dibina dan membina untuk

mempersiapkan diri ke dalam masyarakat ketika mereka sudah menjadi alumni.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Kecil untuk mengetahui kondisi ‘proyek ketaatan’’ dan membantu pertumbuhan

rohani AKK mereka seperti ketaatan saat teduh, berdoa syafaat, berpuasa, membaca

Alkitab (bible reading), melayani, mengaku dosa, dan mengucap syukur. Namun

dalam pelaksanaannya pertemuan Kelompok Kecil tidaklah mudah untuk dilakukan,

sampai saat ini masih ada beberapa Kelompok Kecil yang tidak melakukan

pertemuan Kelompok Kecil dengan teratur bahkan ada yang tidak melakukan

pertemuan Kelompok Kecil sejak KK tersebut dibentuk.

Dari hasil wawancara dengan koordinator bidang Kelompok Kecil dari Tim

Pelayanan Mahasiswa (TPM) Universitas “X” Bandung pada September 2014 di

peroleh informasi bahwa sekitar 45% Kelompok Kecil dari jumlah keseluruhan PMK

dapat dikatakan berjalan dengan baik karena sesuai dengan kriteria Kelompok Kecil

sehat. Pengertian dari kriteria Kelompok Kecil sehat yaitu, minimal dalam satu

semester Pemimpin Kelompok Kecil melakukan pertemuan sebanyak 8x dan

membahas bahan PA atau buku panduan minimal tiga bab. Selain itu, ada usaha dari

PKK untuk membangun komunikasi dan relasi yang akrab dengan AKK seperti hadir

di Gereja, PMK dan kegiatan rohani lainnya dengan bersama-sama.

Adapun selebihnya 55% Kelompok Kecil dapat dikatakan kurang atau tidak

sesuai dengan kriteria Kelompok Kecil sehat atau sakit, seperti jarang atau sama

sekali tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Pengertian dari Kriteria

Kelompok Kecil yang sakit adalah Kelompok Kecil yang kurang atau tidak sesuai

dengan Kurikulum Kelompok Kecil seperti pembahasan bahan PA kurang dari 3 bab

(16)

7

tujuan dari Kelompok Kecil, dan tidak mencapai batas minimal pertemuan Kelompok

Kecil dalam satu semester yaitu 8x. Hal tersebut disebabkan PKK yang

menunda-nunda waktu untuk Pendalaman Alkitab (PA) dengan alasan ketidaksiapan dalam

membahas Firman dan bahan PA, lebih memperioritaskan tugas perkuliahan dan

kegiatan kepanitian di kampus atau luar kampus, menganggap Kelompok Kecil

mengurangi waktu istirahat, dan PKK juga memiliki keyakinan bahwa orang-orang

yang signifikan di dalam PMK tidak menegur atau menghukum jika tidak melakukan

pertemuan Kelompok Kecil.

Berdasarkan hasil observasi terlihat gambaran sikap Pemimpin Kelompok Kecil

terhadap pertemuan Kelompok Kecil. Sebagian besar Pemimpin Kelompok Kecil

menganggap bahwa pertemuan Kelompok Kecil itu penting dan mereka suka

melakukannya di dalam kehidupan pribadinya. Bagi mereka juga, melakukan

pertemuan Kelompok Kecil merupakan kegiatan yang menyenangkan sehingga

mereka pun melakukannya dengan kerelaan hati. Selain dari tujuan Kelompok Kecil

tercapai, PKK juga memiliki hubungan pribadi dengan Allah yang baik,semakin

memahami lebih mendalam Firman Tuhan dan semakin akrab dengan AKK. Oleh

karena itu, PKK merasa tertarik untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Sebagian Pemimpin Kelompok Kecil lainnya melakukan pertemuan Kelompok

Kecil karena hanya untuk memenuhi tanggungjawabnya dan memenuhi kriteria dari

seksi Kelompok Kecil. Bila mereka tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil

merasa segan atau tidak enak hati terhadap Seksi Kelompok Kecil dan Anggota

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha merugikan mereka sehingga mereka jarang melakukan pertemuan Kelompok Kecil,

karena merasa kurang tertarik untuk melakukannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pendamping PMK, untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil dibutuhkan niat yang kuat dalam diri PKK untuk

tercapainya tujuan dari Kelompok Kecil. Pemimpin Kelompok Kecil yang

mempunyai niat yang kuat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan lebih

mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dari pada PKK yang memiliki

niat yang lemah. Dengan adanya niat yang kuat dari PKK maka PKK akan membuat

perencanaan di dalam menentukan pertemuan Kelompok Kecil yang dianggap

penting dan mendukung dalam pertemuan Kelompok Kecil seperti mencoba membuat

kesepakataan jadwal Kelompok Kecil yang teratur dengan AKK sehingga PKK dan

AKK dapat memprioritaskan Kelompok Kecil.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh orang

PKK di Universitas “X” Bandung, seluruh PKK menyatakan bahwa dirinya menjadi

seorang PKK atas keinginannya sendiri dan mereka merasa senang menjadi seorang

PKK. Sebagian besar 40% menyatakan berniat untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil. Bagi mereka melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan

kegiatan yang menarik dan bermanfaat bagi dirinya serta mendatangkan beberapa

konsekuesi positif (Attitude toward the behavior), seperti berkomitmen dalam

pelayanan, menghindari ‘godaan’, membuat PKK semakin lebih dekat dengan Tuhan,

lebih memahami dan mengerti Firman Tuhan, memiliki hubungan yang akrab dengan

(18)

9

ketaatan’’ yang baik. Hal tersebut juga didukung dengan kemampuan mereka yang

mengerti dan memahami bahan PA dan ayat Firman, dan informasi tambahan dari

kakak rohani mereka mengenai Firman dan Kelompok Kecil.

Sementara itu, 30% PKK menyatakan bahwa dirinya memiliki niat untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Mereka mengetahui tujuan dan manfaat dari

pertemuan Kelompok Kecil bagi kehidupan rohani mereka, tetapi bagi mereka tetap

saja mendatangkan konsekuensi yang negatif bagi kegiatan lainnya, seperti

mengurangi waktu istirahat dan waktu mengerjakan tugas kuliah, dan mengurangi

waktu berkumpul atau refreshing bersama teman-teman. Selain itu, PKK merasa

tidak mampu melakukan pertemuan Kelompok kecil karena pembahasan Firaman dan

Diskusi bahan PA yang membutuhkan pemahaman mendalam mengenai Firman

Tuhan. 30% PKK lainnya menyatakan untuk saat ini kurang atau tidak berniat

melakukan pertemuan Kelompok Kecil karena memberikan konsekuensi negatif bagi

mereka.

Berdasarkan teori planned behavior (Icek Ajzen, 2005) niat dari Pemimpin

Kelompok Kecil (PKK) untuk melakukan Pertemuan Kelompok Kecil secara teratur

disebut dengan intention. Ada tiga determinan dasar yang mempengaruhi intention,

yaitu: attitude toward the behavior adalah sikap menyenangkan atau tidak

menyenangkan PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil berdasarkan

evaluasi dari konsekuensi melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Subjective norms

adalah persepsi PKK mengenai ada atau tidak adanya tuntutan dari orang-orang

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha pengurus dan pendamping PMK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan

PKK bersedia mengikuti atau mematuhi orang-orang tersebut. Perceived behavioral

control adalah persepsi PKK bahwa dirinya mampu atau tidak mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan kemampuan untuk melakukan pertemuan

tersebut cukup kuat atau mungkin lemah.

Uraian di atas mencerminkan adanya determinan-determinan intention dan

intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kontribusi dari

determinan-determinan intention terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok pada

Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui determinan intention manakah

yang paling berkontribusi terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok

pada Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) di Universitas ‘’X’’ Bandung.

1.3 Maksud danTujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini untuk mengetahui derajat kontribusi dari

determinan-determinan intention terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

(20)

11

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan intention yang mana

paling berkontribusi terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

pada PKK PMK di Universitas “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

• Sebagai tambahan informasi untuk pengembangan mengenai gambaran

intention dan determinan-determinannya pada bidang ilmu Psikologi khususnya Psikologi Sosial dari teori planned behavior.

• Memberikan masukan dan informasi lebih lanjut bagi para peneliti lain yang

tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai intention dan

determinan-determinan intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

pada PKK PMK menggunakan teori planed behavior.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi kepada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan

Mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung mengenai gambaran intention

dan determinan-determinannya dalam melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Diharapkan setiap PKK PMK dapat meningkatkan atau mengoptimalkan

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

• Memberikan informasi kepada setiap Pendamping, Pengurus PMK, dan seksi

Kelompok Kecil mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya

dalam melakukan pertemuan kelompok Kecil, serta memberikan gambaran

determinan yang paling penting dan berkontribusi terhadap intention PKK.

Dengan demikian informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan intention

Pemimpin Kelompok Kecil untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

secara rutin.

1.5 Kerangka Pikir

Kelompok Kecil (KK) merupakan wadah dari sekelompok orang percaya

(terdiri dari 3-4 orang) yang sepakat untuk bertumbuh bersama dalam suatu

persekutuan yang akrab, dinamis, dan harmonis dengan pertemuan yang teratur

untuk mencapai kedewasaan kea rah Kristus (Nicholas, 2000). Kelompok Kecil juga

memerlukan orang lain untuk menjadi pembelajaran pembimbing dalam

kerohaniannya yang dikenal dengan Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) sedangkan

anggota kelompok adalah Anggota Kelompok Kecil (AKK)

Peran sebagai PKK sangat diharapkan dapat membantu mencapai tujuan dari

Kelompok Kecil yaitu sebagai suatu sarana pertumbuhan menuju kedewasaan iman

di dalam Kristus, maka penting bagi PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok

Kecil secara rutin. Apabila pertemuan Kelompok Kecil jarang atau bahkan sama

(22)

13

dan bahkan tidak dilakukan, artinya Kelompok Kecil tersebut tidak bertumbuh

sehingga tujuan Kelompok Kecil tidak tercapai. Apabila pertumbuhan iman tidak

terjadi maka akan berpengaruh pula pada pertumbuhan rohani anggota

Persekutuaan Mahasiswa Kristen (PMK), karena Kelompok Kecil sebagai tulang

punggung dari PMK. Oleh karena itu, komitmen dari dalam diri seorang PKK yang

pada akhirnya akan membentuk niat (intention) melakukan pertemuan Kelompok

Kecil secara teratur.

Pemimpin Kelompok Kecil yang masih aktif di Universitas “X” Bandung

memiliki usia yang tergolong dalam periode dewasa awal. Individu dewasa awal

lebih maju secara kuantitatif dan mengalami perubahan dalam cara berpikirnya,

yaitu bahwa mereka memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan lebih baik

daripada remaja. Seiring dengan perkembangan menuju dewasa awal, secara

berangsur-angsur menyadari adanya keragaman pendapat dan sudut pandang

(Santrock, 1983). Setiap individu memiliki alasan dan pertimbangan yang berbeda

mengapa mereka melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Begitu juga di dalam diri

seorang Pemimpin Kelompok Kecil, mereka memiliki alasan yang berbeda dalam

mengambil keputusan untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku tertentu berdasarkan pada

akal sehatnya dengan mempertimbangkan setiap informasi yang tersedia dan secara

implisit maupun eksplisit mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut.

Berdasarkan teori planned behavioral, niat seseorang untuk menampilkan perilaku

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha menampilkan suatu perilaku. Seseorang yang berperilaku dengan dilatarbelakangi

oleh niat tertentu akan memiliki intensitas, kualitas dan kesungguhan yang tinggi

untuk meraih goal yang ingin dicapainnya.

Ada beberapa variabel yang dapat berhubungan atau memengaruhi beliefs

yang dipegang oleh seseorang, seperti umur, gender, suku, status sosial ekonomi,

pendidikan, kebangsaan, agama, kepribadian, emosi, sikap secara keseluruhan dan

nilai-nilai, kecerdasaan, keanggotaan dalam suatu kelompok, masa lalu, informasi,

dukungan sosial, dan kemampuan mengatasi masalah. Hal inilah yang disebut

dengan background factors. Ternyata orang yang tumbuh di lingkungan sosial yang

berbeda dapat memperoleh informasi yang berbeda mengenai masalah-masalah

yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat menjadi dasar dari beliefs

mengenai konsekuensi dari perilaku (behavioral belief), tuntutan sosial dari

important others (normative belief) dan mengenai rintangan-rintangan yang dapat mencegahnya untuk menampilkan suatu perilaku (control belief). Semua

faktor-faktor tersebut, dapat memengaruhi behavioral, normative, dan contol beliefs dan

sebagai akibatnya memengaruhi intention dan perilaku, tetapi tidak terdapat

hubungan yang terlalu erat antara background factors dan beliefs.

Niat seseorang dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu attitude toward the

behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control. Determinan yang pertama adalah attitude toward the behavior merupakan sikap terhadap evaluasi

positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu yang akan ditampilkannya.

(24)

15

keyakinan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku dan

pengolahan terhadap hasil suatu perilaku. Pemimpin Kelompok Kecil telah berada

pada tahap perkembangan formal operational (Piaget, dalam Santrock, 2002),

dalam hal ini PKK mampu berpikir logis mengenai konsekuensi dari tindakannya.

Menurut Icek Ajzen (2005), PKK akan favourable terhadap suatu perilaku jika

individu tersebut memiliki keyakinan evaluasi positif terhadap konsekuensi dari

perilaku tersebut. Sebaliknya, individu akan unfavourable terhadap suatu perilaku,

jika individu tersebut memiliki keyakinan evaluasi negatif terhadap konsekuensi

dari perilaku tersebut.

Jika PKK memiliki keyakinan bahwa melakukan pertemuan Kelompok Kecil

akan memberikan akibat yang positif seperti lebih mengintrospeksi diri, lebih

memahami Firman Tuhan, memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dan AKK,

dan memiliki “proyek ketaataan’’ yang baik, maka PKK akan memiliki sikap

favourable terhadap pertemuan Kelompok Kecil sehingga intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan kuat, seperti mereka merasa senang

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Jika PKK memiliki keyakinan

bahwa melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan memberikan dampak negatif

bagi dirinya, seperti mengurangi waktu beristirahat dan mengurangi waktu belajar

dan mengerjakan tugas kuliah serta mengurangi waktu berkumpul bersama

teman-teman, maka PKK akan memiliki sikap unfavourable sehingga intention PKK untuk

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha menjadi kurang atau tidak bersemangat untuk melakukan pertemuan Kelompok

Kecil.

Determinan kedua adalah subjective norms, yaitu persepsi individu mengenai

tuntutan dari orang-orang yang signifikan atau terdekat untuk menampilkan atau

tidak menampilkan suatu perilaku tertentu dan ada kesediaan individu untuk

mematuhi atau mengikuti orang-orang tersebut. Subjective norms tersebut didasari

oleh normative beliefs, yaitu keyakinan individu bahwa orang-orang yang

signifikan atau terdekat baginya akan menyetujui atau tidak menyetujui penampilan

dari suatu perilaku dan kesediaan individu untuk mematuhi orang-orang signifikan

tersebut. Icek Ajzen (2005), menyatakan bahwa jika individu mempersepsi bahwa

orang yang signifikan baginya menuntut individu untuk menampilkan perilaku

tertentu dan individu termotivasi untuk mematuhi tuntutan tersebut, maka individu

akan memiliki subjective norms yang positif. Sebaliknya, apabila individu

mempersepsi bahwa orang yang signifikan baginya tidak menuntut individu untuk

melakukan perilaku tertentu dan individu termotivasi untuk mematuhinya, maka

individu akan memiliki subjective norms yang negatif.

Jika setiap PKK memiliki keyakinan di dalam diri bahwa kaka rohani atau

PKK mereka, rekan sepelayanan atau sesama PKK, Seksi Kelompok Kecil,

pendamping dan pengurus PMK, serta AKK mereka mendukungnya untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil seperti menegur dan menasihati atau

mengingatkan PKK ketika membatalkan atau tidak melakukan pertemuan

(26)

17

(room sharing) dan rapat besar PKK, maka PKK memiliki persepsi bahwa

orang-orang terdekatnya tersebut menuntut mereka untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil. Kemudian PKK juga memiliki kesediaan untuk mematuhi atau

mengikuti tuntutan tersebut, maka PKK memiliki subjective norms yang positif.

Hal ini akan mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi kuat untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Namun, jika PKK mempersepsi hal

sebaliknya yaitu bahwa orang-orang terdekat mereka tidak menuntutnya untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil yaitu dengan tidak menegur atau

mengingatkan PKK ketika tidak melakukan atau membatalkan pertemuan

Kelompok Kecil sebab PKK dianggap sudah dewasa, maka PKK akan memiliki

subjective norms yang negatif. Hal ini akan mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi lemah untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Determinan yang ketiga adalah perceived behavioral control yang merupakan

persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan suatu perilaku

tertentu. Perceived behavioral control didasari oleh control beliefs, yaitu keyakinan

mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat

untuk menampilkan suatu perilaku. Menurut Icek Ajzen (2005), secara umum

individu yang memiliki keyakinan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung

dalam menampilkan suatu perilaku dan faktor-faktor tersebut memfasilitasi

munculnya perilaku tersebut, maka individu memiliki perceived behavioral control

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha faktor-faktor tidak memfasilitasi dirinya untuk melakukan suatu perilaku, maka

individu memiliki perceived behavioral control yang negatif.

Demikian halnya dengan PKK, jika PKK memiliki keyakinan bahwa terdapat

faktor-faktor yang mendukungnya seperti memahami bahan PA dan ayat Firman,

mendapatkan informasi tambahan dari kaka rohani atau PKK mereka dan sesama

PKK mengenai Firman dan Kelompk Kecil, dan faktor tersebut kuat pengaruhnya

dalam mendukung PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok, maka PKK

memiliki persepsi bahwa untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan

hal yang mudah dan mampu mereka lakukan. Hal tersebut akan membuat PKK

memiliki perceived behavioral control yang positif, kemudian mempengaruhi

intention dalam diri PKK menjadi kuat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Sebaliknya, jika PKK memiliki keyakinan adanya faktor-faktor yang

menghambat atau mempersulitnya, seperti kesulitan menyesuasikan waktu

pertemuan, merasa malu karena hubungan pribadi dengan Allah tidak baik, artinya

kehidupan rohani PKK juga tidak baik seperti jarang atau tidak melakukan saat

teduh, masih jarang berdoa, kondisi tubuh yang lelah atau sakit, dan faktor-faktor

tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam menghambat PKK untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil, maka PKK memiliki persepsi bahwa untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil merupakan hal yang sulit atau tidak mampu untuk

mereka lakukan. Hal tersebut akan membuat PKK memiliki perceived behavioral

(28)

19

Ketiga determinan yang telah di jelaskan di atas tersebut saling berhubungan

satu dengan yang lainnya. Semakin positif atau negatif hubungan ketiga

determinan, maka akan berpengaruh pula pada kuat atau lemahnya kontribusi dari

setiap determinan terhadap intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok

Kecil. Apabila diantara ketiga determinan tersebut memiliki hubungan erat yang

positif, maka PKK yang favourable seperti merasa senang melakukan pertemuan

Kelompok Kecil akan memiliki persepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil disamping mereka juga memiliki persepsi bahwa

orang-orang terdekat mereka seperti kakak rohani, sesama PKK, pendamping dan

pengurus PMK, Seksi KK dan AKK yang menuntut mereka dengan mendukung

dan mengingatkan mereka untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan PKK

bersedia untuk melakukan tuntutan tersebut. Hal ini yang pada akhirnya

memperngaruhi intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

semakin kuat.

Sebaliknya PKK yang unfavorable seperti kurang atau tidak merasa senang

melakukan pertemuan Kelompok Kecil, mereka juga memiliki persepsi bahwa

mereka tidak mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil disamping itu

mereka juga mempersepsi bahwa kakak rohani mereka, sesama PKK, pendamping

dan pengurus PMK, Seksi KK dan AKK mereka tidak menuntut mereka untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil dengan tidak menegur mereka saat tidak

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha Hal ini yang pada akhirnya mempengaruhi intention PKK untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil semakin lemah.

Apabila diantara ketiga determinan tersebut memiliki hubungan yang negatif,

maka PKK memiliki sikap unfavourable untuk melakukan pertemuan Kelompok

Kecill mereka memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekatnya menuntut mereka

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan PKK bersedia mematuhi

orang-orang tersebut. Selain itu mereka juga memiliki persepsi bahwa mereka mampu

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Sebaliknya, PKK yang memiliki

sikap favourable untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil memiliki persepsi

bahwa orang-orang terdekatnya tidak mendukung dengan tidak menuntut dirinya

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil secara rutin dan PKK mematuhi

orang-orang tersebut. Selain itu mereka juga memiliki persepsi bahwa mereka tidak

mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Kondisi ini yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada kuat atau lemahnya intention PKK untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Kontribusi dan korelasi dari ketiga determinan tersebut akhirnya akan

mempengaruhi kuat atau lemahnya intention PKK untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil. Adapun skema kerangka pikir diatas dapat digambarkan sebagai

(30)

21

1.1Bagan Kerangka Pikir

PKK PMK Universitas “X”

Bandung

Melakukan pertemuan Kelompok Kecil Intention

untuk melakukan

pertemuan Kelompok

Kecil Normative

Beliefs

Control Beliefs Behavioral

Beliefs

Perceived behavioral

control Subjective

Norm Attitude toward the

(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

ψ Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas

‘’X” Bandung memiliki derajat intention yang berbeda-beda untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil.

ψ Intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin

Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas ‘’X”

Bandung dibentuk oleh determinan – determinan intention tersebut, yaitu

attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control.

ψ Ketiga determinan – determinan tersebut berkontribusi terhadap kuat

lemahnya intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil.pada

Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas

“X” Bandung.

1.7 Hipotesis

1.7.1 Hipotesis Umum

Terdapat kontribusi dari determinan – determinan terhadap intention untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil

(32)

23

1.7.2 Hipotesis Khusus

H1 : Terdapat kontribusi dari attitude toward the behavior terhadapn intention

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin

Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X”

Bandung.

H2 : Terdapat kontribusi dari subjective norms terhadap intention untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil

Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung.

H3 : Terdapat kontribusi dari perceived behavioral control terhadap intention

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin

Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X”

(33)

61

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ketiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan

perceived behavioral control secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap intention Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) untuk melakukan pertemuan kelompok Kecil yaitu sebesar 43.5%.

2. Di antara ketiga determinan, determinan attitude toward the behavior

memberikan kontribusi yang paling besar terhadap intention yaitu sebesar 46.6%.

Semakin PKK PMK mengetahui manfaat melakukan pertemuan Kelompok Kecil,

maka PKK akan semakin senang untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

dan membentuk sikap positif untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

(favourable) sehingga intention PKK PMK untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil semakin kuat.

3. Determinan perceived behavioral control memberikan kontribusi terbesar kedua

terhadap intention yaitu sebesar 38.3%. Persepsi positif yang dimiliki Pemimpin

Kelompok Kecil PMK mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan

Kelompok Kecil akan memperkuat intention PKK untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil.

4. Determinan Subjective norms memberikan kontribusi yang terkecil terhadap

(34)

62

yaitu sebesar 6.4% terhadap intention PKK PMK untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil. Tuntutan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya atau yang

dianggap penting bagi PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil serta

bersedianya PKK untuk mematuhi tuntutan orang-orang tersebut, tidak

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penguatan intention PKK untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

5. Ketiga determinan tersebut saling berkorelasi satu sama lainnya, dan determinan

yang memiliki korelasi terbesar adalah antara attitude toward the behavior

dengan subjective norms. PKK yang memiliki sikap favourable terhadap

melakukan pertemuan Kelompok Kecil mempersepsikan secara positif tuntutan

yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya atau signifikan bagi mereka serta

kesediaan mereka untuk mematuhi tuntutan orang-orang tersebut.

5.2 Saran

5.2.2 Saran Teoritis

1. Untuk mempertajam dan memperluas tentang intention, disarankan bagi peneliti

lain yang ingin meneliti Planned Behavior dalam bidang Psikologi Sosial dengan

meneliti background factors.

2. Disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi

determinan-determinan intention terhadap intention pada Pemimpin Kelompok

(35)

63

Universitas Kristen Maranatha kegiatan pembinaan kerohaniaan lainnya di Persekutuan Doa dan Persekutuan

Mahasiswa Kristen ( PMK ) rutin tiap minggu.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi setiap Pemimpin Kelompok Kecil disarankan untuk mengikuti setiap

kegiatan-kegiatan rohani yang bertemakan mengenai Kelompok Kecil seperti

seminar, kebersamaan Kelompok Kecil, really Kelompok Kecil (RKK), dan

retreat PMK. Hal ini perlu dilakukan untuk mengingatkan kembali komitmen

yang telah dimiliki para PKK dan juga membantu PKK melatih diri dalam

memimpin PA dan berkomunikasi dengan Anggota Kelompok sehingga dapat

mempertahankan dan meningkatkan intention untuk melakukan pertemuan

Kelompok Kecil.

2. Bagi Seksi Kelompok Kecil dan kakak rohani, sebagai orang-orang yang

signifikan bagi PKK, diharapkan dapat meningkatkan sikap positif PKK untuk

melakukan pertemuan Kelompok Kecil dengan memberikan pujian (konsekuensi

positif) jika mereka melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan teguran

(konsekuensi negatif ) jika mereka tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan

determinan attitude toward the behavior terhadap intention untuk melakukan

pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK di Universitas “X’’ Bandung.

3. Bagi setiap Pemimpin Kelompok Kecil disarankan untuk melatih

kemampuannya di dalam memimpin Kelompok Kecil dengan mempersiapkan

(36)

64

Kecil, seperti memiliki ‘’proyek ketaatan’’ yang baik sebelum melakukan

pertemuan Kelompok Kecil dan mencari refrensi lain untuk membahas PA. Hal

ini perlu dilakukan untuk meningkatkan determinan perceived behavioral

control terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK di Universitas “X” Bandung.

4. Bagi setiap kakak rohani atau PKK senior, sebagai orang yang signifikan atau

terdekat bagi PKK PMK disarankan untuk memberikan feedback dari pertemuan

yang dilakukan PKK dengan menanyakan kendala dan sharring mengenai

kemampuannya dalam melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Hal ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan determinan perceived behavioral control

terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK

di Universitas “X” Bandung.

5. Bagi setiap kakak rohani atau PKK senior, sebagai orang yang signifikan dalam

organisasi PMK dan juga Kelompok Kecil, disarankan untuk memberikan

motivasi intrinsik kepada PKK. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan

suatu pengertian bahwa pentingnya melakukan pertemuan Kelompok Kecil,

sehingga menimbulkan persepsi positif PKK mengenai tuntutan kakak rohaninya

dan orang-orang signifikan lainnya untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

dan bersedianya mereka untuk mematuhi tuntutan tersebut. Hal ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan determinan subjective norms terhadap intention

untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK di Universitas

(37)

65

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. 2nd ed. England: Open University Press,

McGraw-Hill Education.

Barker, S., Judy, J., Jimmy, L., Rob M., … Ron, N. (2000). Buku Pegangan Pemimpin Kelompok Kecil. Jakarta: Perkantas.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. 3rd ed. Tokyo : Mc.

Graw-Hill Kogakusha Company.Ltd.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 1998. Adolescent Development. 7th ed. USA : McGraw-Hill, Inc.

_______________. 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

(38)

66

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Nur Anggraeni. 2015. Kontribusi Determinan – Determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Premarital Check Up Pada Pasangan Dewasa Awal yang Sedang Mempersiapkan Pernikahan di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Haryanto, Rocky. 2011.Studi Deskriptif mengenai Profil Dimensi-Dimensi Religiusitas pada Mahasiswa yang Mengikuti Kelompok Kecil di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Maria, Gok Simbolon. 2012. Kontribusi Determinan – Determinan Terhadap Intention Untuk Melakukan Saat Teduh Pada Anggota Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Gambar

Tabel 4.3 Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Untuk

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dalam evaluasi ini berupa instrumen penilaian dalam Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Produktif kelas X tahun ajaran 2011/2012 pada kompetensi keahlian

atas berkah dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan dengan baik Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Monitoring Jaringan Antara Cacti Dan PRTG. Laporan Tugas

Gambar 4.7 adalah desain form buat kartu otomatis dari program aplikasi sistem informasi seleksi siswa baru SMK Sukawati Gemolong, yang berguna membuat

ANNI FARIDAH. Kajian Fenomena dan Penghambatan Retrogradasi Bika Ambon. Dibimbing oleh SUGIYONO, SOEWARNO T SOEKARTO dan BAMBANG HARYANTO. Bika ambon merupakan produk unggulan

[r]

Ampa (2011) dalam Harmana dan Suardana (2014:472) membuktikan bahwa penerapan perencanaan pajak yang baik, dapat dilihat pada rasio laba pajak terhadap laba akuntansi (tax to

Observasi ini meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi di lingkungan sekolah, baik secara fisik dan non fisik. Hal ini dilakukan agar mahasiswa mahasiswa PPL

Hasil penelitian terhadap kemampuan servis pendek forehand peserta ekstrakurikuler bulutangkis siswa putra peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 32 Purworejo