• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI ANAK BERBAKAT AKADEMIK :Studi Pengembangan Program terhadap Siswa Kelas Akselerasi SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI ANAK BERBAKAT AKADEMIK :Studi Pengembangan Program terhadap Siswa Kelas Akselerasi SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI

ANAK BERBAKAT AKADEMIK

(Studi Pengembangan Program terhadap Siswa Kelas Akselerasi SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Feby Nur Pertiwi 0906890

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI

ANAK BERBAKAT AKADEMIK

(Studi Pengembangan Program terhadap Siswa Kelas Akselerasi SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Feby Nur Pertiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Feby Nur Pertiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya penyesuaian diri bagi anak berbakat akademik. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran umum penyesuaian diri anak berbakat akademik, memperoleh gambaran kondisi objektif pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk anak berbakat akademik di kelas akselerasi, dan menghasilkan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMAN 3 Bandung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Analisis data menggunakan statistika deskriptif analisis yaitu untuk mengumpulkan data gambaran penyesuaian diri anak berbakat akademik serta data-data yang mendukung dalam penyusunan program pribadi sosial. Hasil penelitian menunjukkan: (1) anak berbakat akademik cukup mampu dalam hal penyesuaian diri; (2) gambaran kondisi objektif pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk anak berbakat akademik di kelas akselerasi; dan (3) program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMAN 3 Bandung. Konselor diharapkan mampu melaksanakan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik.

Kata kunci: bimbingan pribadi sosial, penyesuaian diri, anak berbakat akademik.

ABSTRACT

The research is motivated by the importance of self-adjustment for academically gifted children. The aims of this research are to gain a general overview of self-adjustment of academically gifted children, to get a picture of the condition of the objective of implementing personal-social counseling program for academically gifted children in acceleration classroom, and to produce a personal-social counseling program to improve the self-adjustment of academically gifted children in acceleration classroom of SMAN 3 Bandung. This research employed quantitative and qualitative approaches. The data analysis used a descriptive statistics analysis, which is to gather the data of self-adjustment of academically gifted children as well as the data that supports in arranging personal-social counseling program. The results showed: (1) academically gifted children are quite capable in terms of self-adjustment, (2) the picture of condition of the objective of implementing personal-social counseling program for academically gifted children in classroom academic acceleration, and (3) a hypothetical personal-social counseling program to improve self-adjustment of academically gifted children in acceleration classroom of SMAN 3 Bandung. Counselors are expected to be able to perform personal-social counseling program to enhance self-adjustment of academically gifted children.

Keywords: personal-social counseling program, self-adjustment, academically gifted

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan MasalahError! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL, PENYESUAIAN DIRI,

DAN ANAK BERBAKAT AKADEMIKError! Bookmark not defined. A. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi SosialError! Bookmark not defined. B. Konsep Penyesuaian Diri ... Error! Bookmark not defined.

(6)

H. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Anak Berbakat Akademik ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. C. Pengembangan Program Hipotetik Bimbingan

Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Anak Berbakat Akademik untuk Siswa Kelas Akselerasi SMA

Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014Error! Bookmark not defined. D. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan bangsa yang diharapkan nantinya akan mampu menjawab kompleksitas permasalahan di masyarakat. Anak berbakat yang unggul potensinya dalam intelektualitas dalam literatur psikologi dikenal dengan sebutan gifted and talented children. Baik kata gifted atau pun talented di dalam kamus yang disusun oleh Echols dan Shadily (1993) memiliki persamaan arti, yaitu berbakat.

Menurut hasil wawancara dengan Indri Savitri (2012), psikolog anak di sekolah khusus anak berbakat Cugenang Gifted School, bahwa di Indonesia, istilah anak berbakat akademik dikenal dengan Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CI-BI) yang artinya anak dengan kemampuan berpikir yang tinggi ditandai dengan pengukuran skor IQ dengan level sangat superior. Indri Savitri (2012) memaparkan bahwa dunia mengenal konsep gifted saat pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton, seorang ahli matematika yang memiliki ketertarikan luar biasa pada bidang psikologi. Kontribusi pemikiran Galton sangat memengaruhi psikologi, ia banyak meneliti dengan tes yang dibuatnya tentang kemampuan mental. Pemikiran Galton yaitu semakin tajam persepsi seseorang maka dia semakin cerdas kemampuannya. Temuannya pun kemudian dikembangkan oleh ahli lain yang juga memiliki ketertarikan dengan anak gifted. Berbicara dengan perkembangan anak normal, anak gifted berada tidak dalam ranah normal sehingga mereka disebut pula anak luar biasa. Dianalogikan dengan pendekatan statistik tentang distribusi normal maka posisi mereka ada di bagian ekor sebelah kanan dari distribusi normal. Dengan demikian jumlah mereka di populasi anak-anak sedunia sekitar 2,5 % yang dikategorikan gifted.

(8)

(2011) menjelaskan bahwa teori ini mendasari pengembangan pendidikan anak

gifted dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children) yang terdiri dari tiga komponen penting untuk terwujudnya prestasi istimewa dari seorang anak berbakat akademik, diantaranya kapasitas intelektual di atas rata-rata yang ditandai dengan IQ di atas 130, motivasi dan komitmen terhadap tugas tinggi, dan kreativitas yang tinggi.

Namun, ketiga komponen ini tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan sehingga kemungkinan potensi anak tidak dapat dioptimalkan dengan baik, selain itu juga akan terjadi ketidaksinkronan antara perkembangan intelektualnya yang tinggi dengan perkembangan emosi dan sosial yang cenderung rendah (Van Tiel, 2011). Penyempurnaan komponen ini dikenal dengan The Triadich Renzulli-Monks yang merupakan model multifaktor untuk melengkapi The Three Ring dari Renzulli (Van Tiel, 2011).

Dengan model pendekatan dari Renzulli-Monks, maka pendidikan anak berbakat akademik tidak dapat dilepaskan dari peran orangtua dan lingkungan dalam menanggapi sinyal keberbakatannya, sehingga perkembangan intelektualnya tersebut dapat teroptimalkan dengan perkembangan sosial.

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, terdapat 52.989.800 anak usia sekolah. Diperkirakan ada sekitar 1,1% anak usia sekolah memiliki kualifikasi berbakat, artinya ada sekitar 1.059.796 anak berbakat akademik di Indonesia. Dari jumlah itu baru 0,9% yang medapat pendidikan layak.

Indonesia memiliki sekitar 1,3 juta anak usia sekolah yang kerap disebut anak berbakat akademik. Namun dari jumlah itu, baru 9.500 (0,7%) anak yang sudah mendapat layanan khusus dalam bentuk program akselerasi/percepatan (Kominfo Newsroom, data tahun 2009).

(9)

(KKPPAB). Kelompok kerja ini bertugas untuk: 1) mengembangkan “Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat” yang meliputi program jangka pendek dan jangka panjang untuk pendidikan dasar, pendidkan menengah dan pendidikan tinggi; dan 2) merencanakan, mengembangkan, menyelenggarakan melaksanakan, serta menilai kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana induk pengembangan anak berbakat.

Demikian pula dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4 menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Program akselerasi/percepatan belajar atau merupakan program layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa serta dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (program regular).

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini adalah pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dari 6 tahun dapat dipercepat menjadi 5 tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 tahun dapat dipercepat hanya menjadi 2 tahun saja.

Kurikulum program percepatan belajar adalah kurikulum nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang (Diknas, 2007)

(10)

Mengingat potensi dari keberadaan anak berbakat akademik tersebut dibutuhkan peran serta konselor, guru, dan orang tua untuk mendukung potensi yang dimiliki anak berbakat akademik menjadi optimal. Hoop dan Janson (Van Tiel, 2011) menyatakan bahwa jika tidak adanya dukungan tersebut, maka akan adanya masalah dalam perkembangan yang disebut masalah perkembangan disinkroni. Masalah disinkroni ini mencakup ketidakharmonisan berbagai fase perkembangan, yaitu perkembangan intelektual, perkembangan psikologis, perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan perkembangan bahasa yang berakibat dalam berbagai tesnya akan menunjukkan ketidakharmonisan.

Dari beberapa fase perkembangan yang disinkron pada anak berbakat akademik tersebut, masalah yang biasanya muncul ialah adanya kesenjangan dalam perkembangan sosial yang kemudian anak berbakat akademik tersebut stress karena saat perkembangan intelektualnya tinggi, kemampuan sosialisasi dengan relasi yang ada di sekitarnya tidak fungsional dan juga kemampuan emosinya pun menjadi negatif (Sowa, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Maemunah (2009) terhadap gambaran penyesuaian sosial dan emosional siswa berbakat akademik dalam program akselerasi untuk anak berbakat akademik di salah satu sekolah dengan program akselerasi ditemukan bahwa penyesuaian emosi pada siswa-siswi akselerasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Hal ini dapat dilihat pada nilai tinggi untuk penyesuaian emosi adalah 62.3% sedangkan pada penyesuaian sosial hanya terdapat 45.3%. Ini berarti bahwa pada siswa akselerasi memiliki kemampuan penyesuaian terhadap emosi yang lebih baik dibandingkan dengan penyesuaian sosialnya.

(11)

lain adalah tuntutan dari keluarga dan sekolah yang membuat mereka kadangkala merasa sangat terbebani. Nilai rendah yang diperoleh pada penyesuaian sosial memiliki arti bahwa mereka kurang mampu untuk melakukan penyesuain sosial yang baik.

Hal ini terjadi karena faktor internal yaitu perkembangan fisik mereka yang sedang berkembang dan berakibat pada perkembangan emosi mereka yang menyebabkan mereka menjadi gampang marah, jengkel dan mudah khawatir. Namun bagi mereka yang memiliki nilai yang tinggi baik untuk penyesuaian sosial maupun emosi menganggap bahwa permasalahan yang mereka hadapi adalah wajar dan merupakan sarana untuk pembelajaran bagi mereka, sehingga mereka tidak terlalu merisaukannya.

Hasil penelitian Maemunah (2009) adapun dampak secara sosial yang dirasakan selama mereka menjadi siswa akselerasi antara lain adalah mereka merasa waktu istirahat dan bermainnya kurang, temannya sedikit, dikucilkan oleh teman lain atau dimusuhi olah kakak kelasnya, dianggap sok dan tidak bisa bebas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dampak secara emosi yang paling dirasakan oleh mereka adalah kekhawatiran atau takut bila mendapatkan nilai buruk dan merasa malu jika nanti nilainya lebih jelek jika dibandingkan dengan teman-temannya yang berada di kelas regular.

Fenomena kurangnya penyesuaian diri di kalangan anak berbakat akademik bukanlah hal yang asing. Menurut studi pendahuluan di SMA Negeri 3 Bandung berkenaan dengan permasalahan anak berbakat akademik, Cenny Suryaanitana (2013) selaku guru BK di SMAN 3 Bandung juga menjelaskan kurangnya penyesuaian diri pada siswa yang terdapat di kelas akselerasi SMAN 3 Bandung. Fenomena kurangnya penyesuaian diri siswa di kelas akselerasi SMAN 3 Bandung dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan bahwa terdapat siswa di kelas akselerasi yang sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya serta cenderung individualis. Maka, dibutuhkan peran konselor di sekolah untuk memfasilitasi anak berbakat akademik agar berkembang secara optimal.

(12)

optimal. Berikut merupakan hasil penelitiannya: 1) karakteristik anak berbakat akademik harus disesuaikan terhadap kebutuhannya; 2) dibutuhkan konseling bagi anak berbakat akademik dalam mengatasi masalah sosial dan emosi juga isu permasalahan lainnya; dan 3) untuk membantu dalam mengoptimalkan potensi anak berbakat akademik, sangat diperlukan konseling sosial-personal, konseling akademik, dan konseling karir.

Dilandasi fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi. Untuk meningkatkan penyesuaian diri tersebut sangat diperlukan bimbingan pribadi-sosial. Jenis bimbingan ini sangat diperlukan secara simultan, sesuai dengan kebutuhan siswa. Pilihan strategi sangat ditentukan oleh kebutuhan bimbingan pribadi-sosial bagi anak berbakat akademik, sehingga hasilnya optimal. Untuk dapat mewujudkan bimbingan pribadi-sosial yang efektif, maka kegiatan bimbingan pribadi-sosial dibutuhkan kerjasama konselor dengan guru dan orangtua siswa.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Anak berbakat akademik memiliki tingkat intelegensi tinggi yang merupakan suatu kelebihan bagi anak berbakat akademik. Akan tetapi, hal tersebut dapat pula menimbulkan kurangnya penyesuaian diri bagi mereka karena perkembangan intelektual tidak selalu seimbang atau tidak berkembang sejalan dengan perkembangan sosial. Oleh karena itu, anak-anak berbakat akademik sering menghadapi permasalahan sosial, baik yang bersumber dari luar diri mereka (eksternal) maupun dari dalam diri mereka (internal).

Anak berbakat akademik dituntut untuk menyelesaikan tugas perkembangan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan sebelumnya belum pernah dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

(13)

orang dewasa lainnya yang secara profesional dapat diwujudkan melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk membantu anak berbakat akademik dalam mengatasi sikap masyarakat, di samping membantu mereka untuk mencari jalan keluar terhadap sistem pendidikan yang tidak dirancang untuk mengoptimalkan kemajuannya. Dengan demikian, konselor dan guru diharapkan mampu memberikan bantuan emosional bagi anak berbakat akademik, bahkan orangtuanya untuk melakukan modifikasi kurikuler dan strategi layanan bimbingan dan konseling, sehingga sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak berbakat akademik.

Berdasarkan uraian tersebut ada dua bagian penting dalam penelitian ini yaitu gambaran penyesuaian diri anak berbakat akademik dan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana gambaran umum penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung?

2. Bagaimana gambaran kondisi objektif pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial untuk anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung? 3. Bimbingan pribadi-sosial seperti apa yang sesuai untuk meningkatkan

penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk merumuskan dan menghasilkan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung. Secara lebih rinci, penelitian dimaksudkan untuk:

1. Memperoleh gambaran umum penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung.

(14)

3. Menghasilkan bimbingan pribadi-sosial yang sesuai untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dengan adanya penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan keilmuan bimbingan dan konseling berkaitan dengan gambaran penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi atau pengetahuan lebih mendalam mengenai gambaran umum penyesuaian diri pada siswa berbakat akademik.

b. Sebagai acuan dan masukan bagi konselor dalam mengenal anak berbakat akademik, juga dalam memfasilitasi bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri.

E.Struktur Organisasi Skripsi

BAB I berisikan Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Kajian pustaka mencakup konsep dasar bimbingan pribadi-sosial, konsep penyesuaian diri, konsep anak berbakat akademik, dan langkah-langkah penyusunan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik.

(15)

instrumen, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan proses pengembangan program bimbingan yang dihasilkan.

BAB IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari dua hal utama, yakni: (1) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan penelitian, (2) pembahasan dan analisis hasil temuan, (3) pengembangan program bimbingan pribadi sosial, dan (4) keterbatasan penelitian.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung yang beralamat di Jalan Belitung No. 8 Kota Bandung. Populasi penelitian adalah siswa berbakat akademik di kelas akselerasi. Siswa kelas X dan XI Akselerasi di SMA Negeri 3 Bandung berjumlah 30 orang, oleh karena jumlah siswa akselerasi yang terbatas maka semua siswa di kelas akselerasi dijadikan subjek dalam penelitian ini.

Pertimbangan mengambil subjek penelitian anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung adalah sebagai berikut.

1. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan yaitu wawancara dengan guru BK SMA Negeri 3 Bandung yang menyatakan bahwa kurangnya penyesuaian diri pada siswa di kelas akselerasi, siswa sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya serta cenderung individualis.

2. Pada siswa kelas akselerasi ditemukan adanya konflik dan permasalahan siswa dalam interaksi dengan lingkungan sosial, baik dalam interaksi dengan teman satu kelompok maupun kelompok lain.

3. Siwa di kelas akselerasi merupakan siswa berbakat akademik yang berprestasi secara akademik dengan melalui proses seleksi yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah penyelenggara kelas akselerasi.

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

(17)

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, yaitu penyesuaian diri anak berbakat akademik dan penyusunan program pribadi sosial maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis.

Alasan digunakannya metode deskriptif analisis yaitu untuk mengumpulkan data profil penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014 serta data-data yang mendukung penyusunan program pribadi sosial. Kemudian data-data tersebut disusun, dijelaskan, dan dianalisis.

C.Definisi Operasional Variabel 1. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial (Yusuf & Nurihsan, 2009: 11). Yang dimaksudkan bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini yaitu bimbingan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi keberbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa berbakat akademik secara optimal. Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk dapat menjaga keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional, dan sosial. Selain itu, bimbingan pribadi-sosial diharapkan mampu meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik. Dasar pengembangan adalah data empiris tentang gambaran peyesuaian diri anak berbakat akademik. Tujuan akhir dari bimbingan pribadi-sosial yang dirancang adalah adanya peningkatan penyesuaian diri siswa berbakat akademik di kelas akselerasi.

(18)

2. Penyesuaian Diri

Schneiders (1964: 51) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai berikut:

A process, involving both mental and behavioral response, by which an individual strives to cope successfully with inner needs, tensions, frustrations, and conflicts, and to effect a degree of harmony between these inner demands and those imposed on him by objective world in which he lives.

Penyesuaian diri merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan di lingkungannya.

Bagi siswa yang sedang belajar, penyesuaian diri di sekolah sangat penting, karena akan berpengaruh pada prestasi belajar. Oleh karenanya, penyesuaian diri di sekolah adalah kemampuan untuk hidup dan bergaul di sekolah. Penyesuaian diri siswa di sekolah diartikan sebagai kemampuan siswa mereaksi secara tepat realitas sosial, situasi, dan relasi sosial sehingga mampu berinteraksi secara wajar dan sehat, serta dapat memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya (Schneiders, 1964: 454).

Kemudian Schneider (1964: 454) mengemukakan bahwa penyesuaian diri di sekolah akan terwujud apabila:

a. siswa menghormati dan menerima peraturan sekolah; b. memiliki minat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah;

c. memiliki hubungan persahabatan dengan teman sekelas, guru, dan konselor; serta

d. bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

(19)

siswa tersebut meliputi penyesuian diri terhadap guru, kepala sekolah, dan staf lainnya; penyesuaian diri terhadap mata pelajaran; serta penyesuaian diri terhadap teman sebaya.

Berikut merupakan aspek dan indikator penelitian dari penyesuaian diri: a. Penyesuaian Diri dengan Guru, Kepala Sekolah, dan Staf Lainnya

Pada aspek penyesuaian diri dengan guru, kepala sekolah, dan staf indikatornya sebagai berikut:

1) Kemampuan siswa mengatur volume suara terhadap guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya.

2) Kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya.

3) Kemampuan siswa dalam menjaga sikap ketika bertemu dengan guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya.

b. Penyesuaian Diri terhadap Mata Pelajaran

Penyesuaian diri terhadap mata pelajaran indikatornya sebagai berikut: 1) Kemampuan siswa mengikuti kurikulum yang berlaku di kelas akselerasi. 2) Kemampuan siswa dalam memilih cara untuk mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan.

c. Penyesuaian Diri terhadap Teman Sebaya

Penyesuian diri terhadap teman sebaya indikatornya sebagai berikut: 1) Kemampuan siswa dalam menyikapi kondisi fisik, psikologis, status sosial,

dan status ekonomi teman sebaya.

2) Kemampuan siswa mengendalikan emosi saat terlibat perselisihan dengan teman sebaya.

3) Kemampuan siswa bekerjasama dengan teman sebaya. 4) Kemampuan siswa bersikap realistis.

5) Kemampuan siswa dalam melakukan tindakan yang sesuai norma teman sebaya.

(20)

3. Anak Berbakat Akademik

Istilah anak berbakat akademik menurut Kitano dan Kirby (1986) yaitu individu yang memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Maka dari itu, penelitian ini lebih dimaksudkan kepada anak akademik yang memiliki keunggulan dalam prestasi akademik di kelas unggulan dalam sistem sekolah akselerasi.

Anak berbakat akademik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Siswa yang memiliki kemampuan menonjol dan berkinerja tinggi ditunjukkan dengan stabil dalam berprestasi.

b. Siswa memiliki prestasi nilai akademik secara keseluruhan dengan rata-rata minimal 9,0 (sembilan koma nol).

c. Siswa yang menunjukkan prestasi dan/atau kemampuan potensial dalam atau beberapa bidang akademik.

d. Siswa berada di kelas akselerasi. e. Siswa memiliki IQ di atas 130.

D.Instrumen Penelitian

1. Angket

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai penyesuaian diri dalam penelitian yaitu menggunakan kuisioner atau angket untuk mendapatkan data tentang penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung. Instrumen untuk mengungkap penyesuaian diri anak berbakat akademik yang disusun adalah dengan menggunakan model Likert dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

(21)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri (Sebelum Validasi)

Aspek Indikator Pernyataan

(22)

Aspek Indikator Pernyataan

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan kondisi objektif mengenai bimbingan pribadi-sosial di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung serta bagaimana pelaksanaannya. Kisi-kisi pedoman wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Aspek Indikator

Program BK Penyusunan program

a. Landasan penyusunan program b. Identifikasi

(23)

Promosi program

Proses pemberian layanan a. Jenis layanan

b. Pelaksanaan layanan c. Wujud partisipasi

Tantangan dan problematika pelaksanaan program BK

Evaluasi dan tindak lanjur Program bimbingan pribadi

sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik

Tanggapan terhadap pengadaan program Harapan dari pengadaan program

Gambaran program bimbingan

Potensi keterlibatan partisipasi personil sekolah

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi

Aspek Sarana dan Prasarana

(24)

Alat

Daftar kemajuan belajar peserta didik Buku catatan home visit

Buku tamu

Blanko surat panggilan peserta didik

Agenda surat Papan informasi

(25)

E.Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli, yaitu Dr. Nani M. Sugandhi, M. Pd, Dr. Nurhudaya, M. Pd, dan Eka Sakti Yudha, M.Pd. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi.

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada angket intensitas kejenuhan belajar termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dosen ahli dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya item-item pernyataan layak digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi agar mudah untuk dipahami siswa.

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap tiga orang siswa kelas X akselerasi dan tiga orang siswa kelas XI akselerasi di SMA Negeri 3 Bandung. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat sejauhmana keterbacaan instrumen oleh responden sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item pernyataan pada angket dapat dipahami oleh enam orang siswa yang melakukan uji keterbacaan.

2. Uji Validitas Butir Item

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012: 159). Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap penyesuaian diri siswa. Pengujian validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi

(26)

itu, penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas dan linieritas regresi.

Hasil pengujian validitas instrumen tingkatan penyesuaian diri siswa dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 38 item pernyataan yang disusun didapatkan 31 item yang dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.

3. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat kemantapan sebuah instrumen atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten. Uji reliabilitas instrumen penyesuaian diri anak berbakat akademik menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah sebagai berikut:

0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah 0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah 0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang 0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh koefesien reliabilitas sebesar 0,899. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada derajat keterandalan sangat tinggi artinya instrumen tersebut mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba, sebagai berikut: Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri (Setelah Validasi)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

(27)
(28)

Aspek Indikator Pernyataan

Data profil penyesuaian diri anak berbakat akademik berupa data kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan verifikasi data untuk menyeleksi data yang dianggap layak diolah dalam penelitian. Berikut tahapan-tahapan analisis data kuantitatif.

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.

(29)

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Butir pernyataan pada alternatif jawaban siswa diberi skor 4, 3, 2, 1. Alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada pernyataan positif, semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa. Kemudian pada pernyataan negatif, semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin rendah penyesuaian diri siswa. Ketentuan pemberian skor penyesuaian diri anak berbakat akademik dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah:

a. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban Kurang Sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.

(30)

3. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan pengolahan data adalah untuk mengukur tingkat penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik.

Penyesuaian diri anak berbakat akademik dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: kurang mampu, cukup mampu, dan mampu. Pengelompokkan penyesuaian diri anak berbakat akademik dilakukan dengan menggunakan skor ideal.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menghitung skor total masing-masing responden. b. Menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku. c. Menentukan batas kelompok

Rumus skor ideal:

Xi + SDi (Arikunto, 2010) Keterangan:

Xi = rata-rata ideal, yaitu

SDi = standar deviasi ideal, yaitu

d. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu: kurang mampu, cukup mampu, dan mampu dengan menggunakan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.6

Pengkategorian Penyesuaian Diri Anak Berbakat Akademik Rentang Rata-rata Skor Kategori

X < (μ + 1,0 σ) Mampu

(31)

Keterangan:

X : rata-rata skor subjek μ : rata-rata ideal σ : standar deviasi ideal

Interpretasi dari setiap kategori penyesuaian diri adalah sebagai berikut: Tabel 3.7

Interpretasi Skor Kategori Penyesuaian Diri Anak Berbakat Akademik Kategori

Penyesuaian Diri

Skor Interpretasi

Mampu X < (μ + 1,0 σ)

Siswa pada kategori ini telah mampu mencapai tingkat penyesuaian diri pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan guru, kepala sekolah, serta staf lainnya, menyelaraskan diri dengan mata pelajaran di kelas akselerasi, dan menjalin hubungan dengan teman sebaya.

Cukup Mampu (μ - 1,0 σ) ≤ X ≤ (μ + 1,0 σ)

(32)

Kategori Penyesuaian

Diri

Skor Interpretasi

secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan guru, kepala sekolah, serta staf lainnya, menyelaraskan diri dengan mata pelajaran di kelas akselerasi, dan menjalin hubungan dengan teman sebaya.

Kurang Mampu X > - 1,0 σ)

Siswa pada kategori ini kurang mampu mencapai tingkat penyesuaian diri pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan guru, kepala sekolah, serta staf lainnya, menyelaraskan diri dengan mata pelajaran di kelas akselerasi, dan menjalin hubungan dengan teman sebaya.

(33)

G.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga langkah, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan, sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Studi pendahuluan di SMA Negeri 3 Bandung yang dilaksanakan saat sebelum melaksanakan penelitian dengan melakukan wawancara dengan guru BK. b. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen

pengampu mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling.

c. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing pada tingkat fakultas.

d. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang selanjutnya memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkap fakultas dan tingkat universitas. Selanjutnya surat izin penelitian disampaikan kepada pihak SMA Negeri 3 Bandung.

e. Membuat instrumen penelitian penyesuaian diri berikut penimbangannya kepada tiga dosen ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan data penyesuaian diri dengan menyebarkan instrumen di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

b. Mengolah data untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen penyesuaian diri.

c. Mengadakan wawancara dengan guru BK dilanjutkan dengan observasi sarana bimbingan dan konseling.

d. Mengolah dan menganalisis data data profil penyesuaian diri anak berbakat akademik serta menyimpulkan hasil wawancara dan observasi.

e. Membuat pengembangan program bimbingan hipotetik berdasarkan data-data yang diperoleh.

(34)

g. Mendiskusikan dengan praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK sekolah mengenai kelayakan program bimbingan pribadi-sosial.

h. Penyempurnaan program berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan.

3. Pelaporan

Tahapan pelaporan meliputi analisis data secara keseluruhan dari hasil kegiatan, hasil pengolahan data, serta pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (skipsi).

H.Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Anak Berbakat Akademik

Proses pengembangan program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian terdiri dari tiga langkah, sebagai berikut:

1. PenyusunanProgram

Pengembangan program bimbingan pribadi-sosial dimulai dengan melakukan need assesment berdasarkan analisis data mengenai gambaran penyesuaian diri anak berbakat akademik.

2. Validasi Program

Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Bandung. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan pemyesuaian diri anak berbakat akademik.

3. Program Bimbingan Pribadi-Sosial

(35)
(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Gambaran umum penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung cukup mampu dalam hal penyesuaian diri. Jika dilihat berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri bahwa anak berbakat akademik telah mampu menyesuaikan diri pada aspek penyesuaian diri terhadap teman sebaya. Selanjutnya anak berbakat akademik cukup mampu menyesuaikan diri pada aspek penyesuaian diri dengan guru, kepala sekolah, dan staf lainnya. Sedangkan anak berbakat akademik kurang mampu menyesuaikan diri pada aspek penyesuaian diri terhadap mata pelajaran.

Gambaran kondisi objektif pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung yaitu layanan bimbingan pribadi sosial yang diberikan sama kepada semua siswa termasuk anak berbakat akademik di kelas akselerasi. Layanan bimbingan pribadi sosial terselenggara dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya dukungan sistem seperti adanya kerjasama antar tim bimbingan dan konseling, personil sekolah, dan tersedianya fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Namun, di SMA Negeri 3 Bandung tidak ada jam bimbingan dan konseling sehingga menjadi salah satu tantangan untuk guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

(37)

B.Rekomendasi

Berdasarkan penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung, maka rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait sebagai berikut.

1. Sekolah

Rekomendasi bagi Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung yang menggunakan model Kurikulum Pendidikan Menengah yang disempurnakan menjadi Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang menuntut siswa lebih kreatif belajar dan guru harus lebih pintar, kemudian dirancang menjadi 2 tahun dan menempatkan anak berbakat akademik di kelas akselerasi.

Agar anak berbakat akademik terfasilitasi dalam mengarahkan kepribadian dan mengembangkan kecakapan pribadi dan sosial serta mengatasi masalah-masalahnya seoptimal mungkin, hendaknya dirancang program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik. Sehingga dicapai kesesuaian antara diri siswa dengan lingkungannya, khususnya di lingkungan sekolah.

Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung.

2. Guru BK

Berdasarkan penelitian tentang program pribadi sosial anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung, maka rekomendasi bagi guru BK diantaranya yaitu program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 3013/2014 berdasarkan hasil penelitian dapat dilaksanakan terutama tema-tema yang di dalamnya mencakup pada indikator-indikator dimana anak berbakat akademik yang cukup mampu menjadi mampu dalam menampilan kemampuan penyesuaian dirinya.

(38)

berinteraksi dengan cara ikut berpartisipasi di kegiatan sekolah, menggali dengan cara bercerita dan bertanya tentang keadaan siswa secara mendalam, sehingga kebutuhan, karakteristik, dan potensi siswa dapat terpenuhi secara optimal.

Guru BK lebih aktif dalam promosi atau sosialisasi program bimbingan dan konseling termasuk program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik kepada seluruh personil sekolah dalam keseharian di lingkungan sekolah. Kemudian, guru BK menjalin kerjasama dan berkoordinasi dengan orangtua siswa agar siswa juga mendapat perhatian dari orangtuanya, sehingga program bimbingan pribadi sosial dapat terlaksana seoptimal mungkin dengan adanya peran orangtua siswa.

3. Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas

Guru mata pelajaran dan wali kelas dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi anak berbakat akademik untuk meningkatkan penyesuaian diri dengan cara:

a. Memilih metode mengajar yang mendorong anak berbakat akademik memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan sosialisasi dengan teman-temannya yaitu dengan kerjasama maupun diskusi kelompok.

b. Kegiatan belajar-mengajar menggunakan proses bimbingan. Suasana kelas dan kegiatan belajar mengajar yang bernuansa bimbingan dapat diterapkan oleh guru dengan menciptakan iklim kelas yang kondusif, bebas dari ketegangan. Guru berusaha mempelajari dan memahami karakteristik anak berbakat akademik untuk menemukan kekuatan, kelemahan, dan kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan bantuan, khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian, guru memberikan fasilitas kepada siswa untuk meningkatkan penyesuaian diri anak berbakat akademik di kelas akselerasi.

4. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(39)

akademik di mata kuliah Populasi Khusus. Selain itu juga jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk memilih mata kuliah program studi pilihan yaitu anak dan remaja. Setelah mahasiswa memilih program studi baik anak maupun remaja, mahasiswa akan fokus dengan program studi yang dipilih. Sehingga, nantinya akan terjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah yang dipilih untuk melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa. Bentuk kerjasama yang yang diharapkan antara SMA Negeri 3 Bandung dengan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu PPL bagi mahasiswa yang memilih program studi remaja.

5. Peneliti Selanjutnya

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Ahmad Rohani. (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, M. dan Moh. Asrori. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Andhian, Ika Swastika. (2008). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa Berbakat Akademik (Studi terhadap Siswa Kelas VII Akselerasi SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). Bandung: PPB FIP UPI. (Skripsi)

Arikounto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Artanti, Hydra. (2008). Upaya Mengefektifkan Program Akselerasi dalam Rangka Pengembangan Potensi Siswa Berbakat Intelektual. Malang: PPs Universitas Islam Negeri Malang. (Tesis)

Biro Pusat Statistika. (2006). Kualifikasi Anak Berbakat di Usia Sekolah. (26 September 2012)

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (Alih bahasa Kartini Kartono). Jakarta: Rajawali Pers.

Clark, Barbara. (1983). Growing Up Gifted: Developing the Potential of Children at Home and at School, Second Edition. Colombus: Charles E. Merril Publishing Company.

Colangelo, N. Assouline, S.G., and Ambroson, D.L. (1992). Talent Development. Ohio: Ohio Psychology Press.

Cresswell, John W. (2012). Research Design, Edisi Ketiga: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Diterjemahkan oleh Ahmad Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2011). Pendefinisian Siswa Berbakat Akademik. (26 Desember 2012) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(41)

Diknas. (2007). Pedoman Penyelenggara Program Percepatan Belajar bagi Siswa Berbakat Akademik. (26 September 2012)

Duluth MN. (1983). ‘Tortoise, Hare or Thoroughbred’, Nancy Loving Tubesing

dan Donald A. Tubesing. Latihan Terstruktur untuk Manajemen Stress’.

Vol. 2. Whole Person Press.

Echols, J. M. dan Hasan Shadily. (1993). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Eswete. (2013). Kata-kata Motivasi Diri Buat Belajar Hidup Sukses. [Online]. Tersedia: http://www.eswete.com/kata-kata-motivasi-diri-buat-belajar-hidup-sukses.html [13 November 2013]

Farhah, Ratu. (2010). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Berbakat Akademik (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas Unggulan di kelas IVC dan VA SD Lab UPI Kampus Cibiru Bandung Tahun Ajaran 2009/2010). Bandung: PPB FIP UPI. (Skripsi)

Gardner, Howard. (1983). Frames of Mind: The Multiple Intelligence. New York: Basic Books.

Ghozy. (2011). Lupa dalam Belajar. [Online]. Tersedia: http://ghozyuphin.blogspot.com/2011/04/lupa-dalam-belajar.html

[13 November 2013]

Gysbers, Norman C. & Patricia Henderson. (2006). Developing & Managing Your

School Gidance and Counseling Program ― 4th

Edition. Alexandria, USA: American Counseling Association.

Hawadi, R. A. (2002). Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non Tes. Jakarta: Grasindo.

Kartadinata, Sunaryo et al. (2002). Bimbingan Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana.

Kitano, M. K. & Kirby, D. F. (1986). Gifted Education: A Comprehensive View. Boston : Little, Brown and Company.

(42)

Lazarus. (1961). Adjustment Personality. New York: McGrow Hill Book Company.

Kominfo Newsroom. (2009). Jumlah Anak yang Berpotensi Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CI-BI). (26 September 2012)

Maemunah, Siti. (2009). Gambaran Penyesuaian Sosial dan Emosi Siwa Program Akselerasi, Naskah Publikasi. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Marland, S. (1972). Education of Gifted and Talented. Washington DC, U.S.: Government Printing Office.

Myrick, Robert D. (1993). Developmental Guidance and Counseling: A Practical Approach, 2nd Edition. Minneapolis, USA: Educational Media Corporation. Nurihsan, A. Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Reflika Aditama.

Oktavya. (2010). Kerjasama yang Baik dalam Kelompok. [Online]. Tersedia: http://oktavya.wordpress.com/2010/11/07/kerja-sama-yang-baik-dalam-kelompok/

[13 November 2013]

Oriza. (2007). Kiat Hidup Aa Gym. [Online]. Tersedia: http://orizablog.wordpress.com/kiat-hidup-aa-gym/ [13 November 2013] Parke, B. N. (1989). Gifted Students in Regular Classrooms. Massachusetts: Allyn

& Bacon.

Pfeiffer, Steven I. (2008). Handbook of Giftedness in Children, Psychoeducational Theory, Research, and Best Practice. Tallahassee, USA: Florida State University.

Prayitno & Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sandurezu. (2013). Mengenal Tipe Belajarmu. [Online]. Tersedia: http://sandurezu.wordpress.com/2013/02/05/mengenal-tipe-belajarmu-visual-auditori-atau-kinestetik/

(43)

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehar & Winston.

Sowa, Claudia J. (1997). Expanding Lazzarus and Folksman’s Paradigm to the

Social and Emotional Adjustment of Gifted Children and Adolesents (SEAM). Journal Gifted Child Quarterly.41(2), 36-43.

Suherman, Uman. ( 2002). Psikologi Pendidikan: Membangun Interaksi Pembelajaran Optimal. Bandung: Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. ______________. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi

Press.

Sukardi, Dewa Ketut. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sundari, Siti. (2004). Ke Arah Memahami Kesehatan Mental. Yogyakarta: FIP UNY.

Supriatna, Mamat & Juntika Nurihsan. (2005). Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Pers.

Suwarjo dan Eva I.E. (2011). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.

Van Tassel-Baska. (1998). The Teacher as Counselor for The Gifted. Teaching Exceptional Children, Spring, 145-150.

Van Tiel. (2011). Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenadia Media. Walgito, Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi

Offset.

Wahab, Rochmat (2003). Bimbingan Sosial-Pribadi Berbasis Model Perkembangan. Bandung: PPs UPI. (Disertasi)

Wandasari, Yettie. (2011). “INSAN’. Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat. 13, (02), 85-95.

(44)

Willis, Sofyan S. (2012). Remaja dan Masalahnya (Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya). Bandung: Alfabeta.

Winkel. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______________. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: RIZQI Press.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Gambaran program bimbingan
Tabel 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbantuan software Matlab termasuk ke dalam kategori tinggi, sedangkan

Menganalisis faktor-faktor penyebab kemiskinan yang mempengaruhinya serta mengkaji efektifitas metode regresi spasial dalam menganalisis penyebab kemiskinan di

terhadap jurusan IPA dan IPS, yang mana IPA memiliki julukan positif.. yaitu siswanya dijuluki dengan “pintar” dan IPS memiliki julukan negatif yaitu siswanya

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

C., “Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterphyllus Lamk.) dengan Penambahan Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) terhadap Kualitas Mie Kering Selama Umur

Temuan penelitian ini memiliki implikasi bahwa model bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan dalam pembe- lajaran bahasa Inggris di sekolah dasar untuk

Bioplastik dengan pengisi kitosan 3 gram volume etilen glikol

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan