• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH

IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MARGA I KABUPATEN TABANAN

HESTERIA FRISKA ARMYNIA SUBRATHA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH

IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MARGA I KABUPATEN TABANAN

HESTERIA FRISKA ARMYNIA SUBRATHA NIM 1492161007

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH

IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MARGA I KABUPATEN TABANAN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana

HESTERIA FRISKA ARMYNIA SUBRATHA NIM 1492161007

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 11 JULI 2016

Pembimbing I,

Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi NIP. 195807041987032001

Pembimbing II,

dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid NIP. 198104042006041005

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarkat

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP. 194810101977021001

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

(5)

iv

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No: 3257/UN14.4/HK/2016

Tanggal 18 JULI 2016

Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi Anggota :

1. dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M. Epid 2. Prof. Dr. dr. Mangku Kamaya, M.Repro. PA(K) 3. Dr. dr. I Wayan Weta, MS., Sp.GK

(6)

v

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT

Nama : Hesteria Friska Armynia Subratha

NIM : 1492161007

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar,

Yang membuat pernyataan

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena karena atas berkat rahmat–Nyalah, tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan motivasi. Terima kasih sebesar besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M. Epid sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

(8)

vii

dosen serta staf di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA (K)., Dr. dr. I Wayan Weta, M.S, Sp.GK., dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc, PhD selaku penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Tabanan serta Kepala Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan diberikannya izin untuk melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan yang telah meluangkan waktu dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian tesis ini.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada suami saya tercinta, Km Tri Sutrisna Agustia, SS., M.Hum., kedua orang tua saya, I Nyoman Subrathatapa, S.H, M.H., dan Ni Luh Armini, SKM., adik-adik saya tercinta Lucyana Christ, S.H. dan Albert Daniel yang telah mendukung penulis dalam melanjutkan studi di Program Pascasarjana baik berupa dukungan moril maupun finansial. Penulis juga menyampaikan terima kasih pada teman teman MIKM angkatan VI khususnya Ni Made Indra Peratiwi, S.ST., dan dukungan dari rekan sekerja di Stikes Advaita Medika Tabanan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

(9)

viii

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGA I KABUPATEN TABANAN

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan meninggalkan bayinya di rumah lebih dari delapan jam sehari banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pemberian ASI ekslusif pada ibu yang beraktifitas dalam rumah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian survei cross sectional dilakukan pada ibu yang memiliki bayi berumur 6-12 bulan dengan sampel sebanyak 132 orang yang dipilih secara convenience di wilayah kerja Puskesmas Marga I Tabanan. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Maret sampai April 2016 dengan wawancara terstruktur di rumah responden dengan menggunakan kuesioner tentang: karakteristik sosial-demografi, pengetahuan, persepsi, konseling selama kehamilan dan persalinan, inisiasi menyusu dini (IMD), dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif. Data dianalisis dengan mempergunakan STATA 12.1 secara univariat, bivariat (dengan chi square test) dan multivariat menggunakan regresi poisson.

Terdapat sebanyak 66,67% responden memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Alasan yang dikemukankan oleh responden tidak memberikan ASI eksklusif adalah ASI tidak mencukupi (32,58%), ASI tidak keluar (13,64%), nasihat keluarga (8,33%), bayi tidak mau disusui (6,06%), nasihat tenaga kesehatan (2,27%) dan agar payudara tidak berubah bentuk (1,52%). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara independen dengan pemberian ASI eksklusif adalah paritas <3 (APR: 1,50; 95% CI: 1,01-2,15), memberikan IMD (APR: 1,80; 95% CI: 1,13-2,90) dan dukungan keluarga (APR: 1,4; 95% CI: 1,10-1,76).

Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah paritas <3, IMD, dukungan keluarga yang baik.

(10)

ix

ABSTRACT

FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING BY HOME-ACTIVITIES MOTHERS AT PUSKESMAS MARGA I

KABUPATEN TABANAN REGENCY

Working mothers and mothers who leave their babies in their home for more than 8 hours a day almost do not exclusively breastfed their babies. The aim of the research is to determine the proportion of exclusive breastfeeding by home-activities mothers and any factors associated with it.

The cross-sectional survey research done by convecience sampling to 132 mothers with their 6-12 months babies. The research held in the operational region of Puskesmas Marga I Tabanan regency from March until April 2016. The data collected by structured interview with a questioner about social-demographic characteristic, knowledge, perception, pregnancy and maternity counseling, early breastfeeding initiation, families support, medical assistant and exclusive breastfeeding. The data analyzed by univariate, bivariate, multivariate using STATA 12.1. Chi square applied in bivariate analysis and poison regression applied in multivariate analysis.

The percentage of the respondents who exclusively breastfeeding their babies for 6 months is 66,67%. Any reasons for mother did not exclusively breastfeeding their babies are the breastfeed was not enough (32,58%), failed breastfeeding (13,64%), families suggestion (8,33%), babies refuse the breastfeeding (6,06%), medical assistants suggestion (2,27%) and the shape of the breast does not change (1,52%). Multivariate analysis found that any variables that linked up with the exclusive breastfeeding are paritas (APR= 1,50; 95%CI= 1,01-2,15), early breasfeeding initiation (APR= 1,80; 95%CI= 1,13-2,90) and families support (APR= 1,4; 95%CI= 1,10-1,76).

Any factors that that significantly associated with the exclusive breastfeeding are parities less than 3, early breasfeeding initiation and good families support.

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR SINGKATAN, TANDA/LAMBANG ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

(12)

xi

2.2.2 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 16

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 33

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

4.4.1Jenis Variabel ... 39

4.4.2Definisi Operasional ... 40

4.5 Instrumen Penelitian ... 42

4.7.3Analisis Multivariat ... 46

4.8 Etika Penelitian ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Tempat Penelitian ... 48

5.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 49

(13)

xii

5.4 Analisis Tambahan untuk Hubungan antar Variabel Bebas ... 55 5.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah ... 57

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah ... 60 6.2 Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Sampel Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas

Marga I Kabupaten Tabanan ... 39 Tabel 4.2 Definisi Operasional ... 40 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian ... 49 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Variabel Tergantung dan Bebas

Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Marga I Kabupaten

Tabanan ... 50 Tabel 5.3 Alasan Responden Menghentikan Pemberian ASI sebelum

Bayi Berumur 6 Bulan ... 52 Tabel 5.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemberian ASI

Eksklusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah di Wilayah

Kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan ... 53 Tabel 5.5 Hubungan antara Variabel Pendidikan dengan Pengetahuan ... 56 Tabel 5.6 Hubungan antara Variabel Konseling selama Kehamilan

dan Persalinan dengan IMD ... 56 Tabel 5.7 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif oleh Ibu Beraktifitas dalam Rumah di Wilayah

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xv

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

Kesbanglinmas : Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Msyarakat MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

(18)
(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2014 bahwa angka kematian bayi di Indonesia saat ini adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015). Kematian bayi antara lain berkaitan dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Pemberian ASI merupakan salah satu hal yang dapat mencegah bayi dari penyakit infeksi diantaranya adalah diare. Hasil penelitian di Brazil menunjukkan bahwa menyusui dapat promosi menjadi salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif dalam biaya untuk mencegah kasus diare pada bayi dan mencegah kematian akibat diare (Horton, 1996). Menurut Lamberti et al (2011) terdapat 2 efek protektif yang ditimbulkan ASI terhadap diare yaitu dapat menurunkan insiden diare dan berpengaruh terhadap lamanya diare. Penelitian menunjukkan di Indonesia sekitar 1,5 juta anak meninggal akibat dari pemberian makanan yang salah. Hal itu didukung fakta bahwa tingkat pemberian ASI kurang dari 15% dan hanya diberikan selama 4 bulan pertama kemudian didukung juga oleh pemberian makan makanan pendamping ASI yang salah dan tidak tepat untuk bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Semua nutrisi, energi, dan gizi sangat diperlukan oleh bayi selama 6 bulan pertama dalam hidupnya. Hal tersebut mereka dapatkan melalui ASI. Hasil riset dari United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) pada

(20)

2

tahun 2013 mengatakan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI ekslusif memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar daripada anak-anak yang tidak mendapatkannya. Kegiatan menyusui juga memiliki manfaat dalam mencegah kegemukan (obesitas) serta penyakit kronis. Hal ini didukung oleh hasil penelitian terbaru di Amerika yang menemukan bahwa adanya pengurangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan karena ditemukannya fakta bahwa anak yang mendapakan ASI lebih jarang sakit daripada anak yang tidak mendapatkan ASI. ASI bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja tapi juga untuk para ibu. Manfaat tersebut di antaranya adalah ibu yang memberikan ASI ekslusif memiliki kecendrungan yang kecil untuk hamil lagi dalam jangka waktu enam bulan pertama. Selain itu, ibu yang memberikan ASI ekslusif juga lebih cepat pulih setelah persalinan dan berat badan ibu lebih cepat kembali normal (UNICEF, 2013).

(21)

3

di bawah 6 bulan yang telah mendapatkan ASI masih sangat rendah yaitu di angka 39% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan peningkatan yang perlahan selama beberapa dekade terakhir dan menurut hasil penelitian tersebut hal ini disebabkan oleh tingkat menyusui di negara-negara besar yang masih rendah serta dukungan untuk ibu menyusui yang masih kurang (UNICEF, 2013).

Hasil penelitian sampel survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 Pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,4 %, 38,3 %, dan 31,0 %. Pada penelitian sampel survey Riskesdas 2013 kriteria menyusui ekslusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak diberi makanan prelakteal. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada anak umur 6 bulan (30,2%). Hasil riset ini menunjukkan masih kurangnya pemberian ASI dan nutrisi untuk anak-anak Indonesia. Padahal pada dasarnya ASI sangat diperlukan dan penting dalam proses pertumbuhan anak baik secara mental maupun fisik dan berdampak dalam jangka waktu yang sangat panjang. Dari hasil Riskesdas 2013, didapatkan pula data jenis makanan prelakteal yang paling banyak diberikan ke bayi adalah susu formula sebesar 79,8%. Provinsi Bali menempati peringkat ke dua cakupan tertinggi susu formula di Indonesia sebesar 93,7%.

(22)

4

terus mengalami peningkatan dengan cakupan tahun 2013 sebesar 67,4% (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2014). Cakupan pemberian ASI ekslusif 6 bulan di Kabupaten Tabanan masih di bawah rata-rata Provinsi Bali yaitu sebesar 61,79% pada tahun 2013 dan mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 62,24% pada tahun 2014. Pemberian ASI ekslusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Marga I mengalami penurunan yaitu sebesar 70,71% pada tahun 2013, 68,57% pada tahun 2015, dan turun lagi menjadi 58,62% pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan, 2015).

(23)

5

bekerja lebih sedikit yaitu sebesar 90%. Berdasarkan hasil uji regresinya didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap praktek pemberian ASI adalah latar belakang pengetahuan. Penelitian yang sudah dilakukan di luar negeri antara lain penelitian tentang praktek menyusui di kalangan perempuan tidak bekerja di daerah pedesaan Puducherry. Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian tersebut antara lain faktor sosiodemografi yaitu usia ibu, jenis kelamin bayi, agama, paritas, pendapatan per kapita dan sumber informasi kesehatan. (Senthivel, 2011).

Tingkat menyusui yang masih kurang dan rendah disebabkan oleh beberapa faktor. Green (1991) menyatakan ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan manusia yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku seseorang (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, kepercayaan). Faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku atau tindakan seseorang (fasilitas/sarana kesehatan, peraturan kesehatan). Kemudian yang terakhir adalah faktor penguat yang meruapakan faktor-faktor pendorong atau terjadinya perilaku (perilaku dan sikap petugas kesehatan, informasi kesehatan baik dari teman, kader kesehatan, media masa). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi gaya hidup dan tingkah laku seseorang dalam meningkatkan kesehatan.

(24)

6

predisposisi yang mencakup karakteristik responden (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, persepsi ibu dan penghasilan keluarga). Selain itu, penelitian ini juga meneliti dari segi faktor pemungkin yang mencakup konseling selama kehamilan dan persalinan serta inisiasi meyusu dini. Pada akhirnya penelitian ini juga akan membahas mengenai faktor penguat yang mencakup dukungan keluarga dan petugas kesehatan.

Penelitian tentang pemberian ASI ekslusif oleh ibu beraktifitas dalam rumah masih jarang di lakukan di Indonesia dan utamanya Bali. Sebuah penelitian kualitatif di Bali Tahun 2011 tentang persepsi ibu dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di Kabupaten Tabanan pada Tahun 2011 menemukan bahwa sebagian besar informan belum mampu memberikan ASI ekslusif baik pada ibu bekerja maupun ibu tidak bekerja dan jenis MP-ASI awal yang diberikan berupa susu formula (Widhiani, 2011). Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan rancangan fenomenologi tanpa disertai data kuantitatif sehingga keterangan deskripstif yang diberikan tidak memiliki jumlah besaran yang akurat untuk dijadikan dasar pengembangan program dalam rangka meningkatkan cakupan ASI ekslusif di Kabupaten Tabanan dan di wilayah kerja Puskesmas Marga I pada khususnya.

(25)

7

meningkatkan cakupan ASI ekslusif di Kabupaten Tabanan dan di wilayah kerja Puskesmas Marga I pada khususnya.

Sampel pada penelitian ini hanya pada ibu beraktifitas dalam rumah tanpa mengambil sampel pada ibu bekerja karena sudah banyak penelitian sebelumnya yang telah meneliti variabel ibu bekerja. Penelitian ini juga akan meneliti variabel yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu meneliti variabel dari faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor penguat yang diambil dari teori perubahan perilaku Green. Hal itulah yang mendasari mengapa penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Ibu yang bekerja dan meninggalkan bayinya di rumah lebih dari delapan jam sehari banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan alasan-alasan praktis. Tetapi, ibu-ibu yang tidak meninggalkan rumah juga banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif, sehingga melalui pernyataan tersebut dapat ditemukan dan diangkat sebuah permasalahan penelitian mengenai “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif oleh ibu beraktifitas dalam

rumah di wilayah kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

(26)

8

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Proporsi pemberian ASI ekslusif pada ibu yang beraktifitas dalam rumah

2. Hubungan pemberian ASI ekslusif oleh ibu beraktifitas dalam rumah dengan faktor paritas, pendidikan, pengetahuan, persepsi, penghasilan keluarga, konseling selama kehamilan dan persalinan, inisiasi meyusu dini, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan.

1.1Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi penelitian atau memperkaya hasanah ilmu pengetahuan yang berkorelasi dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif oleh ibu tidak bekerja atau yang bekerja dalam rumah yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Marga I Kabupaten Tabanan.

1.4.2 Manfaat praktis

(27)

9

(28)
(29)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Green dan Kreuter (1991) mengklasifikasikan beberapa faktor penyebab sebuah tindakan atau perilaku yang bisa dilakukan individu menjadi 3 faktor dasar penyebab perilaku. Pertama, adalah faktor pendorong (predisposing factors) yang merupakan faktor yang menjadi penyebab sebuah perilaku atau tindakan dilakukan. Faktor ini bisa menjadi dasar motivasi atau niat seseorang melakukan sesuatu. Faktor pendorong yang diebutkan meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkatan dengan motivasi sesorang atau sebuah kelompok untuk melakukan sebuah tindakan. Prefensi ini memungkinkan untuk menjadi sebuah pendukung ataupun menjadi sebuah penghamba dan dalam setiap kasus yang ditemukan faktor pendorong memiliki pengaruh. Kedua, adalah fakor pemungkin (enabling factors) yang merupakan faktor enteseden sebuah sikap yang memungkinkan suatu hal atau tindakan dapat dilakukan. Faktor pemungkin meliputi di antaranya kemampuan dan ketrampilan serta sumber daya peribadi atau sumber daya masyarakat. sumber daya yang disebutkan mencakup fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sekolah, klinik kesehatan atau segala sumber daya yang serupa dan berkaitan. Faktor pemungkin in juga berkaitan dengan keterjangkauan sumber daya, besaran biaya, jarak, ketersediaan sarana transposrtasi, jangka waktu pelayanan dan ketersediaa tenaga kesehatan. Ketiga, adalah faktor penguat (reinforcing factors) yang merupakan faktor penyerta

(30)
(31)

Gambar 2.1. Teori Perilaku (Green dan Kreuter, 1991)

Keterangan Gambar:

- Garis ( ) menunjukkan hubungan langsung - Garis (---) menunjukkan hubungan tidak langsung

(32)

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

2.2.1 Nutrisi bayi usia 0-6 bulan

Komponen paling seimbang yang diterima oleh bayi pada usia 0-6 bulan

didapatkan melalui ASI. Proses kelurnya ASI disebabkan oleh adanya refleks menghisap yang dilakukan oleh bayi yang disertai proses hormonal terutama oksitosin dan prolaktin. Jangka waktu pemberian ASI secara ekslusif dapat diberikan hingga bayi berusia 6 bulan dan ASI dapat diberikan tanpa adanya makanan pendamping lainnya. ASI sudah cukup bagi bayi karena ASI sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi dan sistem pencernaan pada bayi saat berusia 0-6 bulan belum mampu untuk mencerna serta memproses makanan padat (Hidayat, 2008).

Pemberian ASI untuk bayi yang berusia 0-6 bulan seharusnya merupakan

(33)

terhadap ASI sudah tepat sesuai takaran dan presisi dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. ASI merupakan makanan dan sumber nutrisi yang paling tepat bagi bayi yang berusia 0-6 bulan karena dalam ASI terkadung berbagai macam nutrisi seperti protein sebesar 1.2 gr, lemak sebesar 3.8 gr, laktosa sebesar 7 gr, besi sebesar 0.15 gr, vitamin B1 sebesar 0.11 mg dan vitamin sebesar 4.3 mg (Dewanti, 2013).

(34)

keberhasilan sebesar 16% apabila bayi tersebut diberikan ASI pada hari pertama dan tingkat keberhasilan tersebut meningkat menjadi 22% apabila pemberian ASI mulai dilakukan pada 1 jam pertama setelah kelahiran. Menyusui mempunyai banyak manfaat bagi ibu, keluarga, dan juga bayinya seperti diuraikan di bawah ini.

1. Manfaat ASI bagi ibu dan keluarga

Menyusui sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan bayinya. Menyusui bagi ibu mempunyai banyak keuntungan diantaranya menurunkan berat badan ibu, mengurangi resiko hipertensi bagi ibu dan meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak. Menyusui ASI juga tidak perlu mempersiapkan susu formula dan tidak memerlukan botol steril sehingga biaya rendah.

(35)

2. Manfaat ASI bagi bayi

ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi, ASI mengandung protein, mineral, air lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Immunoglobulin A terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan bakteri pathogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab diare. Berdasarkan penelitian di Negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernafasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis. Protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi (Proverawati, 2010).

2.2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

(36)

1. Fakor paritas

Menurut Soetjiningsih (1997), perubahan produksi ASI disebabkan oleh penigkatan jumlah paritas. Perbandingannya adalah jumlah ASI pada anak pertama adalah +580 ml/24 jam, pada anak kedua sebanyak +654 ml/24 jam, pada anak ketiga sebanyak +602 ml/24 jam dan pada anak keempat sebesar +506 ml/224 jam. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah paritas, maka produksi ASI semakin menurun.

Gatti (2008) dalam penelitiannya mengenai persepsi ibu tentang kekurangan suplai ASI menyebutkan bahwa paritas dan pengalaman menyusui berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan menyusui, di mana wanita yang baru pertama kali menyusui biasanya selalu berpikir akan resiko dan masalah menyusui atau penghentian menyusui di awal dibanding dengan wanita yang sudah pernah menyusui sebelumnya. Dilihat dari segi psikologisnya, ibu yang baru pertama kali menyusui bayinya memiliki kekhawatiran terhadap suplai ASI yang rendah secara kualitas dan kuantitas dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayinya (Worthington-Roberts, 2000). Penelitian Soeparmanto dan Rahayu (2000) dalam Trisnawati (2010) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak sebanyak 1-2 orang memiliki kemungkinan menyusui secara ekslusif 10 kali lebih besar dibandingkan ibu yang baru memiliki bayi ataupun ibu yang memiliki anak lebih dari dua (Trisnawati, 2010).

(37)

dan lebih percaya diri meminta kepada petugas kesehatan agar bayinya langsung diberi ASI dan tidak diberi susu botol. Selain itu, menurut Nugroho (2011), ditemukan adanya kaitan antara jumlah produksi ASI dengan jumlah kelahiran yang dilakukan oleh ibu. Dalam penelitian itu didapatkan hasil yang menyatakan jumlah produksi ASI pada hari keempat setelah kelahiran jauh lebih banyak jumlahnya pada ibu yang pernah melahirkan lebih dari 1 kali daripada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Sejalan dengan Irawati dan Nugroho, Nofriyentesni (2011) juga menemukan bahwa ibu yang paritasnya banyak (lebih dari 3 kali melahirkan) memiliki kecenderungan untuk memberikan ASI ekslusif sebesar 2,7 kali dibandingkan dengan ibu dengan paritas yang sedikit (1-2 kali melahirkan). Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang dimiliki oleh ibu dalam memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produktivitas ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya.

2. Faktor pendidikan

(38)

pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara maksimal sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari dan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pemahaman.

(39)

kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas untuk tidak lagi memberikan ASI pada bayinya.

3. Faktor pengetahuan

Menurut Soetjiningsih (2001), pengetahuan tentang ASI ekslusif sudah harus diberikan kepada ibu sejak kehamilannya. Penyuluhan tentang hal-hal yang mendukung ibu untuk bisa memberikan ASI ekslusif harus mulai diberikan seperti penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan menyusui, keunggulan ASI, manfaat menyusui dan kerugian pemberian susu formula. Informasi tentang ASI ekslusif dapat diperoleh ibu dari bidan, media cetak maupun media elektronik. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI ekslusif bagi bayi sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa kurangnya pemahaman ibu terhadap pemberian ASI dan tata cara pemberian ASI yang benar merupakan hambatan utama dalam keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Padahal apabila ibu memiliki pemahaman yang benar mengenai pemberian ASI ekslusif dan tata cara pemberiannya, hal tersebut dapat menunjang keberhasilan menyusui (Susanti, 2000).

(40)

Sebelum terwujud dalam suatu perilaku, faktor keyakinan, norma sosial dan pandangan subyektif amat menentukan sikap seseorang. Dengan beberapa model teori tersebut dapat diartikan bahwa seorang ibu akan memberikan ASI ekslusif apabila ibu bayi memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai pemberian ASI secara ekslusif berserta manfaatnya dan kerugian yang ditimbulkan apabilan tidak memberikan ASI ekslusif.

4. Faktor persepsi ibu

Menurut Rosenstock, 1974 dalam teori Health Belief Model (HBM) persepsi manusia meliputi persepsi kerentanan individu terhadap suatu penyakit (perceived susceptiblity), persepsi terhadap beratnya suatu penyakit (perceived severity), persepsi individu terhadap keuntungan yang akan diperoleh bila melakukan suatu tindakan (perceived benefits), persepsi indvidu terhadap hambatan-hambatan yang akan dihadapi bila melakukan suatu tindakan (perceived barriers), dan keyakinan individu bahwa dia akan bisa melakukan tindakan atau action tersebut (self efficacy). Persepsi ibu menyusui akan diuraikan seperti di bawah ini.

a) Persepsi kerentanan (perceived susceptiblity)

Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit agar bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mencegah bayi terserang penyakit infeksi, dan akan berpotensi berisiko terkena penyakit apabila pemberian ASI tidak sampai 6 bulan.

b) Persepsi keseriusan (perceived severity)

(41)

menurunkan daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit-penyakit dan berdampak kepada kegagalan pertumbuhan bayi. Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan akan menghasilkan persepsi ancaman. Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari keseriusan penyakit tersebut, yang dikutip Glanz, (2008) dalam buku

Health Behavior and Health Education; Theory, Research and Practice”.

c) Persepsi manfaat (perceived benefits)

Melakukan tindakan pencegahan akan bermanfaat jika merasa sangat rentan terhadap penyakit-penyakit, persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun lingkungannya. Besarnya keuntungan ataupun manfaat yang didapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil. Pemberian ASI eksklusif memiliki manfaat bagi bayi seperti meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, dengan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, akan terjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal, ASI mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otakbayi agar tumbuh optimal.

d) Persepsi kendala (perceived barriers)

(42)

pendek/terbenam, payudara bengkak, puting susu yang lecet, produksi ASI kurang, dan ibu bekerja, membuat ibu langsung menganggap bahwa hilangnya peluang untuk menyusui secara eksklusif sehingga dengan alasan kendala ini, ibu memberikan selingan ASI yaitu makanan pendamping ASI dini

e) Kepercayaan diri (self efficacy)

Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh Rosenstock, Strecher, dan Becker tahun 1988 untuk menyempurnakan teori health belief model agar sesuai dengan tantangan perubahan perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat, yang dikutip

Glanz, (2008) dalam buku “Health Behavior and Health Education; Theory,

Research and Practice”. Ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi pada kenyataannya banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6 bulan tidak cukup ini disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI, maka ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan agar bayi tidak rewel setelah diberi makanan.

5. Faktor penghasilan keluarga

Tingkat ekonomi dalam kehidupan sosial memegang peranan yang sangat

(43)

daya untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri apalagi ditambah dengan rendahnya pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan sehingga tingkat kecukupan gizi bagi ibu menyusui akan kurang dan berdampak pada produksi ASI yang juga akan kurang (SKRT, 2004). Peryataan ini juga didukung oleh Aispassa (1998) yang menyatakan bahwa adanya korelasi yang memiliki keterkaitan yang amat signifikan antara status penghasilan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnawati (2001) yang menyatakan bahwa ibu menyusui dengan tingkatan penghasilan keluarga yang rendah hanya memiliki peluang 4.6 kali dalam hal memberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan ibu menyusui yang memiliki tingkat sosial ekonmi yang lebih tinggi. Sebagai pernyataan pendukung dari pernyataan sebelumnya, dikemukakan oleh Ranisah (2003) dalam hasil penelitiannya menyatakan tingkatan faktor penghasilan keluarga seseorang memiliki pengaruh terhadap tingkat pemberian ASI. Terciptanya status gizi yang baik harus ditunjang oleh tingkat ekonomi yang juga baik.

6. Faktor konseling selama kehamilan dan persalinan

(44)

Pada waktu ibu memeriksakan kehamilan, para petugas kesehatan dapat menjadikan hal tersebut untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya ASI, bagaimana manajeman laktasi dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan menyusui. Seiring dengan intensitas ANC yang lebih besar maka akan mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif. Riwayat ANC ≥ 4 kali menunjukkan bahwa akses pelayanan kesehatan ibu hamil sudah mencukupi, artinya ibu hamil bisa mendapatkan informasi mengenai kehamilan dan persiapan menyusui dari tenaga kesehatan. Pada penelitian Duong di wilayah pedesaan Vietnam dan penelitian Chandrashekhar di wilayah perkotaan Nepal menunjukkan bahwa konseling selama ANC oleh tenaga kesehatan merupakan faktor yang berperan penting terhadap pemberian ASI.

(45)

mereka juga memperhatikan proses setelah persalinan terutama pemberian ASI bahkan terkadang setelah dilahirkan, bayi langsung diberikan susu buatan atau susu formula. Hal ini memberikan persepsi yang salah pada ibu yang melahirkan sehingga tiimbul anggapan bahwa susu formula lebih baik daripada ASI. Timbulnya anggapan ini juga dipengaruhi oleh informasi-informasi yang ada di sekitar kamar bersalin atau ruang pemeriksaan. Di sekililingnya ada poster-poster dan berbagai gambar yang mempengaruhi keinginan pemakaian susu formula. Selain informasi tersebut, ternyata tidak semua petugas kesehatan mengetahui informasi untuk menganjurkan pemberian ASI sejak dini kepada para ibu yang baru melahirkan. Hal ini masih sangat sering dijumpai pada klinik bersalin ataupun rumah sakit (Moehji, 1988).

Hasil wawancara mendalam pada studi kualitatif yang dilakukan oleh Putra (2008) di salah satu puskesmas di Provinsi Sumatera Barat ditemukan bahwa praktek bidan terhadap pemberian ASI cukup mengagetkan. Ditemukan bahwa sebagian bidan mengakui pernah memberikan susu bantu kepada bayi dengan indikasi apabila dalam dua jam belum juga keluar ASI karena takut terjadi hypoglikemi. Dalam menyusui, tidak ada kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi

(46)

7. Inisiasi menyusu dini

Inisiasi menyusu dini (IMD) (early breastfeeding initiation) adalah bayi menyusu segera setelah lahir. Bayi diletakkan di atas perut ibu sehingga terjadi kontak kulit bayi langsung dengan kulit ibunya setidaknya dalam satu jam segera setelah lahir dengan cara bayi merangkak mencari payudara (Roesli, 2005). IMD merupakan salah satu poin pedoman untuk keberhasilan menyusui yang dikemukakan WHO/UNICEF pada tahun 2005 mengenai Breast Feeding Promotion and Support, yaitu: “Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam

waktu satu jam)” (Kemenkes RI, 2010).

(47)

Data nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa meskipun terjadi peningkatan ibu yang melakukan IMD, tetapi banyak di antaranya yang tidak mampu memenuhi syarat menyusui secara eksklusif sesuai rekomendasi dalam hal ekslusivitas dan lamanya (durasi) menyusui. Angka tertinggi untuk kegagalan ini ditemukan terjadi pada minggu pertama setelah bayi dilahirkan. Persepsi ketidakcukupan ASI adalah alasan yang paling sering dikemukakan oleh ibu-ibu yang berhenti menyusui dan terjadi di sebagian besar populasi di dunia (WHO (2000) dalam Gatti, 2008).

Studi cross-sectional di Taiwan yang dilakukan oleh Huang et al. (2009) mengungkap bahwa IMD memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi ibu terhadap suplai ASI-nya (nilai-p=0,002). Hasil penelitian Aisyah (2009) menunjukkan bahwa salah satu faktor kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif disebabkan karena belum adanya praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati di Wilayah Puskesmas Jagakarsa Jakarta Selatan melaporkan bahwa IMD berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan ASI eksklusif. Peran tenaga kesehatan dalam IMD adalah penting (Fikawati, 2010). Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir (Fikawati, 2009).

8. Faktor dukungan keluarga

(48)
(49)

2005). Menurut KTT (1990) dukungan keluarga terhadapa proses pemberian ASI memiliki peranan yang sangat penting untuk memberikan pemahaman terhadap ibu menyusui agar memberikan ASI kepada bayi sampai 6 bulan pertama kehidupannya. Semakin besar dukungan yang diberikan keluarga, semakin besar juga kesempatan anak untuk bertahan dan diberikan ASI secara ekslusif. Seorang ibu menyusui yang tidak didukung oleh pihak keluarganya untuk memberikan ASI, cenderung akan beralih menggunakan susu formula (Proverawati, 2010). Hasil penelitian Nuraini (2009) menunjukkan variabel dukungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif. Dari hasil analisis dengan Chi-square tes uji hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi 95%, hasil

(50)

mempengaruhi sikapnya ketika dia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI ekslusif 6.5 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga akan meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI ekslusif (Mardiyanti, 2007).

9. Faktordukungan petugas kesehatan

(51)

ibu-ibu menyusui bahwa itu merupakan sebuah anjuran untuk tidak memberikan ASI kepada bayi mereka (Soetjiningsih, 1997).

(52)

Gambar

Gambar 2.1. Teori Perilaku (Green dan Kreuter, 1991)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung Tahun 2012. Skripsi S1 Oleh

Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI secara eksklusif sebesar

Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI

Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki program Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) yang merupakan pendidikan interaktif dengan dukungan sosial yang bertujuan meningkatkan cakupan ASI

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irnawati (2011) yang menemukan adanya hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Dari tabel dijelaskan bahwa responden ibu menyusui di Wilayah kerja Puskesmas Konang Kabupaten Bangkalan, dukungan keluarga kurang dengan tidak memberikan

Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI secara eksklusif sebesar

Namun demikian, selain terbukti secara statistik bahwa dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif