DINAMIK& KEUOMPOK DALAM KELOMPOK P E N G A J I A N S E B A G A I SATUAN
P E N D I D I K A N LUAR SEKOLAH
(Studl Komparatif pada Dua Kelompok Pengajian Ibu-Ibu di Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu)
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis pada Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidlkan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidlkan Bidang Studl Pendidlkan Luar Sekolah
Oleh SUARDI NRP : 949626
P R O G R A M P A S C A S A R J A H A I N S T I T U T K E G U R U A N D a N I I M U P E N D I D I K A N
DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
OLEH:
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, M.A.
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A.
Pembimbing II
PROGRAM P A S C A S A R J A N A I N S T I T U T
KEGURUAN DAN ILMU P E N D I D I K A N B A N D U N G
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (An-Nahl, 16:97)."
Dipersembahkan
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari permasalahan pokok:
"Bagaimanakah
dinamika
kelompok yang ada
pada
kelompok
pengajian
Ibu-Ibu
masjid Darul
Hikmah
Perumnas
Gading
Cempaka Permai jika dibandingkan dengan dinamika
kelompok
pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman Perumnas Lingkar Timur
kecamatan Gading Cempaka Kotamadya Bengkulu?"Dari permasalahan tersebut dirumuskan tujuan
penelitian,
yaitu
untuk
memperoleh
gambaran
tentang
dinamika kelompok di ke dua kelompok pengajian tersebut.Mengacu pada tujuan dan permasalahan penelitian tersebut diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perumusan tujuan kelompok pengajian
Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
2. Bagaimanakah peran fungsional anggota kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
3. Bagaimanakah suasana kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
4. Bagaimanakah pembinaan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
5. Bagaimanakah tekanan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
6. Bagaimanakah keefektifan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah sumber-sumber yang dapat memberikan informasi tentang dinamika kelompok di ke dua kelompok pengajian, yaitu: Lurah/Kepala Desa, Ketua RT, dan anggota kelompok. Sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling).
Sedangkan data dikumpulkan dengan teknik observasi dan
w a w a n c a r a .
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah manusia, peneliti sendiri, dengan menggunakan instrumen pembantu catatan lapangan (field notes).
Aiapun temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah dirumuskan atas dasar partisipasi penuh atau sebahagian besar anggotanya dan memiliki relevansi dengan kebutuhan para anggota. Sedangkan perumusan tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman tidak
didasari oleh partisipasi penuh atau sebahagian besar anggotanya dan kurang berelevansi dengan kebutuhan anggota.
2. Peran fungsional anggota kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah lebih efektif daripada peran fungsional anggota kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman.
3. Suasana kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah lebih kondusif daripada suasana kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman.
4. Pembinaan kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah lebih intensif daripada pembinaan kelompok
pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman.
5. Keberadaan tekanan kelompok pada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah lebih tampak daripada yang ada pada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman.
DAFTAR ISI
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI
..;...;.. .";'..-;
xii
DAFTAR GAMBAR .... v:;::rrrr-;;:vT^^r?7T™~;T.^.:.: v\ .:;..
xv
DAFTAR TABEL . . . :. . , xvi
DAFTAR LAMPIRAN .-.:../. r. :... . . . xvii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pernyataan Masalah 5
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 8
E. Kegunaan Penelitian 9
F. Definisi Operasional Istilah 9
BAB II. TINJAUAN TEORITIS 11
A. Pendidikan Luar sekolah 11
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah.... 12
2. Sistem Pendidikan Luar Sekolah 19
B. Kelompok 24
C. Dinamika Kelompok 36
1. Tujuan Kelompok 39
2. Peran Fungsional Anggota Kelompok 44
3. Suasana Kelompok 49
4. Kekompakan Kelompok 52
5. Pembinaan Kelompok 57
6. Tekanan Ke lompok 59
7. Keefektifan Kelompok 61
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 64
A. Metode Penelitian 64
B. Subjek Penelitian 67
C. Data yang Diperlukan 68
D. Instrumen Penelitian 69
E. Tahap-Tahap Penelitian 72
1. Tahap Persiapan 72
2. Tahap Pelaksanaan 72
3. Tahap Penyusunan Laporan 73 F. Pengolahan dan Analisis Data 74 1. Analisis pada Saat Pengumpulan Data... 74 2. Analisis setelah Data Terkumpul 75
G. Validitas Penelitian 75
1. Kredibilitas 76
2. Transferabilitas 77
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas.... 77
BAB IV. HASIL PENELITIAN 79 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 79 1. Perumnas Gading Cempaka Permai 79 2. Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Masjid
Darul Hikmah 79
3. Perumnas Lingkar Timur 85
4. Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Masjid
Nurul Iman 85
B. Pokok-Pokok Temuan 89
1. Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Masjid
Darul Hikmah 90
2. Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Masjid
Nurul Iman 99
C. Pembahasan 104
1. Proses Perumusan Tujuan Kelompok 105 2. Peran Fungsional Anggota Kelompok 108
3. Suasana Kelompok 112
4. Pembinaan Kelompok 122
5. Tekanan Kelompok 128
6. Keefektifan Kelompok 130
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 136
A. Kesimpulan 136
B. Implikasi 139
C. Rekomendasi 140
DAFTAR PUSTAKA 144
DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan Fungsional antara
Komponen-Komponen Pendidikan Luar Sekolah
20
2. Struktur Organisasi Kelompok Pengajian
Ibu-Ibu Masjid Darul Hikmah 82
3. Struktur Organisasi Kelompok Pengajian
Ibu-Ibu Masjid Nurul Iman 87
DAFTAR TABEL
1. Asal Daerah, Latar Belakang Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Anggota Kelompok Pengajian
Ibu-Ibu Masjid Darul Hikmah 83
2. Asal Daerah, Latar Belakang Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Anggota Kelompok Pengajian
Ibu-Ibu Masjid Nurul Iman 88
3. Persamaan dan Perbedaan antara Dinamika Kelompok
pada Kelompok Pengajian Ibu-Ibu masjid Darul
Hikmah dan Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Masjid
Nurul Iman 134
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pemberitahuan Survey/Riset dari Direktorat
Sosial Politik Propinsi Daerah Tingkat I Jabar.... 148 2. Surat Pemberitahuan Penelitian dari Direktorat
Sosial Politik Daerah Tingkat I Bengkulu 149 3. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kantor
Sosial Politik Daerah Tingkat II Kotamadya
Bengkulu 151
4. Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kecamatan Gading Cempaka Kotamadya Daerah Tingkat II
Bengkulu 152
5. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Kecamatan Gading Cempaka Kotamadya Daerah
Tingkat II Bengkulu 153
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang menyiapkan
peserta didik melalui ke&iatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan' yang berdasarkan pada,,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan Sistem
Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuannya
Pendidikan
Nasional (UU No.
2,
1989;
Pasal:
ayat 1, 2 dan 3).
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua
jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendidikan
luar sekolah (UU No. 2, 1989; Pasal 10 ayat 1). Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak (PP. No. 73,
1991;
Pasal 1 ayat 1). Sedangkan tujuan
pendidikan
luar
sekolah adalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;
keterampilan
dan
sikap
mental
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan
diri,
bekerja
mencari
nafkah
atau
melanjutkan
ke
dan/atau jenjang
pendidikan
yang
lebih
tinggi; dan (3) memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang
tidak
dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah
(PP.
No.
73,
1991; Pasal 2). Bentuk
satuan
pendidikan
luar
sekolah tersebut meliputi keluarga, kelompok belajar,
i
kursus dan satuan pendidikan yajng sejenis. Ke dalam satuan
yang
disebut
terakhlr, satuan pendidikan
yang
sejenis,
termasuk antara lain panti latihan, pusat magang, tempat
penyuluhan,
gerakan pramuka, kelompok bermain, dan
pusat
penitipan anak.
Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya, secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota
kelompoknya (Sherif, 1962).
kelompok
(Masri. A. Watief, 1983: 4). Kemudian
Unen
Van
Joke dan T. Raka Joni (1980:1), menyatakan, dinamika kelompok menunjuk kepada seperangkat konsep yang dapat dipergunakan untuk melukiskan proses-proses kelompok. Karena itu proses-proses itu dapat dipakai untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kelompok, baik dalam arti meningkatkan iklim maupun produktivitasnya. Selain itu, Zaltman (1972:75) memberikan batasan dinamika kelompok sebagai "kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok". Kekuatan-kekuatan tersebut bertujuan untuk mengarahkan prilaku kelompok. Pendapat Zaltman et.al., di atas diperkuat oleh pendapat Jenkins yang menyatakan bahwa "Essencially the term group dynamics describe the force in the group situation which are determining the behavior of the group and its members (Jenkins,1978:5)." Jadl dinamika kelompok menurut Jenkins adalah kekuatan-kekuatan yang ada dalam
kelompok dimana kekuatan-kekuatan tersebut menentukan prilaku kelompok dan para anggotanya.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat dimengerti bahwa mengetahui kekuatan-kekuatan yang terjadi dalam suatu kelompok atau dinamika kelompok adalah suatu hal yang esensial untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
luar
sekolah
atau untuk membina
suatu
kelompok
yang
Masyarakat di Perumnas Gading Cempaka Permai Kotamadya Bengkulu termasuk masyarakat yang baru terbentuk
dan memiliki latar belakang yang tingkat heterogenitasnya relatif tinggi, baik itu asal daerah, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok-kelompok yang lebih homogen lebih cepat berpartisipasi daripada yang heterogen karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama. Sedangkan
berdasarkan pengamatan sementara peneliti di lokasi
penelitian di tengah-tengah heterogenitas yang relatif tinggi tersebut, masyarakat Perumnas Gading Cempaka
Permai, kelurahan Sido Mulyo, Kotamadya Bengkulu dapat
menjalankan beberapa kegiatan pendidikan luar sekolah,
seperti kelompok pengajian, dan kelompok PKK. Kondisi
seperti itu menarik perhatian peneliti untuk mengadakan
penelitian terhadap kegiatan kelompok pendidikan luar sekolah yang ada di lokasi tersebut.
Penelitian ini merupakan studi kasus perbandingan yang membandingkan dinamika kelompok pada kelompok
yang sama dengan masyarakat Perumnas Gading Cempaka Permai
yaitu memiliki latar belakang yang tingkat
heterogenitasnya relatif tinggi, baik itu asal daerah, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaannya. Masyarakat di Perumnas Lingkar Timur juga melaksanakan kegiatan pendidikan luar sekolah yang sama yaitu kelompok pengajian
dan PKK.
Kelompok pengajian di kedua lokasi penelitian tersebut terdiri dari dua jenis, kelompok pengajian yang dilaksanakan oleh kaum Ibu dan kelompok pengajian yang dilaksanakan oleh kaum Bapak. Namun karena berbagai keterbatasan yang ada pada peneliti, terutama waktu dan dana, penelitian ini difokuskan pada dinamika kelompok dalam kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh kaum
Ibu.
B. Pernyataan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas tergambar bahwa esensi dinamika kelompok dalam kegiatan pendidikan luar sekolah tidak dapat diabaikan. Kelompok bukanlah sekedar kumpulan orang. Anggota kelompok mengadakan interaksi satu sama lain dan mempunyai tujuan yang memberi haluan dan arah gerak kelompok maupun anggota
kelompok
agar tercapai tujuannya (Hare,
1962:8).
Dengan
lain
perkataan,
untuk mencapai
tujuan
suatu
kelompok,
kelompoknya.
Partisipasi
aktif anggota
suatu
kelompok
sangat
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang
ada
dalam
kelompok
tersebut, yang mencerminkan
dinamika
kelompok.
Dengan dinamika kelompok, anggota kelompok dapat
memenuhi
kebutuhannya dengan baik.
Telah disebutkan di atas bahwa masyarakat Perumnas Gading Cempaka Permai dan masyarakat Perumnas Lingkar Timur memiliki karakteristik yang relatif sama dan kedua kelompok masyarakat ini melaksanakan kegiatan kelompok pendidikan luar sekolah yang sama, yaitu kegiatan kelompok pengajian, dan dari pengamatan sementara penulis pada kedua lokasi penelitian, didapati bahwa pelaksanaan kelompok pengajian tersebut berjalan baik. Atas dasar anggapan dasar tersebut penelitian ini difokuskan pada
dinamika kelompok.
Memahami dinamika kelompok berarti memahami kekuatan-kekuatan yang timbul dari berbagai sisi yang
terjadi di dalam kelompok. Menurut Lewin (1951), Cartwright (1968), dan Schein (1969) kekuatan-kekuatan
yang ada di dalam kelompok meliputi (1) tujuan kelompok
(group goal); (2) peranan fungsional anggota (task function of group); (3) suasana kelompok (group atmosphere); (4) kekompakan kelompok (group unity); (5)
kelompok (group effectiveness).
Karena adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki
peneliti, sebagaimana telah disebutkan di atas, penelitian
ini berusaha mengungkap bagaimana dinamika kelompok yang ada pada kedua kelompok pengajian Ibu-Ibu di kedua lokasi
penelitian.
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah dan pernyataan masalah tersebut, dan agar masalah yang telah dinyatakan di atas menjadi jelas dan tegas, maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perumusan tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
2. Bagaimanakah peran fungsional anggota kelompok
pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading cempaka Permai dan
di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
3. Bagaimanakah suasana kelompok -pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
4. Bagaimanakah pembinaan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu?
6. Bagaimanakah keefektifan kelompok pengajian Ibu-Ibu
di
Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar
Timur Kotamadya Bengkulu?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data
tentang:
1. Proses perumusan tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu di
Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya Bengkulu;
2. Peran fungsional anggota kelompok pengajian Ibu-Ibu di
Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar
Timur Kotamadya Bengkulu;
3. Suasana kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading
Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya
Bengkulu;
4. Pembinaan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading
Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya
Bengkulu;
5. Tekanan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading
Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya
Bengkulu; dan
6. Keefektifan kelompok pengajian di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kotamadya
Bengkulu.
E. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam pendidikan luar sekolah, khususnya dalam pengembangan kegiatan pembelajaran pada kelompok pengajian.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaksana kegiatan pendidikan luar sekolah di dalam melaksanakan proses pembelajaran, terutama pada masyarakat baru, seperti di kompleks
perumahan yang sekarang sedang dikembangkan oleh pemerintah.
F. Definisi Operasional Istilah
1. Dinamika
Kata Dinamika, yang dalam bahasa Inggris disebut
dynamics, berasal dari bahasa Yunani dan berarti forces
(kekuatan atau daya). Menurut J.S. Badudu dan Sutan
Mohammad Zain (1996:345), dinamika adalah "bagian ilmu fisika tentang benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkan."
Dari pengertian yang dikemukakan di atas, maka yang
dimaksud dengan dinamika pada penelitian ini adalah
kekuatan atau daya.
2. Kelompok
Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan 3aling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan
mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya (Sherif, 1962). Yang dimaksud kelompok dalam penelitian ini adalah unit sosial yang terdiri dari Ibu-Ibu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama- lain sesuai dengan status dan perannya, secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
3. Dinamika Kelompok
"Group dynamics refers to the forces operating in group Zaltman, et.al., 1972:75)." Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok. Kekuatan-kekuatan tersebut bertujuan untuk mengarahkan prilaku kelompok. Selanjutnya, berkenaan dengan kelompok ini Jenkins (1978:5) menyatakan: "Essencially the term group dynamics describe the forces in the group situation which are determining the behavior of the group and its
members."
Dari batasan-batasan tersebut di atas, maka yang
dimaksud
dengan
dinamika kelompok dalam
penelitian
ini
adalah kekuatan-kekuatan atau daya yang terdapat dalam
kelompok
pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah,
Perumnas
Gading
Cempaka
Permai
dan
kelompok
pengajian
Ibu-Ibu
masjid Nurul Iman, Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan
Gading
cempaka,
Kotamadya
Bengkulu;
dimana
kekuatan-kekuatan
tersebut
berfungsi
sebagai
pengarah
prilaku
anggota untuk mencapai tujuan kelompok.
4. Kelompok Pengajian
Kelompok pengajian, sebagai subsatuan kelompok belajar dalam pendidikan luar sekolah, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satuan sosial dari beberapa orang dewasa (Ibu-Ibu) yang melaksanakan kegiatan pengajian dan memiliki keterikatan dan ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan peranannya yang secara eksplisit dan implisit memiliki kesepakatan dalam mencapai tujuan kelompoknya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Disebut deskriptif karena memenuhi ciri-ciri penelitian deskriptif sebagai berikut: (1) memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual; (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.
Salah satu jenis metode deskriptif ini adalah studi
kasus. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga,
satu keluarga, satu peristiwa, satu desa, ataupun satu
kelompok manusia, dan kelompok objek lain-lain (Winarno Surakhmad, 1982:141-143).
Penelitian
ini tergolong studi
kasus
perbandingan
karena membandingkan dua kelompok yang melaksanakan kegiatan pengajian, kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas
Gading
Cempaka
Permai
dan
di
Perumnas
Lingkar
Timur
Kotamadya
Bengkulu. Studi kasus
perbandingan
menyangkut
dua kasus atau lebih, dibandingkan dan dipertentangkan (Bogdan dan Biklen, 1882:65).
Untuk mendeskripsikan dan memberi makna secara mendalam, dalam penelitian ini digunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif ini, tidak berangkat dari hipotesis dan teori untuk diuji, tetapi peneliti
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data yang relevan, kemudian data tersebut diberi makna. Nasution, (1992) mengemukakan: "Dalam penelitian kualitatif peneliti harus langsung mengumpulkan data dalam situasi yang sesungguhnya." Oleh sebab itu ia harus turun sendiri ke
lapangan. No entry no research."
Pendekatan di atas digunakan karena sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Nasution (1992:9-12), yaitu (1) sumber data ialah situasi
yang wajar atau natural setting, berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja; (2) peneliti sebagai instrumen penelitian, tidak menggunakan alat seperti tes atau angket, melainkan lewat pengamatan dan wawancara untuk memahami interaksi antar manusia; (3) sangat deskriptif, yang dituangkan
dalam bentuk laporan dan uraian, tidak mengutamakan
angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak data kuantitatif; (4) mementingkan proses maupun produk, jadi juga memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu; (5) mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi yang dihadapi, (6) mengutamakan data langsung atau first hand, peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk mengadakan
observasi atau wawancara; (7) triangulasi, memeriksa
kebenaran data dengan memperoleh data tersebut dari sumber
lain;
(8) menonjolkan rincian
kontekstual,
mengumpulkan
dan
mencatat
data
secara
mendetail;
(9)
subjek
yang
diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; (10)
mengutamakan perspektif emic, yaitu mementingkan pandangan responden; (11) verifikasi, yaitu mencari kasus-kasus yang
berbeda dengan apa yang telah ditemukan untuk mencari hal yang lebih dipercaya; (12) sampling yang purposive, artinya penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sample yang banyak, sampel dipilih menurut tujuan penelitian; (13) menggunakan audit trail, melacak, untuk
mengetahui
apakah
data yang
dikumpulkan
sesuai
dengan
maksud
penelitian;
(14)
partisipasi
tanpa
mengganggu,
untuk
memperoleh data dan situasi yang alamiah,
natural;
(15) mengadakan analisis sejak awal penelitian dan
seterusnya sepanjang masa penelitian, dan (16) desain penelitian tampil dalam proses penelitian, artinya pada awal penelitian disain belum dapat direncanakan secara terinci, lengkap dan pasti. Desain berkembang sejalan dengan proses penelitian (emergent).
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini meliputi subjek yang memiliki karakteristik yang berkaitan ataupun
dipandang
dapat memberikan informasi yang akurat
tentang
dinamika
kelompok
pengajian Ibu-Ibu di
Perumnas
Gading
Cempaka Permai, Kelurahan Sido Mulyo dan di Perumnas
Lingkar
Timur,
Kelurahan
Panorama,
Kecamatan
Gading
Cempaka
Kotamadya
Bengkulu,
yaitu
para
ketua/pembina
kelompok pengajian, anggota, ketua RT dan semua sumber yang terkait dengan kegiatan kelompok pengajian tersebut.
Penarikan
sampel
dilakukan
secara
purposive,
sampel
ditentukan sesuai dengan tujuan tertentu. Penarikan sampel
seperti ini dikenal dengan istilah purposive sampling.
Nasution
(1991:132) mengatakan:
"Sampling yang
purposive
adalah
sampel yang dipilih dengan cermat
hingga
relevan
dengan
desain
penelitian".
Purposive
sampling
ini
mempunyai ciri sebagai berikut: (1) rancangan sampel yang
muncul: sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu; (2) penentuan sampel secara berurutan;
(3)
penyesuaian berkelanjutan dari sampel; (4)
pemilihan
berakhir
jika sudah terjadi pengulangan
(Moleong,
1993:
165-166).
Dalam
menentukan
sampel penelitian,
ini,
peneliti
menggunakan
teknik
bola
.salju
(snowball
sampling
technique). Artinya sampel berikutnya ditentukan atas
dasar arahan atau petunjuk dari sampel sebelumnya. C. Data yang Diperlukan
Secara umum data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah data tentang dinamika kelompok pada kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu.
Secara rinci data yang diperlukan tersebut adalah data tentang:
1. perumusan tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu;
2. peran fungsional anggota kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu; 3. suasana kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading
Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu;
4. pembinaan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu;
5. tekanan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu; dan
6. keefektifan kelompok pengajian di Perumnas Gading
Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan
Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Moleong (1993:112), data dibagi ke dalam
kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan
statistik. Penelitian ini memerlukan data berupa
kata-kata, tindakan, dan dokumen yang berhubungan dengan
kegiatan kelompok pengajian Ibu-Ibu di Perumnas Gading Cempaka Permai dan di Perumnas Lingkar Timur, Kecamatan Gading Cempaka, Kotamadya Bengkulu. Karena itu instrumen utama penelitian ini adalah manusia, peneliti sendiri,
dengan menggunakan instrumen pembantu yaitu catatan
lapangan.
Dijadikannya peneliti sebagai instrumen utama dalam
penelitian ini, karena peneliti sebagai instrumen sangat
serasi dengan penelitian serupa ini (naturalistik).
Menurut Nasution (1992:55) peneliti sebagai instrumen
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) peneliti sebagai
alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak
bagi penelitian; (2) peneliti sebagai alat dapat
menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi
merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan
situasi, kecuali manusia; (4) suatu situasi yang
melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita; (5) peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respons yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respons yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respons yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek
yang diselidiki.
Dalam usaha mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara.
Menurut Patton (1980:124-126) teknik observasi memiliki manfaat: (1) dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan
situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik
atau menyeluruh, (2) pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan
atau discovery, (3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang
yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap "biasa" dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara, (4) peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga, (5) peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, dan (6) dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan
pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana sosial.
Dengan mengamati kegiatan dan kelakuan orang lain, peneliti tidak dapat mengungkap apa yang diamati atau yang dirasakan oleh orang lain tersebut. Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap dunia kenyataan. Hal ini mengharuskan peneliti berkomunikasi dengannya melalui wawancara. Oleh sebab itu, untuk akurasi data yang diperoleh, teknik-teknik tersebut digunakan dengan sifat saling melengkapi.
E. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian kualitatif menurut Bogdan (1972) ada tiga tahapan yaitu (1) pra lapangan, (2) kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif. Menurut Kirk dan miller dalam Moleaong (1993:85) ada empat tahapan penelitian yaitu (1) invensi, (2) temuan, (3) penafsiran, dan (4) eksplanasi. Sedangkan Nasution (1992:33) mengemukakan tiga tahapan yaitu orientasi, eksplorasi, dan member check.
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan: (1) pemilihan topik dan permasalahan yang akan diteliti; (2) penjajagan dan pendekatan terhadap anggota kelompok pengajian dan
aparat yang terkait untuk memperoleh data awal sehingga mendapat gambaran tentang fokus penelitian; (3) pendalaman materi bacaan yang berhubungan dengan fokus penelitian; (4) penyusunan desain penelitian; dan (5) pengurusan surat izin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Mengadakan pembicaraan dengan Camat, Kecamatan Gading Cempaka; Kepala Desa, Desa Sido Mulyo dan Lurah
Kelurahan Panorama, para Ketua RT yang ada dilingkungan Perumnas Gading Cempaka Permai dan Perumnas Lingkar Timur untuk memantapkan penentuan lokasi penelitian. b. Melaksanakan pengumpulan data secara intensif melalui
observasi dan wawancara.
c. Selama penelitian berlangsung dilakukan pula analisis data yang dituangkan dalam catatan lapangan, triangulasi dengan jalan mengungkapkan kembali data yang diperoleh kepada sumber data yang lain dan meminta komentar tentang hal yang sama agar didapat tingkat kepercayaan yang lebih terjamin, dan member check untuk mengkonfirmasikan atau mencek kebenaran catatan lapangan yang telah dianalisis kepada sumbernya.
d. Mendeskripsikan, membahas, dan menganalisis catatan lapangan secara substantif dengan merujuk kepada hasil studi kepustakaan dan mempelajari laporan-laporan lapangan (audit trail).
3. Tahap Penyusunan Laporan
Kegiatan akhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan. Keseluruhan hasil kegiatan penelitian disusun secara sistematis dalam bentuk tesis. Selanjutnya, sebagai pertanggung jawaban ilmiah dan sekaligus pemenuhan- salah satu persyaratan penyelesaian studi, maka tesis ini pada akhirnya diajukan kepada forum penguji sebagaimana lazimnya.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan sejak awal
hingga
selesai
penulisan
laporan
penelitian
,
dengan
melalui tahap reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan/veri-fiirasi ( Miles dan Huberman, 1984:21).
Analisis data dimulai sejak pengumpulan data. Selama pengumpulan data dilakukan penghalusan data, pengkategorian, dan sudah diupayakan menafsirkan data. Data yang dikumpulkan sangat bervariasi dan tergantung pada fokus penelitian, untuk itu dalam menganalisis data
tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti. Peneliti memerlukan kreatifitas untuk mencari sendiri metoda analisi yang cocok dengan sifat penelitian.
Bogdan dan Biklen (1982:154-169) mencoba memisahkan proses analisis data, yaitu analisis selama di lapangan dan analisis setelah data terkumpul.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis dengan mengikuti pedoman langkah-langkah
tersebut di atas.
1. Analisis pada Saat Pengumpulan Data
Selama pengumpulan data peneliti membuat catatan lapangan; melakukan member check dengan subjek yang bersangkutan, mengadakan audit trail, melakukan triangulasi untuk mendapatkan keabsahan data; melakukan revisi sesuai dengan subjek penelitian dan sumber aslinya;
pemberian kode terhadap catatan lapangan yang telah
direvisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan proses dan
jenis data yang diperoleh.
2. Analisis setelah Data Terkumpul
Setelah
data
terkumpul
peneliti" mereduksi
data
dengan jalan merangkum laporan lapangan; mencatat, mengklasifikasikan hal-hal yang relevan dengan fokus penelitian; mendisplay data sehingga hubungan data yang satu dengan yang lainnya menjadi jelas dan saling terkait membentuk kesatuan yang utuh; membandingkan dan menganalisis data yang satu dengan data yang lainnya
secara lebih mendalam; menarik kesimpulan, dan memberikan
rekomendasi.
G. Validitas Penelitian
Nasution (1992:105) mengemukakan :
"Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi."
Validitas dalam penelitian ilmiah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas internal (berkenaan dengan instrumentasi) dan validitas eksternal (berkenaan dengan generalisasi). Validitas internal dalam penelitian kualitatif adalah kesesuaian konsep peneliti dengan konsep
pada responden. Sedangkan validitas eksternal berarti adanya kecocokan dan kemungkinan hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam konteks dan situasi tertentu.
Validitas proses dan produk penelitian ini
diusahakan
dapat memenuhi
kriteria-kriteria
sebagaimana
yang dikemukakan oleh Nasution (1992:149-151):
kredibilitas,
transferabilitas,
dependabilitas,
dan
konfirmabilitas. Secara aktual usaha memenuhi kriteria tersebut seperti dideskripsikan berikut ini:
1. Kredibi1itas
Agar penelitian ini dapat dipercaya dan diterima
kebenarannya,
maka peneliti
melakukan
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Untuk
memperoleh
informasi yang
lengkap
dan
akurat
serta memperkecil kemungkinan terjadi kekeliruan, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data secara intensif melalui wawancara, dan pengamatan; menyediakan
waktu
yang
cukup
(empat
bulan);
dan
menggunakan
referensi penelitian terdahulu.
b. Triangulasi,
yakni
peneliti
melakukan
pengecekan
kebenaran dan penafsiran data yang telah diperoleh dari suatu sumber dengan cara membandingkannya dengan data dari sumber lain, baik itu dengan menggunakan metode
yang sama maupun dengan metode yang berbeda.
c. Member
check, yakni peneliti meminta
responden
untuk
mencek kembali kebenaran data yang telah ia berikan
sebelumnya
sehingga didapatkan informasi
yang
sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh responden.
d. Mendiskusikan dengan teman sejawat dan mengkonsultasikan dengan pembimbing mengenai data dan tafsiran data untuk kepentingan analisis selanjutnya.
2. Transferabilitas
Nilai transfer penelitian ini tergantung pada si
pemakai dalam menggunakannya pada konteks dan situasi tertentu. Untuk mengusahakan agar ada kemungkinan penelitian ini dapat diaplikasikan pada konteks dan situasi lain, maka peneliti mendeskripsikan hasil penelitian ini secara rinci dan jelas.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Pencapaian dependable (realiable) penelitian ini diusahakan dengan menjaga agar pengumpulan data, konsep, penafsiran serta kesimpulan tetap konsisten. Sedangkan pencapaian confirmability diusahakan agar hasil penelitian ini sesuai dengan data, serta merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu untuk menjaga konsistensi proses dan kesesuaian hasil penelitian ini maka peneliti melakukan
audit-trail, yaitu pemeriksaan selama proses penelitian hingga selesai penulisan laporan, dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mencatat selengkap mungkin data hasil wawancara, observasi maupun studi dokumentasi untuk digunakan sebagai bahan analisis selanjutnya.
b. Menganalisis data dengan cara menyeleksi, merangkum,
menyusun kembali dalam bentuk deskripsi yang lebih
sistematis.
c. Melakukan pembahasan dengan mengacu kepada konsep atau
teori.
d. Menafsirkan serta menyimpulkan hasil penelitian dengan berdasarkan data dan pembahasan.
e. Melaporkan proses dan hasil penelitian dalam bentuk
tesis ini.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kegiatan kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah Perumnas Gading
Cempaka Permai berjalan lebih dinamis dan efektif jika dibandingkan dengan kegiatan kelompok pengajian Ibu-Ibu
masjid Nurul Iman Perumnas Lingkar Timur. Secara rinci hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses perumusan tujuan kelompok pengajian Ibu-Ibu
masjid Darul Hikmah dilakukan dengan partisipasi
seluruh atau sebahagian besar anggota kelompok sehingga tujuan kelompok identik atau relevan dengan kebutuhan
anggota kelompok. Proses perumusan tujuan kelompok
pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman tidak didasarkan
atas konsensus seluruh atau sebahagian besar anggota,
oleh karena itu tujuan kelompok kurang selaras atau
relevan dengan kebutuhan anggota kelompok.
2. Keputusan pada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul
Hikamah selalu diambil secara demokratis atau
berdasarkan konsensus bersama seluruh atau sebahagian
besar angota kelompok. Tugas dibagi sesuai dengan
kemampuan dan kesenangan anggota. Komunikasi berjalan
lancar sebagai akibat dari keterbukaan yang merupakan
ciri khas dari kelompok pengajiaan ini. Sebaliknya pengambilan keputusan dalam kelompok pengajian Ibu-Ibu Masjid Nurul Iman jarang dilakukan secara demokrasi penuh. Kadang-kadang keputusan diambil berdasarkan konsensus sebahagian kecil anggota, dan bahkan sering
terjaji dominasi dari pengurus kelompok. Kendati ada pemerataan dalam pembagian tugas, tapi pembagian tugas tersebut tidak memperhatikan kemampuan atau kesenangan anggota. Kurang ada keterbukaan sehingga komunikasi dalam kelompok kurang lancar dan kegiatan kelompok tidak berkembang.
3. Pada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah terdapat kesamaan sikap dalam usaha mencapai tujuan kelompok sehingga terjalin kekompakan kerja yang
menyebabkan terciptanya keintiman, saling percaya-mempercayai antara sesama anggota dan antara anggota
dengan sumber belajar. Dengan demikian anggota dapat
bekerja dengan penuh gairah, bersemangat, bebas berinisiatif, berkreasi dengan penuh tanggung jawab.
Lingkungan fisik, baik lingkungan tempat pengajian
(masjid Darul Hikmah), maupun lingkungan fisik tempat
tinggal anggota cukup mendukung kelancaran kegiatan
kelompok. Walaupun dalam kondisi kesehariannya anggota
kelompok pengajian masjid Nurul Iman kelihatan intim,
namun tidak kelihatan kesamaan sikap dalam pelaksanaan
kegiatan
kelompok yang merupakan dasar untuk
mencapai
tujuan
bersama. Banyak anggota yang menunjukkan
sikap
apatis terhadap kegiatan kelompok. Dengan lain
perkataan,
anggota kurang memiliki
sense of
belonging
terhadap kelompoknya. Ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kelompok ini kurang kompak.
Lisngkungan
fisik,
baik
lingkungan
fisik
tempat
pengajian maupun lingkungan fisik tempat ; tinggal anggota kelompok cukup mendukung aktivitas kelompok.
4. Pembinaan
kelompok
pada
kelompok
pengajian
Ibu-Ibu
masjid Darul Hikmah dilakukan secara intensif, baik dalam rangka mempertahankan anggota yang sudah ada maupun dalam rangka merekrut anggota baru. Sebaliknya
tidak
terdapat pembinaan yang intensif
pada
kelompok
pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman, sehingga tanggung
jawab anggota terhadap kegiatan kelompok tampak
lemah,
yang selanjutnya mengakibatkan menurunnya partisipasi anggota kelompok dalam setiap kegiatan yang ada.
5. Secara tidak tertulis, kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah memiliki norma-norma kelompok. Norma-norma kelompok tersebut ditetapkan bersama oleh anggota kelompok. Anggota kelompok kelihatan memiliki kesamaan persepsi dalam mematuhi norma-norma tersebut. Norma-norma yang ada pada kelompok pengajian Ibu-Ibu
masjid Nurul iman juga ditetapkan oleh anggota
kelompok.
Akan tetapi kurang terlihat adanya
kesamaan
persepsi dalam mematuhi norma-norma tersebut. B. Implikasi
Bilamana dinamika kelompok berlangsung sesuai dengan
fungsinya sebagai alat untuk mengarahkan prilaku kelompok,
maka
jelas akan membuahkan keuntungan.
Dalam
penelitian
ini implikasi
dinamika
kelompok
dapat dilihat tidak hanya bagi anggota kelompok pengajian;
kelompok pengajian secara keseluruhan; melainkan juga bagi
masyarakat Kecamatan Gading Cempaka.
Dengan mengikuti kegiatan kelompok pengajian anggota
kelompok dapat memperoleh keuntungan, yaitu: (1)
anggota
mendapatkan
ilmu
pengetahuan
seperti
apa
yang
diharapkannya
dalam
mengikuti kegiatan
kelompok,
baik
ilmu pengetahuan di bidang agama, maupun ilmu
pengetahuan
secara umum dengan baik; (2) dengan diperolehnya ilmu
pengetahuan, baik di bidang agama maupun di bidang lainnya
tersebut
secara
baik,
anggota
dapat
meningkatkan
kesejahteraan keluarganya; (3) anggota dapat meningkatkan
kiprahnya
di
masyarakat
sehingga
mempererat
hubungan
sosialnya dengan sesama anggota kelompok dan masyarakat di luar kelompok.
Bagi kelompok, dinamika kelompok memiliki
implikasi
yaitu: (1) secara keseluruhan kelompok dapat dengan mudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (2) meningkatkan
citra kelompok, tidak hanya dilingkungan masyarakat Kecamatan Gading Cempaka, melainkan juga masyarakat luas sehingga memudahkan kelompok untuk berkembang; (3) meningkatnya popularitas kelompok, sehingga kelompok dapat menjadi teiadan bagi kelompok serupa dalam menjalankan aktivitas kelompok. Sedangkan bagi masyarakat, dinamika kelompok memiliki implikasi seperti berikut: (1) masyarakat dapat menikmati ketenteraman hidup dalam bermasyarakat dengan suasana yang Islami; (2) masyarakat dapat merasakan keterlibatan kelompok dalam membantu memecahkan masalah yang timbul dilingkungan masyarakat; (3) masyarakat merasa termotivasi untuk ikut menjadi anggota kelompok atau mendukung aktivitas-aktivitas kelompok.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian seperti tersebut pada bagian kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah
Demi semakin dinamis dan efektifnya kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Darul Hikmah, penulis masih merasa perlu merekomendasikan beberapa hal sabagai
berikut:
a. Intensitas kegiatan kelompok perlu ditingkatkan lagi agar meningkatnya intensitas pertemuan anggota. Dengan
demikian
akan
meningkatkan
kekompakan
dan
rasa
keterikatan anggota terhadap kelompoknya;
b. Perlu ditingkatkan pembinaan kelompok sehingga
anggota
merasa
betah
berada
dalam
kelompoknya.
Usaha
mendapatkan
anggota baru perlu ditingkatkan.
Beberapa
cara
penulis
ajukan untuk
mendapatkan
anggota
baru
antara
lain:
(1)
mengajak kaum
remaja
putri
untuk
terlibat
dalam
kelompok
pengajian.
Hal
ini
dapat
dilakukan melalui organisasi kepemudaan yang ada, yaitu
Karang
Taruna; (2) untuk memudahkan
rekrutmen
remaja
putri
ini,
perlu
diadakan
reformasi
nama
kelompok
pengajian sehingga nama tersebut tidak terkesan
membatasi
usia atau status anggota. Dengan
kata
lain
nama
kelompok
harus mencerminkan
kaum
putri
secara
umum.
Disamping
itu
dapat
juga
dilakukan
dengan
melibatkan remaja putri dalam kegiatan kesenian;
c. Kerjasama
dengan pihak luar, seperti
dengan
instansi
pemerintah yang terkait, perlu diperluas dan ditingkatkan sehingga keberadaan kelompok dalam konteks sosial yang lebih luas akan semakin terasa. Hal tersebut diharapkan dapat merekrut anggota baru.
2. Kepada kelompok pengajian Ibu-Ibu masjid Nurul Iman a. Karena perumusan tujuan kelompok adalah faktor dasar
yang menentukan tercapainya tujuan kelompok, maka tujuan kelompok hendaknya dirumuskan atas dasar
konsensus semua atau sebahagian besar anggota kelompok.
Dengan
demikian tujuan kelompok yang
ditetapkan
akan
selaras
atau
memiliki relevansi
dengan
tujuan
atau
kebutuhan
anggota.
Anggota
kelompok
tidak
akan
berpartisipasi
penuh terhadap aktivitas kelompok
yang
tujuannya
kurang atau tidak memiliki relevansi
dengan
kebutuhan anggota.
b. Agar
kegiatan kelompok dapat berjalan lancar
sehingga
dapat
mencapai
tujuan
kelompok,
diperlukan
suasana
kelompok
yang
mendukung.
Kerjasama
yang
baik
atau
kekompakan,
dan
partisipasi anggota
kelompok
sangat
dominan untuk itu. Hal-hal tersebut dapat timbul
dalam
kelompok
jika keputusan-keputusan diambil
atas
dasar
konsensus
anggota kelompok secara keseluruhan.
Karena
itu
pengambilan
keputusan yang
demikian
itu
sangat
diperlukan.
c. Perlu
adanya pembinaan yang intensif
dan
menjalankan
program-program yang telah ditetapkan sebagaimana
tercakup
dalam
struktur
organisasi
kelompok
agar
anggota yang lama betah tinggal di dalam kelompok,
dan
kemungkinan mendapatkan anggota baru terbuka lebar.
d. Untuk
membantu
usaha
mendapatkan
anggota
baru,
pengembangan
kelompok, nama kelompok
hendaknya
tidak
menyatakan kekhususan untuk kaum ibu. Jadi nama
kelompok
pengajian
tersebut
hendaknya
mencerminkan
kelompok untuk semua kaum Hawa. Dengan demikian kaum
remaja
putri
akan
dapat
dirangkul
menjadi
anggota
kelompok.
3. Kepada pihak atau instansi terkait
Karena
pentingnya
keberadaan
kelompok-kelompok
pengajian yang dinamis dan efektif, maka keterlibatan pihak-pihak terkait seperti Depag, Camat, Lurah/Kades, dan
Ketua
RT
dalam mengembangkan kelompok
pengajian
sangat
diperlukan. Alternatif langkah yang direkomendasikan peneliti adalah agar para pihak terkait tersebut
mengkoordinir
pengurus
kelompok
pengajian
yang
ada
dilingkungannya untuk secara berkala mengadakan
pertemuan
guna dapat bertukar pikiran atau berbagi pengalaman yang
bermanfaat
untuk
mengembangkan kelompok
pengajian
yang
mereka pimpin.
4. Kepada pihak peneliti lain
Karena adanya keterbatasan peneliti, khususnya
keterbatasan
waktu
dan
dana,
peneliti
hanya
dapat
melakukan penelitian ini pada dua lokasi kompleks perumahan yang memiliki karakteristik heterogenitas tinggi. Untuk dapat membuahkan suatu model pelaksanaan kegiatan kelompok pengajian pada kompleks perumahan yang heterogenitsnya tinggi seperti tersebut di atas, perlu
diadakan penelitian lebih lanjut dengan skala besar.
DAFTAR PUSTAKA
Bass, B.M.
(1960).
Leadership,
psychology,
and
organizational behavior.
New York: Harper & Row.
Bogdan,
R.C. & Biklen% S.K. (1982).
Qualitative
Research
in Education.,
An Introduction to Theory and Methods.
Boston: Allyn and Bacon & Inc.
Burgoon, Michael, et.al., (1978).
Human Communication.,
A
Revision
of
Approaching
Speech/Communication.
New
York.
Cartwright,
D.,
dan Zander, A. (1968).
Group
Dynamic,
Research
and
Theory.
Third
edition.
New
York,
Evanston and London: Harper and Row Publisher.
Clelland,
David
M.C., et.al.,
(1953).
The
Achievement
Motive. New York.
Coombs,
Philip H. and Ahmed, Manzoord. (1974).
Attacking
Rural
Poverty.,
How Non-Formal Education
Can
Help.
Baltimore: The John Hopkims University Press.
Coombs,
Philip H. (1985).
The World Crisis in
Education.
New Jersey: Oxford University Press.
De Lamoter.
J. (1974).
A Definition of Group Small
group
Behavior.Djudju
Sudjana (1991).
Pendidikan Luar
Sekolah
Wawasan
Sejarah
Perkembangan
Falsafah dan
Teori
Pendukung
Azas.
Bandung: Penerbit Nusantara Press. Uninus.
(1992).
Pengantar
Manajemen
Pendidlkan
luar
Sekolah. Bandung: Nusantara Press.
(1993).
Strategi Pembelajaran
Dalam
Pendidikan
Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.
Fiedler,
F.E.
(1967).
A
theory
of
Leadership
Effectiveness. New York: McGraw-Hill.
Hare, A.P.
(1962).
Handbook of Small Group Research.
New
York: The Free Press.
Hilgard,
R. Ernest. (1957).
Introduction
to
Psychology.
New York, Burlingame: Harcourt, Brace & Ward, Inc.
Hornby, A.S. (1973).
The Advanced Learner's Dictionary
of
Current English.
London: Oxford University Press.
Ingalls,
John D. (1974).
A Trainers Guide to Andragogy.,
Its
Conceps,
Experience
and
Application.
Revised
edition. Washington.
Jenkins,
D.H. (1978).
What's Group Dynamics.,
In
L P E
Broadstard's
Group
Development,
Selected
Reading,
Series
one.
Washington
6 DC:
National
Training
Laboratories and Education.
Joke Van
Unen & T. Raka Joni. (1980).
Dinamika
Kelompok.
Jakarta: Depdikbud.
Knowles, Malcolm S., (1950).
Group Dynamics and the Art of
Leaderships.,
A Guide for
Administrators,
Leaders,
and Teachers. New York.
Koentjaraningrat.
(1982).
Masalah-Masalah
Pembangunan.,
Bunga Rampai Antropologi Terapan. Jakarta: LP3ES.
Krech David,
et.al.,
(1962).
Individual
in
Society.
A
Textbook
of
Social Psychology.
Tokyo:
McGraw-Hill
Kogakusha, ltd.
Lewin
Kurt. (1949).
Frontier in Group
Dynamics.,
Human
Relation, Vol.
I No.
1 pp. 26-27.
-. (1951).
Field Theory in Social Science.
New
York-Harper .MacGregor,
Douglas.
The Human Side of Interprise.
Edited
by
Stilman
in
Public
Administration
Concept
and
Cases, pp. 214-226.
Margono
S. (1978).
Beberapa Catatan
tentang
Pembangunan
Organisasi:
Kumpulan
Bahan
Bacaan
Penyuluhan
Pertanian. Bogor.
Miles,
Mathew
B
and
Huberman,
A.
Michael.
(1984)
Qualitative
data
Analisys.
A
Sourcebook
of
New
Methods. Beverly Hills, London : Sage Publications.
Mills
T.M.
(1967).
The
Sociology of Small
Groups.
Englewood Cliffs. N.J.: Prentice-Hall.
Moleong, Lexy J. (1993).
Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Morse, W
(1955).
Group Pressures.
Edited by H. Thelen and
D.
Stock,
ed., In Understanding
How
Group
Works
Adult Education: Association of USA. pp. 55.
Nasution. S. (1991).
Metode Research.
Bandung: Jemmar.
-. (1992).
Metode Penelitian Natural 1stik Kualitatif
Bandung: Tarsito.
Ouchi, William G. (1981).
Theory Z: How American
Business
can meet the Japanese Challange.
New York:
Publisher
of Bard, Camelot, Discuss and Flare Book.
Parner, Sidney J. (1972).
Programming Creative
Behaviour
Edited
by Calvin Tylor in Climate for Creavity.
New
> York: Pergamon Press.
Patton,
M.Q.
(1980).
Qualitative
Evaluation
Methods.
Beverly Hills, California: SAGE Publications, Inc.
Peraturan
Pemerintah Nomor
73
Tahun
1991,
Tentang
Pendidikan
Luar Sekolah.
(1993).
Jakarta:
Sinar
Grafika.
Santosa
S.
(1992).
Dinamika
Kelompok.
Jakarta.
Bumi
Aksara.
Schein,
Edgar
H.
(1969).
Organizational
Psychology.
Englewood Cliffs New Jersey: Prentice-Hall.
Schramm W., et.al., (1976).
Communication and Change.
The
Last
Ten
Years and the Next, An East
Centre
Book
Honolulu: University Press of Hawai.
Shaw, Marvin
E.
(1979).
Group Dynamics of Small
Group
Behavior.
New
Delhi:
Tata
McGraw-Hill
Publishing
Company Ltd.
w~A
(1981)-
Group Dynamics.
Third
edition.
USA-McGraw hill Book Company.
Sherif, M., dan Sherif, C.W. (1956).
An Outline of Social
Psychology. New York: Harper & Row.
Sherif, M. (1962).
Intergroup Relation and Leadership.
An
Approach
and Research in Industrial
Ethnic
Culture
and Political Areas. New York.
SL fi iTiVisnaffi:^s^h.
(1984).
Pengaruh
Motif
Berafiliasi
Keterbukaan Berkomunikasi, Persepsi
dan
btatus Sosial Ekonomi terhadap Prilaku Moderen Petanl
(Disertasi). Bandung: FPS IKIP.
- .
(1986). Pengantar Pendidikan Luar Sekolah.
Modul
1-5. Jakarta: Karunika.
^iL1^?^ 'uPe^didlk^Jema^yarakatan (P^didikan Luar
bekolah). Bandung: FIP - IKIP.
Sutermeister
Robert A. (1976). People and Productivity.
Third Edition. New York: McGraw Hill Book Company.
Undang-Undang
Nomor
2 Tahun
1989,
Tentang
Sistem
,- Pendidikan Nasional. (1993). Jakarta: S?na? GrafiSa
WatiSIKIpaSri A' (1983>- Dinamika Kelompok PLS. Semarang:
Webster.
(1989). The New Lexion Webster's Dictionary of
the English Language. New York: Lexion Publications,
Winarno
Surakhmad. (1992). Pengantar Penelitian Ilmiah
Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
'
VusmarYusuf. (1989)
Dinamika Kelompok:
Kerangka Studi
dalam Perspektif Psikologi Sosial. Bandung: Armico
Zaltman, Gerald
et.al., (1972). Creating Social Change
New York: Holt, Rinerhart and Winston.
wange.