• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA : Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA : Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI

PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN

KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA

DUA

( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

PIFIH SETIAWATI

0900180

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

STUDI TENTANG PRAKTEK

PENGADILAN DALAM MENANGANI

PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN

HUKUM PENGGUNA KENDARAAN

BERMOTOR RODA DUA

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri

Kabupaten Subang)

Oleh Pifih Setiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Pifih Setiawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PIFIH SETIAWATI

STUDI TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI

PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN

KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA

DUA

( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. NIP: 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Drs. Djaenudin Harun, SH., M.S. NIP: 13025625664400

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 31 MEI 2013 PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS:

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 002

Sekretaris :

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001

PENGUJI TERDIRI ATAS:

Penguji I :

Prof. Dr. Suwarma AM, S.H., M.Pd. NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji II :

Dra. Hj. Dartim Nan Sati NPP. 13051477600

Penguji III :

(5)

STUDI TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI

PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN

KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA

DUA

( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang) ABSTRAK

Pifih Setiawati 0900180

Berdasarkan studi pendahuluan di Polres Subang terlihat kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat Subang masih sangat kurang hal ini sesuai dengan meningkatnya jumlah pelanggar pengguna jalan raya di setiap tahunnya. Tercatat jumlah pelanggar pada tahun 2009 berjumlah 4764, tahun 2010 berjumlah 6702 dan pada tahun 2011 berjumlah 11683. Maka dari permasalahan tersebut peneliti mengkaji akan hal tersebut dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah sikap polantas yang tegas dalam menindak pelanggaran lalu lintas pengguna kendaraan bermotor roda dua yaitu langsung menilang pelanggar untuk diproses di pengadilan akan menimbulkan efek jera bagi pelanggar?; 2) Apakah dengan diadakannya sosialisasi Undang-undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diadakan pihak kepolisian dapat mengurangi jumlah pelanggaran di kota Subang?; 3)Apakah untuk memperoleh SIM sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas kendaraan bermotor roda dua di kota Subang?.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu; observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literature. Subjek penelitian ini adalah pelanggar kendaraan bermotor roda dua yang ada di Kabupaten Subang, aparat kepolisian Polres Subang, dan bagian Humas Pengadilan Negeri Kabupaten Subang.

(6)

STUDY ON THE COURT PRACTICE IN HANDLING TRAFFIC VIOLATION OF LAW TO INCREASE AWARENESS OF MOTOR

VEHICLE USER TWO WHEELS

(Case Study in Subang District Court) ABSTRACT

Pifih Setiawati 0900180

Based on preliminary studies in Subang Resort Police visible legal awareness in the communities Subang is still lacking, which is in line with the increasing number of violators of road users in each year. Recorded the number of violators in 2009 amounted to 4764, in 2010 amounted to 6702 and in 2011 amounted to 11,683. So the problem that researchers will examine the formulation of the problem as follows: 1) Is the firm attitude of traffic police in cracking down on traffic violations users of two-wheeled motor vehicle that is directly giving a speeding ticket to the offender to be processed in the courts would be a deterrent effect for violators?; 2) Is the holding of socialization Law. 22 of 2009 on Road Traffic and Transportation held by police can reduce the number of violations in the city of Subang?; 3) Is to obtain driver's license in accordance with the applicable procedures can reduce the number of traffic violations motorcycles in the town of Subang?. The method used in this research is a case study, the data collection techniques used were: observation, interviews, documentary studies, and literature studies. Subject of this research is two-wheeled motor vehicle violators in the district of Subang, the police of Subang Resort Police, and the PR Subang Regency Court.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah. Jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan ruas jalan atau volume jalan sering menyebabkan berbagai persoalan yang terjadi di lapangan.

Seperti yang diungkapkan Reni Nuraeni (2008: 2) bahwa perkembangan lalu lintas terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Kompleksitas lalu lintas, antara lain dipengaruhi oleh:

1. Pertambahan penduduk.

2. Kenaikan taraf hidup masyarakat yang memungkinkan meningkatkan daya beli terhadap kendaraan bermotor.

3. Penambahan angkutan seiring dengan meningkatnya mobilitas manusia maupun barang dalam memenuhi kebutuhan hidup. 4. Keterbatasan sarana dan prasarana serta fasilitas lalu lintas yang

ada, dibandingkan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat.

Lalu lintas yang aman, tertib, dan lancar merupakan harapan seluruh masyarakat, khususnya bagi para pengguna jalan raya. Apabila lalu lintas kacau balau maka akan menjadi masalah besar diantaranya yaitu terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kecelakaan.

(8)

Selain pihak kepolisian, Pengadilan juga berperan penting dalam menangani kasus-kasus pelanggaran lalu lintas. Di pengadilan para pelanggar di adili sesuai dengan pasal berapa yang dilanggarnya. Di Pengadilan diharapkan memberikan sanksi yang tegas agar menimbulkan efek jera kepada para pelanggar.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Subang terlihat kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat Subang masih sangat kurang hal ini sesuai dengan meningkatnya jumlah pelanggar pengguna jalan raya di setiap tahunnya. Peneliti mengambil tiga pelanggaran teratas yang sering dilakukan oleh para pengguna jalan. Tercatat jumlah pelanggar di Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Subang pada tahun 2009 berjumlah 4764, tahun 2010 berjumlah 6702 dan pada tahun 2011 berjumlah 11683. Dari banyaknya jumlah pelanggar sebagian besar pelanggar melanggar Undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pasal 287, pasal 288, dan pasal 291.

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan pasal 287 berbunyi:

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(9)

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). (4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama bagi Kendaraan Bermotor yang menggunakan alat peringatan dengan bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 106 ayat (4) huruf f, atau Pasal 134 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(5) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf g atau Pasal 115 huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(6) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf h dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(10)

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan pasal 291 berbunyi:

(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Subang pada tahun 2009 yang melanggar pasal 287 berjumlah 908 (19%), pada tahun 2010 berjumlah 1534 (22,9%), dan pada tahun 2011 berjumlah 1672 (14,3%). Kemudian yang melanggar pasal 288 pada tahun 2009 berjumlah 2623 (55%), pada tahun 2010 berjumlah 3923 (58,5%), dan pada tahun 2011 berjumlah 6379 (54,6%). Sedangkan yang melanggar pasal 291 pada tahun 2009 berjumlah 1175 (24,7%), pada tahun 2010 berjumlah 853 (12,7%), dan pada tahun 2011 berjumlah 1879 (16%). Jumlah pelanggaran dilihat dari jenis pelanggarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. 1

JUMLAH PELANGGAR RODA DUA DARI TAHUN 2009-2011 DILIHAT

DARI JENIS PELANGGARAN

Jenis pelanggaran Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Helm 1175 853 1879

Kelengkapan kendaraan 5 392 1607

Surat-surat 2623 3923 6379

Marka rambu 908 1534 1672

Sumber Kepolisian Resort (Polres) Subang Tahun 2012

(11)

dua disetiap tahunnya, dapat disimpulkan bahwa yang sering dilanggar oleh pengguna kendaraan roda dua yaitu tidak menggunakan helm, tidak lengkapnya kelengkapan kendaraan, tidak adanya surat-surat (SIM & STNK), melanggar marka rambu.

Kesadaran hukum seharusnya dimiliki oleh setiap warga negara sebab akan mememberikan dampak yang positif bagi kehidupan bermasyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1982:

152) bahwa: “kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nil ai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang diharapkan

ada.”

Kesadaran hukum yang dimiliki setiap warga negara merupakan dambaan setiap negara, sebab akan menciptakan keselarasan, rasa aman, tertib, dan damai. Semakin rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki warga negara maka akan memberikan dampak yang negatif, seperti yang di tuliskan Reni Nuraeni (2008) Achmad Sanusi (1984:229) mengemukakan bahwa:

Kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum dengan berbagai kemungkinan korban dan kerugian yang dideritanya, makin rendahnya kesadaran hukum makin banyak pelanggaran dan makin besar juga korbannya.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti bermaksud

mengkaji lebih dalam melalui penelitian yang berjudul: “STUDI

TENTANG PRAKTEK PENGADILAN DALAM MENANGANI

PELANGGARAN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN

KESADARAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA”.

B. Fokus Penelitian

(12)

meningkatkan kesadaran hukum pengguna kendaraan bermotor roda dua yang ada di Kabupaten Subang.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka rumusan masalah umum untuk penelitian ini adalah

“Apakah praktek pengadilan dalam menangani pelanggaran-pelanggaran lalu lintas dapat meningkatkan kesadaran hukum pengguna kendaraan bermotor roda dua?”

Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi rumusan masalah khusus, yaitu:

1. Apakah sikap polantas yang tegas dalam menindak pelanggaran lalu lintas pengguna kendaraan bermotor roda dua yaitu langsung menilang pelanggar untuk diproses di pengadilan akan menimbulkan efek jera bagi pelanggar? 2. Apakah dengan diadakannya sosialisasi Undang-undang No.22 tahun 2009

tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang diadakan pihak kepolisian dapat mengurangi jumlah pelanggaran di kota Subang?

3. Apakah untuk memperoleh SIM sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas kendaraan bermotor roda dua di kota Subang?

D. Tujuan Penelitian

1. Umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana praktek pengadilan dalam menangani pelanggaran-pelanggaran lalu lintas untuk meningkatkan kesadaran hukum pengguna kendaraan bermotor roda dua.

2. Khusus

(13)

a. Sikap polantas yang tegas dalam menindak pelanggaran lalu lintas pengguna kendaraan bermotor roda dua yaitu langsung menilang pelanggar untuk diproses di pengadilan dapat menimbulkan efek jera bagi pelanggar.

b. Dengan diadakannya sosialisasi Undang-undang No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang diadakan pihak kepolisian dapat mengurangi jumlah pelanggaran di Kabupaten Subang.

c. Dengan memperoleh SIM sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas kendaraan bermotor roda dua di Kabupaten Subang

E. Kegunaan Penelitian

Peneliti membagi manfaat penelitian menjadi dua bagian yang terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan secara teoritis

Kegunaan secara teoritis yang peneliti peroleh dari penelitian ini yaitu diharapkan memberikan wawasan keilmuan bagi peneliti khususnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian memberikan konsep-konsep baru yang diharapkan menunjang terhadap pengembangan konsep pendidikan hukum khususnya yang berkenaan dengan tingkat kesadaran hukum dalam berlalu lintas. Diantaranya dalam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI).

2. Kegunaan secara praktis, untuk:

a. Polisi lalu lintas

1)Mengadakan sosialisasi tentang Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan secara rutin.

2)Mengadakan sosialisasi tentang tarif denda dari setiap jenis pelanggaran. b. Pengguna kendaraan bermotor roda dua

1)Wajib mentaati peraturan lalu lintas yaitu Undang-undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan.

(14)

1) Mengadakan sosialisasi rutin kepada pengguna kendaraan bermotor tentang kepemilikan STNK dan BPKB.

d. Pengadilan

1) Memberikan sanksi yang tegas kepada pelanggar lalu lintas kendaraan bermotor roda dua.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap istilah yang digunakan dalam judul skripsi, serta landasan teori, maka peneliti menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan mengacu kepada pendapat, dalil, teori para ahli yang sudah diakui kebenarannya.

1. Pengadilan

Menurut Malahayati dalam artikelnya yang berjudul “Peradilan dan Pengadilan” mengatakan bahwa: “pengadilan adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan. Selain itu pengadilan juga diartikan sebagai badan yang melakukan peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara. http://kuliahhukumindonesia.blogspot.com/2009/01/pengertian-peradilan-dan-pengadilan.html.

2. Pelanggaran

Pelanggaran yaitu suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, dalam Wikipedia pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya.

3. Lalu lintas

(15)

4. Kesadaran

Menurut widjaja (1984: 14) “kesadaran diartikan keadaan tahu, mengerti dan merasa, misalnya tentang harga diri, kehendak (karsa) hukum dan lain-lain.”

5. Hukum

Menurut Tirtaamidjaja (dalam iskandar, mudakir. 2008: 3) mengartikan hukum bahwa:

Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus ditaati dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman memberi ganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu, yang akan membahayakan diri sendiri atau harta.

6. Pengemudi

Pengemudi ialah orang yang mengemudikan kendaraan atau yang langsung mengawasi orang lain mengemudikannya. (Hadiman, 1991: 3). 7. Kendaraan bermotor

Kendaraan bermotor ialah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang di jalan, selain kendaraan yang berjalan di atas rel. (Hadiman, 1991: 3). Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 BAB I Pasal 1 ayat (8) tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan kendaraan bermotor didefinisikan bahwa “kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain

kendaraan yang berjalan di atas rel.”

8. Sepeda Motor

Sepeda motor dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 BAB I Pasal 1 ayat (20) tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan di definisikan bahwa

“sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.”

9. Rambu Lalu Lintas

(16)

bahwa: “Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.”

10.Marka Jalan

Marka jalan dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 BAB I Pasal 1 ayat (18) tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan di definisikan bahwa:

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

G. Struktur Organisasi

BAB I : berisikan tentang latar belakang Masalah dari penelitian yang akan penulis teliti, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, dan anggapan dasar.

BAB II : berisikan tentang teori-teori yang relevan dari penelitian yang akan peneliti teliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis. Dalam kajian pustaka peneliti membandingkan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti.

BAB III : berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.

BAB IV : berisikan tentang deskripsi hasil penelitian, analisis, dan pembahasan. Hasil pembahasan temuan merupakan bahasan yang terkait dalam kajian pustaka.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat penting keberadaanya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

A. Pendekatan dan Metode penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Rumusan masalah yang akan diteliti memerlukan pengamatan dan penelitian secara mendalam. Oleh karena itu, pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Moleong (2010: 3) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan istilahnya.

Selain Moleong, Nasution (1996: 5) berpendapat tentang kualitatif bahwa “pendekatan kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.”

Berdasarkan dua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bergantung pada pengamatan manusia, secara langsung mengamati hubungan manusia dengan lingkungannya serta berinteraksi untuk memahami tingkah lakunya.

Selain dua definisi diatas ada juga pendapat sugiyono (2010: 15) yang menyebutkan bahwa:

(18)

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sedangkan menurut Danial dan Wasriah (2001: 60) mengemukakan pendekatan kualitatif bahwa :

Pendekatan kualitatif berdasarkan penomenologis menuntut pendekatan yang holistik, artinya menyeluruh, mendudukkan suatu kajian dalam suatu konstruksi ganda. Melihat suatu objek dalam suatu konteks „natural‟ alamiah apa adanya bukan parsial.

Adanya dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang dilakukan dalam suatu obyek alamiah atau natural, apa adanya dan menyeluruh. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010: 15) bahwa “Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.”

Pemilihan pendekatan kualitatif juga berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini belum terungkapkan penyelasaiannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Subana (2009: 17) yang mengatakan bahwa “penelitian kualitatif ini memang belum terungkapkan penyelesaiannya ketika penelitian dilakukan.”

Penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono (2008: 35) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan ketika:

a. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.

b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak. c. Untuk memahami interaksi sosial.

d. Untuk memahami perasaan orang. e. Untuk mengambangkan teori. f. Untuk memastikan kebenaran data. g. Meneliti sejarah perkembangan.

(19)

lakukan. Karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010: 3) mengemukakan bawa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 160) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.”

Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu studi kasus, Surachman (1982: 143) mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah pendekatan yang memusatkan pada suatu kasus intensif dan rinci.” Sedangkan menurut Fathoni (2006: 99) “studi kasus berarti penelitian terhadap suatu kejadian atau peristiwa.”

Berdasarkan dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode yang mempelajari suatu masalah yang timbul akibat adanya gejala kriminal atau perdata yang kemudian dicari cara-cara penanggulangannya.

Selain dua definisi di atas Mulyana (2010: 201) mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (Mulyana, 2010: 201-202) mengemukakan keistimewaan studi kasus, yaitu:

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

(20)

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthines). e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi

penilaian atas transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Melalui penjelasan di atas, dipilihnya metode penelitian studi kasus sangatlah tepat dalam meneliti praktek Pengadilan dalam menangani pelanggaran-pelanggaran lalu lintas untuk meningkatkan kesadaran hukum pengguna kendaraan bermotor roda dua.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan yang sangat penting dalam penelitian untuk selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu hasil penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010: 308) bahwa:

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

Adapun teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan yaitu: 1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Para peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Adapun observasi menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010:203) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis."

(21)

observasi menurut kenyataan, melukiskannya dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah buaknlah pekerjaan yang mudah.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati jalannya persidangan pelanggaran lalu lintas yang diadakan di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang. Observasi digunakan agar peneliti memperolah data dan fakta yang menunjang untuk mengetahui praktek pengadilan dalam menangani pelanggaran-pelanggaran lalu lintas untuk meningkatkan kesadaran hukum pengguna kendaraan bermotor roda dua.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka peneliti melakukan wawancara pada subjek penelitian. Menurut pendapat Arikunto (1998: 35) bahwa:

Wawancara yaitu sebuah dialog atau pernyataan yang dilakukan antara dua orang atau lebih oleh pewawancara dengan bertatap muka dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang actual, untuk menaksir dan menilai kepribadian individu atau untuk tujuan-tujuan konseling/penyuluhan dari terwawancara.

Selain itu wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009: 317) adalah “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”

Berdasarkan dua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa wawancara itu merupakan dialog berupa tanya jawab antara dua orang atau lebih dengan tujuan mendapatkan data yang actual.

Adapun menurut Moleong (2010: 186) mengungkapkan bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan dengan dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

(22)

yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.”

Dapat disimpulkan bahwa wawancara itu sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian karena wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada responden.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada bagian Humas Pengadilan Negeri Kabupaten Subang, Kepala Urusan tilang Polres Subang, serta lima pelanggar lalu lintas roda dua yang ada di kabupaten Subang.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Danial dan Wasriah (2009: 79) mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb”.

Sedangkan studi dokumentasi menurut Fathoni (2006: 112) ialah “teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya.”

Teknik ini digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak dokumen yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan suatu objek maupun keadaan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.

(23)

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Studi Literatur menurut Danial dan Wasriah (2009: 80) adalah:

teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini penulis gunakan dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.

Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian serta menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian. C. Tahap Penelitian

Pengumpulan data merupakan hal pokok dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka terdapat beberapa tahap dalam penelitian agar memudahkan proses penelitian. Tahapan tersebut antara lain:

1. Persiapan penelitian

Dalam tahapan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan yaitu menentukan fokus permasalah, judul, dan objek penelitian. Kemudian, peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi yang sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

2. Perizinan Penelitian

(24)

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian yang ditandatangani oleh ketua jurusan PKn, untuk melakukan penelitian ke instansi yang terkait dengan penelitian Skripsi.

b. Mengajukan surat izin penelitian ke Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI dengan melampirkan foto copy proposal skripsi yang telah disetujui oleh pembimbing 1 (satu) dan 2 (dua), surat permohonan izin penelitian yang ditandatangi oleh ketua jurusan, tanda bukti pembayaran SPP, serta foto copy KTM.

c. Pembantu Rektor 1 atas nama rektor mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan ke Kesbang Kabupaten Subang, Pengadilan Negeri Kabupaten Subang, Polres Subang.

d. Kepala Kantor Kesbang Subang mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan ke Pengadilan Negeri Kabupaten Subang dan Polres Subang.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang peneliti lakukan, dimana peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan inti masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti yaitu sebagai berikut: a. Mendatangi Kesbang Kabupaten Subang, Pengadilan Negeri Kabupaten

Subang dan Polres kabupaten Subang untuk mengurus perizinan.

b. Berkas penelitian kemudian diserahkan pada bagian Pidana, sedangkan untuk Polres diserahkan pada bagian lalu-lintas.

c. Menyaksikan proses pengadilan dalam mengadili pelanggaran lalu lintas pengguna kendaraan bermotor roda dua di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang.

d. Mewawancarai pelanggar lalu lintas pengguana kendaraan bermotor roda dua.

(25)

g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. (Sugiyono, 2010: 206)

Data yang terkumpul diolah secara kualitatif dengan merujuk pada teknik pengolahan data sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, memilah-milah data yang diperlukan, serta mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik verifikasi. Hal ini sama halnya yang di ungkapan oleh Sugiyono (2010: 338) bahwa “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.”

2. Teknik Display Data

Menurut Sugiyono (2008: 341), teknik display data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

3. Teknik Kesimpulan dan Verifikasi Data

(26)

E. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang. Karena di Pengadilan Negeri Kabupaten Subang para pelanggar kendaraan roda dua di adili sesuai dengan pasal berapa yang dilanggarnya.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagian Humas Pengadilan Negeri Kabupaten Subang yaitu Bapak Eko Julianto.

b. Kepala Urusan Tilang Polres Subang yaitu Aipda A. Supardi.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada di lapangan. Peneliti merumuskan kesimpulan secara umum yaitu bahwa aparat penegak hukum seperti pihak Kepolisian dan Pengadilan memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang taat akan peraturan lalu lintas. Aparat penegak hukum yang ada di Kabupaten Subang yaitu pihak kepolisian dan Pengadilan sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur/aturan yang berlaku, akan tetapi masih ada saja kendala yang dihadapi pihak kepolisian dalam mengupayakan masyarakat yang tahu dan sadar akan hukum atau aturan yang berlaku.

Secara khusus, peneliti merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tindakan pihak kepolisian dalam menindak pelanggar lalu lintas sudah tegas, polisi langsung memberikan surat tilang tanpa menawarkan damai. Tindakan polisi yang tegas menimbulkan efek jera bagi pelanggar, pelaggar tidak ingin lagi berurusan dengan hukum sehingga mereka akan mentaati peraturan lalu lintas sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Begitu pula dengan tindakan yang dilakukan pihak Pengadilan Negeri Kabupaten Subang yang melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur yang berlaku, yaitu mengacu kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dalam mengadili pelanggar, pihak Pengadilan Negeri Kabupaten Subang memanggil satu persatu pelanggar hal ini bertujuan agar pelaku pelanggaran lalu lintas merasakan efek jera dan tidak akan mengulanginya lagi.

(28)

mengetahui adanya sosialisasi yang dilakukan pihak kepolisian, terutama masyarakat yang berada di daerah terpencil Kabupaten Subang.

3. Proses pengeluaran Surat Izin Mengemudi (SIM) merupakan hal yang terpenting dalam berlalu lintas. Oleh karena itu prosesnya dilakukan secara ketat sesuai dengan prosedur yang berlaku, namun demikian kenyataannya masih ada oknum yang mudah menerima uang sogokan atau melalui calo, sehingga prosesnya hanya memerlukan beberapa saat saja, tanpa melalui ujian, baik secara teori maupun praktik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian rumusan kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, maka peneliti merumuskan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan, masukan, dan saran diantaranya sebagai berikut:

1. Tindakan kepolisian dalam menindak pelanggar yang melanggar lalu lintas perlu dipertahankan dan di tingkatkan profesionalitas kerjanya yaitu langsung menilang pelanggar tanpa menawarkan damai hal ini bertujuan agar pelanggar lalu lintas merasakan efek jera dan tidak akan mengulanginya lagi. Selain tindakan kepolisian, tindakan pengadilan yang bertindak adil dalam mengadili pelanggar yang melanggar lalu lintas perlu dipertahankan dan ditingkatkan profesionalitas kerjanya yaitu Pengadilan Negeri Kabupaten Subang harus tidak pandang bulu dalam menjatuhkan vonis terhadap pelanggar hal ini agar pelanggar merasakan efek jera yang diharapkan tidak akan mengulanginya lagi.

(29)

3. Baur SIM Lantas Polres Kabupaten Subang dalam mengeluarkan Surat Izin Mengemudi (SIM) harus dipertahankan dan ditingkatkan profesionalitas kerjanya yaitu dengan cara para pemohon Surat Izin Mengemudi (SIM) harus melewati beberapa tes uji untuk mendapatkannya. Diantaranya berupa tes tertulis dan tes praktek. Selain pihak kepolisian, bagi para pemohon yang ingin mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) harus memiliki kesadaran bahwa ujian tes tertulis dan praktek itu wajib dilakukan agar pihak kepolisian tahu apakah layak atau tidak pihak pemohon itu mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM), umunya kendaraan bermotor dan khususnya kendaraan bermotor roda dua.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Achmad Sanusi. (1991). Masalah Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Indonesia Dewasa ini. dalam Seminar Hukum Nasional ke-4 Tahun 1979, Buku III”. Jakarta : Bina Cipta.

Adlow, Eliyah. (1996). Polisi dan Masyarakat. Khusus untuk Kepentingan POLRI: Tidak Diterbitkan.

Amin. S.M. (1981). Hukum Acara Pengadilan Negeri. Jakarta: Pradnya Paramita. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. _______________. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Cecil. Andrew. (2011). Penegakan Hukum Lalu-Lintas. Bandung: Nuansa.

Danial, Endang dan Nanan Wasriah. (2001). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

________________. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis, Ranidar. (2003). Pendidikan Hukum dalam Konteks Sosial Budaya bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN.

______________. (1994). Dasar-Dasar Umum Metodologi Dan Pengajaran Nilai Moral VCT. Bandung: IKIP Bandung.

E. Koswara. 1987. Psikologi Eksistensial Suatu Pengantar. Bandung: PT Eresko. Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metododologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

(31)

Harahap, Yahya. (2009). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika.Kansil. (1986). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Maftuh, Bunyamin dan Sapriya. 2005. Jurnal Civicus: Pembelajaran PKn Melalui Pemetaan Konsep. Bandung: Jurusan PKn FPIPS UPI.

Mertokusumo, Sudikno. (1981). Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat. Yogyakarta: Liberty.

Moleong, Lexy J. (2010). Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. _______________. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung.

Tarsito.

Poerwadarminata. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Prakoso, Djoko. (1984). Peradilan in Absensia Di Indonesia. Jakarta: Balai Aksara.

Soedarsono. (1995). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Soerjono. (1983). Penegakan Hukum. Jakarta: Bina Cipta.

_______________. (1983). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

_______________. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

_______________. (1990). Polisi dan Lalu Lintas. Bandung: Mandar Maju. _______________. (1985). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta:

CV. Rajawali.

_______________. (1984). Inventarisasi dan Analisa Terhadap Perundang-undangan Lalu Lintas. Jakarta: CV. Rajawali.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pen didikan IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya.

(32)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________________. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______________. (2010). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______________. (2010). Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Surachman. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Syah, Mudakir Iskandar. (2008). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: CV. Saung Seto.

Taneko, Solaeman B. (1993). Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahab. Solichin. (2001). Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Widjaja. AW. (1984). Kesadaran Hukum Manusia dan Mayrakat Pancasila. Jakarta: CV. Era Swasta.

Winataputra dan Budimansyah (2007). Civic Education Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Undang-Undang dan Peraturan Lainnya

Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Penabur Ilmu

Undang-undang RI No. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Fokus Media.

Undang-undang RI No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta:Visi Media.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

(33)

C. Karya Ilmiah

Nuraeni, Reni. (2008). Kesadaran Hukum Para Pengendara Sepeda Motor dalam Berlalu Lintas. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.

D. Internet

Malahayati. (2010). Artikel: Pengadilan dan Peradilan. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 1. 1

Referensi

Dokumen terkait

 Carol Alexander, 2003, Operational Risk, Regulation, Analysis and Management, Prentice Hall.  Allen, Boudoukh and

Berpedoman pada Perpres RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah beserta turunannya serta dokumen pengadaan dan Berdasarkan Berita Acara Hasil

Penelitian ini telah dilakukan dalam bentuk rangkaian riset sistematis sebagai dasar pengembangan budidaya monoseks betina ikan papuyu; riset DS untuk membuktikan

Apply SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) at pre-modeling step and Boosted Tree Classifier at modeling step on the application of credit scorecard

[r]

[r]

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi dengan media internet terhadap ketersediaan Internet Financial Local Government

Pokja Pengadaan Barang/jasa ULP pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blora akan melaksanakan Pelelangan sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang Alat -