EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH
(Studi Kuasi Eksperimen pada Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah di Kota Watampone Kabupaten Bone)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum
oleh
Ahmad Nurul Ihsan B. NIM 1107157
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH
(Studi Kuasi Eksperimen pada Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah di Kota Watampone Kabupaten Bone)
Oleh
Ahmad Nurul Ihsan B.
S.Pd.I STAIN Watampone, 2010
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Megister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum
© Ahmad Nurul Ihsan B. 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. Munir, M.IT.
NIP. 19660325 200112 1 001
Pembimbing II
Dr. Rusman, M.Pd
NIP. 19720505 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.
NIP. 19490227 197703 1 002
Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fikih
(Studi Kuasi Eksperimen pada Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah di Kota Watampone Kabupaten Bone)
Ahmad Nurul Ihsan B.
ABSTRAK
Kata kunci: Model pembelajaran, Student Team Achievement Division (STAD), hasil belajar
Effectiveness of Student Team Achievement Division (STAD) Learning Model for Improving Student Learning Outcomes in Fiqh Subject
(Quasi-Experimental Study at Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah in Watampone of Bone Regency)
Ahmad Nurul Ihsan B.
ABSTRACT
This research is motivated by the low of learning outcomes and the implementation of conventional learning model in teaching fiqh subject. Formulation of the problem in this research is how the effectiveness of Student Team Achievement Division (STAD) learning model to improve student learning outcome in fiqh subject. To prove the hypothesis, this study used a quasi-experimental design with nonequivalent-group pretest-posttest design that aims to determine the effectiveness of the Student Team Achievement Division (STAD) learning model to improve student learning outcomes in fiqh subject at the second year of Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah majoring social science. This study was conducted with a sample target was 60 students of Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah divided into two groups, the experimental class and the control class. The data were obtained by applying several instruments, namely test and observation. The research findings showed that the use of the Student Achievement Team Division (STAD) learning model was effective in improving student learning outcomes. It can be seen from the results of statistical test on the first meeting when treatment in which the average of experimental class score was 0.42 of normalized gain value, while the average of control class was 0.33 of normalized gain value. Final test at the second meeting of experimental class score was 0.58 and on the class control was 0.28 normalized gain value. It shows that the experimental class significantly more than the average of the control class and significant difference between class. The observation of the learning process according to the stage of implementation of the learning process using a Student Team Achievement Division (STAD) model of learning very well. It was indicated by the implementation of (STAD) learning model by the activities of teacher in the first meeting about 66% and 91% for the second meeting. Students’ activities also increased. At the first meeting only about 57% and 89% the second meeting. The results of this research study recommends that the use of Student Achievement Team Division (STAD) learning model can be used as an alternative way to improve student learning outcomes in fiqh subject.
Keywords: Models of learning, Student Team Achievement Division (STAD), learning outcomes
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ……….………..1
B. Identifikasi Masalah………..……….…8
C. Rumusan Masalah ………..………...8
D. Batasan Masalah……….………...…9
E. Tujuan Penelitian ………..………...9
F. Manfaat Penelitian ………..………..9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Fikih ……….…….………11
B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ……….………13
C. Student Team Achievement Division (STAD) ………..………..……...33
D. Hakikat Hasil Belajar ………..………..…..39
E. Hasil Penelitian yang Relevan………..………...44
F. Kerangka Berfikir ……….………..…..…..45
G. Hipotesis ……….………..…..47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……….…..……….48
B. Desain Penelitian……….………...……….49
C. Lokasi dan Populasi Penelitian ………..……….50
D. Teknik Pengumpulan Data ……….………51
E. Pengembangan Instrumen ………..……….52
1. Defenisi Oprasional ………..………52
2. Kisi-kisi Instrumen ………..………….………53
3. Pengujian Instrumen ………..……….………..54
a. Uji Validitas ………..…………..………54
F. Teknik Analisis Data ……….……….62
1. Analisis Uji Statistik ………...62
2. Normalitas ………..……...63
3. Homogenitas.………..……...64
4. Uji Hipotesis ……….……64
G. Prosedur Penelitian ...……….……… 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ………..………….68
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….………...68
2. Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Mata Pelajaran Fikih ….………...……..69
3. Pengujian Hipotesis……….…….……….76
4. Analisis hasil Observasi………..…………...……93
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………..………..97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..………..………108
B. Saran ……….………109
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh banyak faktor yang mana salah satu
faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa tersebut adalah pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang secara sadar mau dan dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya baik dalam bentuk potensi sosial,
intelektual maupun moral spiritual. Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan
Nasional yang termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN Tahun 2003 pasal 3).
Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas bukanlah hal
yang mudah, hal ini disebabkan permasalahan pendidikan yang begitu kompleks dan
seperti benang kusut yang susah untuk diurai. Ditinjau dari sudut mikro permasalahan
pendidikan dapat dilihat dari rendahnya kualitas output pendidikan, keterbatasan dana
pendidikan, minimnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pendidikan,
profesionalisme guru, kurangnya perhatian pemerintah untuk meningkatkan
Kebebasan yang telah diberikan seyogyanya dapat dimanfaatkan utamanya
dalam mengembangkan proses pembelajaran itu sendiri yang harus diupayakan oleh
segenap guru dalam menciptakan pembelajaran yang memang mengarahkan pada
peningkatan siswa baik dari segi kognitigf, psikomotoriok, maupun dari segi afektif.
Sebagai upaya terhadap diri dan siapa yang ada di sekitar mereka karena telah
termasuk dalam bagian dari masyarakat.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang mana keseharian
mereka akan selalu bersentuhan langsung dengan urusan keagamaan, baik dalam hal
yang bersifat lokal sampai dengan yang bersifat global. Mulai dari urusan keluarga
sampai dengan urusan kenegaraan semua akan bersentuhan langsung dengan
masalah religius. Dalam bidang sosial seperti pendidikan dirangkumlah hal yang
bersifat religius itu ke dalam hal yang lebih konkret dalam bentuk mata pelajaran
agama dan khusus untuk yang beragama Islam, maka akan dirangkum dalam bentuk
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terbagi ke dalam empat mata
pelajaran, yaitu Al-Qur’an-Hadis, Fikih, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI).
Mata pelajaran fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup krusial
dalam Pendidikan Agama Islam karena hasil yang dipelajari akan bersentuhan
langsung dengan masyarakat banyak khususnya di Indonesia yang terkenal dengan
masyarakat yang didominasi agama Islam. Dalam ranah sekolah, mata pelajaran fikih
merupakan mata pelajaran yang terdapat di Madrasah Aliayah dan hal tersebut
merupakan suatu ciri khas dari madrasah aliyah sebagai sekolah yang berbasis Islam
dan secara otomatis penguasaan atas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu dalam Hasanuddin (2008:3)
berbanding terbalik dan mengungkapkan bahwa “kenyataan saat ini justru lulusan
Madrasah Aliyah memperlihatkan penguasaan yang lemah pada materi agama Islam.
Salah satu titik lemahnya lulusan Madrasah Aliyah yakni pada penguasaan materi
pelajaran Fiqhi”. Materi yang disuguhkan tidak mampu dikuasai oleh siswa sehingga
hasil belajar yang telah ditetapkan tidak tercapai atau sangat rendah. Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa pada saat ini mata pelajaran fikih seakan teramarginalkan
dengan pelajaran umum seperti IPA, Kimia, Biologi sehingga minat untuk
mempelajari mata pelajaran tersebut seakan hanya sebagai pelengkap saja. Padahal
jika dilihat lebih luas lagi mulai dari bangun tidurnya seseorang sampai menjelang
tidurnya seseorang akan selalu bersentuhan dengan masalah fikih.
Fakta yang diungkapkan Wahyu memang merupakan bukti nyata di lapangan
yang tidak dapat dipandang hanya sebagai relaitas semu yang mana penguasaan
materi pelajaran khususnya mata pelajaran fikih yang berdampak pada hasil belajar
memang sangat krusial dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Menurut Reigluth
(dalam Hasanuddin, 2008:4) mengemukakan beberapa faktor yang memepengaruhi
hasil belajar, yakni kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran, metoda
pengajaran, manajemen pengajaran, evaluasi dan sebagainya. Memang banyak hal
yang bisa mempengaruhinya seperti cara guru dalam menggunakan strategi mengajar
di kelas seperti yang masih tetap menggunakan cara lama, yaitu guru masih dominan
dengan menggunakan satrategi pembelajaran konvensional yang salah satunya adalah
strategi pembelajaran deduktif sehingga siswa cenderung pasif dan hanya sebagai
penonton, hal ini karena paradigma lama yang melekat dan kebiasaan yang susah
Feomena mengenai kurang memuaskannya hasil yang diperoleh juga terjadi di
Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Kota Watampone dan rendahnya perolehan hasil
belajar siswa dapat dilihat pada hasil ujian semester awal yang diperoleh pada tahun
2012/2013 dengan nilai rata-rata 6.24, tertinggi pada 9.00,. Perolehan data ini
menunjukkan bahwa hasil belajar fikih masih kurang memuaskan karena rata-ratanya
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 7.00, sesuai dengan yang sudah
ditetapkan oleh guru bidang studi fikih di Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah kota
Watampone.
Probelematika yang terjadi dalam proses pembelajaran fikih mengenai
rendahnya hasil belajar siswa tidak berdiri sendri, termasuk di antaranya keadaan
belajar siswa yang terkesan individualistik dalam belajar. Hal ini menandakan
perlunya sebuah metode yang memang teruji untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dan juga menumbuhkan sikap kerjasama siswa dalam hal belajar. Kerjasama yang
dimaksud bukan dalam hal yang negatif, tetapi lebih pada bagaimana siswa dapat
berhasil secara bersama-sama tanpa mengorbankan nilai kejujuran.
Mata pelajaran fikih jika sepintas akan menimbulkan asumsi bahwa mata
pelajaran ini berkaitan dengan aspek afeksi dan juga akan menuju ke aspek
psikomotorik karena akan termasuk dalam kategori ilmu sosial, namun pemilihan
aspek kognitif sebagai kajian utama dalam penelitian ini lebih disebapkan karena
melihat bahwa kedua aspek sebelumnya (afektif dan psikomotor) tidak akan berdiri
secara baik jika tidak didukung dengan aspek kognitif yang secara hirarki
ditempatkan pada awal dari tingkat kecerdasan manusia.
Fikhi tidak akan bisa dijalankan di tengah-tengah masyarakat jika tidak
didukung dengan tingkat pengetahuan yang baik, karena aspek kognitif ini
tentang konsep (conceptual knowledge), pengetahuan tentang prosedur (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge), Wina
(2011:128). Oleh karena itu fokus utama dalam penelitian ini hanya berkisar pada
ranah kognitif saja.
Sebagai solusi mengatasi hal tersebut di atas mengenai problematika yang
terjadi di lapangan, perlu diadakan suatu model pembelajaran yang dapat mendukung
penguasaan materi dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang
diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD). Menurut Slavin
(2009:12) STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang gagasan utamanya
adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu
sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Pemilihan model pembelajaran ini dianggap tepat karena memang
mengarahkan dan memudahkan bagi siswa untuk cepat menguasai materi yang
diajarkan secara berjamaah atau secara berkelompok. Dalam pengertian bahwa siswa
saling memotivasi bagaimana kelompok mereka mampu untuk menguasai materi
yang dibebankan secara baik dan benar dengan mengarahkan sejawat yang kurang
mampu atau kurang paham agar mampu dan memahami secara baik.
Penelitian mengenai STAD Seperti yang dikemukakan oleh Rai (2007) dalam
Gul Nazir Khan pada jurnal Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students (2011) bahwa :
source of learning with in the groups because some high achievers act as a role of tutor, which result in high achievements. Finally, it enables the students according to the requirements of the modern society by teaching them to work with their colleagues competently and successfully.
STAD menurut Rai (2007) adalah salah satu dari banyak strategi dalam
pembelajaran kooperatif, yang membantu meningkatkan kerjasama dan pengaturan
diri dalam belajar. Alasan penulis untuk memilih STAD adalah bahwa model
kooperatif ini mampu membangun interaksi yang baik antara segenap siswa,
meningkatkan sikap positif pada siswa, baik harga diri, meningkatkan keterampilan
interpersonal. STAD juga menambahkan sumber tambahan belajar dengan dalam
kelompok karena beberapa berprestasi tinggi bertindak sebagai guru yang
menghasilkan prestasi yang tinggi. Hal itu memungkinkan siswa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat modern dengan mengajarkan mereka untuk bekerja dengan
rekan-rekan mereka yang kompeten dan berhasil.
Hal menarik yang disampaikan oleh Rai bahwa, belajar secara kooperatif atau
saling membantu merupakan bentuk pelajaran dan kebutuhan manusia modern saat
ini karena jika ditelaah, misalnya pada sebuah sistem perusahaan yang mewajibkan
bagi para stafnya yang bergerak baik dibidang marketing ataukah yang bergerak
dibidang periklanan akan menekankan bagaimana untuk menarik minat dari
masyarakat agar produk yang mereka hasilkan dipergunakan oleh orang banyak.
Maka dibentuklah tim-tim yang masing-masing bertanggungjawab agar produk
mereka laku di pasaran. Peningkatan penjualan produk yang diperoleh
mengindikasikan bahwa kerja secara tim lebih efektif dari hanya bekerja secara
individual, maka untuk masyarakat modern bekerja secara kooperatif akan
Penelitian yang dilakukan oleh Majoka, Dad dan Mahmood tentang STAD
yang dipublikasikan pada Journal of Education and Sociology (2010) mengemukakan
bahwa dengan menggunakan STAD paradigma pembelajarannya lebih efektif
dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional. Karena ketentuan untuk
keterlibatan pendidikan begitu tinggi, itu terbukti menjadi strategi pembelajaran aktif.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nootan Rai & Sunarti Samsudin
(2007) di mana Hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan menunjukkan bahwa
STAD dapat digunakan sebagai metode alternatif melalui pertanyaan tanpa
mengorbankan nilai. Ini akan baik untuk menggabungkan strategi pembelajaran
kooperatif terutama untuk siswa sekolah menengah atas dimana revisi intensif
dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulansari dan Bertha (2012) pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat dikategorikan memberikan hasil yang positif, karena rata-rata pada tiap aspek keterampilan sosial yang diamati sebanyak ≥60% siswa memperoleh nilai memuaskan. Senanda yang diutarakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nuriman Wijaya (2008) ada peningkatan setelah melakukan posttes pada penerapan
model STAD, hal ini disebabkan karena di dalam kelompok yang heterogen, siswa
yang kurang pandai akan termotivasi oleh siswa yang pandai. Siswa yang pandai
memberi bantuan pada siswa yang kurang pandai guna meningkatkan prestasi
belajarnya.
Motif dari kerjasama kelompok yang saling mendukung dalam penguasaan
materi belajar khususnya mata pelajaran fikih merupakan ciri khas utama dari STAD.
Bukan hanya dari segi peningkatan individu, tapi dari peningkatan dari segi sosial
diungkapkan oleh Rofiq (2008:169) dalam penelitiannya mengenai peningkatan
keterampilan sosial dengan model STAD ini. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian tentang “efektivitas model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih di
kelas XI IPS Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Kota Watampone”.
Pemilihan STAD sebagai solusi agar terjadi peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran fikih bukan hanya sekedar pemilihan secara membabi buta, namun
dikarenakan melihat dari karakteristik STAD itu sendiri. Seperti yang diungkapkan
Stiggins dalam Edi (2009:44) bahwa model ini mengarahkan pembelajaran pada
pencarian aktif yang berarti siswa menyusun pengetahuan bukan menerima dengan
pasif. Selain itu memungkinkan bagi guru untuk mengetahui lebih dalam tentang
karakteristik belajar siswa agar penyajian materi dapat lebih bermakna.
Fikih sebagai mata pelajaran yang disuguhkan pada tingkat Aliyah yang
berorientasi pada pemahaman dan pengalaman tentang tata cara beribadah sesuai
dengan ajaran agama Islam serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
seperti yang diungkapkan oleh Dewi (2005:25), menjadi landasan pemilihan STAD
sebagai model pembelajaran yang memang mengutamakan kerjasama tim agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran dengan cara kooperatif karena melihat dari kondisi
lapangan yang mana proses belajar lebih mengutamakan usaha individu siswa
sehinga hasil belajar kurang maksimal.
B. Identifikasi Masalah
Rendahnya hasil belajar utamanya pada nilai akhir siswa yang belum
sendiri sebagaimana yang telah diungkapkan pada latar belakang peneliti. Dari
berbagai fenomena yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah bahwa
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Siswa kurang menguasai materi yang diajarkan oleh guru.
2. Siswa belajar secara individu sehingga pengusaan materi hanya dapat dikausai
oleh beberapa siswa saja yang memang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
3. Metode belajar yang digunakan oleh guru tidak bervariasi sehingga
pembelajaran terkesan monoton dan membosankan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimanakan efektifitas model pembelajaran tipe Student
Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran fikih di kelas XI IPS Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah di kota
Watampone Kabupaten Bone”?
D. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman dari defenisi oprasional dan juga cakupan mengenai aspek yang akan
1. Penerapan model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)
dibatasi pada mata pelajaran fikih kelas XI semester 2 di MA Al-Junaidiyah
Bone.
2. Materi yang dipilih pada mata pelajaran fikih adalah warisan dan wasiat
3. Hasil belajar berkaitan dengan perolehan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan terbatas pada ranah kognitif saja (tidak untuk ranah
afektif dan psikomotorik).
4. Pada ranah kognitif dibatasi hanya pada 4 aspek saja,, yaitu aspek mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis (C1, C2, C3, C4) pada mata pelajaran
fikih yang diukur dengan tes hasil belajar untuk individual dan hasil kerja
kelompok, kuis dan kontribusi anggota untuk mengukur keberhasilan anggota.
E. Tujun Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model
pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih.
F. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari hasil penelitian ini berupa temuan atau efektivitas model yang
diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya pengetahuan yang berhubungan
dengan model pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran fikih pada Madrasah
Aliyah Kota Watampone Kabupaten Bone.
Kegunaan atau manfaat penelitian ini dilihat dari aspek teoritis maupun
1. Aspek Teoritis
a. Bagi guru mata pelajaran fikih, penelitian model pembelajaran ini akan
berdampak pada peningkatan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran
pada mata pelajaran fikih.
b. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bekal awal dalam
melakukan penelitian sejenis yang lebih lanjut.
2.Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya
pemahaman dan aplikasi pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran fikih.
Adapun secara operasional diharapkan hasil penelitian ini juga dapat digunakan bagi
para pendidik yang terlibat langsung maupun tidak langsung di dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran fikih model terpadu sebagai
berikut.
a. Bagi guru mata pelajaran fikih, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan sebagai tambahan wawasan pengetahuan, ketrampilan dalam
menyusun rencana pembelajaran dan penilaian serta melaksanakan
pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu-ilmu sosial pada mata pelajaran
fikih;
b. Bagi pimpinan (Kepala MA), hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
salah satu masukan dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar mata
pelajaran fikih;
c. Bagi instansi yang terkait (pihak Diknas dan Depag yang menangani bidang
pendidikan), hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan
dan masukan dalam rangka pembinaan guru mata pelajaran fikih.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian Quasi Exsperiment. Tujuan penelitian Quasi Exsperiment adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan (Suryabrata,2006:92). Siswa dalam penelitian ini dikelompokkan ke
dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan yaitu menggunakan model pembelajaran tipe Student Team
Achievement Division (STAD), sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan
yang sama dengan kelas eksperimen, tetapi hanya menggunakan pembelajaran
biasa digunakan yaitu metode ekspositori.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Salah satu ciri penelitian kuasi eksperimen adalah tidak dilakukannya
penugasan secara acak dan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact
group), maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada sebagai
sampel, dan tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu tetapi
dalam bentuk kelas. Apabila pengambilan sampel secara individu dikhawatirkan
akan hilangnya suasana alamiah suatu kelas tersebut. Untuk itu peneliti
menggunakan metode kuasi eksperimen dengan mempergunakan kelas yang
sudah ada di dalam populasi tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban tentang
pengaruh suatu perlakuan, maka terdapat variabel yang mempengaruhi (sebab)
dan variabel yang dipengaruhi (akibat). Variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent
(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Tipe
Student Team Achievement Division (STAD). Variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek mengingat,
memahami, menerapkan dan aspek menganalisa.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam rancangan ini, yang mana kelompok
eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan
acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama
dilakukan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang di
treatment sebagai kelas yang memang diperuntukkan sebagai kelas yang akan
dijadikan sampel.
Tabel 3.1 Desain penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post test
Eksperimen (A) O1 X O2
Kontrol (B) O1 O2
Sumber Creswell (2012:242)
Ket: X: Perlakuan pembelajaran model Student Team Achievement
Division (STAD)
O1: Pretest eksperimen
O2: Posttest eksperimen
O1 : Pretest kontrol
O2 : Postest kontrol
Kedua kelas ini diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal pada
perlakuan yang berbeda. Setelah diberikan perlakuan, baru diberikan posttest,
hasilnya akan dibandingkan dengan skor pretest, sehingga diperoleh gain atau
selisih antara skor pretest dan posttest.
C. Lokasi dan Populasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi peneltian ini beretempat di Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Kota
Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Madrasah Aliyah (MA)
Al-Junaidiyah adalah sebuah lembaga pendidikan formal sederajat SMA yang
bernuansa islami yang diselenggarakan oleh Yayasan Ma’had Hadis Biru.
Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah beralamat di jalan Jend. Sudirman Kelurahan
Biru Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Letak strategis yang menghubungkan Kota Wtampone dan Kota Sinjai membuat
Madrasah Aliyah al-Junaidiyah menjadi salah satu tujuan dari para penduduk
khususnya masyarakat Kota Watampone untuk menimba ilmu dari madrasah ini.
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data
yang digunakan. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas :
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI yang berjumlah 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas XI IPS I dan 30 siswa
kelas XI IPS II siswa kelas XI Madrasah Aliyah al-Junaidiyah semester 2 Kota
Watampone yang terdaftar pada tahun 2012/2013.
3. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan diambil
dari populasi harus representatif artinya sampel yang ditetapkan harus mewakili
populasi. Tujuan dari pengambilan sampel adalah menggunakan sebagian objek
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Salah satu ciri dari penelitian kuasi eksperimen adalah tidak dilakukan
penugasan secara acak dan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact
group) maka peneliti mengambil sampel dalam bentuk kelas tidak mengambil
sampel secara individu. Alasannya karena apabila pengambilan sampel secara
individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi tidak alami.
Berdasarkan pendapat tersebut maka ditetapkan 2 kelas sebagai sampel
dari siswa kelas XI Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Kota Watampone yang
terdaftar pada tahun 2012/2013.
D. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini, yaitu: tes objektif, dan observasi. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah penting dalam penelitian untuk memperoleh data informasi yang
dibutuhkan dalam suatu penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dilakukan
dengan tes hasil belajar berupa bentuk tes objektif pilihan berganda karena tes
objektif dapat mengungkap tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar
yang telah dipelajari. Bentuk tes hasil belajar ini berupa pilihan ganda dengan
lima alternatif jawaban. Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau
pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban. Jumlah soal ditentukan berdasarkan uji validitas
dan reliabilitas yang penyusunannya sesuai dengan kisi – kisi instrumen.
Adapun langkah–langkah penyusunan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan materi pelajaran fikih yang akan digunakan dalam penelitian,
2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator mata
4. Menyusun kisi–kisi instrumen penelitian dengan pokok bahasan yang telah
ditetapkan sebelumnya,
5. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa diluar sampel,
6. Menganalisis instrumen hasil uji coba,
7. Menggunakan soal yang valid kepada sampel penelitian yaitu kelompok kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Selain itu bentuk pengumpulan data juga dilakukan dengan Observasi
Nonaprtisipan, yang mana hal ini dilakukan dengan menyesuaikan bentuk
perlakuan yaitu dengan bentuk Model Pembelajaran Tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Dalam bentuk instrumennya observasi yang
dilakukan termasuk dalam observasi terstruktur karena observasi telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya
dan variabel apa yang akan diamati sesuai dengan apa yang telah dirancang tanpa
menghilangkan atau mengurangi komponen utama dari STAD.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dirancang
berdasarkan langkah-langkah proses pembelajaran yang tercantum dalam RPP.
Format penyajian data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel untuk
memudahkan dalam interpretasinya. Interpretasi untuk data oberservasi adalah:
kriteria nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (kurang).
E. Pengembangan Instrumen
1. Defenisi Oprasional
Definisi operasional disusun agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
menafsirkan istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Definisi sesuai
judul penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Student Team Achievement Division (STAD) adalah model
pembelajaran kooperatif yang gagasan utamanya adalah untuk memotivasis
siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan atau pencapaian yang ditunjukan
oleh siswa pada akhir proses pembelajaran fikih. Hasil belajar yang dimaksud
pada penelitian ini berfokus pada ranah kognitif. Hasil belajar yang akan
dinilai dalam penelitian ini sesuai dengan kaidah atau teori yang mengacu
pada taksonomi Bloom yang telah direvisi dan telah dibatasi mulia dari
tingkatan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan
menganalisa (C4) disesuaikan dengan keterbatasan dan kemampuan peneliti.
2. Kisi-kisi Instrumen
Mata Pelajaran : Fikih
Standar Kompetensi : Memahami Hukum Islam Tentang Waris dan Wasiat Pokok Bahasan : Hukum Waris Dalam Islam dan Hikmahnya
Indokator Aspek kognitif Bentuk soal Nomor soal Jumlah
Mengingat (C1) Pilihan Ganda 1,2,4,6,7,9, 17,26,27
Memahami(C2) Pilihan Ganda 3,5,11,12,13, 14,15,20,22,
Menerapkan(C3) Pilihan Ganda 8,16,18,19, 21,28,29,33, 34,35,38
dan wasiat
Analisis (C4) Pilihan Ganda 10,23,24,25, 31,36,37,39,
Sebelum peneliti menggunakan tes, hendaknya peneliti mengukur terlebih
dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Instrumen yang valid apabila mempunyai validitas yang tinggi.
Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut.
Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes
dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut. Uji validitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah validitas alat ukur dan butir soal. Untuk
mengetahui validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson, adapun rumus untuk menguji
validitas yang digunakan adalah sebagai berikut :
rxy =
N∑XY –(∑X)(∑Y)
√{N∑X2–(∑X)2} {N∑Y2–(∑Y)2} Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi yang di cari
∑XY : Hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden
∑Y : Skor responden
∑X : Skor item tes
(∑X2
Penafsiran terhadap koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria
Setelah diuji validitasnya kemudian diuji tingkat signifikannya dengan
rumus :
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah banyak subjek
Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf nyata 0,05 dengan
derajat bebas (dk) = n-2. Apabila thitung> ttabel, berarti korelasi tersebut signifikan /
berarti.
Validitas selanjutnya adalah validitas butir soal. Pada penelitian ini,
validitas butir soal dilakukan dengan program pengolah data SPSS (Statistical
Product and Service Solution). Nilai dari validasi butir soal tertera pada lampiran.
Perhitungan validitas alat pengumpul data dilakukan dengan menggunakan
rumusan korelasi product moment, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor
Soal ganjil dengan soal genap, dan adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut.
No Nama GANJIL GENAP X Y X2 Y2 XY
3 A3 13 11 6.5 5.5 42.25 30.25 35.75
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh data sebagai
Rumus:
Koefisien korelasi di atas di uji tingkat signifikansinya dengan rumus:
t =
menggunakan rumus korelasi product moment dan kemudian diuji tingakat
signifikansinya, sehingga diperoleh data pada tabel berikut:
Tabe 3.2 Hasil uji validitas soal
R Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan
1 Sangat Tinggi 5.292 1.701 Signifikan
Adapun hasil yang diperoleh dari uji validitas yang telah dilaksanakan
Soal–soal yang tidak valid yaitu soal – soal yang nilai standar deviasinya
lebih kecil dari rtabel yaitu soal 14, 35, dan 40. Soal – soal tersebut tidak akan
digunakan dalam penelitian, hasil dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kekonsistenan alat ukur. Reliabilitas menunjuk
kepada suatu instrumen dapat dipercaya atau reliabel untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil
yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan
yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu tes teliti
dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunaka rumus Spearman Brown
sebagai berikut:
0,05 maka instrumen dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai
reliabilitas lebih kecil dari nilai rtabel, maka instrumen dinyatakan
belum reliabel.
Untuk mengukur Reliabilitas instrumen digunakan teknik split half dari
Spearman Brown. Dari perhitungan validitas diketahui r= 1. Berikut perhitungan
realibilitas dengan teknik split half dari Spearman Brown:
dapat dilihat bahwa r hitung> r table (1>0.306) maka, berdasarkan kriteria
tersebut dapat dikatakan bahwa instrument tes objektif yang digunakan reliable.
c. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal menunjukan pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat mengumpulkan data karena instrumen tersebut
sudah baik. Pencarian tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengukur
seberapa derajat kesukaran suatu soal. Dikatakan dalam bahwa jika suatu soal
memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan
bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak
pula terlalu mudah.
Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus:
X100%WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok
bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok
atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria
sebagai berikut :
1) Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah
2) Jika jumlah persentase 28%-72% termasuk sedang
3) Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar
Dari hasil uji coba yang dilakukan (tertera pada lampiran) maka dapat
Tabe 3.3 Hasil tingkat kesukaran soal
menunjukan tingkat-tingkat pembedaan suatu instrumen. Perhitungan daya
pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan
peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi
koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut
membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta
didik yang kurang menguasai kompetensi tersebut.
Untuk menghitung daya pembeda (DP) setiap butir soal dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas
n = 27% X n
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda (DP) tersebut dapat
digunakan kriteria:
0.40 and up : Very good items
0.20 – 0.29 : Marginal items, usially needing and being subject to improvement
Below – 0.19 : Poor items, to be rejected or improved by revision
(Zaenal Arifin, 2009:274)
Tabe 3.4 Daya beda soal
No Klasifikasi No. Soal
1 Soal yang digunakan 1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,15,16, 18, 19, 20, 22,
23, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38,
2 Soal yang tidak
digunakan
4, 5, 13, 14, 17, 21, 26, 28, 30, 35, 39, 40.
3 Soal revisi 28, 39
Soal yang memiliki daya beda 0.19 ke bawah sebagian tidak digunakan
dan sebahagian direvisi guna memudahkan dalam penelitian. Tabel diatas
menjelaskan bahwa soal yang memiliki daya beda dibawah 0.19 sebanyak 12 soal,
yaitu soal 4, 5, 13, 14, 17, 21, 26, 28, 30, 35, 39, dan 40. Daya beda tertera pada
lampiran.
Soal yang memiliki daya beda dibawah 0.19 dan direvisi untuk tetap
dipergunakan adalah soal nomor 28, dan 39, sehingga soal yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 30 butir soal.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Uji Statistik
Data peningkatan hasil belajar dengan uji statistik. Dalam penelitian ini
analisis data statistik menggunakan program SPSS versi 16 untuk melihat
normalitas, homogenitas varians, dan peningkatan hasil belajar siswa.
Untuk melihat peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah
Keterangan:
< g > = gain (peningkatan hasil belajar)
Spos = skor posttest
Spre = skor pretest
Smaks = skor maksimum ideal
Gain ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan penguasaan
hasil belajar dengan kriteria seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Kriteria skor Gain rata-rata
Batasan Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Pada penelitian ini digunakan klasifikasi interpretasi perhitungan
presentase untuk mengetahui kriteria persentase pada setiap aspek, berikut pada
Tabel 3.6 menyajikan klasifikasi interpretasi perhitungan persentase sebagai acuan
bagi penelitian. Adapun kriteria yang dapat digunakan dapat dilihat pada table di
bawah ini.
Tabel 3.6 Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase
Persentase Kriteria
Tidak Ada
Sebagian Kecil
Hampir Setengah
Setengah
Sebagian Besar
Pada Umumnya
Semuanya
Sumber: Koentjaraningrat dalam Saddam (2012:62)
2. Normalitas
memeriksa normalitas pada sebuah sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas
dilakukan dengan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov menggunakan
program SPSS (Statistical Product And Service Solution). Uji Kolmogorov
Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai.
Kriterianya adalah jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05,
maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai
probabilitas > 0.05, maka distribusi adalah normal.
3. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data
penelitian. Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
Uji homogenitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan SPSS
(Statistical Product And Service Solution) dengan uji Levene Test. Uji Levene
Test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent)
mempunyai varians dengan variabel terikat (dependent).
Kriterianya adalah apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05,
maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama,
sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0.05, maka data berasal
dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Uji t digunakan
ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui. Uji t
adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang
dikomperasikan).
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus
uji-t independen dua arah (t-test independent). Uji ini digunakan untuk menguji
kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti tidak
sampel (setiap elemen dua pengamatan), data kuantitatif (interval – rasio) dan
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji signifikansi
perbedaan rata-rata (mean) dilakukan dengan program SPSS.
Penelitian ini menggunakan uji dua ekor. Oleh karena itu, daerah
penolakan hipotesis terdapat pada daerah negatif dan positif dengan batas ttabel.
Berdasarkan jumlah sampel penelitian sebanyak 60, maka dapat diketahui bahwa
ttabel dengan dk 58 (n-2) dan tingkat kepercayaan 95%. Dengan kriteria pengujian:
jika tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf signifikansi (α = 0,05) dan derajat
kebebasan dk = (n1 + n2 - 2). Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai
uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan sebelum
penelitian sampai penelitian itu terlaksana. Adapun prosedur penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah. Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat
dijawab oleh seorang peneliti. Pada tahap ini, peneliti mengindentifikasi
hal-hal apa saja yang akan diteliti yang nantinya akan dipecahkan
permasalahannya, seperti variabel apa yang akan diukur dalam penelitian?
Apakah ada alat-alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel tersebut?.
2. Studi pendahuluan. Peneliti mencari sumber bacaan yang dapat menunjang
penelitiannya kemudian berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan guru
mata pelajaran fikih serta mengobservasi tempat yang akan dilakukan
penelitian.
3. Perumusan Masalah. Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang
dihadapi dan berkonsultasi dengan dosen dan guru mata pelajaran tersebut,
peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang akan dijawab,
4. Rancangan Penelitian. Peneliti membuat rancangan penelitian yang terdiri
atas: pendekatan dan metode penelitian, menentukan variabel dan sumber
data, serta menentukan dan menyusun instrumen (tes dan observasi).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
eksperimental dengan metode kuasi eksperimen. Peneliti juga menentukan
variabel dan sumber data. variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dan hasil belajar. Sumber data diambil dari tes hasil belajar pretest
dan posttest. Menentukan dan menyusun instrumen tes yang dilakukan
dibawah bimbingan dosen pembimbing.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen pada penelitian ini
sebagai berikut.
a) Melakukan observasi, wawancara dengan guru terkait mengenai pemilihan
materi yang akan diteliti.
b) Menelaah silabus mata pelajaran fikih kelas XI jenjang Madrasah Aliyah
(MA).
c) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
fikih (RPP kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol).
d) Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dengan 40 objektif berbentuk
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban (a, b, c, d, dan e).
e) Melakukan uji coba instrumen yang bukan sampel.
f) Mengolah data uji coba instrumen dengan mencari validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda, sehingga di dapat soal-soal yang
layak untuk diujikan pada sampel penelitian.
e. Pengumpulan Data. Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan
penelitian yang telah ditentukan. Diawali dengan penentukan kelompok kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok kelas eksperimen dilakukan dengan
memberikan perlakuan ketika pembelajaran dengan Model Pembelajaran Tipe
Student Team Achievement Division (STAD), sedangkan kelompok kelas
kelas (kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol). Kemudian
diberikan perlakuan kepada kedua kelas tersebut dan terakhir diberikan
posttest.
f. Pengolahan Data. Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan
diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan
penelitian yang telah ditetapkan. Adapun pengolahan data yang dilakukan
sebagai berikut:
a) Pengolahan data dilakukan dengan berbantuan program SPSS 16
(Statistical Product And Service Solution) baik itu untuk pengolahan data
kelompok kelas eksperimen maupun kelompok kelas kontrol.
b) Menyimpulkan data yang di dapat berdasarkan pretest dan posttest kedua
kelas tersebut.
g. Pembuatan Laporan Penelitian. Tahapan-tahapan yang telah dilakukan dari
nomor 1 sampai nomor 6 dituangkan dalam suatu laporan penelitian. Laporan
penelitian yang dibuat dilakukan berdasarkan data-data yang di dapat melalui
Ahmad Nurul Ihsan B, 2013
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan bahasan tentang kesimpulan dan saran. Dari simpulan
ini diharapkan dapat diketahui secara garis besar hasil penelitian yang telah
dilakukan. Kemudian untuk melihat hal-hal yang dapat dilakukan di masa yang akan
datang, maka perlu dicantumkan beberapa saran sebagai patokan dalam kegiatan
selanjutnya.
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan tujuan penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan,
maka hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa
1. Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) dengan hasil belajar siswa kelas
kontrol dengan menggunakan metode ekspositori atau konvensional terbukti
sangat berbeda dengan melihat hasil gain ternormalisasi dimana perolehan
kelas kontrol menunjukan hasil yang lebih kecil dari kelas eksperimen.
2. Setelah diadakan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka penggunaan
model pembelajaran tipe STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dengan demikian pada pembelajaran dengan model tipe Student Team
Achievement Division (STAD) efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih. Hal itu berarti model pembelajaran tipe Student
Team Achievement Division (STAD) sangat efektif untuk meningkatkan hasil
Ahmad Nurul Ihsan B, 2013
3. Hasil observasi yang dilakukan menujukan peningkatan yang positif baik dari
guru maupun dari siswa ketika pembelajaran berlangsung dengan menerapkan
model pembelajaran tipe Student team Achievement Division (STAD) dengan
memaksimalkan Lembar Kerja Kelompok yang disediakan dan memanfaatkan
kondisi kerja tim atau kerja kelompok yang dibentuk.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa saran tetnang penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran secara sistematis terkadang menimbulkan
kekakuan bagi guru dalam menerapkannya, namun semua itu hanyalah proses
adaptasi menuju hasil yang lebih baik, yaitu terciptanya pembelajaran yang
efektif dan menambah khasanah keilmuan guru itu sendiri dalam menerapkan
model-model pembelajaran apa pun ke depannya.
2. Bagi Kepala Sekolah
Sesuai dengan pembahasan mengenai manfaat untuk penelitian ini
yang mana hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk pembinaan
guru di sekolah, terutama bagi guru mata pelajaran fikih dan secara umum
Ahmad Nurul Ihsan B, 2013
sebagai stimulus untuk mengembalikan gairah mengajar bagi guru itu sendiri.
Peran kepala sekolah sebagai tongkak dalam kepemimpinan sangat
mempengaruhi kualitas pembelajaran yang berlangsung di sekolah sehingga
dukungan kepala sekolah sangat dibutuhkan bagi peningkatan hasil belajar
siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian
selanjutnya dan diharapkan untuk melakukan penelitian dengan model yang
sama namun dengan tingkat sampel yang berbeda agar model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ini memang
betul-betul menjadi salah satu solusi bagi pembelajaran itu sendiri. Dan juga
bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji pada ranah afeksi khusus pada mata
pelajaran fikih agar kedepannya lebih memberikan warna bagi mata pelajaran
fikih itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Asrofudin. (2010). Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqih, [Online]. Tersedia: http://asrofudin.blogspot.com/2010/05/tujuan-dan-fungsi-mata-pelajaran-fiqih html [18 Juli 2013]
Barizi, Ahmad. (2011). Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Creswell, John W. (2012). Research Designe, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed¸ Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daryanto. (2012). Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, Laksmi. (2005). Pengembangan Model Pembelajarn Modular untuk Meningkatkan Kompetensi Siswadalam Mata Pelajaran Fiqhi. UPI Bandung Tesis tidak dipublikasikan.
E. Slavin, Robert. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media .
GulNazir Khan. (2011). International Education Studies Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students,[Jurnal] Terdia: http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ies/ [11 Januari 2013].
Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasanuddin. (2008). Kinerja Guru dalam Melaksanakan Tugas sebagai Pengembang Kurikulum (Studiuntuk Guru Fiqhi di Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi), UPI Bandung. Tesis tidak dipublikasikan.
Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-education/ [11 Januari 2013].
Isjoni. (2011). Cooperative Learning, Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta.
Junaedi, Edi. (2009). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student Team Achivement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa/Waarga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika. UPI Bandung. Tesis tidak dipublikasikan.
Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo.
Majid, Abdul. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munawar, Duli Muhlis. (2011). Efektivitas Model Blended Learning Dengan Moodel Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. UPI Bandung. Tesis tidak dipublikasikan.
Muhammad Iqbal Majoka, Malik Hukam Dad, Tariq Mahmood, (2010). Journal of Education and Sociology Student Team Achievement Division (STAD) as an Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom, Tersedia:http://cuin561su12.wikispaces.com/file/view/Student+TeamAchieve ment +Division+(STAD) [22 Desember 2012].
Nootan Rai dan Sunarti Samsudin. (2007). Redisigning Pedagogy – Crpp Conference STAD vs Traditional Teaching,CHIJ St. Joseph’s Convent Tersedia: https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:KTRA6kDmjHwJ:conference. nie.edu.sg/ [21 Januari 2013].
Ratnawulan, Ana, Taksonomi_Bloom-Revisi [Online] Tersedia: http://file.upi.edu/ Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032/taksonomi_ Bloom_revisi [3 Mei 2013].
Rochmad. (2012). Revisi Taksonomi Bloom (A Revision Of Bloom’s Taxonomy) [Online]
Tesedia: http://imamprasaja.files.wordpress.com/2013/06/rochmad-bloom-ori. [17 Juni 2013].
Rofiq, Ahmad. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Ruhimat, Yayat. (2012). Efektivitas Penggunaan Media Film Youtube Untuk Meningkatkan Penguasaan Listening Skills Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris. UPI Bandung. Tesis tidak dipublikasikan.
Rusman. (2011). Model- Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press.
_______ (2009). Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. (2011). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
____________ (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siregar, Ahmad Saddam. (2012). Pembelajaran Geometri Melalui Model Van Hiele Berbantuan Geogebra Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. UPI Bandung. Skripsi tidak dipublikasikan.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarno, Ali. (2011). Pengertian Hasil Belajar [Online] http://blog.elearning.unesa. ac.id/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar [17 Juni 2013]
Suryabrata, Sumadi. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syarifudin, Amir. (1997). Ushul Fiqih. Jakarta: Logos Wacana Islam.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Uzer, (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.