vi
ABSTRAK
PERANCANGAN BRANDING KOTA PEKALONGAN
Oleh
Tan Fendy Dharmawan NRP 1164124
Semakin berkembangnya teknologi, sebuah kota dituntut untuk semakin maju dalam mengembangkan budaya daerahnya. Pekalongan merupakan sebuah kota penghasil batik terbesar di Indonesia, dengan total 70%. Hasil batik Indonesia dibuat oleh masyarakat Pekalongan, Pekalongan memiliki batik yang sangat unik dibandingkan batik milik kota lain, hal itu dikarenakan perpaduan Budaya yang sudah diwariskan turun temurun bercampur dengan budaya Lokal terbentuklah Batik Jelamprang, sebuah batik yang terbuat dari percampuran 7 budaya Arab, Jawa, China, India, Jepang, Belanda dan Islam.
Dengan berbagai macam potensi dan budaya yang dimiliki oleh Pekalongan, maka dari itu Pekalongan diajak bergabung kedalam Jaringan kota kreatif UNESCO yang diumumkan pada 1 Desember 2014 kemarin. Dengan bergabungnya Pekalongan, maka Pekalongan dituntut untuk memiliki sebuah logo beserta Identitas yang baru yang nantinya akan digunakan untuk memajukan potensi pariwisata di Pekalongan dan guna kerjasama dengan dunia luar.
Metode yang digunakan ialah dengan membuat logo beserta branding stationary yang bertujuan sebagai identitas kota Pekalongan dan dengan membuat website, poster, x-banner, brosur, gimmick dan iklan elektronik yang bertujuan untuk media promosi. Diharapkan melalui perancangan diatas Pekalongan semakin dikenal oleh masyarakat dalam maupun luar negri.
vii
ABSTRACT
CITY BRANDING OF PEKALONGAN
Submitted by
Tan Fendy Dharmawan
1164124
Technology advances oblige a city to even be more creative to develop its local culture.
Pekalongan is one of the cities best known for its local culture, batik in Indonesia since
70% of batik production in Indonesia originated from the particular city. Its unique batik
productions differs Pekalongan from those of other cities. It is on account of intermix
culture brought by generation into finally there exists a local butik called Batik
Jalamprang, a kind of Batik born out of seven distinct cultures namely Arabian, Javanese,
Chinese, India, Japan, Dutch and Islamic cultures.
With such potentials, Pekalongan is one of the creative cities enlisted by UNESCO and
announced last year on the first of December 2014. With the city's joining the list, the city
is obliged to have a new logo and identity to be used to enhance its potential as one of the
tourism destinations also known internationally.
The methods used are branding stationary with a logo that compromises the identity of
Pekalongan and completed by websites, x-banner, brochure, gimmick and electronic
advertisements for promotional media. The expectation is definitely to allow the city to
gain recognition both locally and internationally.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULIAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2
1.3 Tujuan Perancangan ... 2
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3
1.5 Skema Perancangan ... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 5
2.1 Brand ... 5
2.2 Branding ... 5
2.3 City Branding ... 5
2.4 Design Produk ... 5
2.5 Corporate Identity ... 6
ix
2.7 Layout ... 6
2.8 GSM (Graphic Standard Manual) ... 7
2.9 Infografis ... 7
2.10 Teori Warna ... 7
2.10.1 Komunikasi Warna ... 7
BAB 3 DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 8
3.1 Data dan Fakta ... 8
3.1.1 Pemerintah kota Pekalongan ... 8
3.1.2 Data Hasil Wawancara ... 11
3.1.3 Masalah yang sedang dihadapi ... 12
3.1.4 Tinjauan terhadap proyek ... 13
3.2Analisis permasalahan berdasarkan Fakta ... 14
3.3.1 STP ... 15
3.2.2 SWOT ... 15
BAB 4 PEMECHAN MASALAH ... 17
4.1 Konsep Komunikasi ... 17
4.2 Konsep Kreatif ... 17
4.3 Konsep Media ... 20
4.4 Hasil Karya ... 21
4.4.1 Logo ... 21
4.4.2 Branding Stationery ... 22
4.4.3 Website ... 23
4.4.4 Media Cetak ... 24
4.4.5 Brand Identity Guidelines ... 26
4.4.6 Budgeting ... 28
x
DAFTAR PUSTAKA ... 30
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Batik Jelamprang ... 2
Gambar 3.1 Kantor Walikota Pekalongan ... 8
Gambar 3.2 Logo City Branding Bandung ... 13
Gambar 3.3 City Branding Bandung ... 14
Gambar 4.1 Pemilihan Warna ... 18
Gambar 4.2 Font Aller ... 19
Gambar 4.3 Font Bebas Neue ... 19
Gambar 4.4 Font Krinkes Décor ... 19
Gambar 4.5 Logo Kota Pekalongan ... 21
Gambar 4.6 Unsur Logo ... 21
Gambar 4.7 Warna pada Logo ... 22
Gambar 4.8 Branding Stationery ... 23
Gambar 4.9 Desain Web ... 24
Gambar 4.10 Design X-Banner dan Umbul-umbul ... 25
Gambar 4.11 Design Poster/Pamflet ... 26
Gambar 4.12 Brand Identity gidelines ... 27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Wawancara dengan H. M. Basyir Ahmad Syawie ... 11
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Semakin berkembangnya teknologi, sebuah kota dituntut untuk semakin maju
dalam mengembangkan budaya daerahnya. Pekalongan merupakan sebuah kota
penghasil batik terbesar di Indonesia, dengan total 70%. Hasil batik Indonesia dibuat
oleh masyarakat Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit
usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan 5.821 tenaga
kerja dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan 10.000 tenaga
kerja. Bukan hanya Batik saja yang membuat Pekalongan spesial banyaknya
perkebunan teh, perdagangan ikan, kuliner yang memanjakan lidah serta Budaya yang
sudah berumur ratusan tahun membuat Pekalongan menjadi tempat wisata yang wajib
di kunjungi di Indonesia. Dari sekian banyaknya hal yang menarik di Pekalongan
tetapi ada satu yang sangatlah menonjol, yaitu batik. Pekalongan memiliki batik yang
sangat unik dibandingkan batik milik kota lain, hal itu dikarenakan perpaduan Budaya
yang sudah diwariskan turun temurun bercampur dengan budaya lokal terbentuklah
Batik Jelamprang, sebuah batik yang terbuat dari percampuran 7 budaya Arab, Jawa,
China, India, Jepang, Belanda dan Islam.
UNESCO memilih Pekalongan sebagai 1 dari 28 Creative Cities Network,
tepatnya pada tanggal 1 Desember 2014. Terpilihnya Pekalongan sebagai kota budaya
bukanlah suatu hal yang kebetulan, pada awalnya KEMENPAREKRAF (Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mengajukan beberapa nama kota yang layak untuk
diikutsertakan dalam keangotaan UNESCO, setelah perundingan akhirnya terpilihlah
Pekalongan sebagai salah satu wakil dari Indonesia, dan tentunya dengan syarat
Universitas Kristen Maranatha 2 UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
merupakan Salah satu lembaga dari PBB dalam bidang pendidikan, keilmuan dan
kebudayaan, UNESCO sendiri memiliki 7 kategori bagi ke 28 kota, predikat itu adalah
Design, Film, Media Arts, Literature, Gastronomy, Music, dan Crafts & Folk Arts.
Predikat yang telah diberikan kepada UNESCO adalah Pekalongan The City of
Craft and Folk Arts. Sebagai sebuah kota kreatif yang diakui UNESCO tentunya
Pekalongan memiliki sebuah budaya yang khas, Budaya tersebut berasal dari 300
tahun lalu, merupakan Budaya kerajinan tangan dan Seni membuat Batik. Batik
Pekalongan sendiri menjadi sangat spesial dikarenakan berasal dari perpaduan 7
budaya yaitu : Jawa, Arab, Cina, India, Belanda, Jepang dan Muslim.
Gambar 1.1 Batik Jelamprang
Dengan dikenalnya Pekalongan di kancah Internasional membuat Walikota
Pekalongan merasa Pekalongan harus memiliki City Branding Serta Logo baru.
Dengan digunakannya logo baru serta Branding diharapkan membuat Dunia semakin
tertarik untuk datang ke Pekalongan. Penulis memilih masalah tersebut sebagai Tugas
Akhir karena penulis berharap supaya Kota Pekalongan dapat semakin dikenal di
kancah Internasional dalam Bidang Seni dan Budaya.
1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup
Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?
Universitas Kristen Maranatha 3 Ruang lingkup dari masalah diatas akan dimulai dengan pengerjaan City Branding,
setelah itu para produsen di Pekalongan diharuskan memakai Logo di kemasan
dagangannya, segmentasinya adalah turis lokal maupun International.
1.3Tujuan Perancangan
Dengan adanya City Branding diharapkan adanya kemajuan di bidang pariwisata,
dengan banyaknya turis yang datang akan membuat masyarakat pedangang batik akan
mulai bersaing satu sama lain, dan mulai menggunakan iklan yang lebih baik untuk
mempromosikan produk mereka. Tujuannya supaya nama Pekalongan semakin
dikenal banyak orang, setelah mereka datang pun mereka akan di sambut dengan
desain yang tepat sasaran sehingga dengan harapan mereka akan datang kembali
ataupun memberitahu kerabat mereka untuk datang kembali.
Dengan banyaknya turis yang tertarik untuk datang, maka pertumbuhan ekonomi
kota pun diharapkan dapat meningkat, dengan bertumbuhnya ekonomi akan menarik
pengusaha pengusaha besar yang tertarik untuk menanam modal di Pekalongan,
dengan banyaknya penanam modal diharapkan pula tingkat pengangguran di kota
Pekalongan akan berkurang.
1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Wawancara
1. Ibu Sriwiningsih selaku Kepala BAPEDA
2. Bapak Basyir selaku Walikota Pekalongan
Observasi Lapangan
Penulis mengunjungi langsung Kota Pekalongan guna melakukan observasi ke
berbagai sudut kota dengan tujuan untuk mendapatkan Informasi yang lebih jelas
serta melihat langsung kehidupan kota Pekalongan yang secara lebih detail.
Buku “ Best Practise Kota Pekalongan “
Buku tersebut merupakan buku pemberian langsung dari ketua BAPEDA
Pekalongan Ibu Sriwiningsih yang berisikan tentang Pekalongan itu sendiri, dan
Universitas Kristen Maranatha 4
1.5Skema Perancangan
BAB 2
Latar BelakangKota Pekalongan merupakan Kota dengan berbagai macam budaya peranakan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi berpadu dengan Batik Lokal yang menghasilkan Batik Jelamprang. Maka dari itu Pekalongan terpilih sebagai 1 dari 28
Jejaringan Kota kreatif UNESCO
Permasalahan
Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?
Bagaimana cara menerapkan media branding dalam kehidupan sehari-hari?
Ruang Lingkup
pengerjaan City Branding, dan memberikan penyulUhan kepada para produsen di Pekalongan cara pengunnan aplikasi logo dikalangan masyarakat pekalongan.
Tujuan
Dengan adanya identitas kota diharapkan Pekalongan dapat bekerjasama di Dunia Internasional.
Menarik wisatawan Lokal maupun Asing yang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi rakyat Pekalongan.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Metode Penelitian
Observasi Lapangan dengan berkeliling kota Pekalongan terutama Museum Batik.
Studi PustakaBuku “ Best Practise Kota Pekalongan “ dan yang terakhir mewancarai ketua BAPEDA serta Walikota
Segmenting Turis lokal maupun mancanegara yang berumur 30-50tahun.
Targeting Keluarga maupun wirausaha yang ingin berbelanja batik murah dan mengetahui sejarah batik Jelamprang, berkisar 30- 50 tahun.
Positioning Menjadikan tempat wisata international yang menawarkan berbagai macam pertokoan batik dari seluruh Indonesia.
SWOT
Strength Letak Kota yang sangat mudah dicapai.
Weakness Kurangnya transportasi dan promosi kota yang kurang.
Opportunity Batik menjadi trend terbaru.
Threat Kota Pekalongan yang belum terkenal.
Pemecahan Masalah Konsep
Hasil Akhir
Pekalongan dapat bersaing serta bekerjasama dalam bidang seni dan budaya dengan Dunia Internasional, sehingga terjalinnya kerjasama antar kota budaya UNESCO lainnya, serta membuat Pekalongan semakin dikenal oleh turis baik luar maupun dalam negri.
Universitas Kristen Maranatha 29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam perancangan Branding Kota Pekalongan penulis berharap dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat kota Pekalongan dalam menerapkan logo
Pekalongan ber sebelahan dengan Logo mereka supaya memajukan usaha mereka,
Penulis juga berharap agar dengan adanya Branding Kota yang baru diharapkan pula
Kota Pekalongan semakin dikenal oleh masyarakat Lokal maupun Internasional dan
pada akhirnya Pekalongan dapat bersaing dengan kota-kota besar di Indonesia.
Pembuatan Branding Stationery diharapkan dapat bermanfaat bagi para pegawai
dikantor pemerintahan, dan dengan harapan akan memperkuat Identitas dan ciri khas
Kota Pekalongan. Penggunaan Website dengan gaya yang modern dan desain yang
menarik diharapkan dapat menarik wisatawan untu datang dan berlibur di Kota
Pekalongan sehingga dapat memajukan Pariwisata Kota Pekalongan.
5.2 Saran
Diharapkan agar branding Kota yang Pekalongan memiliki unsur Tradisional
yang lebih kental, penggunaan gaya desain harus lebih memiliki unsur Indonesia,
Universitas Kristen Maranatha 30
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Murphy, John and Michael Rowe. 1998. How to Design Trademarks & Logos : North
Light Books.
Ind, Nicholas. 2003. Beyond Branding: How the New Values of Transparency and
Integrity are changing the worlds of Brands. Great Britain : Kogan Page.
Dinnie, Keith. 2011. City Branding: Theory and Cases. New York : Palgrave
Macmillan.
Hannah, Bruce. 2003. Becoming a Product Designer. New Jersey : Willey
Knapp, Pat Matson. 2001. Designing Corporate Identity: Graphic Design as a Business
Strategy. Boston : Rocksport.
Graham, Lisa. 2005. Basics of Design: Layout & Typography for Beginners. New York
Cengage Learning.
Landa, Robin. 2008. Designing Brand Experience: Creating Powerful Integrated Brand
Solutions. New York : Cengage Learning.
Eliot, Joanna. 2014. Infographic Guide to Literature. London : Hachette
Birkhauser. 2007. Per Arnoldi : "Colour is Communication" : Selected Projects for
Foster +Partners”. New York : Springer.
Soewardi, Cici. 2002. Mix & Match Busana Batik Anak & Remaja. Jakarta : Gramedia