• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA

KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Agnes Ika Kurniawati

NIM : 091424057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA

KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Agnes Ika Kurniawati

NIM : 091424057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

( Evelyn Underhill)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiapkali kita jatuh”

( Confusius)

Kupersembahkan karya ini untuk yang tercinta

Ayahandaku dan Alm. Ibundaku

Adikku

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA DI SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Agnes Ika Kurniawati Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apa gaya belajar siswa; (2) apa gaya mengajar guru dalam pembelajaran fisika.

Penelitian ini dilakukan di SMA Bhakti Karya Temanggung dengan mengambil sampel pada kelas XA, XB, dan XI IPA dengan jumlah total 72 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-12 April 2013. Pengumpulan data untuk mengetahui gaya belajar siswa dilakukan melalui kuisioner dan wawancara kepada siswa dan guru, sedangkan pengumpulan data untuk gaya mengajar guru dilakukan melalui pengamatan serta wawancara terhadap siswa dan guru. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk data yang didapatkan dari pengisian kuisioner dan menggunakan analisis deskriptif pada video dan wawancara.

(9)

viii

ABSTRACT

LEARNING STYLE OF STUDENTS CLASS X AND XI IPA AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

PHYSICS IN BHAKTI KARYA KALORAN HIGH SCHOOL TEMANGGUNG, CENTRAL JAVA

Agnes Ika Kurniawati Sanata Dharma University

2013

This research aimed to find out: (1) what students learning styles; (2) what the teacher teaching style in learning physics.

This research was conducted in Bhakti Karya Temanggung High School with take sampel on class XA, XB, and XI IPA with a total of 72 students. The research was conducted on April, 2-12, 2013. Collecting data to find out the students learning style was conducted trough quisioner and interviews with students and teacher, while the collection of data for teacher teaching style is done through observation and interviews with student and teacher. Data analysis method in this research using descriptif statistics for data obtained from quisioner, and using deskriptif analysis on video and interviews.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas karunia, bimbingan dan

penyertaanNya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Gaya

Belajar Siswa Kelas X dan XI IPA serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut

Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten

Temanggung Jawa Tengah”

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari kerjasama, bantuan,

gagasa, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan

terimakasih pada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dengan kesabaran dan pengetahuan kepada

peneliti selama penyusunan skripsi.

2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan

bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs.Kabul Waluyo, selaku kepala sekolah SMA Bhakti Karya

Kabupaten Temanggung yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

4. Ibu Katri, S.Pd, selaku guru fisika SMA Bhakti Karya Kabupaten

Temanggung yang telah memberikan waktu dan membantu terlaksananya

penelitian.

5. Siswa-siswa SMA Bhakti Karya Temanggung yang telah bersedia

menyempatkan waku untuk membantu terlaksananya penelitian ini

6. Sekretariat JPMIPA FKIP atas bantuan administrasi

7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas

(11)

x

8. Bapak Suyatno tercinta yang selalu mendukung dengan doa, semangat,

nasihat dan kasih sayang yang tidak pernah berkurang

9. Adikku Nadia atas segala dukungan dan doa yang diberikan

10. Rekanku seperjuangan Margareta Pamela dan Benedicta Retvina atas kerja

sama, semangat, dan dukungan yang diberikan dari awal sampai akhir

penulisan skripsi ini

11. Sahabatku dan temanku yang spesial, Evi Mardiana dan Yohanes Egidius,

atas segala dukungan, semangat, dan waktu kebersamaan yang selalu

diberikan

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas

segala bantuan doa dan dukungannya

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak lepas dari keterbatasan, untuk

itu penulis sangat menharapkan kritik dan saran yang dapat membantu

sertamenyempurnakan tulisan ini.

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian... 3

E. Batasan Pengertian ... 4

(13)

xii

BAB 2. LANDASAN TEORI... 6

A. Definisi belajar ... 6

B. Gaya belajar ... 10

1. Pengertian gaya belajar ... 10

2. Klasifikasi gaya belajar ... 11

3. Manfaat pemahaman gaya belajar... 23

C. Gaya mengajar guru ... 24

1. Pengertian Mengajar ... 24

2. Gaya Mengajar ... 27

D. Fisika atau sains ... 28

E. Gaya belajar fisika atau IPA ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis penelitian ... 31

B. Partisipan penelitian ... 31

C. Waktu dan tempat penelitian... 32

D. Metode penelitian... 32

1. Pemberian Kuisioner ... 32

2. Observasi... 32

3. Wawancara... 33

E. Instrument penelitian... 33

1. Kuisioner ... 33

2. Wawancara... 35

(14)

xiii

F. Validitas ... 36

G. Metode analisis data ... 37

1. Gaya belajar siswa... 37

a. Kuisioner chek list... 37

b. Kuisioner pilihan ganda ... 38

c. Wawancara... 40

2. Gaya Mengajar Guru Fisika ... 40

a. Video ... 40

b. Wawancara... 41

BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN... 42

A. Deskripsi penelitian... 42

B. Data ... 44

C. Analisa data... 45

1. Gaya belajar siswa di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 45

a. Kuisioner chek list... 46

b. Kuisioner pilihan ganda ... 48

c. Wawancara... 53

1. Wawancara Siswa ... 53

2. Wawancara Guru... 58

2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 60

a. Melalui Video... 60

b. Melalui Wawancara ... 68

(15)

xiv

1. Gaya belajar siswa SMA Bhakti Karya Kaloran ... 70

2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 81

C. Keterbatasan Penelitian ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar aspek kuisioner gaya belajar siswa ... 34

Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru... 35

Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa ... 36

Tabel 4. Skor KuisionerChek List ... 37

Tabel 5. Pelaksanaan Observasi Penelitian ... 43

Tabel 6. Jumlah Skor KuisionerCheck List... 46

Tabel 7. Deskriptif Analisis KuesionerChek Listdengan Program SPSS .. 48

Tabel 8. Tabel Ranks... 48

Tabel 9. Tabel Test Statistik... 48

Tabel 10. Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda ... 49

Tabel 11. Gaya Belajar Siswa dari Kuesioner Pilihan Ganda... 49

Tabel 12. Rangkuman Data Gaya Belajar Siswa ... 51

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Normal... 39

Gambar 2. Aktivitas Guru Menjelaskan... 77

Gambar 3. Aktivitas Guru Menulis dan Menggambar... 78

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 85

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 86

Lampiran 3 Kuisioner Gaya Belajar ... 87

Lampiran 4 Data KuisionerChek List... 91

Lampiran 5 Data Kuisioner Pilihan Ganda ... 93

Lampiran 6.a Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 97

Lampiran 6.b Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 99

Lampiran 6.c Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 100

Lampiran 6.d Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 102

Lampiran 6.e Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 103

Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 105

Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 107

Lampiran 6.h Transkrip Wawancara Siswa 8 ... 109

Lampiran 6.i Transkrip Wawancara Siswa 9 ... 111

Lampiran 6.j Transkrip Wawancara Siswa 10 ... 113

Lampiran 7.a Transkrip Wawancara Guru yang Pertama ... 114

Lampiran 7.b Transkrip Wawancara Guru yang Kedua ... 117

Lampiran 7.c Transkrip Wawancara Guru yang Ketiga ... 119

Lampiran 8.a Transkrip Tulisan Video Pertemuan Pertama ... 122

Lampiran 8.b Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kedua ... 124

(19)

xviii

Lampiran 8.d Transkrip Tulisan Video Pertemuan Keempat ... 127

Lampiran 8.e Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kelima ... 129

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

ilmu pengetahuan. Proses ini selalu terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai peserta didik di

dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika

melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat dilihat bahwa sedikit

siswa yang senang belajar. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa itu

mengalami kesulitan belajar, memiliki ingatan yang buruk, bermasalah dengan

konsentrasi sehingga penyerapan informasi menjadi tidak maksimal. Hal

tersebut mungkin ada kaitannya dengan gaya belajar yang diterapkan oleh

siswa. Gaya belajar itu perlu diketahui karena kemampuan seseorang untuk

memahami dan menyerap pelajaran berbeda-beda tingkatannya. Ada yang

cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Sebagian siswa lebih suka

belajar dengan cara membaca kemudian memahaminya, sebagian siswa lain

lebih suka belajar dengan cara mendengarkan untuk bisa memahaminya, dan

ada juga siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk

mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pelajaran. Apapun

cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara

(21)

Informasi yang diterima siswa tersebut, banyak diperoleh dari pendidik

(guru). Informasi tersebut dapat diterima dengan baik, apabila guru

menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru yang

memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswanya di dalam satu

kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat

menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses

pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru

menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan

gaya belajar siswanya. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa,

pada guru mata pelajaran fisika. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam

belajar fisika, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk

dipelajari.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian, dengan judul“Gaya Belajar Siswa Kelas X dan

XI IPA serta Gaya Mengajar Guru Di Kelas Tersebut Dalam

Pembelajaran Fisika di SMA Bakti Karya Kaloran Kabupaten

Temanggung Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya Kaloran

Temanggung di dalam pembelajaran fisika?

2. Apa gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya

Kaloran Temanggung di dalam pembelajaran fisika.

2. Mengetahui gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran

Temanggung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali gaya

belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar fisika siswa tidak merasa

terbebani.

2. Bagi Sekolah

Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa

dalam pembelajaran fisika.

3. Bagi Peneliti

Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat mengembangkan

lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan pendidikan terkhusus

dalam pembelajaran fisika dan dapat menambah wawasan dalam upaya

memberikan pengetahuan mengenai gaya belajar kepada siswa.

4. Bagi Guru

Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat

(23)

E. Batasan Pengertian

1. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa

untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap

dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih

dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih

sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat

(Gunawan, 2007: 142).

3. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa

memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara

mendengar (Gunawan, 2007: 142).

4. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan

informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah

belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik

(Gunawan, 2007: 142).

5. Gaya Mengajar

Gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan

(24)

metode, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi serta

alokasi waktu dalam proses pembelajaran.

F. Deskripsi Penelitian

Penelitian mengenai gaya belajar merupakan penelitian baru dalam

studi skripsi. Banyak hal yang bisa diteliti dari gaya belajar siswa, dan peneliti

mengambil cakupan gaya belajar siswa pada situasi yang berbeda, dan pada

jenjang yang berbeda. Hal ini membuat penelitian tidak dapat dikerjakan

sendiri, sehingga penelitian ini dilakukan secara bersama-sama dengan

anggota tim sebanyak tiga orang. Penelitian yang dilakukan pada jenjang

SMA di Kabupaten Temanggung ini merupakan bagian kecil dari penelitian

bersama. Penelitian yang lain dilakukan oleh Benidicta Retvina P pada jenjang

SMP yang dilakukan di SMP Charitas 02 Kabupaten Oku Timur Palembang,

dan dilakukan oleh Margareta Pamela pada jenjang SD di SDS Subsidi Pusat

Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

Karena penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka teori

mengenai gaya belajar yang dipakai juga memiliki sedikit kesamaan, namun

dengan rumusan kalimat yang berbeda-beda pada masing-masing peneliti.

Apabila terdapat teori dengan rumusan kalimat yang sama, itu merupakan

hasil diskusi dan persetujuan, bukanlah hasil dari saling menjiplak. Karena

penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka hasil analisis data dan

pembahasan juga akan merujuk data yang diperoleh dari anggota tim yang

(25)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk

hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan

kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.

Sedangkan pendidikan menurut Poerwadarminta (Anas: 2011) adalah

usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,

membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan

segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses belajar agar seorang manusia memiliki nilai-nilai

kehidupan sehingga mereka mampu mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari

(26)

merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis

dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah

ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha

pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).

Dalam mengkaji hakikat belajar, Muhibbin (1995: 90) mengulas

pendapat Hintzman yang mengatakan bahwa “Learning is a change in

organism due to experience which can affect the organism’s behavior”.

Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme

(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk

mengkaji hakikat belajar yang didefinisikan sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience.” Artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme

sebagai hasil pengalaman.

Menurut Muhibbin (1995: 92), dari beberapa definisi diatas, maka

belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Selain itu menurut Linda-Darling Hammond, dkk (2001:11) belajar

adalah sebuah proses menggambarkan hubungan antara apa yang diketahui

(27)

Kokom (2010: 2) mengulas pendapat Gagne yang mendefinisikan

belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan

kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan

kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai

jenis performance (kinerja).

Van dan Hammer (2010) mengulas pendapat Saljo belajar juga dapat

dilihat dari sudut pandang siswa dan menyimpulkan lima konsep belajar,

yaitu :

1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan

Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah

mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga

semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah.

2. Belajar adalah mengingat

Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan

kemampuan untuk mereproduksi apa yang dihafal. Dalam hal ini apa

yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk

prosesnya.

3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain

yang dapat dimanfaatkan di masa depan

Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta,

prosedur, gagasan dan sebagainya kemudian mencerminkan lebih lanjut

atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan.

(28)

juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau

prosedur.

4. Belajar sebagai pemisahan makna

Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses

pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek,

menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam,

mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan

mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas,

melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat

langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.

5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman

realita

Dalam hal ini belajar adalah mengubah cara melihat sesuatu dengan

mengubah perspektif untuk menuju ke pemahaman yang lebih baik.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan sikap,

minat, atau nilai dan kemampuan dengan cara menambah ilmu pengetahuan

melalui mengingat dan memahaminya, sehingga cara berpikir menjadi lebih

logis dan dapat menafsirkan ilmu pengetahuan itu dalam proses menuju ke

pemahaman yang lebih baik untuk kemudian mempraktekkannya sampai

(29)

B. Gaya Belajar

Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan

mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri

dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar

bagi guru dan siswa.

1. Pengertian Gaya Belajar

Semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari

apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai

dengan kekuatan pribadi mereka sendiri (Barbara, 2007: 29). Gaya unik

yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka adalah gaya belajar yang

mereka terapkan, yang akan membuat mereka merasa terbantu dalam

menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi

akan lebih mudah.

Menurut Rita dan Dunn (Barbara: 2007) mendefinisikan bahwa

gaya belajar adalah cara manusia memulai berkonsentrasi, menyerap,

memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit.

Sementara itu, menurut Winkel (2004: 164), gaya belajar

merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.

Menurut Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa

bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya

(30)

Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar

merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk

bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk

mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, dan cara

memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh

pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda

dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya

masing-masing. Gunawan (2007: 139-140) merangkum ketujuh cara

belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan

cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi

yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey

dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter

yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs,

Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,

(31)

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat

ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang

berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang

berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann,

Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang

berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif

dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan

Hermann.

Menurut Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar

yang populer yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi

kognitif, dan profil kecerdasan. Pendekatan berdasarkan preferensi

sensori (ketergantungan terhadap indera tertentu) yang meliputi visual

(penglihatan), auditory (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan

gerakan). Ini yang kita kenal dengan nama gaya belajar V-A-K.

(32)

dikembangkan oleh Anthony Gregorc yang membagi gaya belajar

menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu: gaya belajar

konkret-sekuensial, gaya belajar abstrak-sekuensial, gaya belajar konkret

acak, dan gaya belajar abstrak acak. Gaya belajar konkret-sekuensial

adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi terorganisir, dapat

diandalkan, dan pekerja keras. Gaya belajar abstrak-sekuensial adalah

gaya belajar yang membuat siswa menjadi berpikir logis dan disengaja.

Gaya belajar konkret acak adalah gaya belajar yang membuat siswa

menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang dunia di sekitar

mereka. Gaya belajar abstrak acak adalah gaya belajar yang membuat

siswa menjadi imajinatif dan idealis.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan

dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner awalnya mengusulkan

tujuh jenis kecerdasan yaitu linguistik, logika-matematika, interpersonal,

intrapersonal, musical, visual-spasial, dan kinestetik. Namun sesuai

perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan

kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik

adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik

secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan logik matematik ialah

kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu

memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis

(masuk akal). Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk

(33)

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,

membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan

bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi

dan timbre dari musik yang didengar. Kecerdasan interpersonal ialah

kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan

perasaan orang lain. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang

berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu

memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Kecerdasan

kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara

terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan

naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,

mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di

alam maupun lingkungan.

Sedangkan menurut Suyono dan Haryanto (2011: 148-160) ada

beberapa gaya belajar. Gaya belajar tersebut meliputi:

a. Gaya belajar VAK

Gaya belajar ini ada tiga macam yaitu visual atau belajar dengan cara

melihat, auditorial atau belajar dengan cara mendengar dan kinestetik

atau belajar melalui gerakan-gerakan fisik.

b. The Myers-Briggs Type Indicator (TMBTI)

Gaya belajar ini sesuai dengan tipe kepribadian seseorang yang

(34)

pengindera (berfokus pada fakta dan prosedur), pemikir, dan

pembuat pertimbangan.

c. Gaya belajar menurut Kolb

Gaya belajar David Kolb berlandaskan teori belajar

pengalaman. Dan menggunakan empat pendekatan yaitu pengalaman

konkret, konseptualisasi abstrak, pengalaman reflektif dan

pengalaman aktif. Melalui pengalaman konkret artinya siswa belajar

melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama

dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri

sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih

terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang

dihadapinya. Melalui konseptualisasi abstrak artinya siswa belajar

melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari

situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan

konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang

sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis.

Melalui pengalaman reflektif artinya siswa belajar melalui

pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu

menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan

(35)

opini/pendapat. Melalui pengalaman aktif artinya siswa belajar

melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi

orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai

keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada

orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk

memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Sehingga gaya belajar ini merupakan hasil dari kombinasi

keempat pendekatan yang disukai oleh setiap orang yang meliputi

converger (terampil dalam melaksanakan aplikasi praktis dari

gagasannya dan menggunakan logika deduktif untuk memecahkan

masalah), diverger (merespon informasi yang diberikan dengan baik

jika mereka diberi waktu untuk melakukan refleksi), assmilator

(cakap dalam membangun model teoritis dengan cara penalaran

induktif), accommodator (mampu menerapkan materi pembelajaran

dalam situasi nyata untuk memecahkan masalah keseharian).

d. Gaya belajar menurut model Honey and Mumford

Gaya belajar ini dikaitkan dengan siklus pengalaman Kolb yang

meliputi gaya belajar aktivis, reflektor, teoritis dan pragmatis.

e. Gaya belajar menurut model Anthony Gregorc

Gaya belajar ini berlandaskan persepsi eksisting atau evaluasi kita

(36)

kombinasi gaya belajar yang dominan yaitu: konkret, sekuensial,

abstrak acak, abstrak sekuensial dan konkret acak

f. Gaya belajar Sudbury

Gaya belajar ini mengembangkan gaya belajar diri sendiri. Hal ini

dikarenakan banyak cara bagi siswa untuk studi dan belajar. Dalam

model demokratis ini suasana dibangun tanpa ada paksaan, tekanan,

desakan, bujukan atau suapan.

g. Gaya belajar model Herrmann Brain Dominance Instrument

Gaya belajar ini dilandasi oleh fungsi spesialisasi tugas dari

bagian-bagian otak. Berdasarkan adanya empat kuadran dalam otak maka

gaya belajar dibagi menjadi kuadran A (otak kiri, serebral), kuadran

B (otak kiri, limbik), kuadran C (otak kanan, limbik), kuadran D

(otak kanan, serebral). Menurut Ned Herman (Al Arif: 2004) setiap

kuadran memiliki pilihan berpikir yang berbeda-beda. Kuadran A

memiliki cara berpikir logis, factual, kritis, teknis, analitis, dan

kuantitatif. Kuadran B memiliki cara berpikir konservatif,

terstruktur, runtut, terorganisir, terperinci, dan terencana. Kuadran C

meliputi pemikiran antar manusia, kinestetik, emosional, spiritual,

berdasarkan penginderaan, dan perasa. Sedangkan kuadran D

memiliki pilihan berpikir visual, menyeluruh, intuisi, inovatif,

(37)

h. Gaya belajar Felder-silvermen

Gaya belajar ini menggolongkan pembelajar dalam klasifikasi

pembelajar indrawi atau pembelajar intuitif, pembelajar visual atau

pembelajar verbal, pembelajar induktif atau pembelajar deduktif,

pembelajar aktif atau pembelajar reflektif, pembelajar sekuensial

atau pembelajar global.

Dari ketiga pendekatan gaya belajar yang populer (Gunawan:

2007: 142), yang paling dikenal luas di Indonesia adalah pendekatan

berdasarkan preferensi sensori. Selain itu, De Porter dan Hernacki (2006)

menyatakan bahwa pada tahap awal untuk mengenali gaya belajar siswa,

salah satu langkah diantara langkah pertama yang sebaiknya dilakukan

oleh guru adalah mengenali modalitas belajar siswa sebagai modalitas

visual, auditorial, atau kinestetik. Oleh karena ketenarannya di Indonesia

dan penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengenali gaya

belajar siswa, maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada gaya

belajar VAK. Selain itu indikator gaya belajar VAK dapat dilihat dari

kebiasaan belajar siswa. Berikut ini adalah definisi dan ciri-ciri gaya

belajar VAK:

a. Gaya belajar Visual ( Visual Learners)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih

dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih

(38)

Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika

belajar, antara lain:

- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di

lihat orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan

membuat catatan;

- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu

mendengarkan esensi pembicaraannya;

- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan

jangka panjang yang baik;

- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan;

- mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi;

- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang

didengar;

- mudah mengingat dan menghafal sesuatu dengan asosiasi

visual;

- memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik;

- biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara

berisik ketika sedang belajar,

- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali

jika ditulis, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk

mengulanginya;

(39)

- lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan;

- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan

bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang

suatu masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan cek dan

ricek sebelum membuat kesimpulan;

- jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat

coretan-coretan tanpa lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang

lain;

- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau

tidak, sudah atau belum;

- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada

berpidato/berceramah;

- lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada

musik;

- sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak

pandai menuliskan dalam kata-kata.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa

memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar

dengan cara mendengar. Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari

kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

(40)

- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia

akan sukar berkonsentrasi;

- menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca;

- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di

diskusikan daripada apa yang dilihat;

- jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras;

- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan

warna suara;

- mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat

pandai dalam bercerita;

- berbicara dalam irama yang terpola dengan baik;

- berbicara dengan sangat fasih;

- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;

- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara

panjang lebar;

- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas

yang berhubungan dengan visualisasi;

- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan

keras daripada menuliskannya;

- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku

(41)

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan

informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini

adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan

aktivitas fisik. Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan

anak ketika belajar, antara lain:

- berbicara dengan perlahan;

- menanggapi perhatian fisik;

- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka;

- berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain;

- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;

- memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar;

- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi

(mengembangkan data atau fakta);

- menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat

langsung;

- menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika

sedang membaca;

- banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal);

- tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang

lama;

- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah

(42)

- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi;

- pada umumnya memiliki tulisan yang jelek;

- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara

fisik);

- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

sebagai bentuk penghayatan terhadap apa yang di baca;

- ingin melakukan segala sesuatu.

3. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat

bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya

belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar

strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi

pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar

mereka (Barbara, 2007: 93).

Sedangkan pemahaman gaya belajar bagi guru berguna untuk

mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar siswa yang memiliki

gaya belajar yang unik (De Porter, 2010: 213). Selain itu, pemahaman

akan gaya belajar dapat membuat guru menjadi lebih kreatif dalam

mengajar di dalam suatu kelas sehingga dapat menciptakan lingkungan

belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik mungkin

kebutuhan individual setiap murid (Barbara, 2007: 93). Karena dengan itu

(43)

pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru juga

dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas

misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan,

pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Haryanto, 2011: 164).

Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang

berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan

tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan

gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa

kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan

gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan

gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran

guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.

C. Gaya Mengajar Guru

1. Pengertian Mengajar

Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari

pentingnya pendidikan dan persekolahan. Konsep mengajar sering

ditafsirkan berbeda-beda karena senantiasa dilandasi oleh teori belajar

tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam

ragamnya.

Membahas mengenai pengertian mengajar, Muhibbin (1995: 182)

(44)

adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa

dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Dalam penelitian Rossum dan Hammer (2004) disimpulkan enam

konsep mengajar, yaitu:

a. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas/ informasi yang

terstruktur dengan baik

Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus

dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering ( disajikan

dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan

dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik,

sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri.

b. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui

keberadan siswa

Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan

dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini

menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa

merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.

c. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan

Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi

oleh guru, dimana didalamnya ada seorang guru yang antusias

membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik

(45)

seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak

boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri

lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus

mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang

ada dapat diselesaikan dengan diskusi.

d. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri

sendiri

Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir

dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu

banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu

itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan

oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil

akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran

guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.

e. Mengajar adalah pengajaran dialog

Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin

kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama

mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua

pihak dapat mengajar.

f. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli

Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang

berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru

(46)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik

antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan yang

bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur agar informasi

tersebut dapat tertanam jelas dalam pikiran siswa dan membentuk

pengembangan jalan pikir siswa.

2. Gaya Mengajar

Menurut Masse dan Popovich (Kara: 2009) selain siswa, guru

memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Perilaku guru

didalam kelas akan berdampak pada berbagai bidang dalam proses

persiapan, presentasi kelas, kegiatan, dan pendekatan. Kara juga

membahas pendapat Kaplan dan Kies bahwa istilah gaya mengajar guru

mengacu pada perilaku pribadi guru dan media yang digunakan untuk

mengirimkan data ke pelajar atau menerima dari pelajar. Kemudian ia

mengulas pendapat Peacock yang mengungkapkan bahwa “teaching styles as natural, habitual and preferred ways of teaching new information and skills in the classroom". Hal ini dapat diartikan bahwa gaya mengajar guru sebagai natural, kebiasaan dan pilihan cara

mengajarkan informasi baru dan ketrampilan dalam kelas.

Sedangkan Neher dkk mengungkapkan bahwa “teaching style is

something that concerns the process of teaching rather than the content of teaching.” yang artinya gaya mengajar merupakan sesuatu yang

(47)

(Maizam, ND). Sedangkan Irby mengungkapkan bahwa“teaching style is

the manner, method, or means by which teachers attempt to convey information and influence the understanding and behaviour of their learners.” Dengan kata lain bahwa gaya mengajar mengacu pada cara, metode, dimana guru mencoba untuk menyampaikan informasi dan

mempengaruhi pemahaman dan perilaku pelajar mereka (dalam Maizam,

ND).

Dengan berbagai macam pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang

menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu

pada cara, metode, media yang digunakan untuk menyampaikan

informasi serta alokasi waktu dalam proses pembelajaran.

D. Fisika atau Sains

Fisika adalah cabang ilmu dari Ilmu pengetahuan Alam (sains). Dalam

Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991), FISIKA adalah bidang ilmu

yang mempelajari tentang zat dan energi.

Sementara itu Kartika Budi (Sumaji: 1998), menyimpulkan beberapa

apek penting tentang hakikat fisika oleh beberapa tokoh antara lain:

1. Conant, sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema

konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai

(48)

2. Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh

menggunakan metode berdasarkan observasi.

3. Campbel, sains adalah pengetahuan (knoeledge) yang bermanfaat

dan praktis, dan cara atau metode untuk memperolehnya.

4. Bube, sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh

melalui interaksi dengannya.

5. Kemany seorang filsuf, sains adalah semua pengetahuan yang

dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan.

6. Zen, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan

observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alami yang

teratur mengenai fenomena yang dialami serta bersifat mampu

menguji diri sendiri.

7. Carin dan Saund, sains adalah suatu sistem untuk memahami

semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau

eksperimen yang dikontrol.

8. Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia

yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan

keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi

memenuhi kebutuhan.

Jadi fisika atau sains secara keseluruhan adalah salah satu ilmu

pengetahuan mengenai alam yang diperoleh melalui data hasil observasi dan

eksperimen yang didukung dengan keinginan memahami, dan menguasainya

(49)

E. Gaya Belajar Fisika atau IPA

Dari pengertian gaya belajar dan sains maka dapat disimpulkan bahwa

gaya belajar IPA atau sains adalah cara yang cenderung sering dilakukan

siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam

menyerap, mengatur serta mengolah informasi secara kritis akan

fenomena-fenomena alam yang ada dengan suatu metode ilmiah yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan, sehingga sains dapat dipelajari melalui

percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka sains tidaklah mata

(50)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini secara garis besar akan diuraikan mengenai beberapa hal yang

berkenaan dengan pelaksanaan penelitian dalam usaha mengumpulkan data

hingga sampai pada tahap analisis. Bagian ini meliputi jenis penelitian, partisipan

penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian,

validitas dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif

dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya

mengajar guru. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan

maksud untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu peristiwa secara

mendalam tanpa menggunakan analisis statistik. Sedangkan penelititan

kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data skor dan analisisnya

menggunakan statistik.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari

dua kelas yaitu kelas XA yang berjumlah 24 siswa dan kelas XB yang

(51)

sebanyak 28 siswa. Jadi keseluruhan partisipan penelitian berjumlah 72

siswa.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap tahun ajaran

2012/2013 tepatnya dilaksanakan pada bulan April 2013.

2. Tempat penelitian

SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap

yaitu :

1. Pemberian Kuesioner

Pada tahap ini, peneliti membuat suatu instrument yang diberikan

kepada siswa dengan tujuan mengetahui bagaimana gaya belajar setiap

siswa. Instrument ini diberikan kepada siswa untuk diisi sebelum peneliti

melakukan pengamatan proses pembelajaran dikelas.

2. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk melihat

aktivitas mengajar guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran

(52)

pengamatan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti,

tetapi melihat dari luar. Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam

situasinya dan sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang

mengumpulkan data (Suparno, 2010: 155). Pengamatan yang dilakukan

dalam penelitian ini dilaksanakan dengan merekam pembelajaran dari

awal pertemuan sampai selesai selama 5 kali tatap muka. Pengamatan ini

hanya dilakukan pada satu kelas saja yaitu kelas XI IPA.

3. Wawancara

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata

pelajaran fisika dan terhadap siswa. Tahap wawancara kepada guru ini

bertujuan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang guru libatkan saat

melaksanakan pengajaran. Sedangkan tahap wawancara kepada siswa

bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa itu sendiri dan juga

mengetahui bagaimana guru memberikan materi pelajaran namun dilihat

dari sudut pandang siswa.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 bentuk instrument yaitu kuesioner,

wawancara, dan pengamatan.

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

(53)

yang sudah disediakan. Pada penelitian ini digunakan 2 kuesioner tertutup

yaitu kuesioner chek list, dan kuesioner pilihan ganda.

a. Kuesioner Chek List

Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup

ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner ini diisi

langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang

sudah disediakan. Pilihan jawaban yang digunakan dalam kuesioner

ini terdiri dari 4 pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Butir soal dari kuesioner ini dibuat berdasarkan

indikator-indikator gaya belajar. Penyebaran butir soal berdasarkan indikator-indikator

gaya belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Daftar aspek kuesioner gaya belajar siswa

Aspek Gaya

belajar Indikator No butir

Visual - Memahami sesuatu dengan asosiasi visual 1,2,3,4,5 Auditorial - Belajar dengan cara mendengar

- Baik dalam aktivitas lisan

6,7 8,9,10 Kinestetik - Belajar melalui aktivitas fisik

- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

Kuesioner pilihan ganda ini berisi pertanyaan-pertanyaan dimana

pilihan jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Kuesioner ini

(54)

Gaya Mengajar Guru Matematika SMA Sedes Sapientiae Bedono

Ambarawa dengan beberapa modifikasi sesuai dengan topik yang

dibahas pada penelitian ini. Terdapat 15 butir soal pada kuesioner ini.

Pilihan jawaban yang disediakan pada masing-masing soal dalam

kuesioner ini berjumlah tiga (3), dan sudah dalam bentuk

pernyataan-pernyataan yang menandai aspek visual, auditorial, dan kinestetik.

Kuesioner ini diisi langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (x)

pada jawaban yang dipilih.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti baik terhadap guru maupun

siswa adalah wawancara bebas terpimpin. Dalam wawancara bebas

terpimpin ini peneliti membawa kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk

disajikan, dan dari pertanyaan-pertanyaan itu masih dapat berkembang

lagi pada pertanyaan-pertanyaan lain.

Rancangan pertanyaan yang digunakan dalam melakukan wawancara

ini disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru

No Daftar Pertanyaan

1 Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan materi, bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik dan menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA?

2 Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?

(55)

Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa

No Daftar Pertanyaan

1 Bagaimana tanggapan kamu terhadap pelajaran IPA? 2 Bagaimana prestasi kamu dalam pelajaran IPA? 3 Bagaimana cara kamu belajar?

4 Bagaimana cara gurumu mengajar? gambar, ceramah, praktikum 5 Kamu bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA

6 Kamu suka belajar di kondisi yang bagaimna? Sepi atau ramai

3. Video

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan kamera video untuk

merekam proses pembelajaran yang sedang berlangsung saat melakukan

tahap observasi. Video ini adalah hasil dari proses pengamatan yang

dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Data pengamatan yang didapatkan

juga dalam bentuk fieldnotes. Fieldnotes digunakan ketika memory kamera video tidak mencukupi, dan ketika baterai kamera habis sebelum

pelajaran selesai.

F. Validitas

Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh

mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas

menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat

peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai

dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 67-68). Pada kuesioner chek list validitas dilakukan sebanyak dua kali hingga diputuskan dapat digunakan oleh

(56)

konsultasi kuesioner yang telah disusun kepada orang lain yang memiliki

keahlian dalam hal menyusun kuesioner, dalam hal ini adalah persetujuan dari

dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, digunakan analisis statistik deskriptif dan

deskriptif kualitatif. Tiap masalah dianalisis dalam bagian-bagian tersendiri.

Analsis data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Gaya Belajar Siswa

Untuk mengetahui gaya belajar siswa dalam pembelajaran fisika,

penulis menggunakan 2 instrumen yaitu kuesioner dan wawancara. Ada

dua (2) jenis kuesioner yang digunakan peneliti seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Masing-masing kuesioner memiliki cara analisis

yang berbeda.

a. KuesionerChek List

Kuesioner ini terdiri dari 15 butir soal dan memuat 4 butir pilihan

jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Setiap item soal memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan

jawaban yang dipilih seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Skor Kuesioner Chek List

No Jawaban Skor

1 Sangat setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak setuju 2

(57)

Dengan penyebaran indikator gaya belajar siswa pada soal, maka

kuesioner ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

• Nomor 1-5 menunjukkan aspek visual

• Nomor 6-10 menunjukkan aspek auditorial

• Nomor 11-15 menunjukkan aspek kinestetik

Setelah memberi skor, maka skor untuk masing-masing aspek

dijumlahkan. Untuk menentukan gaya belajar mana yang lebih

dominan, maka digunakan analisis statistik yaitu Uji F dependent. Uji F digunakan untuk membandingkan dua atau lebih means secara simultan (Suparno, 2010: 74). Untuk menganalisa data ini, dilakukan

dengan menggunakan program SPSS dengan memasukkan data kasar,

kemudian membuka analisis dan memilih statistik yang akan

digunakan (Suparno, 2006: 100).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji F

dependent maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari ketiga gaya

belajar, yang kemudian dapat menunjukkan gaya belajar mana yang

lebih dominan.

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Kuesioner pilihan ganda memiliki jumlah soal 15 butir dimana

masing-masing soal memiliki ketiga aspek gaya belajar yaitu visual,

auditorial, dan kinestetik, maka skor tertinggi dari masing-masing

gaya belajar adalah 15. Skor yang didapatkan dari hasil pengisian

(58)

kinestetik. Skor yang masuk dalam aspek yang sama kemudian

dijumlahkan dan dilihat perbandingannya.

Setelah mendapatkan perbandingan hasil dari masing-masing

aspek, maka ditentukan apakah perbandingan tersebut benar-benar

berbeda secara signifikan atau tidak. Untuk menentukan signifikan

maupun tidak signifikan maka digunakan pendekatan sederhana

dengan kurva normal seperti pada gambar berikut:

Gambar 1. Kurva Normal

Didalam kurva normal, skala tersebut ditentukan dari 0 sampai 15,

karena skor terendah dari setiap aspek adalah 0 dan skor tertinggi dari

setiap aspek bernilai 15. Dapat dilihat bahwa nilai median dari kurva

adalah 7,5 dan antara nilai 7,5 sampai 11,25 memiliki rentang sebesar

3,75. Nilai median dan besar rentang ini kemudian dibulatkan keatas,

sehingga didapatkan syarat bahwa ketiga hasil tersebut dapat

dikatakan berbeda apabila salah satu skor tertinggi bernilai minimal 8

dan selisih antara skor tertinggi dengan kedua skor yang lain bernilai

minimal 4. Setelah dilakukan proses statistik ini, maka hasilnya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu signifikan dan tidak signifikan.

(59)

tegas, sedangkan tidak signifikan berarti tidak dapat dibedakan secara

tegas. Dari data yang signifikan, maka gaya belajar siswa dapat

ditentukan dengan melihat skor tertinggi antara ketiga aspek tersebut.

Setelah itu data dikelompokkan kembali untuk melihat berapa

siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik

c. Wawancara

Untuk menentukan gaya belajar siswa, peneliti juga

menggunakan instrument wawancara. Data wawancara yang berupa

daftar pertanyaan dari peneliti dan jawaban dari responden ini

dianalisis secara deskripsi.

2. Gaya Mengajar Guru Fisika

Untuk melihat bagaimana gaya mengajar guru fisika, maka analisa

data dilakukan melalui beberapa tahap dibawah ini :

a. Video

Peneliti membuat intsrumen berupa pengamatan dengan

menggunakan video yang merekam aktivitas pembelajaran dari awal

sampai akhir. Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis

didalam video ini kemudian ditranskip kedalam bentuk tulisan terlebih

dahulu dan disambungkan dengan data yang diperoleh dari fieldnotes. Setelah data diubah menjadi transkip tulisan, data ini kemudian

dikelompokkan menjadi tiga (3) bagian yaitu aktivitas pembuka,

(60)

merupakan urutan aktivitas dalam proses pembelajaran dari awal

sampai akhir.

Rincian aktivitas pada masing-masing video kemudian

dikelompokkan lagi menjadi aktivitas yang lebih umum.

Masing-masing aktivitas ini kemudian diberikan keterangan waktu yang

menunjukkan berapa lama aktivitas ini dilakukan. Selanjutnya,

aktivitas guru dan siswa yang sama dari video pertama sampai akhir

dikelompokkan menjadi satu dengan disertai keterangan waktu yang

juga sudah dijumlahkan dari video pertama sampai akhir.

b. Wawancara

Tahap dalam menganalisis data wawancara untuk menentukan

gaya mengajar guru sama dengan cara menganalisis data hasil

(61)

42

BAB IV

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah swasta yaitu di SMA

Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Sekolah ini

merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan Kaloran yang memiliki 6

kelas terdiri dari 2 kelas untuk kelas X, 2 kelas untuk kelas XI, dan 2 kelas

untuk kelas XII. Sekolah ini memiliki dua kelas jurusan IPA dan dua kelas

jurusan IPS. Partisipan penelitian ini hanya pada kelas XA, XB, dan XI

IPA, namun tidak dilakukan pada kelas XII karena saat itu sedang ada

persiapan pelaksanaan UN. Pemberian kuesioner dilakukan terhadap

ketiga kelas, namun pengamatan hanya dilakukan pada kelas XI IPA saja

sebanyak 5 kali pengamatan.

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada hari Selasa, 2 April 2013 dan

selesai pada hari Jumat, 12 April 2013. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap

yaitu pembagian kuesioner, observasi proses belajar mengajar, dan

wawancara kepada guru dan siswa. Dalam melakukan observasi, peneliti

merekam dari belakang dengan menggunakan kamera video selama proses

pembelajaran berlangsung. Peneliti tidak merekam dengan berkeliling,

karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi siswa saat mengikuti

(62)

diperbolehkan untuk membawa teman yang dapat membantu proses

merekam, sehingga peneliti tidak dapat menuliskan catatan lapangan.

Kendala lain yang dihadapi selama proses observasi adalah memory

card yang digunakan tidak mencukupi untuk merekam proses

pembelajaran selama 2 x 45 menit, dan baterai kamera tidak dapat

bertahan selama 2 x 45 menit. Oleh karena itu ketika baterai dan memory

habis, maka peneliti menuliskan sisa proses pembelajaran pada catatan

lapangan (fieldnotes). Sehingga dalam lima kali tatap muka peneliti memperoleh hasil yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 5 . Pelaksanaan Observasi Penelitian

No Tanggal Observasi Waktu Pelajaran Hasil Observasi 1 Selasa, 2 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video 2 Kamis, 4 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video

3 Jumat, 5 April 2013 1 x 45 menit Video

4 Selasa, 9 April 2013 2 x 45 menit Video

5 Jumat, 12 April 2013 1 x 45 menit Video

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara

yang dilaksanakan pada tanggal 1,2,4,11,dan 13 April 2013. Peneliti

melakukan wawancara kepada guru juga melakukan wawancara kepada

siswa. Proses wawancara juga direkam dengan menggunakan handphone sehingga peneliti dapat mencatat hasil wawancara secara lengkap.

Wawancara juga dilakukan tidak hanya pada bulan April saat waktu

penelitian saja, namun juga ada wawancara yang dilakukan pada saat

tanggal 13 Mei 2013 setelah masa penelitian disekolah selesai. Wawancara

yang dilaksanakan pada bulan Mei ini dilakukan untuk mendapatkan data

(63)

dilakukan. Wawancara ini tetap dilakukan kepada guru yang sama dan

juga siswa, namun siswa yang ditunjuk adalah siswa yang mengisi

kuesioner dan setelah dianalisis hasilnya ternyata menunjukkan perbedaan

yang signifikan antara ketiga aspek. Data yang signifikan berarti dapat

menunjukkan bahwa siswa tersebut condong memiliki satu gaya belajar

tertentu.

Sedangkan pembagian kuesioner dilaksanakan pada tanggal 1, dan 2

April 2013. Pengisian kuesioner dilakukan dalam waktu kurang lebih 10

menit, dengan memberikan petunjuk pengisian terlebih dahulu kepada para

siswa.

B. Data

1. Data kuesioner

Data kuesioner yang diperoleh berupa:

a. Data kuesioner chek list : lampiran 4 halaman 91

b. Data kuesioner pilihan ganda : lampiran 6 halaman 93

2. Data wawancara

Data wawancara yang diperoleh berupa:

a. Transkrip wawancara siswa 1 : lampiran 7.a hal 97

b. Transkrip wawancara siswa 2 : lampiran 7.b hal 99

c. Transkrip wawancara siswa 3 : lampiran 7.c hal 100

d. Transkrip wawancara siswa 4 : lampiran 7.d hal 102

Gambar

Gambar 2. Aktivitas Guru Menjelaskan.....................................................
Tabel 1. Daftar aspek kuesioner gaya belajar siswa
Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru
Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum signifikan... artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225

Informasi adalah data yang telah diringkas/disimpulkan atau diolah untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.. Pengantar Teknologi Informasi Prajanto Wahyu Adi,

PADA PADA PADA DINAS DINAS DINAS DINAS PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN KEUANGAN KEUANGAN DAN DAN DAN DAN ASET ASET ASET ASET KOTA KOTA KOTA KOTA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian remaja di Kota Banda Aceh yang memiliki orangtua utuh dan orangtua tidak utuh serta perbandingan kemandirian di

Penelitian ini menemukan gambaranself compassion pada mahasiswa dari keluarga yang bercerai dengan melihat dimensi self compassion yaitu ketiga subjek dapat

Globalisasi telah mendorong masyarakat menjadi semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar wilayah suatu negara, sehingga daya saing antara satu negara terhadap negara lain

respon halaman tambah berkas perkara setelah klik “simpan” Data berkas perkara sesuai pada Tabel 3.16 Tampilan informasi data tersimpan Gambar 4.43 Sukses.