• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh expressive writing pada efikasi diri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh expressive writing pada efikasi diri."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

vii

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING PADA EFIKASI DIRI Angger Aprie Wibawa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing pada peningkatan efikasi diri. Hipotesa penelitian ini adalah expressive writing berpengaruh meningkatkan efikasi diri. Desain penelitian ini adalah eksperimen. Subjek adalah 58 mahasiswa semester II Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terdapat kelompok eksperimen dan kontrol pada penelitian ini. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa expressive writing. Data penelitian mengenai efikasi diri diukur dengan Skala Efikasi Diri. Analisis data dengan uji Mann-Whitney U menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05). Expressive writing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan efikasi diri.

(2)

viii

THE EFFECT OF EXPRESSIVE WRITING TO SELF-EFFICACY Angger Aprie Wibawa

ABSTRACT

This research aimed to know the effect expressive writing to the increases of self-efficacy among college students. The hypothesis was there was an effect of expressive writing on self-efficacy. The method of this research was experiment. Subject were 58 college students. This subjects of this research defined into two groups, experiment and control group. Experiment group asked to do expressive writing. The data about self-efficacy were measured by the Self-Efficacy Scale. The data were analyzed with Mann-Whitney U’s test. The results show a significant score 0,015 (p < 0,05). There is a significant effect of expressive writing to the increases of self-efficacy.

(3)

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING PADA EFIKASI DIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Angger Aprie Wibawa

129114111

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

HALAMAN PERSETUJUAIY DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

Dosen Pembimbing,

W^"-,"

ffuYYuazmz

'?'$

lue

2010
(5)

EALAMAN PENGESAIIAN SKRIPSI

PENGARUH EXPNESSIIIE WNITINGPN'A EFKASI DIRI

Dipersiapkan dan Ditulis Oleh: Angger Aprie Wibawa

l29rl4rlr

Telah dipertahanka-n$i depan Panitia Penguji

\"I *rAj

"e,^

Penguji 1

Penguji 2

Penguji 3 #iltanto, M. Si.

-sffiu,-rqw-t#"},

*,i*::-".*""".**''xh ---""-.-"' "

7

OcT 2016 Itas Psikologi

tas Sanata Dharma

ill

ryo'g

{

r-r

,,F

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Ad Maiorem Dei Gloriam

Be A Man For and With Others

Live as if you were to die tomorrow.

Learn as if you were to live forever.

-Mahatma Gandhi

If you can’t fly, then run,

If you can’t run, then walk.

If you can’t walk, then crawl.

But whatever you do.

You have to keep moving forward

-

Martin Luther King Jr.

Success at anything will always come down to this:

FOCUS and EFFORT

And we control both

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Proudly dedicated for,

Jesus Christ

(8)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

d al am daft ar pustaka s eb agaim an a lay akny a karya ilmi ah.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

(Angger Aprie Wibawa)

(9)

vii

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING PADA EFIKASI DIRI

Angger Aprie Wibawa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing pada peningkatan efikasi diri. Hipotesa penelitian ini adalah expressive writing berpengaruh meningkatkan efikasi diri. Desain penelitian ini adalah eksperimen. Subjek adalah 58 mahasiswa semester II Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terdapat kelompok eksperimen dan kontrol pada penelitian ini. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa expressive writing. Data penelitian mengenai efikasi diri diukur dengan Skala Efikasi Diri. Analisis data dengan uji Mann-Whitney U menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05). Expressive writing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan efikasi diri.

(10)

viii

THE EFFECT OF EXPRESSIVE WRITING TO SELF-EFFICACY

Angger Aprie Wibawa

ABSTRACT

This research aimed to know the effect expressive writing to the increases of self-efficacy among college students. The hypothesis was there was an effect of expressive writing on self-efficacy. The method of this research was experiment. Subject were 58 college students. This subjects of this research defined into two groups, experiment and control group. Experiment group asked to do expressive writing. The data about self-efficacy were measured by the Self-Efficacy Scale. The data were analyzed with Mann-Whitney U’s test. The results show a significant score 0,015 (p < 0,05). There is a significant effect of expressive writing to the increases of self-efficacy.

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Angger Aprie Wibawa

NomorMahasiswa : 129114111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING PADA EFIKASI DIRI

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan universitas Sanata Dharma

hak

untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta rzin

dari

saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7l Oktober 2016 Yang menyatakan,

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat, pernyertaan, dan tuntunanNya selama proses penulisan skripsi ini sehingga

selesai dengan baik. Terima kasih Tuhan Yesus yang selalu memberikan jalan

keluar bagi setiap permasalahan atau kendala yang saya hadapi selama proses

penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak T. Priyo Widiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si., Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu mau

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran, semangat,

motivasi, dan jalan keluar dari kendala yang saya hadapi.

5. Suster Lidwina Tri Ariani, FCJ., sudah memberikan berbagai solusi yang sangat

membantu kelancaran skripsi saya.

6. Segenap Dosen Psikologi yang telah mendidik, memberikan banyak ilmu

pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menempuh pendidikan.

7. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(Mas Gandung, Mas Muji Brodin, dan Bu Nanik) atas segala kesabaran dan

(13)

xi

8. Papa, mama, kakak, dan adek terima kasih atas cinta, dukungan, bantuan dan

semangat yang selalu kalian berikan kepada penulis dalam keadaan apapun.

9. Maria Risty Timbuleng, yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan

support. Terima kasih untuk waktunya yang selalu mau mendengarkan keluh

kesah, ketakutan, rasa marah, rasa jengkel, hingga perasaan senang selama

menuliskan skripsi ini. Terima kasih untuk segala kesabaran dan rasa sayang

yang sudah diberikan. I Love You So Much.

10.Erlin, Zelda, Fani, dan Asoy “Keluarga Helikopter” yang selalu ada dan

memberikan dukungan dari awal perkuliahan hingga sekarang. Terima kasih

untuk proses dan dinamikanya selama ini keluarga kecilku di kampus. Kalian

sahabat terbaikku yang selalu memberi dukungan, perhatian, dan segala bantuan

selama ini. Terima kasih karena kalian selalu ada dalam senang dan sedihku.

11.Flo, Saktya, Gempol, Sam Anoy, Suci, Romo Yulius, Cik Vania, Mbak Anita,

Mbak Clak, Natan, Ani, Ateng, Akeng, Cik Elia, Pras, Sonia, Bimo, Wisnu,

Tiffany, Komang, Yosua, Chopi, Indun, Indri, Dipa, AP, Leo, Kibo, Bendot,

Lona, Teteh, Lintang, Gede, Sakti, Yudha, Kiplek, Bella, Rere, Felinsa, Mocca,

Grego, Galih, Ken, Banya, Ojek, Lia, Haha, Flora, Adi, Bincik, Rosa, SS, Vico,

Monic, Stanis, Anton, Temi, Keket, Boncel, Elak yang telah banyak membantu

dan bertukar pikiran sehingga aku dapat menemukan jalan keluar dari berbagai

masalah yang aku hadapi.

12.Seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2012 yang saling mendukung dan

berproses selama 4 tahun. Semoga kita selalu menjadi keluarga 2012 dan

(14)

12. Seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2012 yang saling mendukung dan

berproses selama

4 tahun. Semoga

kita selalu menjadi keluarga 2012 dan

kesuksesan selalu menyertai.

13. Keluarga AKSI 2076, terima kasih atas segala dukungan dan pengertiannya

selama menuliskan skripsi ini. Kalian luar biasa dan tetaplah menjadi satu

keluarga! #AyoDolanan

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menolong dan mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

terdapat banyak kekurangan dalam penelitian

ini.

Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki karya penulis

ini. Terima kasih.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

f Penulis,

A

,,.N

/

\^r{\ts

/

N\'

/ <-\\

/\

(Angger Aprie Wibawa)

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

(16)

xiv

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II DASAR TEORI ... 8

A. Efikasi Diri ... 8

1. Pengertian Efikasi Diri ... 8

2. Aspek Efikasi Diri ... 9

3. Faktor Efikasi Diri... 10

4. Proses Efikasi Diri ... 12

B. Expressive Writing ... 14

1. Sejarah Expressive Writing ... 14

2. Perkembangan Expressive Writing ... 15

3. Peran Expressive Writing ... 16

4. Pengaruh Expressive Writing ... 16

5. Manfaat Expressive Writing ... 18

C. Dinamika Hubungan Variabel ... 19

D. Skema Penelitian ... 20

E. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

1. Variabel Dependen ... 22

2. Variabel Independen ... 22

C. Definisi Operasional ... 22

(17)

xv

2. Expressive Writing ... 23

D. Subjek Penelitian ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 24

F. Alat Pengumpulan Data ... 26

G. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Try Out dan Pilot Study ... 28

1. Try Out ... 28

2. Pilot Study ... 28

B. Hasil Eksperimnen ... 29

1. Data Deskriptif ... 29

2. Uji Normalitas ... 30

3. Uji Hipotesis ... 31

C. Pembahasan ... 32

D. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian ... 34

BAB V PENUTUP ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

1. Untuk Penelitian Selanjutnya ... 37

2. Secara Umum ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Mean Teoritik…………...……….………..29

Tabel 2. Nilai Mean Empirik dan Standar Deviasi………....30

Tabel 3. Nilai Mean dan Standar Deviasi Gain Score………...30

Tabel 4. Uji Normalitas Gain Score………31

(19)

xvii

DAFTAR SKEMA

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Informed Consent…….………..………...44

LAMPIRAN 2. Try Out Skala Ekfikasi Diri………..………...45

LAMPIRAN 3. Tabel Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Efikasi Diri…….…….57

LAMPIRAN 4. Skala Efikasi Diri Pre-Test………....62

LAMPIRAN 5. Skala Efikasi Diri Post-Test……….….73

LAMPIRAN 6. Instruksi Expressive Writing……….…………...….85

LAMPIRAN 7. Tabel Skor Efikasi Diri………..86

LAMPIRAN 8. Tabel Mean dan Standar Deviasi Pre-Test Kelompok Eksperimen……….87

LAMPIRAN 9. Tabel Mean dan Standar Deviasi Post-Test Kelompok Eksperimen……….88

LAMPIRAN 10. Tabel Mean dan Standar Deviasi Pre-Test Kelompok Kontrol..89

LAMPIRAN 11. Tabel Mean dan Standar Deviasi Post-Test Kelompok Kontrol.90 LAMPIRAN 12. Tabel Uji Normalitas Gain Score………..…..91

LAMPIRAN 13. Grafik Q-Q Plot Gain Score Kelompok Eksperimen…………...94

LAMPIRAN 14. Grafik Q-Q Plot Gain Score Kelompok Kontrol………..95

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Performansi akademis merupakan hasil yang sangat penting dalam proses

pendidikan (Wirawan & Bandu, 2016). Performansi akademis berhubungan

dengan hasil belajar (Ganai & Mir, 2013). Survei yang dilakukan The National

Center for Education Statistic (NCES) tahun 2003 menyebutkan bahwa prestasi

pelajar Indonesia berada di peringkat ke-39 dari 41 negara di bawah Thailand

dan Uruguay (www.ugm.ac.id, 2014). Menurut pengamatan peneliti,

masalah-masalah terkait performansi akademis yang kerap muncul adalah kesulitan

memenuhi standar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang berujung pada drop out, terlambat lulus bagi mahasiswa semester atas, dan kurangnya keyakinan mampu mendapatkan nilai yang baik bagi mahasiswa semester awal. Wirawan

dan Bandu (2016) menambahkan bahwa IPK sendiri merupakan prediktor

kesuksesan performansi akademis.

Usaha dan motivasi berprestasi berhubungan dengan kemampuan mental

dan performansi akademis (Sophie, Benedikt, & Tomas, 2011). Afzal, Ali, dan

Hamid (2010) menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu topik bahasan

yang banyak diteliti dalam konteks pendidikan. Hal tersebut disebabkan

motivasi menjadi faktor yang memengaruhi performansi akademik di dalam

dunia profesionalitas. Selain itu, Afzal dkk (2010) juga mengungkapkan bahwa

(22)

belajar seseorang. Bomia, Beluzo, Demeester, Elander, Johnson, dan Sheldon

(1997) menambahkan bahwa motivasi membuat pelajar semakin bersedia,

berkeinginan, dan menimbulkan hasrat berpartisipasi untuk mengikuti proses

belajar. Mahasiswa membutuhkan motivasi untuk menghadapi permasalahan

dalam perkuliahan.

Menurut teori sosial kognitif, motivasi seseorang dibangun dengan efikasi

diri (Bandura, 1989). Bandura (1997) mengungkapkan beberapa proses efikasi

diri dan salah satunya adalah proses motivasi. Wirawan dan Bandu (2016)

menambahkan bahwa efikasi diri merupakan bagian yang penting dari motivasi

pelajar. Fraser (www.bbc.com, 2014), pimpinan Badan Sekolah Anak

Perempuan (GDST) menyatakan para perempuan perlu membangun efikasi

diri. Hal tersebut dikarenakan anak perempuan yang hanya memusatkan

perhatian pada keberhasilan akademis akan terus berhasil dan kemungkinan

tidak pernah belajar bahwa seseorang dapat mengalami kegagalan besar.

Menurut Sudjiono (2014), dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang,

salah satu faktor internal non-kognitif yang berpengaruh besar terhadap prestasi

belajar matematika adalah efikasi diri.

Menurut Bandura (1993, dalam van Seggelen & van Dam, 2016), efikasi

diri merupakan keyakinan seseorang untuk mencapai tujuannya dalam situasi

apa pun. Wood dan Bandura (1989, dalam Mesterova, Prochazka, & Vaculik,

2015) juga menambahkan bahwa efikasi diri membuat seseorang semakin

termotivasi, mampu berpikir dan bertindak untuk memenuhi kebutuhannya.

(23)

banyak dan luas tugas yang dapat dikerjakan, dan ketahanan dalam

menyelesaikan pekerjaan (Bandura, dalam Zimmerman, 2000). Efikasi diri

yang tinggi membantu seseorang mengatasi permasalahan di sekolah atau

tempat kerja (Bandura, dalam Luszczynska, Gregajtys, & Abraham, 2006).

Beberapa penelitian telah membuktikan manfaat dari efikasi diri dalam

bidang akademik. Hacket, Betz, Casas, dan Rocha-Singh (1992) menemukan

bahwa efikasi diri berhubungan dengan IPK. Chemers, Hu, dan Garcia (2001)

menyatakan bahwa efikasi diri merupakan prediktor yang signifikan bagi

performansi akademik. Penelitian Chemers et al (2001) tersebut menunjukkan

bahwa ketika efikasi diri meningkat, seseorang menjadi mampu menunjukkan

performansi akademis yang lebih baik. Selain itu, Zajacova, Lynch, dan

Espenshade (2005) mengungkapkan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh

positif yang kuat pada pencapaian keberhasilan mahasiswa baru. Turner,

Chandler, dan Heffer (2009) menambahkan, semakin besar keyakinan pelajar

bahwa ia akan berhasil, semakin besar pula kemungkinan ia akan memperoleh

keberhasilan dalam bidang akademik. Hal senada juga diungkapkan oleh

Braddy-Amoon dan Fuertes (2011) bahwa efikasi diri memiliki korelasi positif

yang signifikan dengan penilaian dan performansi akademik.

Penelitian yang dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (1990, dalam

Pajares 1996) menujukkan bahwa efikasi diri yang tinggi mampu meningkatkan

strategi kognitif seseorang. Hal tersebutlah yang kemudian membuat

performansi seseorang juga meningkat. Turner et al (2009) menambahkan

(24)

dalam satu minggu. Strategi tersebut tentu membuat pelajar lebih mudah

menguasai materi pelajaran dan meningkatkan keberhasilan akademiknya.

Bandura (1989) menyatakan bahwa efikasi diri membantu seseorang

menentukan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan, seberapa besar usaha yang

perlu dikerahkan, dan seberapa lama waktu yang diperlukan ketika seseorang

berhadapan dengan rintangan dan masalah. Bandura (1997, dalam

Luszczynska, Gutierrez-Dona, & Schwarzer, 2005) mengungkapkan bahwa

efikasi diri tinggi membuat seseorang mampu menentukan pencapaian

keberhasilan yang tinggi dan semakin berusaha mencapainya. Wirawan dan

Bandu (2016) menambahkan bahwa pelajar dengan efikasi diri tinggi semakin

mampu bertindak secara efektif, memberikan usaha yang lebih, dan tekun

dalam mencapai keberhasilan akademik. Oleh sebab-sebab itu, efikasi diri

merupakan bagian yang penting dari motivasi pelajar.

Para peneliti berusaha mencari cara yang efektif untuk meningkatkan

efikasi diri melalui berbagai penelitian. VanVianen (1999, dalam Day & Allen

2003) mencoba melihat pengaruh teknik mentoring terhadap efikasi diri di

dalam perusahaan. Wirawan dan Bandu (2016) berhasil membuat sebuah

pelatihan (training) peningkatan efikasi diri bagi mahasiswa. Brown dan Dennis

(2007) membuktikan bahwa teknik expressive writing meningkatkan efikasi diri

pada ibu menyusui.

Berdasarkan beberapa jenis penelitian yang meningkatkan efikasi diri

tersebut, expressive writing adalah yang paling sederhana, cepat, dan ekonomis.

(25)

objektif dan ekonomis. Beberapa penelitian menemukan berbagai manfaat dari

teknik expressive writing. Pennebaker dan Beall (1986), Pennebeaker et al.,

(1990), dan Greenberg et al., (1996) mengemukakan bahwa pasien mampu

mengurangi kunjungannya ke rumah sakit. Donnelly dan Murray (1991), serta

Lange et al., (2000) menyatakan bahwa suasana hati subjek menjadi lebih baik

dan gejala stress terhadap pengalaman traumatik berkurang.

Expressive writing pertama kali dilakukan dalam penelitian Pennebaker

pada tahun 1986. Pada penelitian tersebut, expressive writing mampu

mengurangi stress pada subjek penelitian. Pennebaker (1999) menambahkan

bahwa pengalaman masa lalu yang dituliskan kembali membuat seseorang

memroses dan mengorganisasikan kembali pikiran dan perasaannya. Setelah

itu, seseorang menjadi lebih memahami pengalaman yang dialami dan dirinya

sendiri. King (2001) mengungkapkan bahwa ketika seseorang menulis

pengalaman yang berkesan, menarik, dan terkadang menantang, tulisan tersebut

menjadi bermanfaat. King (2001) juga berpendapat bahwa menulis membuat

seseorang lebih sadar dan mampu meregulasi dirinya. Selain itu, orang tersebut

semakin mampu mengontrol emosi dan memaknai nilai-nilai dalam setiap

pengalamannya.

Pada perkembangan expressive writing, King (2001) menyatakan bahwa

topik tulisan tidak selalu mengenai pengalaman traumatik. Menulis mengenai

pengalaman positif mampu meningkatkan atribut-atribut positif sesuai dengan

tujuan penelitian. Penelitian Schutte (2010) menginstruksikan subjek

(26)

efikasi diri. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemimpinan

transformasional manajer meningkat. Selain itu, Brown dan Dennis (2007)

meneliti peningkatan efikasi diri ibu menyusui. Hasilnya adalah terjadinya

peningkatan efikasi diri pada ibu menyusui. Instruksi expressive writing pada

kedua penelitian tersebut berdasar pada empat faktor efikasi diri. Empat faktor

efikasi diri menurut Bandura (1997, dalam Schutte 2010) adalah pengalaman

kesuksesan di masa lalu, pengalaman kesuksesan orang lain yang berkesan,

dukungan dari lingkungan, dan keadaan fisik serta afeksi.

Penelitian Brown dan Denis (2007) tersebut menunjukkan bahwa

expressive writing memengaruhi efikasi diri. Peneliti ingin mencari jawaban

apakah metode expressive writing mampu meningkatkan efikasi diri seseorang.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memiliki rumusan

masalah sebagai berikut:

“Apakah expressive writingdapat meningkatkan efikasi diri?”

C.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing

(27)

D.

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan mampu menyumbang informasi bagi

ilmu psikologi kepribadian, khususnya mengenai pengaruh expressive

writing dalam peningkatan efikasi diri.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah penggunaan expressive

(28)

8

BAB II

DASAR TEORI

Dasar teori menjelaskan pengertian efikasi diri, expressive writing, dan

pengaruh expressive writing pada efikasi diri.

A. EFIKASI DIRI

1. Pengertian Efikasi Diri

Wood dan Bandura (1989, dalam Mesterova, Prochazka, Vaculik,

2015) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang terhadap

kemampuannya untuk memotivasi, berpikir, dan bertindak dalam

memenuhi kebutuhan di situasi apa pun. Bandura (1993, dalam van

Seggelen & van Dam, 2016) mengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan

keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan sesuatu

demi mencapai tujuan dalam situasi apa pun. Berdasarkan teori sosial

kognitif Bandura (1997, dalam Luszczynska, Gregajtys, & Abraham, 2006),

keyakinan seseorang terhadap tanggungjawab dan kemampuannya dalam

meraih kesuksesan menyebabkan beberapa hal. Individu menjadi mampu

merumuskan tujuan akan tindakannya dan menentukan tujuan-tujuan yang

lebih tinggi. Individu juga menjadi mampu menunjukkan usaha lebih besar

dan menekuni pekerjaannya lebih lama. Individu juga menjadi mampu

menganggap kesalahan adalah proses belajar. Peneliti menggunakan teori

(29)

aspek, dan proses efikasi diri secara lengkap. Teori efikasi diri Bandura juga

dipakai sebagai dasar dalam berbagai penelitian mengenai efikasi diri.

2. Aspek Efikasi Diri

Bandura (1997, dalam Zimmerman 2000) mengungkapkan tiga

aspek efikasi diri. Tiga aspek tersebut adalah:

a. Level

Efikasi seseorang dilihat melalui tingkat kesulitan tugas yang

dimiliki. Tugas-tugas seorang individu berbeda dengan individu yang

lain berdasarkan tingkatan mudah hingga sulit. Efikasi diri tinggi dan

usaha besar dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan di dalam

mengerjakan tugas yang sulit. Efikasi diri tinggi membuat seseorang

yakin dalam memilih tingkatan tugas sesuai kemampuannya.

b. Generality

Efikasi seseorang dilihat melalui seberapa banyak dan luas tugas

yang dikuasai. Efikasi diri tinggi membuat seseorang yakin untuk

menguasai berbagai macam tugas.

c. Strength

Dalam proses menyelesaikan suatu tugas, seseorang dihadapkan

berbagai permasalahan. Efikasi diri tinggi membuat seseorang yakin

dan tekun untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik walaupun

(30)

seseorang tetap bertahan dan tidak mudah menyerah dalam

menyelesaikan tugasnya.

3. Faktor Efikasi Diri

Bandura (1997, dalam Schutte 2010) menjelaskan empat faktor yang

memengaruhi efikasi diri. Empat faktor tersebut adalah:

a. Mastery Experiences

Pengalaman keberhasilan merupakan faktor paling

memengaruhi efikasi diri dibandingkan ketiga faktor lain. Keberhasilan

di masa lalu membangun keyakinan yang kuat terhadap efikasi diri

individu. Dalam meningkatkan efikasi diri, dibutuhkan usaha dan

keyakinan lebih untuk melewati rintangan-rintangan pada proses

pencapaian keberhasilan. Di lain sisi, keberhasilan terus-menerus

membuat seseorang mudah putus asa ketika dihadapkan pada

kegagalan. Efikasi diri juga berkurang ketika seseorang tidak

memandang kegagalan secara positif. Kegagalan yang dipandang secara

positif berdampak pada meningkatnya keyakinan seseorang untuk terus

berusaha dalam proses pencapaian keberhasilan.

b. Vicarious Experiences

Pengalaman dengan orang lain memengaruhi efikasi diri.

Pengaruh terhadap efikasi diri semakin besar ketika seseorang menilai

orang lain memiliki banyak kemiripan dengan dirinya. Pengaruh

(31)

ketika seseorang melihat dan belajar dari orang lain yang mirip

dengannya meraih kesuksesan. Efikasi diri melemah ketika seseorang

melihat orang lain yang mirip dengannya meraih kegagalan.

c. Verbal Persuasion

Efikasi diri meningkat ketika seseorang mendapatkan penguatan

berupa dukungan verbal. Hal tersebut disebabkan keyakinan untuk

menyelesaikan tugas menjadi meningkat. Keyakinan tersebut juga

berpengaruh positif pada ketekunan dan usaha yang dikerahkan dalam

melewati berbagai permasalahan. Di lain sisi, efikasi diri melemah

ketika orang lain meragukan kemampuan individu. Hal tersebut

disebabkan keyakinan seseorang untuk menyelesaikan tugas dengan

kemampuannya berkurang.

d. Physiological and Affective States

Faktor keadaan fisik dan afeksi seseorang berpengaruh pada

efikasi diri saat mengerjakan tugas. Sakit atau stamina lemah

mengurangi keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugasnya. Hal

tersebut mengakibatkan efikasi diri seseorang berkurang ketika bekerja.

Keadaan stress dan suasana hati yang buruk menyebabkan usaha

dalam mencapai keberhasilan menjadi tidak maksimal. Hal tersebut

mengakibatkan keyakinan dan efikasi diri menjadi berkurang.

Diperlukan keadaan fisik dan afeksi yang baik dalam menyelesaikan

tugas. Kedua hal tersebut mampu meningkatkan keyakinan dan efikasi

(32)

4. Proses Efikasi Diri

Bandura (1997) mengungkapkan empat proses efikasi diri dalam

memengaruhi seseorang. Keempat proses tersebut adalah:

a. Kognitif

Dalam menentukan tujuan dan cara mencapai tujuan dimulai

dari proses berpikir. Efikasi diri tinggi membuat seseorang semakin kuat

dan yakin pada komitmen yang dimiliki dalam proses pencapaian

tujuan. Komitmen tersebut berpengaruh pada usaha dan rasa pantang

menyerah ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah. Efikasi diri

tinggi juga memengaruhi proses berpikir seseorang untuk mendapatkan

cara yang efektif dalam pencapaian tujuan. Efikasi diri tinggi membantu

seseorang membayangkan proses-proses yang dilalui dalam

merencanakan cara pencapaian tujuan. Proses membayangkan tersebut

membantu seseorang untuk belajar dan berlatih untuk mengantisipasi

masalah-masalah di kemudian hari. Efikasi diri tinggi juga membantu

seseorang untuk memanfaatkan situasi lingkungan sekitar agar

mendukung usahanya dalam mencapai tujuan.

b. Motivasi

Motivasi seseorang berasal dari proses kognitif. Proses kognitif

pada efikasi diri tinggi membantu seseorang membayangkan tujuan dan

cara dalam pencapaian tujuan. Bayangan-bayangan mengenai

kesuksesan tersebut mengembangkan motivasi seseorang untuk terus

(33)

seseorang terhadap rencana dan usahanya. Motivasi tinggi membuat

seseorang berperilaku sesuai tujuannya. Usaha yang dilakukan juga

didukung kemauan untuk terus berlatih dan belajar. Motivasi tinggi juga

berpengaruh pada keyakinan dan ketahanan seseorang dalam

menghadapi permasalahan dan bangkit dari kegagalan.

c. Afeksi

Efikasi diri memberikan pengaruh pada afeksi seseorang dalam

usaha pencapaian tujuan. Efikasi diri tinggi membantu seseorang

mengontrol keadaan emosinya ketika dihadapkan suatu masalah atau

kegagalan. Efikasi diri tinggi juga membuat seseorang mengendalikan

kecemasan dan merasa yakin bahwa mampu berusaha lebih untuk

mencapai keberhasilan. Ketika afeksi dikendalikan, orang tersebut

mampu tetap fokus merencanakan dan melaksanakan perilaku-perilaku

yang mendukung pencapaian tujuan.

d. Seleksi

Dalam mencapai tujuan, seseorang dihadapkan berbagai pilihan.

Efikasi diri tinggi membuat seseorang mampu memilih jenis aktivitas

dan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan. Pilihan-pilihan

tersebut mengarah pada peningkatan kemampuan dan potensi yang

dimiliki. Proses seleksi juga muncul pada saat seseorang dihadapkan

pada suatu masalah atau kegagalan. Efikasi diri tinggi meyakinkan

seseorang untuk tetap bertahan dan berusaha walaupun dihadapkan pada

(34)

B. EXPRESSIVE WRITING

1. Sejarah Expressive Writing

Breuer dan Freud (1895/1966, dalam Pennebaker 1986) menyatakan

bahwa gejala histeris menghilang di saat seseorang mengungkapkan

pengalamannya secara detail. Tesser, Leone, dan Clary (1978, dalam

Pennebaker, 1986) mengemukakan bahwa terapi berbicara tidak

mengurangi fobia pada pelajar. Pennebaker (1986) melakukan percobaan

terapi menulis untuk mengurangi stress dan mengevaluasi aspek-aspek

efektif mengurangi stress pada subjek penelitiannya. Terapi tersebut

bernama expressive writing. Pennebaker (1999) berasumsi bahwa

mengingat kembali pengalaman masa lalu membuat seseorang memroses

kembali dan mengorganisasikan pikiran serta perasaannya. Proses tersebut

diasumsikan memengaruhi kemampuan subjek untuk mengontrol dan

memrediksi hidupnya. Pennebaker (1999) juga menyatakan bahwa keadaan

fisik dan psikis seseorang menjadi lebih baik ketika mengungkapkan

emosinya melalui kata-kata.

Expressive Writing merupakan kegiatan menulis kejadian yang

sangat emosional tanpa memerhatikan tata Bahasa (Pennebaker, 1997).

Metode expressive writing dikembangkan peneliti-peneliti lain berdasarkan

tujuannya. King (2001) mengembangkan teknik expressive writing dengan

menginstruksikan subjek menuliskan tujuan hidup mereka. Teknik ini

berpengaruh positif terhadap keadaan fisik dan psikologis subjek. Lepore

(35)

relasi mereka dengan orang lain. Hasil penelitian menyatakan bahwa teknik

ini berpengaruh positif terhadap suasana hati, kesehatan fisik, dan fungsi

sosial. Schutte (2010) bereksperimen dengan menginstruksikan subjek

menuliskan pengalaman kepemimpinan. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa efikasi diri karyawan meningkat.

2. Perkembangan Expressive Writing

Pennebaker (1997) mengungkapkan beberapa temuan penting

terkait expressive writing. Menulis pengalaman emosional lebih

memberikan pengaruh terhadap kondisi biologis, suasana hati, dan kognitif

subjek dibanding merekam cerita atau menceritakannya kepada terapis.

Expressive writing memiliki dua jenis topik, yaitu topik secara umum dan

spesifik. Topik secara umum memberikan pengaruh yang luas terhadap

subjek. Topik spesifik memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap tema

penulisan. Expressive writing dilaksanakan selama 1 sampai 5 hari dalam

satu minggu. Lama penulisan berkisar antara 15 sampai 30 menit dalam satu

sesi. Peneliti tidak memberikan umpan balik terhadap hasil tulisan subjek.

Setiap tulisan dijaga kerahasiaannya. Perbedaan karakteristik atau

kepribadian subjek tidak memengaruhi hasil teknik expressive writing.

Budaya, tingkat pendidikan, dan bahasa dalam penelitian tidak

(36)

3. Proses Expressive Writing

Menulis mampu mengeluarkan emosi, merekonstruksi ingatan, dan

menyadarkan seseorang akan suatu peristiwa (Niederhoffer dan

Pennebaker, 2002). Pennebaker (1999) menyatakan tiga proses expressive

writing dalam meningkatkan kesehatan seseorang. Pertama, menulis

membantu seseorang mengekspresikan dirinya. Kesehatan seseorang

meningkat ketika mampu mengungkapkan pengalamannya ke dalam

kata-kata. Kedua, menuliskan pengalaman emosional menyebabkan seseorang

sadar akan kesehatannya dan berusaha mengubah kebiasaan buruk. Ketiga,

menulis membuat seseorang mengubah emosi dan imajinasinya menjadi

kata-kata. Proses tersebut menjadikan seseorang mampu mengorgaisasikan

dan memikirkan kembali pengalaman di masa lalu. Pengintegrasikan

pikiran dan perasaan mengenai pengalaman di masa lalu mengakibatkan

seseorang lebih mudah membentuk cerita yang masuk akal. Orang-orang

yang menuliskan ceritanya lebih mampu untuk berefleksi, terbuka, dan

bijaksana.

4. Pengaruh Expressive writing

Expressive writing memberi pengaruh dan manfaat pada aspek

kognitif, emosional, sosial, dan biologis (Klein dan Boals, 2001).

Pennebaker (2004) mengungkapkan lima pengaruh expressive writing

(37)

a. Perubahan Kognisi

Expressive writing membantu subjek memberikan label, struktur,

dan mengorganisasikan kembali pengalaman emosionalnya.

b. Perubahan Emosi

Expressive writing memicu pergolakan emosi sehingga subjek

menjadi terbiasa dan mampu mengurangi perasaan pengalaman

emosional. Hal tersebut membuat seseorang mampu untuk mengurangi

dampak dari pikiran-pikiran yang mengelilingi pengalaman tersebut

(Foa & Kozak, 1986).

c. Perubahan Kognisi dan Emosi dalam Waktu yang Lama

Expressive writing menyadarkan subjek akan persoalan-persoalan

di dalam hidupnya dan tidak hanya berfokus memikirkan satu

pengalaman masa lalu. Expressive writing juga memunculkan emosi di

dalam tulisan. Hal tersebut mengurangi pengaruh emosi pada beban

pikiran terkait topik penulisan. Pernyataan di atas didukung penelitian

Klein dan Boals (2001) bahwa menulis membebaskan ingatan

seseorang.

d. Hubungan Sosial

Pennebaker dan Graybeal (2001) menyatakan bahwa cerita

mengenai pengalaman emosional tentang relasi dengan orang lain

menyebabkan seseorang menjadi lebih senang untuk menceritakan

pengalamannya, lebih terbuka, dan mencoba mengganti lingkungan

(38)

e. Perubahan Biologis

Penelitian Smyth, Stone, Hurewitz, dan Kaeli (1999)

menunjukkan bahwa pergolakan emosi yang dialami seseorang setelah

menulis meningkatkan proses penyembuhan pada penyakit asma dan

radang sendi.

5. Manfaat Expressive Writing

Pennebaker (1997) menyatakan bahwa menulis pengalaman

emosional mengubah banyak perilaku. Karyawan menjadi lebih cepat

mendapatkan pekerjaan baru setelah dipecat. Karyawan juga lebih sering

masuk kerja. Pelajar mendapatkan nilai lebih baik.

Lepore dan Greenberg (2002) mengungkapkan bahwa expressive

writing memberikan beberapa pengaruh. Pasien menjadi mampu

mengurangi kunjungannya ke rumah sakit (Pennebaker & Beall, 1986;

Pennebeaker et al., 1990; Greenberg et al., 1996) dan gejala penyakit

menjadi berkurang (Pennebaker & Beall, 1986; Greenberg & Stone, 1992).

Suasana hati subjek menjadi lebih baik dan gejala stress terhadap

pengalaman traumatik berkurang (Donnelly & Murray, 1991; Lange et al.,

2000). Kinerja dan fungsi fisik subjek menjadi lebih baik (Spera et al., 1994;

(39)

C. DINAMIKA HUBUNGAN VARIABEL

Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

untuk memotivasi, berpikir, dan bertindak dalam memenuhi kebutuhan di

situasi apa pun. Efikasi diri sendiri dipengaruhi oleh pengalaman seseorang di

masa lalu. Secara lebih spesifik, efikasi diri sangat dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman terkait keberhasilan. Keberhasilan di masa lalu

membangun keyakinan yang kuat terhadap efikasi diri seseorang. Efikasi diri

dinilai penting karena mampu meningkatkan performansi individu.

Untuk meningkatkan efikasi diri, individu perlu menyadari bahwa

dirinya memiliki kemampuan dan mampu mencapai keberhasilan. Caranya

adalah dengan mengingat kembali pengalaman keberhasilan di masa lalu.

Expressive writing menjadi salah satu cara untuk membantu seseorang

mengingat kembali pengalaman keberhasilan di masa lalu dan mengungkapkan

cerita tersebut ke dalam tulisan. Proses tersebut mampu merubah persepsi

individu menjadi lebih positif melalui proses rekognisi. Ingatan terkait

usaha-usaha dan keyakinan individu di masa lalu diintegrasikan dan diproses ulang.

Proses tersebut membuat individu menjadi sadar (aware) mengenai pikiran,

perasaan dan kemampuannya. Individu semakin merasa bahwa dirinya

memiliki kemampuan dan mampu mencapai keberhasilan di masa sekarang.

Hal tersebut membuat individu menjadi lebih yakin untuk berusaha dalam

proses pencapaian keberhasilan

Selain tema terkait pengalaman keberhasilan di masa lalu, terdapat dua

(40)

Tema ingatan kesuksesan orang lain yang mirip dengan subjek juga

meningkatkan keyakinan bahwa dirinya juga mampu meraih kesuksesan.

Proses tersebut disebabkan individu menjadi mampu mengorganisasikan

pengalaman orang lain ke dalam pikirannya. Setelah itu, individu berusaha

melakukan perilaku yang mendukung pencapaian keberhasilan. Tema terkait

dukungan dari orang lain menyebabkan individu mengingat dan merasakan

kembali perasaan yang dialami.

D. SKEMA PENELITIAN

Skema 1. Pengaruh Expressive Writing Pada Efikasi Diri.

Expressive Writing

Yakin terhadap kemampuan yang

dimiliki

Awareness

Rekonstruksi Peristiwa

(41)

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh expressive writing

terhadap efikasi diri.

Ho: Expressive writing tidak meningkatkan efikasi diri

(42)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini berdesain eksperimen. Eksperimen adalah suatu prosedur terkontrol dengan minimal satu kondisi perlakuan (Myers & Hansen, 2002). Penelitian bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri dengan metode expressive

writing. Peneliti membagi subjek ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kontrol.

B. VARIABEL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel dependen : Efikasi diri

2. Variabel independen : Expressive writing

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Efikasi Diri

(43)

banyak dan luas tugas yang dikuasai. Strength dilihat dari ketekunan dan

ketahanan seseorang dalam menyelesaikan tugasnya. Efikasi diri diukur

dengan skala efikasi diri. Jumlah item dalam skala efikasi diri sebanyak 90.

Skala efikasi diri menggunakan skala Likert, mulai dari angka 1 sampai 4.

Tinggi rendahnya efikasi diri subjek dilihat melalui jumlah skor pada skala

efikasi diri. Semakin tinggi skor dalam skala efikasi diri, berarti subjek

memiliki efikasi diri yang tinggi.

2. Expressive writing

Expressive writing adalah metode menuliskan pikiran dan perasaan

secara mendalam dan emosional mengenai suatu pengalaman. Pada

penelitian ini, tema tulisan berkaitan dengan pengalaman kesuksesan di

masa lalu, pengalaman kesuksesan yang dialami orang lain, dan dukungan

lingkungan sosial terhadap proses pencapaian kesuksesan. Kegiatan ini

dilaksanakan dalam waktu 20 menit selama 5 hari berturut-turut. Dalam

expressive writing, tata bahasa, pilihan kata, penulisan tanda baca, dan ejaan

tidak diperhatikan. Subjek bebas memilih topik yang sama atau berbeda

pada setiap harinya.

D. SUBJEK PENELITIAN

Metode pemilihan subjek penelitian menggunakan random sampling.

Random sampling merupakan teknik pemilihan subjek dengan pengundian

(44)

karakteristik serupa. Teknik random sampling memberi peluang yang sama

kepada masing-masing anggota populasi untuk menjadi bagian eksperimen

(MacLin & Solso, 2008). Subjek adalah mahasiswa semester II Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Seluruh subjek penelitian

dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian diawali dengan menguji metode expressive writing melalui

pilot study. Pilot study melihat kekurangan dan kelemahan instruksi expressive

writing. Penelitian ini melakukan kontrol terhadap tema expressive writing.

Tema expressive writing pada penelitian ini mengenai pengalaman kesuksesan

di masa lalu, pengalaman kesuksesan orang lain yang berkesan, dan dukungan

dari lingkungan sekitar dalam proses pencapaian keberhasilan. Ketiga tema

tersebut dipilih berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi efikasi diri

menurut Bandura (1997, dalam Schutte 2010). Hal ini dilakukan untuk

meminimalisir pengaruh variabel lain terhadap variabel dependen.

Eksperimen berlangsung di dalam ruangan kelas K. 403, Universitas

Sanata Dharma yang sudah dikontrol keadaan suhu, noise, dan

pencahayaannya. Terdapat langkah-langkah pada saat eksperimen berlangsung.

Langkah-langkah tersebut meliputi:

1. Hari 1:

(45)

b. Subjek pada kelompok eksperimen menandatangani inform consent.

c. Pre-test efikasi diri diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol.

d. Asisten eksperimenter memberitahukan peraturan selama kegiatan

berlangsung.

e. Asisten eksperimenter membagi dan membacakan instruksi expressive

writing.

f. Subjek pada kelompok eksperimen dipersilahkan mulai menulis selama

20 menit.

g. Saat waktu kurang dari lima menit, asisten peneliti memberikan

peringatan.

2. Hari 2 sampai 5:

a. Asisten eksperimenter memberitahukan peraturan selama kegiatan

berlangsung.

b. Asisten eksperimenter membagi dan membacakan instruksi expressive

writing.

c. Subjek pada kelompok eksperimen dipersilahkan mulai menulis selama

20 menit.

d. Saat waktu kurang dari lima menit, asisten peneliti memberikan

peringatan.

e. Setelah selesai, subjek diminta untuk menandatangani lembar absensi.

3. Hari ke 6:

a. Subjek kelompok eksperimen dan kontrol mengisi skala post-test efikasi

(46)

b. Eksperimenter menerima debrief pada subjek.

F. ALAT PENGUMPUL DATA

Alat pengumpul data adalah skala efikasi diri yang disusun oleh peneliti.

Skala efikasi diri terdiri dari 90 item yang sudah teruji validitas dan

reliabilitasnya. Pengukuruan validasi menggunakan validitas isi, yaitu personal

judgement. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan try out dan diuji dengan

mencari nilai Alpha Cronbach. Skala ini menggunakan 4 poin skala Likert,

mulai dari angka 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Item-item

disusun berlandaskan pada 3 aspek efikasi diri, yaitu level, generality, dan

strength.

Skala efikasi diri diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol

pada saat pre-test dan post-test. Pre-test diberikan untuk mendapatkan

informasi awal tingkat efikasi diri subjek. Post-test berguna untuk mengukur

tingkat efikasi diri subjek setelah diberi perlakukan. Skala untuk pre-test dan

post-test mempunyai item-item yang sama dengan urutan berbeda.

G. METODE ANALISIS DATA

Data yang digunakan untuk uji hipotesis adalah gain score. Data gain

score adalah selisih antara data post-test dan pre-test. Data dianalisis dengan uji

beda independent sample t-test antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Teknik independent sample t-test digunakan untuk membandingkan pengaruh

(47)

Apabila sebaran data tidak normal, teknik yang digunakan adalah teknik

(48)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TRY OUT DAN PILOT STUDY

1. Try out

Uji coba skala diikuti oleh 86 subjek (22 laki-laki dan 64 perempuan).

Tujuh subjek tidak mengisikan skala dengan lengkap sehingga digugurkan.

Dalam uji validitas skala, tiga item skala efikasi diri memiliki validitas yang

rendah, dengan nilai rit < 0,25/0,3. Ketiga item tersebut digugurkan beserta

dengan pasangan favorable atau unfavorable-nya. Selain itu, dua item

digugurkan agar jumlah item dalam setiap aspek efikasi diri berjumlah

sama. Secara keseluruhan, peneliti menggugurkan delapan item skala

efikasi diri. Dengan demikian, jumlah item skala efikasi diri menjadi 90.

Hasil analisis reliabilitas skala efikasi diri memiliki nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,982. Skala yang baik harus memiliki nilai Alpha

Cronbach di atas 0,70. Hal ini berarti skala efikasi diri memiliki reliabilitas

yang baik (α > 0,70).

2. Pilot study

Pilot study dilaksanakan selama dua hari dengan instruksi expressive

writing yang sama. Dalam setiap sesi, subjek diminta menuliskan

pengalaman sesuai dengan instruksi selama 20 menit. Pilot study

(49)

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek diminta

untuk memberikan komentar terkait instruksi expressive writing. Pada hari

pertama dan kedua semua subjek dapat memahami instruksi expressive

writing. Hal tersebut dapat dilihat melalui isi tulisan subjek yang sesuai

dengan instruksi. Di akhir pertemuan hari ke dua, subjek diminta untuk

menuliskan kesan yang diperoleh setelah mengikuti percobaan expressive

writing selama dua hari. Rata-rata subjek merasa semakin yakin,

termotivasi, dan percaya diri. Hasil pilot study ini menunjukkan bahwa tidak

ada revisi pada instruksi dan pengaturan ruangan eksperimen.

B. HASIL EKSPERIMEN

1. Data Deskriptif

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis deskripsi data

penelitian dengan tujuan melihat gambaran umum efikasi diri subjek. Hasil

[image:49.595.84.513.234.648.2]

penelitian pada Tabel 1 menyajikan data mean teoritik subjek.

Tabel 1. Nilai Mean Teoritik

Teoritik

Min Max Mean SD

90 360 225 45

Hasil penelitian pada Tabel 2 menyajikan data mean empirik dan

standar deviasi pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan

(50)

Tabel 2. Nilai Mean Empirik dan Standar Deviasi

Berdasarkan perhitungan deskripsi pada Tabel 1 dan Tabel 2, dapat

dilihat bahwa mean empirik kelompok eksperimen dan kontrol pada saat

pre-test dan post-test lebih besar dibanding mean teoritik. Hal ini berarti

efikasi diri kelompok eksperimen dan kontrol pada saat pre-test dan

post-test tergolong tinggi dan signifikan.

Hasil penelitian pada Tabel 3 menyajikan nilai mean dan standar

[image:50.595.85.517.144.637.2]

deviasi dari data gain score.

Tabel 3. Nilai Mean dan Standar Deviasi Gain Score

2. Uji Normalitas

Azwar (2001) menyatakan bahwa uji normalitas digunakan untuk

menguji distribusi data sebelum dianalisis validitas, reliabilitas, uji t,

korelasi, atau regresi. Uji normalitas dilakukan pada data gain score

kelompok eksperimen dan kontrol. Data gain score digunakan karena data

Teoritik Empirik

Subjek N �̅ SD �̅ SD Sig

Pre-test Kelompok Eksperimen 29 225 45 258,38 32,998 0,00

Kelompok Kontrol 29 225 45 264,90 34,489 0,00

Post-test Kelompok Eksperimen 29 225 45 275,28 26,125 0,00

Kelompok Kontrol 29 225 45 267,66 31,937 0,00

N �̅ SD

Kelompok Eksperimen 29 16,90 30,469

(51)

tersebutlah yang kemudian akan diuji beda (Santoso, 2010). Uji normalitas

menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Teknik Kolmogorov-Smirnov

digunakan untuk menguji normalitas dengan jumlah subjek lebih dari 50

[image:51.595.86.515.213.652.2]

(Santoso, 2010). Tabel 4 menyajikan data uji normalitas gain score.

Tabel 4. Uji Normalitas Gain Score

Kolmogorov-Smirnov

Statictic Df Sig.

Gain score Eksperimen .206 29 .003

Gain score Kontrol .171 29 .029

Uji normalitas pada gain score kelompok eksperimen dan kontrol

menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga kedua data

tersebut tidak berdistribusi normal. Hal tersebut berarti uji hipotes dianalisis

dengan tes non-parametrik, yaitu Mann-Whitney U.

3. Uji Hipotesis

Tabel 5. Uji Mann-Whitney U

Gain score

Mann-Whitney U 264.000

Wilcoxon W 699.000

Z -2.436

Asymp. Sig. (2-tailed) .015

Uji Mann-Whitney U menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,015. Hal

ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi data gain score lebih kecil dari

0,05 (p < 0,05). Hasil tersebut berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya,

(52)

C. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa expressive writing meningkatkan

efikasi diri seseorang. Terjadi perbedaan mean efikasi diri kelompok

eksperimen pada saat pre-test (M=258,39) dan post-test (M=275,28). Hasil ini

menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan efikasi diri

setelah melakukan expressive writing. Ketika hasil gain score antara kelompok

eksperimen (M=16,90) dan kelompok kontrol (M=2,76) dibandingkan,

keduanya memiliki perbedaan yang signifikan (p=0,015; p<0,05). Hasil ini

menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan efikasi diri

dibanding kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini mendukung temuan Brown dan Dennis (2016) bahwa

expressive writing dapat meningkatkan efikasi diri seseorang. Ketika seseorang

menuliskan suatu pengalaman, berarti orang tersebut memikirkan dan

merasakan pengalamannya kembali. Dalam penelitian ini, subjek diminta untuk

menuliskan pengalaman keberhasilan, pengalaman keberhasilan orang lain

yang berkesan, dan dukungan dari lingkungan dalam proses pencapaian

keberhasilan. Ketiga hal tersebut merupakan faktor-faktor yang memengaruhi

efikasi diri menurut Bandura (1997). Keberhasilan di masa lalu membuat

seseorang menjadi lebih yakin bahwa ia mampu untuk kembali memperoleh

keberhasilan. Keberhasilan orang lain yang berkesan juga memengaruhi

seseorang untuk belajar dan semakin yakin bahwa ia juga dapat

mendapatkannya. Dukungan verbal dari lingkungan sekitar berpengaruh pada

(53)

pencapaian keberhasilan. Pada penelitian ini, subjek kembali mengingat dan

merasakan pengalam-pengalaman tersebut saat menulis.

Menurut Pennebaker (2004), expressive writing memengaruhi kognisi

seseorang. Perubahan kognisi yang terjadi membuat subjek memberikan label,

struktur, dan mengorganisasikan kembali pengalaman keberhasilannya.

Pennebaker (1999) menyatakan bahwa pemrosesan dan pengorganisasian

pikiran dan perasaan membuat seseorang semakin mampu memahami

pengalaman dan dirinya sendiri. King (2001) menambahkan bahwa menulis

pengalaman membuat seseorang lebih sadar dan mampu meregulasi dirinya.

Ketika subjek menuliskan pengalamannya, subjek memroses dan

mengorganisasikan kembali pengalaman tersebut. Subjek menjadi lebih sadar

dengan kemampuannya dan peluangnya untuk mencapai keberhasilan.

Kesadaran subjek akan kemampuan dan peluang yang dimiliki membuatnya

menjadi semakin yakin bahwa ia mampu meraih keberhasilan pada saat ini.

Hasil dari penelitian ini juga menambahkan suatu metode untuk

meningkatkan efikasi diri. Dibanding penelitian VanVianen (1999, dalam Day

& Allen 2003) dengan teknik mentoring dan Wirawan dan Bandu (2016)

dengan teknik pelatihan, expressive writing terbilang lebih sederhana, cepat,

dan ekonomis. Expressive writing hanya membutuhkan waktu sampai 3 sampai

5 hari. Setiap sesi hanya memerlukan waktu 20 menit. Selain itu, alat dan bahan

yang diperlukan untuk melakukan expressive writing hanyalah kertas dan

ballpoint. Subjek hanya perlu menceritakan kembali pengalaman

(54)

Penelitian ini juga menambahkan manfaat dari expressive writing.

Expressive writing terbukti dapat meningkatkan efikasi diri seseorang.

Pennebaker (1997) menyatakan manfaat lain dari expressive writing, yaitu

karyawan menjadi lebih sering masuk kerja dan pelajar mendapatkan nilai lebih

baik. Selain itu, Lepore dan Greenberg (2002) mengungkapkan bahwa

expressive writing mampu mengurangi gejala penyakit pasien, membuat

suasana hari subjek menjadi lebih baik, dan gejala stress terhadap pengalaman

traumatik berkurang.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN

Penelitian-penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri

masih banyak menggunakan metode pelatihan. Penelitian ini menambahkan

suatu metode yang sederhana, cepat, dan ekonomis, yaitu expressive writing.

Sederhana karena dapat dilakukan di mana saja dan sudah ada kerangka

instruksi yang mudah dipahami. Cepat karena hanya membutuhkan waktu

selama 20 menit dalam waktu tiga sampai lima hari. Ekonomis karena hanya

memerlukan kertas dan ballpoint sebagai alat dan bahan penelitian.

Di Indonesia penelitian terkait expressive writing masih sedikit.

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan metode expressive

writing di kemudian hari. Subjek penelitian ini berasal dari suku dan budaya

yang berbeda-beda. Hal tersebut menunjukkan bahwa expressive writing dapat

berpengaruh pada efikasi diri seseorang dengan latar belakang suku dan budaya

(55)

Penelitian ini menambah manfaat dari expressive writing yang sudah

dikembangkan oleh Pennebaker sejak tahun 1986. Penelitan mengenai

pengaruh expressive writing terhadap efikasi diri ini juga terdapat beberapa

perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Brown dan

Dennis (2016). Penelitian ini menggunakan subjek mahasiswa dan memiliki

cakupan yang lebih luas.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Sebaran data penelitian ini

tidak normal. Hal tersebut dapat dikarenakan subjek yang kurang banyak pada

kelompok eksperimen (29 orang) dan kontrol (29 orang). Selain itu, kondisi

efikasi diri subjek pada kelompok eksperimen dan kontrol tergolong tinggi

sejak pre-test. Alasan lain yang dapat menyebabkan sebaran data tidak normal

adalah terdapat beberapa nilai ekstrem pada kelompok eksperimen dan kontrol.

Nilai ekstrem dapat disebabkan subjek mengisi skala dengan tidak serius

(Santoso, 2010).

Pada hari keempat, peneliti mengamati bahwa subjek sudah mulai bosan

dan bingung mengenai tema cerita apa yang ingin mereka ceritakan. Beberapa

subjek tampak membutuhkan waktu lebih lama sebelum mulai menulis. Selain

itu, pada saat menulis pun beberapa subjek tampak berhenti dan kembali

berpikir. Beberapa subjek juga tampak mengajak berbicara subjek lain ketika

waktu menulis sudah berjalan. Expressive writing selama lima hari

berturut-turut dirasa membosankan bagi subjek.

Waktu penyelesaian menulis setiap subjek berbeda-beda. Beberapa

(56)

untuk mengerjakan. Di lain sisi, beberapa subjek sudah berhenti menulis ketika

waktu masih menyisakan beberapa menit. Kejadian ini terjadi pada hari

(57)

37

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan expressive writing meningkatkan

efikasi diri secara signifikan. Kelompok yang melakukan expressive writing

mengalami peningkatan efikasi diri dibandingkan kelompok yang tidak

melakukannya. Hal tersebut dapat dilihat dari meangain score di antara kedua

kelompok tersebut. Mean gain score yang diperoleh kelompok eksperimen

(M=16,90) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M=2,76). Uji beda

non-parametrik Mann-Whitney U menunjukkan perbedaan gain score kedua

kelompok tersebut signifikan. Hasil uji beda dikatakan signifikan apabila nilai

p kurang dari 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai p sebesar 0.015

(p<0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa expressive writing mempengaruhi efikasi diri terpenuhi.

B. SARAN

1. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meningkatkan jumlah subjek.

Peningkatan jumlah subjek bertujuan untuk mendapatkan sampel yang

(58)

b. Peneliti selanjutnya dapat memakai subjek yang memiliki efikasi diri rendah sejak awal.

c. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode expressive writing

dengan instruksi lebih tematik terkait pengalaman keberhasilan. Hal tersebut bertujuan mengurangi kebosanan saat menulis.

2. Secara Umum

Penelitian eksperimen ini memiliki saran untuk pembaca, yaitu:

a. Penelitian eksperimen menjadi sarana bagi pembaca untuk mengaplikasikan expressive writing untuk meningkatkan efikasi diri. b. Bagi pengajar, dapat mengaplikasikan metode expressive writing untuk

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, H., Ali, I., Khan, M. A., & Hamid, K. (2010). A study of university students’

motivation and its relationship with their academic performance.

International Journal of Business and Management, 5, 80-88.

Azwar, S. (2001). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofset.

Baikie, K. A., & Wilhelm, K. (2005). Emotional and physical health benefits of expressive writing. Advances in Psychiatric Treatment, 11, 338-346.

Baker, J. R., & Moore, S. M. (2008). Distress, Coping, and Blogging: Comparing New MySpace Users by Their Intention Blog. Cyber Psychology and Behavior, 11, 81-85.

Barry, L. M., & Singer, G. H. S. (2001). Reducing Maternal Psychological Distress After NICU Experiences Through Journal Writing. Journal of Early Intervention, 24, 287-293.

Bandura, A. (1989). Social cognitive theory. Annals of Child Development, 6, 1-60.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.

BBC.com. (2014). Olahraga Membangun Keyakinan Diri. Diakses di

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/06/140608_pendidikan_olah ragapada tanggal 25 Agustus 2016.

Bomia, L., Beluzo, L., Demeester, D., Elander, K., Johnson, M., & Sheldon, B. (1997). The impact of teaching strategies on intrinsic motivation.

Champaign, IL: ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.

Brady-Amoon, P., & Fuertes, J. N. (2011). Self-efficacy, self-rated abilities, adjustment, and academic performance. Journal of Counseling and Development: JCD, 89,4, 431-438.

Breuer, J., & Freud, S. (1966). Studies of hysteria. New York: Avon.

Brown, R. F., & Dennis, C. (2007). The impact of a self-efficacy intervention on short-term breast-feeding outcomes. Health Education and Behavior, 36, 250-259.

(60)

Chemersm M. M., Hu, L., & Garcia, B. F. (2001) Perceptions of classroom environment, achievement goal, and achievement outcomes. Journal of Educational Psychology, 93, 43-54.

Day, R., & Allen, T. D. (2003). The relationship between career motivation and self-efficacy with protégé career success. Journal of Vocational Behavior,

64, 72-91.

Donnelly, D. A., & Murray, E. J. (1991). Cognitive and emotional changes in written essays and therapy interviews. Journal of Social and Clinical Psychology, 10, 334-350.

Foa, E. B., & Kozak, M. (1986). Emotional processing of fear: Exposure to corrective information. Psychological Bulletin, 99, 20-35.

Ganai, M.Y., and Mir, M. A. (2013). A comparative study of adjustment and academic achievement of college student. Journal of Educational Research and Essays, 1, 5-8.

Greenberg, M. A., & Stone, A. A. (1992). Emotional disclosure about traumas and its relation to health: effects of previous disclosure and trauma severity.

Journal of Personality and Social Psychology, 63, 75-84.

Greenberg, M. A., Wortman, C. B., & Stone, A. A. (1996). Emotional expression and physical health: Revising traumatic memories or fostering self-regulation?. Journal of Personality and Social Psychology, 71, 588-602.

Hackett, G., Betz, N. E., Casas, J. M., & Rocha-Singh, I. A. (1992). Gender, ethnicity, and social cognitive factors predicting the academic achievement of students in engineering. Journal of Counceling Psychology, 39, 527-538.

King, L. A. (2001). The health benefits of writing about life goals. Personality and Social Psychology Bulletin, 27, 798-807.

Klein, K., & Boals, A. (2001). Expressive writing can increase working memory capacity. Journal of Experimental Psychology: General, 130, 520-533.

Lange, A., van de Ven, J-P. Q. R., Schricken, B. A. L., Bredeweg, B. & Emmelkamp, P. M. G. (2000). Intermediated, protocol driven treatment of psychological dysfunction. Journal of Telemedicine and Telecare, 6, 15-21.

(61)

Luszcsynska, A., Gregajtys, A., & Abraham, C. (2006). Effects of a self-efficacy intervention on initiation of recommended exercises in patients with spondylosis. Journal of Aging and Physical Activity, 15, 26-40.

Luszcsynska, A., Gutierrez-Dona, B., & Schwarzer, B. (2005). General self-efficacy in various domains of human functioning: Evidence from five countries. International Journal of Psychology, 40, 80-89.

Maclin, M. K., & Solso, R. L. (2008). Experimental Psychology: A Case Approach.

Boston: Pearson Education, Inc.

Mesterova, J., Prochazka, J., & Vaculik, M. (2015). Relationship between self-efficacy, transformational leadership and leader effectiveness. Journal of Advanced Management Science, 3, 109-122.

Mowrer, O. H. (1960). Learning theory and behavior. New York: Wiley.

Myers, A., & Hansen, C. H. (2002). Experimental Psychology. Oakland: Wadsworth.

Niederhoffer, K. G., & Pennebaker, J. W., (2002). Linguistic style matching in social interaction. Journal of Language and Social Psychology, 21, 337-360.

Pajares, F. (1996). Self-efficacy beliefs in academic settings. Review of Educational Research, 66, 543-578.

Pennebaker, J. W. (1997). Writing about emotional experiences as a therapeutic process. Journal of Psychological Science, 8, 162-166.

Pennebaker, J. W. (2004). Theories, therapies, and taxpayers: On the complexities of the expressive writing paradigm. Journal ofClinical Psychology: Science and Practice, 11, 138-142.

Pennebaker, J. W., & Beall, S. W. (1986). Confronting a traumatic event: Toward an understanding of inhibition and disease. Journal of Abnormal Psychology, 95, 274-281.

Pennebaker, J. W. Colder, M., & Sharp, L. K. (1990). Accelerating the c

Gambar

Tabel 2. Nilai Mean Empirik dan Standar Deviasi……………………………....30
Tabel 1. Nilai Mean Teoritik
Tabel 3. Nilai Mean dan Standar Deviasi Gain Score
Tabel 4. Uji Normalitas Gain Score

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan secure attachment dengan orang tua dengan aktualisasi diri, hubungan antara efikasi diri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.. Hipotesis dalam penelitian

Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui tingkat efikasi diri pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Kalasan, 2) untuk mengetahui tingkat pengambilan keputusan karir pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan konseling expressive writing dalam lingkup pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

Hipotesa penelitian untuk menguji hipotesa keempat adalah sebagai berikut: berdasrkan hasil analisis diperoleh nilai untuk variabel efikasi diri sebesar 4,528

Hal ini Expressive writing therapy juga sebagaimana diutarakan oleh Bolton (1999, memiliki kekhasan seperti expressive therapy 2011) bahwa expressive writing

Hal ini Expressive writing therapy juga sebagaimana diutarakan oleh Bolton (1999, memiliki kekhasan seperti expressive therapy 2011) bahwa expressive writing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pebelajar yang merujuk pada beberapa faktor yaitu self-regulated learning , efikasi diri dan keterlibatan