• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan identifikasi golongan senyawa aktif penangkap radikal bebas, antibakteri, dan uv protection ekstrak rimpang kunyit (curcuma longa l.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan identifikasi golongan senyawa aktif penangkap radikal bebas, antibakteri, dan uv protection ekstrak rimpang kunyit (curcuma longa l.)."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Perawatan kecantikan menggunakan lulur secara tradisional telah digunakan sejak zaman nenek moyang dengan komponen utama rimpang kunyit (Curcuma longa L.). Beberapa penelitian pada rimpang kunyit sering menyebutkan kandungan pada kunyit adalah kurkuminoid yang memiliki aktivitas terapetik yang luas, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui golongan senyawa selain kurkuminoid yang memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection pada ekstrak rimpang kunyit.

Rimpang kunyit diekstraksi dengan pelarut etanol 90% v/v. Uji pendahuluan dilakukan secara kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Uji aktivitas sebagai penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH, antibakteri dengan metode bioautografi kontak, dan UV protection dengan metode inhibition of bleaching of -carotene. Senyawa aktif hasil uji kualitatif tersebut diisolasi dengan kromatografi kolom. Isolat yang diperoleh tersebut kemudian kembali diuji aktivitas penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH, antibakteri dengan metode Kirby – Bauer, dan UV protection dengan metode inhibition of bleaching of -carotene.

Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa yang memiliki aktvitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection. Isolat pertama yang diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection, sedangkan isolat kedua yang diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection. Kedua isolat tersebut berdasarkan hasil identifikasi merupakan golongan senyawa terpenoid.

(2)

ABSTRACT

Main component of lulur is turmeric rhizome (Curcuma longa L.). The major compounds in turmeric are curcuminoids which have been researched and it had large therapeutic activity. This research aimed to find out the other substances of turmeric extract besides curcuminoids which has activity as free radical scavenger, antibacterial, and UV protection.

Turmeric was extracted with ethanol 90% v/v. Preliminary test completed qualitatively by Thin Layer Chromatography (TLC) method. Activity test as a free radical scavenger has been done by applying DPPH method, antibacterial activity with bioautography assay, and UV protection with inhibition of bleaching of -carotene assay. The active substances isolated with column chromatography. Isolates were tested again as free radical scavenger with DPPH method, antibacterial activity with Kirby – Bauer method, and UV protection with inhibition of bleaching of -carotene assay.

The result found active isolates with free radical scavenger activity, antibacterial, and UV protection. The first isolate has free radical scavenger and UV protection, whereas the second isolate has free radical scavenger, antibacterial, and UV protection. Both isolates identified as terpenoid.

(3)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ANTIBAKTERI, DAN UV

PROTECTION EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan Oleh: Elyn Prameswari NIM: 118114110

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ANTIBAKTERI, DAN UV

PROTECTION EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan Oleh: Elyn Prameswari NIM: 118114110

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)

iii

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Tuhan Yesus, sang Penyelamat yang selalu membimbingku

Kedua orang tuaku

Kedua kakakku

Almamaterku Aku percaya pada keberuntungan dan aku menyadari semakin

(8)

v

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

(10)

vii PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan berkat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengalami banyak kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan skripsi ini. Tetapi dengan adanya bantuan, dukungan, bimbingan, kritik, dan saran dari berbagai pihak, akhirnya penulis mampu menghadapi segala kesulitan dan masalah yang menghadang. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada:

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. rer. nat. Yosi Bayu Murti, Apt. selaku dosen pembimbing dan dosen penguji atas kesabaran, bimbingan, arahan, masukan, perhatian, semangat dan waktu yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu, kritik, dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini. 4. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

memberikan waktu, kritik, dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini. 5. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu mendukung, membantu, dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

6. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku DPA yang telah mendukung selama proses perkuliahan sampai proses pembuatan skripsi ini.

7. Papa, Mama, dan kakak Getty Rajasa atas kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis, baik secara moral maupun materil.

8. Vega Citrawati dan Leonardo Yoppy Eka Noviyanto selaku kakak dan sahabat atas kasih sayang, dukungan, kritik, saran, canda tawa, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

9. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 10. Segenap Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

(11)

viii

11. Tim skripsi dan sahabat penulis (Setio Agustin, Agustine Kurniawaty, Surya Adhi Nugraha, Skolastika Feranda) atas kerjasama yang telah dilewati bersama selama penelitian ini.

12. Veve, Shiro, kak Reny, Marshella, dan Ratna selaku teman dan pemberi semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman – teman laskar intan: Nella, Iga, Yunika, Natry, mbak Wahyu, dan Deivi atas semangat, dukungan, kegilaan, canda tawa, kritik, dan sarannya. 14. Teman – teman Fakultas Farmasi angkatan 2011 atas kerjasama, canda tawa,

dan memberi semangat.

15. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu atas bantuannya dalam pengadaan bahan baku simplisia rimpang kunyit.

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf apabila terdapat hal – hal yang kurang berkenan, tidak lupa penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang membutuhkan dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Penulis

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA... ... vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI... ... xv

ABSTRACT ...xvi

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 2

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. Kunyit ... 7

1. Klasifikasi tanaman ... 7

2. Deskripsi tanaman ... 8

3. Kandungan kimia kunyit ... 8

4. Khasiat dan kegunaan kunyit ... 9

B. Ekstraksi ... 10

1. Maserasi ... 10

2. Triturasi ... 11

C. Kromatografi ... 12

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)... 12

2. Kromatografi kolom ... 14

D. Antioksidan ... 15

1. Reactive Oxygen Species (ROS) ... 15

2. Senyawa dan golongan senyawa antioksidan... 16

(13)

x

E. Antibakteri ... 19

1. Bakteri ... 19

2. Mekanisme antibakteri ... 20

3. Resistensi bakteri... 20

4. Golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri ... 21

5. Uji kualitatif antibakteri dengan metode bioautografi kontak ... 21

6. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer ... 23

F. UV Protection ... 24

1. Radiasi ultraviolet pada kulit... 24

2. Tabir surya... 24

3. Uji aktivitas tabir surya dengan metode inhibition of bleaching of -carotene ... 25

G. Landasan Teori ... 26

H. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Definisi Operasional ... 28

C. Bahan dan Alat Penelitian ... 28

1. Bahan penelitian ... 28

2. Alat penelitian ... 29

D. Tatacara Penelitian ... 29

1. Pengumpulan dan penyiapan bahan ... 29

2. Ekstraksi ... 30

3. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental rimpang kunyit ... 31

4. Identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental rimpang kunyit ... 32

5. Uji kualitatif penangkap radikal bebas ekstrak rimpang kunyit ... 32

6. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak rimpang kunyit... 33

7. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit ... 36

8. Isolasi senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection ... 37

9. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection pada isolat ... 42

10. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer ... 43

11. Identifikasi golongan senyawa pada isolat ... 44

(14)

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan ... 46

1. Pengumpulan bahan ... 46

2. Susut pengeringan simplisia ... 47

3. Penyiapan bahan ... 48

B. Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ... 49

1. Ekstraksi ... 49

2. Susut pengeringan ekstrak ... 51

C. Optimasi Fase Gerak Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ... 51

D. Identifikasi Golongan Senyawa dengan Reagen Semprot pada Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ... 54

E. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas DPPH, Antibakteri, dan UV Protection pada Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ... 58

1. Uji aktivitas penangkap radikal bebas ... 58

2. Uji aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi kontak ... 60

3. Uji aktivitas UV protection dengan metode inhibition of bleaching of - carotene ... 67

F. Isolasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection ... 72

G. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection pada Isolat ... 76

1. Aktivitas penangkap radikal bebas DPPH pada isolat ... 76

2. Aktivitas antibakteri pada isolat ... 77

3. Aktivitas UV protection pada isolat ... 81

H. Identifikasi Isolat Aktif ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN... ... 91

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental

rimpang kunyit... 55

Tabel II. Kisaran nilai Rf ekstrak kunyit dengan metode bioautografi kontak ... 62

Tabel III. Hasil uji aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit... 71

Tabel IV. Profil KLT isolasi senyawa dengan fase gerak kloroform ... 74

Tabel V. Hasil aktivitas UV protection pada isolat ... 81

Tabel VI. Identifikasi golongan senyawa pada isolat ... 83

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Molekul DPPH (radikal)... 18

Gambar 2. Struktur -carotene ... 25

Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ... 52

Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ... 53

Gambar 5. Ekstrak rimpang kunyit pada deteksi secara fisik ... 54

Gambar 6. Ekstrak rimpang kunyit dengan reagen semprot ... 55

Gambar 7. Perbandingan nilai Rf antara standar kurkumin dan ekstrak rimpang kunyit... 58

Gambar 8. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas DPPH ... 59

Gambar 9. Hasil uji antibakteri dengan bioautografi kontak ... 62

Gambar 10. Kontrol media ... 65

Gambar 11. Hasil kontrol pertumbuhan bakteri ... 66

Gambar 12. Hasil kontrol positif amoksisilin ... 66

Gambar 13. Kurva optimasi intensitas cahaya ... 69

Gambar 14. Perbandingan profil KLT ekstrak rimpang kunyit dan hasil triturasi ... 72

Gambar 15. Perbandingan profil KLT pada UV 254 nm ... 73

Gambar 16. Perbandingan profil KLT pada UV 366 nm ... 73

Gambar 17. Alur isolasi senyawa aktif ekstrak rimpang kunyit ... 75

Gambar 18. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas pada isolat setelah 2 jam penyemprotan ... 76

Gambar 19. Hasil uji antibakteri ... 78

Gambar 20. Kontrol media ... 79

Gambar 21. Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus... 80

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat determinasi rimpang kunyit ... 91

Lampiran 2. Sertifikat hasil uji bakteri E. coli dan S. aureus ... 93

Lampiran 3. Foto simplisia kering rimpang kunyit... 95

Lampiran 4. Perhitungan susut pengeringan simplisia rimpang kunyit ... 96

Lampiran 5. Perhitungan rendemen ekstrak rimpang kunyit ... 98

Lampiran 6. Susut pengeringan ekstrak ... 99

Lampiran 7. Optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ... 101

Lampiran 8. Isolasi senyawa ... 103

Lampiran 9. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot pada isolat ... 107

(18)

xv INTISARI

Perawatan kecantikan menggunakan lulur secara tradisional telah digunakan sejak zaman nenek moyang dengan komponen utama rimpang kunyit (Curcuma longa L.). Beberapa penelitian pada rimpang kunyit sering menyebutkan kandungan pada kunyit adalah kurkuminoid yang memiliki aktivitas terapetik yang luas, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui golongan senyawa selain kurkuminoid yang memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection pada ekstrak rimpang kunyit.

Rimpang kunyit diekstraksi dengan pelarut etanol 90% v/v. Uji pendahuluan dilakukan secara kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Uji aktivitas sebagai penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH, antibakteri dengan metode bioautografi kontak, dan UV protection dengan metode inhibition of bleaching of -carotene. Senyawa aktif hasil uji kualitatif tersebut diisolasi dengan kromatografi kolom. Isolat yang diperoleh tersebut kemudian kembali diuji aktivitas penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH, antibakteri dengan metode Kirby – Bauer, dan UV protection dengan metode inhibition of bleaching of -carotene.

Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa yang memiliki aktvitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection. Isolat pertama yang diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection, sedangkan isolat kedua yang diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection. Kedua isolat tersebut berdasarkan hasil identifikasi merupakan golongan senyawa terpenoid.

(19)

xvi ABSTRACT

Main component of lulur is turmeric rhizome (Curcuma longa L.). The major compounds in turmeric are curcuminoids which have been researched and it had large therapeutic activity. This research aimed to find out the other substances of turmeric extract besides curcuminoids which has activity as free radical scavenger, antibacterial, and UV protection.

Turmeric was extracted with ethanol 90% v/v. Preliminary test completed qualitatively by Thin Layer Chromatography (TLC) method. Activity test as a free radical scavenger has been done by applying DPPH method, antibacterial activity with bioautography assay, and UV protection with inhibition of bleaching of -carotene assay. The active substances isolated with column chromatography. Isolates were tested again as free radical scavenger with DPPH method, antibacterial activity with Kirby – Bauer method, and UV protection with inhibition of bleaching of -carotene assay.

The result found active isolates with free radical scavenger activity, antibacterial, and UV protection. The first isolate has free radical scavenger and UV protection, whereas the second isolate has free radical scavenger, antibacterial, and UV protection. Both isolates identified as terpenoid.

(20)

1 BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

Perawatan kecantikan secara tradisional merupakan salah satu manifestasi kebudayaan yang diturunkan secara turun menurun dan telah menjadi satu bentuk seni kecantikan. Perawatan kulit merupakan bagian dari perawatan kecantikan yang telah dikenal sejak jaman dahulu kala dan telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat. Oleh karena itu, trend yang popular saat ini adalah back to nature yaitu dengan menggunakan tumbuh – tumbuhan atau herbal sebagai bahan utama dalam perawatan kecantikan. Hal ini disebabkan karena bahan – bahan alami tersebut lebih dapat diterima oleh tubuh dibandingkan bahan sintetik (Tarigan, Zuhra, dan Sihotang, 2008).

(21)

Kunyit yang telah dihaluskan menjadi bubuk akan menghasilkan minyak yang mengandung antioksidan, sehingga lulur dapat menghaluskan kulit dan membuat kulit lebih cerah. Kunyit juga bersifat mendinginkan, membersihkan, menghilangkan bau yang tidak sedap, dan bersifat antibakteri. Oleh karena itu sering digunakan sebagai kosmetik tradisional untuk perawatan kesehatan kulit wajah dan tubuh.

Ekstrak etanolik rimpang kunyit (Curcuma longa L.) memiliki kandungan kurkumin dan flavonoid yang merupakan golongan senyawa fenolik, dan terpenoid (Chhetri, Yogol, Sherchan, Anupa, Mansoor, dan Thapa, 2008). Saat ini, kunyit juga digunakan dalam formulasi sebagai tabir surya (Ganpati, Bhaurao, Iranna, Dilip, dan Nilkanth, 2011). Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection pada kunyit. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak rimpang kunyit kemudian dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan lempeng KLT untuk mengetahui zona bercak yang memiliki aktivitas untuk selanjutnya diisolasi dengan kromatografi kolom dan dilanjutkan dengan uji aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection secara kualitatif pada isolat yang didapatkan.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang ditimbulkan adalah:

(22)

b. Golongan senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection selain kurkuminoid yang terkandung pada ekstrak rimpang kunyit?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian berjudul “Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.)” belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai rimpang kunyit yang terkait aktivitas antibakteri pernah dilakukan oleh Naz, Jabeen, Ilyas, Manzoor, Azlam, dan Ali (2010) yang menguji tentang aktivitas antibakteri pada kurkuminoid dan minyak atsiri dari rimpang kunyit terhadap bakteri Bacillus subtilis, Bacillus macerans, Bacillus licheniformis dan Azotobacter dengan menggunakan metode difusi sumuran. Pada penelitian ini, kurkuminoid diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol, sedangkan minyak atsiri diekstraksi dengan cara hidrodistilasi yang kemudian didilusi dengan menggunakan metanol. Penelitian lain terkait dengan aktivitas antibakteri juga pernah dilakukan oleh Helen, Prinitha, Sree, Abisha, dan Jacob (2012) yang menguji minyak atsiri, ekstrak metanol, ekstrak aseton, dan ekstrak n-heksan rimpang kunyit terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif, serta fungi dengan metode Kirby – Bauer. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa berbagai macam ekstrak rimpang kunyit tersebut memiliki daya antibakteri.

(23)

menggunakan metode DPPH, ABTS, dan FRAP menunjukkan bahwa ekstrak metanolik rimpang kunyit dapat digunakan sebagai sumber antioksidan. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Nahak dan Sahu (2011) tentang evaluasi aktivitas antioksidan pada ekstrak etanolik dari lima spesies kurkuma dan kandungan fenolik total dengan menggunakan metode DPPH.

Revathy, Elumalai, Benny, dan Antony (2011) melakukan penelitian mengenai isolasi, pemurnian, dan identifikasi kurkuminoid dari rimpang kunyit dengan kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi pada penelitian ini adalah n-heksan, kloroform, etil asetat, metanol, dan aseton yang selanjutnya pemisahan kurkuminoid diuji dengan KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95:5 v/v). Pemisahan terbaik ditunjukkan oleh ekstrak aseton yang selanjutnya masing – masing kurkuminoid tersebut diisolasi dengan menggunakan kromatografi kolom dan dilakukan pemurnian menggunakan HPLC.

(24)

carotene untuk uji UV protection. Selain itu, pada penelitian ini tidak berfokus pada kurkuminoid seperti pada penelitian – penelitian sebelumnya melainkan pada senyawa lain yang terdapat pada rimpang kunyit yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection.

3. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection ekstrak rimpang kunyit dan golongan senyawa yang memiliki aktivitas tersebut.

b. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan khasiat rimpang kunyit terhadap penggunaannya sebagai kosmetik tradisional sehingga tidak hanya dimanfaaatkan pada lulur, tapi juga pada sediaan kosmetik tradisional yang lain.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Membuktikan bahwa ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection.

2. Tujuan khusus

(25)
(26)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Kunyit

1. Klasifikasi tanaman

Tanaman kunyit menurut United States Department of Agriculture (USDA) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Subclass : Zingiberidae Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma longa L.

Nama lain dari C. longa menurut United States Department of Agriculture (USDA) adalah Curcuma domestica Valeton.

(27)

2. Deskripsi tanaman

Kunyit adalah tanaman tema tahunan. Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kunyit memiliki batang pohon semu dan basah. Daunnya mirip dengan tumbuh – tumbuhan jenis pisang – pisangan. Pelepah – pelepah daun kunyit yang dominan berwarna hijau membentuk batang dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Rimpangnya memiliki banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna jingga kecoklatan. Buah daging rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning – kuningan. Tinggi tumbuhan kunyit mampu mencapai 1 meter dan bunganya muncul dari pucuk batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih (Thomas, 1989).

3. Kandungan kimia kunyit

(28)

menjadi merah gelap apabila berada pada kondisi yang asam (Rathaur, Raja, Ramteke, dan John, 2012).

4. Khasiat dan kegunaan kunyit

Kunyit telah digunakan di India selama lebih dari 6000 tahun sebagai obat, kosmetik, bumbu masak, pewarna, dan sebagainya (Rathaur, et al., 2012). Di Indonesia, rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu masak, sementara di Eropa kunyit dipergunakan sebagai bahan baku kosmetika atau perwarna makanan (Thomas, 1989). Selain itu, pengobatan tradisional Cina juga telah menggunakan kunyit selama lebih dari 1000 tahun terutama untuk mengobati limpa, liver, dan sakit perut. Kunyit juga digunakan untuk menstimulasi dan menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit pada bagian abdominal, antibiotik, anti virus dan analgesik (Rathaur, et al., 2012).

Kunyit juga dapat memiliki kemampuan sebagai bahan pengawet makanan melalui mekanisme antioksidannya. Tidak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, kunyit juga dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk anoreksia, batuk, luka pada penderita diabetes, penyakit hepar, reumatik, sinusitis, dan lain – lain. Kunyit memiliki efek biologis yang luas, termasuk didalamnya yaitu sebagai anti – inflamasi, antioksidan, anti – karsinogenik, anti – mutagenik, anti – koagulan, anti – fertilitas, anti – diabetes, antibakteri, anti – fungal, anti – protozoa, anti fibrotik, anti – tukak lambung, dan hipokolesteremia (Rathaur, et al., 2012).

(29)

menangkap radikal bebas, mengurangi besi kompleks, dan menghambat peroksidasi (Tilak, Banerjee, Mohan, Devasagayam, 2004).

B.Ekstraksi 1. Maserasi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Cairan penyari yang sering digunakan adalah air, eter, etanol, atau campuran etanol dan air (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen, 2010).

Parameter – parameter dasar yang mempengaruhi kualitas sebuah ekstrak yaitu: bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal, cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi, dan prosedur ekstraksi. Bagian tanaman yang digunakan untuk ekstraksi dapat dari berbagai macam bagian tanaman seperti dahan, ranting, daun, bunga, akar, buah, biji, dan lain – lain (Tiwari, Kumar, Kaur, Kaur, dan Kaur, 2011). Cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi harus memenuhi kriteria murah, mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, tidak toksik, netral, tidak mudah terbakar, selektif yang artinya dapat menarik zat berkhasiat yang dikehendaki (Depkes RI, 1986). Pemilihan prosedur ekstraksi didasarkan pada lamanya waktu ekstraksi, cairan penyari yang digunakan, pH cairan penyari, temperatur, ukuran partikel jaringan tanaman, dan perbandingan antara pelarut dan sampel (Tiwari, et al., 2011).

(30)

beberapa hari. Proses yang mendasari maserasi adalah cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel sehingga isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan tergantikan oleh cairan penyari yang konsentrasinya rendah. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi banyak digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari (Depkes RI, 1986).

2. Triturasi

Triturasi merupakan salah satu bentuk teknik pemurnian suatu senyawa. Pada umumnya pelarut yang bersifat non – polar seperti n – heksan, n – pentana, dietil eter, digunakan untuk menghilangkan senyawa – senyawa pengotor yang bersifat non – polar. Hal ini didasarkan pada prinsip “like dissolves like” yaitu senyawa yang bersifat non – polar pada umumnya akan larut pada senyawa non – polar dan tidak larut pada senyawa polar (Zala, Patel, Patel, Parmar, dan Sen, 2012).

(31)

utamanya adalah kedua campuran pelarut tersebut harus mampu bercampur secara homogen (Zala, et al., 2012).

C.Kromatografi 1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara sederhana pada identifikasi pendahuluan suatu senyawa. Metode ini juga bermanfaat pada pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Data yang diperoleh dari metode ini berupa harga Retardation factor (Rf) dan warna bercak kromatogram yang diperoleh dari pengembangan bercak pada plat kromatografi lapis tipis (Rohyami, 2008). Nilai Rf digunakan untuk menunjukkan posisi hasil pemisahan suatu senyawa secara spesifik, yang dihitung dengan cara:

Rf (retardation factor) =

(32)

aminopropil), dan fase diam organik bersifat nonpolar (RP2, RP8, RP18) yang memiliki kerapatan yang berbeda – beda. Selain itu, terdapat berbagai macam pilihan fase gerak yang dapat digunakan untuk memisahkan campuran senyawa yang bergantung pada selektivitas senyawa bedasarkan donor proton, penerima proton, dan gaya dipol. Penyerapan sinar UV pada KLT, fase gerak tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk deteksi senyawa dan untuk uji kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan fase gerak pada KLT akan menguap terlebih dahulu sebelum dideteksi (Hajnos, Sherma, dan Kowalska, 2008).

Kelebihan dari metode KLT ini adalah metode preparasi yang paling sederhana apabila dibandingkan dengan Gas Chromatography (GC) dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Selain itu, beberapa macam sampel dapat dianalisis pada satu – satuan waktu hanya dengan satu lempeng KLT atau lempeng HPTLC, sehingga dapat mempersingkat waktu dan juga meminimalisir volume pelarut yang digunakan untuk tiap sampel. Baik larutan standart maupun sampel juga dapat diletakkan pada satu lempeng yang sama sehingga dapat memberikan akurasi dan presisi pada uji kuantitatif dengan densitometer (Hajnos, et al., 2008). Pada teknik pemisahan dengan KLT, jumlah sampel yang dibutuhkan lebih sedikit, fleksibel dalam pemilihan deteksi sampel, memiliki jumlah kapasitas massa yang tinggi, mudah dilakukan, biaya yang dikeluarkan lebih murah, dan tidak membutuhkan fasilitas laboratorium yang modern (Sherma dan Fried, 2003).

(33)

juga memiliki efisiensi pemisahan yang rendah dan reprodusibilitas nilai Rf dipengaruhi oleh kondisi lingkungan apabila dibandingkan dengan HPLC dan GC (Sherma dan Fried, 2003).

Setelah melakukan optimasi pemisahan dengan fase gerak dan pengembangan teknik kombinasi, zona bercak perlu dilakukan deteksi lebih lanjut. Hal tersebut dilakukan apabila bercak tidak berwarna ataupun tidak berflorosensi, ataupun juga tidak menyerap lampu UV pada panjang gelombang 254 nm, maka bercak tersebut dapat dilihat melalui peredaman fluorosensi dengan F-plates khusus yang mengandung indikator fluorosensi, atau bisa juga melalui reagen deteksi dengan cara disemprot atau dicelup yang biasanya dapat diikuti dengan pemanasan. Identifikasi golongan senyawa dari analit dapat menggunakan reagen yang bersifat selektif. Salah satu contoh reagen yang digunakan adalah reagen Dragendorff (KbiI4) yang digunakan untuk identifikasi adanya basa

heterosiklik (seperti alkaloid) (Hajnos, et al., 2008). 2. Kromatografi kolom

(34)

terlarut. Kelebihan lain yang dimiliki kromatografi kolom ini adalah hanya membutuhkan pelarut dalam jumlah yang sedikit. Kromatografi kolom merupakan variasi dari preparasi sampel secara KLT karena fase diam yang digunakan dapat sama dengan fase diam yang digunakan pada KLT (Hostettmann, Marston, Hostettmann, 1997).

Kromatografi kolom merupakan salah satu jenis kromatografi adsorpsi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa organik. Hal tersebut dikarenakan senyawa organik memiliki kelarutan yang rendah dengan pelarut air atau campuran antara pelarut organik dan air sehingga hasil pemisahan senyawa akan lebih baik apabila dibandingkan dengan kromagrafi cair fase terbalik (Hurtubise, 2010).

Metode step – gradient chromatography adalah suatu metode elusi pada kromatografi dengan perubahan fase gerak yang satu dengan fase gerak lainnya secara bertahap. Prinsip utama dengan adanya perubahan gradien pada fase gerak adalah untuk meningkatkan kekuatan elusi dari fase gerak, sehingga salah satu senyawa dari analit akan bercampur dengan fase gerak yang sesuai (Wu, Liang, dan Berthod, 2012).

D. Antioksidan 1. Reactive Oxygen Species (ROS)

(35)

oksidan dan antioksidan dalam proses oksidasi, hal ini diduga sebagai penyebab penuaan dini dan berbagai macam penyakit pada manusia (Choi, 2009).

Reactive oxygen species pada kondisi fisiologis normal akan tersimpan pada organel sel spesifik, yang kemudian akan dimusnahkan oleh sel fagositosis. Reaksi reduksi dari molekul oksigen (O2) menjadi air (H2O) adalah dengan

melalui transfer elektron tunggal, oleh karena itu, akan terjadi reaksi intermediet seperti superoksida anion (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan hidroksiradikal

(HO•) yang akan tersimpan dalam mitokondria. Beberapa enzim sitokrom P – 450 juga dapat mereduksi O2 menjadi O2- secara langsung. Sehingga diperlukannya

suatu mekanisme perlindungan terhadap ROS (Tringali, 2001). 2. Senyawa dan golongan senyawa antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi dengan cara menghambat polimerisasi rantai yang diawali dengan adanya radikal bebas yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi oksidasi (Cespedes, Morales, Avila, Hafidi, Alarcon, dan Lopez, 2009). Mekanisme perlindungan ROS enzimatik yaitu superoxide dismute (SOD) yang mengkatalisis O2- menjadi

O2 dan H2O2. H2O2 ini kemudian dimetabolisme kembali menjadi O2 dan H2O.

(36)

Antioksidan sintetis yang telah lama digunakan yaitu butylated hydroxy toluene (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA), propylgallate, dan tert – butyl hydroquinone, akan tetapi penggunaan BHA dan BHT ini diduga dapat menginduksi kerusakan hati dan bersifat karsinogenik, sehingga diperlukan sumber antioksidan lain yang dapat berasal dari bahan alam yang lebih aman untuk dikonsumsi (Choi, 2009). Antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan yaitu seperti α – tocopherol, asam askorbat, karotenoid, flavonoid, dan senyawa – senyawa fenolik. Vitamin E (α – tocopherol), merupakan antioksidan alami yang efektif akan tetapi penggunaannya terbatas. Sehingga, industri makanan dan pengobatan mengembangkan antioksidan alami yang berasal dari tumbuh – tumbuhan (Tringali, 2001).

(37)

3. Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)

Metode radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) merupakan uji antioksidan yang stabil dalam suhu ruang dan dapat berkurang dengan adanya molekul antioksidan yang ditandai dengan perubahan warna dari violet menjadi tidak berwarna dalam larutan etanol (Garcia, Oldoni, Alencar, Reis, Loguercio, dan Grande, 2012).

Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat dan praktis (Rastuti, 2012). Hasil yang didapatkan dengan metode ini bersifat reprodusibel dan sebanding dengan metode penangkap radikal bebas lainnya (Kedare dan Singh, 2011).

[image:37.595.100.517.220.525.2]

Kekurangan dari metode DPPH ini adalah DPPH memiliki halangan sterik yang cukup besar, sehingga molekul yang kecil lebih memungkinkan untuk bereaksi dengan DPPH dibandingkan dengan molekul yang besar (Bergeron, Carrier, dan Ramaswamy, 2012). Selain itu, DPPH hanya dapat larut pada pelarut organik dan tidak dapat mengukur aktivitas antioksidan dalam plasma karena protein dalam plasma akan terpresipitasi pada pelarut alkohol (Kedare dan Singh, 2011). Senyawa DPPH memiliki radikal bebas yang terdelokalisasi pada molekulnya, sehingga memberikan warna ungu (Kedare dan Singh, 2011).

(38)

Metode DPPH juga dapat dikembangkan dengan KLT dimana lempeng KLT yang telah mengandung senyawa sampel tersebut dan telah dielusi, dicelup atau disemprot dengan larutan DPPH yang telah diketahui konsentrasinya. Metode ini bertujuan sebagai langkah awal untuk mengetahui adanya sampel yang mengandung antioksidan (Komsta, Hajnos, dan Sherma, 2014). Menurut Ngan (cit., Marliana, 2007) zona bercak yang berubah warna menjadi keputih – putihan, kekuning – kuningan, atau kuning pada sinar tampak setelah disemprot dengan DPPH diidentifikasi sebagai antioksidan.

E.Antibakteri 1. Bakteri

Bakteri merupakan organisme (bentuk unsur terkecil yang sudah memiliki kehidupan) bersel tunggal yang mudah ditemui di dalam tubuh ataupun di luar tubuh (kecuali cairan darah dan cairan tulang belakang) (Utami, 2012). Bakteri secara global dibagi dalam dua kelompok besar setelah diwarnai menurut metode sarjana Denmark dr. Gram, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Tjay dan Rahardja, 2007).

(39)

dengan adanya pelepasan superantigens pada aliran darah. Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang umumnya ada pada saluran pencernaan manusia, tetapi kadang – kadang bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia (Lodhia, Bhatt, dan Thaker, 2009).

2. Mekanisme antibakteri

Antibakteri berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi dua macam, yaitu: antibakteri bersifat bakterisidal dan bersifat bakteriostatik. Dikatakan bakterisidal karena antibakteri tersebut pada dosis biasa berkhasiat mematikan bakteri, sedangkan bersifat bakteriostatik karena antibakteri tersebut pada dosis biasa mampu menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan suatu bakteri dimana pemusnahannya dilanjutkan dengan sistem pertahanan tubuh sendiri dengan cara fagositosis (‘dimakan’ oleh limfosit) (Tjay dan Rahardja, 2007).

Prinsip terapi secara umum dengan antibakteri yaitu: suatu antibakteri seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membahayakan tubuh manusia sebagai inangnya, dan obat terpenetrasi ke jaringan tubuh yang dituju, serta menuju ke bakteri target secara spesifik. Intinya, antibakteri bersifat efektif atau poten dengan efek samping yang rendah, atau memiliki toksisitas selektif terhadap bakteri patogen yang dituju (Nugroho, 2012).

3. Resistensi bakteri

(40)

sumbernya berasal dari tanaman. Berbagai macam bagian tanaman telah digunakan untuk perawatan kulit sebagai antibakteri dan antifungi seperti daun, ranting, akar, kulit batang, ataupun buah yang diaplikasikan secara topikal. Sediaan dalam bentuk gel, krim, dan sabun yang mengandung berbagai macam ekstrak tanaman telah digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi mikroba (Kareru, Keriko, Kenji, Thiong’o,

Gachanja, dan Mukiira, 2010).

4. Golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri

Telah dilaporkan bahwa berbagai macam ekstrak rimpang kunyit dapat menimbulkan efek antibakteri pada bakteri patogen baik pada bakteri Gram negatif maupun bakteri Gram positif. Efek yang diberikan kunyit pada bakteri Gram positif yaitu, S. aureus dan Staphylococcus epidermidis. Efek yang diberikan kunyit pada bakteri Gram negatif yaitu E. coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhimurium (Singh, Chandra, Bose, dan Luthra, 2002).

Rimpang kunyit dapat menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri karena mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri. Senyawa sesquiterpen dalam minyak atsiri kunyit merupakan turunan dari senyawa terpen seperti alkohol yang bersifat bakterisida (Warnaini, 2013).

5. Uji kualitatif antibakteri dengan metode bioautografi kontak

(41)

ada tidaknya aktivitas antibakteri pada analit. Kelebihan dari metode ini adalah sensitif, sederhana, murah, tidak membuang waktu, dan tidak membutuhkan peralatan dengan teknologi yang tinggi. Metode bioautografi yang akan digunakan adalah bioautografi yang dikombinasikan dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT), sehingga sering juga disebut sebagai bioautografi kontak. Prosedur pada metode bioautografi sama seperti prosedur yang digunakan pada metode difusi agar. Perbedaannya adalah senyawa uji akan berdifusi ke media agar dari lempeng KLT. Hal tersebut dilakukan dengan cara lempeng KLT atau kromatografi kertas yang telah berisi senyawa uji diletakkan pada medium agar yang telah diinokulasikan bakteri atau jamur tersebut selama beberapa menit atau jam supaya mengalami difusi. Selanjutnya, lempeng tersebut diambil dan lapisan agar diinkubasi. Maka akan muncul zona hambat dimana senyawa antimikroba tersebut telah kontak dengan medium agar (Choma, dan Grzelak, 2010).

(42)

6. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer

Metode Kirby – Bauer disc diffusion merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menguji daya antibakteri dengan menggunakan paper disc yang mengandung berbagai macam senyawa aktif dengan volume yang diketahui. Paper disc yang telah berisi senyawa aktif tersebut kemudian diinokulasikan pada media agar yang telah mengandung bakteri uji (Vasanthakumari, 2009). Media agar yang digunakan pada metode ini adalah Mueller – Hinton agar (Gillespie, 1994). Daya antibakteri ditentukan dengan adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar disc yang mengandung senyawa aktif. Hal tersebut dapat terjadi karena senyawa aktif akan berdifusi dari disc ke medium untuk menghambat pertumbuhan bakteri uji di sekitar daerah paper disc (Vasanthakumari, 2009).

Ukuran zona hambat dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada paper disc, sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media. Selain itu, suatu zat yang ditemukan mempunyai efek signifikan tidak boleh digunakan untuk terapi secara langsung karena dimungkinkan zat tersebut memiliki efek samping signifikan pada sistem yang diobati (Harmita, Radji, 2006).

(43)

F. UV Protection

1. Radiasi ultraviolet pada kulit

Kulit merupakan organ terluar dan terbesar yang paling rentan terhadap bahaya sinar matahari karena kulit terpapar secara langsung oleh sinar matahari. Ketika kulit mamalia terpapar radiasi ultraviolet dalam waktu yang lama, akan menginduksi oksidatif stress dengan adanya spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kanker kulit pada seseorang. Selain itu, paparan sinar ultraviolet juga dapat mengakibatkan yaitu edema, eritema, pembentukan sel – sel yang terbakar, hiperplasia, immunosupresi, kerusakan DNA, penuaan dini, dan melanogenesis. Salah satu mekanisme tubuh untuk melindungi sel – sel kulit dari paparan sinar ultraviolet yaitu dengan adanya pigmen melanin yang dapat menyerap sinar ultraviolet. Jumlah melanin yang terbentuk tersebut pada kondisi tertentu terkadang tidak cukup untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet, sehingga diperlukan sebuah strategi untuk melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet dengan menggunakan tabir surya untuk menetralkan spesies oksigen reaktif dengan cara mengeblok paparan radiasi ultraviolet pada epidermis (Balakrishnan, et al., 2011).

2. Tabir surya

(44)

Shobha, Shinde, Bangera, Krishnankutty, et al., 2013). Tabir surya secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yaitu kimia dan fisika. Tabir surya secara kimia mengandung senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus karbonil. Senyawa utama yang berperan penting sebagai fotoprotektif yaitu asam fenolik, flavonoid, dan polifenol. Struktur ini akan menyerap energi tinggi dari sinar ultraviolet dan kemudian melepaskan energi tersebut sebagai energi yang rendah (Balakrishnan, et al., 2011). Tabir surya secara fisika seperti titanium dioksida dan zinc oxide, bekerja dengan cara membentuk lapisan pada kulit yang mampu memantulkan, menghamburkan sinar ataupun mengeblok paparan sinar ultraviolet (Zhai, Wilhelm, dan Maibach, 2008).

3. Uji aktivitas tabir surya dengan metode inhibition of bleaching of -carotene

Senyawa -carotene merupakan salah satu bentuk sederhana dari karotenoid, yang memiliki rumus molekul C40H56. Senyawa -carotene sangat

tidak stabil dalam udara karena dapat teroksidasi dan juga tidak stabil terhadap cahaya dan panas sebab dapat mengalami isomerisasi menjadi bentuk cis -carotene yang lebih tidak stabil (Tungriani, Karim, dan Seniwati, 2012).

[image:44.595.94.515.213.562.2]

Senyawa -carotene larut dalam benzena, kloroform, karbon disulfida; cukup larut dalam eter, petroleum eter, minyak; tidak larut pada air, asam, basa (O’Neil, 2001). Struktur -carotene, yaitu:

(45)

Prinsip metode inhibition of bleaching of -carotene adalah berdasarkan

pemudaran warna larutan -carotene dari warna kuning. Pemudaran warna ini akan terjadi apabila tidak adanya senyawa antioksidan. Hal tersebut dikarenakan adanya senyawa antioksidan yang mampu membantu mempertahankan ikatan konjugasi µ dari -carotene (Ueno, Yamakura, Arastoo, Oshima, dan Kokubo, 2014).

G. Landasan Teori

Manfaat antioksidan yaitu dapat menangkap radikal bebas yang dapat membahayakan tubuh, sedangkan tabir surya digunakan untuk melindungi tubuh dari radiasi sinar ultraviolet (UV). Antibakteri yang terdapat dalam kosmetik dapat berfungsi sebagai pencegah pertumbuhan bakteri baik untuk sediaan kosmetik itu sendiri maupun untuk mencegah timbulnya jerawat pada kulit yang disebabkan oleh bakteri.

(46)

Rimpang kunyit dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena mengandung golongan senyawa fenolik dan senyawa sesquiterpen dalam minyak atsiri yang merupakan turunan senyawa terpen. Minyak atsiri ini juga terdapat dalam ekstrak etanolik kunyit.

Oleh sebab itu, dilakukan uji aktivitas pendahuluan rimpang kunyit sebagai penangkap radikal bebas dengan metode DPPH, sebagai antibakteri dengan metode bioautografi kontak, dan sebagai UV ptotection dengan menggunakan metode inhibition of bleaching of -carotene untuk mengetahui zona bercak yang aktif. Setelah itu, dilanjutkan dengan isolasi senyawa dengan kromatografi kolom dan dilakukan uji aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection pada isolat tersebut.

H. Hipotesis

(47)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif.

B. Definisi Operasional

1. Ekstrak kental rimpang kunyit merupakan ekstrak etanolik rimpang kunyit yang telah dipekatkan dengan menggunakan evaporator.

2. Isolat merupakan hasil isolasi dengan kromatografi kolom dari zona bercak ekstrak rimpang kunyit yang memiliki aktivitas.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Rimpang kunyit dalam bentuk simplisia kering sebanyak 1 kg diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Bahan kimia kualitas pro analitik Sigma Chem. Co., USA meliputi DPPH dan -carotene. Bahan kimia kualitas pro analitik Merck, Germany meliputi etanol, n-heksan, kloroform, metanol, NaCl, lempeng KLT silika gel 60 F254 dan silika gel

(48)

Biological Company. Amoksisilin sebagai kontrol positif didapatkan dari Indofarma.

2. Alat penelitian

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa blender, seperangkat alat maserasi, vacuum rotary evaporator (Buchi), neraca analitik (Scaltec SBC 22, BP 160P), oven (WTB binder), penjepit, micro haematocrit tubes, light meter (Lutron), lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm, mikropipet 100 – 1000 µL; 5 – 50 µL; 0,5 – 10 µL (Acura 825, Socorex), sentrifuge, vortex (Junke & Kunkel), penangas air (labo – tech, Heraceus), autoclave (YX – 400Z), inkubator, ose, tabung reaksi bertutup, dan alat – alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis (Pyrex – Germany dan Iwaki).

D. Tatacara Penelitian 1. Pengumpulan dan penyiapan bahan

a. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman pada rimpang kunyit diperlukan untuk mengetahui kebenaran bahan rimpang kunyit yang digunakan pada penelitian.

b. Pengumpulan bahan

(49)

c. Penyiapan bahan

Simplisia rimpang kunyit yang telah diperoleh tersebut diserbuk dengan menggunakan blender.

d. Susut pengeringan simplisia

Cawan petri yang telah dikeringkan sebanyak 3 buah ditimbang dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 hingga mencapai bobot tetap. Setelah ketiga cawan petri tersebut mencapai bobot tetap, ditambahkan serbuk simplisia rimpang kunyit dan ditimbang cawan petri beserta serbuk simplisia tersebut hingga didapatkan serbuk simplisia ± 0,5 gram pada masing – masing cawan. Ketiga cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50 hingga mencapai bobot tetap.

2. Ekstraksi

a. Pembuatan ekstrak kental rimpang kunyit

(50)

homogen dan dilakukan evaporasi hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental ini kemudian disimpan dalam lemari pendingin.

b. Susut pengeringan ekstrak

Cawan petri yang telah dikeringkan sebanyak 3 buah ditimbang dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 hingga mencapai bobot tetap. Setelah ketiga cawan petri tersebut mencapai bobot tetap, ditambahkan ekstrak kental dan ditimbang cawan petri beserta ekstrak kental tersebut hingga didapatkan ekstrak kental ± 0,5 gram pada masing – masing cawan. Masing – masing cawan tersebut ditambahkan silika ±

0,5 gram. Ketiga cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50 hingga mencapai bobot tetap.

3. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental rimpang kunyit a. Preparasi sampel dari ekstrak kental

Sebanyak 5 mg ekstrak kental yang telah diperoleh ditimbang dan dilarutkan ke dalam 1 mL etanol. Campuran tersebut kemudian diaduk hingga homogen.

b. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental

Sampel yang telah didapatkan kemudian ditotolkan sebanyak 5 spot pada lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm, dimana masing – masing fase gerak mendapatkan 1 spot yang kemudian dibandingkan dan diamati kelima hasil elusi tersebut. Macam – macam fase gerak yang digunakan, yaitu:

(51)

b) Kloroform : metanol (7:3 v/v) c) Kloroform : metanol (9:1 v/v) d) Kloroform : metanol (95:5 v/v)

e) Etil asetat: asam formiat: asam asetat glasial: air (100:11:11:20 v/v)

4. Identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental rimpang kunyit a. Deteksi secara fisik

Ekstrak kental yang telah disiapkan tersebut ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT hasil elusi kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Setelah kering, lempeng KLT tersebut dideteksi pada lampu UV 254 nm dan 366 nm.

b. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot

Ekstrak kental tersebut diidentifikasi golongan senyawanya dengan menggunakan KLT dengan jarak elusi 5 cm. Hasil elusi yang telah dikeringkan tersebut kemudian divisualisasi dengan pereaksi AlCl3,

FeCl3, sitroborat, Dragendorff, dan vanilin sulfat. Hasil KLT tersebut

kemudian diamati dan dihitung nilai Rf yang timbul pada masing – masing pereaksi tersebut.

5. Uji kualitatif penangkap radikal bebasekstrak rimpang kunyit a. Preparasi pereaksi semprot DPPH

(52)

b. Uji kualitatif penangkap radikal bebas DPPH

Ekstrak kental 5 mg/ mL dalam etanol ditotolkan pada lempeng KLT dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan jarak elusi 5 cm. Lempeng KLT hasil elusi tersebut kemudian dikeringkan pada suhu ruang dan selanjutnya disemprot dengan pereaksi DPPH. Hasil positif ditandai dengan adanya bercak berwarna kuning – putih dengan latar ungu pada lempeng KLT.

6. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak rimpang kunyit a. Pembuatan larutan Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL)

Larutan barium klorida 1,175% b/v diambil sebanyak 0,05 mL lalu ditambahkan 9,95 mL larutan asam sulfat 1% b/v, diaduk hingga homogen (Mahon, Lehman, Manuselis, 2011).

b. Pembuatan media 1) Media TSB cair

Tiga gram media TSB (30 g/ L) dilarutkan dalam 100 mL aquadest diaduk hingga homogen di atas penangas air. Media tersebut disterilkan dengan autoclave. Setelah itu, media TSB tersebut dituang ke dalam tabung dengan volume masing – masing tabung 20 mL secara aseptis.

2) Media agar

(53)

autoclave. Kemudian, campuran tersebut dituang ke dalam cawan petri dengan volume masing – masing cawan petri 15 mL secara aseptis dan dibiarkan hingga memadat.

c. Pembuatan saline water 0,9% b/v

Natrium klorida ditimbang 0,9 gram yang kemudian dilarutkan dalam 100 mL aquadest hingga larut.

d. Pembuatan suspensi bakteri uji

Kultur murni bakteri uji E. coli dan S. aureus masing – masing diambil sebanyak 1 ose dan masing – masing diinokulasikan pada media TSB cair, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Pembuatan suspensi bakteri uji dilakukan dengan cara bakteri dari media TSB cair yang telah diinkubasi tersebut ditambahkan ke dalam 10 mL saline water hingga kekeruhannya sesuai dengan larutan standar Mac Farland 0,5 (1,6 x 108 CFU/mL).

e. Penyimpanan kultur bakteri

(54)

f. Pembuatan kontrol

1) Kontrol kontaminasi media

Kontrol kontaminasi media dibuat dengan cara menuang 15 mL media agar pada cawan petri secara aseptis yang kemudian diinkubasi selama 24 jam dan kemudian diamati.

2) Kontrol pertumbuhan bakteri uji

Kontrol pertumbuhan bakteri uji dibuat dengan cara menginokulasikan 100 µ L bakteri uji dan diratakan dengan cotton bud dalam media agar yang telah dibuat sebelumnya, diinkubasi selama 24 jam dan kemudian diamati.

3) Kontrol positif

Kontrol positif dibuat dengan menggunakan amoksisilin dengan konsentrasi 5 mg/ mL dan diambil 15 µL, 20 µL, dan 30 µL yang kemudian masing – masing ditotolkan pada paper disc yang berbeda – beda. Paper disc tersebut kemudian diletakkan pada media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri uji, diinkubasi selama 24 jam dan diamati.

g. Penyiapan sampel

(55)

(95 : 5 v/v). Setelah dielusi, lempeng KLT tersebut dibiarkan mengering secara aseptis.

h. Metode bioautografi kontak

Lempeng KLT yang telah kering tersebut, dikontakkan pada media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri uji secara spreading. Setelah 40 menit, lempeng KLT tersebut diangkat dari media agar dan media agar tersebut diinkubasi selama 18 jam yang kemudian diamati lokasi bercak yang mengandung daya antibakteri. Daya antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat pada media agar tersebut (Choma, dan Grzelak, 2010).

7. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit a. Preparasi pereaksi -carotene

Pereaksi -carotene dibuat 0,05% b/v dalam pelarut kloroform dan disimpan dalam wadah gelap dan tertutup rapat (Marston, 2011). b. Optimasi intensitas cahaya

(56)

lampu tersebut dilakukan dengan 5 kali replikasi dan dihitung standar deviasi serta rata – rata perubahan warnanya.

c. Uji kualitatif aktivitas -carotene

Larutan ekstrak dengan konsentrasi 5 mg/ mL yang telah disiapkan ditotolkan pada lempeng KLT untuk dielusi dengan jarak elusi 5 cm menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT yang telah dielusi kemudian dicelupkan dengan pereaksi -carotene dan warna pada lempeng KLT tersebut diukur dengan menggunakan indikator warna. Setelah itu, lempeng KLT tersebut disinari dengan sinar UV dalam kotak fluoroscent dengan ketinggian lampu dari dasar adalah 50 cm dan intensitas cahayanya telah terukur dengan alat light meter. Perubahan warna pada lempeng KLT diukur pada menit ke – 0, 1, 3, 6, 9, 12, dan 15. Uji ini dilakukan dengan 5 kali replikasi dan dihitung standar deviasi serta rata – rata perubahan warna.

8. Isolasi senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection

a. Triturasi

1) Penyiapan sampel

(57)

pengadukan. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama semalam di dalam lemari pendingin.

2) Triturasi dengan n-heksan

Campuran ekstrak kental rimpang kunyit dan sea sand tersebut kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge. Lima mL n-heksan ditambahkan pada tabung sentrifuge tersebut, dicampurkan hingga homogen dengan vortex, dan kemudian disentrifugasi. Bagian larutan hasil dari sentrifugasi tersebut kemudian diambil dan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatmann no. 42 yang akan ditampung di cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya. Langkah ini dilakukan hingga bagian larutan hasil sentrifugasi menjadi bening. Hasil filtrasi tersebut kemudian diuapkan di atas penangas air hingga seluruh pelarut teruapkan dan ditimbang kembali. Filtrat yang diperoleh disimpan di lemari pendingin dan disebut sebagai hasil triturasi n-heksan. 3) Triturasi dengan kloroform : metanol (95:5 v/v)

(58)

yang telah ditimbang sebelumnya. Langkah ini dilakukan hingga bagian larutan hasil sentrifugasi menjadi bening. Hasil filtrasi tersebut kemudian diuapkan di atas penangas air hingga seluruh pelarut teruapkan dan ditimbang kembali. Filtrat yang diperoleh disimpan di lemari pendingin dan disebut sebagai hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v).

4) Pengujian KLT ekstrak kental dan hasil triturasi

Masing – masing ekstrak kental rimpang kunyit, hasil triturasi n-heksan, dan hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v) ditimbang 2,5 mg yang kemudian diletakkan pada masing – masing tabung flakon. Masing – masing tabung flakon tersebut kemudian ditambahkan 500 µL etanol p.a dan diaduk hingga homogen. Setelah terlarut hingga homogen, masing – masing tabung flakon tersebut ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan mikrokapiler dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Hasil elusi dibandingkan dan dihitung nilai Rf masing – masing bercak pada ekstak kental rimpang kunyit, hasil triturasi n-heksan, dan hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v).

b. Kromatografi kolom

(59)

1) Optimasi pelarut yang akan digunakan

Hasil triturasi n-heksan yang telah diperoleh tersebut ditimbang 2,5 mg dan dilarutkan dalam 0,5 mL n-heksan hingga tercampur homogen. Campuran tersebut kemudian ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm untuk masing – masing fase gerak. Fase gerak yang digunakan yaitu: n-heksan : kloroform (50:50 v/v), n-heksan : kloroform (25:75 v/v), kloroform, dan kloroform : metanol (98:2 v/v). Setelah dielusi, lempeng KLT tersebut kemudian diamati dan dibandingkan setiap fase gerak.

2) Preparasi sampel untuk kromatografi kolom

Hasil triturasi n-heksan ditimbang 300 mg dan dicampurkan dengan 300 mg silika gel 60 (0,040 – 0,063 mm) hingga homogen.

3) Penyiapan kolom kromatografi

(60)

4) Kromatografi kolom dengan teknik elusi step - gradient

Kolom kromatografi yang telah siap digunakan dialirkan dengan 20 mL n-heksan : kloroform (75:25 v/v) dan dilanjutkan dengan 10 mL n-heksan : kloroform (50:50 v/v) yang ditampung dalam tabung flakon setiap 2 mL dari hasil kromatografi kolom tersebut. Setiap tabung flakon tersebut kemudian dicuplik untuk dilakukan KLT dengan menggunakan fase gerak kloroform dan profil KLT tersebut diamati.

5) Penggabungan isolat hasil kromatografi kolom

(61)

9. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection pada isolat

a. Preparasi sampel 1) Isolat pertama

Tabung eppendorf yang telah mengandung 1 mg isolat pertama tersebut dilarutkan dalam 1 mL n-heksan : kloroform (75 : 25 v/v).

2) Isolat kedua

Tabung eppendorf yang telah mengandung 1 mg isolat kedua tersebut dilarutkan dalam 1 mL n-heksan : kloroform (50 : 50 v/v).

b. Uji aktivitas penangkap radikal bebas DPPH secara KLT

Isolat pertama dan kedua tersebut ditotolkan pada lempeng KLT dengan volume penotolan 10 µL, 20 µL, dan 30 µL menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan jarak elusi 5 cm. Lempeng KLT hasil elusi tersebut kemudian dikeringkan pada suhu ruang dan selanjutnya disemprot dengan pereaksi DPPH. Hasil positif ditandai dengan adanya bercak berwarna kuning – putih dengan latar ungu pada lempeng KLT.

c. Uji aktivitas UV protection dengan -carotene secara KLT

(62)

menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT yang telah dielusi kemudian dicelupkan dengan pereaksi -carotene dan warna pada lempeng KLT tersebut diukur dengan menggunakan indikator warna. Setelah itu, lempeng KLT tersebut disinari dengan sinar UV dalam kotak fluoroscent dengan ketinggian lampu dari dasar adalah 50 cm dan intensitas cahaya telah terukur dengan light meter. Perubahan warna pada lempeng KLT diukur pada menit ke – 0, 1, 3, 6, 9, 12, dan 15.

10. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer a. Preparasi bahan

Pembuatan suspensi bakteri, kontrol media, dan kontrol pertumbuhan dilakukan seperti pengujian daya antibakteri sebelumnya, hanya saja pada metode Kirby – Bauer media agar yang digunakan adalah Mueller – Hinton agar. Pembuatan kontrol positif menggunakan amoksisilin dengan konsentrasi 1 mg/ mL dan volume yang digunakan pada paper disc yaitu 5 µL; 7,5 µL; dan 10 µL yang kemudian diletakkan ke dalam media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri.

b. Pengujian daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer

(63)

volume 50 µL, 100 µL, dan 200 µL. Paper disc tersebut kemudian dibiarkan mengering untuk menghilangkan pelarut secara aseptis. Paper disc yang telah kering tersebut, diletakkan pada media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri uji secara spreading. Inkubasi dilakukan selama 24 jam dan diamati serta diukur zona hambat yang timbul pada media agar tersebut.

11. Identifikasi golongan senyawa pada isolat a. Deteksi secara fisik

Larutan isolat pertama dan kedua dengan konsentrasi 1 mg/ mL yang telah disiapkan tersebut ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 10 µL dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT hasil elusi kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Setelah kering, lempeng KLT tersebut dideteksi pada lampu UV 254 nm dan 366 nm.

b. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot

Kedua isolat tersebut diidentifikasi golongan senyawanya dengan menggunakan KLT dengan jarak elusi 5 cm. Hasil elusi yang telah dikeringkan tersebut kemudian divisualisasi dengan pereaksi AlCl3,

FeCl3, Dragendorff, dan vanilin sulfat. Hasil KLT tersebut kemudian

(64)

12. Bagan alur penelitian

Serbuk simplisia rimpang kunyit 919,7 gram

Ekstrak kental rimpang kunyit 135,4 gram

Evaporasi Maserasi dengan

etanol 90% v/v

Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection dan

identifikasi golongan senyawa

Hasil triturasi heksan 0,818 gram

Bercak aktif memiliki Rf 0,74 – 0,78

Hasil triturasi kloroform : metanol (95 : 5 v/v)

2,576 gram Kromatografi kolom Isolat 1 (0,1412 gram) Isolat 2 (0,0173 gram) Triturasi heksan

Triturasi kloroform : metanol (95 : 5 v/v)

Bercak Rf 0,74 – 0,78 pada ekstrak rimpang kunyit

Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, UV protection, dan

(65)

46 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Pengumpulan dan Penyiapan Bahan 1. Pengumpulan bahan

(66)

Syarat wadah yang digunakan untuk mengemas yaitu: tidak beracun, tidak menyebabkan perubahan bau, rasa, warna, dan reaksi dari simplisia, serta harus mampu melindungi simplisia baik dari pencemaran maupun pengaruh lingkungan yang dapat menurunkan kualitas. Dalam kemasan tersebut terdapat silika gel yang berfungsi untuk menyerap kelembapan udara selama penyimpanan untuk mencegah tumbuhnya jamur dan jasad renik lainnya.

Setelah bahan simplisia rimpang kunyit diperoleh, determinasi tanaman diperlukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang akan digunakan dalam penelitian sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Hasil determinasi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, menyatakan kebenaran bahwa simplisia kering yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia rimpang kunyit. Pembuktian determinasi tanaman tersebut dikuatkan dengan adanya surat determinasi tanaman (lampiran 1) dengan penanggung jawab Dyah Subositi, M.Sc. yang dikeluarkan oleh B2P2TOOT Tawangmangu.

2. Susut pengeringan simplisia

(67)

kesalahan dalam proses penanganan dan penyimpanan simplisia agar senyawa – senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas tidak menguap. Susut pengeringan simplisia dilakukan pada suhu penetapan 105 dan dilakukan hingga mencapai bobot tetap. Menurut Materia Medika Indonesia jilid V tahun 1989, yang dimaksud dengan bobot tetap adalah dua kali penimbangan berturut – turut tidak berbeda lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan lagi selama satu jam.

Hasil susut pengeringan simplisia rimpang kunyit yaitu 10,49% pada replikasi pertama, 11,10% pada replikasi kedua, dan 10,71% pada replikasi ketiga sehingga rata – rata susut pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini adalah 10,77%. Nilai 10,77% yang didapatkan ini menyatakan jumlah maksimal senyawa yang mudah menguap atau hilang pada proses pengeringan. Hasil susut pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini juga sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia edisi I tahun 2008 bahwa susut pengeringan simplisia rimpang kunyit tidak lebih dari 12%.

3. Penyiapan bahan

(68)

yang akan diekstraksi saat dilakukan maserasi dan penarikan zat oleh cairan penyari dapat maksimal d

Gambar

Tabel I. Hasil identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental
Gambar 1.  Molekul DPPH (radikal)
Gambar 2.  Struktur  -carotene
Gambar 3.  Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ( 1 =
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya akuntansi bagi dan membekali keterampilan dalam pengelolaan keuangan atau

Selanjutnya dari sisi analisa R/C ratio dan B/C ratio menunjukan angka yang lebih baik yaitu 1,78 dan 14,45 yang berarti bahwa perubahan teknologi penggunaan additive dapat

Untuk bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman, Institusi yang berwenang dalam pengelolaan air limbah domestik, drainase dan keairbersihan di Kabupaten Lamandau adalah Dinas

Kelompok tersebut antara lain yaitu kelompok pencapaian identitas yang dapat memahami keinginan dirinya dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam mewujudkannya, kelompok

Menurut KKBI (2015), Saresehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang.. Pada

Dalam konteks ini, peran pengawas pemilu adalah mengawasi setiap tahapan pemilu berlangsung dengan benar baik dari sisi proses maupun hasil, termasuk mengawasi

Atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior Pusat Tari Balet dengan