• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI HASIL BELAJAR TATA RIAS WAJAH KARAKTER TERHADAP KESIAPAN MENJADI PENATA RIAS PEMAIN PERAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI HASIL BELAJAR TATA RIAS WAJAH KARAKTER TERHADAP KESIAPAN MENJADI PENATA RIAS PEMAIN PERAN."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI HASIL BELAJAR TATA RIAS WAJAH

KARAKTER TERHADAP KESIAPAN MENJADI

PENATA RIAS PEMAIN PERAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Program Studi Pendidikan Tata Busana

Oleh : Heni Sumartini

056427

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kontribusi Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter Terhadap Kesiapan Menjadi Penata Rias Pemain Peran”

(Penelitian Terbatas Pada Peserta Diklat Tata Kecantikan Kulit Kelas XII SMKN 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011), ini sepenuhnya karya saya sendiri.

Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menerima resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan

(3)

HENI SUMARTINI

KONTRIBUSI HASIL BELAJAR TATA RIAS WAJAH KARAKTER TERHADAP KESIAPAN MENJADI PENATA RIAS PEMAIN PERAN

(Penelitian Terbatas Pada Peserta Diklat Tata Kecantikan Kulit Kelas XII SMK Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dra. Herni Kusantati, M.Pd NIP. 19501230 197702 2 001

Pembimbing II

Dra. Pipin Tresna Prihatini, M. Si NIP. 19631016 199001 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... iii

DAFTAR TABEL .. ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisas Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Mata Diklat Merias Wajah Karakter ... 9

B. Hasil Belajar Merias Wajah Karakter ... 34

C. Kesiapan Menjadi Penata Rias Artis ... 35

D. Kerangka Pemikiran ... 38

E. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 41

C. Desain Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitan ... 43

F. Proses Pengembangan instrumen ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70

(5)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 88 B. Instrumen Penelitian ... 93 C. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 108 D. . Daftar Tabel Konfersi Data ...

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Interpretasi Nilai r ... 64

4.1 Motivasi Masuk Jurusan SMK ... 67

4.2 Tujuan Masuk Program Tata Kecantikan Kulit ... 68

4.3 Hasil Pengukuran Variabel X ... 69

4.4 Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter ... 69

4.5 Analisis Data Variabel X ... 70

4.6 Hasil Pengukuran Variabel Y ... 71

4.7 Kesiapan Menjadi Penata Rias Pemain Peran ... 72

4.8 Analisis Data Variabel Y ... 72

4.9 Hasil Uji Normalitas Variabel X & Y ... 74

[image:6.595.112.511.139.621.2]
(7)
[image:7.595.116.508.193.613.2]

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Hal

(8)
[image:8.595.115.506.151.624.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Membuat Garis Kerutan Dalam Merias Wajah Karakter ... 13

1.2 Warna-Warna Yang Digunakan Dalam Merias Wajah Karakter ... 14

1.3 Menggunakan Alas Bedak... ... 14

1.4 Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Merias Wajah Karakter ... 16

1.5 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Kucing ... 19

1.6 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Harimau ... 20

1.7 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Tikus ... 21

1.8 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Badut ... 23

1.9 Karakter Wajah Cacat ... 24

1.10 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Orang Tua ... 26

1.11 Pola Rias Wajah Orang Tua ... 26

1.12 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Horror ... 27

1.13 Desain Dan Hasil Akhir Karakter Wajah Teater ... 28

1.14 Karakter Wajah Orang Dewasa ... 29

1.15 Desain Wajah Karakter Orang Tua... ... 30

1.16 Teknik Merias Wajah ... 31

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk peningkatan sumber daya manusia berkualitas dan bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia, adalah dengan mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan, karena pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Gambaran pendidikan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi dan Tujuan (2006:6) sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Realisasi dari tujuan tersebut, pemerintah telah menyusun suatu layanan pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan in formal. Pendidikan formal diselenggarakan secara berjenjang dan berkesinambungan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis pendidikan menengah yang menyelenggarakan program pendidikan dengan tujuan mempersiapkan dan menghasilkan lulusan untuk menjadi tenaga kerja terampil tingkat menengah, dan memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional di bidangnya.

(10)

Pariwisata Bidang Keahlian Tata Kecantikan seperti tercantum dalam GBPP SMK bidang keahlian tata kecantikan (2004:2) yaitu :

1. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap professional dalam lingkup keahlian tata kecantikan.

2. Mampu memilih karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahlian tata kecantikan.

3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang dalam lingkup keahlian tata kecantikan.

4. Menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Bidang keahlian tata kecantikan mengembangkan dua program keahlian yaitu Program Keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit. Program keahlian tata kecantikan kulit memiliki beberapa mata diklat yang harus ditempuh peserta diklat untuk menjadi lulusan yang kompeten di antaranya mata diklat Tata Rias Wajah Karakter.

Mata diklat Tata Rias Wajah Karakter merupakan salah satu mata diklat program produktif, tujuan dari mata diklat merias wajah karakter tercantum dalam

modul pembelajaran yaitu “setelah melaksanakan aktivitas pembelajaran diharapkan peserta didik mempunyai keterampilan dalam merias wajah karakter”. (Dwi Astuti

Sih Apsari, 2003:)

Pembelajaran tata rias wajah karakter disajikan dalam bentuk teori dan praktek. Materi teori meliputi pengertian tata rias wajah karakter, tujuan tata rias wajah karakter, pengetahuan alat, bahan, lenan dan kosmetik yang digunakan dalam tata rias wajah karakter, dan macam-macam tata rias wajah karakter. Materi praktek meliputi melakukan persiapan kerja, melakukan konsultasi dan analisis wajah, menggambar garis-garis riasan sesuai dengan karakter yang akan dibuat, dan merias wajah sesuai dengan desain yang sudah ditentukan.

(11)

berbagai kreasi desain dan tema yang sesuai dengan tata rias wajah karakter. Melalui belajar tata rias wajah karakter peserta diklat diharapkan akan mempunyai kesiapan untuk menjadi penata rias pemain peran, karena peluang kerja yang cukup menjanjikan mengingat semakin berkembangnya dunia tata rias yang sangat dibutuhkan dalam dunia entertainment.

Tata rias wajah karakter digunakan untuk keperluan teater, photosession, drama, televisi dan acara pementasan baik on air ataupun off air. Perkembangan dunia hiburan/entertainment di Indonesia membuat para pelaku panggung ingin tampil dengan sebaik mungkin dalam memainkan perannya, untuk itu diperlukan penata rias yang dapat membantu terwujudnya suatu peran yang diinginkan. Seorang penata rias sangat di tuntut keterampilan dan keprofesionalannya sesuai dengan trend tata rias yang sedang berkembang pada saat ini.

Penguasaan materi dan keterampilan tata rias wajah karakter mendasari kesiapan peserta diklat dalam memasuki lapangan kerja. Hasil belajar tata rias wajah karakter diharapkan dapat mendorong peserta diklat untuk siap bekerja sebagai Penata Rias Pemain peran. Slameto (2003:113) mengartikan kesiapan sebagai :

“Keseluruhan kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi”. Kesiapan sangat diperlukan

untuk memulai suatu pekerjaan, peserta diklat yang mempunyai kesiapan akan dapat melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.

(12)

Penata rias pemain peran adalah seseorang yang mempunyai keterampilan dalam merias wajah untuk para pelaku panggung dengan tujuan agar mereka tampil optimal di atas panggung. Pelaku panggung dapat dikategorikan antara lain pemain teater, pemain film, penyanyi, dan penari. Kemampuan yang harus dimiliki penata rias artis adalah kemampuan dalam mendesain riasan, mendiagnosa wajah dengan tepat, menentukan kosmetik yang tepat sesuai hasil diagnosa, dan merias wajah sesuai dengan desain dan tema yang telah ditentukan.

Uraian di atas menjadi dasar pemikiran penulis untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Kontribusi Hasil Belajar Merias Wajah Karakter Terhadap Kesiapan Menjadi Penata Rias Pemain Peran” pada Peserta Diklat Tingkat 3 Program Tata Kecantikan Kulit SMK Negeri Bandung Tahun Ajaran 2009/2010.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Tata rias wajah karakter sebagai salah satu mata diklat program produktif diselenggarakan dalam bentuk teori dan praktek. Materi diklat tata rias wajah karakter mencakup pengetahuan tata rias wajah karakter, tujuan tata rias wajah karakter, pengetahuan alat, bahan, lenan, dan, kosmetik yang digunakan untuk merias wajah karakter, dan macam-macam tata rias wajah karakter. Materi praktek meliputi melakukan persiapan kerja, melakukan konsultasi dan analisa, membersihkan wajah, menentukan tema dan desain, dan menggambar garis-garis riasan sesuai dengan karakter yang akan di buat.

(13)

pengetahuan, sikap dan keterampilan merias wajah karakter serta dapat mendorong peserta diklat untuk siap bekerja sebagai penata rias pemain peran.

Uraian di atas menggambarkan luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka identifikasi masalah diperlukan untuk memudahkan dan menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar Tata Rias Wajah Karakter ditinjau dari :

a. Kemampuan kognitif meliputi : pemahaman tentang pengertian tata rias wajah karakter, pengetahuan alat, bahan, lenan, dan kosmetik yang digunakan dalam merias wajah karakter.

b. Kemampuan afektif meliputi : respon terhadap stimulus yang menumbuhkan motivasi, pendalaman dan penghayatan terhadap mata diklat tata rias wajah karakter.

c. Kemampuan psikomotor meliputi : penguasaan keterampilan merias wajah karakter.

2. Kesiapan peserta diklat tingkat 3 program keahlian tata kecantikan kulit SMK Negeri 9 Bandung untuk menjadi seorang penata rias pemain peran berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

3. Kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias artis pada peserta diklat tingkat 3 Program Keahlian Tata Kecantikan Kulit Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010.

4. Besarnya kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

Rumusan masalah merupakan bagian pokok dalam melakukan penelitian, sehingga dengan adanya perumusan masalah diharapkan tujuan yang hendak dicapai lebih spesifik dan dapat terealisasikan, seperti yang dikemukakan oleh Moh.Ali (1987:36) adalah sebagai berikut:

(14)

pernyataan deskriptif maupun dalam bentuk-bentuk pernyataan sekitar masalah yang diteliti.

Mengacu dari pendapat tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Berapa besar kontribusi hasil belajar Tata Rias Wajah Karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias artis pada pserta diklat tingkat 3 program Keahlian Tata Kecantikan Kulit Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011?”.

C. Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan dalam penelitian adalah bagian yang penting dalam suatu penelitian, supaya penelitian tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh data mengenai kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran pada peserta diklat kelas XII program keahlian tata kecantikan kulit SMKN 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

Secara spesifik tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai :

1. Hasil belajar peserta diklat kelas XII program Keahlian Tata Kecantikan Kulit pada mata diklat tata rias wajah karakter di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung berkaitan dengan :

a. Kemampuan kognitif meliputi : pemahaman tentang pengetahuan alat, bahan, lenan, dan kosmetik yang digunakan dalam merias wajah karakter, prinsip dasar tata rias wajah karakter, kategori tata rias wajah karakter,dan macam-macam tata rias wajah karakter.

b. Kemampuan afektif meliputi : respon terhadap stimulus yang menumbuhkan motivasi, pendalaman dan penghayatan terhadap mata diklat tata rias wajah karakter.

(15)

2. Kesiapan peserta diklat tingkat 3 program keahlian tata kecantikan kulit SMKN 9 Bandung untuk menjadi seorang penata rias artis ditinjau dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

3. Kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran pada peserta diklat tingkat 3 program Keahlian Tata Kecantikan Kulit Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

4. Besarnya kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dalam rangka disiplin ilmu dan peningkatan mutu pendidikan, serta peningkatan sumber daya manusia. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :

1. Teori

Manfaat secara teori dalam penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan tentang tata rias wajah karakter, dan mengembangkan materi-materi yang sudah ada di sekolah.

2. Praktis

Manfaat secara praktis dalam penelitian ini dapat menguasai teknik merias wajah karakter dan terampil dalam merias wajah karakter yang dapat dijadikan sebagai kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

E. Sruktur Organisasi Skripsi

(16)
(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang dibutuhkan. Lokasi penelitian adalah SMK 9 Bandung di Jalan Soekarno-Hatta Bandung. Alasan memilih lokasi tersebut karena penulis melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) di sekolah tersebut sehingga di harapkan lebih mudah untuk menjalin kerja sama

Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan sumber data Surakhmad W. (1990:91) mengartikan populasi sebagai berikut :

Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat di daerah tertentu yang dijadikan sumber data yang berada dalam daerah yang batas-batasnya mempunyai pola-pola kualitas yang unik serta memiliki keseragaman ciri di dalamnya yang dapat diukur secara kuantitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Tata Kecantikan Kulit Tingkat 3 SMK Negeri 9 Bandung sebanyak 36 orang yang telah mengikuti mata diklat Tata Rias Wajah Karakter.

3. Sampel

(18)

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu di antaranya untuk menguji kebenaran suatu penelitian, oleh karena itu perlu ditentukan metode apa yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik. Metode ini bertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang serta berpusat pada permasalahan yang aktual, sesuai dengan pendapat Winarno Surakhmad (1998:140) yang menjelaskan tentang ciri-ciri metode deskriptif:

Ciri-ciri metode deskriptif yaitu:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada zaman sekarang dan masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan, mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa karena itu metode ini sering disebut metode analitik.

Penggunaan metode ini diharapkan memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun, menjelaskan dan menganalisis data tentang kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran, pada siswa tata kecantikan kulit tingkat 3 SMK Negeri 9 Bandung.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Umar (2005:89) adalah “semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Tahapan-tahapan desain penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Menemukan populasi dan sampel penelitian

2. Menentukan alat pengumpulan data atau instrumen 3. Penyusunan instrumen penelitian

4. Uji coba instrumen

5. Analisis dan perbaikan instrumen

6. Penyebaran instrumen kepada responden 7. Pengumpulan kembali instrumen

(19)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu dikemukakan untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca dalam mengartikan istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Definisi operasional dari istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini adalah:

1. Hasil Belajar Merias Wajah Karakter (Variabel X)

Hasil belajar merias wajah karakter menurut Nana Sudjana (2009:2) adalah “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap”.

Merias wajah karakter (Modul Pembelajaran Merias Wajah Karakter) adalah sebagai berikut :

Merias wajah karakter adalah adalah salah satu mata diklat program produktif yang berfungsi membekali peserta diklat agar memiliki kompetensi merias wajah karakter diantaranya untuk pemain teater dan pemain film sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Pengertian hasil belajar merias wajah karakter yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan di atas yaitu perubahan tingkah laku peserta diklat yang meliputi kemampuan kognitif, apektif dan psikomotor setelah mengikuti salah satu mata diklat program produktif yang berfungsi membekali peserta diklat agar memiliki kompetensi merias wajah karakter diantaranya untuk pemain teater dan pemain film sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

2. Kesiapan Penata Rias Pemain Peran (Variabel Y)

a. Kesiapan menurut Slameto (2003:113) adalah “keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi”.

(20)

c. Pemain peran adalah seorang aktor atau aktris yang bekerja di dunia entertainment yang berperan untuk menampilkan suatu tokoh atau karakter tertentu.

Pengertian kesiapan menjadi penata rias pemain peran dalam penelitian ini mengacu pada pendapat diatas yaitu kondisi atau keadaan siap peserta diklat menjadi seseorang yang mempunyai keterampilan dalam merias wajah untuk para pelaku panggung dengan tujuan agar mereka tampil optimal di atas pangggung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan

angket.”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002:127).

Riduwan (2004: 71) menyatakan bahwa “angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Tes dan angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapat data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis kepada responden mengenai kontribusi hasil belajar tata trias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran. Instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran bersama dengan kisi-kisi instumen.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen yang baik meliputi pengkajian masalah yang sedang diteliti, membuat kisi-kisi butir soal instrumen, pembuatan butir soal, penyuntingan, mengadakan revisi terhadap butir-butir soal yang kurang baik, dan pengujian intrumen kepada responden.

(21)

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah tes dan angket yaitu alat komunikasi yang tidak langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data atau informasi dari responden yang dapat dipertanggungjawabkan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar tata rias wajah karakter sebagai variabel X dan kesiapan menjadi penata rias pemain peran sebagai Variabel Y. Data tersebut diperoleh melalui penyebaran instrumen penelitian kepada Peserta Diklat Tata Kecantikan Kulit Kelas XII SMK Negeri 9 Bandung.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentase, yaitu persentase dari jawaban hasil angket yang disebarkan kepada responden Persentase data merupakan perhitungan yang digunakan untuk melihat besar kecilnya frekuensi jawaban angket yang diberikan pada responden, karena jumlah jawaban responden tiap item berbeda. Rumus yang digunakan untuk mencari prosentase mengutip pendapat Mohammad Ali (Rian Andriani, 2008:49):

Keterangan:

P : Presentase (jawaban responden yang dicari)

f : Frekwensi jawaban yang dicari

n : Jumlah responden 100% : Bilangan tetap

Kemudian data ditafsirkan setelah diprosentasekan dengan menggunakan kriteria berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan Moch. Ali (1993:184) sebagai berikut:

100% : Seluruhnya 76% - 99% : Sebagian besar

51% - 75% : Lebih dari setengahnya

50% : Setengahnya

26% - 49% : Kurang dari setengahnya

P=f x 100%

(22)

25% - 1% : Sebagian kecil 0% : Tidak seorangpun

Keterangan: data yang ditafsirkan adalah data yang persentasenya paling besar.

1. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan) alat pengumpul data atau untuk mengetahui tingkat kebenaran suatu instrumen penelitian terhadap responden uji coba di luar sampel penelitian. Uji coba instrumen penelitian akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas ini dimaksudkan apakah instrumen penelitian mempunyai tingkat kebenaran, ketepatan atau tidak sebagai alat ukur, yang dilakukan dengan cara mengkolerasikan skor yang ada pada butir soal dengan skor total. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product-Moment dari

Pearson, sebagai berikut :

(Sugiyono, 2005:212)

Keterangan: xy

r = Koefisien korelasi butir = jumlah skor tiap item dari seluruh respondeuji coba

Y = Jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden uji coba n = Jumlah responden uji coba

Setelah harga rXYtelah diperoleh kemudian diuji dengan mengggunakan uji

t-student untuk menentukan taraf signifikannya, dengan rumus sebagai berikut:

(Sudjana, 2002:365) Keterangan:

 

 

2 2

2

 

2

. . ). ( . Y Y n X X n Y X XY n rXY           

 

 

2
(23)

t = Uji signifikan validitas

r = Koefisien reliabilitas

n = Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas

Kriteria pengujian: Instrumen penelitian dikatakan valid bila thitung > ttabel dengan derajat kebebasan dk = n-2, pada taraf kepercayaan 95%.

b) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Pengujian Reliabilitas dimaksudkan untuk menguji ketepatan instrumen penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Suprian A.S (1994:51) bahwa: ”Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama”.

Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu instrumen cukup dapat dipercaya atau tidak. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

1) Menghitung harga varian tiap item, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

σb2 = Harga varians tiap item

X2 = Jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap item

(∑X)2 = Kuadrat skor seluruh jawaban responden dari setiap itemnya

n = Jumlah responden yang digunakan untuk menguji reliabilitas

2) Menghitung Varians Total

 

t2

Keterangan:

σt2 = Harga varians total

Y2 = Jumlah kuadrat skor total tiap responden

(∑Y)2 = Kuadrat dari jumlah skor total dari setiap butir soal

n = Jumlah responden yang digunakan untuk uji reliabilitas

3) Menghitung Reliabilitas dengan rumus Alpha.

(24)

Keterangan:

r11 = Reliabilias angket k = Banyaknya item angket

∑σb2 = Jumlah varians item σt2 = Jumlah varians total

4) Mengkosultasikan nilai pada kriteria penafsiran indeks korelasi, yaitu: 0,800 – 1.000 = sangat tinggi

0,600 – 0.799 = tinggi 0,400 – 0.599 = cukup 0,200 – 0.399 = rendah

< 0.200 = sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2002:245) 5) Mengetahui alat pengumpul data tersebut reliabel atau tidak, maka digunakan

rumus uji t, yaitu:

Keterangan:

t = Uji signifikan reliabilitas r = Koefisien reliabilitas

n = Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas

Kriteria pengujian: Instrumen penelitian dikatakan reliabel bila thitung > ttabel pada taraf kepercayaan 95 %.

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Verifikasi data, yaitu mengumpulkan kembali instrumen penelitian yang telah diisi oleh responden, kemudian menghitung jumlah instrumen yang dikembalikan dari responden, serta memeriksa kelengkapan, kebenaran

(25)

jawaban dan cara pengisiannya. Jawaban instrumen yang dikembalikan sebanyak yang disebarkan yaitu 36 eksemplar.

b. Pemberian skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

a. Rumus perhitungan persentase dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai identitas responden.

b. Penskoran Penskoran setiap jawaban tes hasil belajar tata rias wajah karakter adalah skor untuk tes kemampuan kognitif yang benar adalah 1, jadi skornya adalah 1 jika jawaban benar dan skornya 0 jika jawaban salah. Skor untuk kemampuan afektif adalah skor tes tertinggi 5 dan terendah 1. skor untuk kemampuan psikomotor yaitu sesuai dengan skala nilai yang sudah dibuat.

c. Penskoran Penskoran setiap jawaban angket kesiapan menjadi penata rias pemain peran berpedoman pada skala Likert, yaitu jawaban tertinggi diberi skor 5 dan terendah diberi skor 1 atau modifikasi dengan skor yang sama dan setiap jawaban yang benar diberi skor 1, responden boleh memilih lebih dari 1 jawaban yang benar.

c. Mentabulasi nilai dari setiap item jawaban responden untuk memperoleh skor mentah dari seluruh responden untuk variabel X dan Y.

d. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistik tertentu untuk pengujian hipotesis penelitian melalui uji normalitas distribusi frekuensi untuk kedua variabel, menghitung persamaan regresi linier sederhana, menguji kelinieran, dan keberartian regresi, mencari koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Masing-masing langkah pengelolaan data penelitian akan diuraikan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas distribusi X dan Y.

b. Perhitungan Uji Linieritas Regresi

(26)

dengan X, dengan variabel kriterium (terikat) atau variabel yang memperoleh sumbangan dilambangkan dengan Y.

Variabel bebas sebagai variabel X dalam penelitian ini adalah hasil belajar tata rias wajah karakter, sedangkan variabel terikat atau variabel Y yaitu kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

c. Uji Korelasi atau Koefisien Determinasi

Keberartian hubungan antara variabel X (hasil belajar tata rias wajah karakter) dan variabel Y (kesiapan menjadi penata rias pemain peran), diukur melalui uji analisa korelasi, sedangkan kadar kontribusi variabel X terhadap Y dihitung menggunakan korelasi product moment dari Person.

d. Uji Statistik

Langkah-langkah uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi

Uji normalitas distribusi skor dilakukan sebagai syarat analisis korelasi, yakni untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau penentuan mempunyai penyebaran yang normal dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menentukan rentang skor ( R ), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. R = skor maksimum – skor minimum

b) Menentukan banyaknya kelas (Bk) interval dengan menggunakan aturan

stages

Bk = 1 + 3,3 log n (Nana Sudjana, 2001:47)

Keterangan :

Bk = Banyaknya kelas n = Jumlah responden

c) Menggunakan panjang interval (P) :

(Nana Sudjana, 2001:47) BK

(27)

Keterangan :

P = Panjang Interval

R = Rentang skor tertinggi – skor terendah Bk = Banyaknya kelas

d) Membuat tabel distribusi frekuensi variabel X dan variabel Y e) Menghitung Mean (M) skor

i i i

f f

 

 .X

X (Nana Sudjana, 2001:68)

Keterangan :

= Nilai Rata-rata

f 1 = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x X1 = Tanda kelas interval

f) Membuat tabel distribusi untuk harga-harga yang diperlukan dan uji Chi-Kuadrat, yaitu:

(1) Menentukan batas interval

(2) Menentukan angka baku (Z) dengan rumus:

S

X interval kelas

batas

Z  (Nana Sudjana, 2001:68)

(3) Menentukan batas luas tiap kelas interval ( L ) dengan rumus: L = Ztabel (1)– Ztabel (2)

(4) Menentukan frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan cara mengalikan luas kelas interval dengan jumlah responden (n)

Ei = L x n

(5) Menghitung besarnya distribusi Chi-Kuadrat dengan rumus:

(Nana Sudjana,1996:273)

Ei Ei Oi

2 2

(28)

Keterangan: 2

= Chi-Kuadrat

Oi = Frekuensi hasil pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian normalitas adalah data berdistribusi normal jika 2hitung <2tabel dengan derajat kebebasan (dk = d-3) pada taraf nyata α = 0,05 begitu juga sebaliknya data berdistribusi tidak normal jika 2hitung >2tabel. Jika pada uji normalitas diketahui kedua variabel X dan Y berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik, sebaliknya jika salah satu atau kedua variabel X dan Y berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji statistik non parametrik.

b. Uji Linieritas Regresi

Uji linieritas regresi, untuk mengetahui apakah data tersebar disekitar garis linier atau tidak. Pengujian linieritas regresi menggunakan rumus fisher (F), dengan langkah sebagai berikut:

1) Mencari harga persamaan regresi variabel X dan Y melalui persamaan regresi linier sederhana: Ŷ= a + bX, dimana harga a dan b diperoleh dari:

 

 

 

   

2

 

2 2 2 2

      X X n Y X XY b X X n XY X X Y a

(Nana Sudjana, 1992:315)

2) Uji Linier dan keberartian regresi, dengan rumus: a) Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi

 

n X JK a 2 ) ( 

[image:28.595.110.512.190.806.2]
(29)

c) Menghitung jumlah kuadrat residu

 a  b a

res Y JK JK

JK

/ 2

 

d) Menghitung kuadrat kekeliruan

   

  

 

          n Y Y JK

JKkk E

2 2

e) Menghitung jumlah kuadrat ketidak cocokan db TCJK resJK kk

f) Menghitung derajat kebebasan kekeliruan db kkdkJK Enk

g) Menghitung derajat kebebasan ketidak cocokan db TCdkJK TCk2

h) Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan

   

K n JK S

Rjk kk E kk

 

 2

i) Menghitung rata-rata kuadrat ketidakcocokan

    2 2    K JK S

Rjk TC TC TC

(30)

k) Menentukan derajat kebebasan regresi b terhadap a l) Menentukan derajat kebebasan residu

dbrn2

m) Menentukan RJKL (b/a) = JK b/a

n) Menentukan jumlah rata-rata kuadrat residu Rjk r S JK res :db r

2 515 

o) Mencari korelasi dengan menghitung Ftabel danFhitung

FhitungRjk TC :Rjk kk dan  

 r ba hitung

Rjk Rjk

F

p) Perolehan hasil penelitian regresi linearitas diuji dengan menggunakan uji

Fisher, dengan maksud untuk mengetahui tingkat keberartian perolehan

persamaan linieritas regresi.

2 ) ( 2

S S

FTC

Kriteria pengujian: Jika Fhitung < Ftabel, maka linieritas data signifikan pada taraf kepercayaan 95 %.

c. Uji Hipotesis

1) Uji Analisis Korelasi

Uji analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (X) yaitu hasil belajar tata rias wajah karakter dengan variabel terikat (Y) yaitu kesiapan menjadi penata rias pemain peran. Perhitungan kadar hubungan variabel X dan Y menggunakan koefisien korelasi Product

Moment dari Person seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto

(2002:146) dengan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono, 2005:212)

  

 

 

n XY X Y

(31)

Keterangan: xy

r = Koefisien korelasi butir item

X = jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba Y = Jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden n = Jumlah responden

Jika data yang tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus Rank Sperman sebagai berikut:

Keterangan:

b12 = Jumlah beda ranking antara variabel X dan variabel Y n = Jumlah responden

[image:31.595.111.512.220.739.2]

Besarnya koefisien korelasi menurut Suharsimi Arikunto (2002:245) diintreprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi r

Korelasi (r) Intreprestasi

Antara 0,800 – 1,00 Antara 0,600 – 0,800 Antara 0,400 – 0,600 Antara 0,200 – 0,400 Antara 0,000 – 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat rendah (tidak berkorelasi) Sumber : Suharsimi (2002:245)

Kemudian harga r yang diperoleh dari perhitungan di uji dengan menggunakan uji t-student untuk menentukan taraf signifikannya, dengan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono, 2005:215) Keterangan:

t = Distribusi t-student

r = Koefisien korelasi butir item

n = Jumlah responden.

(Sugiyono, 2005:215) 2 1 2 r n r t   

1

(32)

Kriteria pengujian hipotesis: tolak hipotesis nol (Ho) apabila thitung > ttabel pada taraf kepercayaan 95%.

2) Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (KD) digunakan untuk menghitung besarnya presentasi hubungan variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus:

Keterangan:

KD : Koefisien Determinasi yang dicari

2

r : kuadrat koefisien korelasi

d. Menganalisis dan Menafsirkan Data

Data yang telah dianalisis kemudian ditafsirkan menurut kriteria yang dikemukakan oleh Mohammad Ali (Rian Andriani, 2008:54) yaitu:

100% : Seluruhnya

99% - 76% : Sebagian besar

75% - 51% : Lebih dari setengahnya

50% : Setengahnya

49% - 26% : Kurang dari setengahnya 25% - 1% : Sebagian kecil

0% : Tidak seorangpun

%

100

2

XY

XY

r

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini didasarkan atas latar belakang masalah, tujuan penelitian, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil perhitungan

tentang “Kontribusi Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter Terhadap Kesiapan

Menjadi Penata Rias Pemain Peran”, kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter

Hasil belajar tata rias wajah karakter berdasarkan hasil penelitian pada umumnya peserta diklat berada pada kriteria tinggi. Hasil belajar tata rias wajah karakter ditinjau dari kemampuan kognitif lebih dari setengahnya berada pada kriteria tinggi, yang berkaitan dengan penguasaan materi tata rias wajah karakter hewan. Hasil belajar tata rias wajah karakter ditinjau dari kemampuan afektif kurang dari setengahnya berada pada kriteria tinggi, yang berkaitan dengan sikap yang positif terhadap materi yang diajarkan salah satunya yaitu banyak menggali ide/mempelajari lebih banyak mengenai tata rias wajah karakter. Hasil belajar tata rias wajah karakter ditinjau dari kemampuan psikomotor lebih dari setengahnya berada pada kriteria tinggi, yang berkaitan dengan keterampilan membuat tata rias wajah karakter hewan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik lebih menguasai tata rias wajah karakter hewan.

2. Kesiapan Menjadi Penata Rias Pemain Peran

Kesiapan menjadi penata rias pemain peran berdasarkan hasil penelitian pada umumnya peserta diklat berada pada kriteria tinggi.

(34)

Heni Sumartini,2013

yang berkaitan dengan sikap dan nilai untuk menjadi penata rias pemain peran yaitu memiliki motivasi yang besar untuk mencari informasi tentang usaha tata rias wajah karakter diantaranya mengikuti latihan merias tata rias wajah karakter. Kesiapan menjadi penata rias wajah karakter ditinjau dari aspek psikomotor lebih dari setengahnya berada pada kriteria tinggi, yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan untuk menjadi penata rias pemain peran, diantaranya terampil dalam membuat tata rias wajah karakter.

3. Kontribusi Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter Terhadap Kesiapan

Menjadi Penata Rias Pemain Peran

Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi positif yang signifikan dari hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesisi Kerja (Ha) yang diajukan diterima, yakni terdapat kontribusi positif yang signifikan dari hasil belajar tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

4. Besarnya Kontribusi Hasil Belajar Tata Rias Wajah Karakter Terhadap

Kesiapan Menjadi Penata Rias Pemain Peran

(35)

B. Saran

Saran disusun berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran penelitian ditujukan kepada:

1. Peserta Diklat Program Keahlian Tata Kecantikan Kulit Kelas XII SMK Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 pada umumnya menunjukan sebagian besar kontribusi hasil belajar tata rias wajah karakter, hasil yang telah di capai hendaknya dijadikan motivasi untuk lebih mengembangkan serta memperluas wawasan tentang tata rias wajah karakter terhadap kesiapan menjadi penata rias pemain peran.

2. Staf pengajar (Guru)

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. ( 1987). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Bhineka Cipta

AS, Suprian. (1994). Modul Statistika. Bandung : FPTK UPI.

Apsari, DAS. (2003). Modul Tata kecantikan. [online] Tersedia: http//www.dikmenjur.com. (3 januari 2010)

Depdikbud. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta. Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional UPI. (2009). Kurikulum Ketentuan Pokok Dan Struktur

Program. Bandung : Universitas Pendidkan Indonesia. Tidak diterbitkan

Departemen Pendidikan Nasional (2006). KBK Tata Kecantikan Kulit. Direktorat Jendral Pendidikan Luar sekolah. UPI

Departemen Kesehatan RI (2001). Kosmetologi Tata Kecantikan Kulit. Departemen Kesehatan RI

GBPP SMK Bidang Tata Kecantikan Kulit. (2004). SMKN 9 Bandung Modul Pembelajaran Merias Wajah Karakter. (2000). SMKN 9 Bandung Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Program Pembelajaran Mata Diklat Merias Wajah Karakter (2009). SMKN 9 Bandung

Riduwan, M.B.A. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N. (2009). Pengelolaan Hasil Belajar. Bandung : CV. Sinar Baru Silabus Mata Diklat Merias Wajah Karakter. (2009). SMKN 9 Bandung

(37)

Sugiono. (2005). Metode penelitian. Bandung : Remaja Rosda Karya

Surakhmad, Winarno. (2002). Pengantar penelitian ilmiah dengan metode teknik. Bandung : Tarsito

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Syah, Muhibin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Undang-undang Republik Indonesia No.20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara

Wikipedia. (2010). Tata Rias Wajah Karakter. [Online]. Halaman 1. Tersedia :

http/karakterwajah.com. (15 Oktober 2009)

Wikipedia. (2010). Tata Rias Wajah. [Online]. Tersedia : http/Dikmenjur.com (26 januari 2010)

Wikipedia. (2010). Tata Rias Wajah. [Online]. Tersedia : http/makeupkucing.com (15 oktober 2010)

Wikipedia. (2010). Tata Rias Wajah. [Online]. Tersedia : http/makeupharimau.com (28 November 2010)

(38)

Gambar

Tabel 3.1   Interpretasi Nilai r  ................................................................................
Grafik
Gambar                                                                                                              Hal
tabel. Jika pada uji
+2

Referensi

Dokumen terkait

Putri Chairina Zulfiani, NIM. Analisis Hasil Rias Wajah Foto Siswa Tata Kecantikan SMK Negeri 1 Beringin. Program Studi Tata Rias. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Melalui pemahaman karakteristik dan simbol pada tata rias wajah punakawan wayang orang sriwedari Surakarta dalam pembelajaran formal maupun nonformal diharapkan

Manfaat hasil pelatihan tata rias pengantin Solo putri yang berkaitan dengan kemampuan penguasaan pengetahuan alat dan kosmetik tata rias pengantin Solo putri

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan teknik rias wajah panggung dengan hasil rias wajah karakter orang tua pada siswa kelas

Proyek akhir ini bertujuan untuk: 1) Mendisain kostum, pelengkap kostum dan tata rias wajah karakter, pada tokoh Subali dengan konsep “The Futuristic of Ramayana”. 2)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kontribusi Hasil Belajar Melakukan Rias Wajah Cikatri Terhadap Kemampuan Merias Cacat Wajah Cikatri ini sepenuhnya karya

Jadi dengan melihat karakteristik dan makna simbolik tata rias wajah Bagong menunjukkan kalau alis Bagong tidak mempunyai nilai pendidikan karakter karena bagong tidak konsisten;

Pembuatan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk: 1) Merancang tata rias wajah untuk karakter, penataan rambut, body painting, dan kostum yang akan digunakan oleh jin dalam