• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma

Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Adriana Octavia Zeca Carion 121114072

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecilku ini untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta; Bapak Yafridus Da Zeca Nahak dan Ibu Veronica Ximenes Da Costa

Ketiga adikku tersayang; Joanina Fatima Ximenes, Sandro Zeca Noronha, Filomino Ricki Ximenes.

Keluarga besar Ferik Katuas dan Lakubolin. Donatur beasiswa Porticus Asia (Hongkong) dan para pendamping mahasiswa Baku Peduli, Romo Wiryono SJ,

(5)

MOTTO

Jangan takut sebab Aku menyertai engkau Jangan bimbang sebab Aku ini Allahmu

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma

Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Adriana Octavia Zeca Carion Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu untuk menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma dan mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan konseling.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma angkatan 2012 sampai 2015 dengan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 74 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama. Instrumen penelitian ini terdiri dari 40 item dengan nilai koefisien reliabilitas 0,892, disusun berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup bersama. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat 64,9%, 48 mahasiswa memiliki toleransi yang sangat tinggi, dan 29,7%, 22 mahasiswa memiliki toleransi tinggi. Terdapat 4 mahasiswa (5,4%) memiliki toleransi sedang, dan tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. (2) Analisis aspek yang memiliki intensitas tertinggi berada pada aspek 4 dengan persentase 90,47%, aspek 2 (83,96%), aspek 3 (83,85%), aspek 5 (83,36%) dan aspek 1 (82,18%). (3) Analisis item dengan perolehan skor dalam kategori sangat tinggi terdapat 27 item, tinggi 11 item, sedang 2 item, sedangkan rendah dan sangat rendah tidak ada. Berdasarkan hasil perolehan skor tersebut disusun beberapa usulan topik yaitu kerja sama dan proaktif. Dengan demikian mahasiswa di Student Residence

Sanata Dharma memiliki tingkat toleransi hidup bersama yang tinggi.

(9)

ABSTRACT

TOLERANCE LEVEL OF LIVING TOGETHER AMONG RESIDENTS OF STUDENT RESIDENCE

(Descriptive Study on Residents of Student Residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and its Implication on Social

Personal Guidance topics Compilation)

Adriana Octavia Zeca Carion Sanata Dharma University

2016

This research was aimed at finding tolerance level of living together among residents of student residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and also to analyze the highest intensity of tolerance aspects of living together as a descriptive manifestation of tolerance level of residents of Student Residence of Sanata Dharma University and to identify low instrument items as the basis of guidance and counseling topics draft compilation.

This research was a quantitative descriptive research. The subject of this research was 74 students/residents of Student Residence of Sanata Dharma University batches 2012 to 2015. The data collection technique was questionnaire of Tolerance of Living Together Among Residence of Student Residence. This

research’s instrument consisted of 40 items with reliability coefficient of 0.892,

compiled based on tolerance of living together aspects. Data analysis technique used was percentage calculation with normal distribution consisting of 5 categories, i.e. very high, high, medium, low, and very low.

The result of this research showed (1) There were 48 (64.9%) students having very high tolerance; 22 (29.7%) students having high tolerance; 4 (5.4%) medium; and none having low or very low categories. (2) Aspect analysis which had the highest intensity was on aspect 4 with 90.47% aspects, aspect 2 (83.96%), aspect 3 (83.85%), aspect 5 (83.36%), and aspect 1 (82.18%). (3) Items analysis yielded 27 items with very high category, 11 items high, 2 items medium, none with low or very low. Based on the scores, several topic drafts were compiled, i.e. cooperative and pro-active. In conclusion, residents of Student Residence have a high level of tolerance of living together.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi

Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan

Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Bimbingan dan

Konseling.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

berterima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis selama kuliah dan menyusun skripsi.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan

sabar meluangkan waktu untuk memberikan masukan, semangat, dukungan,

mengarahkan dan membimbing dengan baik selama proses menulis dan

sampai menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen dari Program Studi Bimbingan dan Konseling juga

Bapak, Ibu, Romo, Suster sebagai dosen yang telah memberikan ilmu dan

membimbing penulis selama studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma. Mas Moko selaku tenaga kependidikan di

sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling, atas kesabaran dalam

mendukung dan membantu mengurus administrasi perkuliahan sampai

(11)
(12)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama ... 9

1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama ... 9

2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama... 10

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama ... 11

4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama ... 13

(13)

1. Pengertian Dewasa Awal ... 14

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 15

3. Ciri-ciri Dewasa Awal ... 18

4. Karakteristik Dewasa Awal ... 19

C. Hakikat Hidup Berasrama ... 24

1. Hidup berasrama ... 24

2. Fungsi asrama ... 24

3. Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama ... 26

D. Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

1. Pengertian bimbingan pribadi-sosial ... 27

2. Tujuan bimbingan pribadi-sosial ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 43

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama Yang Intensitasnya Paling Tinggi Sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma ... 46

(14)

B.Pembahasan ... 50

1. Deskripsi Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 50

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama ... 52

3. Identifikasi Capain Skor Item Instrumen Untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 54

4. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 2

Tabel 3.1: Kisi-Kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama ... 33

Tabel 3.2: Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Penelitian ... 36

Tabel 3.3: Kualifikasi Reliabilitas ... 37

Tabel 3.4: Penentuan Skor Alternatif Jawaban ... 38

Tabel 3.5: Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 39

Tabel 3.6: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 40

Tabel 3.7: Kategorisasi Butir-butir Item Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1: Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 43

Tabel 4.2: Persentase Perolehan Skor Per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 46

Tabel 4.3: Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 48

Tabel 4.4: Item-Item Pernyataan Yang Tergolong Dalam Kategori Sedang ... 49

(16)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 44

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 61

Lampiran 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 62

Lampiran 3: Kuesioner ... 63

Lampiran 4: Tabulasi Data ... 69

Lampiran 5: Tabulasi Data Per Aspek Setelah Validasi ... 75

Lampiran 6: Validitas ... 79

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Hidup bersama dalam sebuah komunitas atau asrama tentu memiliki

beragam perbedaan dari setiap individu tersebut. Melihat perbedaan yang ada

begitu kompleks dalam kehidupan berasrama peneliti ingin melihat tingkat

toleransi antara mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma. Kehidupan di Student Residence Sanata Dharma ini memiliki latar belakang yang beragam baik daerah, agama, suku, budaya, status sosial ekonomi dan bahasa.

Selain itu mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma ini terdiri

dari laki-laki dan perempuan yang datang dari berbagai daerah yang berbeda.

Mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma berasal dari Sabang sampai Merauke. Ada yang berasal dari Sumatera

(Aceh, Nias, Mentawai), Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur

(Atambua, Kefa, Soe, Kupang, Rote, Alor, Sumba, Larantuka, Adonara,

Lembata, Bajawa, Ende, Manggarai), Maluku (Ambon), dan Papua (Biak,

(19)

Tabel 1.1

Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016

No Thn JnsKel Agm Asal Jml

P L KP K I Sum Kal Jw NTT Mlk Pap

1. 2012 33 24 32 22 3 17 - - 36 - 4 57

2. 2013 34 11 6 35 4 5 - - 36 2 2 45

3. 2014 5 9 7 7 - 10 - - - - 4 14

4. 2015 19 14 12 20 1 5 11 1 12 - 4 33

5. 2016 7 7 7 6 1 10 2 - - - 2 14

Jumlah 98 65 64 90 9 47 13 1 84 2 16 163

Keterangan:

Thn : Tahun Jml : Jumlah

JnsKel : Jenis Kelamin (P=Perempuan; L=Laki-laki)

Agm : Agama (KP=Kristen Protestan; K=Katolik; I=Islam)

Asal : Berdasarkan pulau (Sum=Sumatra; Kal=Kalimantan; Jw=Jawa; NTT=Nusa Tenggara Timur; Mlk=Maluku; Pap=Papua)

Keberagaman yang kompleks dilihat dari bahasa, suku, agama, budaya

dan asal daerah yang berbeda menjadi rentan masalah bagi setiap individu yang

tinggal di asrama tersebut. Kemungkinan terjadi kesalahpahaman pun menjadi

rentan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya maupun dengan para

(20)

Hubungan yang baik antara sesama mahasiswa dapat menjadi kehidupan

bersama yang akan menunjang pertumbuhan setiap individu. Ketika seseorang

tinggal di asrama, individu tersebut harus belajar hidup bersama orang lain dan

belajar untuk saling berbagi dengan orang lain. Dalam hidup bersama seseorang

harus belajar menyesuaikan diri dengan beragam aturan dan perbedaan.

Seseorang akan berkembang dengan baik ketika dapat menyesuaikan diri, dan

memiliki relasi yang baik dengan orang lain.

Ada pribadi yang mengalami hambatan-hambatan dalam menyesuaikan

diri, ketika tidak dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain karena

berbeda latar belakang, suku, budaya dan bahasa. Ketika berhadapan dengan

orang yang berbeda daerah tentu butuh penyesuaian diri, toleransi dan belajar

untuk menerima setiap individu tersebut apa adanya.

Indonesia adalah salah satu negara yang multikultur dengan banyak

ragam bahasa, suku, budaya dan lainnya. Masyarakat Indonesia terbiasa dengan

adanya perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan bersama di masyarakat,

adanya hubungan yang tetap terjalin baik dan harmonis antara masyarakat.

Namun ada juga beberapa peristiwa yang terjadi di masyarakat terkait toleransi

antara lain kerusuhan yang terjadi di Poso, Ambon, dan Aceh.

Toleransi dan komunikasi sangat penting dalam hidup bersama, jika

seseorang mampu berkomunikasi dengan orang berbeda dengannya akan sangat

membantu perkembangan dirinya. Hubungan keakraban, rasa persaudaraan dan

(21)

baik dengan orang lain. Toleransi menjadi sangat penting ketika kita hidup

bersama dalam sebuah komunitas. Ketika seorang individu dapat menerima

perbedaan dan toleransi dengan orang lain maka individu tersebut dapat

berkembang dengan baik. Melihat keberagaman yang kompleks di Student Residence Sanata Dharma ini maka sangat dibutuhkan untuk saling toleransi dalam hidup bersama.

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa

Asrama (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan

Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial )”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan di Student Residence Sanata Dharma yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahpahaman tentang proses pendampingan antara mahasiswa dan

pamong (pembimbing), adanya perasaan pilih kasih.

2. Adanya indikasi kurang toleransi dalam hidup bersama (dalam menghargai

perbedaan pendapat dan keragaman).

(22)

4. Terjadi salah paham antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya yang

berbeda daerah karena menggunakan bahasa daerah.

5. Kurang terciptanya suasana tenang saat mahasiswa lainnya sedang

menjalankan ibadahnya, saat jam istirahat dan jam belajar yang sudah

ditetapkan oleh asrama.

6. Mahasiswa tidak terlibat saat merayakan hari raya temannya dan berperilaku

pasif saat pentas seni dan budaya.

7. Mahasiswa acuh tak acuh mengikuti pertemuan komunitas dan mengikuti

kegiatan-kegiatan asrama lainnya.

C. Batasan Masalah

Berhubung adanya keterbatasan waktu maka penelitian dibatasi pada

beberapa masalah saja untuk diteliti lebih mendalam. Fokus kajian pada

penelitian ini yaitu toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan masalahnya

sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat toleransi hidup bersama diantara mahasiswa di

(23)

2. Aspek-aspek toleransi hidup bersama mana saja yang paling tinggi intensitas

persentasenya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di

Student Residence Sanata Dharma?

3. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi perolehan skornya rendah

untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.

2. Menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi

intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma.

3. Mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar

penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

bagi pendidikan, khususnya bidang Bimbingan dan Konseling dalam program

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengelola asrama

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi

kepada pengelola asrama, dalam membimbing dan mendampingi

mahasiswa untuk meningkatkan sikap toleransi hidup bersama di asrama.

Kegunaan lain dari hasil penelitian ini untuk membantu memecahkan dan

mengantisipasi masalah yang ada pada mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma.

b. Bagi mahasiswa

Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan sikap

toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma.

G. Definisi Istilah

1. Toleransi hidup bersama yaitu sikap tidak memaksa orang lain untuk

mengikuti keinginannya dan bisa menerima perbedaan yang ada pada orang

lain dengan dirinya.

2. Mahasiswa yaitu individu dengan rentang usia 18-25 tahun yang sedang

menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi.

3. Student Residence Sanata Dharma yaitu pemondokan atau tempat tinggal bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, yang hidup bersama dalam komunitas

(25)

4. Bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan berupa layanan yang diberikan

kepada individu untuk mencapai tugas perkembangannya mengenai diri

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai hakikat toleransi hidup bersama dan

hakikat mahasiswa sebagai dewasa awal.

A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama 1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama

Toleran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah bersifat

atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)

pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan

sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Menurut Kemendiknas (2010), toleransi yaitu sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, etnis, sikap dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

Menurut Wibowo (2013: 101), toleransi adalah sikap dan tindakan

yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan

tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Menurut Rawls (Mustari,

2014: 168), toleransi ini menjadi penting ketika kebebasan-kebebasan

nurani individu bertemu dalam wilayah publik.

Toleransi (tasamuh) adalah sikap bersedia menerima

keanekaragaman pendapat, adat istiadat yang dihayati oleh orang lain.

Toleransi diperlukan karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia

(27)

bantuan orang lain. Toleransi merupakan modal untuk saling menolong

dan kerjasama dalam berbagi bidang kehidupan, baik secara pribadi

maupun kelompok. Toleransi diperlukan untuk membangun kehidupan

yang damai. Menurut Aly (Nashir, 2013: 94) dengan toleransi manusia

membiasakan bersikap menenggang, menghargai, dan mengijinkan sikap

yang berbeda atau bertentangan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

toleransi adalah sikap menenggang, menerima dan menghargai adanya

perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Sikap toleransi sangat

dibutuhkan dalam membina hidup bersama di tengah masyarakat yang

multikultur.

2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama

Hidup dalam lingkungan yang multikultur sangat dibutuhkan

sikap toleransi. Thomas Lickona (Borba, 2008: 225) menguraikan bahwa

toleransi sebagai kebajikan etis mempunyai dua aspek, yaitu:

a. Rasa hormat

Rasa hormat terhadap martabat manusia dan hak asasi setiap

orang, termaksud kebebasan hati nurani menentukan pilihan selama

tidak mengganggu hak orang lain. Bersikap toleransi akan mencegah

seseorang dalam tindakan pemaksaan, atau secara tidak adil

(28)

bersikap toleransi mengarahkan seseorang untuk memperlakukan

orang lain dengan baik dan pengertian.

Toleransi juga membuat orang mampu untuk menghadapi

perbedaan dan sepakat untuk tidak sependapat. Misalnya pada saat

pertemuan seseorang memiliki pendapat yang berbeda dengan

beberapa orang lainnya, maka orang yang memilki sikap toleransi

akan menghormati perbedaan tersebut dan tidak memaksa untuk

memiliki pendapat yang sama.

b. Menghargai keragaman manusia, berbagai nilai positif, serta

bermacam peran manusia yang memiliki latar belakang, suku, agama,

negara dan budaya yang berbeda.

Kehidupan yang kompleks dengan latar belakang yang

beragam menuntut seseorang untuk bisa menghargai perbedaan.

Bersikap toleransi berarti seseorang memahami bahwa semua orang

berhak memperoleh keadilan, kasih sayang dan pengertian meski

tidak memiliki keyakninan yang sama. Selain itu memahami bahwa

setiap individu itu unik dan bertoleransi juga mengarahkan untuk

melihat sisi baik dari setiap individu maupun kelompok yang berbeda.

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama

Mustari (2014:168) menguraikan karakteristik individu yang

(29)

a. Menerima perbedaan dan tidak memaksakan kehendak kepada orang

lain.

Individu yang mampu bersikap toleransi akan berusaha untuk

menerima perbedaan baik pendapat maupun keyakinan. Selain itu

individu yang bertoleransi akan menghargai perbedaan tersebut dan

tidak memaksa orang lain sesuai kehendaknya.

b. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar belakang

sosial-ekonomi, budaya, dan sebagainya.

Bersikap toleransi dalam hidup bersama membuat individu belajar

untuk memahami bahwa kehidupan memiliki banyak aspek.

Perbedaan dalam berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya,

agama dan lainnya bukan menjadi pemisah melainkan kekayaan

dalam hidup bersama.

c. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaanya sendiri pada

orang lain.

Individu bersikap toleransi tidak akan memaksa orang lain untuk sama

dengan dirinya dalam hal pemikiran, keyakinan ataupun

kebiasaannya. Melainkan individu menghormati keputusan yang

(30)

d. Tidak memaksakan pada seseorang untuk menganut suatu

kepercayaan tertentu.

Bersikap toleransi berarti tidak memaksa orang lain untuk sama

dengan dirinya, melainkan mengakui kebebasan untuk berbeda sesuai

kepercayaan. Tidak bisa seseorang mengharuskan individu lainya

untuk berpandangan picik. Misalnya individu lainnya harus

menghormati hak orang untuk beragama lain.

4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama

Aly (Nashir, 2013:94) menguraikan adanya keuntungan yang

diperoleh dari sikap toleran atau toleransi ialah:

a. Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain

Bersikap toleransi akan membantu individu untuk terbuka mengenal

orang lain meski berbeda dengan dirinya. Mau menerima perbedaan

dan belajar dari orang lain.

b. Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain

yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup bersama orang lain

secara damai.

c. Dapat mengakui individualitas dan keragaman

Individu yang memiliki sikap toleransi memahami bahwa setiap

individu memiliki keunikan tersendiri sehingga ada keragaman yang

(31)

d. Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang

memecah-belah

Bertoleransi membuat individu untuk lebih memahami perbedaan

sehingga tidak mudah untuk terjerumus dalam hal-hal yang

menghancurkan kehidupan bersama.

e. Mengatasi ketegangan akibat kemasabodohan

Individu yang bertoleransi lebih mudah terbuka untuk peduli dengan

orang lain meski berbeda dalam pendapat maupun keyakinan.

f. Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengenyahkan

prasangka negatif dan stigma negatif mengenai orang-orang yang

berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan etniknya (Aly,

2009:83).

B. Hakikat Mahasiswa sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Tilker dan Hurlock mengemukakan dewasa awal adalah masa

pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh

dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas

dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan masa penuh

(32)

Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (2011), orang

dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition), transisi peran sosial (social role transition). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang berada pada tahap dewasa awal yaitu individu yang

baru meninggalkan masa remaja untuk menuju masa dewasa.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Menurut Havighurst (Khairani, 2013), tugas perkembangan adalah

tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode

kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan

berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan

dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga

akan mengalami kesulitan.

Havighurst (Rochmah, 2005:80-83) membagi kehidupan masa

dewasa berikut tugasnya menjadi tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa,

dan usia lanjut. Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus

diselesaikan individu adalah:

a. Memilih pasangan hidup

Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karier dan

keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan

(33)

pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan

hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan

tugas-tugas rumah tangga.

b. Belajar hidup dengan pasangan

Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang

yang memiliki dua latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat

dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki

kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama.

Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut

tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari

kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pemahaman, maka

keharmonisan keluarga sulit direalisasikan.

c. Memulai hidup berkeluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek

kehidupan kemasyarakatan ada didalam keluarga. Dalam keluarga ada

aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan, kesehatan,

keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri dengan

anak-anaknya, harus mengembangkan mekanisme kerja, menciptakan iklim

kehidupan dan lain-lain sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi

(34)

d. Memelihara dan mendidik anak

Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai

pemersatu suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak

harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak, mungkin

saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus kebanggaan, tetapi

menjadi sumber kedukaan dan kegundahan. Memelihara pertumbuhan

fisiknya relatif lebih mudah dibandingkan dengan mendidik

kerohaniannya. Membimbing perkembangan rohani (psikis) anak

membutuhkan kesiapan tertentu dari kedua orang tuanya.

e. Mengelola rumah tangga

Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang

memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya

maupun bagian tersebut dengan bagian diluar rumah. Semua hal

tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat

membentuk satu kesatuan yang harmonis.

f. Memulai kegiatan pekerjaan

Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah,

tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas dan

prestise keluarga. Seorang dewasa muda harus mempersiapkan,

memilih, serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan

latar belakang pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan

(35)

seseorang telah mengikuti pendidikan untuk suatu pekerjaan, tetapi

dalam praktek masih harus banyak belajar dan mengembangkan diri.

g. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungan

sosial dengan sesama warga masyarakat. Selain ia dituntut mematuhi

semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia

juga dituntut untuk memelihara dan menggawasinya, ia juga dituntut

untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

h. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial

Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti

kelompok etnis, agama, budaya, profesi, hobi dan lain-lain. Seorang

dewasa muda dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok

sosial tersebut dengan harmonis.

3. Ciri-Ciri Dewasa Awal

Anderson (Marleny, 2015) mengemukakan adanya beberapa ciri

periode masa dewasa awal:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri dan ego yaitu berorientasi

pada tugas-tugas yang dikerjakannya dan tidak condong pada

perasaan diri sendiri atau kepentingan pribadi.

b. Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien, yaitu melihat

(36)

c. Mengendalikan perasaan pribadi, yaitu dapat mengolah perasaan

sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaannya dalam mengerjakan

sesuatu atau berhadapan dengan orang lain.

d. Keobjektifan, yaitu memiliki sikap objektif, yakni berusaha mencapai

keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran, yaitu memiliki kemauan yang realistis,

paham bahwa dirinya tidak selalu benar sehingga terbuka terhadap

kritik dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi, yaitu memberi

kesempatan kepada orang lain membantu usaha-usahanya untuk

mencapai tujuan sehingga membutuhkan bantuan orang lain tetapi

tetap bertanggung jawab secar pribadi.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orany yang

memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan

yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal

Menurut Hurlock (Khairani, 2013) masa dewasa terbagi dalam

beberapa periode, yaitu: periode dewasa awal: 18-40 tahun, dewasa

madya: 40-60 tahun dan dewasa akhir 60 tahun keatas (periode ini sering

disebut lanjut usia atau lansia). Adapun karakteristik periode dewasa awal

(37)

a. Merupakan periode pemantapan dan pengendapan.

Apabila kematangan telah tercapai, seseorang diharapkan mulai

memikul tanggung jawab dan mengadakan pemantapan-pemantapan

dalam:

1) Bidang kerja, yang dipilih sebagai kariernya dimasa depan bagi

umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan bagi beberapa

wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau

memilih berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus

sebagai pekerja/ karyawan.

2) Bidang kehidupan keluarga, yaitu dalam memilih calon teman

hidupnya. Umumnya, sebelum mantap dalam memilih, terlebih

dahulu mencoba bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai

menemukan yang cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan

untuk hidup sendiri.

b. Merupakan usia reproduktif

Pasangan-pasangan yang menikah pada usia mudah

memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20-30

tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru

menjadi orang tua sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa

(38)

c. Merupakan problem rumah tangga

Masalah yang dihadapi berbeda dengan masalah-masalah pada

periode sebelumnya. Meskipun pada periode dewasa awal individu

telah memperoleh kebebasan (secara hukum), namun kebebasan ini justru menimbulkan berbagai masalah yang tadinya tidak

terbayangkan. Masalah-masalah tersebut antara lain: penyesuaian diri

dalam perkawinan, pekerjaan, dan menjadi orang tua terutama antara

usia 20-30 tahun.

d. Merupakan periode penuh ketegangan emosional

Dengan meninggalkan masa remaja dan memasuki masa

dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya

semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin

merubah keadaan masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh

gejolak dan ide-ide baru), namun mendekati usia 30-an umumnya

mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil, serta telah dapat

mengatasi masalh-masalahnya. Ketegangan tersebut antara lain

disebabkan karena meraka harus mulai mampu melepaskan

ketergantungan dari orang tua, teman-teman dan mencapai

kemandirian secara emosional, walaupun ia tetap mempertahankan

hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak

terlalu merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat

(39)

e. Merupakan periode isolasi sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan mulai memasuki

pola kehidupan orang dewasa, dalam pekerjaan dan perkawinan,

ikatan-ikatan dengan peer grups masa remaja semakin berkurang.

Dengan demikian, ketergantungan pada kelompok terputus dan

mereka merasa kesepian, ditambah pula dengan adanya tanggung

jawab dirumah tangga maunpun pekerjaan, maka mereka merasa

terisolasi secara sosial.

f. Merupakan saat untuk memenuhi tanggung jawab

Dengan adanya peran-peran baru sebagai orang dewasa,

menimbulkan pola-pola hidup yang baru, penerimaan tanggung jawab

tersebut. Meskipun hal-hal tersebut mungkin berubah kelak sejalan

dengan tahapan perkembangan, namun pada periode ini merupakan

dasar bagi perkembangan selanjutnya dalam pola hidup, tanggung

jawab dan pemenuhannya.

g. Periode ketergantungan

Meskipun secara legal/hukum telah dianggap mandiri, namun

banyak dari mereka masih tergantung kepada orang tua maupun

instansi-instansi tertentu secara finansial. Beberapa individu masih

dibantu orang tua dalam segi keuangan, beberapa lagi masih

(40)

hal tersebut, sebagian merasa terpaksa namun tetap menuntut

otonominya dan sebagian lainnya menjadi terbiasa bergantung.

h. Periode perubahan nilai

Banyak nilai-nilai yang telah dikembangkan selama masa anak-anak

dan remaja mengalami perubahan setelah individu memasuki usia

dewasa muda, karena kontak sosialnya yang makin meluas dan

bervariasi dengan orang-orang yag berbeda usianya.

i. Merupakan masa penyesuaian diri terhadap gaya hidup baru

Penyesuaian diri yang paling banyak dilakukan adalah terhadap gaya

hidup baru seperti persamaan hak antara wanita dan pria, pola-pola

kehidupan keluarga, pembatasan kelahiran/KB, pola-pola vokasional

baru.

j. Merupakan usia kreatif

Oleh karena pembatasan-pembatasan terhadap tingkah laku

telah berkurang, maka individu menjadi lebih bebas berkreasi,

melakukan apa yang diingini, melakukan aktivitas-aktivitas yang

memberikan kepuasan. Sebagian orang mengekspresikan

kreativitasnya melalui hobby dan sebagian orang lagi melalui

(41)

C. Hakikat Hidup Berasrama

1. Hidup berasrama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian asrama

adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara

waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh kepala asrama.

Misalnya asrama mahasiswa, asrama putri SMP/SMA, asrama polisi dan

lain sebagainya. Asrama mahasiswa banyak terdapat di sekitar kampus.

Dimana ada kampus maka akan diikuti dengan berbagai fasilitas seperti

asrama, kos-kosan, warung makan, toko alat tulis, jasa laundry, jasa rental dan lain-lain.

Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat diperlukan dilihat dari

banyaknya mahasiswa ataupun pelajar yang datang dari berbagai daerah.

Tentu saja ini diasumsikan bahwa keberadaan asrama sebagai tempat

tinggal juga semakin meningkat. Asrama menjadi kebutuhan untuk

menampung mahasiswa dari berbagai daerah.

2. Fungsi Asrama

Menurut Purwaningsih (2014) asrama tidak sekedar untuk

menampung mahasiswa untuk sekedar bertempat tinggal, akan tetapi

asrama juga berfungsi untuk berbagai hal. Ada beberapa fungsi yang

(42)

a. Tempat tinggal mahasiswa; asrama mahasiswa pada prinsipnya

berfungsi untuk menampung para mahasiswa dari daerah luar yang

melanjutkan pendidikan di suatu tempat. Dengan tujuan membantu

mahasiswa mengatasi kesulitan dalam menemukan tempat tinggal

b. Asrama sebagai sarana penunjang kegiatan belajar yang efektif

dengan lingkungan yang kondusif.

Dengan tinggal di asrama dapat memberi kontribusi positif dalam

mengisi kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh pihak asrama.

Asrama menciptakan lingkungan belajar yang baik dengan fasilitas

penunjang seperti ruang belajar dan kegiatan-kegiatan pendampingan

lainnya.

c. Asrama sebagai anjungan budaya; keberadaan asrama mahasiswa dari

berbagai daerah dapat dimanfaatkan sebagai anjungan budaya.

Masyarakat setempat dapat mengenal budaya dari daerah lainnya,

melalui kegiatan pentas seni dan budaya

d. Asrama sebagai tempat bersosialisasi.

Tempat bersosialisasi diartikan sebagai tempat penyesuaian diri bagi

penghuni asrama dengan lingkungan barunya. Individu dapat

bersosialisasi dengan orang lain dengan bergaul dan berinteraksi

dengan sesama penghuni asrama. Hal ini membantu individu untuk

(43)

3. Upaya-upaya Membangun Toleransi Hidup Bersama

Dalam kehidupan beragama berbangsa, seperti kita ketahui

kehidupan dalam beragama itu benar-benar tejadi. Agama tidak

mengajarkan untuk melaksakan keyakinan kita kepada orang lain.

Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama dikalangan mahasiswa di

asrama (Salikun, 2014) adalah sebagai berikut:

a. Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain; Tidak memaksa

keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama.

b. Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan

oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda.

c. Melaksanakan ajaran agama dengan baik; Tidak memandang rendah

dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan dianut oleh orang

lain.

d. Mengetahui keanekaragaman salah satu seni budaya sesuai dengan

minat dan kesenangannya; menonton seni pertunjukkan tradisional

dari daerah lain.

e. Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan

norma sosial yang berbeda dari anggota-anggota masyarakat yang

ditemui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok

agamanya sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya.

f. Menambah pengetahuan tentang suku-suku lain. Mempelajari suku

(44)

bisa belajar tentang adat istiadat, kesenian, dan bahasa dari daerah

lainnya.

D. Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Ragam bimbingan ada 3 yaitu: (1) bimbingan karier, (2) bimbingan

akademik, dan (3) bimbingan pribadi sosial. Menurut Winkel dan Sri

Hastuti (2006) bimbingan pribadi sosial yaitu bimbingan dalam

menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai

pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang

kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu

seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan

kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Syamsu Yusuf (2009: 53) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi

merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi agar memiliki pemahaman

tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi

dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Sedangkan

bimbingan sosial yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar

mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi

sosial atau hubungan dengan orang lain dan memecahkan

(45)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan

pribadi-sosial merupakan layanan yang isinya menyangkut diri sendiri,

dan hubungannya dengan orang lain di lingkungannya. Selain itu

bimbingan pribadi sosial yaitu layanan yang diberikan untuk membantu

individu dalam menghadapi dan mangatasi masalah, dimulai dari masalah

dengan diri sendiri hingga masalah dalam berinteraksi dengan orang lain

dan lingkungannya.

2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, Syamsu Yusuf dan Juntika

Nurihsan (2008: 14) menyebutkan beberapa tujuan dari bimbingan dan

konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai

keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,

tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat

fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta

mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran yang

(46)

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan

konstuktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan,

baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai

orang lain, tidak melecehkan mertabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk

komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.

i. Memiliki kemampua beriteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau

silahturahmi dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik

bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Dengan memahami tujuan bimbigan pribadi-sosial diharapkan

individu mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,

subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan

reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono

(2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan

gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi

sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku secara umum. Penelitian ini termaksud deskriptif kuantitatif yaitu data

diperoleh dari analisis skor jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup

bersama pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu berdasarkan analisis data pencapaian pengukuran tingkat

toleransi hidup bersama mahasiswa asrama diidentifikasi item-item yang rendah

(48)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Student Residence Sanata Dharma yang terletak di Jalan Jenengan Raya, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,

Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada Juni 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence

Sanata Dharma, angkatan 2012 sampai 2015. Populasi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma sebanyak 163 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling non

random. Sampling non random dengan cara Cluster Sampling. Cluster Sampling

adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada cluster-cluster tertentu

(Sugiyono, 2003:74). Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini

adalah 74 orang yang terdiri dari 45 perempuan dan 29 laki-laki.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

angket/kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan angket tertutup tentang toleransi hidup bersama mahasiswa

(49)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket tertutup yaitu Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama.

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS). Pertanyaan atau

pernyataan pada setiap item berupa pernyataan positif (favorable) maupun negatif (unfavorable) dengan tingkat skor yang berbeda. Pemberian skor untuk setiap pernyataan positif sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 4; Sesuai (S)

skor 3; Kurang Sesuai (KS) skor 2; Tidak Sesuai (TS) skor 1. Sedangkan

pemberian skor untuk setiap pernyataan negatif sebagai berikut: Sangat Sesuai

(SS) skor 1; Sesuai (S) skor 2; Kurang Sesuai (KS) skor 3; Tidak Sesuai (TS)

skor 4. Kisi-kisi kuesioner tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama

dapat dilihat pada tabel berikut:

(50)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Aspek Indikator Nomor item

Favorable Unfavorable

1. Rasa hormat a. Menghormati martabat manusia dan hak asasi manusia

1,2,4

b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan

5,7,8

c. Mengembangkan kesetaraan dengan orang lain

10 15

d. Menghargai privasi teman 14,17, 12,18,21 2. Menghargai

keragaman manusia

a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah

19,29,37 33

b. Mampu bekerja sama denga orang lain

20,40,44 42

c. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain

a. Mampu mendengarkan orang lain

23.34 45

b. Mengetahui batas-batas dalam hidup bersama

b. Mampu menerima kehadiran orang lain berbeda status

a. Menghargai pemikiran orang lain

11 3,6

b. Menerima perbedaan keyakinan

13 9

c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu

16 27,36

Jumlah 32 18

(51)

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Menurut Azwar (2012, 173) validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukur. Suatu tes mempunyai validitas yang tinggi apabila

memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Semakin tinggi nilai validitas

item menunjukkan semakin valid dan instrumen yang baik untuk digunakan

di lapangan.

Azwar (2012, 175) membagi validitas menjadi 3 yaitu validitas isi,

validitas konstruk, dan validitas berdasar kriteria. Penelitian ini menggunakan

validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam kuesioner mencakup semua isi yang hendak diukur dan isi dari

kuesioner tersebut juga harus relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan

penelitian. Validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan

seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner agar setiap item

pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi indikator atributnya

sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan

baik (Nurgiyantoro,2009). Instrumen tingkat toleransi hidup bersama

mahasiswa asrama dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup

bersama kemudian validasi item dilakukan oleh Juster Donal Sinaga, M.Pd.

(52)

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai

tingkat validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya

Arikunto (2002:160) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari

kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien

korelasi product moment Person sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= korelasi product moment

= nilai setiap butir = nilai dari jumlah butir

= jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi

16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012:

95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap

memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item

yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu,

suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Hasil uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini memperoleh 40

item yang valid dan terdapat 10 item yang tidak valid. Hasil uji validitas

menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran, sedangkan kisi-kisi setelah

(53)

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Butir Instrumen Penelitian

Aspek Indikator No Item

Valid Gugur 1. Rasa hormat a. Menghormati martabat manusia

dan hak asasi manusia

1,2 4

b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan

5,7 8

c. Mengembangkan kesetaraan dengan orang lain

10, 15

d. Menghargai privasi teman 12,14, 17, 18,21

2. Menghargai

keragaman manusia

a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah

29,33, 37 19

b. Mampu bekerja sama denga orang lain

a. Mampu mendengarkan orang lain 23, 34, 45 b. Mengetahui batas-batas dalam

hidup bersama

a. Menghargai keragaman budaya 24, 28,32 35 b. Mampu menerima kehadiran orang

lain berbeda status sosial ekonomi

25, 30

a. Menghargai pemikiran orang lain 11 3, 6 b. Menerima perbedaan keyakinan 9, 13

c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu

27 16, 36

Jumlah 40 10

(54)

2. Reliabilitas

Menurut Azwar (2012, 180) reliabilitas diartikan dari kata reliability. Pengukuran kuesioner yang memiliki reliabilitas tinggi berarti menghasilkan

data yang reliabel. Inti dari reliabilitas adalah konsistensi sejauh mana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya. Perhitungan reliabilitas penelitian ini

dihitung menggunakan rumus Cronbach’s alpha dan memberikan hasil

sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.892 40

Hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan ke kriteria Guilford

(Masidjo, 1995) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,9 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan kriteria tersebut, hasil reliabilitas instrumen tingkat

toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yaitu 0.892 dan dapat

disimpulkan, reliabilitas instrumen penelitian ini termasuk dalam kualifikasi

(55)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data, menyajikan data dari tiap

variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah (Sugiyono, 2010:207). Analisis data dilakukan untuk memberi gambaran

tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.

Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Menentukan skor

Penentuan skor mengacu pada pedoman skoring yang telah dibuat.

Peneliti melihat pertanyaan favorable maupun unfavorable dengan memberi angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban dari responden. Setelah itu peneliti

memasukan hasil dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor item

(56)

2. Menentukan kategori

Azwar (2009; 106) mengatakan bahwa pengkategorian memiliki

tujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang

terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu

kontinum. Peneliti mengelompokkan skor tingkat toleransi hidup bersama

mahasiswa asrama dalam kategori. Norma kategorisasi pada penelitian

disusun mengacu pada kategorisasi yang disusun oleh Azwar.

Pengkategorisasian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Kriteria Skor Kategori

X≤µ-1,5σ Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ Tinggi

µ+1,5σ≤X Sangat Tinggi

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subyek

penelitian berdasarkan data nyata lapangan

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

(57)

Kategorisasi tersebut menjadi acuan dalam menentukan tinggi

rendahnya tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama. Kategorisasi

subyek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 40)

sebagai berikut:

X maksimum : 4 x 40 = 160

X minimum : 1 x 40 = 40

Luas jarak : 160 – 40 = 120

σ : 120 : 6 = 20

µ : (160 + 40) : 2 = 100

Penentuan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan

X≤µ-1,5σ <70 Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70 – 90 Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90 – 110 Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110 – 130 Tinggi

µ+1,5σ≤X >130 Sangat Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan subyek

berdasar kategorisasi atau skala tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa

(58)

Langkah berikutnya yaitu menghitung persentase aspek-aspek

toleransi hidup bersama dengan perhitungan sebagai berikut:

x 100%

Hasil perhitungan tersebut yang memiliki intensitas persentase paling tinggi

akan dijadikan sebagai cermin untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup

bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun

akademik 2015/2016.

Langkah selanjutnya yaitu mengkategorisasi butir-butir item melalui

perhitungan (dengan n = 74) sebagai berikut:

X maksimum : 4 x 74 = 296

X minimum : 1 x 74 = 74

Luas jarak : 296 – 74 = 222

σ : 222 : 6 = 37

µ : (296+74) : 2 = 185

(59)

Tabel 3.7

Kategori Butir-butir Item Instrumen Penelitian

Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan

X≤µ-1,5σ <129,5 Sangat Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 129,5 – 166,5 Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 166,5 – 203,5 Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 203,5 – 240,5 Tinggi

µ+1,5σ≤X >240,5 Sangat Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor item

dalam kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan atas hasil

penelitian didasarkan pada rumusan masalah.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa Student

Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

toleransi hidup bersama yang dimiliki oleh mahasiswa Student Residence

Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Berdasarkan data yang terkumpul

dan analisis data yang telah dilakukan, tingkat toleransi hidup bersama

mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Penghitungan skor

Rentang

skor Frekuensi Persentase Kategori

X≤ µ-1,5σ <70 0 0 % Sangat rendah

µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70-90 0 0 % Rendah

µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90-110 4 5,4 % Sedang

µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110-130 22 29,7 % Tinggi

µ+1,5σ≤X >130 48 64,9 % Sangat tinggi

(61)

Kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama ini

jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 4.1 Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa:

a. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori sangat rendah yang

artinya mahasiswa dalam kategori ini sangat tidak mampu bertoleransi

dalam hidup bersama di asrama.

b. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori rendah yang artinya

mahasiswa dalam kategori ini tidak mampu bertoleransi hidup bersama di

(62)

c. Terdapat 5,4% atau 4 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sedang yang artinya mahasiswa dalam ketegori

ini cukup mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

d. Terdapat 29,7% atau 22 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori tinggi yang artinya mahasiswa dalam ketegori

ini mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

e. Terdapat 64,9% atau 48 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sangat tinggi yang artinya mahasiswa dalam

ketegori ini sangat mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

(63)

2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama yang Intensitasnya

Paling Tinggi sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Persentase Perolehan Skor per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

No Aspek Persentase

1. Rasa hormat 82,18 %

2. Menghargai keragaman manusia 83,96 %

3. Menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak

kepada orang lain

83,85 %

4. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar

belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya

90,47 %

5. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan

kebiasaannya pada orang lain

(64)

Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Grafik 4.2

Persentase Perolehan Skor per Aspek

Berdasarkan data pada gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

aspek-aspek toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yang memiliki

intensitas paling tinggi berada pada aspek 4 yaitu “menerima adanya

perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan

sebagainya”, dengan persentase sebesar 90,47 %. Perolehan persentase

aspek-aspek lainnya secara berurutan yaitu sebagai berikut: “menghargai keragaman

manusia”, 83,96 %; “menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak

kepada orang lain”, 83,85 %; “tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan

kebiasaannya pada orang lain”, 83,36 %; dan aspek dengan persentase

terendah yaitu “rasa hormat”, 82,18 %. 82,18%

83,96% 83,85%

90,47%

83,36%

78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00%

(65)

3. Hasil Analisis Item-Item Instrumen Toleransi Hidup Bersama

Mahasiswa yang Teridentifikasi Rendah untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial

Berdasarkan hasil pengolahan data telah diperoleh skor-skor item

yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

sangat rendah. Hasil pengkategorisasian skor item toleransi hidup bersama

mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama

Rentang

Skor Kategori No Item

≤129,5 Sangat Rendah 129,5-166,5 Rendah

166,5-203,5 Sedang 7, 40 2 203,5-240,5 Tinggi 5,9,11,15,18,20,23,37,43,45,49 11

≥240,5 Sangat Tinggi 1,2,10,12,13,14,17,21,22,24,25,26,27,28, 29,30,31,32,33,34,38,39,41,44,46,48,50

27

Total 40

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa item yang capaian skornya

tergolong dalam kategori sangat rendah tidak ada. Item yang capaian skornya

tergolong rendah juga tidak ada. Item yang capaian skornya tergolong dalam

kategori sedang berjumlah 2 item. Item yang capaian skornya tergolong

dalam kategori tinggi berjumlah 11 dan item yang capaian skornya tergolong

Gambar

Grafik 4.2: Persentase Perolehan Skor Per Aspek .............................................................
Data Tabel 1.1 Student Residence Sanata Dharma
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prilikom izrade završnog rada koji se sastoji od teorijskog i praktičnog dijela, težilo se cilju upoznavanja: približiti i pojasniti svima koji se bave elektrotehnikom

Dalam perencanaan jalan ini berdasarkan klasifikasi Berdasarkan Administrasi Pemerintahan, jenis jalan yang direncanakan adalah jalan Kabupaten, yang menghubungkan

Agar lebih memperluas sasaran analisa biaya konstruksi ini, maka SNI Tata Cara perhitungan harga satuan pekerjaan persiapan tersebut diatas pada tahun 2001 dikaji kembali

Sport je danas vrlo respektabilna aktivnost zbog čega se istražuje i kao posebna djelatnost kroz razvoj specifičnog oblika turizma koji se naziva sportski

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pada gambaran perilaku ibu tentang pemenuhan gizi ibu hamil per trimester di BPM Gunarmi kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo……… 60.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk suntuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok

penilaian Bapak/Ibu. Untuk penilaian umum, dimohon Bapak/Ibu melingkari huruf yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu. Untuk saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat langsung