• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM IMUNISASI DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG: Ditinjau dari Dimensi Pendidikan Luar Sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM IMUNISASI DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG: Ditinjau dari Dimensi Pendidikan Luar Sekolah."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BKBKRAPA FAKTOR TANG MKMPENGARUHI EEBERHA6ILAN PROGRAM

IMUNISASI DI KBCAHATAN BANJARAN KABWAISN BANDUNG

(DitinJau dari Dlnensi Pendidikan Luar Sekolah)

T E S I S

Dlajukan kepada Panitla Ujian Tesis

Program Paeca£arjana IKIP Bandung

untuk nemenuhi saU^pau^^wurat ujian Strata Dua

pada Progra%^ii^%&&|£fcan Luar Sekolah

0 L B H :

DKDE RUSMANA

NIM:949635

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCA SARJANA

IKIP BANDUNG

(2)

>Tr>ETUJUT DAN DISYAHK-AN TTM PEMBIMBTNG

$

%-^

PJSQJL. H NURSTD SUMAATMADJA

cmbimbing I

(3)

ABSTRAK

Tesis lni berjudul "BEBERAPA FAKTOR. YANG MEMPENGARUHI KEBERHASIL PROGRAM IMUNISASI DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN

BANDUNG ( Ditinjau dari DImensi Pendldikan Luar Sekolah)". Ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan program

imunisasi di Kecamatan Banjaran yaitu : (1) pendldikan, balk

pendldikan sekolah maupun pendldikan luar sekolah. (2) status

sosial ekonomi. (3) keterbukaan berkomunikasi. Sedangkan formulas! masalahnya sebagai berikut: Adakah hubungan antara

tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dc keterbuk:*an

berkomunikasi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ? Penulis membuat

sub. masalah sebagai berikut: (1) Adakah hubungan yang

berarbi antara pendldikan ibu-ibu yang memilikl anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ?

(2) Adakah hubungan yang berarti antara tingkat status sosial ekonomi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah. lima tahun dengan kesadaran menerima program Imunisasi ? (3) Adakah hubungan

yang berarti antara keterbukaan berkomunikasi Ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ?.

HIpotesis penelltian sebagai berikut: (I) terdapat. hubungan yang berarti antara pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program Imunisasi 7 (2) terdapat hubungan yang berarti antara tingkat status sosial ekonomi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ? (3) terdapat hubungan yang berarti antara keterbukaan berkomunikasi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi 7.

Populasi dalam penelltian ini terdiri dari seluruh ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, yang tercatat sebagai penduduk wilayah Kecamatan Banjaran. Sedangkan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (purposive sampling) yaitu sebanyak 120 ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun.

Temuan hasil penelltian , (1) Semakin tinggi tingkat

(4)

(3) Semakin terbuka berkomunikasi ibu ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, semakin tinggi tingkat kesadaran

mereka dalam menerima program imunisasi

ana 1.1si data dapai ditarik kesimpu" Dari hasil

sebagai berikut; bahwa faktor pendidikan status sosial ekonomi, keterbukaan berkomunikasi ibu-ibu yang memiliki ana

di bawah lima tahun dapat mempengaruhl tingkat. kesadara mereka, dalam menerima program imunisasi.

Saran-saran dari hasil penelltian, bahwa pendidikan Ibu ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, perlu ad

pelayanan yang lebih meningkat. Setlap warga belajar, pi

dikembangkan kemampuan dalam menlngkatkan pendapatan, melalu: usaha mandiri dalam rumah tangga. Untuk mengefektlfkar komunikasi tentang informasi imunisasi

xaanya

lis

;rlu ditingkatkan pengembangannya secara berantai melalul kelompok kerja, yang dikelola oleh dasa wisma sebagai salah satu wadah program imunisasi, sampai kepelosok desa.

(5)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR ABSTRAK

RATA PENGANTAR .. UCAPAN TERIMAKASIH. BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Waaalah

B. Perumusan Masai ah C. Deflnisi Operaslonal

1. Pendldikan .. .

.-2. Status Sosie.1 Ekonomi, . . 3. Keterbukaan Berkomunikasi

4. Menerima

5. Ibu BALTTA . , . - - . .

8,., Imunisasi . , . , , . . , .

D. Anggapan Dasar . . , , . . . E. Hipotesis . . . . . . .. , ... F. Tujuan Penel.lt.ion . . . . G. Manfaat PeneHilar* ,. , . ..

.t. Ill I v V V'j.l X I 4 6 0 .10 .12 .12 3 3 .13 14 .1-1 1 n.

BAB II TINJAOAN KONSEPTUAL TENTANG IMUNISASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PLS DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ORANG DEWASA

A.. Konsep Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi. ... . . . . . 2. Tujuan Iraimisasi ... • 3. Sasaran Imunisasi .. .. . - •

4. Peranan Imunisasi . .. ... ... ... - . -5. Program Imunisasi . ...

B. Konsep pendldikan Luar- sekolah

1. Pengertian Pendldikan Luar sekolah . . .

2. Karakteriotlk Pendldikan Luar Sekolah. .

3. Tujuan Pendldikan Luar Sekolah. ...

C Program Imurdsaei sebagai Salah Satu Bentuk

1. Keterkaitan Program Lmmiaasi den.gan PLS. 2. Imunasasi sebagai proses Empowering

3. Imuniaas.l sebagai Konsep Andragogl... , . 4. Imunisasi sebagai Wahana Pemberdayaan

(6)

D, Faktor -faktor yang mendukung Keberhaailao Program Imunisasi

1. Pendldikan . . . . ... 2. Status Sosial Ekonomi. . ., , .

3. Keterbukaan Berkomunikast ,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Snbyek Penelltian

1„ Populaai ... ... .. . .. 2. Sampel ... , , ... B» Metode Penel.ltIan dan Teknlk Pengumpulan

1. Metode Penelltian ...,,..,,-. 2. Teknlk Pengumpulan Data . , . . 3. Pengembangan Instrumen „ . .

C Persiapan Penelltian . . . . . . D. Pengumpiilan Del;a ._.,,..,,,

E„ PengolaMin dan Anallsa Data

1. Selekei Data . . . . ,. .. . . . 2. K.lasifikasi Data ... 3. Pengujian Data. „ ,....,.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Kondlsl Daerah Penelltian 1, Topografl Daerah Penelltian . . 2, Demografi . . . . , .. . ,. 3, Batas Wilayah Daerah Penelltian. . , . 4, Keadaan Penduduk . . . . .

B. Gambaran Unram Reaponden

1.. Karakteristlk Responden . . .. . 2, Pendldikan. . . ,.

3.. Status Social Ekonomi. , ..

4... Keterbukaan Berkomunkasi .. .. ,. ... . ..

C. An&lisls Hubungan Antara Varlabel

71. 73 74 . 77 .. 78 Data . 80 . 31 84 80 90 . 90 . 90 qi 94 94 100 101 104 106 107

BAB V DISKUSI, KESIMPULAN, SA.RAN SARAN DAN IMPLIKAST

A. Diskuoi Hacll Penelltian . . . . . . ..121

B... Kesimpulan ... ., . . . .. . .120

C Saran--£5aran . . ...127

D. Imp.likasl. ... . ... .. . . .. . . .128

KEPUSTAKAAN ... ... ..130 LAMPIRAN--LAMPIRAN ... . . . . .. .. . 133

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sistem Operaslonalisasi PLS dan Imunisasi ....

Tabel 2 Perubahan Pendldikan Orang Dewasa ... Tabel 3 Kadar Zat giai pada 100 ml. ASI ... Tabel 4 Populasi Penelltian . . . .

Tabel 5 Sampel penelltian . . . .

Tabel 8 Instrumen Bidang Pendldikan ..„.,,.,,.. Tabel 7 Instrumen Bidang Status Sosial Ekonomi , . . . .. . Tabel 8 Instrumen Bidang Keterbukaan ... Tabel 9 Instrumen Bidang Kesadaran menglkuti Imunlsasi, . Tabel 10 Keadaan Lahan DI wilayah Kecamatan banjaran . , Tabel 11 Jumlah Penduduk Kecamatan Banjaran. ... Tabel 12 Kegiatan Penimbangan Anak Balita .,,.,.,, Tabel 13 Imunlsasi Terhadap Anak Balita. .... .. , Tabel 14 Keadaan Responden Berdasarkan Usia

Tabel 15 Keadaan Responden Berdasarkan Pendldikan Sekolah

Tabel 16 Keadaan Responden Berdasarkan Keikutsertaan padaPLS.104

Tabel 17 Keadaan responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi 105

Tabel 18 Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Keterbukaan

Menerima Program Imunisasi ... ,106

Tabel 19 Hubungan Tingkat Pendldikan Sekolah dengan Kesadar

an Warga Belajar dalam Menerima Program imunlsasi. ,107

Tabel 20 Hubungan Pendidikan Luar Sekolah dengan Kesadaran

Warga Bel ajar dalam Menglkuti Program Imunisasi. .. .110 Tabel 21 Hubungan Ststua Sosial Ekonomi dengan Kesadaran

Warga Belajar dalam menglkuti Program imnunisasl . .111

Tabel 22 Hubungan Keterbukaan Berkomunikasi dengan Kesadaran

Warga Belajar dalam menglkuti Program Imunisasi. . .112

Tabel 23 Hubungan Tingkat Pendldikan Sekolah dengan Keterbuka

an Komunikasi Warga Belajar dalam Menerima Program

Imunisasi , . . . .113

Tabel 24 Hubungan PLS dengan Keterbukaan Berkomunikasi Warga

Belajar Dalam Menglkuti Program Imunisasi ... 114

Tabel 25 Hubungan Tingkat Pendldikan Sekolah dengan Status Sosial Ekonomi Warga Belajar dalam Menglkuti Program

Imunlsasi , . . . . » . „ . .115

Tabel 26 Hubungan *PLS dengan Status Sosial Ekonomi Warga Belajar

dalam menglkuti Program Imunisasi ... .116

Tabel 27 Hubungan Status Sosial Ekonomi Warga Belajar dengan keterbukaan berkomunikasi dalam kesadaran menerima. prog

ram Imunisasi.. . . 117

i x I

(8)

DAFTAR GAMBAR

GAmbar 1 Operasionalisasi Program PLS .

Gambar 2 Desain Penelltian ...

IV

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A- Latar Belakang Masai ah

Pendidikan

luar sekolah merupakan suatu

kegiatan

yang

terorganisir di luar sistem

pendidikan

sekolah,

dilakukan dengan sengaja dalam melayani warga

belajar.

Hal ini memiliki keterkaitan dengan program

imunisasi.

Program imunisasi merupakan program yang

terorganisir,

yang diselenggarakan dengan sengaja, untuk memberikan

bekal penegetahuan dan keterampilan kepada ibu-ibu yang

memiliki anak di bawah lima tahun. Untuk melihat

keterkaitan dengan pendidikan luar sekolah, sebagaimana

yang diungkapkan oleh D. Sudjana, (1989 : 30 ) "...

Pendidikan nonformal memiliki tujuan dan kegiatan

yang

terorganisir, diselenggarakan di lingkungan masyarakat

dan

di

lembaga-lembaga,

untuk

melayani

kebutuhan

belajar para peserta didik".

Bertitiktolak dari kutipan di atas, bahwa

program

imunisasi, berupaya untuk menlngkatkan kualitas

kesehatan anak di bawah lima tahun, untuk diberi

imunisasi. Tujuan pemberian imunisasi terhadap anak di

bawah lima tahun, adalah merupakan langkah awal sebagai

upaya

dalam menlngkatkan kualitas

kesehatan

manusia,

karena

manusia

yang sehat memiliki

potensi

sebagai

sumber daya pembangunan. Prioritas utama dalam

mewujudkan

pembangunan

adalah

terciptanya

kualitas

(10)

kelompok. Langkah yang ditempuh untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang pembangunan kesehatan, yang digerakan oleh kader kesehatan (sumber belajar) dengan member! motivasi, memprakarsai serta menggerakan masyarakat, agar mereka memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan

cara memellhara kesehatan. Untuk mewujudkan semua

harapan itu, pemerintah mengupayakan dan menggiatkan program pelayanan kesehatan, sampai kepelosok desa,

melalui program Imunisasi.

Imunisasi adalah salah satu jenis kegiatan

pemberian vaksin terhadap anak di bawah lima tahun.

Hal ini bahwa program imunisasi, selalu memotivasi ibu

ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, agar

mereka tergerak hatinya untuk mengembangkan kreatlvitas

dalam memellhara kesehatan anaknya, sehingga mencapai

derajat kesehatan yang tinggi, sekaligus mampu

menlngkatkan produktivitas sumber daya manusia, yang potensial bag! pembangunan nasional. Upaya untuk

menlngkatkan produktivitas sumber daya manusia,

dilakukan dalam proses kehidupannya. Sebagaimana yang

dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (1998

: 107) sebagai berikut;

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk leblh menlngkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan yang ditandai oleh meningkatnya usia

harapan hidup, menurunnya angka kematian bay!,

anak dan ibu melahirkan, meningkatnya

(11)

meningkatnya produktivitas kerja serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup sehat.

Pada umumnya ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, selalu mencari pengetahuan dan keterampilan, yang ada kaitannya dengan cara memellhara kesehatan serta mendidik anaknya. Dalam teori kesehatan

diungkapkan, bahwa pembentukan kecerdasan anak, paling

intensif pada usia di bawah lima tahun. Oleh karena itu ibu ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, dituntut untuk mengikuti, mempelajari, mendalami serta

menerapkan program imunisasi pada anak sejak

usia

di

bawah lima tahun. Melalui program imunisasi, telah tercantum hal-hal yang berkenaan dengan upaya

pencegahan penyakit terhadap anak dl bawah lima tahun,

berupa penyuntikan vaksin. Kenyataan yang ada di

pedesaan, masih banyak ibu-ibu yang belum menyadari

art! kesehatan dan belum mengertl fungsl imunisasi bag! anak di bawah lima tahun. Hal ini dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan pedesaan itu sendiri, Sebagaimana

diungkapkan oleh Rozy Munir, ( 1987 : 194 ) sebagai

berikut :

Kualitas lingkungan desa adalah rendah, banyak penduduk masih belum cukup pangan, pendidikannya

masih rendah bahkan tingkat sekolah dasarpun belum menikmatinya; tingkat kesehatan rendah dan

pelayanan kesehatan belum memadai, lapangan pekerjaan terbatas dan kesempatan untuk memutuskan

dirinya, keluarganya dan masyarakatnya adalah

sempit dan bahkan makin menyempit.

Upaya untuk menlngkatkan derajat kesehatan di

(12)

pedesaan,

masih

dihadapkan

kepada

masalah

pangan,

rendahnya tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan

belum memadai. Untuk menunjang semua harapan itu,

masyarakat pedesaan harus dibina dan dibimbing agar

mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang

berhubungan dengan tatacara hidup sehat, terutama cara

mengurus anak di bawah lima tahun, yang diperuntxikkan

sebagai kader penerus bangsa. Akan tetapi dengan

kondisi pendidikan yang relatif rendah, tingkat

pendapatan yang rendah, tingkat keterbukaan

berkomunikasi yang tertutup serta motivasi kurang.

Sejauhmana mereka mampu menerima program imunisasi?. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengungkapkan lebih dalam, masalah kesadaran ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, untuk diberikan langkah awal pencegahan penyakit, melalui

pemberian imunisasi.

Bertitiktolak dari latar belakang di atas, penulis mengajukan judul penelltian sebagai berikut :

" BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

PROGRAM IMUNISASI DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN

BANDUNG (Ditinjau dari Dimensi Pendidikan Luar

Sekolah)".

B. Peruffiusan Masalah

Sebagai upaya membantu ibu-ibu yang memiliki anak

(13)

pendidikan luar sekolah. Seperti pembinaan kesejahteraan keluarga, Bina Keluarga Balita , Bina Kader pos pelayanan terpadu. Akan tetapi upaya

pemberian bimbingan tersebut, banyak dihadapkan kepada

kendala-kendala; seperti tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, tingkat keterbukaan berkomunikasi.

Sehingga merupakan tantangan yang sangat berat bagi

sumber belajar (dokter Puskesmas, Bidan, Kader pembina Kesehatan), yang berhadapan langsung dengan warga

belajar. Kegiatan yang dilakukan oleh sumber belajar

adalah menyampaikan pesan, informasi, indoktrinasi yang

berkenaan dengan manfaat imunisasi bagi anak di bawah

lima tahun.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut ;

" Adakah hubungan antara tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan keterbukaan berkomunikasi

ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan

kesadaran menerima program imunisasi ?

"-Dari masalah yang penulis ajukan, penulis membuat

sub masalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan yang berarti antara tingkat

pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah

lima

tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ?

2. Adakah hubungan yang berarti antara status sosial

(14)

tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ? 3. Adakah hubungan yang berarti antara tingkat

keterbukaan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi ?

Deflnisl Operasional

Tesis ini berjudul " BEBERAPA FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM IMUNISASI DI

KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG (Ditinjau dari

Dimensi pendidikan Luar Sekolah)".

Untuk menghindari kesalahpahaman dan salah

penafsiran dari bahasan judul di atas, penulis

memandang perlu menjelaskan defeinisi operasional.

1. Pendldikan

Pendidikan memegang peranan penting sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Oleh karena itu upaya meningkatkan

sumber daya manusia, bukan merupakan milik orang

perorangan, akan tetapi meliputi seluruh dimensi

yang ada kaitannya dengan upaya peningkatan sumber

daya manusia. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudardja

Adiwlkarta, (1994 : 11), " Materi peningkatan

sumber daya manusia meliputi seluruh dimensi

kepribadian, dan pendekatan konduslf bagi kemampuan

pengembangan

diri

secara

mandiri".

Tingkat

pendidikan

yang

relatif lebih

tinggi

akan

leblh

cepat menerima inovasi dalam perubahan sosial, bila

(15)

memiliki pendidikan relatif rendah. Hal ini yang

diungkapkan oleh Sudardja Adiwikarta (1987:59-60)

sebagai berikut :

Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan pemilihan dan pemanfaatan teknologi di kalangan warga masyarakat, atau meningkatkan kemampuan seseorang dalam penerapan teknologi (ideide baru) tertentu. Kedalamnya termasuk kemampuan memperbaharui teknologi itu sendiri

melalui inovasi-lnovasi.

Andil pendidikan sangat besar dalam upaya meningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, juga pendidikan dapat

memberikan nilai positif bagi manusia, terutama

dalam membuka wawasan berpikir dalam

menerima hal-hal yang baru. Sebagai mana yang

diungkapkan oleh Soejono Soekanto (1986:311) bahwa "pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya

serta menerima hal-hal yang baru dan bagaimana cara

berpikir ilmiah". Alfred North Whitehead (1967 :50) dalam Endang Sumantri (1994 :2) " pendidikan merupakan bimbingan terhadap individu kearah penguasaan sen! dari pada kehidupan; dengan seni kehidupan tersebut mengandung arti kemampuan yang paling lengkap bagi berbagai ragam aktivltas yang

menyatakan kekuatan potensi potensi dari pada

kehidupan manusia tersebut dalam menghadapi lingkungan nyata. Setiap individu memiliki suatu

(16)

eara dalam menggapai kehidupan. Seni dari pada hidup

ini merupakan bimbingan dari pada usaha ini.

Pendidikan merupakan perolehan dari seni pemanfaatan

pengetahuan". Chandler 1961 ;VII pada Endang somantri (1994:2) "pendidikan diakui sebagai suatu alat yang vital baik bagi individu yang kapasitas intelek dan kreativitasnya menjadi meningkat, maupun

bagi bangsa dimana mereka merupakan kekuatan dari

pada sumber-sumber daya manusia yang terlatih". John Dewey (1930) " pendidikan mempersiapkan individu untuk Tnengontrol dirinya sendiri dalam kehidupan

masyarakat demokratis". M.J. Langeveld (jurnal

pendldikan no. 2 1989) teori pendidikan

fenomenologis bertujuan untuk membina kedewasaan

individu dalam aspek-aspek individualitas, sosialitas, moralitas dan personalitas, yang

bermuara pada konteks sosio cultural disini dan

sekarang ". Zainuddin Arief ( 1986 ;13!)

pendidikan tidak hanya mensosialisasikan individu

kearah konvensasi baru, tetapi juga membuka cakrawala baru dalam berpikir, sehingga memungkinkan

individu memilih alternatif baru dalam melakukan

peranannya". Krech (1962) dalam Sulistiawikarsih

(1993:19) " Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berkembang kognisinya dan semakin sadar terhadap situasi sekitarnya". Kutipan di atas menunjukkan, bahwa tinggi x'endahnya pendidikan

(17)

akan member!

warna

terhadap kemampuan seseorang

dalam hal

pengetahuan, slkap dan prilaku,

dalam

menerima informasi baru.

Secara rinci tingkat pendidikan yang dimaksud

dalam

penelltian

ini adalah tingkat pendidikan

ibu ibu

yang

memiliki

anak di bawah lima

tahun,

termasuk

pendidikan suaminya, yang terdiri dari :

a. Tamat/tidak tamat SD sederajat.

b. Tamat/tidak tamat SLTP sederajat.

c. Tamat/tidak tamat SLTA sederajat

d. Tamat/tidak tamat Perguruan Tinggi.

2. Status Sosial Ekonomi

Status

sosial ekonomi pada

umumnya

dapat

dibedakan dengan stratifikasi

sosialnya,

melalui

pengelompokan

berdasarkan umur,

jenis

kelamin,

pendidikan,

juga pendapatan yang

dapat

memberikan

warna kepada seseorang melalui kelas-kelas

pendapatan

tinggi,

pedapatan

menengah

dan

pendapatan rendah.

Dengan

adanya perbedaan

kelas-kelas pendapatan,

berdampak

pula terhadap

pola

tingkah

laku

seseorang

pada

lingkungannya.

Sebagaimana

yang

dikemukakan

oleh

Keicth

Devis

(1981) pada Nariah ( 1992: 18 ) " peranan

seseorang

pada kelompok banyak ditentukan oleh status sosial

ekonominya".

Selanjutnya Krech (1972 : 31)

"status

sosial

ekonomi

seseorang

ditentukan

oleh

jenis

(18)

pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan".

Julduz R Paus( 1994: 6) " status sosial ekonomi

keluarga memiliki akses terhadap kemampuan orang

dalam mewujudkan harapan-harapannya, apakah itu

dalam akademik atau dalam bidang lainnya. Sudardja

Adiwikarta (1988: 48) " ketidak merataan itu

bersumber pada tiga komponen yang terdiri dari

kemakmuran, prestise atau status dan kekuasaan".

Sulistiawikarsih (1993:20) " kelainan taraf

kemakmurannya akan berlainan pula corak atau gaya

hidupnya dan cita-cita atau pengharapan

pengharapannya". Dengan demikian bahwa tingkat pendapatan, dapat memotivasi seseorang dalam

melakukan kegiatannya di lingkungan masing-masing.

Untuk kebutuhan penelltian yang berkenaan dengan tingkat pendapatan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, akan diungkapkan melalui indikator jenis rumah yang dihuni, status kepemilikan tanah, jenis pekerjaan dan penghasilan suami istri dalam

setiap bulan.

3. Keterbukaan Berkomunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses hubungan

antara orang perorang maupun hubungan dalam

kelompok. Tujuan dari kemunikasi adalah untuk bertukar informasi, sebagai upaya dalam menambah wawasan berpikir yang mengarah kepada perubahan prilaku seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

(19)

Krech dkk.(1988) yang dikutip oleh Ikka kartika A.F,

(1993 :92) bahwa". . . communication as the process

by which participant create and share information

with one another in order to reach a mutual

understanding". Dengan demikian bahwa komunikasi

mengandung arti proses pengalihan informasi, yang

besar pengaruhnya terhadap pola tingkah laku

seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain.

Sebagaimana diungkapkan oleh Gerald A. Miller, dalam

Ikka Kartika A.F (1993:92) "komunikasi bukan hanya

terbatas

pada

penyampaian informasi

belaka,

akan

tetapi terdapat upaya mempengaruhi komunikan agar

melakukan tlndakan tertentu. Sedangkan Onong Uchyana

E., (1981:6) mengemukakan " dalam proses

komunikasi

harus ada komunikator sebagai orang yang

menyampaikan, komunikan sebagai orang yang menerima

dan

pesan

sebagai sesuatu

yang

disampaikan

oleh

komunikator". Rachmadi,(1988:1) member! batasan

tentang informasi dan komunikasi merupakan bagian

hakiki dari kehidupan manusia, sebagaimana manusia

juga merupakan dari masyarakat. Hanya orang atau

sesuatu bangsa yang mempunyai banyak informasi yang

dapat berkembang dengan pesat. Dengan informasi

orang

dapat mengetahui apa yang telah,

sedang

dan

akan terjadi disuatu masya negara . Dengan

Informasi pula orang

Meruitahnl^J^m

yang harus

dilakukan untuk memperbMki hi

(20)

Dari beberapa batasan tentang informasi dan komunikasi di atas, pada prinsifnya bahwa informasi

dan komunikasi dapat memberi, menambah serta

meningkatkan pengetahuan dan kecakapan seseorang

dalam menyelesalkan masalah yang dihadapinya.

4. Menerima

Yang dimaksud menerima, menurut kamus besar

bahasa Indonesia (1989 : 937) adalah menyambut,

mengambil (mendapat, menampung, dsb), sesuatu yang

diberikan,membenarkan, menyetujui (usul, anjuran,

dsb). Adapun yang dimaksud menerima dalam peneli

tian ini adalah respon warga belajar yang menyambut,

membenarkan dan menyetuji program imunisasi, yang

telah dianjurkan oleh pemerintah, hal ini meliputi:

a. Keterbukaan menerima program imunisasi, sebagai

pengaruh pengetahuan yang dimiliki oleh warga

belajar yang mempunyai anak di bawah lima tahun.

b. Kesadaran, keberanian, keterbukaan menerima

program imunisasi merupakan sikap warga belajar

yang memiliki anak di bawah lima tahun.

c. Keinginan untuk menerapkan program imunisasi

dalam lingkungan keluarga, serta untuk

menyebarluaskan dilingkungan sekitarnya.

5. Ibu BALITA

Yang dimaksud Ibu BALITA, sebagaimana yang

diungkapkan oleh BKKBN ( 1987 : 142 ) yaitu ibu

ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun, dengan

(21)

rentang usia ibu BALITA antara 15 tahun sampai 45

tahun. Mereka masih tergolong pasangan usia subur.

Dalam penelltian ini, ibu-ibu yang memiliki anak

di bawah lima tahun, diartikan sebagai warga

belajar.

6. Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu kegiatan pemberian

vaksin kepada anak di bawah lima tahun sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

kesehatan anak di bawah lima tahun, dengan cara

member! bekal pengetahuan dan keterampilan kepada

ibu-ibu dalam mengasuh anaknya,

D. Anggapan Daaar

a. Tingkat pendidikan, dapat mengembangkan wawasan

berpikir dan kemampuan seseorang dalam menerima

hal-hal yang baru.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudardja

Adiwikarta, (1988: 59-60) sebagai berikut :

Pendidikan memegang peranan penting dalam

mengembangkan pemilikan dan pemanfaatan teknologi dikalangan warga masyarakat, atau meningkatkan kemampuan seseorang dalam penerapan teknologi (ide

ide baru) tertentu. Kedalamnya termasuk kemampuan

memperbaharul teknologi itu sendiri melalui

inovasiinovasi..

b. Status sosial ekonomi tinggi, sedang dan rendah,

akan berpengaruh terhadap pola dan tingkah laku

seseorang pada 1ingkungannya.

sebagaimana yang diungkapkan oleh Sulistiawikarsih

(22)

berlainan pula corak atau gaya Hidupnya dan cita

cita atau pengharapan-pengharapannya".

Keterbukaan ibu-ibu dalam sistem komunikasi dapat

mempermudah proses pengalihan informasi dalam

mempengaruhi masyarakat..

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soerjono S., (1986 : 380) sebagai berikut :

Sistem komunikasi menimbulkan kompleks kegiatankegiatan yang menyangkut lambang-lambang

secara luas, yang dapat mempengaruhi prilaku

masyarakat maupun nilai dan normanya. Sistem komunikasi merupakan sarana yang kuat, luwes untuk

mempengaruhi masyarakat.

Dalam penulisan tesis ini, penulis membuat

hipotesis yang berfungsi sebagai jawaban sementara.

Hipotesisnya sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang berarti antara tingkat

pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima

tahun dengan kesadaran menerima program Imunisasi.

2. Terdapat hubungan yang berarti antara status sosial

ekonomi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima

tahun dengan kesadaran menerima program imunisasi.

3. Terdapat hubungan yang berarti antara tingkat

keterbukaan komunikasi ibu-ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program

imunisasi.

F. Tujuan Fenelltlap,

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelltian ini adalah untuk mengungkapkan pelaksanaan program imunisasi di Kecamatan Banjaran, serta mengungkapkan faktor

pendukung keberhasilan program imunisasi.

(23)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelltian ini adalah untuk

memperoleh informasi dan data empirik yang

berhubungan dengan :

a. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor

pendukung kesadaran ibu-ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun, dalam menerima program

imunisasi.

b. Tingkat status sosial ekonomi merupakan salah

satu faktor pendukung kesadaran ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima, tahun dalam menerima

program imunisasi.

c. Tingkat keterbukaan merupakan salah satu faktor

pendukung kesadaran ibu-ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun, dalam menerima program

imunisasi. G. ManfaatL Penelitlan

Manfaat yang diharapkan dari penelltian ini

adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Dapat memberikan informasi tentang pengembangan program imunisasi khususnya dan program pendidikan luar sekolah secara umum.

b. Memperluas serta mengembangkan konsep dan teori

yang berhubungan dengan program imunisasi dan

program pendidikan luar sekolah.

(24)

2. Secara Praktis

a. Hasil penelltian ini diharapkan dapat dijadikan

pedoman oleh kader kesehatan, di daerah yang

belum berhasil program imunisasinya.

b. Hasil penelltian ini diharapkan bermanfaat bagi kader kesehatan yang merupakan agen perubahan,

untuk dijadikan pedoman dalam pembinaan,

menyadarkan ibu-ibu yang memiliki anak BALITA, agar mereka selalu memperhatikan cara memellhara

kesehatan anaknya.

(25)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Subvek Penelltian

Setiap

peneliti

dalam

rangkaian

kegiatan

penelitiannya,

selalu

ingin

mendapatkan

subyek

penelitian yang relevan dan representatif. Oleh karena

itu

diperlukan

kejelian

dalam

mengetahui

jumlah

populasi penelitian. 1. Populasi Penelltian

Populasi

penelitian meliputi

seluruh ibu-ibu

yang

memiliki

anak di bawah

lima

tahun,

umumnya

berada pada

rentang usia antara 15- 45

tahun

di

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Pengertian

populasi

penelitian seperti yang

diungkapkan

oleh

Nursid

Sumaatmadja,

(

1981 : 112

)

"

Populasi

adalah keseluruhan gejala, individu, kasus,

masalah

yang kita teliti yang ada di daerah penelitian ".

Gambaran populasi penelitian secara rinci

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 : POPULASI PENELITIAN

1 1

No. Nama Desa Banyak ibu BALITA Keter.

1 2 3 4

1 2 3 4 5

Banj a r a n Sindangpanon K a m a s a n Tarajusarl

C 1 a p u s

1.657 929 633 792 1.089

Besar Sedang

Sedang Sedang Besar

(26)

2 3 Banjaran Wetan Mekarjaya 1.772 855 Jatisari

N a g r a k

468 521 Cangkuang Ciluncat 681 534 Pananjung Bandasari 429 441 Kiangroke Tanjungsari 670 591 Margahurip Neglasari 576 665

J u m l a h 13.303 Jiwa

Besar Sedang Kecil Kecil Sedang Kecil Kecil Kecil Sedang Kecil Kecil Sedang

Sumber : Badan Perbaikan Gizi Kec. Banjaran 1996.

Jumlah

populasi penelitian

diklasifikasikan

menjadi

tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok

besar

terdiri dari

desa

Banjaran,

desa

Ciapus, desa Banjaran Wetan.

b. Kelompok sedang terdiri dari desa Sindangpanon, desa

Kamasan,

desa Tarajusari,

desa Mekarjaya,

desa

kiangroke, desa Neglasari dan desa Cangkuang.

c. Kelompok kecil

terdiri dari

desa

Jatisari,

desa

Nagrak,

desa Pananjung,

desa

Bandasari,

desa

Tanjungsari, desa Margahurip dan desa Ciluncat.

2. Sam-pel Penelitian

Sampel

atau cuplikan digunakan untuk mewakill

populasi.

Hal

ini

dilakukan karena penyelidikan

tidak mungkin dapat dilakukan atau ditujukan

kepada

segenap populasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Winarno Surakhmad (1982; 93) sebagai berikut :

(27)

Karena tidak mungkin penyelldikan selalu menyelidiki

segenap populasi, padahal penyelldikan ialah menggu

nakan generalisasi secara umum terpaksa

menggunakan

sebagian saja dari populasi yaitu sampel yang dapat

dipandang representatif terhadap populasi.

Penggunaan sampel dipandang yang paling efisien

bag!

kelangsungan

suatu penelitian.

Di

samping

itu, mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.

Maka dalam penelitian ini dipilih sampel sebesar 120

ibu-ibu

yang

memiliki anak di bawah lima

tahun

.

Sampel

tersebut

dipilih

berdasarkan

purposive

sampling ( penarikan sampel berdasarkan pertimbangan

). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bambang Suwamo

( 1987 :17 ) " Keuntungan purposive sampling adalah

pihak peneliti dapat menggunakan

skill

penelitian

dan pengalaman pengetahuan yang

melatarbelakanginya

untuk

memilih

responden".

Penulis menetapkan sampel penelltian secara

cluster

atau

areal

proposional

random

sampling.

Dengan

demikian

penarikan

sampel

dilakukan

"

setelah

terlebih dahulu dilakukan penggolongan penggolongan

(pengelompokan)

unsur-unsur/elemen-elemen

populasinya

berdasarkan

atribut-atribut

tertentu.

Misalnya

berdasarkan

daerah

(RT/RW)

kelurahan/kecamatan atau cencus tract tempat tinggal

mereka".

( Bambang Suwarno , 1987 :13

).

Prosedur

penarikan sampel dilakukan sebagai berikut.

Pertama

daerah

penelitian kecamatan Banjaran

yang

terdiri

dari

17 desa, yang dijadikan tiga

kelompok,

yaitu

(28)

kelompok besar, kelompok sedang dan kelompok kecil,

dipilih 20 % secara random. Kedua pada desa-desa

yang

terpilih,

jumlah ibu-ibu yang

memilikl

anak

BALITA didaftar untuk selanjutnya dipilih

berdasarkan proporsional. Artinya setiap desa akan

terwakili oleh sampel sebanding dengan proporsi

populasi. Dalam penelitian ini diambil 5 % dari

setiap

desa yang dijadikan sampel.. Besarnya

sampel

dalam penelitian ini, secara proporsional dan

dlanggap representatif terhadap populasi.

Untuk memperjelas sampel penelitian, secara

rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 : SAMPEL PENELITIAN

T

I No-|

Nama Desa

V—+

1

I C 1 a p u s

2 j Mekarjaya

3 I Bandasari

JL

J u m l a h

1 1 _ ^ -,

j Besar

J Sampling jBesar j

| populasi j farction jsampelj

H

1—

.j

h

|

1.089

J 0,05

| 54

|

J

885

j 0,05

| 44

|

j

441

j 0,05

J 22

|

2.415 120

Jumlah sampel penelitian 120 warga belajar

dapat dlanggap representatif.

B. Metode Pep^l1tIan dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptlf. Sebagaimana yang

diungkapkan

oleh

Winarno

Surakhmad

bahwa

metode

deskriptlf

mempunyai

ciri

sebagai

berikut:

(1)

(29)

memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

masa sekarang, pada masa-masa aktual. (2) data yang dikumpulkan mula-mula dlsusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Dengan metode ini, penulis bermaksud menggambarkan subyek dan obyek penelitian,

yang mengungkapkan peranserta sumber belajar dalam

membina kesadaran warga belajar untuk menerima

program imunisasi, yang dipengaruhi oleh latar

belakang pendidikan dan status sosial warga belajar di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Penulis menggunakan metode deskriptlf ini, dengan alasan

berorientasi kepada pemecahan masalah yang aktual

yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian ini

tidak hanya sekedar memberikan gambaran tentang sekelompok sampel, yang dijadikan obyek penelitian,

melainkan mengumpulkan data, menyusun,

mengklasifikasikannya, menganalisa serta

menginterpretasikannya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan ialah

guided intervieu yang berbentuk skala penllaian,

dengan alasan bahwa jumlah responden yang

berpendidikan Sekolah Dasar dan SLTP cukup besar,

sehingga dengan menggunakan cara tertulis

dihawatirkan tidak bisa menangkap arti atau maksud

item-item pertanyaan yang kurang bisa dipahami

isinya. Untuk memudahkan dalam mengumpulkan data,

(30)

penulis mengadakan wawancara sesuai dengan masalah

yang

ditelitl.

Sedangkan penyusunan

alat

ukur

pengumpul

data,

di dasarkan

pada

pertimbangan

;

hasil

pengukuran

lebih bersifat

obyektif,

data

diolah

dan

dianalisis

secara statistik,

dengan

tingkat ketelitian dapat diandalkan. Sedangkan untuk

memudahkan

i>engumpulan

data,

penulis

lakukan

sebagai berikut :

a.

Observasl

penulis

lakukan

untuk

memperoleh

kejelasan

tentang

kegiatan

ibu ibu

yang

memiliki anak di bawah lima tahun ( warga

belajar),

dalam

proses pemblnaan

oleh kader

pembina

pos

pelayanan

terpadu.

Pada

saat

obeservasi,

penulis

menggunakan

teknik

pendekatan

tanya jawab, diskusi, simulasi

dan

wawancara dengan nara sumber.

Wawancara

merupakan langkah untuk

memperoleh

data yang paling efektif

dan paling

ampuh.

Langkah yang ditempuh penulis

dalam mencari

informasi

yang diperlukan,

melalui

wawancara

dengan

ibuibu yang memiliki anak BALITA,

Ibu

Kepala

Desa,

Kader pembina kesehatan,

Ketua

RW/RT

dan

tokoh

masyarakat.

Data

hasil

wawancara

merupakan

data

pendukung

untuk

(31)

memperkuat kepentingan analisa.

Untuk memperlancar pelaksanaan wawancara, penulis menyiapkan pedoman wawancara, yang

berfungsi

sebagai

acuan

dalam

memberikan

pertanyaan kepada responden.

Teknik wawancara yang penulis lakukan ada dua

jenis: Pertama terhadap nara sumber yaitu ibu

kepala

desa,

kader pembina

kesehatan,

ketua

RW/RT dan tokoh masyarakat. Dalam melakukan

wawancara terhadap nara sumber tersebut,

mengacu kepada pedoman wawancara yang disiapkan

sebelumnya. Data yang diperoleh dari nara

sumber,

tidak

dimas\ikan

dalam

perhitungan

statistik,

hanya semata mata untuk

menegaskan

atau

memperkuat

dalam

menganalisis

data

tersebut. Kedua wawancara terhadap responden,

yang pelaksanaannya dilakukan secara terbimbing

dan mengarah kepada pokok persoalan, terutama

pemecahan masalah penelltian.

Stud! Dekumentasi

Stud! dekumentasi adalah studi yang dilakukan

dalam mengumpulkan data yang bersifat

administratif,

yang

diperlukan

untuk

kepentingan penelitian.

Nasution, (1988 : 85)

mengungkapkan

bahwa

"studi

dekumentasi

bermanfaat,

karena bahan itu telah ada,

telah

tersedia dan siap pakai, menggunakan bahan ini

(32)

tidak memakai biaya". Dekumen-dekumen yang

penulis

pergunakan

adalah

yang

berhubungan

dengan

program imunisasi, seperti jumlah

ibu

ibu

yang memiliki anak BALITA,

serta

tingkat

perkembangannya

dalam mengikuti

pembelajaran

yang dikelola oleh POSYANDU.

d. Angket

Angket

penulis lakukan untuk

memperoleh

data

secara langsung dari responden. Dengan harapan

data yang diperoleh itu lebih obyektif.

e. Studi Pusfraka

Studi Pustaka dapat membantu penulis dalam

mengungkapkan

konsep-konsep

dasar

yang

erat

kaitannya dengan masalah penelltian.

3. Pengembangan Instrumen

a. Penyusunan Item

Tabel : 6 PENDIDIKAN

Teoritis

Pendidikan Sekolah

Pendldikan Luar Sekolah

Empiris

Ijazah/STTB

Sertifikat

84

Analisis

j

Jenjang Sekoj

lah yang di-j

tempuh (SD, |

SLTP,SLTA,

j

PT

J

Pokja.Diklatj

Penataran,Cej

(33)

| Teoritis

f-J Pekerjaan

Tabel : 7

STATUS SOSIAL EKONOMI

T

T

Empiris

J Analisis

Jenis Pekerja

an

PNS/ABRI, Buruhj

Petani, Buruh |

tan! I

I

j Sarana Kehldupj Rumah yang di-j- Status Rumah

miliki

yang dimillki

j

j- Luas/ukuran

j

j Rumah yang

j

J dimiliki

j

j- Sarana Pene

|

j rangan yang

J

j dipergunakan

|

I

I

j- Memiliki/tidak |

j memiliki;

j

j Kulkas,TV,Radioj

{ kaset, Transis~j

j tor

j

| - Mobil, Speda

|

j Motor,lain Tainj

an

!

JBarang yang di J Pemllikan

Ba-Jmiliki

j rang

I

Teoritis

Keterbukaan

Tabel : 8

KETERBUKAAN

Empiris

T

Analisis

-L

Jenis Media Inj -Televisi

formasi

j-Koran

J-Radio

j-Lain-lain

i

(34)

Tabel : 9

KESADARAN MENGIKUTI PROGRAM IMUNISASI

j Teoritis

Empiris

j Kesadaran

Kesehatan

j Analisis

j-Kebiasaan meme

J lihara kesehatan]

j fisik maupun men]

j tal

j

~1

I

H

Alat

ukur yang penulis gambarkan

di

atas,

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan

sekolah adalah untuk

mengukur

latar

belakang pendidikan formal

responden.

Sedangkan

untuk mengukur Pendidikan Luar Sekolah,

apa yang

pernah

diikutinya oleh responden.

Hal

ini

tergambar pada pertanyaan No. 1 dan no. 2.

2. Status Sosial Ekonomi

Status

sosial ekonomi diukur berdasarkan jenis

pekerjaan responden,

jumlah penghasilan

rata

rata,

sarana

kehidupan dan

jenis

barang

yang

dimiliki. Hal ini tergambar pada pertanyaan No. 3

sampai no. 11.

3. Keterbukaan Berkomunikasi

Keterbukaan

berkomunikasi

dapat

diukur

dengan

melihat alat komunikasi yang dimiliki,

tercermin

pada pertanyaan no. 12 sampai no. 17.

4. Kesadaran Mengikuti Program Imunisasi

Diukur

dengan melihat kesadaran responden

dalam

(35)

mengikuti

kegiatan program imunisasi.

Hal

ini

tergambar pada pertanyaan no. 18 sampai no.32.

b. tl.il Goba Instrumen

Uji coba instrumen pengjumpul data, bertujuan

untuk

memperoleh

gambaran

tentang

kecocokan

instrumen

yang digunakan untuk pengumpul

data

tersebut.

Langkah yang ditempuh penuli3 dalam uji coba

instrumen pengumpul data, dengan mengambil sampel

penelitian

sebanyak

15 orang

ibu-ibu

yang

memiliki anak di bawah lima tahun,

masing-masing

5

orang yang mewakili kelompok besar,

5

orang

yang mewakili kelompok sedang dan 5

orang yang

mewakili kelompok kecil.

Dari

hasil

uji

coba

instrumen

penulis

memperoleh

gamabaran,

bahwa

responden

kurang

mampu menangkap is! dari instrumen pengumpul data

tersebut,

karena

banyak

responden

kurang

menguasai

bahasa yang tercantum

pada

instrumen

pengumpul

data.

Oleh karena itu

dalam

mengisi

instrumen pengumpul data, diperlukan bimbingan.

Sedangkan

pertanyaan

yang

menggunakan

wawancara

terstruktur,

telah

ditentukan

jawabannya berdasarkan pertimbangan peneliti.,

S.

Nasution,

(1987:88)

" untuk menetapkan

berapa

jumlah

pillhan

yang

sebaiknya

dari

setiap

pertanyaan adalah peneliti

sendiri berdasarkan

(36)

pertimbangan".

c. Revisi dan Perbanyakan

Setelah

instrumen pengumpul data

mengalami

revisi,

terutama

penyederhanaan

kalimatnya,

selanjutnya

penulis

memperbanyak

instrxrmen

penelitian,

lalu

menyebarkannya kepada

120

responden.

Persiapan Penelitian

Pada

tahap

persiapan,

penulis

mengadakan

penjajagan pendahuluan pada wilayah yang dijadikan

lokasi

penelltian. Langkah kerja pada persiapan

ini,

mengadakan

konsultasi

dengan Bapak

camat

kecamatan

Banjaran

, yang dijadikan nara sumber

oleh

penulis,

yang dapat memberikan informasi tentang:

1. Jumlah ibu-ibu

yang memiliki

anak BALITA,

dari

masing-masing desa.

2. Jarak tiap-tiap

desa ke kota kecamatan

dengan

katagori

dekat, sedang dan

jauh.

3. Pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak BALITA.

4. Pendapatan/penghasilan ibu-ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun.

Pada

penelitian

pendahuluan

ini

penulis

mengadakan uji coba instrumen pengumpul

data,

dengan

harapan penulis mendapat gambaran tentang kecocokan

alat

pengumpul

data yang digunakan.

Dalam uji

coba

instrumen

pengumpul

data,

penulis mengambil

sampel

(37)

penelitian sebanyak 15 orang ibuibu yang memiliki anak

BALITA,

masing-masing

5

orang

yang

mewakili

dari

kelompok

besar,

5 orang dari kelompok

sedang

dan 5

orang dari kelompok kecil. Dari hasil uji coba, penulis

memperoleh

gambaran

bahwa

responden

kurang

mampu

menangkap

isi dari instrumen pengumpul

data,

sebagai

akibat kebanyakan dari mereka, kurang menguasai

bahasa

yang

tercantum pada instrumen pengumpul

data.

Oleh

karena

itu

dalam mengisi

instrumen

pengumpul

data,

diperlukan bimbingan dari kader kesehatan.

Sedangkan

pertanyaan yang menggunakan

wawancara

terstruktur,

telah

ditentukan jawabannya

berdasarkan

pertimbangan

peneliti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh S. Nasution

( 1987 : 88 ) " untuk menetapkan berapa jumlah pillhan

yang sebaiknya dari setiap pertanyaan atau pernyataan

adalah

peneliti

sendiri

berdasarkan

pertimbangan".

Untuk

mengetahui

peran

serta

sumber

belajar

dalam

menyampaikan meter! pembelajaran dan untuk mengetahui

metode

dan

teknik

pendekatan

yang

diterapkan

oleh

sumber belajar, umumnya menggunakan tiga pillhan

yaitu

a, b dan c . Sebagai mana yang dikemukakan oleh Bambang

Suwarno (1987:52)" meskipun banyak variabel yang

telah

mempunyai nilai/katagori

( menurut kebiasaan)

yang

baku,

akan tetapi dalam ilmu sosial biasanya

peneliti

sendiri

yang menentukan".

Oleh karena

itu

dalam

menentukan

option

dari

tiap-tiap

pertanyaan

dengan

menggunakan

tiga katagori yaitu

"ya,

kadang-kadang,

(38)

tidak atau tinggi, sedang dan rendah.

D. Pengumpulan Data

Setelah instrumen pengumpul data mengalami

perbalkan, selanjutnya penulis menyebarkan angket, yang

ditujukan

kepada 120 warga belajar

yang merupakan

sampel penelitian.

E. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan

data merupakan langkah

yang ditempuh

penulis,

agar data yang dlsajikan

mempunyai

arti,

sehingga

dapat

menjawab

problematika

penelitian.

Langkahnya sehagai berikut :

1. Seleksi Data

Untuk

menghindari

kesulitan

dalam

mengolah

data,

angket

yang

telah

diedarkan

dan ditarik

kembali,

lalu diteliti

keberadaannya,

apakah

pengisiannya

sesuai dengan yang

diharapkan

oleh

penulis

?,

dengan kriteria angket

yang memenuhi

syarat sebagai berikut :

(1) Penglsian

angket harus sesuai dengan petunjuk

yang telah ditetapkan.

(2) Penglsian

angket

harus

jelas

dan

tidak

meragukan penulis.

(3) Angket

yang

kembali harus

utuh,

dalam

arti

tidak ada lembar yang hilang.

2. Klasiflkasi Data

Data

yang

telah terkumpulkan

diklasifikasikan

sebagai berikut :

(39)

(1) Kelompok

pertama

akan

mengungkapkan

dan

mengukur

varlabel

pendidikan

ibu-ibu

yang

memiliki anak di bawah lima tahun.

(2) Kelompok kedua akan mengungkapkan dan mengukur

varlabel

Status

sosial ekonomi

ibu-ibu

yang

memiliki

anak

di

bawah

lima

tahun

dalam

menerima progra imunisasi.

(3) Kelompok ketiga akan mengungkapkan dan mengukur

varlabel keterbukaan berkomunikasi ibuibu yang

memiliki

anak

di

bawah

lima

tahun

dalam

menerima program Imunisasi

Untuk lebih jelas langkah penelitian dapat

dilihat

pada desain penelitian di bawah ini.

Gambar 2 :

DESAIN PENELITIAN

j Tingkat Pendidikan

j Kesadaran Imunisasi

1

j Status Sosial Ekonomi

Keterbukaan KomunikasiI

3, PenguJian Data

Data

yang

telah

terkumpul

perlu

dlsusun

(40)

dengan

tujuan untuk mendapatkan

kesimpulan

dari

hasil

penelitian. Untuk pengujian data digunakan

secara

3tatistik

prosentase

(%)

dengan

teknik

perhitungan sebagai berikut :

f

P x 100

n

Keterangan :

P

= Jumlah/frekwensi

yang

diprosentasekan

Prosentasekan

f

= frekwensi

yang

dicari

dari

sejumlah

jawaban responden

(jawaban responde)

n = Jumlah responden

100 = Bilangan tetap

Dengan

menggunakan formula di atas,

harapan

penulis dapat

menggambarkan

frekwensi

jawaban

warga belajar (responden) terhadap

setiap

aspek

yang diteliti. Dengan cara demikian akan

terlihat

kecenderungan jawaban responden secara keseluruhan

dari setiap item pertanyaan. Untuk

pengujian dari

setiap jawaban responden, dilakukan

pengelompokan

prosentase sebagai berikut :

1% - 9% - hubungan tidak ada

10% 24% = hubungan sebagian kecil

25%

49%

= hubungan kurang dari setengahnya

50% = hubungan setengahnya

51%

74%

=

hubungan

lebih

dari

setengahnya

75% 99 % - hubungan sebagian besar

(41)

100% = hubungan seluruhnya

Untuk pengujian hubungan dua variabel, penulis

menggunakan

perhltungan statistik dengan memakai

teknik Yule's Q,

( Morris Zelditch.Jr, 1959:124 )

dengan formula sebagai berikut :

Yule's Q ~

ad cb

ad + cb

Sedangkan

untuk pengujian signifikansi dengan

menggunakan tes Chi-Square, dengan formula sebagai

berikut :

X2

k

b

(F15

E;U>2

i=l

j=l

Ejy

(Wim Van Zanten, (1980:294)

Dimana : X2

Chi-Square

F1j= Frekwensi yang didapat dalam

kotak (ij)

Pertanyaan

ini akan dinyatakan

ada korelasi

atau dapat diterima apablla :

X2 > X2

(b-D(k--l)

(42)

BAB V

DISKUSI, KESIMPULAN, SARAN-SARAN DAN IMPLIKASI

A. Dlskusi Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelltian ini, mendiskusikan hal

hal

yang

berorientasi

kepada

hasil

pengolahan

dan

analisis

data, yang sudah diuraikan pada bab

sebelumnya.

Pembahasan

hasil

penelitian

ini

dipertimbangkan

dalam

dlskusi,

yang

disebut

diskusi

hasil

penelitian.

Mendiskusikan

hasil penelitian yaitu

menjawab

hipotesis

penelitian yang telah dikemukakan dimuka, tentang

faktor

faktor

yang

mempengaruhi keberhasil

program

imunisasi.

Adapun

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

keberhasilan

program imunisasi adalah faktor pendidikan, status

sosial

ekonomi dan keterbukaan berkomunikasi.

Alat

ukur yang digunakan dalam menilai

keberhasilan

warga belajar

dalam mengikuti program

imunisasi

adalah

tingkat

kesadaran dalam menglkuti program imunisasi

yang

berorlentasl dalam meningkatkan kesehatan anak di bawali

lima

tahun.

Pengambilan

alat

ukur

dldasarkan

kepada

pendapat Achmad Sanusi (1983:14) "keberhasilan bukan hanya

berhasil dalam proses input menjadi output, tetapi yang

terpenting

adalah

bagaimana keadaan

out

come

itu

diterapkan dalam kehidupan sehari hari". Oleh karena

itu

(43)

dalam penelltian yang menyorotl tentang kesadaran warga

belajar dalam menerima program imunisasi, merupakan

penjabaran dari teori yang dikemukakan di atas.

Untuk mengetahui tingkat kesadaran warga belajar

dalam mengikuti program imunisasi, karena dlpengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Hubungan pendidikan ibu ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun dengan kesadaran menerima program

imunisasi

Balk pendidikan sekolah maupun pendidikan luar

sekolah, dari data yang ada menunjukkan bahwa

pendidikan

sekolah

mempunyai

asosiasl

0,65

dan

pendidikan

luar

sekolah

mempunyai

asosiasl

0,68.

Mengandung arti mempunyai hubungan yang signifikan.

Bertitiktolak dari hasil pembuktian di atas,

terjadinya perubahan positif pada bidang

pendidikan, akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran

warga belajar, dalam mengikuti program imunlsasi. Hasil

pembuktian

Inl dapat menjawab hipotesis no.

1.

Yaitu

bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi tingkat

kesadaran warga belajar, dalam menerima program

imunisasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Krech

(1962:225)" Bahwa adanya perubahan sikap seseorang

tergantung pada Intelegensinya".

Pendapat Krech, memiliki kecenderungan bahwa

tingkat pendidikan seseorang, membawa pengaruh yang

besar terhadap sikap dan pola tingkah laku orang

(44)

tersebut,

terutama

dalam kapasitas

memecahkan

suatu

masalahan yang dihadapinya.

Soepardjo

Adikusumo,

dalam

laporan

penelitian

pendidikan

di

Indonesia bagian

Tlmur

mengemukakan,

bahwa

pendidikan

dalam

arti

yang

seluas-luasnya,

menjadi

faktor

dasar yang berpengaruh

kuat

terhadap

kualitas sumber daya manusia sebagai subyek

pembangunan.

Melaksanakan pembangunan

atas

kekuatan

sendiri,

menuntut manusia sebagai

subyeknya memilikl

kemampuan

alih teknologi yang

berwawasan

kebangsaan.

Manusia yang demikian, mau tidak mau harus manusia yang

berpendldikan".

Melihat kenyataan yang ada di lokasi penelitian,

bahwa tingkat pendidikan warga belajar yang

dikatagorikan berpendldikan tinggi yaitu tamat SLTA dan

Akademi/Perguruan

Tinggi (35%), sedang

warga

belajar

yang

dikatagorikan

berpendldikan rendah

yaitu

tamat

SD/sederajat,

SLTP/sederajat

(65%).

Demikian

pula

pendidikan luar sekolah yang pernah diikutinya; seperti

kelompok

kerja

(POKJA),

pendidikan

dan

latihan

(DIKLAT),

dan

penataran (57%)

Sedangkan

yang

hanya

mengikuti ceramah saja (43%).

1,1. Hubungan

pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak di

bawah lima tahun dengan keterbukaan menerima

program imunisasi

Balk

pendidikan

sekolah maupun

pendidikan

luar

sekolah,

dari

data yang

ada

menunjukkan

bahwa

(45)

pendldikan

sekolah

mempunyai

asosiasl

dan

pendldikan luar sekolah mempunyai asosiasl

Mengandung

arti

mempunyai

hubungan

yang

signifikan.

1.2. Hubungan

pendidikan ibu-ibu yang memiliki anak di

bawali

lima

tahun

dengan

status

sosial

ekonomi

Baik

pendidikan

sekolah maupun

pendldikan

luar

sekolah,

dari

data yang ada menunjukkan

bahwa

pendidikan

sekolah

mempunyai

asosiasl

dan

pendldikan luar sekolah mempunyai asosiasl

Mengandung

art!

mempunyai

hubungan

yang

signifikan.

2. Hubungan

status sosial ekonomi

ibu-ibu yang memiliki

anak

di

bawah lima tahun

dengan

kesadaran

menerima

program imunisasi.

Hasil analisis statist Ik menunjukkan, bahwa faktor

status sosial ekonomi mempunyai asosiasl 0,47,

artinya

mempunyai

hubungan positif. Oleh karena itu hipotesis

kedua diterima kebenarannya dan signifikan.

Terjadinya

perubahan

positif

pada

status

sosial

ekonomi,

berpengaruh kuat

terhadap tingkat:.

kesadaran

warga

belajar, dalam menerima

program imunisasi.

Sebagaimana

yang diungkapkan oleh

Husin Ismail,

(

1989

:

18)

"Bahwa

status

sosial

ekonomi

turut

menentukan pola tingkah seseorang, aktif tidaknya dalam

melaksanakan

togas atau kegiatan

tertentu".

Pendapat

(46)

yang sama yang dlkemukan oleh Rogers, " bahwa golongan

yang status sosial ekonomlnya tinggi, cenderung dapat

menerima

inovasi,

sehingga motlvasinya

lebih tinggi

dari pada yang status sosial ekonomlnya lemah"

Juga

pendapat

yang

dikemukakan oleh

Flchter,"

bahwa

orangorang dari status sosial ekonomi tinggi lebih

banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat,

dibanding

dengan

orang lain yang status sosial

ekonomlnya

rendah".

2.1. Hubungan

status

sosial

ekonomi

ibuIbu

yang

memiliki

anak

di

bawali

lima

tahun

dengan

keterbukaan menerima program imunisasi.

Hasil analisis statlstik menunjukkan, bahwa faktor

status sosial

ekonomi

mempunyai

asosiasl

artinya mempunyai hubungan positif

3. Hubungan

keterbukaan

berkomunikasi

ibu ibu

yang

memiliki

anak di bawah lima tahun,

dengan kesadaran

menerima program imunisasi .

Hasil

analisis

statistIk

menunjukkan,

bahwa

tingkat

keterbukaan berkomunikasi

warga

belajar,

mempunyai

asosiasl 0,73, artinya mempunyai hubungan

positif.

Oleh karena itu hipotesis ketiga diterima

kebenarannya dan signifikan.

Terjadinya

perubahan

positif pada

tingkat

keterbukaan berkomunikasi, berpengaruh kuat terhadap

tingkat kesadaran warga belajar,

dalam

mengikuti

program imunisasi-

Kenyataan ini didukung oleh suatu

(47)

konsep"

bahwa

sikap

menerima merupakan

dimensi

kepribadian yang terlnfresikan pada komponen kognitif,

afektif dan konatif setiap

individu,

yang memilikl

kecenderungan untuk bertlndak pada diri seseorang

yang

secara

luas

mempengaruhi

tindakannya.

(Krech,

1962:146). Data empirik di atas dapat memperkuat

hasil

penelitian yang penulis lakukan.

Semakin

terbuka

berkomunikasi,

semakin tinggi peluang seseorang

dalam

menerima informasi.

3.1. Hubungan keterbukaan berkomunikasi

Ibu ibu

yang

memiliki

anak

di

bawah

lima

tahun,

dengan

kesadaran menerima program imunisasi .

B. Kesimpulan

Berdasarkan

hasil

analisis

data

penelitian,

kemudian

dldiskusikan,

maka dapat

dikemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor

pendidikan,

baik pendidikan

sekolah

maupun

pendidikan luar sekolah memiliki kecenderungan memiliki

andll yang cukup besar dalam menunjang keberhasilan

warga belajar dalam mengikuti program imunisasi

2. Faktor

status

sosial

ekonomi

merupakan

salah

satu

Indikator

yang

dapat

menunjang keberhasilan

warga

belajar

dalam mengikuti program imunisasi.

3. Tingkat

keterbukaan berkomunikasi,

dapat

member!

peluang kepada warga belajar dalam menyerap berbagai

informasi

yang berbekal

pengetahuan

, keterampilan

serta berbagai pengalaman yang dapat memberikan

nilai

(48)

tambah diantara warga belajar. terutama Informasi

yang

ada kaitannya dengan program imunisasi.

C. Saran saran

Sebagaimana telah dluraikan di muka, bahwa kesadaran

warga

belajar

dalam

mengikuti

program

imunisasi,

dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan,

status

sosial

ekonomi dan

keterbukaan berkomuniaksi.

Maka

penulis

mengemukakan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan,

baik pendidikan sekolah maupun

pendidikan luar sekolah, menunjukkan pengaruh yang

sangat besar terhadap kesadaran warga belajar dalam

mengikuti

program

imunisasi.

Oleh

karena

itu,

pendidikan warga belajar

perlu adanya peningkatan

sebagai upaya menambah pengetahuan dan keterampilan

dalam memellhara serta membimbing anak BALITAnya.

2. Tingkat status sosial ekonomi menunjukkan pengaruh yang

sangat besar terhadap kesadaran warga belajar,

dalam

mengikuti program imunisasi. Oleh karena itu,

setiap

warga belajar perlu dikembangkan kemampuan meningkatkan

pendapatan, melalui usaha mandir! dalam rumah tangga.

3. Tingkat keterbukaan warga belajar dalam berkomunikasi,

menunjukkan

pengaruh yang sangat

besar

terhadap

kesadaran

warga belajar

dalam

mengikuti

program

imunlsasi,

Oleh sebab itu informasi

imunisasi perlu

ditlngkatkan pengembangannya, secara berantai melalui

kelompok kerja.

(49)

4„ Perlu adanya peningkatan kemampuan sumber belajar, baik

dalam

penguasaan

materi

pembelajaran

maupun

keterampilan menyampaikan materi pembelajaran secara

teratur dan berkesinambungan, agar materi pembelajaran

mudah diserap oleh warga belajar.

5. Dalam penelitian ini baru terungkap tingkat pendidikan,

status sosial ekonomi, dan keterbukaan berkomunikasi.

Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan,

yang

lebih memberikan perhatian pada media informasi yang

belum terungkap.

D. Implikasi

Dari

hasil penelitian ini,

terkandung

makna

implikasi yang mendalam, bahwa kesadaran warga belajar,

dipengaruhi

oleh

suatu

tuntutan

situasional

yang

termotivasi oleh perkembangan jaman.

Warga belajar dengan tingkat pendldikan sekolah yang

tinggi, ditunjang dengan pendidikan luar sekolah yang

pernah dilkutinya, secara otomatis mereka memilikl bekal

pengetahuan dan keterampilan, dalam mengurus, mendidik

serta membimblng anak BALITAnya.

Dari

hasil

penelitian,

yang

mengungkapkan

kesadaran warga belajar dalam mengikuti program imunisasi,

yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan , tingkat status

sosial

ekonomi, dan tingkat keterbukaan

komunikasi,

melahirkan beberapa implikasi praktis yang sekiranya dapat

dikaji

lebih

lanjut. Adapun implikasi

dari

hasil

penelltian ini sebagai berikut :

(50)

1 Tingkat pendidikan sekolah dan. pendidikan luar sekolah,

besar pengaruhnya terhadap kesadaran warga belajar,

dalam

menglkuti program imunisasi. Hal ini mempunyai

makna, semakin tinggi tingkat pendidikan warga belajar,

semakin tinggi pula tingkat kesadaran mereka,

dalaiu

mengikuti program imunisasi-. Banyak warga belajar,

menyadari pentingnya kesehatan bagi kehidupan anak

BALITAnya, walaupun mereka

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini kerana, penulis beranggapan bahawa penggunaan retorik pemujukan sangat berkesan dalam menyampaikan sesuatu ideologi atau pendapat yang dihebahkan melalui saluran media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1)variabel jiwa kewirausahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap minat mahasiswa berwirausaha(r hitung =0,404;sig.=0,000<

pemerintah dengan penanam modal asing.. 3) Pengaturan divestasi saham pada perusahaan penanaman modal. asing di bidang pertambangan umum di Indonesia tidak

HONORARIUM PANITIA PELAKSANA KEGIATAN; HONORARIUM PEGAWAI HONORER / TIDAK TETAP; BANTUAN TRANSPORT NARASUMBER DAN BANTUAN TRANSPORT PESERTA; HONORARIUM NARASUMBER; BELANJA

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan representasi

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis mencoba untuk membahas mengenai langkah-langkah pembuatan animasi sederhana yang di lengkapi dengan cara pembuatan obyek dan penambahan efek

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu kegiatan pendidikan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa jurusan kependidikan Universitas Negeri Semarang