• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF DALAM PERKULIAHAN KINETIKA KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS CALON GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF DALAM PERKULIAHAN KINETIKA KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS CALON GURU."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Desertasi ini disusun guna memenuhi sebagian dari syarat untuk

memperoleh gelar doktor ilmu pendidikan dalam bidang pendidikan ilmu

pengetahuan alam pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berisi

laporan pengembangan pembelajaran aktif-kooperatif menggunakan lembaran kerja

mahasiswa (LKM) dalam perkuliahan kinetika kimia untuk calon guru kimia.

Pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk membekali calon

guru kimia penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains

(KGS) yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode Research and

Development. Ada empat topik kinetika kimia yang diteliti, yaitu: kinetika reaksi,

mekanisme reaksi, pengaruh temperatur, dan fotokimia. Ada empat keterampilan

generik sains yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: pemodelan matematika,

kerangka logis, konsistensi logis, dan kesimpulan logis.

Tulisan terdiri atas lima bab. Dalam BAB I dipaparkan tentang: Latar

Belakang, Masalah Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Definisi

Operasional. BAB II Pembelajaran aktif-kooperatif, Keterampilan Generik Sains,

Kinetika Kimia, dan Pembelajaran Aktif-Kooperatif dalam Kinetika Kimia. BAB

III berisi Metodologi Penelitian yang terdiri atas: Paradigma dan Metode

Penelitian, Prosedur Penelitian, Lokasi dan Subyek Penelitian, Analsisi Data,

Pengolahan Data, serta Instrumen Penelitian dan Pengembangannya. BAB IV

terdiri atas: Analisis data, Temuan, dan Pembahasan. BAB V terdiri atas:

Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Pada bagian akhir ditempatkan daftar

(2)

Sangat disadari bahwa terdapat berbagai kekurangan di dalam tulisan ini,

oleh karena itu maka saran-saran dan kritikan akan diterima dengan lapang dada.

Demikian tulisan ini dibuat, semoga ada manfaatnya bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Bandung, Juni 2012

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis telah memperoleh banyak bantuan selama penulis menyelesaikan

pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, baik dalam perkuliahan ataupun

dalam pennyusunan disertasi. Sudah selayaknya penulis menghaturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberi bantuan tersebut. Ucapan terima kasih

yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M.Pd. sebagai promotor atas bimbingan dan

bantuannya, mulai dari perkuliahan sampai penyelasaian disertasi ini.

2. Bapak Dr. Agus Setiabudi, M.Si., selaku ko-promotor atas bimbingan dan

bantuannya dalam penyelasaian disertasi ini.

3. Bapak Dr. Muhamad Abdulkadir Martoprawiro, M.Si., selaku anggota

promotor atas bimbingan dan bantuannya dalam penyelasaian disertasi ini

4. Bapak Prof. Dr. Achmad A. Hinduan, M.Sc. selaku dosen dan mantan

Ketua Prodi IPA Pascasatjana UPI atas bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis.

5. Ibu Prof. Dr. Nuryani Y. Rustaman, M.Pd. selaku dosen dan mantan

Asisten Direktur PPs UPI atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ratna Willis Dahar (alm) dan Bapak Prof. Dr. Susanto Imam

Rahayu yang telah banyak memberi nasehat dan bimbingan kepada penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. sebagai Ketua Program IPA

Pascasarjana UPI atas bantuan dan bimbingannnya selama penulis

(4)

8. Bapak Rektor Universitas Pendidikan Indonesia beserta seluruh staf yang

telah memberi izin dan fasilitas selama penulis menjalani studi.

9. Bapak Prof. Dr. Hamzah Upu, M.Pd., sebagai dekan FMIPA UNM atas izin

dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Bapak Drs. Abdul Hadjranul Fatah, M.Si., Ibu Dr. Ramlawati, M.Si, Bapak

Dr. Alimin, M.Pd., Bapak Dr. Rafiuddin, M.Si, M.Pd., Ibu Dra. Solfarina,

M.Si., Ibu Dra. Sondang R. Manurung, M.Si., Bapak Drs. Dadang

Mahmudin, M.Si, Bapak Drs. Maman Wijaya, M.Pd., Bapak Drs. Harun

Harosid, M.Pd. serta teman-teman mahasiswa angkatan 2001 dan

mahasiswa Recycling angkatan 2010 Program Pendidikan IPA SPs UPI atas

kerjasama dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri tercinta

Ir. Taswianingsih atas kesabaran, ketabahan, doa, serta pemberi semangat utama

kepada penulis dalam penyelesaian studi. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih

dan kasih sayang yang tak terhingga kepada buah hati penulis, nakda Zahra

Fadhilah dan nakda Muhammad Ihza Anshary. Akhirnya penulis mengucapkan

terima kasih dan sembah sujud kepada kedua oarang tua penulis Ayahanda Ambo

Takke Lebu (alm) dan Ibunda Sitti Arfah yang telah membesarkan, merawat,

mendidik, dan selalu mendoakan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf kepada semua

pihak yang telah membantu tetapi tidak dicantumkan dalam ucapan terima kasih

ini. Demikian ucapan terima kasih ini penulis haturkan dan persembahkan kepada

semua pihak yang telah berjasa, semoga Allah Yang Maha Mengetahui memberi

(5)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Definisi Operasional ... 10

BAB II. PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF, KETERAMPILAN ... 11

GENERIK SAINS, DAN KINETIKA KIMIA A. Pembelajaran Aktif-Kooperatif ... 11

B. Keterampilan Generik Sains ... 21

C. Kinetika Kimia ... 26

D. Pembelajaran Aktif-Kooperatif dalam Kinetika Kimia ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Paradigma Penelitian dan Metode Penelitian ... 50

B. Prosedur Penelitian ... 53

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 55

D. Analisis Data ... 56

E. Pengolahan Data ... 58

(6)

BAB IV. ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Analisis Data ... 63

1. Studi Pendahuluan dan Perencanaan Pembelajaran ... 63

2. Uji Coba Lapangan ... 65

3. Implementasi pembelajaran aktif-kooperatif ... 71

a. Penguasaan konsep kinetika kimia ... 72

b. Keterampilan generik sains ... 80

c. Pendapat mahasiswa ...118

B. Temuan dan Pembahasan ...121

1. Studi Pendahuluan dan Perencanaan Pembelajaran ...121

2. Uji Coba Lapangan ...124

3. Implementasi pembelajaran aktif-kooperatif ...137

a. Penguasaan konsep kinetika kimia ...138

b. Keterampilan generik sains ...145

c. Pendapat mahasiswa ...171

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...174

B. Implikasi ...175

C. Rekomendasi ...176

DAFTAR PUSTAKA ...178

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data nilai Kinetika Kimia Mahasiswa pada ... 6

Salah Satu LPTK Di Makassar 2.1 Peran Dosen ... 12

2.2 Peran Mahasiswa ... 13

2.3 Beberapa Cabang Ilmu yang Relevan dengan Kinetika Reaksi ... 41

3.1 Katagori IPK ... 57

3.2 Katagori N-Gain Penguasaan Konsep kinetika Kimia dan ... 58

Keterampilan Generik Sains 3.3 Klasifikasi Koefisien Reabilitas ... 62

3.4 Kriteria Tingkat Daya Beda... 62

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ... 62

4.1. Pendapat Dosen Tentang Pembelajaran Sebelum Pembelajaran ... 66

4.2 Pendapat Dosen Tentang Pembelajaran Sebelum Pembelajaran ... 67

4.3 Persentase Pendapat Mahasiswa Tentang Pembelajaran ... 69

yang Dikembangkan 4.4 Uji Perbandingan Skor Kinetika kimia Kelas Eksperimen ... 73

dengan Kelas Kontrol 4.5 Uji Wilcoxon Perbandingan Postes-Pretes Skor Kinetika Kimia ... 74

Mahasiswa 4.6 Uji Perbandingan N-Gain Skor Kinetika Kimia ... 75

Mahasiswa Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006 4.7 N-Gain Skor Kinetika kimia Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda .... 77

4.8 N-gain Skor Kinetika Kimia Mahasiswa dengan Nilai IPK Berbeda ... 78

4.9 Uji Perbandingan Skor Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen 80 4.10 Uji Wilcoxon Perbandingan Postes-Pretes Keterampilan Generik... 82

4.11 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa Angkatan 2007 dan ... 83

Angkatan 2005-2006 4.12 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 88

dengan Nilai KF I Berbeda 4.13 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ... 89

dengan Nilai IPK Berbeda 4.14 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ... 93

(8)

4.15 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 94

dengan Nilai KF I Berbeda

4.16 Uji Perbandingan N-Gain KGS Mahasiswa ... 96

dengan Nilai IPK Berbeda

4.17 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ...100

Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006

4.18 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...101

Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda

4.19 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ....103

dengan Nilai IPK Berbeda

4.20 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ...105

Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006

4.21 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...108

Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda

4.22 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...109

Mahasiswa dengan Nilai IPK Berbeda

4.23 Uji Perbandingan KGS pada Setiap Topik (IMPLEMENTASI II) ...111

4.24 Uji Perbandingan KGS pada Topik Berbeda (IMPLEMENTASI II) ...114

4.25 Uji Perbandingan Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajara ...119

Sebelum dan Sesudah Pembelajaran (Implementasi I)

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Desain Pembelajaran ... 19

2.2. Diagram Segitiga Transisi Sifat-Sifat Fisika dan Kimia ... 27

2.3. Hubungan Keempat Bagian Kimia Fisika ... 33

3.1 Bagan Paradigma Penelitian ... 51

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 53

4.1 Model Pembelajaran Aktif-kooperatif dalam ... 70

Pembelajaran Kinetika Kimia 4.2. Grafik Perbandingan Skor Kinetika Kimia Mahasiswa ... 73

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 4.3 Perbandingan Skor Kinetika kimia Angkatan 2007 ... 76

dengan Angkatan 2005 dan 2006 4.4. Grafik Perbandingan Rata-rata N-Gain Skor Kinetika kimia ... 78

Berdasarkan Nilai KF I 4.5 Perbandingan Rata-rata N-Gain Skor Kinetika Kimia ... 79

Berdasarkan Nilai IPK 4.6 Grafik Perbandingan Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen... 81

dan Kelas Kontrol 4.7. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk... 84

Mengembangkan KGS (LKM1 Kinetika Reaksi) 4.8. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk ... 85

Mengembangkan KGS (LKM2 Kinetika Reaksi) 4.9. Peran Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk ... 86

Mengembangkan KGS (LKM3 Kinetika Reaksi) 4.10 Grafik perbandingan N-Gain KGS Mahasiswa Angkatan 2007 ... 87

dengan Angkatan 2005-2006 pada Topik Kinetika Reaksi 4.11 Garfik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ... 88

4.12 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 90

(10)

4.14 Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk Mengembangkan KGS ... 92

(LKM5 Mekanisme Reaksi)

4.15 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ... 94

dengan Nilai KF I berbeda

4.16 Grafik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KF I ... 95

4.17 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 97

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.18. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk ... 98

Mengembangkan KGS (LKM 6 Pengaruh Temperatur)

4.19 Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk Mengembangkan KGS ... 99

Mengembangkan KGS (LKM 7 Pengaruh Temperatur)

4.20. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain KGS ...100

Mahasiswa Angkatan 2007 dengan Angkatan 2005 & 2006

pada Topik Pengaruh Temperatur

4.21. Garfik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ...102

4.22 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sain...104

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.23. Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk Mengembangkan KGS ...106

(LKM 8 Fotokimia)

4.24. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain KGS Mahasiswa ...107

Angkatan 2007 dengan Angkatan 2005 & 2006 pada Topik Fotokimia

4.25 Grafik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ...108

4.26. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...110

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.27 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...112

Mahasiswa pada Berbagai Topik

4.28 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...115

Mahasiswa pada Topik Berbeda

4.29. Grafik Perbandingan Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajaran ...119

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

IA. UJI COBA TES KINETIKA ...183

... IB. TES PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA ...215

IC. PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA ...220

IIA. INDIKATOR TES KETERAMPILAN GENERIK SAINS ...231

IIB. KETERAMPILAN GENERIK SAINS (IMPLEMENTASI I) ...240

IIC. KETERAMPILAN GENERIK SAINS (IMPLEMENTASI II)...247

IIIA. SEBARAN ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN ...298

DALAM UJI COBA ANGKET TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN KINETIKA KIMIA IIIB. SKOR PENDAPAT MAHASISWA ...301

IV LKM ...307

VA SKOR KIMIA FISIKA I KELAS EKSPERIMEN DAN ...315

KELAS KONTROL (IMPLEMENTASI I) VB PENDAPAT MAHASISWA MENGENAI PEMBELAJARAN ...317

KIMIA FISIKA DAN KINETIKA KIMIA SEBELUM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF VIA PEDOMAN OBSERVASI ...318

VIB TRANNSKRIP WAWANCARA MAHASISWA SETELAH ...324

UJI COBA PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF VIIA KISI-KISI PERKULIAHAN KINETIKA KIMA ...335

VIIB. STRUKTUR TOPIK KINETIKA KIMIA ...342

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan guru sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan Bell (1997):” The teacher is the single most

important factor affecting student learning at all classroom levels”. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, namun guru merupakan faktor

kunci yang sangat besar perannya (Soehendro, 1996). Guru dituntut untuk lebih

meningkatkan pengetahuan materi subyek (pengetahuan bidang ilmu).

Penguasaan pengetahuan materi subyek yang lebih tinggi meningkatkan rasa

percaya diri, berkreasi dan adaptif dalam mengajar. Pengetahuan materi subyek

merupakan salah satu dari tiga dimensi pengetahuan profesional guru (Shulman

dalam NSTA, 1998). Dimensi lainnya adalah: pengetahuan konten pedagogik dan

pengetahuan kurikulum. Materi subyek terdiri atas konsep-konsep dan hubungan

konstruksi melalui penyelidikan profesional dalam sains dan proses penyelidikan

saintifik.

Selain itu, guru juga diharapkan memiliki keterampilan generik.

Keterampilan generik adalah keterampilan-keterampilan umum yang dapat

digunakan untuk beberapa tingkatan atau beberapa bidang. Lim (1999)

menyatakan: A generic skill is a skill which can be applied across a variety of

subject domains, and takes longer to acquire than domain-dependent (subject-area). Keterampilan generik yang diperoleh dalam suatu topik dalam mata kuliah

tertentu dapat pula digunakan untuk topik lain dalam mata kuliah tersebut ataupun

(13)

kimia dasar di perguruan tinggi, mahasiswa selain memperoleh materi kimia juga

memperoleh kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari bagian

ilmu kimia atau ilmu lainnya secara mandiri (Moerwani et al. 2000).

Untuk pembelajaran sains, keterampilan generik tersebut diberi nama

keterampilan generik sains. Liliasari (2007) mengemukakan bahwa untuk

memenangkan persaingan global, pembelajaran sains di Indonesia perlu diubah

dari sekedar mempelajari sains menjadi berpikir melalui sains. Kemampuan

berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimiliki disebut

keterampilan generik sains. Perkuliahan kimia di perguruan tinggi, selain

dimaksudkan untuk memberi bekal materi kimia juga dimaksudkan untuk

memberi keterampilan generik sains. Perguruan tinggi makin dituntut untuk

membekali mahasiswa keterampilan-keterampilan umum disamping keterampilan

khusus dalam bidang masing-masing (Luca & Oliver, 2002). Keterampilan

generik sains yang dapat dikembangkan dalam perkuliahan kimia adalah:

pengamatan langsung, pengamatan tak langsung, pemahaman tentang skala,

bahasa simbolik, kerangka logis (logikal frame), konsistensi logis, hukum

sebab-akibat, pemodelan, kesimpulan logis (logical inference) dan abstraksi (Moerwani

et al., 2000). Oleh karena itu, perkuliahan kinetika kimia seharusnya juga

mengembangkan keterampilan generik sains mahasiswa.

Secara umum ada dua kondisi pembelajaran di perguruan tinggi yang

dikemukakan oleh Semiawan (1999) yang perlu diperbaiki, yaitu: mahasiswa

penurut dan kurangnya keterlibatan langsung dalam kehidupan nyata. Dosen

(14)

berkenaan dengan menyajikan, menjelaskan, menganalisis,

mempertanggungjawabkan body of material dan mengevaluasi. Pada pembelajaran tersebut, mahasiswa umumnya pasif. Mereka hanya mendengarkan

dan membuat catatan tentang penjelasan dosen. Keadaan ini menyebabkan

mahasiswa tidak dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Bonwell & Eison (2003) menurutnya:

Research consistently has shown that traditional lecture methods, in which professors talk and students listen, dominate college and university classrooms.

Paulson & Faust (1998) juga menyatakan: ”The majority of all college faculty still teach their classes in the traditional lecture mode”.

Dalam pembelajaran seharusnya mahasiswa menjadi kritis, kreatif,

memiliki minat dan motivasi belajar tinggi. Kurangnya keterlibatan langsung

dengan dunia nyata disebabkan masalah yang diajarkan sering bersifat teoretik

abstrak, sedangkan kenyataan kehidupan menuntut keterlibatan langsung. Untuk

dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa secara optimal, perlu

pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif.

Kondisi tersebut juga terjadi pada pembelajan kinetika kimia yang

merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa calon guru

kimia. Atkins and Jones (Cakmakci & Aydogdu, 2010) menyatakan: “chemical

kinetics gives us insights into how chemical reactions take place at an atomic level, so it brings us to the heart of chemistry.” Kinetika kimia merupakan

konsep yang sangat penting dalam pembelajaran kimia (Tastan, Yalcinkaya, Boz,

(15)

masih kurang (Chairam, Somsook dan Coll, 2009; Tastan, Yalcinkaya, dan Boz,

2010). Di lain pihak penguasaan konsep kinetika kimia merupakan salah satu

kompetensi yang dipersyaratan bagi calon guru kimia (Kemendiknas, 2007;

Oklahoma State Dep. of Education, 2012)

Kimia fisika, termasuk kinetika kimia, memiliki banyak konsep yang

abstrak (Zielinski & Schwenz, 2004). Selain itu, mata kuliah kimia fisika biasanya

sulit dipahami oleh mahasiswa (Alper,1999; Banerjee, 1995; Eberhart, 1995;

Gerharti, 1994; Adesoji & Ibraheem, 2009). Bahkan menurut Nicoll dan

Fransisco (2001) mata kuliah kimia fisika tidak hanya dianggap sulit oleh

mahasiswa tetapi juga oleh para dosen. Mereka juga mengemukakan bahwa

mahasiswa masuk ke kelas dengan persepsi negatif terhadap kimia fisika dan

harapan rendah terhadap mata kuliah dan kesuksesan mereka. Disamping itu,

penelitian dan dokumentasi menunjukkan bahwa kinetika kimia dianggap sebagai

konsep yang sulit bagi siswa/mahasiswa (Cakmakci & Aydogdu, 2010).

Kinetika kimia biasanya dipelajari sebagai bagian dari mata kuliah kimia

fisika atau sebagai mata kuliah tersendiri. Kinetika Kimia bukan hanya

merupakan bagian penting dari kimia fisika bahkan merupakan bagian penting

dari kimia. Kinetika Kimia merupakan cabang kimia yang ditujukan untuk

menjawab pertanyaan seberapa cepat reaksi berlangsung. Kimia dapat diartikan

secara sederhana sebagai ilmu yang bertalian dengan pembentukan senyawa baru

dari senyawa lain. Kimia membicarakan pemecahan molekul dan menyusun

atom-atom dan bagian-bagiannya untuk membentuk molekul baru. Reaksi kimia

(16)

pembentukan senyawa baru dari senyawa yang lama, maka ada dua pertanyaan

penting (Salzman, 2000; Lambert, 1998) yaitu: pertama, apakah reaksi dapat

berlangsung? kedua, jika reaksi dapat terjadi, seberapa cepat reaksi berlangsung.

Pertanyaan pertama merupakan obyek termodinamika kimia sedangkan

pertanyaan kedua merupakan obyek kinetika kimia. Kinetika adalah konsep yang

sangat penting dalam mempelajari memahami kimia akan tetapi

penelitian-penelitian mengenai mengajar-belajar kinetika kimia masih kurang (Chairam,

Somsook dan Coll, 2009).

Pembelajaran kinetika kimia sebagian besar dilakukan dengan pendekatan

yang didominasi oleh pengajar (Chairam, Somsook dan Coll, 2009; Koc et. al.,

2010). Di beberapa LPTK, kinetika kimia diajarkan dengan metode ceramah.

Dosen menjelaskan dengan menggunakan papan tulis dan mahasiswa mencatat

apa yang dituliskan oleh dosen di papan tulis. Ada pula dosen yang menggunakan

OHP dan in-focus tetapi kebanyakan hanya untuk mempermudah menjelaskan

materi kuliah. Jumlah waktu terbanyak digunakan oleh dosen menjelaskan materi

kuliah, sementara mahasiswa memperhatikan dan mendengar. Mahasiswa bekerja

secara individu menyelesaikan tugas-tugasnya dan kerjasama antar mahasiswa

kurang diperhatikan. Dengan metode ini keterlibatan mahasiswa dalam belajar

sangat kurang. Agar pembelajaran berjalan lancar diperlukan kegiatan

pembelajaran yang efektif.

Hasil belajar kinetika kimia mahasiswa di sebuah LPTK di Makassar

untuk 5 (lima) tahun terakhir masih rendah. Rata-rata nilai yang mereka peroleh

(17)

selama lima tahun terakhir pada matakuliah kinetika kimia rata-rata sebanyak

40,63%. Di samping itu, pembekalan keterampilan generik sains dalam

pembelajaran kinetika kimia belum diperhatikan. Padahal salah satu peran

pembelajaran, selain memberi bekal penguasaan materi subyek, juga membekali

keterampilan generik sains.

Tabel 1.1. Data Nilai Kinetika Kimia Mahasiswa pada Salah Satu LPTK di Makassar

Tahun Rata-rata nilai

Persentase Nilai akhir

A B C D E

2007-2008 46,86 9,17 33,94 41,28 11,93 3,67 2008-2009 49,02 16,67 37,25 26,47 17,65 1,96 2009-2010 49,60 16,67 25,00 43,75 14,58 0,00

2010-2011 50,02 9,84 36,07 49,18 4,92 0,00 2011-2012 49,80 2,74 47,95 42,47 6,85 0,00 Rata-rata 49,06 11,02 36,04 40,63 11,18 1,13

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa sangat penting mengembangkan

pembelajaran kinetika kimia yang dapat membekali mahasiswa penguasaan

konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains. Pembekalan tersebut dapat

dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa aktif. Untuk

itu perlu dilakukan inovasi dalam perkuliahan kinetika kimia yang dapat membuat

mahasiswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Mahasiswa juga diharapkan

dapat bekerja sama dengan mahasiswa lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Murphy, Picione, & Holme (2010), mengatakan untuk

mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar, mahasiswa perlu bekerja secara

(18)

Menurut Sisovic & Bojovic (2001) salah satu pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas mahasiswa adalah pembelajaran kooperatif. Menurut

mereka, pembelajaran kooperatif adalah pendekatan mengajar yang membutuhkan

partisipasi aktif baik bagi mahasiswa maupun dosen. Penggunaan pembelajaran

kooperatif berpengaruh positif terhadap hasil belajar (House, 2008). Dalam

pembelajaran terjadi proses interaksi antara mahasiswa,

mahasiswa-dosen, dan antara mahasiswa dengan konten pembelajaran.

Pembelajaran yang dikembangkan seharusnya cocok bagi setiap

mahasiswa, baik untuk mahasiswa yang pintar maupun yang kurang pintar. Selain

itu, pembelajaran ini juga seharusnya cocok untuk mahasiswa dengan semester

berjalan maupun untuk mahasiswa lama yang sudah pernah mengikuti

pembelajaran kinetika kimia. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kinetika

kimia memiliki tingkat kemampuan akademik yang bervariasi. Mereka telah

mengikuti berbagai matakuliah pada semester-semester sebelumnya. Kemampuan

akademik mereka dapat mempengaruhi penguasaan konsep kinetika kimia.

Kemampuan akademik yang berhubungan dengan kinetika kimia secara khusus

adalah penguasaan konsep dalam matakuliah Kimia Fisika I. Kemampuan

akademik mahasiswa secara umum dapat dilihat dari Indeks Prestasi Akademik

(IPK).

Dalam penelitian ini dikembangkan pembelajaran yang menggabungkan

pembelajaran aktif dan pembelajaran kooperatif. Salah satu cara untuk

mengaplikasikan pembelajaran aktif-kooperatif adalah dengan memberi

(19)

dalam bentuk Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM). Pemberian pertanyaan dibuat

secara terstruktur karena kinetika kimia merupakan mata kuliah yang memiliki

struktur tertentu yang dalam mempelajarinya perlu mengikuti struktur tersebut.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif

mahasiswa. Dosen berperan sebagai fasilitator yang menciptakan kondisi

lingkungan yang membuat mahasiswa mengkonstruksi sendiri materi kuliah.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberi kondisi mahasiswa

bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian

pembelajaran aktif-kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan keterlibatan

aktif mahasiswa secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan

dengan memberi pertanyaan kepada mahasiswa.

Pertanyaan yang diberikan dapat digunakan untuk mengembangkan

kerangka pemahaman pembelajaran mahasiswa. Jenis dan tingkat pertanyaan yang

dilakukan bervariasi. Jenis pertanyaan bisa berupa pertanyaan konvergen atau

divergen, demikian pula tingkatannya mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.

Untuk menjadi terampil dalam berpikir kritis dan dapat menyelesaikan masalah

(problem-solving), mahasiswa harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan

keterampilan tersebut (Woolfolk, 1995). Dengan pemberian pertanyaan dalam

pembelajaran aktif kooperatif diharapkan penguasaan konsep kinetika kimia dan

(20)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah utama dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana pembelajaran aktif-kooperatif yang dapat

mengembangkan penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik

sains mahasiswa calon guru kimia?” Masalah ini dapat diperinci dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran aktif kooperatif yang dapat

mengembangkan penguasan konsep kinetika kimia dan keterampilan

generik sains mahasiswa calon guru kimia?

2. Bagaimana penguasan konsep kinetika kimia mahasiswa calon guru kimia

yang menggunakan pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan?

3. Bagaimana keterampilan generik sains mahasiswa calon guru kimia yang

menggunakan pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan?

4. Bagaimana pendapat mahasiswa calon guru kimia terhadap pembelajaran

aktif-kooperatif dalam perkuliahan kinetika kimia yang dikembangkan?

5. Apa kelebihan dan keterbatasan pembelajaran aktif-kooperatif dalam

perkuliahan kinetika kimia yang dikembangkan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang

akan dicapai dalam penelitian ini adalah menemukan pembelajaran aktif-koperatif

dalam perkuliahan Kinetika Kimia yang dapat meningkatkan penguasaan konsep

(21)

Dari masalah dan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka manfaat

yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi calon guru kimia, pembelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan

acuan dalam mempelajari kinetika kimia.

2. Bagi dosen, diharapkan dapat menjadi salah satu satu acuan dalam

mengembangkan perkuliahan kinetika kimia dan membekali mahasiswa

calon guru kimia keterampilan generik sains.

3. Bagi peneliti, kajian tentang pembelajaran kinetika kimia merupakan salah

satu sarana untuk mengembangkan pendekatan lainnya dalam

pembelajaran kinetika kimia dan pembekalan keterampilan generik sains

D. Definisi Operasional

1. Pembelajaran aktif-kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan

mahasiswa dalam kelompok kooperatif melalui pemberian pertanyaan.

2. Penguasaan konsep kinetika kimia dicerminkan melalui skor penguasaan

konsep kinetika kimia yang diperoleh mahasiswa calon guru kimia melalui

tes kinetika kimia

3. Keterampilan generik sains dicerminkan melalui skor keterampilan

generik sains yang diperoleh mahasiswa calon guru kimia melalui tes

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma dan Metode Penelitian

Mutu pendidikan sains, termasuk kimia, di Indonesia perlu terus

ditingkatkan. Salah satu caranya adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa

calon guru pada LPTK. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan membekali

calon guru dengan kemampuan dalam bidang studi (materi subyek) dan

keterampilan generik sains secara lebih baik melalui mata kuliah-mata kuliah

yang mereka ikuti. Salah satu mata kuliah yang harus diberikan adalah Kinetika

Kimia yang merupakan bagian dari kimia fisika. Kinetika kimia merupakan

konsep yang sangat penting dalam pembelajaran kimia (Tastan, Yalcinkaya, Boz,

2010). Meskipun demikian penelitian tentang mengajar dan belajar kinetika kimia

masih kurang (Chairam, Somsook dan Coll, 2009; Tastan, Yalcinkaya, dan Boz,

2010). Penguasaan konsep kinetika kimia merupakan sesuatu yang dipersyaratan

bagi calon guru kimia (Kemendiknas, 2007; Oklahoma State Dep. of Education,

2012).

Kimia fisika, termasuk di dalamnya kinetika kimia, memiliki banyak

konsep yang abstrak (Zielinski & Schwenz, 2004). Selain itu, mata kuliah kimia

fisika biasanya sulit dipahami oleh mahasiswa (Alper,1999; Banerjee, 1995;

Eberhart, 1995; Gerharti, 1994; Adesoji & Ibraheem, 2009). Bahkan menurut

Nicoll dan Fransisco (2001) mata kuliah kimia fisika tidak hanya dianggap sulit

oleh mahasiswa tetapi juga oleh para dosen. Mereka juga mengemukakan bahwa

(23)

PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF

harapan rendah terhadap mata kuliah dan kesuksesan mereka. Disamping itu,

penelitian dan dokumentasi menunjukkan bahwa kinetika kimia dianggap sebagai

konsep yang sulit bagi siswa/mahasiswa (Cakmakci & Aydogdu, 2010).

Gambar 3.1 Bagan Paradigma Penelitian

Pembelajaran kinetika kimia pada LPTK masih didominasi oleh metode

yang belum memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran. Peran dosen masih sangat besar, sehingga belum dapat

membekali mahasiswa secara optimal. Untuk itu diperlukan pengembangan

pembelajaran kinetika kimia yang dapat membekali mahasiswa calon guru kimia

penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains. Pada penelitian PEMBELAJARAN KINETIKA KIMIA

MENGGUNAKAN LKM KINETIKA KIMIA

MAHASISWA CALON GURU KIMIA LKM

(24)

ini dikembangkan pembelajaran aktif-kooperatif menggunakan Lembaran Kerja

Mahasiswa (LKM) yang berisi pertanyaan yang mengarahkan mahasiswa

mengkonstruksi pengetahuan mereka.

Pembelajaran yang dikembangkan diimplementasikan pada kinetika kimia.

Kimia fisika dapat dibagi ke dalam empat bagian besar, salah satunya adalah

kinetika, bagian lainnya adalah: termodinamika, kimia kuantum, mekanika

statistik. Kinetika dibagi dua yaitu: kinetika fisik (physical kinetics) dan kinetika

kimia (chemical kinetics atau reaction kinetics). Kinetika kimia merupakan salah

satu bagian kimia yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan

seberapa cepat reaksi berlangsung. Pembekalan kimia fisika, termasuk kinetika

kimia sangat penting bagi mahasiswa calon guru kimia. Pembelajaran yang

dikembangkan diharapkan selain membekali mahasiswa penguasaan konsep

kinetika kimia juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan generik

mahasiswa. Pembelajaran yang dikembangkan diharapkan cocok dengan latar

belakang kemampuan mahasiswa yang bervariasi. Gambar 3.1 memperlihatkan

bagan paradigma penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi research and

development (Borg & Gall, 1983). Metode ini adalah proses yang biasa digunakan

untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil penelitian pendidikan. Bagan

(25)

B. Prosedur Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi empat tahap,

yaitu: studi pendahuluan, perencanaan, uji coba lapangan, dan Implementasi.

Studi literatur - Teori yang relevan

- Hasil penelitian terkait

Studi Lapangan

- Kondisi pembelajaran: Tujuan, bahan ajar, media/sumber, strategi, dan evaluasi - Kemampuan mahasiswa

- Pendapat mahasiswa & dosen

Menent. Konsep-konsep esensial

(26)

Dalam studi pendahuluan dilakukan studi literatur terhadap teori-teori dan

hasil-penelitian hasil-penelitian yang relevan; dan studi lapangan. Dalam tahap ini

dikumpulkan data: pembelajaran kinetika kimia yang sekarang dilakukan;

konsep-konsep kinetika kimia yang sulit bagi mahasiswa menurut mahasiswa calon guru

kimia dan dosen kinetika kimia, serta pendapat mahasiswa dan dosen kinetika

kimia.

Langkah kedua yang dilakukan adalah perencanaan. Pada tahap ini

dilakukan pengembangan pembelajaran kinetika kimia. Langkah ini dimulai

dengan menentukan konsep-konsep esensial dalam mata kuliah kinetika kimia dan

menentukan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan dari

konsep-konsep esensial tersebut. Setelah itu dilakukan: penyusunan tujuan, bahan ajar,

sumber/media, pemilihan strategi, dan menentukan teknik evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut dibuat LKM (Lampiran IV) yang berisi tugas-tugas

pembelajaran aktif-kooperatif yang disusun sedemikian rupa sesuai struktur

kinetika kimia. Kemudian dilakukan validasi oleh pakar dan dosen kinetika kimia

Langkah ketiga adalah uji coba lapangan. Pembelajaran yang

dikembangkan kemudian diuji coba pada jumlah mahasiswa terbatas sebanyak

dua kali pertemuan dengan jumlah mahasiswa 10 orang dan 9 orang. Kemudian

diuji coba dilanjutkan pada kelas sebenarnya dengan jumlah mahasiswa 41 orang

sebanyak lima kali.

Langkah terakhir adalah Implementasi pembelajaran Kimia Fisika untuk

calon guru. Implementasi dilakukan dua kali. Implementasi I dilakukan untuk

(27)

biasa dilakukan oleh dosen kimia fisika pada LPTK. Implementasi II dilakukan

untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep kinetika kimia dan

keterampilan generik sains pada penerapan pembelajaran yang dikembangkan.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada dua LPTK negeri yang menghasilkan

sarjana pendidikan kimia di Makassar dan Bandung. Subyek penelitian adalah

mahasiswa program pendidikan kimia semseter IV yang sedang mengikuti mata

kuliah kinetika kimia. Implementasi I dilakukan pada sebuah LPTK negeri di

Makassar, sedangkan implementasi II dilakukan pada sebuah LPTK negeri di

Bandung.

Pada implementasi I, pembelajaran dilakukan pada semester genap pada

tahun ajaran 2004-2005. Kisi-kisi Matakuliah Kinetika Kimia dapat dilihat pada

Lampiran VIIA. Perkuliahan tersebut dilakukan pada topik-topik: kinetika reaksi,

mekanisme reaksi, pengaruh temperatur, dan fotokimia. Implementasi I dilakukan

pada dua kelas. Satu kelas diajar dengan pembelajaran aktif-kooperatif yang

dikembangkan (Kelas Eksperimen) dan satu kelas diajar dengan pembelajaran

yang biasa dilakukan oleh dosen LPTK (Kelas Kontrol). Kelas Eksperimen adalah

kelas A terdiri atas 39 mahasiswa sedangkan kelas eksperimen adalah kelas B

yang terdiri atas 42 mahasiswa. Pembagian kelas didasarkan pada ganjil-genap

NIM (Nomor Induk Mahasiswa). Mahasiswa dengan NIM ganjil dimasukkan

kelas A (Kelas Eksperimen) dan mahasiswa dengan NIM genap dimasukkan kelas

B. Pengukuran pendapat mahasiswa dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran,

(28)

generik sains mahasiswa dilakukan hanya sesudah pembelajaran. Pada

implementasi II, pembelajaran yang dikembangkan diterapkan pada satu kelas

dengan jumlah mahasiswa 70 orang yang terdiri atas 56 mahasiswa angkatan 2007

(angkatan dengan semester berjalan), dan 14 orang mahasiswa angkatan 2005 dan

2006 (angkatan lama). Pembelajaran dilakukan pada semester genap tahun ajaran

2008-2009. Pembelajaran dilakukan selama 12 (dua) belas kali pertemuan dengan

waktu 100 menit setiap pertemuan.

D. Analisis Data

Ada dua jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu:

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi dan

wawancara terhadap dosen dan mahasiswa. Data kualitatif akan

dikelompok-kelompokkan dan dilaporkan secara naratif.

Data kuantitatif berupa skor penguasaan konsep kinetika kimia,

keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa terhadap kinetika kimia

diolah secara statistik deskriptif dan infrensial. Pada implementasi I, sampel

terdiri atas dua kelompok. Satu kelompok diberi pembelajaran kinetika kimia

dengan pembelajaran yang dikembangkan dan kelompok lainnya diberi

pembelajaran seperti biasa. Penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan

generik sains kedua kelompok dibandingkan dan diuji secara statistik infrensial.

Pendapat mahasiswa antara kedua kelompok juga dibandingkan, baik sebelum

pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Jika sampel berdistribusi normal

dan homogen maka akan diuji dengan uji-t dan jika tidak maka akan dilakukan uji

(29)

Pada implementasi II, uji efektifitas pembelajaran yang dikembangkan

dilakukan dengan membandingkan skor postes dengan pretes penguasaan konsep

kinetika kimia, keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa. Selain itu

juga dilakukan uji perbandingan N-Gain mahasiswa berdasarkan perbedaan

angkatan, nilai KF I (nilai mata kuliah kimia fisika I), dan IPK (indek prestasi

kumulatif) mahasiswa sebelum pembelajaran kinetika kimia. Uji perbandingan

N-Gain mahasiswa berdasarkan angkatan dilakukan untuk mengetahui apakah

pembelajaran yang dikembangkan cocok untuk mahasiswa angkatan yang sedang

berjalan (angkatan 2007) dan angkatan lama (2005 dan 2006). Untuk mengetahui

apakah ada perbedaan N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia dan

keterampilan generik sains akibat perbedaan nilia KF I, maka mahasiswa dibagi

berdasarkan nilai KF I mereka. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan

Mahasiswa dikelompokkan berdasarkan N-Gain penguasaan konsep kinetika

kimia dan keterampilan generik sain akibat perbedaan IPK, maka mahasiswa

dikatagorikan berdasarkan nilai tabel 3.1.

Tabel 3.1 Katagori IPK

Katagori Rentang Nilai IPK

rendah IPK < X -SD

sedang X -SD ≤ IPK≤X +SD

tinggi IPK > X + SD

N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains

(30)

pre

N-Gain kemudian dikatagorikan seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Katagori N-gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains (Hake, 2002).

Uji normalitas skor dari kemampuan kimia fisika, keterampilan generik sains, dan

pendapat mahasiswa dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov dan

Shapiro Wilk (SPSS 18.0 For Windows) dengan kriteria:

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi tidak normal

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi normal (Uyanto, 2000).

2. Menguji homogenitas skor tes

Uji homogenitas skor dari kemampuan kimia fisika, keterampilan generik sains,

dan pendapat mahasiswa dilakukan dengan Uji Levene’s menggunakan SPSS 18.0

For Windows dengan kriteria:

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, kedua distribusi memiliki

(31)

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, kedua distribusi memiliki

penyebaran yang sama (homogen)

3. Menguji hipotesis dengan uji-t dan Anova Satu Jalur

Untuk skor yang berdistibusi normal dan homogen maka perbandingan

skor mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan uji-t.

Demikian pula untuk membandingkan N-Gain penguasaan konsep dan KGS

mahasiswa baru (angkatan 2007) dengan mahasiswa lama (angkatan 2005-2006).

Untuk uji perbandingan N-Gain penguasaan konsep dan KGS mahasiswa

berdasarkan nilai KF I dan IPK digunakan uji Anava satu arah. Uji dilakukan

dengan menggunakan SPSS 18.0 For Windows (Uyanto, 2009).

Kriteria pengujian:

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas  0,05, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen

secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol

Uji parametrik untuk perbandingan yang memiliki tiga variabel dilakukan

dengan uji Anova satu jalur, sedangkan jika tidak memenuhi syarat dilakukan

dengan uji non-parametrik ( uji Kruskal Wallis).

4. Menguji hipotesis dengan uji Mann-Whitney

Untuk skor yang tidak berdistibusi normal untuk data dengan dua variabel yang

independent, uji perbandingan dilakukan dengan uji Mann-Whitney pada α =

(32)

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas  0,05, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen

secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol

Uji Mann-Whitney dilakukan dengan Program SPSS 18.0 for windows (Uyanto,

2009).

5. Menguji hipotesis dengan uji Wilcoxon

Untuk skor yang tidak berdistibusi normal untuk dua data berpasangan maka uji

perbandingan dilakukan dengan uji Wilcoxon pada α = 0,05 dengan Kriteria

pengujian:

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas  0,05, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen

secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol

Uji Wilcoxon dilakukan dengan Program SPSS 18.0 for windows (Uyanto, 2001).

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Penelitian ini menggunakan 3 (dua) macam instrumen utama, yaitu: tes

penguasaan konsep kinetika kimia, tes keterampilan generik sains dan angket

pendapat mahasiswa mengenai pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu, juga

digunakan 2 (dua) macam instrumen pelengkap, yaitu: daftar observasi (check list

observation) dan pedoman wawancara (interview schedule). Semua instrumen

(33)

Uji validitas, reabilitas, indeks kesukaran dan daya beda tes penguasaan

konsep kinetika kimia dapat dilihat pada Lampiran IA. Tes ini terdiri atas tes

penguasaan konsep kinetika reaksi, mekanisme reaksi, pengaruh temperatur dan

fotokimia. Indikator keterampilan generik sains dapat dilihat pada Lampiran IIA.

Tes keterampilan generik sains yang digunakan terdiri atas: pemodelan

matematika, kerangka logis, konsistensi logis dan kesimpulan logis (Lampiran

IIB). Setiap item soal membutuhkan keterampilan generik sains tertentu untuk

menjawabnya. Item soal dengan keterampilan generik sains tertentu yang paling

dibutuhkan, digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan besarnya

keterampilan generik sains tersebut.

Pemeriksaan validitas isi (content validity) telah dilakukan oleh tiga ahli

pendidikan kinetika kimia. Hal ini dilakukan sebelum uji coba pada kelas yang

telah mengikuti mata kuliah kinetika kimia. Soal yang validitasnya dianggap

memadai untuk digunakan dalam uji coba instrumen adalah soal yang dinyatakan

valid dan cukup valid oleh para validator. Soal yang telah divalidasi dilakukan

cross-check dengan korealasi Product Moment Pearson. Setiap butir soal

dinyatakan valid jika nilai rXYlebih besar dari nilai kritis dari r product-moment

tabel pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan k-1 (Arikunto,

1999). Klasifikasi koefisien reabilitas menurut Guildford (dalam Rusefendi, 1991)

(34)

Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reabilitas

Koefisien Reabilitas Kriteria

0,00 – 0,19 tingkat reabilitas sangat rendah

0,20 – 0,39 tingkat reabilitas rendah

0,40 – 0,69 tingkat reabilitas sedang

0,70 – 0,89 :tingkat reabilitas tinggi

0,90 – 1,00 tingkat reabilitas sangat tinggi

Penentuan daya beda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor

siswa dari yang tertinggi ke terendah. Oleh karena jumlah mahasiswa kurang dari

100 orang, maka dibagi dua sama besar menjadi kelompok atas dan kelompok

bawah. Kriteria tingkat daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Daya Beda (Arikunto, 1999)

Daya Beda Kriteria

Negatif Tidak baik

0% - 20% Jelek

20% - 40% Cukup

40% - 70% Baik

70% keatas Sangat baik

Kriteria Indeks kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.4. Kriteria Indeks Kesukaran (Arikunto, 1999).

Indeks kesukaran Kriteria

0% - 15% sangat sukar

16%-30% sukar

31%-70% sedang

(35)
(36)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berasarkan temuan dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dikembangkan mengintegrasikan pembelajaran aktif

dan pembelajaran kooperatif menggunakan LKM yang bertujuan untuk

membekali penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik

sains mahasiswa calon guru. Pembelajaran aktif-kooperatif yang

dikembangkan memiliki karakteristk: penjelasan mengenai materi kinetika

kimia oleh dosen dilakukan sesedikit mungkin, mahasiswa mempelajari

materi pembelajaran sebelum mereka kuliah, mahasiswa dibagi dalam

kelompok-kelompok diskusi dan mengerjakan/mendiskusikan LKM yang

telah disiapkan dalam kelompok yang dibuat heterogen agar terjadi

interaksi yang intensif diantara mereka, evaluasi dapat dilakukan secara

bertahap, LKM disusun berdasarkan struktur materi kinetika kimia.

2. Rata-rata N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia mahasiswa adalah

0,7470. Rata-rata N-Gain penguasaan konsep mahasiswa tertinggi

diperoleh pada topik pengaruh temperatur yaitu sebesar 0,8294 sedangkan

yang terendah diperoleh pada topik mekanisme reaksi yaitu sebesar

0,6740.

3. Rata-rata N-Gain KGS mahasiswa dalam pembelajaran kinetika kimia

(37)

tertinggi adalah pada kerangka logis yaitu sebesar 0,7671 sedangkan yang

terendah pada kesimpulan logis yaitu sebesar 0,6639.

4. Mahasiswa yang belajar kinetika kimia menggunakan pembelajaran

aktif-kooperatif berpendapat positif terhadap pembelajaran yang diberikan.

Mahasiswa yang belajar kinetika kimia menggunakan pembelajaran

aktif-kooperatif berpendapat positif terhadap pembelajaran yang diberikan.

Rata-rata skor pendapat mahasiswa sebelum mereka mengikuti

pembelajaran aktif-kooperatif adalah 67,79 sedangkan sesudah mereka

mengikuti pembelajaran adalah 74,19.

5. Pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan dapat digunakan untuk

kelas dengan jumlah mahasiswa yang besar, namun kurang efektif jika

mahasiswa tidak mempelajari materi perkuliahan sebelumnya.

B. Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan implikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan menuntut mahasiswa

mempelajari materi perkuliahan sebelum pertemuan di kelas. Rata-rata

jumlah mahasiswa yang belajar sebelum pembelajaran di kelas hanya

sebesar 45,625%. Untuk itu perlu ditemukan cara untuk membuat

mahasiswa mempelajari materi perkuliahan sebelum perkuliahan. Salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah memberi pemahaman kepada

(38)

pertemuan di kelas. Dengan demikian diharapkan mereka secara sadar

mau melakukannya.

2. Tugas-tugas mahasiswa yang dikumpulkan secara kelompok dapat

meningkatkan pemahaman mahasiswa. Pada implementasi I, mahasiswa

dibagi ke dalam 8 (delapan) kelompok. Pada implementasi II, mahasiswa

dibagi ke dalam 12 kelompok. Setiap pertemuan mereka diberi tugas untuk

berdiskusi dan hasil diskusi dikumpulkan secara kelompok dan

menggambarkan pemahaman konsep dan KGS secara lebih tinggi, karena

dikerjakan bersama.

3. Evaluasi dapat dilakukan secara bertahap, mulai pada saat mahasiswa

melakukan diskusi pada kelompoknya masing-masing, pada saat

memeriksa hasil diskusi yang diserahkan pada setiap pertemuan, pada saat

memeriksa hasil perbaikan hasil diskusi, sampai pada evaluasi akhir.

Dengan demikian dosen dapat dengan cepat mengetahui apakah

mahasiswa sudah dapat mengerti materi pembelajaran atau belum,

sehingga dapat melakukan perbaikan dalam pembelajaran.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, diajukan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi para mahasiswa calon guru kimia, hasil penelitian ini dapat dijadikan

acuan dalam praktek pembelajaran di kelas. Bagi para dosen kinetika

kimia, kekawatiran tentang tidak semua materi kinetika kimia dapat

(39)

dengan memilih materi esensial. Jika materi kinetika kimia dapat

dipelajari sendiri oleh mahasiswa maka dosen seharusnya memberi

kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Bagi para

peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan

teknik/metode pembelajaran aktif lainnya.

2. Pembelajaran aktif-kooperatif yang dilakukan pada penelitian ini dapat

pula digabung dengan teknik/metode pembelajaran lainnya. Untuk praktek

pembelajaran di kelas, meskipun acuan pokoknya adalah pembelajaran

aktif-kooperatif, yang menggabungkan pembelajaran aktif dan

pembelajaran kooperatif tetapi langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan harus bervariasi. Untuk pembelajaran dengan langkah seperti

pada penelitian ini sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 5 (lima) kali

berturu-turut. Jika lebih dari itu dikawatirkan mahasiswa menjadi bosan.

Pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk remedial bagi mahasiswa

(40)

KATA PENGANTAR

Desertasi ini disusun guna memenuhi sebagian dari syarat untuk

memperoleh gelar doktor ilmu pendidikan dalam bidang pendidikan ilmu

pengetahuan alam pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berisi

laporan pengembangan pembelajaran aktif-kooperatif menggunakan lembaran kerja

mahasiswa (LKM) dalam perkuliahan kinetika kimia untuk calon guru kimia.

Pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk membekali calon

guru kimia penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains

(KGS) yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode Research and

Development. Ada empat topik kinetika kimia yang diteliti, yaitu: kinetika reaksi,

mekanisme reaksi, pengaruh temperatur, dan fotokimia. Ada empat keterampilan

generik sains yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: pemodelan matematika,

kerangka logis, konsistensi logis, dan kesimpulan logis.

Tulisan terdiri atas lima bab. Dalam BAB I dipaparkan tentang: Latar

Belakang, Masalah Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Definisi

Operasional. BAB II Pembelajaran aktif-kooperatif, Keterampilan Generik Sains,

Kinetika Kimia, dan Pembelajaran Aktif-Kooperatif dalam Kinetika Kimia. BAB

III berisi Metodologi Penelitian yang terdiri atas: Paradigma dan Metode

Penelitian, Prosedur Penelitian, Lokasi dan Subyek Penelitian, Analsisi Data,

Pengolahan Data, serta Instrumen Penelitian dan Pengembangannya. BAB IV

terdiri atas: Analisis data, Temuan, dan Pembahasan. BAB V terdiri atas:

Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Pada bagian akhir ditempatkan daftar

(41)

Sangat disadari bahwa terdapat berbagai kekurangan di dalam tulisan ini,

oleh karena itu maka saran-saran dan kritikan akan diterima dengan lapang dada.

Demikian tulisan ini dibuat, semoga ada manfaatnya bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Bandung, Juni 2012

(42)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis telah memperoleh banyak bantuan selama penulis menyelesaikan

pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, baik dalam perkuliahan ataupun

dalam pennyusunan disertasi. Sudah selayaknya penulis menghaturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberi bantuan tersebut. Ucapan terima kasih

yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M.Pd. sebagai promotor atas bimbingan dan

bantuannya, mulai dari perkuliahan sampai penyelasaian disertasi ini.

2. Bapak Dr. Agus Setiabudi, M.Si., selaku ko-promotor atas bimbingan dan

bantuannya dalam penyelasaian disertasi ini.

3. Bapak Dr. Muhamad Abdulkadir Martoprawiro, M.Si., selaku anggota

promotor atas bimbingan dan bantuannya dalam penyelasaian disertasi ini

4. Bapak Prof. Dr. Achmad A. Hinduan, M.Sc. selaku dosen dan mantan

Ketua Prodi IPA Pascasatjana UPI atas bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis.

5. Ibu Prof. Dr. Nuryani Y. Rustaman, M.Pd. selaku dosen dan mantan

Asisten Direktur PPs UPI atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ratna Willis Dahar (alm) dan Bapak Prof. Dr. Susanto Imam

Rahayu yang telah banyak memberi nasehat dan bimbingan kepada penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. sebagai Ketua Program IPA

Pascasarjana UPI atas bantuan dan bimbingannnya selama penulis

(43)

8. Bapak Rektor Universitas Pendidikan Indonesia beserta seluruh staf yang

telah memberi izin dan fasilitas selama penulis menjalani studi.

9. Bapak Prof. Dr. Hamzah Upu, M.Pd., sebagai dekan FMIPA UNM atas izin

dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Bapak Drs. Abdul Hadjranul Fatah, M.Si., Ibu Dr. Ramlawati, M.Si, Bapak

Dr. Alimin, M.Pd., Bapak Dr. Rafiuddin, M.Si, M.Pd., Ibu Dra. Solfarina,

M.Si., Ibu Dra. Sondang R. Manurung, M.Si., Bapak Drs. Dadang

Mahmudin, M.Si, Bapak Drs. Maman Wijaya, M.Pd., Bapak Drs. Harun

Harosid, M.Pd. serta teman-teman mahasiswa angkatan 2001 dan

mahasiswa Recycling angkatan 2010 Program Pendidikan IPA SPs UPI atas

kerjasama dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri tercinta

Ir. Taswianingsih atas kesabaran, ketabahan, doa, serta pemberi semangat utama

kepada penulis dalam penyelesaian studi. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih

dan kasih sayang yang tak terhingga kepada buah hati penulis, nakda Zahra

Fadhilah dan nakda Muhammad Ihza Anshary. Akhirnya penulis mengucapkan

terima kasih dan sembah sujud kepada kedua oarang tua penulis Ayahanda Ambo

Takke Lebu (alm) dan Ibunda Sitti Arfah yang telah membesarkan, merawat,

mendidik, dan selalu mendoakan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf kepada semua

pihak yang telah membantu tetapi tidak dicantumkan dalam ucapan terima kasih

ini. Demikian ucapan terima kasih ini penulis haturkan dan persembahkan kepada

semua pihak yang telah berjasa, semoga Allah Yang Maha Mengetahui memberi

(44)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Definisi Operasional ... 10

BAB II. PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF, KETERAMPILAN ... 11

GENERIK SAINS, DAN KINETIKA KIMIA A. Pembelajaran Aktif-Kooperatif ... 11

B. Keterampilan Generik Sains ... 21

C. Kinetika Kimia ... 26

D. Pembelajaran Aktif-Kooperatif dalam Kinetika Kimia ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Paradigma Penelitian dan Metode Penelitian ... 50

B. Prosedur Penelitian ... 53

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 55

D. Analisis Data ... 56

E. Pengolahan Data ... 58

(45)

BAB IV. ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Analisis Data ... 63

1. Studi Pendahuluan dan Perencanaan Pembelajaran ... 63

2. Uji Coba Lapangan ... 65

3. Implementasi pembelajaran aktif-kooperatif ... 71

a. Penguasaan konsep kinetika kimia ... 72

b. Keterampilan generik sains ... 80

c. Pendapat mahasiswa ...118

B. Temuan dan Pembahasan ...121

1. Studi Pendahuluan dan Perencanaan Pembelajaran ...121

2. Uji Coba Lapangan ...124

3. Implementasi pembelajaran aktif-kooperatif ...137

a. Penguasaan konsep kinetika kimia ...138

b. Keterampilan generik sains ...145

c. Pendapat mahasiswa ...171

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...174

B. Implikasi ...175

C. Rekomendasi ...176

DAFTAR PUSTAKA ...178

(46)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data nilai Kinetika Kimia Mahasiswa pada ... 6

Salah Satu LPTK Di Makassar 2.1 Peran Dosen ... 12

2.2 Peran Mahasiswa ... 13

2.3 Beberapa Cabang Ilmu yang Relevan dengan Kinetika Reaksi ... 41

3.1 Katagori IPK ... 57

3.2 Katagori N-Gain Penguasaan Konsep kinetika Kimia dan ... 58

Keterampilan Generik Sains 3.3 Klasifikasi Koefisien Reabilitas ... 62

3.4 Kriteria Tingkat Daya Beda... 62

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ... 62

4.1. Pendapat Dosen Tentang Pembelajaran Sebelum Pembelajaran ... 66

4.2 Pendapat Dosen Tentang Pembelajaran Sebelum Pembelajaran ... 67

4.3 Persentase Pendapat Mahasiswa Tentang Pembelajaran ... 69

yang Dikembangkan 4.4 Uji Perbandingan Skor Kinetika kimia Kelas Eksperimen ... 73

dengan Kelas Kontrol 4.5 Uji Wilcoxon Perbandingan Postes-Pretes Skor Kinetika Kimia ... 74

Mahasiswa 4.6 Uji Perbandingan N-Gain Skor Kinetika Kimia ... 75

Mahasiswa Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006 4.7 N-Gain Skor Kinetika kimia Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda .... 77

4.8 N-gain Skor Kinetika Kimia Mahasiswa dengan Nilai IPK Berbeda ... 78

4.9 Uji Perbandingan Skor Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen 80 4.10 Uji Wilcoxon Perbandingan Postes-Pretes Keterampilan Generik... 82

4.11 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa Angkatan 2007 dan ... 83

Angkatan 2005-2006 4.12 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 88

dengan Nilai KF I Berbeda 4.13 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ... 89

dengan Nilai IPK Berbeda 4.14 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ... 93

(47)

4.15 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 94

dengan Nilai KF I Berbeda

4.16 Uji Perbandingan N-Gain KGS Mahasiswa ... 96

dengan Nilai IPK Berbeda

4.17 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ...100

Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006

4.18 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...101

Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda

4.19 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ....103

dengan Nilai IPK Berbeda

4.20 Uji Perbandingan N-Gain KGS mahasiswa ...105

Angkatan 2007 dan Angkatan 2005-2006

4.21 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...108

Mahasiswa dengan Nilai KF I Berbeda

4.22 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains ...109

Mahasiswa dengan Nilai IPK Berbeda

4.23 Uji Perbandingan KGS pada Setiap Topik (IMPLEMENTASI II) ...111

4.24 Uji Perbandingan KGS pada Topik Berbeda (IMPLEMENTASI II) ...114

4.25 Uji Perbandingan Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajara ...119

Sebelum dan Sesudah Pembelajaran (Implementasi I)

(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Desain Pembelajaran ... 19

2.2. Diagram Segitiga Transisi Sifat-Sifat Fisika dan Kimia ... 27

2.3. Hubungan Keempat Bagian Kimia Fisika ... 33

3.1 Bagan Paradigma Penelitian ... 51

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 53

4.1 Model Pembelajaran Aktif-kooperatif dalam ... 70

Pembelajaran Kinetika Kimia 4.2. Grafik Perbandingan Skor Kinetika Kimia Mahasiswa ... 73

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 4.3 Perbandingan Skor Kinetika kimia Angkatan 2007 ... 76

dengan Angkatan 2005 dan 2006 4.4. Grafik Perbandingan Rata-rata N-Gain Skor Kinetika kimia ... 78

Berdasarkan Nilai KF I 4.5 Perbandingan Rata-rata N-Gain Skor Kinetika Kimia ... 79

Berdasarkan Nilai IPK 4.6 Grafik Perbandingan Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen... 81

dan Kelas Kontrol 4.7. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk... 84

Mengembangkan KGS (LKM1 Kinetika Reaksi) 4.8. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk ... 85

Mengembangkan KGS (LKM2 Kinetika Reaksi) 4.9. Peran Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk ... 86

Mengembangkan KGS (LKM3 Kinetika Reaksi) 4.10 Grafik perbandingan N-Gain KGS Mahasiswa Angkatan 2007 ... 87

dengan Angkatan 2005-2006 pada Topik Kinetika Reaksi 4.11 Garfik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ... 88

4.12 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 90

Mahasiswa Berdasarkan IPK 4.13. Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk Mengembangkan KGS ... 91

(49)

4.14 Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk Mengembangkan KGS ... 92

(LKM5 Mekanisme Reaksi)

4.15 Uji Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains Mahasiswa ... 94

dengan Nilai KF I berbeda

4.16 Grafik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KF I ... 95

4.17 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 97

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.18. Bagan Peranan Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk ... 98

Mengembangkan KGS (LKM 6 Pengaruh Temperatur)

4.19 Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif untuk Mengembangkan KGS ... 99

Mengembangkan KGS (LKM 7 Pengaruh Temperatur)

4.20. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain KGS ...100

Mahasiswa Angkatan 2007 dengan Angkatan 2005 & 2006

pada Topik Pengaruh Temperatur

4.21. Garfik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ...102

4.22 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sain...104

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.23. Peran Pembelajaran Aktif-Kooperatif Untuk Mengembangkan KGS ...106

(LKM 8 Fotokimia)

4.24. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain KGS Mahasiswa ...107

Angkatan 2007 dengan Angkatan 2005 & 2006 pada Topik Fotokimia

4.25 Grafik Perbandingan N-Gain Skor KGS Berdasarkan Nilai KFI ...108

4.26. Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...110

Mahasiswa Berdasarkan IPK

4.27 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...112

Mahasiswa pada Berbagai Topik

4.28 Grafik perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Generik Sains ...115

Mahasiswa pada Topik Berbeda

4.29. Grafik Perbandingan Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajaran ...119

(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

IA. UJI COBA TES KINETIKA ...183

... IB. TES PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA ...215

IC. PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA ...220

IIA. INDIKATOR TES KETERAMPILAN GENERIK SAINS ...231

IIB. KETERAMPILAN GENERIK SAINS (IMPLEMENTASI I) ...240

IIC. KETERAMPILAN GENERIK SAINS (IMPLEMENTASI II)...247

IIIA. SEBARAN ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN ...298

DALAM UJI COBA ANGKET TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN KINETIKA KIMIA IIIB. SKOR PENDAPAT MAHASISWA ...301

IV LKM ...307

VA SKOR KIMIA FISIKA I KELAS EKSPERIMEN DAN ...315

KELAS KONTROL (IMPLEMENTASI I) VB PENDAPAT MAHASISWA MENGENAI PEMBELAJARAN ...317

KIMIA FISIKA DAN KINETIKA KIMIA SEBELUM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF VIA PEDOMAN OBSERVASI ...318

VIB TRANNSKRIP WAWANCARA MAHASISWA SETELAH ...324

UJI COBA PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF VIIA KISI-KISI PERKULIAHAN KINETIKA KIMA ...335

VIIB. STRUKTUR TOPIK KINETIKA KIMIA ...342

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman DAFTAR TABEL 1.1  Data nilai Kinetika Kimia Mahasiswa pada ...........................................
Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai Kinetika Kimia Mahasiswa pada Salah Satu LPTK di Makassar
Gambar  3.1 Bagan Paradigma Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari kegiatan pengabdian ini adalah mengajak seluruh masyarakat untuk dapat membudidayakan tanaman ganyong, sebagai alternatif tambahan pendapatan masyarakat

Perlindungan Hukum Bagi Investor Saham Terhadap Terjadinya Forced Delisting Emiten Dalam Kegiatan Pasar Modal .Tesis Magister pada FH UGM Yogyakarta: Etd Gajah Mada

•Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak mulut → lubang hidung..

Persepsi remaja putri dalam menghadapi menarche sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang menarche melalui metode teman sebaya (peer group) di

Selain menambah referensi di Departemen Sejarah dan Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, penulis juga sangat mengharapkan agar dengan hadirnya skripsi ini

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikan IPS. ©

For the established inefficiencies to be eliminated, the Court of Audit of the Republic of Slovenia demanded from the Ministry the implementation of corrective

perempuan di dalam teks berita media massa cetak. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :. 1) Mengetahui dan mendeskripsikan posisi perempuan pada teks