GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA
GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA
KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Agnes Ika Kurniawati
NIM : 091424057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA
GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA
KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Agnes Ika Kurniawati
NIM : 091424057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”
( Evelyn Underhill)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiapkali kita jatuh”
( Confusius)
Kupersembahkan karya ini untuk yang tercinta
Ayahandaku dan Alm. Ibundaku
Adikku
vii
ABSTRAK
GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
FISIKA DI SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH
Agnes Ika Kurniawati Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apa gaya belajar siswa; (2) apa gaya mengajar guru dalam pembelajaran fisika.
Penelitian ini dilakukan di SMA Bhakti Karya Temanggung dengan mengambil sampel pada kelas XA, XB, dan XI IPA dengan jumlah total 72 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-12 April 2013. Pengumpulan data untuk mengetahui gaya belajar siswa dilakukan melalui kuisioner dan wawancara kepada siswa dan guru, sedangkan pengumpulan data untuk gaya mengajar guru dilakukan melalui pengamatan serta wawancara terhadap siswa dan guru. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk data yang didapatkan dari pengisian kuisioner dan menggunakan analisis deskriptif pada video dan wawancara.
viii
ABSTRACT
LEARNING STYLE OF STUDENTS CLASS X AND XI IPA AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF
PHYSICS IN BHAKTI KARYA KALORAN HIGH SCHOOL TEMANGGUNG, CENTRAL JAVA
Agnes Ika Kurniawati Sanata Dharma University
2013
This research aimed to find out: (1) what students learning styles; (2) what the teacher teaching style in learning physics.
This research was conducted in Bhakti Karya Temanggung High School with take sampel on class XA, XB, and XI IPA with a total of 72 students. The research was conducted on April, 2-12, 2013. Collecting data to find out the students learning style was conducted trough quisioner and interviews with students and teacher, while the collection of data for teacher teaching style is done through observation and interviews with student and teacher. Data analysis method in this research using descriptif statistics for data obtained from quisioner, and using deskriptif analysis on video and interviews.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas karunia, bimbingan dan
penyertaanNya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Gaya
Belajar Siswa Kelas X dan XI IPA serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut
Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah”
Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari kerjasama, bantuan,
gagasa, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih pada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dengan kesabaran dan pengetahuan kepada
peneliti selama penyusunan skripsi.
2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs.Kabul Waluyo, selaku kepala sekolah SMA Bhakti Karya
Kabupaten Temanggung yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
4. Ibu Katri, S.Pd, selaku guru fisika SMA Bhakti Karya Kabupaten
Temanggung yang telah memberikan waktu dan membantu terlaksananya
penelitian.
5. Siswa-siswa SMA Bhakti Karya Temanggung yang telah bersedia
menyempatkan waku untuk membantu terlaksananya penelitian ini
6. Sekretariat JPMIPA FKIP atas bantuan administrasi
7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas
x
8. Bapak Suyatno tercinta yang selalu mendukung dengan doa, semangat,
nasihat dan kasih sayang yang tidak pernah berkurang
9. Adikku Nadia atas segala dukungan dan doa yang diberikan
10. Rekanku seperjuangan Margareta Pamela dan Benedicta Retvina atas kerja
sama, semangat, dan dukungan yang diberikan dari awal sampai akhir
penulisan skripsi ini
11. Sahabatku dan temanku yang spesial, Evi Mardiana dan Yohanes Egidius,
atas segala dukungan, semangat, dan waktu kebersamaan yang selalu
diberikan
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas
segala bantuan doa dan dukungannya
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak lepas dari keterbatasan, untuk
itu penulis sangat menharapkan kritik dan saran yang dapat membantu
sertamenyempurnakan tulisan ini.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan masalah... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat penelitian... 3
E. Batasan Pengertian ... 4
xii
BAB 2. LANDASAN TEORI... 6
A. Definisi belajar ... 6
B. Gaya belajar ... 10
1. Pengertian gaya belajar ... 10
2. Klasifikasi gaya belajar ... 11
3. Manfaat pemahaman gaya belajar... 23
C. Gaya mengajar guru ... 24
1. Pengertian Mengajar ... 24
2. Gaya Mengajar ... 27
D. Fisika atau sains ... 28
E. Gaya belajar fisika atau IPA ... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis penelitian ... 31
B. Partisipan penelitian ... 31
C. Waktu dan tempat penelitian... 32
D. Metode penelitian... 32
1. Pemberian Kuisioner ... 32
2. Observasi... 32
3. Wawancara... 33
E. Instrument penelitian... 33
1. Kuisioner ... 33
2. Wawancara... 35
xiii
F. Validitas ... 36
G. Metode analisis data ... 37
1. Gaya belajar siswa... 37
a. Kuisioner chek list... 37
b. Kuisioner pilihan ganda ... 38
c. Wawancara... 40
2. Gaya Mengajar Guru Fisika ... 40
a. Video ... 40
b. Wawancara... 41
BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN... 42
A. Deskripsi penelitian... 42
B. Data ... 44
C. Analisa data... 45
1. Gaya belajar siswa di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 45
a. Kuisioner chek list... 46
b. Kuisioner pilihan ganda ... 48
c. Wawancara... 53
1. Wawancara Siswa ... 53
2. Wawancara Guru... 58
2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 60
a. Melalui Video... 60
b. Melalui Wawancara ... 68
xiv
1. Gaya belajar siswa SMA Bhakti Karya Kaloran ... 70
2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran... 81
C. Keterbatasan Penelitian ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar aspek kuisioner gaya belajar siswa ... 34
Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru... 35
Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa ... 36
Tabel 4. Skor KuisionerChek List ... 37
Tabel 5. Pelaksanaan Observasi Penelitian ... 43
Tabel 6. Jumlah Skor KuisionerCheck List... 46
Tabel 7. Deskriptif Analisis KuesionerChek Listdengan Program SPSS .. 48
Tabel 8. Tabel Ranks... 48
Tabel 9. Tabel Test Statistik... 48
Tabel 10. Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda ... 49
Tabel 11. Gaya Belajar Siswa dari Kuesioner Pilihan Ganda... 49
Tabel 12. Rangkuman Data Gaya Belajar Siswa ... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Normal... 39
Gambar 2. Aktivitas Guru Menjelaskan... 77
Gambar 3. Aktivitas Guru Menulis dan Menggambar... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 85
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 86
Lampiran 3 Kuisioner Gaya Belajar ... 87
Lampiran 4 Data KuisionerChek List... 91
Lampiran 5 Data Kuisioner Pilihan Ganda ... 93
Lampiran 6.a Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 97
Lampiran 6.b Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 99
Lampiran 6.c Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 100
Lampiran 6.d Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 102
Lampiran 6.e Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 103
Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 105
Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 107
Lampiran 6.h Transkrip Wawancara Siswa 8 ... 109
Lampiran 6.i Transkrip Wawancara Siswa 9 ... 111
Lampiran 6.j Transkrip Wawancara Siswa 10 ... 113
Lampiran 7.a Transkrip Wawancara Guru yang Pertama ... 114
Lampiran 7.b Transkrip Wawancara Guru yang Kedua ... 117
Lampiran 7.c Transkrip Wawancara Guru yang Ketiga ... 119
Lampiran 8.a Transkrip Tulisan Video Pertemuan Pertama ... 122
Lampiran 8.b Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kedua ... 124
xviii
Lampiran 8.d Transkrip Tulisan Video Pertemuan Keempat ... 127
Lampiran 8.e Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kelima ... 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
ilmu pengetahuan. Proses ini selalu terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai peserta didik di
dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika
melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat dilihat bahwa sedikit
siswa yang senang belajar. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa itu
mengalami kesulitan belajar, memiliki ingatan yang buruk, bermasalah dengan
konsentrasi sehingga penyerapan informasi menjadi tidak maksimal. Hal
tersebut mungkin ada kaitannya dengan gaya belajar yang diterapkan oleh
siswa. Gaya belajar itu perlu diketahui karena kemampuan seseorang untuk
memahami dan menyerap pelajaran berbeda-beda tingkatannya. Ada yang
cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Sebagian siswa lebih suka
belajar dengan cara membaca kemudian memahaminya, sebagian siswa lain
lebih suka belajar dengan cara mendengarkan untuk bisa memahaminya, dan
ada juga siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pelajaran. Apapun
cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara
Informasi yang diterima siswa tersebut, banyak diperoleh dari pendidik
(guru). Informasi tersebut dapat diterima dengan baik, apabila guru
menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru yang
memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswanya di dalam satu
kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat
menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses
pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru
menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan
gaya belajar siswanya. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa,
pada guru mata pelajaran fisika. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam
belajar fisika, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk
dipelajari.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian, dengan judul“Gaya Belajar Siswa Kelas X dan
XI IPA serta Gaya Mengajar Guru Di Kelas Tersebut Dalam
Pembelajaran Fisika di SMA Bakti Karya Kaloran Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya Kaloran
Temanggung di dalam pembelajaran fisika?
2. Apa gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya
Kaloran Temanggung di dalam pembelajaran fisika.
2. Mengetahui gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran
Temanggung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali gaya
belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar fisika siswa tidak merasa
terbebani.
2. Bagi Sekolah
Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa
dalam pembelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat mengembangkan
lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan pendidikan terkhusus
dalam pembelajaran fisika dan dapat menambah wawasan dalam upaya
memberikan pengetahuan mengenai gaya belajar kepada siswa.
4. Bagi Guru
Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat
E. Batasan Pengertian
1. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa
untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
2. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih
dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih
sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat
(Gunawan, 2007: 142).
3. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara
mendengar (Gunawan, 2007: 142).
4. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah
belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik
(Gunawan, 2007: 142).
5. Gaya Mengajar
Gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan
metode, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi serta
alokasi waktu dalam proses pembelajaran.
F. Deskripsi Penelitian
Penelitian mengenai gaya belajar merupakan penelitian baru dalam
studi skripsi. Banyak hal yang bisa diteliti dari gaya belajar siswa, dan peneliti
mengambil cakupan gaya belajar siswa pada situasi yang berbeda, dan pada
jenjang yang berbeda. Hal ini membuat penelitian tidak dapat dikerjakan
sendiri, sehingga penelitian ini dilakukan secara bersama-sama dengan
anggota tim sebanyak tiga orang. Penelitian yang dilakukan pada jenjang
SMA di Kabupaten Temanggung ini merupakan bagian kecil dari penelitian
bersama. Penelitian yang lain dilakukan oleh Benidicta Retvina P pada jenjang
SMP yang dilakukan di SMP Charitas 02 Kabupaten Oku Timur Palembang,
dan dilakukan oleh Margareta Pamela pada jenjang SD di SDS Subsidi Pusat
Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Karena penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka teori
mengenai gaya belajar yang dipakai juga memiliki sedikit kesamaan, namun
dengan rumusan kalimat yang berbeda-beda pada masing-masing peneliti.
Apabila terdapat teori dengan rumusan kalimat yang sama, itu merupakan
hasil diskusi dan persetujuan, bukanlah hasil dari saling menjiplak. Karena
penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka hasil analisis data dan
pembahasan juga akan merujuk data yang diperoleh dari anggota tim yang
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Belajar
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk
hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan
kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.
Sedangkan pendidikan menurut Poerwadarminta (Anas: 2011) adalah
usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,
membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan
segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.
Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar seorang manusia memiliki nilai-nilai
kehidupan sehingga mereka mampu mencapai kualitas diri yang lebih baik.
Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari
merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah
ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha
pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).
Dalam mengkaji hakikat belajar, Muhibbin (1995: 90) mengulas
pendapat Hintzman yang mengatakan bahwa “Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior”.
Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk
mengkaji hakikat belajar yang didefinisikan sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience.” Artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman.
Menurut Muhibbin (1995: 92), dari beberapa definisi diatas, maka
belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Selain itu menurut Linda-Darling Hammond, dkk (2001:11) belajar
adalah sebuah proses menggambarkan hubungan antara apa yang diketahui
Kokom (2010: 2) mengulas pendapat Gagne yang mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis performance (kinerja).
Van dan Hammer (2010) mengulas pendapat Saljo belajar juga dapat
dilihat dari sudut pandang siswa dan menyimpulkan lima konsep belajar,
yaitu :
1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan
Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah
mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga
semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah.
2. Belajar adalah mengingat
Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan
kemampuan untuk mereproduksi apa yang dihafal. Dalam hal ini apa
yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk
prosesnya.
3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain
yang dapat dimanfaatkan di masa depan
Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta,
prosedur, gagasan dan sebagainya kemudian mencerminkan lebih lanjut
atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan.
juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau
prosedur.
4. Belajar sebagai pemisahan makna
Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses
pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek,
menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam,
mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan
mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas,
melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat
langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.
5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman
realita
Dalam hal ini belajar adalah mengubah cara melihat sesuatu dengan
mengubah perspektif untuk menuju ke pemahaman yang lebih baik.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan sikap,
minat, atau nilai dan kemampuan dengan cara menambah ilmu pengetahuan
melalui mengingat dan memahaminya, sehingga cara berpikir menjadi lebih
logis dan dapat menafsirkan ilmu pengetahuan itu dalam proses menuju ke
pemahaman yang lebih baik untuk kemudian mempraktekkannya sampai
B. Gaya Belajar
Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan
mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri
dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar
bagi guru dan siswa.
1. Pengertian Gaya Belajar
Semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari
apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai
dengan kekuatan pribadi mereka sendiri (Barbara, 2007: 29). Gaya unik
yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka adalah gaya belajar yang
mereka terapkan, yang akan membuat mereka merasa terbantu dalam
menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi
akan lebih mudah.
Menurut Rita dan Dunn (Barbara: 2007) mendefinisikan bahwa
gaya belajar adalah cara manusia memulai berkonsentrasi, menyerap,
memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit.
Sementara itu, menurut Winkel (2004: 164), gaya belajar
merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.
Menurut Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya
Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
2. Klasifikasi Gaya Belajar
Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk
mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, dan cara
memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh
pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda
dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya
masing-masing. Gunawan (2007: 139-140) merangkum ketujuh cara
belajar tersebut, yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan
cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi
yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey
dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.
b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter
yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs,
Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,
c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat
ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.
d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang
berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.
e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang
berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann,
Furmann-Jacobs, dan Merill.
f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang
berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif
dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan
Hermann.
Menurut Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar
yang populer yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi
kognitif, dan profil kecerdasan. Pendekatan berdasarkan preferensi
sensori (ketergantungan terhadap indera tertentu) yang meliputi visual
(penglihatan), auditory (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan
gerakan). Ini yang kita kenal dengan nama gaya belajar V-A-K.
dikembangkan oleh Anthony Gregorc yang membagi gaya belajar
menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu: gaya belajar
konkret-sekuensial, gaya belajar abstrak-sekuensial, gaya belajar konkret
acak, dan gaya belajar abstrak acak. Gaya belajar konkret-sekuensial
adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi terorganisir, dapat
diandalkan, dan pekerja keras. Gaya belajar abstrak-sekuensial adalah
gaya belajar yang membuat siswa menjadi berpikir logis dan disengaja.
Gaya belajar konkret acak adalah gaya belajar yang membuat siswa
menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang dunia di sekitar
mereka. Gaya belajar abstrak acak adalah gaya belajar yang membuat
siswa menjadi imajinatif dan idealis.
Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan
dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner awalnya mengusulkan
tujuh jenis kecerdasan yaitu linguistik, logika-matematika, interpersonal,
intrapersonal, musical, visual-spasial, dan kinestetik. Namun sesuai
perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan
kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik
adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan logik matematik ialah
kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu
memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis
(masuk akal). Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan
bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi
dan timbre dari musik yang didengar. Kecerdasan interpersonal ialah
kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan
perasaan orang lain. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu
memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Kecerdasan
kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara
terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan
naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di
alam maupun lingkungan.
Sedangkan menurut Suyono dan Haryanto (2011: 148-160) ada
beberapa gaya belajar. Gaya belajar tersebut meliputi:
a. Gaya belajar VAK
Gaya belajar ini ada tiga macam yaitu visual atau belajar dengan cara
melihat, auditorial atau belajar dengan cara mendengar dan kinestetik
atau belajar melalui gerakan-gerakan fisik.
b. The Myers-Briggs Type Indicator (TMBTI)
Gaya belajar ini sesuai dengan tipe kepribadian seseorang yang
pengindera (berfokus pada fakta dan prosedur), pemikir, dan
pembuat pertimbangan.
c. Gaya belajar menurut Kolb
Gaya belajar David Kolb berlandaskan teori belajar
pengalaman. Dan menggunakan empat pendekatan yaitu pengalaman
konkret, konseptualisasi abstrak, pengalaman reflektif dan
pengalaman aktif. Melalui pengalaman konkret artinya siswa belajar
melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama
dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri
sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih
terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
dihadapinya. Melalui konseptualisasi abstrak artinya siswa belajar
melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari
situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan
konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang
sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis.
Melalui pengalaman reflektif artinya siswa belajar melalui
pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu
menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan
opini/pendapat. Melalui pengalaman aktif artinya siswa belajar
melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi
orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai
keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada
orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Sehingga gaya belajar ini merupakan hasil dari kombinasi
keempat pendekatan yang disukai oleh setiap orang yang meliputi
converger (terampil dalam melaksanakan aplikasi praktis dari
gagasannya dan menggunakan logika deduktif untuk memecahkan
masalah), diverger (merespon informasi yang diberikan dengan baik
jika mereka diberi waktu untuk melakukan refleksi), assmilator
(cakap dalam membangun model teoritis dengan cara penalaran
induktif), accommodator (mampu menerapkan materi pembelajaran
dalam situasi nyata untuk memecahkan masalah keseharian).
d. Gaya belajar menurut model Honey and Mumford
Gaya belajar ini dikaitkan dengan siklus pengalaman Kolb yang
meliputi gaya belajar aktivis, reflektor, teoritis dan pragmatis.
e. Gaya belajar menurut model Anthony Gregorc
Gaya belajar ini berlandaskan persepsi eksisting atau evaluasi kita
kombinasi gaya belajar yang dominan yaitu: konkret, sekuensial,
abstrak acak, abstrak sekuensial dan konkret acak
f. Gaya belajar Sudbury
Gaya belajar ini mengembangkan gaya belajar diri sendiri. Hal ini
dikarenakan banyak cara bagi siswa untuk studi dan belajar. Dalam
model demokratis ini suasana dibangun tanpa ada paksaan, tekanan,
desakan, bujukan atau suapan.
g. Gaya belajar model Herrmann Brain Dominance Instrument
Gaya belajar ini dilandasi oleh fungsi spesialisasi tugas dari
bagian-bagian otak. Berdasarkan adanya empat kuadran dalam otak maka
gaya belajar dibagi menjadi kuadran A (otak kiri, serebral), kuadran
B (otak kiri, limbik), kuadran C (otak kanan, limbik), kuadran D
(otak kanan, serebral). Menurut Ned Herman (Al Arif: 2004) setiap
kuadran memiliki pilihan berpikir yang berbeda-beda. Kuadran A
memiliki cara berpikir logis, factual, kritis, teknis, analitis, dan
kuantitatif. Kuadran B memiliki cara berpikir konservatif,
terstruktur, runtut, terorganisir, terperinci, dan terencana. Kuadran C
meliputi pemikiran antar manusia, kinestetik, emosional, spiritual,
berdasarkan penginderaan, dan perasa. Sedangkan kuadran D
memiliki pilihan berpikir visual, menyeluruh, intuisi, inovatif,
h. Gaya belajar Felder-silvermen
Gaya belajar ini menggolongkan pembelajar dalam klasifikasi
pembelajar indrawi atau pembelajar intuitif, pembelajar visual atau
pembelajar verbal, pembelajar induktif atau pembelajar deduktif,
pembelajar aktif atau pembelajar reflektif, pembelajar sekuensial
atau pembelajar global.
Dari ketiga pendekatan gaya belajar yang populer (Gunawan:
2007: 142), yang paling dikenal luas di Indonesia adalah pendekatan
berdasarkan preferensi sensori. Selain itu, De Porter dan Hernacki (2006)
menyatakan bahwa pada tahap awal untuk mengenali gaya belajar siswa,
salah satu langkah diantara langkah pertama yang sebaiknya dilakukan
oleh guru adalah mengenali modalitas belajar siswa sebagai modalitas
visual, auditorial, atau kinestetik. Oleh karena ketenarannya di Indonesia
dan penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengenali gaya
belajar siswa, maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada gaya
belajar VAK. Selain itu indikator gaya belajar VAK dapat dilihat dari
kebiasaan belajar siswa. Berikut ini adalah definisi dan ciri-ciri gaya
belajar VAK:
a. Gaya belajar Visual ( Visual Learners)
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih
dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih
Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika
belajar, antara lain:
- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di
lihat orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan
membuat catatan;
- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu
mendengarkan esensi pembicaraannya;
- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan
jangka panjang yang baik;
- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan;
- mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi;
- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang
didengar;
- mudah mengingat dan menghafal sesuatu dengan asosiasi
visual;
- memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik;
- biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara
berisik ketika sedang belajar,
- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali
jika ditulis, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk
mengulanginya;
- lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan;
- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang
suatu masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan cek dan
ricek sebelum membuat kesimpulan;
- jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat
coretan-coretan tanpa lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang
lain;
- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau
tidak, sudah atau belum;
- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada
berpidato/berceramah;
- lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada
musik;
- sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak
pandai menuliskan dalam kata-kata.
b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)
Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar
dengan cara mendengar. Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari
kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:
- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia
akan sukar berkonsentrasi;
- menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca;
- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di
diskusikan daripada apa yang dilihat;
- jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras;
- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan
warna suara;
- mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat
pandai dalam bercerita;
- berbicara dalam irama yang terpola dengan baik;
- berbicara dengan sangat fasih;
- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;
- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara
panjang lebar;
- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas
yang berhubungan dengan visualisasi;
- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan
keras daripada menuliskannya;
- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku
c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini
adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan
aktivitas fisik. Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan
anak ketika belajar, antara lain:
- berbicara dengan perlahan;
- menanggapi perhatian fisik;
- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka;
- berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain;
- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
- memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar;
- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi
(mengembangkan data atau fakta);
- menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat
langsung;
- menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika
sedang membaca;
- banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal);
- tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang
lama;
- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah
- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi;
- pada umumnya memiliki tulisan yang jelek;
- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara
fisik);
- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
sebagai bentuk penghayatan terhadap apa yang di baca;
- ingin melakukan segala sesuatu.
3. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar
Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat
bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya
belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar
strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi
pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar
mereka (Barbara, 2007: 93).
Sedangkan pemahaman gaya belajar bagi guru berguna untuk
mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar siswa yang memiliki
gaya belajar yang unik (De Porter, 2010: 213). Selain itu, pemahaman
akan gaya belajar dapat membuat guru menjadi lebih kreatif dalam
mengajar di dalam suatu kelas sehingga dapat menciptakan lingkungan
belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik mungkin
kebutuhan individual setiap murid (Barbara, 2007: 93). Karena dengan itu
pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru juga
dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas
misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan,
pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Haryanto, 2011: 164).
Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang
berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan
tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan
gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa
kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan
gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan
gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran
guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.
C. Gaya Mengajar Guru
1. Pengertian Mengajar
Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari
pentingnya pendidikan dan persekolahan. Konsep mengajar sering
ditafsirkan berbeda-beda karena senantiasa dilandasi oleh teori belajar
tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam
ragamnya.
Membahas mengenai pengertian mengajar, Muhibbin (1995: 182)
adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa
dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Dalam penelitian Rossum dan Hammer (2004) disimpulkan enam
konsep mengajar, yaitu:
a. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas/ informasi yang
terstruktur dengan baik
Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus
dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering ( disajikan
dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan
dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik,
sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri.
b. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui
keberadan siswa
Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan
dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini
menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa
merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.
c. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan
Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi
oleh guru, dimana didalamnya ada seorang guru yang antusias
membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik
seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak
boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri
lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus
mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang
ada dapat diselesaikan dengan diskusi.
d. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri
sendiri
Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir
dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu
banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu
itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan
oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil
akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran
guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.
e. Mengajar adalah pengajaran dialog
Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin
kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama
mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua
pihak dapat mengajar.
f. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli
Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang
berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik
antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur agar informasi
tersebut dapat tertanam jelas dalam pikiran siswa dan membentuk
pengembangan jalan pikir siswa.
2. Gaya Mengajar
Menurut Masse dan Popovich (Kara: 2009) selain siswa, guru
memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Perilaku guru
didalam kelas akan berdampak pada berbagai bidang dalam proses
persiapan, presentasi kelas, kegiatan, dan pendekatan. Kara juga
membahas pendapat Kaplan dan Kies bahwa istilah gaya mengajar guru
mengacu pada perilaku pribadi guru dan media yang digunakan untuk
mengirimkan data ke pelajar atau menerima dari pelajar. Kemudian ia
mengulas pendapat Peacock yang mengungkapkan bahwa “teaching styles as natural, habitual and preferred ways of teaching new information and skills in the classroom". Hal ini dapat diartikan bahwa gaya mengajar guru sebagai natural, kebiasaan dan pilihan cara
mengajarkan informasi baru dan ketrampilan dalam kelas.
Sedangkan Neher dkk mengungkapkan bahwa “teaching style is
something that concerns the process of teaching rather than the content of teaching.” yang artinya gaya mengajar merupakan sesuatu yang
(Maizam, ND). Sedangkan Irby mengungkapkan bahwa“teaching style is
the manner, method, or means by which teachers attempt to convey information and influence the understanding and behaviour of their learners.” Dengan kata lain bahwa gaya mengajar mengacu pada cara, metode, dimana guru mencoba untuk menyampaikan informasi dan
mempengaruhi pemahaman dan perilaku pelajar mereka (dalam Maizam,
ND).
Dengan berbagai macam pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang
menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu
pada cara, metode, media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi serta alokasi waktu dalam proses pembelajaran.
D. Fisika atau Sains
Fisika adalah cabang ilmu dari Ilmu pengetahuan Alam (sains). Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991), FISIKA adalah bidang ilmu
yang mempelajari tentang zat dan energi.
Sementara itu Kartika Budi (Sumaji: 1998), menyimpulkan beberapa
apek penting tentang hakikat fisika oleh beberapa tokoh antara lain:
1. Conant, sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema
konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai
2. Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh
menggunakan metode berdasarkan observasi.
3. Campbel, sains adalah pengetahuan (knoeledge) yang bermanfaat
dan praktis, dan cara atau metode untuk memperolehnya.
4. Bube, sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh
melalui interaksi dengannya.
5. Kemany seorang filsuf, sains adalah semua pengetahuan yang
dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan.
6. Zen, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan
observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alami yang
teratur mengenai fenomena yang dialami serta bersifat mampu
menguji diri sendiri.
7. Carin dan Saund, sains adalah suatu sistem untuk memahami
semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau
eksperimen yang dikontrol.
8. Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia
yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan
keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi
memenuhi kebutuhan.
Jadi fisika atau sains secara keseluruhan adalah salah satu ilmu
pengetahuan mengenai alam yang diperoleh melalui data hasil observasi dan
eksperimen yang didukung dengan keinginan memahami, dan menguasainya
E. Gaya Belajar Fisika atau IPA
Dari pengertian gaya belajar dan sains maka dapat disimpulkan bahwa
gaya belajar IPA atau sains adalah cara yang cenderung sering dilakukan
siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam
menyerap, mengatur serta mengolah informasi secara kritis akan
fenomena-fenomena alam yang ada dengan suatu metode ilmiah yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga sains dapat dipelajari melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka sains tidaklah mata
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini secara garis besar akan diuraikan mengenai beberapa hal yang
berkenaan dengan pelaksanaan penelitian dalam usaha mengumpulkan data
hingga sampai pada tahap analisis. Bagian ini meliputi jenis penelitian, partisipan
penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian,
validitas dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif
dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu peristiwa secara
mendalam tanpa menggunakan analisis statistik. Sedangkan penelititan
kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data skor dan analisisnya
menggunakan statistik.
B. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari
dua kelas yaitu kelas XA yang berjumlah 24 siswa dan kelas XB yang
sebanyak 28 siswa. Jadi keseluruhan partisipan penelitian berjumlah 72
siswa.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap tahun ajaran
2012/2013 tepatnya dilaksanakan pada bulan April 2013.
2. Tempat penelitian
SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap
yaitu :
1. Pemberian Kuesioner
Pada tahap ini, peneliti membuat suatu instrument yang diberikan
kepada siswa dengan tujuan mengetahui bagaimana gaya belajar setiap
siswa. Instrument ini diberikan kepada siswa untuk diisi sebelum peneliti
melakukan pengamatan proses pembelajaran dikelas.
2. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk melihat
aktivitas mengajar guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran
pengamatan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti,
tetapi melihat dari luar. Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam
situasinya dan sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang
mengumpulkan data (Suparno, 2010: 155). Pengamatan yang dilakukan
dalam penelitian ini dilaksanakan dengan merekam pembelajaran dari
awal pertemuan sampai selesai selama 5 kali tatap muka. Pengamatan ini
hanya dilakukan pada satu kelas saja yaitu kelas XI IPA.
3. Wawancara
Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata
pelajaran fisika dan terhadap siswa. Tahap wawancara kepada guru ini
bertujuan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang guru libatkan saat
melaksanakan pengajaran. Sedangkan tahap wawancara kepada siswa
bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa itu sendiri dan juga
mengetahui bagaimana guru memberikan materi pelajaran namun dilihat
dari sudut pandang siswa.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 bentuk instrument yaitu kuesioner,
wawancara, dan pengamatan.
1. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
yang sudah disediakan. Pada penelitian ini digunakan 2 kuesioner tertutup
yaitu kuesioner chek list, dan kuesioner pilihan ganda.
a. Kuesioner Chek List
Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup
ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner ini diisi
langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang
sudah disediakan. Pilihan jawaban yang digunakan dalam kuesioner
ini terdiri dari 4 pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Butir soal dari kuesioner ini dibuat berdasarkan
indikator-indikator gaya belajar. Penyebaran butir soal berdasarkan indikator-indikator
gaya belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Daftar aspek kuesioner gaya belajar siswa
Aspek Gaya
belajar Indikator No butir
Visual - Memahami sesuatu dengan asosiasi visual 1,2,3,4,5 Auditorial - Belajar dengan cara mendengar
- Baik dalam aktivitas lisan
6,7 8,9,10 Kinestetik - Belajar melalui aktivitas fisik
- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Kuesioner pilihan ganda ini berisi pertanyaan-pertanyaan dimana
pilihan jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Kuesioner ini
Gaya Mengajar Guru Matematika SMA Sedes Sapientiae Bedono
Ambarawa dengan beberapa modifikasi sesuai dengan topik yang
dibahas pada penelitian ini. Terdapat 15 butir soal pada kuesioner ini.
Pilihan jawaban yang disediakan pada masing-masing soal dalam
kuesioner ini berjumlah tiga (3), dan sudah dalam bentuk
pernyataan-pernyataan yang menandai aspek visual, auditorial, dan kinestetik.
Kuesioner ini diisi langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (x)
pada jawaban yang dipilih.
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan oleh peneliti baik terhadap guru maupun
siswa adalah wawancara bebas terpimpin. Dalam wawancara bebas
terpimpin ini peneliti membawa kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk
disajikan, dan dari pertanyaan-pertanyaan itu masih dapat berkembang
lagi pada pertanyaan-pertanyaan lain.
Rancangan pertanyaan yang digunakan dalam melakukan wawancara
ini disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru
No Daftar Pertanyaan
1 Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan materi, bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik dan menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA?
2 Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?
Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa
No Daftar Pertanyaan
1 Bagaimana tanggapan kamu terhadap pelajaran IPA? 2 Bagaimana prestasi kamu dalam pelajaran IPA? 3 Bagaimana cara kamu belajar?
4 Bagaimana cara gurumu mengajar? gambar, ceramah, praktikum 5 Kamu bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA
6 Kamu suka belajar di kondisi yang bagaimna? Sepi atau ramai
3. Video
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan kamera video untuk
merekam proses pembelajaran yang sedang berlangsung saat melakukan
tahap observasi. Video ini adalah hasil dari proses pengamatan yang
dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Data pengamatan yang didapatkan
juga dalam bentuk fieldnotes. Fieldnotes digunakan ketika memory kamera video tidak mencukupi, dan ketika baterai kamera habis sebelum
pelajaran selesai.
F. Validitas
Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh
mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas
menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat
peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai
dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 67-68). Pada kuesioner chek list validitas dilakukan sebanyak dua kali hingga diputuskan dapat digunakan oleh
konsultasi kuesioner yang telah disusun kepada orang lain yang memiliki
keahlian dalam hal menyusun kuesioner, dalam hal ini adalah persetujuan dari
dosen pembimbing.
G. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, digunakan analisis statistik deskriptif dan
deskriptif kualitatif. Tiap masalah dianalisis dalam bagian-bagian tersendiri.
Analsis data dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Gaya Belajar Siswa
Untuk mengetahui gaya belajar siswa dalam pembelajaran fisika,
penulis menggunakan 2 instrumen yaitu kuesioner dan wawancara. Ada
dua (2) jenis kuesioner yang digunakan peneliti seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Masing-masing kuesioner memiliki cara analisis
yang berbeda.
a. KuesionerChek List
Kuesioner ini terdiri dari 15 butir soal dan memuat 4 butir pilihan
jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Setiap item soal memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan
jawaban yang dipilih seperti pada tabel berikut:
Tabel 4. Skor Kuesioner Chek List
No Jawaban Skor
1 Sangat setuju 4
2 Setuju 3
3 Tidak setuju 2
Dengan penyebaran indikator gaya belajar siswa pada soal, maka
kuesioner ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
• Nomor 1-5 menunjukkan aspek visual
• Nomor 6-10 menunjukkan aspek auditorial
• Nomor 11-15 menunjukkan aspek kinestetik
Setelah memberi skor, maka skor untuk masing-masing aspek
dijumlahkan. Untuk menentukan gaya belajar mana yang lebih
dominan, maka digunakan analisis statistik yaitu Uji F dependent. Uji F digunakan untuk membandingkan dua atau lebih means secara simultan (Suparno, 2010: 74). Untuk menganalisa data ini, dilakukan
dengan menggunakan program SPSS dengan memasukkan data kasar,
kemudian membuka analisis dan memilih statistik yang akan
digunakan (Suparno, 2006: 100).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji F
dependent maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari ketiga gaya
belajar, yang kemudian dapat menunjukkan gaya belajar mana yang
lebih dominan.
b. Kuesioner Pilihan Ganda
Kuesioner pilihan ganda memiliki jumlah soal 15 butir dimana
masing-masing soal memiliki ketiga aspek gaya belajar yaitu visual,
auditorial, dan kinestetik, maka skor tertinggi dari masing-masing
gaya belajar adalah 15. Skor yang didapatkan dari hasil pengisian
kinestetik. Skor yang masuk dalam aspek yang sama kemudian
dijumlahkan dan dilihat perbandingannya.
Setelah mendapatkan perbandingan hasil dari masing-masing
aspek, maka ditentukan apakah perbandingan tersebut benar-benar
berbeda secara signifikan atau tidak. Untuk menentukan signifikan
maupun tidak signifikan maka digunakan pendekatan sederhana
dengan kurva normal seperti pada gambar berikut:
Gambar 1. Kurva Normal
Didalam kurva normal, skala tersebut ditentukan dari 0 sampai 15,
karena skor terendah dari setiap aspek adalah 0 dan skor tertinggi dari
setiap aspek bernilai 15. Dapat dilihat bahwa nilai median dari kurva
adalah 7,5 dan antara nilai 7,5 sampai 11,25 memiliki rentang sebesar
3,75. Nilai median dan besar rentang ini kemudian dibulatkan keatas,
sehingga didapatkan syarat bahwa ketiga hasil tersebut dapat
dikatakan berbeda apabila salah satu skor tertinggi bernilai minimal 8
dan selisih antara skor tertinggi dengan kedua skor yang lain bernilai
minimal 4. Setelah dilakukan proses statistik ini, maka hasilnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu signifikan dan tidak signifikan.
tegas, sedangkan tidak signifikan berarti tidak dapat dibedakan secara
tegas. Dari data yang signifikan, maka gaya belajar siswa dapat
ditentukan dengan melihat skor tertinggi antara ketiga aspek tersebut.
Setelah itu data dikelompokkan kembali untuk melihat berapa
siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik
c. Wawancara
Untuk menentukan gaya belajar siswa, peneliti juga
menggunakan instrument wawancara. Data wawancara yang berupa
daftar pertanyaan dari peneliti dan jawaban dari responden ini
dianalisis secara deskripsi.
2. Gaya Mengajar Guru Fisika
Untuk melihat bagaimana gaya mengajar guru fisika, maka analisa
data dilakukan melalui beberapa tahap dibawah ini :
a. Video
Peneliti membuat intsrumen berupa pengamatan dengan
menggunakan video yang merekam aktivitas pembelajaran dari awal
sampai akhir. Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis
didalam video ini kemudian ditranskip kedalam bentuk tulisan terlebih
dahulu dan disambungkan dengan data yang diperoleh dari fieldnotes. Setelah data diubah menjadi transkip tulisan, data ini kemudian
dikelompokkan menjadi tiga (3) bagian yaitu aktivitas pembuka,
merupakan urutan aktivitas dalam proses pembelajaran dari awal
sampai akhir.
Rincian aktivitas pada masing-masing video kemudian
dikelompokkan lagi menjadi aktivitas yang lebih umum.
Masing-masing aktivitas ini kemudian diberikan keterangan waktu yang
menunjukkan berapa lama aktivitas ini dilakukan. Selanjutnya,
aktivitas guru dan siswa yang sama dari video pertama sampai akhir
dikelompokkan menjadi satu dengan disertai keterangan waktu yang
juga sudah dijumlahkan dari video pertama sampai akhir.
b. Wawancara
Tahap dalam menganalisis data wawancara untuk menentukan
gaya mengajar guru sama dengan cara menganalisis data hasil
42
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah swasta yaitu di SMA
Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Sekolah ini
merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan Kaloran yang memiliki 6
kelas terdiri dari 2 kelas untuk kelas X, 2 kelas untuk kelas XI, dan 2 kelas
untuk kelas XII. Sekolah ini memiliki dua kelas jurusan IPA dan dua kelas
jurusan IPS. Partisipan penelitian ini hanya pada kelas XA, XB, dan XI
IPA, namun tidak dilakukan pada kelas XII karena saat itu sedang ada
persiapan pelaksanaan UN. Pemberian kuesioner dilakukan terhadap
ketiga kelas, namun pengamatan hanya dilakukan pada kelas XI IPA saja
sebanyak 5 kali pengamatan.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada hari Selasa, 2 April 2013 dan
selesai pada hari Jumat, 12 April 2013. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap
yaitu pembagian kuesioner, observasi proses belajar mengajar, dan
wawancara kepada guru dan siswa. Dalam melakukan observasi, peneliti
merekam dari belakang dengan menggunakan kamera video selama proses
pembelajaran berlangsung. Peneliti tidak merekam dengan berkeliling,
karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi siswa saat mengikuti
diperbolehkan untuk membawa teman yang dapat membantu proses
merekam, sehingga peneliti tidak dapat menuliskan catatan lapangan.
Kendala lain yang dihadapi selama proses observasi adalah memory
card yang digunakan tidak mencukupi untuk merekam proses
pembelajaran selama 2 x 45 menit, dan baterai kamera tidak dapat
bertahan selama 2 x 45 menit. Oleh karena itu ketika baterai dan memory
habis, maka peneliti menuliskan sisa proses pembelajaran pada catatan
lapangan (fieldnotes). Sehingga dalam lima kali tatap muka peneliti memperoleh hasil yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 5 . Pelaksanaan Observasi Penelitian
No Tanggal Observasi Waktu Pelajaran Hasil Observasi 1 Selasa, 2 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video 2 Kamis, 4 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video
3 Jumat, 5 April 2013 1 x 45 menit Video
4 Selasa, 9 April 2013 2 x 45 menit Video
5 Jumat, 12 April 2013 1 x 45 menit Video
Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara
yang dilaksanakan pada tanggal 1,2,4,11,dan 13 April 2013. Peneliti
melakukan wawancara kepada guru juga melakukan wawancara kepada
siswa. Proses wawancara juga direkam dengan menggunakan handphone sehingga peneliti dapat mencatat hasil wawancara secara lengkap.
Wawancara juga dilakukan tidak hanya pada bulan April saat waktu
penelitian saja, namun juga ada wawancara yang dilakukan pada saat
tanggal 13 Mei 2013 setelah masa penelitian disekolah selesai. Wawancara
yang dilaksanakan pada bulan Mei ini dilakukan untuk mendapatkan data
dilakukan. Wawancara ini tetap dilakukan kepada guru yang sama dan
juga siswa, namun siswa yang ditunjuk adalah siswa yang mengisi
kuesioner dan setelah dianalisis hasilnya ternyata menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara ketiga aspek. Data yang signifikan berarti dapat
menunjukkan bahwa siswa tersebut condong memiliki satu gaya belajar
tertentu.
Sedangkan pembagian kuesioner dilaksanakan pada tanggal 1, dan 2
April 2013. Pengisian kuesioner dilakukan dalam waktu kurang lebih 10
menit, dengan memberikan petunjuk pengisian terlebih dahulu kepada para
siswa.
B. Data
1. Data kuesioner
Data kuesioner yang diperoleh berupa:
a. Data kuesioner chek list : lampiran 4 halaman 91
b. Data kuesioner pilihan ganda : lampiran 6 halaman 93
2. Data wawancara
Data wawancara yang diperoleh berupa:
a. Transkrip wawancara siswa 1 : lampiran 7.a hal 97
b. Transkrip wawancara siswa 2 : lampiran 7.b hal 99
c. Transkrip wawancara siswa 3 : lampiran 7.c hal 100
d. Transkrip wawancara siswa 4 : lampiran 7.d hal 102