TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma
Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Adriana Octavia Zeca Carion 121114072
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecilku ini untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kedua orang tuaku tercinta; Bapak Yafridus Da Zeca Nahak dan Ibu Veronica Ximenes Da Costa
Ketiga adikku tersayang; Joanina Fatima Ximenes, Sandro Zeca Noronha, Filomino Ricki Ximenes.
Keluarga besar Ferik Katuas dan Lakubolin. Donatur beasiswa Porticus Asia (Hongkong) dan para pendamping mahasiswa Baku Peduli, Romo Wiryono SJ,
MOTTO
Jangan takut sebab Aku menyertai engkau Jangan bimbang sebab Aku ini Allahmu
ABSTRAK
TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma
Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap Penyusunan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Adriana Octavia Zeca Carion Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu untuk menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma dan mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan konseling.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma angkatan 2012 sampai 2015 dengan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 74 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama. Instrumen penelitian ini terdiri dari 40 item dengan nilai koefisien reliabilitas 0,892, disusun berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup bersama. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan distribusi normal yang terdiri dari 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat 64,9%, 48 mahasiswa memiliki toleransi yang sangat tinggi, dan 29,7%, 22 mahasiswa memiliki toleransi tinggi. Terdapat 4 mahasiswa (5,4%) memiliki toleransi sedang, dan tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. (2) Analisis aspek yang memiliki intensitas tertinggi berada pada aspek 4 dengan persentase 90,47%, aspek 2 (83,96%), aspek 3 (83,85%), aspek 5 (83,36%) dan aspek 1 (82,18%). (3) Analisis item dengan perolehan skor dalam kategori sangat tinggi terdapat 27 item, tinggi 11 item, sedang 2 item, sedangkan rendah dan sangat rendah tidak ada. Berdasarkan hasil perolehan skor tersebut disusun beberapa usulan topik yaitu kerja sama dan proaktif. Dengan demikian mahasiswa di Student Residence
Sanata Dharma memiliki tingkat toleransi hidup bersama yang tinggi.
ABSTRACT
TOLERANCE LEVEL OF LIVING TOGETHER AMONG RESIDENTS OF STUDENT RESIDENCE
(Descriptive Study on Residents of Student Residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and its Implication on Social
Personal Guidance topics Compilation)
Adriana Octavia Zeca Carion Sanata Dharma University
2016
This research was aimed at finding tolerance level of living together among residents of student residence of Sanata Dharma University of Academic Year of 2015/2016, and also to analyze the highest intensity of tolerance aspects of living together as a descriptive manifestation of tolerance level of residents of Student Residence of Sanata Dharma University and to identify low instrument items as the basis of guidance and counseling topics draft compilation.
This research was a quantitative descriptive research. The subject of this research was 74 students/residents of Student Residence of Sanata Dharma University batches 2012 to 2015. The data collection technique was questionnaire of Tolerance of Living Together Among Residence of Student Residence. This
research’s instrument consisted of 40 items with reliability coefficient of 0.892,
compiled based on tolerance of living together aspects. Data analysis technique used was percentage calculation with normal distribution consisting of 5 categories, i.e. very high, high, medium, low, and very low.
The result of this research showed (1) There were 48 (64.9%) students having very high tolerance; 22 (29.7%) students having high tolerance; 4 (5.4%) medium; and none having low or very low categories. (2) Aspect analysis which had the highest intensity was on aspect 4 with 90.47% aspects, aspect 2 (83.96%), aspect 3 (83.85%), aspect 5 (83.36%), and aspect 1 (82.18%). (3) Items analysis yielded 27 items with very high category, 11 items high, 2 items medium, none with low or very low. Based on the scores, several topic drafts were compiled, i.e. cooperative and pro-active. In conclusion, residents of Student Residence have a high level of tolerance of living together.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“TINGKAT TOLERANSI HIDUP BERSAMA MAHASISWA ASRAMA (Studi
Deskriptif pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Bimbingan dan
Konseling.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
berterima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis selama kuliah dan menyusun skripsi.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan
sabar meluangkan waktu untuk memberikan masukan, semangat, dukungan,
mengarahkan dan membimbing dengan baik selama proses menulis dan
sampai menyelesaikan skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen dari Program Studi Bimbingan dan Konseling juga
Bapak, Ibu, Romo, Suster sebagai dosen yang telah memberikan ilmu dan
membimbing penulis selama studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma. Mas Moko selaku tenaga kependidikan di
sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling, atas kesabaran dalam
mendukung dan membantu mengurus administrasi perkuliahan sampai
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Istilah ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama ... 9
1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama ... 9
2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama... 10
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama ... 11
4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama ... 13
1. Pengertian Dewasa Awal ... 14
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 15
3. Ciri-ciri Dewasa Awal ... 18
4. Karakteristik Dewasa Awal ... 19
C. Hakikat Hidup Berasrama ... 24
1. Hidup berasrama ... 24
2. Fungsi asrama ... 24
3. Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama ... 26
D. Bimbingan Pribadi Sosial ... 27
1. Pengertian bimbingan pribadi-sosial ... 27
2. Tujuan bimbingan pribadi-sosial ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Validitas dan Reliabilitas ... 34
G. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 43
2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama Yang Intensitasnya Paling Tinggi Sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma ... 46
B.Pembahasan ... 50
1. Deskripsi Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 50
2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama ... 52
3. Identifikasi Capain Skor Item Instrumen Untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 54
4. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial ... 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55
B. Keterbatasan Penelitian ... 56
C. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016 ... 2
Tabel 3.1: Kisi-Kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama ... 33
Tabel 3.2: Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Penelitian ... 36
Tabel 3.3: Kualifikasi Reliabilitas ... 37
Tabel 3.4: Penentuan Skor Alternatif Jawaban ... 38
Tabel 3.5: Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 39
Tabel 3.6: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 40
Tabel 3.7: Kategorisasi Butir-butir Item Instrumen Penelitian ... 42
Tabel 4.1: Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 43
Tabel 4.2: Persentase Perolehan Skor Per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 46
Tabel 4.3: Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 48
Tabel 4.4: Item-Item Pernyataan Yang Tergolong Dalam Kategori Sedang ... 49
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1: Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 61
Lampiran 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 62
Lampiran 3: Kuesioner ... 63
Lampiran 4: Tabulasi Data ... 69
Lampiran 5: Tabulasi Data Per Aspek Setelah Validasi ... 75
Lampiran 6: Validitas ... 79
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Hidup bersama dalam sebuah komunitas atau asrama tentu memiliki
beragam perbedaan dari setiap individu tersebut. Melihat perbedaan yang ada
begitu kompleks dalam kehidupan berasrama peneliti ingin melihat tingkat
toleransi antara mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma. Kehidupan di Student Residence Sanata Dharma ini memiliki latar belakang yang beragam baik daerah, agama, suku, budaya, status sosial ekonomi dan bahasa.
Selain itu mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma ini terdiri
dari laki-laki dan perempuan yang datang dari berbagai daerah yang berbeda.
Mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma berasal dari Sabang sampai Merauke. Ada yang berasal dari Sumatera
(Aceh, Nias, Mentawai), Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur
(Atambua, Kefa, Soe, Kupang, Rote, Alor, Sumba, Larantuka, Adonara,
Lembata, Bajawa, Ende, Manggarai), Maluku (Ambon), dan Papua (Biak,
Tabel 1.1
Data Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016
No Thn JnsKel Agm Asal Jml
P L KP K I Sum Kal Jw NTT Mlk Pap
1. 2012 33 24 32 22 3 17 - - 36 - 4 57
2. 2013 34 11 6 35 4 5 - - 36 2 2 45
3. 2014 5 9 7 7 - 10 - - - - 4 14
4. 2015 19 14 12 20 1 5 11 1 12 - 4 33
5. 2016 7 7 7 6 1 10 2 - - - 2 14
Jumlah 98 65 64 90 9 47 13 1 84 2 16 163
Keterangan:
Thn : Tahun Jml : Jumlah
JnsKel : Jenis Kelamin (P=Perempuan; L=Laki-laki)
Agm : Agama (KP=Kristen Protestan; K=Katolik; I=Islam)
Asal : Berdasarkan pulau (Sum=Sumatra; Kal=Kalimantan; Jw=Jawa; NTT=Nusa Tenggara Timur; Mlk=Maluku; Pap=Papua)
Keberagaman yang kompleks dilihat dari bahasa, suku, agama, budaya
dan asal daerah yang berbeda menjadi rentan masalah bagi setiap individu yang
tinggal di asrama tersebut. Kemungkinan terjadi kesalahpahaman pun menjadi
rentan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya maupun dengan para
Hubungan yang baik antara sesama mahasiswa dapat menjadi kehidupan
bersama yang akan menunjang pertumbuhan setiap individu. Ketika seseorang
tinggal di asrama, individu tersebut harus belajar hidup bersama orang lain dan
belajar untuk saling berbagi dengan orang lain. Dalam hidup bersama seseorang
harus belajar menyesuaikan diri dengan beragam aturan dan perbedaan.
Seseorang akan berkembang dengan baik ketika dapat menyesuaikan diri, dan
memiliki relasi yang baik dengan orang lain.
Ada pribadi yang mengalami hambatan-hambatan dalam menyesuaikan
diri, ketika tidak dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain karena
berbeda latar belakang, suku, budaya dan bahasa. Ketika berhadapan dengan
orang yang berbeda daerah tentu butuh penyesuaian diri, toleransi dan belajar
untuk menerima setiap individu tersebut apa adanya.
Indonesia adalah salah satu negara yang multikultur dengan banyak
ragam bahasa, suku, budaya dan lainnya. Masyarakat Indonesia terbiasa dengan
adanya perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan bersama di masyarakat,
adanya hubungan yang tetap terjalin baik dan harmonis antara masyarakat.
Namun ada juga beberapa peristiwa yang terjadi di masyarakat terkait toleransi
antara lain kerusuhan yang terjadi di Poso, Ambon, dan Aceh.
Toleransi dan komunikasi sangat penting dalam hidup bersama, jika
seseorang mampu berkomunikasi dengan orang berbeda dengannya akan sangat
membantu perkembangan dirinya. Hubungan keakraban, rasa persaudaraan dan
baik dengan orang lain. Toleransi menjadi sangat penting ketika kita hidup
bersama dalam sebuah komunitas. Ketika seorang individu dapat menerima
perbedaan dan toleransi dengan orang lain maka individu tersebut dapat
berkembang dengan baik. Melihat keberagaman yang kompleks di Student Residence Sanata Dharma ini maka sangat dibutuhkan untuk saling toleransi dalam hidup bersama.
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa
Asrama (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Student Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016, dan Implikasinnya terhadap Penyusunan Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial )”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan di Student Residence Sanata Dharma yaitu sebagai berikut:
1. Kesalahpahaman tentang proses pendampingan antara mahasiswa dan
pamong (pembimbing), adanya perasaan pilih kasih.
2. Adanya indikasi kurang toleransi dalam hidup bersama (dalam menghargai
perbedaan pendapat dan keragaman).
4. Terjadi salah paham antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya yang
berbeda daerah karena menggunakan bahasa daerah.
5. Kurang terciptanya suasana tenang saat mahasiswa lainnya sedang
menjalankan ibadahnya, saat jam istirahat dan jam belajar yang sudah
ditetapkan oleh asrama.
6. Mahasiswa tidak terlibat saat merayakan hari raya temannya dan berperilaku
pasif saat pentas seni dan budaya.
7. Mahasiswa acuh tak acuh mengikuti pertemuan komunitas dan mengikuti
kegiatan-kegiatan asrama lainnya.
C. Batasan Masalah
Berhubung adanya keterbatasan waktu maka penelitian dibatasi pada
beberapa masalah saja untuk diteliti lebih mendalam. Fokus kajian pada
penelitian ini yaitu toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat toleransi hidup bersama diantara mahasiswa di
2. Aspek-aspek toleransi hidup bersama mana saja yang paling tinggi intensitas
persentasenya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di
Student Residence Sanata Dharma?
3. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi perolehan skornya rendah
untuk dijadikan dasar penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016.
2. Menganalisis aspek-aspek toleransi hidup bersama yang paling tinggi
intensitasnya sebagai cermin deskripsi tingkat toleransi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma.
3. Mengidentifikasi item-item instrumen yang rendah untuk dijadikan dasar
penyusunan usulan topik bimbingan pribadi sosial.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
bagi pendidikan, khususnya bidang Bimbingan dan Konseling dalam program
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola asrama
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
kepada pengelola asrama, dalam membimbing dan mendampingi
mahasiswa untuk meningkatkan sikap toleransi hidup bersama di asrama.
Kegunaan lain dari hasil penelitian ini untuk membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah yang ada pada mahasiswa yang tinggal di Student Residence Sanata Dharma.
b. Bagi mahasiswa
Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan sikap
toleransi dalam hidup bersama di Student Residence Sanata Dharma.
G. Definisi Istilah
1. Toleransi hidup bersama yaitu sikap tidak memaksa orang lain untuk
mengikuti keinginannya dan bisa menerima perbedaan yang ada pada orang
lain dengan dirinya.
2. Mahasiswa yaitu individu dengan rentang usia 18-25 tahun yang sedang
menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi.
3. Student Residence Sanata Dharma yaitu pemondokan atau tempat tinggal bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, yang hidup bersama dalam komunitas
4. Bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan berupa layanan yang diberikan
kepada individu untuk mencapai tugas perkembangannya mengenai diri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai hakikat toleransi hidup bersama dan
hakikat mahasiswa sebagai dewasa awal.
A. Hakikat Toleransi Hidup Bersama 1. Pengertian Toleransi Hidup Bersama
Toleran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah bersifat
atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Menurut Kemendiknas (2010), toleransi yaitu sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, etnis, sikap dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
Menurut Wibowo (2013: 101), toleransi adalah sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Menurut Rawls (Mustari,
2014: 168), toleransi ini menjadi penting ketika kebebasan-kebebasan
nurani individu bertemu dalam wilayah publik.
Toleransi (tasamuh) adalah sikap bersedia menerima
keanekaragaman pendapat, adat istiadat yang dihayati oleh orang lain.
Toleransi diperlukan karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia
bantuan orang lain. Toleransi merupakan modal untuk saling menolong
dan kerjasama dalam berbagi bidang kehidupan, baik secara pribadi
maupun kelompok. Toleransi diperlukan untuk membangun kehidupan
yang damai. Menurut Aly (Nashir, 2013: 94) dengan toleransi manusia
membiasakan bersikap menenggang, menghargai, dan mengijinkan sikap
yang berbeda atau bertentangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
toleransi adalah sikap menenggang, menerima dan menghargai adanya
perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Sikap toleransi sangat
dibutuhkan dalam membina hidup bersama di tengah masyarakat yang
multikultur.
2. Aspek-aspek Toleransi Hidup Bersama
Hidup dalam lingkungan yang multikultur sangat dibutuhkan
sikap toleransi. Thomas Lickona (Borba, 2008: 225) menguraikan bahwa
toleransi sebagai kebajikan etis mempunyai dua aspek, yaitu:
a. Rasa hormat
Rasa hormat terhadap martabat manusia dan hak asasi setiap
orang, termaksud kebebasan hati nurani menentukan pilihan selama
tidak mengganggu hak orang lain. Bersikap toleransi akan mencegah
seseorang dalam tindakan pemaksaan, atau secara tidak adil
bersikap toleransi mengarahkan seseorang untuk memperlakukan
orang lain dengan baik dan pengertian.
Toleransi juga membuat orang mampu untuk menghadapi
perbedaan dan sepakat untuk tidak sependapat. Misalnya pada saat
pertemuan seseorang memiliki pendapat yang berbeda dengan
beberapa orang lainnya, maka orang yang memilki sikap toleransi
akan menghormati perbedaan tersebut dan tidak memaksa untuk
memiliki pendapat yang sama.
b. Menghargai keragaman manusia, berbagai nilai positif, serta
bermacam peran manusia yang memiliki latar belakang, suku, agama,
negara dan budaya yang berbeda.
Kehidupan yang kompleks dengan latar belakang yang
beragam menuntut seseorang untuk bisa menghargai perbedaan.
Bersikap toleransi berarti seseorang memahami bahwa semua orang
berhak memperoleh keadilan, kasih sayang dan pengertian meski
tidak memiliki keyakninan yang sama. Selain itu memahami bahwa
setiap individu itu unik dan bertoleransi juga mengarahkan untuk
melihat sisi baik dari setiap individu maupun kelompok yang berbeda.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Toleransi Hidup Bersama
Mustari (2014:168) menguraikan karakteristik individu yang
a. Menerima perbedaan dan tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain.
Individu yang mampu bersikap toleransi akan berusaha untuk
menerima perbedaan baik pendapat maupun keyakinan. Selain itu
individu yang bertoleransi akan menghargai perbedaan tersebut dan
tidak memaksa orang lain sesuai kehendaknya.
b. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar belakang
sosial-ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Bersikap toleransi dalam hidup bersama membuat individu belajar
untuk memahami bahwa kehidupan memiliki banyak aspek.
Perbedaan dalam berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya,
agama dan lainnya bukan menjadi pemisah melainkan kekayaan
dalam hidup bersama.
c. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan kebiasaanya sendiri pada
orang lain.
Individu bersikap toleransi tidak akan memaksa orang lain untuk sama
dengan dirinya dalam hal pemikiran, keyakinan ataupun
kebiasaannya. Melainkan individu menghormati keputusan yang
d. Tidak memaksakan pada seseorang untuk menganut suatu
kepercayaan tertentu.
Bersikap toleransi berarti tidak memaksa orang lain untuk sama
dengan dirinya, melainkan mengakui kebebasan untuk berbeda sesuai
kepercayaan. Tidak bisa seseorang mengharuskan individu lainya
untuk berpandangan picik. Misalnya individu lainnya harus
menghormati hak orang untuk beragama lain.
4. Manfaat Toleransi Hidup Bersama
Aly (Nashir, 2013:94) menguraikan adanya keuntungan yang
diperoleh dari sikap toleran atau toleransi ialah:
a. Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain
Bersikap toleransi akan membantu individu untuk terbuka mengenal
orang lain meski berbeda dengan dirinya. Mau menerima perbedaan
dan belajar dari orang lain.
b. Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain
yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup bersama orang lain
secara damai.
c. Dapat mengakui individualitas dan keragaman
Individu yang memiliki sikap toleransi memahami bahwa setiap
individu memiliki keunikan tersendiri sehingga ada keragaman yang
d. Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang
memecah-belah
Bertoleransi membuat individu untuk lebih memahami perbedaan
sehingga tidak mudah untuk terjerumus dalam hal-hal yang
menghancurkan kehidupan bersama.
e. Mengatasi ketegangan akibat kemasabodohan
Individu yang bertoleransi lebih mudah terbuka untuk peduli dengan
orang lain meski berbeda dalam pendapat maupun keyakinan.
f. Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengenyahkan
prasangka negatif dan stigma negatif mengenai orang-orang yang
berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan etniknya (Aly,
2009:83).
B. Hakikat Mahasiswa sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal
Tilker dan Hurlock mengemukakan dewasa awal adalah masa
pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh
dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas
dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan masa penuh
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (2011), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition), transisi peran sosial (social role transition). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang berada pada tahap dewasa awal yaitu individu yang
baru meninggalkan masa remaja untuk menuju masa dewasa.
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Menurut Havighurst (Khairani, 2013), tugas perkembangan adalah
tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode
kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan
berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan
dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga
akan mengalami kesulitan.
Havighurst (Rochmah, 2005:80-83) membagi kehidupan masa
dewasa berikut tugasnya menjadi tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa,
dan usia lanjut. Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan individu adalah:
a. Memilih pasangan hidup
Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karier dan
keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan
pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan
hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan
tugas-tugas rumah tangga.
b. Belajar hidup dengan pasangan
Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang
yang memiliki dua latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat
dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki
kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama.
Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut
tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari
kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pemahaman, maka
keharmonisan keluarga sulit direalisasikan.
c. Memulai hidup berkeluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek
kehidupan kemasyarakatan ada didalam keluarga. Dalam keluarga ada
aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan, kesehatan,
keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri dengan
anak-anaknya, harus mengembangkan mekanisme kerja, menciptakan iklim
kehidupan dan lain-lain sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi
d. Memelihara dan mendidik anak
Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai
pemersatu suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak
harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak, mungkin
saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus kebanggaan, tetapi
menjadi sumber kedukaan dan kegundahan. Memelihara pertumbuhan
fisiknya relatif lebih mudah dibandingkan dengan mendidik
kerohaniannya. Membimbing perkembangan rohani (psikis) anak
membutuhkan kesiapan tertentu dari kedua orang tuanya.
e. Mengelola rumah tangga
Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang
memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya
maupun bagian tersebut dengan bagian diluar rumah. Semua hal
tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat
membentuk satu kesatuan yang harmonis.
f. Memulai kegiatan pekerjaan
Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah,
tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas dan
prestise keluarga. Seorang dewasa muda harus mempersiapkan,
memilih, serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan
latar belakang pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan
seseorang telah mengikuti pendidikan untuk suatu pekerjaan, tetapi
dalam praktek masih harus banyak belajar dan mengembangkan diri.
g. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungan
sosial dengan sesama warga masyarakat. Selain ia dituntut mematuhi
semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia
juga dituntut untuk memelihara dan menggawasinya, ia juga dituntut
untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
h. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial
Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti
kelompok etnis, agama, budaya, profesi, hobi dan lain-lain. Seorang
dewasa muda dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok
sosial tersebut dengan harmonis.
3. Ciri-Ciri Dewasa Awal
Anderson (Marleny, 2015) mengemukakan adanya beberapa ciri
periode masa dewasa awal:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri dan ego yaitu berorientasi
pada tugas-tugas yang dikerjakannya dan tidak condong pada
perasaan diri sendiri atau kepentingan pribadi.
b. Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien, yaitu melihat
c. Mengendalikan perasaan pribadi, yaitu dapat mengolah perasaan
sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaannya dalam mengerjakan
sesuatu atau berhadapan dengan orang lain.
d. Keobjektifan, yaitu memiliki sikap objektif, yakni berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran, yaitu memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar sehingga terbuka terhadap
kritik dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi, yaitu memberi
kesempatan kepada orang lain membantu usaha-usahanya untuk
mencapai tujuan sehingga membutuhkan bantuan orang lain tetapi
tetap bertanggung jawab secar pribadi.
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orany yang
memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan
yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
4. Karakteristik Periode Dewasa Awal
Menurut Hurlock (Khairani, 2013) masa dewasa terbagi dalam
beberapa periode, yaitu: periode dewasa awal: 18-40 tahun, dewasa
madya: 40-60 tahun dan dewasa akhir 60 tahun keatas (periode ini sering
disebut lanjut usia atau lansia). Adapun karakteristik periode dewasa awal
a. Merupakan periode pemantapan dan pengendapan.
Apabila kematangan telah tercapai, seseorang diharapkan mulai
memikul tanggung jawab dan mengadakan pemantapan-pemantapan
dalam:
1) Bidang kerja, yang dipilih sebagai kariernya dimasa depan bagi
umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan bagi beberapa
wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau
memilih berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus
sebagai pekerja/ karyawan.
2) Bidang kehidupan keluarga, yaitu dalam memilih calon teman
hidupnya. Umumnya, sebelum mantap dalam memilih, terlebih
dahulu mencoba bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai
menemukan yang cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan
untuk hidup sendiri.
b. Merupakan usia reproduktif
Pasangan-pasangan yang menikah pada usia mudah
memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20-30
tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru
menjadi orang tua sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa
c. Merupakan problem rumah tangga
Masalah yang dihadapi berbeda dengan masalah-masalah pada
periode sebelumnya. Meskipun pada periode dewasa awal individu
telah memperoleh kebebasan (secara hukum), namun kebebasan ini justru menimbulkan berbagai masalah yang tadinya tidak
terbayangkan. Masalah-masalah tersebut antara lain: penyesuaian diri
dalam perkawinan, pekerjaan, dan menjadi orang tua terutama antara
usia 20-30 tahun.
d. Merupakan periode penuh ketegangan emosional
Dengan meninggalkan masa remaja dan memasuki masa
dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya
semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin
merubah keadaan masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh
gejolak dan ide-ide baru), namun mendekati usia 30-an umumnya
mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil, serta telah dapat
mengatasi masalh-masalahnya. Ketegangan tersebut antara lain
disebabkan karena meraka harus mulai mampu melepaskan
ketergantungan dari orang tua, teman-teman dan mencapai
kemandirian secara emosional, walaupun ia tetap mempertahankan
hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak
terlalu merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat
e. Merupakan periode isolasi sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan mulai memasuki
pola kehidupan orang dewasa, dalam pekerjaan dan perkawinan,
ikatan-ikatan dengan peer grups masa remaja semakin berkurang.
Dengan demikian, ketergantungan pada kelompok terputus dan
mereka merasa kesepian, ditambah pula dengan adanya tanggung
jawab dirumah tangga maunpun pekerjaan, maka mereka merasa
terisolasi secara sosial.
f. Merupakan saat untuk memenuhi tanggung jawab
Dengan adanya peran-peran baru sebagai orang dewasa,
menimbulkan pola-pola hidup yang baru, penerimaan tanggung jawab
tersebut. Meskipun hal-hal tersebut mungkin berubah kelak sejalan
dengan tahapan perkembangan, namun pada periode ini merupakan
dasar bagi perkembangan selanjutnya dalam pola hidup, tanggung
jawab dan pemenuhannya.
g. Periode ketergantungan
Meskipun secara legal/hukum telah dianggap mandiri, namun
banyak dari mereka masih tergantung kepada orang tua maupun
instansi-instansi tertentu secara finansial. Beberapa individu masih
dibantu orang tua dalam segi keuangan, beberapa lagi masih
hal tersebut, sebagian merasa terpaksa namun tetap menuntut
otonominya dan sebagian lainnya menjadi terbiasa bergantung.
h. Periode perubahan nilai
Banyak nilai-nilai yang telah dikembangkan selama masa anak-anak
dan remaja mengalami perubahan setelah individu memasuki usia
dewasa muda, karena kontak sosialnya yang makin meluas dan
bervariasi dengan orang-orang yag berbeda usianya.
i. Merupakan masa penyesuaian diri terhadap gaya hidup baru
Penyesuaian diri yang paling banyak dilakukan adalah terhadap gaya
hidup baru seperti persamaan hak antara wanita dan pria, pola-pola
kehidupan keluarga, pembatasan kelahiran/KB, pola-pola vokasional
baru.
j. Merupakan usia kreatif
Oleh karena pembatasan-pembatasan terhadap tingkah laku
telah berkurang, maka individu menjadi lebih bebas berkreasi,
melakukan apa yang diingini, melakukan aktivitas-aktivitas yang
memberikan kepuasan. Sebagian orang mengekspresikan
kreativitasnya melalui hobby dan sebagian orang lagi melalui
C. Hakikat Hidup Berasrama
1. Hidup berasrama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian asrama
adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara
waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh kepala asrama.
Misalnya asrama mahasiswa, asrama putri SMP/SMA, asrama polisi dan
lain sebagainya. Asrama mahasiswa banyak terdapat di sekitar kampus.
Dimana ada kampus maka akan diikuti dengan berbagai fasilitas seperti
asrama, kos-kosan, warung makan, toko alat tulis, jasa laundry, jasa rental dan lain-lain.
Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat diperlukan dilihat dari
banyaknya mahasiswa ataupun pelajar yang datang dari berbagai daerah.
Tentu saja ini diasumsikan bahwa keberadaan asrama sebagai tempat
tinggal juga semakin meningkat. Asrama menjadi kebutuhan untuk
menampung mahasiswa dari berbagai daerah.
2. Fungsi Asrama
Menurut Purwaningsih (2014) asrama tidak sekedar untuk
menampung mahasiswa untuk sekedar bertempat tinggal, akan tetapi
asrama juga berfungsi untuk berbagai hal. Ada beberapa fungsi yang
a. Tempat tinggal mahasiswa; asrama mahasiswa pada prinsipnya
berfungsi untuk menampung para mahasiswa dari daerah luar yang
melanjutkan pendidikan di suatu tempat. Dengan tujuan membantu
mahasiswa mengatasi kesulitan dalam menemukan tempat tinggal
b. Asrama sebagai sarana penunjang kegiatan belajar yang efektif
dengan lingkungan yang kondusif.
Dengan tinggal di asrama dapat memberi kontribusi positif dalam
mengisi kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh pihak asrama.
Asrama menciptakan lingkungan belajar yang baik dengan fasilitas
penunjang seperti ruang belajar dan kegiatan-kegiatan pendampingan
lainnya.
c. Asrama sebagai anjungan budaya; keberadaan asrama mahasiswa dari
berbagai daerah dapat dimanfaatkan sebagai anjungan budaya.
Masyarakat setempat dapat mengenal budaya dari daerah lainnya,
melalui kegiatan pentas seni dan budaya
d. Asrama sebagai tempat bersosialisasi.
Tempat bersosialisasi diartikan sebagai tempat penyesuaian diri bagi
penghuni asrama dengan lingkungan barunya. Individu dapat
bersosialisasi dengan orang lain dengan bergaul dan berinteraksi
dengan sesama penghuni asrama. Hal ini membantu individu untuk
3. Upaya-upaya Membangun Toleransi Hidup Bersama
Dalam kehidupan beragama berbangsa, seperti kita ketahui
kehidupan dalam beragama itu benar-benar tejadi. Agama tidak
mengajarkan untuk melaksakan keyakinan kita kepada orang lain.
Upaya-upaya membangun toleransi hidup bersama dikalangan mahasiswa di
asrama (Salikun, 2014) adalah sebagai berikut:
a. Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain; Tidak memaksa
keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama.
b. Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan
oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda.
c. Melaksanakan ajaran agama dengan baik; Tidak memandang rendah
dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan dianut oleh orang
lain.
d. Mengetahui keanekaragaman salah satu seni budaya sesuai dengan
minat dan kesenangannya; menonton seni pertunjukkan tradisional
dari daerah lain.
e. Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan
norma sosial yang berbeda dari anggota-anggota masyarakat yang
ditemui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok
agamanya sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya.
f. Menambah pengetahuan tentang suku-suku lain. Mempelajari suku
bisa belajar tentang adat istiadat, kesenian, dan bahasa dari daerah
lainnya.
D. Bimbingan Pribadi Sosial
1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Ragam bimbingan ada 3 yaitu: (1) bimbingan karier, (2) bimbingan
akademik, dan (3) bimbingan pribadi sosial. Menurut Winkel dan Sri
Hastuti (2006) bimbingan pribadi sosial yaitu bimbingan dalam
menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai
pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang
kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu
seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan
kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Syamsu Yusuf (2009: 53) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi
merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi agar memiliki pemahaman
tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi
dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Sedangkan
bimbingan sosial yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar
mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi
sosial atau hubungan dengan orang lain dan memecahkan
Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan layanan yang isinya menyangkut diri sendiri,
dan hubungannya dengan orang lain di lingkungannya. Selain itu
bimbingan pribadi sosial yaitu layanan yang diberikan untuk membantu
individu dalam menghadapi dan mangatasi masalah, dimulai dari masalah
dengan diri sendiri hingga masalah dalam berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungannya.
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, Syamsu Yusuf dan Juntika
Nurihsan (2008: 14) menyebutkan beberapa tujuan dari bimbingan dan
konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut:
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran yang
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstuktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan,
baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai
orang lain, tidak melecehkan mertabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.
i. Memiliki kemampua beriteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau
silahturahmi dengan sesama manusia.
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Dengan memahami tujuan bimbigan pribadi-sosial diharapkan
individu mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dan
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan
reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono
(2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan
gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi
sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum. Penelitian ini termaksud deskriptif kuantitatif yaitu data
diperoleh dari analisis skor jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup
bersama pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Selain itu berdasarkan analisis data pencapaian pengukuran tingkat
toleransi hidup bersama mahasiswa asrama diidentifikasi item-item yang rendah
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Student Residence Sanata Dharma yang terletak di Jalan Jenengan Raya, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada Juni 2016.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Student Residence
Sanata Dharma, angkatan 2012 sampai 2015. Populasi mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma sebanyak 163 orang.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling non
random. Sampling non random dengan cara Cluster Sampling. Cluster Sampling
adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada cluster-cluster tertentu
(Sugiyono, 2003:74). Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini
adalah 74 orang yang terdiri dari 45 perempuan dan 29 laki-laki.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
angket/kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan angket tertutup tentang toleransi hidup bersama mahasiswa
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
angket tertutup yaitu Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS). Pertanyaan atau
pernyataan pada setiap item berupa pernyataan positif (favorable) maupun negatif (unfavorable) dengan tingkat skor yang berbeda. Pemberian skor untuk setiap pernyataan positif sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 4; Sesuai (S)
skor 3; Kurang Sesuai (KS) skor 2; Tidak Sesuai (TS) skor 1. Sedangkan
pemberian skor untuk setiap pernyataan negatif sebagai berikut: Sangat Sesuai
(SS) skor 1; Sesuai (S) skor 2; Kurang Sesuai (KS) skor 3; Tidak Sesuai (TS)
skor 4. Kisi-kisi kuesioner tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Aspek Indikator Nomor item
Favorable Unfavorable
1. Rasa hormat a. Menghormati martabat manusia dan hak asasi manusia
1,2,4
b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan
5,7,8
c. Mengembangkan kesetaraan dengan orang lain
10 15
d. Menghargai privasi teman 14,17, 12,18,21 2. Menghargai
keragaman manusia
a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah
19,29,37 33
b. Mampu bekerja sama denga orang lain
20,40,44 42
c. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain
a. Mampu mendengarkan orang lain
23.34 45
b. Mengetahui batas-batas dalam hidup bersama
b. Mampu menerima kehadiran orang lain berbeda status
a. Menghargai pemikiran orang lain
11 3,6
b. Menerima perbedaan keyakinan
13 9
c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu
16 27,36
Jumlah 32 18
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Menurut Azwar (2012, 173) validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukur. Suatu tes mempunyai validitas yang tinggi apabila
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Semakin tinggi nilai validitas
item menunjukkan semakin valid dan instrumen yang baik untuk digunakan
di lapangan.
Azwar (2012, 175) membagi validitas menjadi 3 yaitu validitas isi,
validitas konstruk, dan validitas berdasar kriteria. Penelitian ini menggunakan
validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam kuesioner mencakup semua isi yang hendak diukur dan isi dari
kuesioner tersebut juga harus relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan
penelitian. Validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan
seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner agar setiap item
pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi indikator atributnya
sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan
baik (Nurgiyantoro,2009). Instrumen tingkat toleransi hidup bersama
mahasiswa asrama dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek toleransi hidup
bersama kemudian validasi item dilakukan oleh Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai
tingkat validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya
Arikunto (2002:160) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari
kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien
korelasi product moment Person sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= korelasi product moment
= nilai setiap butir = nilai dari jumlah butir
= jumlah responden
Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi
16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012:
95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap
memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item
yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu,
suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.
Hasil uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini memperoleh 40
item yang valid dan terdapat 10 item yang tidak valid. Hasil uji validitas
menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran, sedangkan kisi-kisi setelah
Tabel 3.2
Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Butir Instrumen Penelitian
Aspek Indikator No Item
Valid Gugur 1. Rasa hormat a. Menghormati martabat manusia
dan hak asasi manusia
1,2 4
b. Menghormati kebebasan hati nurani menetukan pilihan
5,7 8
c. Mengembangkan kesetaraan dengan orang lain
10, 15
d. Menghargai privasi teman 12,14, 17, 18,21
2. Menghargai
keragaman manusia
a. Mampu menghargai keragaman agama, suku, bahasa, dan daerah
29,33, 37 19
b. Mampu bekerja sama denga orang lain
a. Mampu mendengarkan orang lain 23, 34, 45 b. Mengetahui batas-batas dalam
hidup bersama
a. Menghargai keragaman budaya 24, 28,32 35 b. Mampu menerima kehadiran orang
lain berbeda status sosial ekonomi
25, 30
a. Menghargai pemikiran orang lain 11 3, 6 b. Menerima perbedaan keyakinan 9, 13
c. Membolehkan orang lain menganut suatu kepercayaan tertentu
27 16, 36
Jumlah 40 10
2. Reliabilitas
Menurut Azwar (2012, 180) reliabilitas diartikan dari kata reliability. Pengukuran kuesioner yang memiliki reliabilitas tinggi berarti menghasilkan
data yang reliabel. Inti dari reliabilitas adalah konsistensi sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Perhitungan reliabilitas penelitian ini
dihitung menggunakan rumus Cronbach’s alpha dan memberikan hasil
sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.892 40
Hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan ke kriteria Guilford
(Masidjo, 1995) sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,9 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan kriteria tersebut, hasil reliabilitas instrumen tingkat
toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yaitu 0.892 dan dapat
disimpulkan, reliabilitas instrumen penelitian ini termasuk dalam kualifikasi
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data, menyajikan data dari tiap
variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah (Sugiyono, 2010:207). Analisis data dilakukan untuk memberi gambaran
tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.
Langkah-langkah teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Menentukan skor
Penentuan skor mengacu pada pedoman skoring yang telah dibuat.
Peneliti melihat pertanyaan favorable maupun unfavorable dengan memberi angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban dari responden. Setelah itu peneliti
memasukan hasil dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor item
2. Menentukan kategori
Azwar (2009; 106) mengatakan bahwa pengkategorian memiliki
tujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang
terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu
kontinum. Peneliti mengelompokkan skor tingkat toleransi hidup bersama
mahasiswa asrama dalam kategori. Norma kategorisasi pada penelitian
disusun mengacu pada kategorisasi yang disusun oleh Azwar.
Pengkategorisasian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.5
Pedoman Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Kriteria Skor Kategori
X≤µ-1,5σ Sangat Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ Sedang
µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ Tinggi
µ+1,5σ≤X Sangat Tinggi
Keterangan:
Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan data nyata lapangan Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subyek
penelitian berdasarkan data nyata lapangan
Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
Kategorisasi tersebut menjadi acuan dalam menentukan tinggi
rendahnya tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama. Kategorisasi
subyek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 40)
sebagai berikut:
X maksimum : 4 x 40 = 160
X minimum : 1 x 40 = 40
Luas jarak : 160 – 40 = 120
σ : 120 : 6 = 20
µ : (160 + 40) : 2 = 100
Penentuan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan
X≤µ-1,5σ <70 Sangat Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70 – 90 Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90 – 110 Sedang
µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110 – 130 Tinggi
µ+1,5σ≤X >130 Sangat Tinggi
Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan subyek
berdasar kategorisasi atau skala tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa
Langkah berikutnya yaitu menghitung persentase aspek-aspek
toleransi hidup bersama dengan perhitungan sebagai berikut:
x 100%
Hasil perhitungan tersebut yang memiliki intensitas persentase paling tinggi
akan dijadikan sebagai cermin untuk mendeskripsikan tingkat toleransi hidup
bersama mahasiswa asrama di Student Residence Sanata Dharma tahun
akademik 2015/2016.
Langkah selanjutnya yaitu mengkategorisasi butir-butir item melalui
perhitungan (dengan n = 74) sebagai berikut:
X maksimum : 4 x 74 = 296
X minimum : 1 x 74 = 74
Luas jarak : 296 – 74 = 222
σ : 222 : 6 = 37
µ : (296+74) : 2 = 185
Tabel 3.7
Kategori Butir-butir Item Instrumen Penelitian
Kriteria Skor Rentang Skor Keterangan
X≤µ-1,5σ <129,5 Sangat Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 129,5 – 166,5 Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 166,5 – 203,5 Sedang
µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 203,5 – 240,5 Tinggi
µ+1,5σ≤X >240,5 Sangat Tinggi
Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor item
dalam kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan atas hasil
penelitian didasarkan pada rumusan masalah.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa Student
Residence Sanata Dharma Tahun Akademik 2015/2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
toleransi hidup bersama yang dimiliki oleh mahasiswa Student Residence
Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016. Berdasarkan data yang terkumpul
dan analisis data yang telah dilakukan, tingkat toleransi hidup bersama
mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Kategorisasi Perolehan Skor Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Penghitungan skor
Rentang
skor Frekuensi Persentase Kategori
X≤ µ-1,5σ <70 0 0 % Sangat rendah
µ-1,5σ≤X≤µ-0,5σ 70-90 0 0 % Rendah
µ-1,5σ≤X≤µ+0,5σ 90-110 4 5,4 % Sedang
µ+0,5σ≤X≤µ+1,5σ 110-130 22 29,7 % Tinggi
µ+1,5σ≤X >130 48 64,9 % Sangat tinggi
Kategorisasi tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama ini
jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.1 Kategorisasi Tingkat Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa:
a. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori sangat rendah yang
artinya mahasiswa dalam kategori ini sangat tidak mampu bertoleransi
dalam hidup bersama di asrama.
b. Tidak terdapat mahasiswa Student Residence Sanata Dharma yang toleransi hidup bersama di asrama tergolong kategori rendah yang artinya
mahasiswa dalam kategori ini tidak mampu bertoleransi hidup bersama di
c. Terdapat 5,4% atau 4 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sedang yang artinya mahasiswa dalam ketegori
ini cukup mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.
d. Terdapat 29,7% atau 22 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori tinggi yang artinya mahasiswa dalam ketegori
ini mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.
e. Terdapat 64,9% atau 48 mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tergolong dalam kategori sangat tinggi yang artinya mahasiswa dalam
ketegori ini sangat mampu bertoleransi dalam hidup bersama di asrama.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
2. Analisis Aspek-Aspek Toleransi Hidup Bersama yang Intensitasnya
Paling Tinggi sebagai Cermin Deskripsi Tingkat Toleransi Hidup Bersama pada Mahasiswa di Student Residence Sanata Dharma
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Persentase Perolehan Skor per Aspek Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
No Aspek Persentase
1. Rasa hormat 82,18 %
2. Menghargai keragaman manusia 83,96 %
3. Menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak
kepada orang lain
83,85 %
4. Menerima adanya perbedaan antara berbagai latar
belakang sosial ekonomi, budaya dan sebagainya
90,47 %
5. Tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan
kebiasaannya pada orang lain
Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Grafik 4.2
Persentase Perolehan Skor per Aspek
Berdasarkan data pada gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
aspek-aspek toleransi hidup bersama mahasiswa asrama yang memiliki
intensitas paling tinggi berada pada aspek 4 yaitu “menerima adanya
perbedaan antara berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya dan
sebagainya”, dengan persentase sebesar 90,47 %. Perolehan persentase
aspek-aspek lainnya secara berurutan yaitu sebagai berikut: “menghargai keragaman
manusia”, 83,96 %; “menerima perbedaan dan tidak memaksa kehendak
kepada orang lain”, 83,85 %; “tidak memaksa pemikiran, keyakinan, dan
kebiasaannya pada orang lain”, 83,36 %; dan aspek dengan persentase
terendah yaitu “rasa hormat”, 82,18 %. 82,18%
83,96% 83,85%
90,47%
83,36%
78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00%
3. Hasil Analisis Item-Item Instrumen Toleransi Hidup Bersama
Mahasiswa yang Teridentifikasi Rendah untuk Dijadikan Dasar Penyusunan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Berdasarkan hasil pengolahan data telah diperoleh skor-skor item
yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
sangat rendah. Hasil pengkategorisasian skor item toleransi hidup bersama
mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Kategori Capaian Skor Item Kuesioner Toleransi Hidup Bersama Mahasiswa Asrama
Rentang
Skor Kategori No Item ∑
≤129,5 Sangat Rendah 129,5-166,5 Rendah
166,5-203,5 Sedang 7, 40 2 203,5-240,5 Tinggi 5,9,11,15,18,20,23,37,43,45,49 11
≥240,5 Sangat Tinggi 1,2,10,12,13,14,17,21,22,24,25,26,27,28, 29,30,31,32,33,34,38,39,41,44,46,48,50
27
Total 40
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa item yang capaian skornya
tergolong dalam kategori sangat rendah tidak ada. Item yang capaian skornya
tergolong rendah juga tidak ada. Item yang capaian skornya tergolong dalam
kategori sedang berjumlah 2 item. Item yang capaian skornya tergolong
dalam kategori tinggi berjumlah 11 dan item yang capaian skornya tergolong