Universitas Kristen Maranatha vi
ABSTRAK
PERTANGGUNGJAWABAN BANK SEBAGAI KORPORASI DAN OKNUM PEGAWAI BANK ATAS TERJADINYA KERUGIAN NASABAH
AKIBAT TINDAKAN TRANSFER DANA SECARA MELAWAN HUKUM MELALUI SMS BANKING DIDAHULUI OLEH BOCORNYA DATA
NASABAH DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DI INDONESIA
Rizki Harnanta (1287055)
Layanan sms banking memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan karena nasabah tidak perlu untuk melakukan transaksi ke kantor pelayanan bank. Walaupun demikian, sms banking bukanlah fitur layanan yang bebas dari risiko penyalahgunaan. Risiko yang dimaksud adalah penyalahgunaan data nasabah oleh oknum pegawai bank dan kemudian data yang disalahgunakan
tersebut di perjual – belikan dan didaftarkan ke layanan sms banking oleh pelaku
kejahatan, sehingga terjadi transfer dana secara melawan hukum yang merugikan nasabah. Terkait dengan permasalahan terjadinya transfer dana secara melawan hukum perlu dikaji pihak mana yang harus bertanggung jawab terhadap nasabah yang dirugikan, dan perlu dikaji batasan pertanggungjawaban bank sebagai korporasi dan pertanggungjawaban oknum pegawai bank yang melakukan pelanggaran hukum.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif karena sasaran penelitian ini adalah hukum. Yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa bahan-bahan hukum dan isu-isu hukum dengan cara menganalisis peraturan perundang - undangan
yang terkait dengan permasalahan yang diteliti terkait dengan
pertanggungjawaban bank di Indonesia, buku-buku literatur dengan tentang hukum, dan data penunjang berupa wawancara yang dilakukan dengan instansi yang terkait dengan penelitian.
Penelitian ini menjelaskan bahwa bank harus bertanggungjawab atas timbulnya kerugian materil yang dialami berdasarkan berlakunya Pasal 29 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Apabila bank tidak melakukan
pertanggungjawaban dan bank terbukti melanggar prinsip kehati – hatian bank
akan dikenai sanksi administratif. Sedangkan oknum pegawai bank dan pelaku kejahatan akan mendapatkan sanksi hukum pidana atas tindakannya. Nasabah yang merupakan korban dari tindak kejahatan dapat melakukan langkah hukum secara litigasi dan non litigasi.
Universitas Kristen Maranatha vii
ABSTRACT
BANK’S LIABILITY AS CORPORATIONAND EMPLOYEE LIABILITY THROUGH COSTUMER LOSS CAUSED BY ILLEGAL TRANSFER OF
FUND BY SMS BANKING, BEGIN WITH MISUSING COSTUMER’S DATA
BY EMPLOYEE, RELATED TO INDONESIAN REGULATION SYSTEM
Rizki Harnanta
(1287055)
Sms banking makes transaction more easy. Costumer doesn’t need to come to bank office to do the transaction. Nevertheles, sms banking isn’t a risk free feature. One of the several risk that possibly come up is missued of data, done by employee. The data may be traded and then someone may register that data into sms banking service. It will be harmful for the costumer. Related to this fact or case, we need to analayze, who have to be liable. May the vicarious liabilty concept be applied, so the bank must be liable on criminal actions done by the employee.
This research done by juridical normative methode because the object of this research is the law itself. This research done by analizing primary and secondary legal materials such as statute, literature, and also supported by data obtained from interviews.
The conclusion from this research, bank will be liable based on Chapter 29 Financial Authority Regulation Number 1/POJK.1/2013 Concerning Consumer Protection On Financial Service Sector. Bank will also be liable based on administrative law if bank violates prudencial principle.. The employee will be liable based on criminal law. Costumer can take legal action such as non litigation or litigation process.
Universitas Kristen Maranatha viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN REVISI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Tujuan Penulisan ... 12
D. Kegunaan Penulisan ... 13
E. Kerangka Pemikiran ... 14
F. Metode Penelitian ... 21
G. Sistematika Penulisan ... 26
BAB 2 TINJAUAN UMUM SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA DAN HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH DALAM SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA ... 29
A. Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Aktivitas Ekonomi Di Indonesia ... 29
1. Pengertian Bank ... 29
2. Jenis – Jenis Bank Di Indonesia ... 30
3. Jenis Kegiatan Usaha Perbankan Di Indonesia ... 32
4. Fungsi Bank ... 34
5. Produk dan Pelayanan Jasa Bank ... 35
B. Pengaturan Kegiatan Perbankan dan Prinsip Hukum Perbankan di Indonesia ... 45
1. Sistem Hukum Perbankan di Indonesia ... 45
2. Sifat dan Tujuan Hukum Perbankan di Indonesia ... 47
3. Prinsip Hukum Dalam Pengaturan Kegiatan Perbankan ... 48
Universitas Kristen Maranatha ix
C. Hubungan Kontraktual dan Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah
...
... 56
1. Hubungan Kontraktual Antara Bank Dengan Nasabah ... 56
2. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana ... 59
D.Rahasia Bank ... 63
1. Pengertian Dan Pengaturan Rahasia Bank di Indonesia ... 63
2. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank ... 64
BAB 3 ASPEK HUKUM PIDANA DALAM KEGIATAN PERBANKAN ... 66
A. Pengertian,Sifat,Fungsi, Tujuan dan Asas Hukum Pidana ... 66
1. Pengertian Hukum Pidana ... 66
2. Sifat Hukum Pidana ... 68
3. Fungsi Hukum Pidana ... 69
4. Tujuan Hukum Pidana ... 71
5. Asas Hukum Pidana ... 73
B. Manusia dan Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana ... 74
1. Manusia Sebagai Subjek Hukum ... 74
2. Korporasi Sebagai Subjek Tindak Pidana ... 78
3. Pertanggungjawab Pidana Korporasi ... 80
C. Tindak Pidana Perbankan ... 85
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak Pidana Perbankan ... 85
2. Jenis – Jenis Tindak Pidana Perbankan ... 87
3. Sanksi Atas Tindak Pidana Perbankan ... 90
D. Tindak Pidana Dalam Kegiatan Dengan Modus Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Sms Banking yang Didahului Oleh Bocornya Data Nasabah Oleh Pegawai Bank ... 94
1. Kasus ... 94
2. Peraturan Perundang – undangan Terkait Dengan Kasus ... 97
BAB 4 ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN BANK SEBAGAI KORPORASI DAN OKNUM PEGAWAI BANK ATAS TERJADINYA KERUGIAN NASABAH AKIBAT TRANSFER DANA SECARA MELAWAN HUKUM MELALUI SMS BANKING YANG DIDAHULUI OLEH BOCORNYA DATA NASABAH DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DI INDONESIA ... 101
A. Analisis Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Sms Banking Yang Didahului Oleh Bocornya Data Nasabah ... 101
1. Tanggungjawab Oknum Pegawai Bank ... 101
Universitas Kristen Maranatha x
3. Tanggungjawab Bank ... 117
B. Langkah Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Nasabah Dalam Terjadinya Kerugian Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Melalui Sms Banking... 133
1. Langkah Hukum Secara Perdata ... 133
2. Langkah Hukum Secara Pidana ... 140
BAB 5 PENUTUP ... 143
A. Kesimpulan ... 143
1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking Yang Didahului Oleh Bocornya Data Nasabah ... 143
2. Langkah Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Nasabah Dalam Terjadinya Kerugian Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Melalui Sms Banking ... 146
B. Saran ... 148
1. Saran Untuk Lembaga Perbankan ... 148
2. Saran Untuk Masyarakat ... 149
3. Saran Untuk Akademisi ... 149
4. Saran Untuk Pembuat Undang – Undang Atau Penegak Hukum .. 149
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang Dasar 1945 merupakan konsititusi Negara
Indonesia. Konstitusi mengatur hal – hal yang bersifat mendasar dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Kegiatan perekonomian
merupakan salah satu hal yang diatur di dalam konsitusi. Pasal 33 Ayat (4)
Undang – Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi:
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”
Ketentuan dari pasal tersebut mengatur bahwa perekonomian nasional
diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi
berarti sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dengan tujuan meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Salah satu bagian dari kegiatan ekonomi adalah kegiatan
perbankan. Ketentuan Pasal 33 Ayat (4) Undang – Undang Dasar Tahun
1945 menjadi dasar bahwa kegiatan Perbankan di Indonesia berasaskan
demokrasi ekonomi. Hal tersebut diatur dalam pasal 2 Undang – Undang
Universitas Kristen Maranatha 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (Selanjutnya disebut UU Perbankan)
yang berbunyi:
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”
Pasal tersebut mengatur bahwa kegiatan perbankan bukan hanya harus
berlandaskan pada prinsip demokrasi ekonomi saja tetapi juga
memperhatikan prinsip kehati – hatian.
Prinsip kehati – hatian atau dikenal dengan nama Prudential
Banking dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Bank dalam melakukan kegiatan usaha menghimpun dana dari
msayarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat diwajibkan
untuk bertindak secara hati – hati cermat,teliti,dan bijaksana atau
tidak ceroboh dengan meminimalisir kemungkinan risiko yang akan terjadinya sebagai akibat dari kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat, yang kesemuanya itu pada gilirannya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap dana masyarakat yang dipercayakan kepada
lembaga perbankan.”1
Prinsip kehati – hatian harus diterapkan dalam setiap transaksi yang
dilakukan.
Menurut menurut Pasal 1 Butir 2 UU Perbankan memiliki fungsi
utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Oleh karena itu, secara garis besar
kegiatan perbankan dibagi menjadi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat
Bank umum konvensional menghimpun dana dari masyarakat
dama bentuk sebagai berikut:2
1
Universitas Kristen Maranatha
a. Simpanan berupa giro;
b. Deposito berjangka;
c. Sertifikat deposito;
d. Tabungan;
e. Bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan jasa perbankan lainnya, yang meliputi:3
a. Pengiriman uang (Transfer);
b. Inkaso;
c. Kliring;
d. Bank garansi;
e. Kotak pengamanan simpanan;
f. Kartu kredit;
g. Perdagangan valuta asing;
h. Kustodian;
i. Letter of credit dalam transaksi perdagangan dalam Negeri dan luar Negeri.
Dalam rangka melaksanakan fungsi bank dengan baik maka bank
harus memberikan layanan – layanan yang memudahkan nasabahnya
dalam melakukan transaksi, layanan tersebut diantaranya adalah:
1. Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine)
Menurut Ellen Florian adalah alat telekomunikasi berbasis komputer yang menyediakan tempat bagi nasabah dalam melakukan transaksi
keuangan tanpa membutuhkan seorang teller bank.4
2. Sistem Aplikasi Perbankan (Banking Application System)
Sistem aplikasi perbankan adalah penggunaan komputer dan alat alat pendukung nya dalam operasional perbankan yang meliputi pencatatan, perhitungan, peringkasan, penggolongan dan pelaporan semua kegiatan dibidang perbankan. Kegiatan tersebut bisa meliputi administrasi, akuntansi, manajemen pemasaran atau bidang lain yang
mendukung kegiatan perbankan.5
3 Hermanysah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 81. 4
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-atm-definisi-fungsi-manfaat.html diakses pada tanggal 22 Oktober 2015 pada pukul 19.02
Universitas Kristen Maranatha
3. Sistem Penyelesaian Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement
System)
Proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat Real-time (electronically processed), di mana rekening peserta dapat di-debit / di-kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan
perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.6
4. Sistem Kliring Elektronik
Sistem Kliring Elektronik adalah sistem penyelenggaraan kliring dimana perhitungan dan pembuatan rekapitulasi perhitungannya (bilyet saldo kliring) dilakukan secara elektronik disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk kemudian dipilah secara otomasi. Dalam sistem kliring ini, hasil perhitungan yang dilakukan secara otomasi kemudian dicocokkan dengan hasil
perhitungan secara elektronik. 7
5. Sms banking
Fasilitas sms banking adalah salah satu fitur teknologi yang berupa layanan bagi nasabah bank, yang mengijinkan para nasabah untuk mengakses akun bank melalui fitur SMS (Short Message Service/Layanan Pesan Singkat).
Dari lima layanan yang telah dijabarkan, penulis akan memfokuskan
pembahasan pada layanan sms banking. Fasilitas sms banking adalah salah
satu fitur teknologi yang berupa layanan bagi nasabah bank, yang
mengijinkan para nasabah untuk mengakses akun bank melalui fitur SMS
(Short Message Service/Layanan Pesan Singkat) untuk melakukan
transaksi sebagai berikut:
1. Transfer Uang/Dana;
2. Cek Saldo Rekening Tabungan;
3. Informasi Tagihan, Transaksi;
4. Pembayaran atas Pembelian;
5. Mengganti PIN, dan lain lain.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/RTGS diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 pada pukul 17.00 WIB
Universitas Kristen Maranatha Dengan adanya fasilitas sms banking, nasabah tidak perlu untuk
datang ke kantor pelayanan bank untuk melakukan transaksi dan tentu saja
layanan tersebut memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi tetapi
sms banking bukanlah fitur layanan yang bebas dari risiko
penyalahgunaan. Layanan sms banking dapat dijadikan sarana untuk
melakukan kejahatan.
Layanan sms banking dapat digunakan oleh nasabah apabila
nasabah tersebut memiliki rekening tabungan di bank. Hal tersebut
menunjukan bahwa terjadi hubungan kontraktual antara bank dengan
nasabah. Dasar hubungan hukum antara kedua pihak tersebut adalah
perjanjian pembukaan rekening. Berdasarkan Perjanjian tersebut, timbul
hak dan kewajiban antara bank dengan nasabahnya. Berdasarkan
hubungan kontraktual tersebut, bank mempunyai kewajiban untuk
merahasiakan segala data – data yang berkaitan dengan nasabah berikut
simpananya. Di sisi lain nasabah mempunyai kewajiban untuk taat kepada
ketentuan penggunaan layanan fasilitas sms banking yang telah ditetapkan
oleh bank untuk menghindari segala risiko penyalahgunaan yang dapat
merugikan nasabah. Salah satu risiko yang dimaksud adalah risiko
kebocoran data.
Bocornya data nasabah dapat mengakibatkan tindakan kejahatan.
Tindakan kejahatan tersebut adalah data yang dibocorkan diduga oleh
oknum pegawai bank dijual kepada pelaku kejahatan lalu oleh pelaku
Universitas Kristen Maranatha terjadi tindakan transfer dana secara melawan hukum yaitu dana yang
tersimpan pada rekening tabungan nasabah ditransfer ke rekening pelaku
kejahatan sehingga timbul kerugian bagi nasabah karena sejumlah dana
tabungan milik nasabah hilang. Berdasarkan hubungan kontraktual antara
nasabah dengan bank maka apabila ada penyalahgunaan, bank yang akan
dimintai tanggung jawab.
Pembocoran data nasabah merupakan pelanggaran Undang –
Undang Perbankan yaitu terkait dengan kerahasiaan bank. Pasal yang
mengatur hal tersebut diantaranya adalah Pasal 40 UU Perbankan yang
menyebutkan bahwa:
“Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,
dan Pasal 44A”
Bank sebagai lembaga keuangan diwajibkan untuk menerapkan
prinsip kerahasiaan bank. Prinsip kerahasian bank adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan keuangan dan hal – hal lain dari nasabah bank
yang menurut kelaziman dunia perbankan tidak boleh secara terbuka
diungkapkan kepada pihak masyarakat, secara ringkasnya rahasia bank
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanan nasabah.8 Kerahasiaan bank diperlukan
untuk kepentingan bank sendiri, yang memerlukan kepercayaan
masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan
Universitas Kristen Maranatha mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila
dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan
keadaan keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan.9 Oleh sebab itu
bank harus memegang teguh prinsip rahasia bank.
Identitas atau keberadaan nasabah dan simpanannya tanpa alasan
hukum yang kuat dapat begitu mudah diterobos oleh pihak yang tidak
berkepentingan dengan rekening atau dibocorkan kepada pihak yang tidak
berkepentingan, dampaknya sudah dapat dipastikan bahwa pemilik
rekening akan merasa privasinya terganggu.10 Dapat dipastikan jika
nasabah tersebut merasa tidak aman lagi berkaitan dengan harta milik yang
disimpan di suatu bank tertentu. Nasabah memindahkannya ke sarana
investasi atau saranan penyimpanan lain yang dirasa lebih menjanjikan
keamanan dan kerahasiaannya.11 Tujuan utama bank bekerja dengan
menggunakan prinsip rahasia bank adalah agar nasabah memperoleh
tingkat perlindungan dan penjaminan hukum yang memadai atas
kepercayaan nasabah yang diberikan kepada bank untuk mengelola dana
yang disimpannya tersebut.12 Dewan komisaris, pegawai bank, dan pihak
terafiliasi diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan bank.
Prinsip rahasia bank merupakan salah satu bentuk dari upaya bank
melindungi kepentingan nasabahnya karena bank diwajibkan untuk
merahasiakan dan tidak dapat serta merta memberikan informasi terkait
9
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta, Sinar Grafika: 2010, hlm. 30. 10 Ibid, hlm. 31.
Universitas Kristen Maranatha keterangan mengenai nasabah berikut simpanannya kepada pihak siapa
pun yang tidak berkepentingan.
Kasus dari tindakan transfer dana melalui fasilitas sms banking
yang didahului oleh bocornya data nasabah akibat perbuatan oknum
pegawai bank terjadi sebagaimana dialami oleh Mr.Y yang merupakan
nasabah dari Bank.X mengaku sejumlah dana tabungannya secara tiba -
tiba hilang.13 Setelah dilakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut,
ternyata dana yang tersimpan pada tabungan nasabah telah ditransfer
secara melawan hukum oleh para pelaku kejahatan ke rekening pelaku
kejahatan. Transfer dana dilakukan oleh pelaku kejahatan melalui layanan
sms banking. Pada kenyataannya Mr.Y mengaku tidak pernah
mendaftarkan diri untuk menggunakan layanan tersebut. Para pelaku
kejahatan mengaku mendapatkan data nasabah tersebut dari seorang
rekannya yang kemudian dijual kepada para pelaku kejahatan. Rekan dari
pelaku kejahatan tersebut dapat diduga adalah pegawai bank karena
pegawai bank dapat dengan mudah mengakses data nasabah yang bersifat
rahasia melalui sistem bank dan kemudian data nasabah tersebut dijual
kepada pelaku kejahatan. Selain itu, dimungkinkan pegawai bank bersama
– sama melakukan tindak kejahatan dengan pelaku kejahatan tersebut.
Dari kasus tersebut timbul beberapa masalah diantaranya dana
nasabah yang tersimpan di bank hilang dan terjadi pelanggaran terhadap
kerahasiaan bank. Data – data nasabah seharusnya tidak boleh
Universitas Kristen Maranatha
diperjualbelikan karena data – data nasabah sudah seharusnya dijaga
kerahasiaannya oleh bank dan oknum pegawai bank yang telah
membocorkan data nasabah dapat dapat dikenai sanksi terkait pelanggaran
kerahasian bank yang sebagaimana telah diatur dalam Pasal 40 Ayat (1)
UU Perbankan.
Selain pelanggaran terhadap rahasia bank, telah terjadi aktivitas
transfer dana ilegal. Transfer dana ilegal adalah kegiatan transfer dana
yang dilakukan secara melawan hukum. Di Indonesia pengaturan
mengenai kegiatan transfer dana diatur di dalam Undang – Undang Nomor
3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana. Terkait kasus yang sedang dibahas
oleh penulis, telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 81 dan Pasal 82
Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana yang
berbunyi:
a. “Setiap orang yang secara melawan hukum mengambil atau
memindahkan sebagian atau seluruh Dana milik orang lain melalui Perintah Transfer Dana palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
b. “Penerima yang dengan sengaja menerima atau menampung, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, suatu Dana yang diketahui atau patut diduga berasal dari Perintah Transfer Dana yang dibuat secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
Terjadi pelanggaran terhadap Pasal 81 dan Pasal 82 Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana karena pelaku
kejahatan menggunakan sarana sms banking untuk memberi perintah
transfer dana palsu kepada bank selaku penyelenggara transfer dana.
Universitas Kristen Maranatha transfer dana secara melawan hukum yang dilakukan oleh dirinya. Selain
itu pelaku kejahatan melanggar ketentuan Pasal 85 Undang – Undang
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana yang berbunyi:
“Setiap orang yang dengan sengaja menguasai dan mengakui
sebagai miliknya dana hasil transfer dana yang diketahui atau patut diketahui bukan haknya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyal Rp. 5.000.000.000,00
(lima milliar rupiah)”
Pelaku kejahatan telah menguasai dana yang bukan merupakan haknya,
oleh sebab itu pelaku kejahatan telah melakukan pelanggaran terhadap
pasal tersebut.
Masalah lain yang muncul dari kasus tersebut bahwa nasabah akan
meminta tanggung jawab kepada bank terkait sejumlah dana yang hilang
dan nasabah akan meminta penggantian sejumlah dana yang hilang kepada
bank karena nasabah memiliki hubungan hukum dengan bank. Walaupun
yang menyalahgunakan data nasabah adalah oknum pegawai, tetapi bank
sebagai suatu korporasi yang oleh masyarakat dianggap telah merugikan
nasabah. Dalam hal ini reputasi bank dipertaruhkan. Di sisi lain
membebankan pertanggungjawaban kepada bank merupakan hal yang sulit
karena bank merupakan pihak yang juga dirugikan oleh tindakan oknum
pegawai bank dan pelaku kejahatan tersebut.
Terkait dengan permasalahan terjadinya transfer dana secara
melawan hukum didahului oleh bocornya data nasabah akibat perbuatan
oknum pegawai bank perlu dikaji batasan tanggungjawab pihak bank
sebagai korporasi dan pertanggungjawaban oknum pegawai bank yang
Universitas Kristen Maranatha Menurut Pasal 47 ayat (2) UU Perbankan Sanksi bagi dewan
komisaris,direksi, pegawai bank dan pihak terafiliasi lainnya yang
membocorkan keterangan yang wajib dirahasiakan, menurut pasal 47 ayat
(2) UU Perbankan adalah:
“Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak
terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama
4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”
Sanksi bagi pegawai sudah diatur didalam Pasal 47 ayat (2) UU Perbankan
tetapi aturan Hukum Perbankan di Indonesia belum mengatur tentang
pertanggung jawaban bank sebagai korporasi.
Berdasarkan pembahasan dan permasalahan yang telah diuraikan, penulis
akan menyusun skripsi yang berjudul:
“PERTANGGUNGJAWABAN BANK SEBAGAI
KORPORASI DAN OKNUM PEGAWAI BANK ATAS
TERJADINYA KERUGIAN NASABAH AKIBAT TINDAKAN TRANSFER DANA SECARA MELAWAN HUKUM MELALUI
SMS BANKING DIDAHULUI OLEH BOCORNYA DATA
Universitas Kristen Maranatha B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana tanggung jawab bank dan oknum pegawai bank dalam
terjadinya kerugian nasabah akibat transfer dana secara melawan
hukum dengan modus transfer dana melalui fasilitas sms banking yang
didahului oleh bocornya data nasabah?
2. Langkah hukum apakah yang dapat dilakukan oleh nasabah dalam
terjadinya kerugian akibat transfer dana secara melawan hukum
melalui sms banking?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan identifikasi permasalahan sebagaimana dikemukakan
diatas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji tanggung jawab bank terhadap nasabah yang
dirugikan akibat transfer dana secara melawan hukum melalui sms
banking didahului oleh bocornya data nasabah akibat perbuatan
oknum pegawai bank.
2. Untuk mengkaji bagaimana langkah hukum yang dapat dilakukan
oleh nasabah terkait dengan kerugian nasabah akibat transfer dana
Universitas Kristen Maranatha D. KEGUNAAN PENULISAN
Dari tujuan – tujuan tersebut diatas, maka diharapkan penulisan dan
pembahasan penulisan hukum ini dapat memberikan kegunaan atau
manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai bagian yang tak
terpisahkan, yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Dari segi teoritis akademis, penulisan ini diharapkan
berguna dan memberikan sumbangsih bagi pengembangan
ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum perbankan.
b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi penulis khususnya dan mahasiswa fakultas hukum
umumnya tentang konsep pertanggung jawaban korporasi
atas terjadinya perbuatan transfer dana secara melawan
hukum yang didahului oleh bocornya data nasabah oleh
pegawai bank.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yuridis yang
terjadi berkaitan dengan tanggung jawab bank terhadap
nasabah.
b. Memberikan wawasan bagi pengelola industri perbankan
sebagai lembaga keuangan perihal tanggung jawab bank
terhadap nasabah.
c. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat perihal adanya
Universitas Kristen Maranatha E. KERANGKA PEMIKIRAN
Didalam penulisan skripsi ini penulis membagi dua kerangka
pemikiran, yaitu:
1. Kerangka Konseptual
a. Perbankan
Pasal 1 Butir 1 UU Perbankan, Perbankan adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank didalam melakukan
kegiatannya bank harus tunduk dan patuh kepada peraturan
perundang – undangan yang berlaku yaitu Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah diubah
dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan.
b. Bank
Pasal 1 Butir 2 UU Perbankan, Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dan menurut
Verryn Stuart bank adalah badan usaha yang menjalankan
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan
Universitas Kristen Maranatha membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.14
c. Korporasi
Menurut Satjipto Rahardjo yang dimaksud dengan
korporasi adalah badan yang diciptakannya terdiri dari
corpus, yaitu struktur fisiknya dan ke dalamnya hukum
memasukan unsur animus yang membuat badan itu
mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum ini
merupakan ciptaan hukum, maka kecuali penciptaannya,
kematiannya pun ditentukan oleh hukum.15
d. Kejahatan Perbankan
Kejahatan perbankan adalah pelanggaran terhadap
ketentuan perbankan yang diatur dan diancam dengan
pidana berdasarkan UU Perbankan.16
e. Kejahatan di bidang Perbankan
Setiap perbuatan melawan hukum yang menjadikan bank
sarana atau media (crimes through the bank) atau bank
sebagai sasaran dari suatu tindak pidana (crimes against the
bank).17
14
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 8. 15 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.13.
Universitas Kristen Maranatha
f. Tindak Pidana Korporasi
Bank sebagai subjek hukum pidana yang dinilai dapat
melakukan tindak pidana dan dapat dimintakan
pertanggungjawaban secara pidana. Pertanggungjawaban
pidana korporasi didasarkan pada doktrin respondeat
superior, yaitu suatu doktrin yang menyatakan bahwa
korporasi sendiri tidak bisa melakukan kesalahan. Doktrin
respondeat superior inilah yang kemudian menghasilkan
tiga model pertanggungjawaban pidana korporasi yang
salah satunya adalah Vicarious Liability.18
g. Prinsip Kerahasiaan
Pengaturan mengenai rahasia bank dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
1) Pelanggaran Hukum Perdata (Civil Violation);
2) Pelanggaran Hukum Pidana (Criminal Violation).19
Di Indonesia pelanggaran mengenai rahasia bank
dikategorikan sebagai Pelangaran Hukum Pidana.
Prinsip kerahasian perlu juga diterapkan oleh bank karena
menurut Pasal 40 UU Perbankan:
“Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal
44 A”
18 Ibid, hlm. 190.
Universitas Kristen Maranatha Dari pengertian pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip kerahasiaan bank memberikan perlindungan hukum
mengenai keterangan dan simpanannya. Bank tidak dapat
serta merta memberikan informasi mengenai nasabah
berikut simpanannya kepada pihak – pihak lain diluar pihak
bank. Pihak bank yang terikat pada kerahasian bank adalah
anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau
kuasanya, pejabat, atau karyawan bank. Sanksi bagi pihak
yang melanggar ketentuan kerahasian bank menurut Pasal
47 ayat (2) UU Perbankan adalah:
“Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank
atau Pihak Terafiliasi lainnya dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”
Peraturan perundang – undangan juga mengatur
tentang hak dan kewajiban antara nasabah dengan bank.
Setiap pelaku pelanggaran dari norma hukum yang berlaku
akan dikenai sanksi.
h. Sms Banking
Sms banking adalah salah satu fitur teknologi yang berupa
layanan bagi nasabah bank, yang mengijinkan para nasabah
untuk mengakses akun bank melalui fitur SMS (Short
Message Service/Layanan Pesan Singkat).
Universitas Kristen Maranatha
i. Pegawai Bank
Pegawai bank adalah orang pribadi yang yang bekerja pada
pemberi kerja yang merupakan lembaga perbankan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan
tertentu yang ditetapkan oleh bank yang merupakan
pemberi kerja.
j. Transfer Dana Ilegal
Transfer dana ilegal adalah suatu kegiatan transfer yang
dilakukan dengan cara melawan hukum.
k. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah suatu keadaan untuk wajib
menanggung segala sesuatunya karena adanya suatu unsur
kesalahan dari suatu pihak dan pihak tersebut dikenai suatu
pertanggungjawaban.
2. Kerangka Teoritis
Hukum diberlakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
hukum menurut Plato adalah hukum diberlakukan dengan maksud
untuk membantu manusia menciptakan kesatuan dalam hidup
dalam hidup komunitas atau ketertiban sosial, atau demi kebaikan
umum.20 Hukum diberlakukan untuk tercapainya keadilan,
kepastian, perlindungan. Perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan
Universitas Kristen Maranatha orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
Demikian pula dalam mengatur kegiatan perbankan hukum harus
dapat melindungi hak masyarakat. Dalam rangka untuk melindungi
hak masyarakat dalam kegiatan perbankan, bank wajib untuk
menjalankan kegiatan usahanya dengan menggunakan prinsip
kehati – hatian.
Prinsip kehati – hatian diatur di dalam Pasal 2 UU Perbankan
yang menyebutkan bahwa bank Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati – hatian. Prinsip kehati – hatian (prudent) adalah
bahwa bank dan orang – orang yang terlibat di dalamnya, terutama
dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya
wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing – masing
secara cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh
kepercayaan dari masyarakat.21 Selain itu, bank dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu
mematuhi seluruh peraturan peraturan perundang – undangan yang
berlaku secara konsisten dan itikad baik. Aturan mengenai prinsip
kehati – hatian bertujuan untuk tercapainya tujuan hukum yaitu
keadilan, kepastian, dan perlindungan terhadap nasabah.
Bank diwajibkan melakukan usahanya dengan menggunakan
teori kehati – hatian untuk mencegah segala risiko yang akan
Universitas Kristen Maranatha
merugikan bank dan nasabah. Prinsip kehati – hatian memberikan
perlindungan terhadap nasabah karena bank dalam mengelola dana
masyarakat harus berhati – hati dan tidak boleh merugikan nasabah
maka dari itu bank harus cermat,teliti, dan profesional.
Bank dengan nasabah memiliki hubungan kontraktual.
Hubungan tersebut diatur di dalam Hukum Privat. Hukum Privat
adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan pada kepentingan
perorangan. Dalam arti luas, Hukum privat meliputi hukum perdata
dan hukum dagang. Sedangkan dalam arti sempit, hukum privat
hanya terdiri dari hukum perdata.22 Berdasarkan hal tersebut
kepentingan nasabah di lindungi oleh Hukum Privat. Walaupun
hubungan hukum dilindungi secara hukum privat, tindakan oknum
pegawai bank merugikan kepentingan publik (masyarakat). Oleh
sebab itu, perlu pengaturan hukum publik karena nasabah
dilindungi secara hukum publik apabila haknya dilanggar secara
pidana. Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan alat – alat perlengkapan atau hubungan antara
warga negara dengan warga negaranya. Hukum publik terdiri
dari:23
a) Hukum Tata Negara;
b) Hukum Administrasi Negara;
c) Hukum Internasional;
Universitas Kristen Maranatha
d) Hukum Pidana.
Dalam kaitannya dengan hukum perbankan, hukum publik
mengatur mengenai penjatuhan sanksi pidana terkait dengan
pelanggaran pidana yang terjadi pada kegiatan perbankan.
Sedangkan hukum administrasi negara mengatur mengenai
penjatuhan sanksi administasi terhadap bank yang tidak mematuhi
peraturan dari lembaga atau otoritas yang berwenang.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis
normatif yaitu mengkaji dan menganalisa bahan-bahan hukum dan
isu-isu hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.24
Penelitian ini didukung dengan data berupa wawancara dengan
lembaga terkait dengan penelitian.
2. Jenis Data
Jenis data dalam penilitian ini menggunakan jenis data
sekunder yang meliputi:
Universitas Kristen Maranatha
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas.25 Bahan
hukum primer yang penulis gunakan di dalam penulisan ini
yakni:
1) Undang – Undang Dasar 1945;
2) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana;
3) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata;
4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank
Umum;
5) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal;
6) Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Transfer Dana
7) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
8) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
9) Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan;
Universitas Kristen Maranatha
10) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam
KUHP;
11) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan;
12) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1 /PBI/2011
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum;
dan
13) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2015
Tentang Sistem Kliring Bank Nasional Indonesia
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan
hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai
bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan
pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang
mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan
memberikan petunjuk ke mana Penulis akan mengarah.
bahan sekunder didalam penulisan ini berupa:
1) doktrin–doktrin yang terdapat dalam buku teks;
2) jurnal hukum.
Universitas Kristen Maranatha Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian
atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang
dipergunakan oleh penulis dalam penulisan ini misalnya
kamus hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian dan penulusuran terhadap peraturan
perundang – undangan yang relevan dengan penulisan
penelitian.
b. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data ini yang
diambil oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah
studi kepustakaan atau studi dokumen (Library Research).
Teknik pengumpulan data ini dengan cara membaca,
mengkaji, dan membuat catatan dari buku-buku, peraturan
perundang-undangan, dokumen serta tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek
penelitian.
c. Sehubungan dengan jenis penelitian yang merupakan
penelitian normatif maka untuk memperoleh data yang
Universitas Kristen Maranatha ini adalah dengan cara pengumpulan (dokumentasi)
data-data sekunder. Teknik pengumpulan data-data dilakukan dengan
studi kepustakaan untuk mengumpulkan dan menyusun
data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Untuk
menunjang kelengkapan perolehan data maka Penulis akan
melakukan wawancara kepada pihak bank tentang
bagaimana tanggung jawab bank terhadap nasabah apabila
terjadi kasus yang berkaitan dengan pembahasan pada
penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penulisan ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Setelah rangkaian data terkumpul,
selanjutnya dilakukan analisis data dengan prosedur dan teknis
pengolahan analisis data sesuai dengan konstruksi pembahasan
hasil penelitian.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif penulis
menggunakan pendekatan deduktif yang berarti suatu metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus.
Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui
sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis.
5. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam skripsi ini adalah pendekatan
Universitas Kristen Maranatha
konseptual (Conceptual Approach). Pendekatan perundang –
undangan artinya penelitian ini mengkaji peraturan normatif
berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku yaitu
UU Perbankan untuk memecahkan permasalahan hukum yang
terjadi pada pembahasan penelitian ini. Pendekatan konseptual
artinya Penulis perlu merujuk kepada prinsip – prinsip hukum.26
Prinsip – prinsip hukum yang dimaksud adalah doktrin – doktrin
hukum yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh
Penulis.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan skripsi ini akan disusun sebagaimana sistematika berikut ini:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
penulisan sehingga mengangkat permasalahan tersebut,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penulisan
yang ingin dicapai dalam penelitian, metode penulisan yang
akan diterapkan serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN UMUM SISTEM PERBANKAN DI
INDONESIA DAN HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH DALAM SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA.
Universitas Kristen Maranatha
Dalam bab ini diuraikan tentang teori – teori dan substansi
perundang – undangan dibahas diantaranya mengenai teori
– teori hukum perbankan, ketentuan perbankan di
Indonesia, kajian terhadap Undang – Undang Perbankan,
hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah.
BAB III: ASPEK HUKUM PIDANA DALAM KEGIATAN PERBANKAN
Dalam bab ini diuraikan tentang aspek hukum pidana dalam
kegiatan perbankan, teori pertanggungjawaban korporasi,
dan pembahasan kasus terjadinya kerugian nasabah akibat
tindakan transfer dana secara melawan hukum melalui sms
banking didahului oleh bocornya data nasabah akibat
perbuatan oknum pegawai.
BAB IV: ANALISIS TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN
BANK SEBAGAI KORPORASI DAN OKNUM
PEGAWAI BANK ATAS TERJADINYA KERUGIAN NASABAH AKIBAT TINDAKAN TRANSFER DANA SECARA MELAWAN HUKUM MELALUI SMS
BANKING DIDAHULUI OLEH BOCORNYA DATA
NASABAH DIKAITKAN PERATURAN PERUNDANG
Universitas Kristen Maranatha Pada bab ini penulis melakukan analisis terhadap kasus
berdasarkan teori – teori dan peraturan perundang –
undangan yang berlaku untuk menjawab identfikasi
masalah.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan – kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis dan setelah menulis
kesimpulan kemudian penulis memberikan saran – saran
Universitas Kristen Maranatha
147
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas
Sms Banking Yang Didahului Oleh Bocornya Data Nasabah
a. Tanggungjawab Bank
Bank bertanggungjawab atas terjadinya kerugian nasabah
akibat transfer dana secara melawan hukum dengan modus transfer
dana melalui fasilitas sms banking yang didahului oleh bocornya
data nasabah. Alasan dari bank wajib untuk bertanggungjawab
karena kerugian nasabah terjadi diawali dengan tindakan oknum
pegawai bank yang melakukan pembocoran data nasabah. Oknum
pegawai bank merupakan tanggungan dari bank selaku pemberi
kerja, sesuai dengan Pasal 29 POJK NO. 1/POJK.07/2013 yang
berbunyi:
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas
kerugian Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus, pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan Pelaku
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hal tersebut bank wajib mengganti dana nasabah yang
hilang akibat transfer dana secara melawan hukum dengan modus
transfer dana melalui fasilitas sms banking yang didahului oleh
bocornya data nasabah. Pasal 29 POJK NO. 1/POJK.07/2013
tersebut merupakan penerapan prinsip Vicarious Liablity
sebagaimana diatur dalam Pasal 1367 KUHPerdata. Selain hal
tersebut, bank dalam kasus ini tidak menerapkan prinsip kehati –
hatian dengan baik karena layanan sms banking bisa diakses oleh
seseorang yang bukan pemilik rekening yang sah. Berdasarkan hal
tersebut berarti bank kurang melakukan pengawasan yang ketat
dalam pendaftaran layanan sms banking dan data nasabah dapat
didaftarkan dengan mudah oleh pelaku kejahatan ke layanan sms
banking sehingga menyebabkan kerugian terhadap nasabah. Akibat
bank kurang hati – hati nasabah dirugikan dan bank harus
memberikan penggantian dana kepada nasabah. Apabila bank tidak
melakukan pertanggungjawaban dengan melakukan penggantian
dana nasabah maka bank akan dikenai sanksi administratif sesuai
dengan Pasal 53 Ayat (1) POJK NO. 1/POJK.07/2013, yang
berbunyi:
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dikenakan sanksi administratif, antara lain berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha; dan
Universitas Kristen Maranatha
b. Tanggungjawab Oknum Pegawai Bank
Bank melakukan pertanggungjawaban dengan melakukan
penggantian dana nasabah sedangkan oknum pegawai bank
dikenakan pertanggungjawaban secara pidana sesuai dengan Pasal
47 Ayat (2) UU Perbankan karena telah melakukan pelanggaran
ketentuan rahasia bank dengan hukuman pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta
denda sekurang-kurangnya Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah). Selain itu, oknum pegawai bank telah turut membantu
perbuatan pencurian yang diatur di dalam Pasal 56 KUHP jo Pasal
362 KUHP sehingga oknum pegawai bank dikenakan hukuman
maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga.
c. Tanggungjawab pelaku kejahatan
Pelaku kejahatan yang melakukan tindakan transfer dana
secara melawan hukum melalui fasilitas sms banking dikenakan
pertanggungjawaban secara pidana sesuai dengan Pasal 362 KUHP
tentang pencurian jo Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, diancam
dengan hukuman pidana penjara paling lama lima tahun atau
Universitas Kristen Maranatha Selain hal tersebut pelaku kejahatan diancam pidana atas
pelanggaran terhadap Pasal 81, Pasal 82, dan Pasal 85 Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana sehingga
perbuatan pelaku kejahatan diancam dengan pidana sebagai
berikut:
1) Terkait dengan pelanggaran terhadap Pasal 81 Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2) Terkait dengan pelanggaran terhadap Pasal 82 Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana diancam
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milliard
rupiah).
3) Terkait dengan pelanggaran terhadap Pasal 85 Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana diancam
dengan pidana pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyal Rp. 5.000.000.000,00 (lima milliar
rupiah).
Universitas Kristen Maranatha Nasabah yang mengalami kerugian akibat transfer dana secara
melawan hukum melalui sms banking dapat melakukan langkah hukum
secara litigasi dan non litigasi. Langkah hukum secara litigasi terbagi 2
(dua) yaitu secara pidana dan perdata. Apabila secara pidana, nasabah
yang dirugikan dapat melapor kepada pihak kepolisian untuk kemudian
pihak kepolisian mencari pelaku pencurian dana nasabah, dan melakukan
proses penyidikan.
Langkah hukum secara perdata, yang dapat dilakukan adalah
dengan mengajukan gugatan ke pengadilan dengan tujuan untuk meminta
pertanggungjawaban kepada bank dan mendapatkan kembali sejumlah
dana tabungannya yang hilang. Gugatan tersebut didasarkan oleh
perjanjian pembukaan rekening terdapat klausul bahwa bank hanya dapat
mempergunakan rekening seorang nasabah selama hal itu tidak
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku
tetapi pada kenyataannya bank tidak dapat menjaga data nasabah dengan
baik sehingga terjadi pembocoran data nasabah oleh oknum pegawai
bank yang mengakibatkan terjadinya transfer dana secara melawan
hukum melalui layanan sms banking. Berdasarkan hal tersebut berarti
bank telah melakukan wanprestasi karena bank tidak dapat menjalankan
sesuatu yang diperjanjikan oleh dirinya.
Adapun langkah secara non litigasi yang dapat ditempuh adakah
dengan melakukan mediasi perbankan. Mediasi perbankan dapat
Universitas Kristen Maranatha
B. SARAN
1. Saran Untuk Lembaga Perbankan
Bank harus memberikan batasan terhadap akses dari pegawai untuk
mengakses data nasabah dan hanya bagian tertentu dalam struktur
organisasi bank yang dapat mengakses data nasabah secara
keseluruhan. Setiap bank harus memperketat pendaftaran fasilitas sms
banking dengan cara fasilitas tersebut dapat digunakan setelah
nasabah mendaftarkan diri ke kantor cabang bank dan bank
memastikan bahwa pendaftaran dilakukan oleh nasabah yang sah
dibuktikan dengan kartu tanda pengenal nasabah. Bank harus
melakukan pengecekan mesin ATM secara rutin untuk memeriksa
bahwa mesin ATM yang disediakan oleh bank untuk nasabah tidak
terpasang alat skimming yang dapat digunakan untuk mencuri data
nasabah. Selain itu, bank mensyaratkan pegawainya untuk membuat
pakta integritas, sehingga bilamana melakukan pelanggaran berat
maka bersedia untuk diberhentikan sebagai pegawai dan bank harus
melakukan pelatihan terhadap pegawainya dengan tujuan pegawai
bank dapat bekerja dengan baik serta mentaati standar operasional
kerja.
Dalam rangka untuk menghindari nasabah bank dari tindak
Universitas Kristen Maranatha informasi terkait dengan risiko penggunan dari layanan transaksi
perbankan seperti sms banking, serta memberikan petunjuk kepada
nasabah untuk menghindari modus tindak kejahatan dalam
penggunaan layanan tersebut.
2. Saran Untuk Masyarakat
Masyarakat harus lebih berhati – hati dalam menggunakan layanan
transaksi perbankan dan masyarakat harus memperhatikan setiap
penjelasan yang diberikan oleh bank untuk menghindari modus tindak
kejahatan yang dapat merugikan masyarakat.
3. Saran Untuk Akademisi
Melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka memberikan solusi
untuk mengatasi modus – modus kejahatan perbankan yang terus
menerus berkembang.
4. Saran Untuk Pembuat Undang – Undang atau Penegak Hukum
Pembentuk Undang – Undang memberikan aturan teknis terkait
dengan pengecualian rahasia bank dalam proses penyidikan karena
pada kenyataannya masih ada pihak bank yang tidak kooperatif
dengan tidak bersedia untuk membuka identitas dari penerima dana
dengan alasan rahasia bank sehingga hal tersebut menyulitkan pihak
Universitas Kristen Maranatha
155
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan
Inggris-Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1991
Amir Ilyas, Asas – Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Rangkang Education, 2011
Amir M.S, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri Suatu Penuntun
Impor dan Ekspor, Jakarta: PPM, 1985
Andi Hamzah, Asas – Asas Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 1994
Andi Hamzah, Asas – Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
A.Z Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita, 1983
Bambang Poernomo, Asas – Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992
Bambang waluyo, Pidana Dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
CST. Kansil Dan Cristine STK, Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 1995
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika
2010
Universitas Kristen Maranatha
E.Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas – Asas Hukum Pidana Di Indonesia dan
Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika, 2002
Hermanysah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005
H. Setiyono, Kejahatan Korporasi Analisis Viktimologi dan Pertanggungjawaban
Korporasi Dalam Hukum Pidana, Malang: Banyumedia Publishing 2003
Husaryo dan Achmad Anwari, Garansi Bank Menjamin Berhasilnya Usaha Anda,
Jakarta: Balai Aksara, 1983
Kristian dan yopi gunawan, Tindak Pidana Perbankan, Bandung: Nuansa Aulia,
2013
Kristian, Hukum Pidana Korporasi, Bandung: Nuansa Aulia, 2014
Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1989
Mahrus Ali, Asas – Asas Hukum Pidana Korporasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013
Mahrus Ali, Dasar – Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Muhamad Djumhana, Asas – Asas Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung:
Citra Aditya Bakti, 20 Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi, Jakarta: Kencana, 201308
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2006
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung:
Universitas Kristen Maranatha M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track
System dan Implementasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
O.P Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Jakarta: Perbanas, 1998
Peter Muhamad Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2006
PAF Lamintang, Dasar – Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru,
1984
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang: Aneka, 1977
Romli Atmasasmita, Asas – Asas Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1989
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Malang: Setara Press, 2015
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2012
Sutan Remi Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Grafiti
Pers, 2006
Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2006
Peraturan Perundang – undangan
Undang – Undang Dasar 1945
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
Universitas Kristen Maranatha Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Bank Umum
Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1 /PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2015 Tentang Sistem Kliring Bank
Nasional Indonesia
Rujukan Elektronik (14 September 2015)
http://m.bisnis.com/finansial/read/20150424/90/426594/kasus-bank-Bank
x-polda-kalbar-telusuri-rp51-juta-dibobol-sms-banking
Universitas Kristen Maranatha
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-atm-definisi-fungsi-manfaat.html
(13 Oktober 2015)
http://tykhakartika.blogspot.co.id/2012/04/sistem-aplikasi-perbankan-dan-e-banking.html
(13 Oktober 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/RTGS
(13 Oktober 2015)
http://www.landasanteori.com/2015/07/jenis-sistem-kliring-dan-wrkat-kliring.html
(13 Oktober 2015)
http://www.landasanteori.com/2015/07/jenis-sistem-kliring-dan-wrkat-kliring.html
(8 Desember 2015)
http://putuwirawan.blogspot.co.id/2012/10/makalah-security-computer-sms-banking.html
(8 Februari 2016)
Bisnis.com/finansial/read/20150424/90/426594
Universitas Kristen Maranatha