• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. REIZADKHA SURYA UTAMA C9508043

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "M. REIZADKHA SURYA UTAMA C9508043"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ILUSTRASI C ERITA BERGAMBAR BER TEMA

PENCEGAHAN KORUPSI SEJ AK DINI SEBAGAI

MEDIA KOMUNIKASI VISUAL UNTUK ANAK

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir

Sebagai Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

D3 Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh :

M. REIZADKHA SURYA UTAMA

C9508043

PROGRAM STUDI D3 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai,

(mengerjakan suatu pekerjaan), maka bersusah payahlah (mengerjakan yang lain).

Dan kepada Tuhanmu, berharaplah.

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

1. Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta.

2. Presella tersayang.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat serta berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tugas Akhir dengan judul “ ILUSTRASI CERITA BERGAMBAR BERTEMA PENCEGAHAN KORUPSI SEJ AK DINI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL UNTUK ANAK ” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Jurusan Desain Komunikasi Visual Falkutas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis dari awal hingga akhir dalam melaksanakan karya Tugas Akhir, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Falkutas Sastra dan Seni Rupa UNS. 2. Drs. Ahmad Adib, M.Hum, Ph.D selaku Ketua Program Studi D3 desain Komunikasi

Visual.

3. Jazuli A. Moenib, S.Sn. selaku pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

4. Arief Iman Santoso, S.Sn selaku pembimbing II, yang dengan sabar dalam membimbing dan mengarahkan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

5. Laksono Widiyanto dan seluruh staf Tata Usaha yang telah membantu dan memberi informasi.

(7)

commit to user

vii

Penulis beharap semoga laporan karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis juga memohon maaf jika dalam penulisan ada pihak yang merasa dirugikan, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Surakarta, Desember 2011

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL...i

HALAMAN PERSETUJ UAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

BAB I . PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penulisan / Perencanaan ...3

BAB II . IDENTIFIKASI DATA...4

A. Data Produk...4

1. Korupsi... 4

2. Cergam...8

B. Target Market dan Audience...19

C. Komparasi...21

1. Pemburu Koruptor ...21

2. Petualangan Dombi Jalan-Jalan Ke Gunung...23

BAB III . KONSEP PERANCANGAN...25

A. Konsep Karya ...25

B. Konsep Perancangan ...29

(9)

commit to user

ix

D. Detail Teknis Karya...46

E. Perencanaan dan Penempatan Media...50

BAB IV . VISUALISASI KARYA ...54

A. Logo... 54 B. Media Pendukung...58

BAB V . PENUTUP...66

A. Simpulan...66

B. Saran...67

DAFTAR PUSTAKA...68

(10)

MEDIA KOMUNIKASI VISUAL UNTUK ANAK

M. Reizadkha Surya Utama 1

Jazuli A. Munib, S.Sn 2 Arief Iman Santoso, S.Sn 3

ABSTRAK

2012. Pengantar tugas akhir ini berjudul Ilustrasi Cerita Bergambar Bertema Pencegahan Korupsi Sejak Dini sebagai Media Komunikasi Visual untuk Anak. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana merancang sebuah cerita bergambar bertema edukasi dengan tema pencegahan korupsi sejak dini untuk anak-anak sehingga dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dari perancangan ini adalah merancang ilustrasi cerita bergambar bertema pencegahan korupsi sejak dini sebagai media komunkasi visual untuk anak dengan menggunakan ilustrasi gambar dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak kecil. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Untuk memberi pemahaman tentang korupsi kepada anak diperlukan media yang familiar dan mudah terjangkau salah satunya adalah dengan media buku cerita bergambar. Oleh karena itu, dibuatlah perancangan buku cerita bergambar bertema korupsi dengan cerita dan ilustrasi yang menarik sehingga pesan yang ada di dalam cerita dapat tersampaikan dengan baik kepada anak-anak.

1

Mahasiswa DIII Desain Komunikasi Visual dengan NIM C9508043

2

Dosen Pembimbing I

3

(11)

VISUAL COMMUNICATION MEDIA FOR CHILDREN

M. Reizadkha Surya Utama 1

Jazuli A. Munib, S.Sn 2 Arief Iman Santoso, S.Sn 3

ABSTRAK

2012. Introduction to this thesis, entitled Illustration Comic

with Themed Prevention of Corruption Since Early as Visual

Communication Media for Children. The problem studied is

how to design an education-themed picture with the theme of

prevention of corruption from an early age to the children so

it can be properly conveyed. The purpose of this design is to

design a themed pictorial illustration of the story since the

early prevention of corruption as a medium of personal

communication for children with visual images and

illustrations using language easily understood by young

children. Corruption in Indonesia developing systemically.

For many people corruption is no longer a violation of law,

but merely a habit. To give children an understanding of

corruption to the media needed a familiar and easy to reach

one of them is the media picture books. Therefore, the design

was made corruption-themed picture books with interesting

stories and illustrations so that the message in the story can

be conveyed very well to children.

1

DIII student of Visual Communication Design with NIM C9508043

2

Supervisor I

3

(12)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Korupsi berasal dari kata bahasa Latin corrumpere yang bermakna

busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, atau menyogok. Secara umum

korupsi adalah perilaku seseorang yang secara tidak wajar dan tidak legal

memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka. Di dalam

lingkup keluarga, orang tua memiliki peranan penting dalam menanamkan

pemahaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak.

Melatih anak untuk selalu bersikap jujur, adil, serta bertanggung jawab

merupakan dasar dari nilai-nilai anti korupsi. Penyampaian nilai-nilai anti korupsi

kepada anak yang masih kecil berbeda dengan remaja dan orang dewasa yang

sudah lebih mudah menyerap ilmu secara lisan. Anak yang masih kecil harus

diberi pengertian tentang perbuatan yang dapat menumbuhkan bibit korupsi

dengan menggunakan media penunjang selain pengertian secara lisan. Media

penunjang lain tersebut dapat berupa dongeng, film, lagu, ataupun cerita

bergambar.

Cerita bergambar (cergam) adalah suatu bentuk seni yang menggunakan

gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga

(13)

commit to user

dengan teks. Dalam perkembangannya, cergam tidak hanya digunakan sebagai

hiburan. Unsur pendidikan, kritik sosial, politik juga tidak jarang diangkat

menjadi sebuah cerita dalam cergam, namun tetap tidak meninggalkan sisi

hiburan. Dengan menggunakan media cerita bergambar, informasi yang

disampaikan dapat lebih diserap oleh pembaca semua umur.

Cerita bergambar merupakan media yang tepat dalam menyampaikan

informasi kepada anak yang masih kecil. Anak-anak di usia dini belum tertarik

untuk membaca buku yang berisi banyak teks tanpa gambar. Buku cerita

bergambar akan memuaskan keinginan mereka akan visualisasi. Gambar-gambar

dalam buku ini juga akan mempermudah anak dalam menangkap isi cerita.

Penulis memilih media cerita bergambar dalam menyampaikan informasi

tentang nilai-nilai anti korupsi kepada anak karena selain terjangkau untuk semua

kalangan, cerita bergambar lebih dapat melatih imajinasi anak dalam memahami

isi sebuah cerita. Dengan mengetahui isi dari cerita yang ada, maka makna /

informasi yang disampaikan dapat tertangkap dengan baik oleh anak.

Penulis yang bergaya kartun (non realis) dalam menggambar, mengangkat

cerita bergambar bertema edukasi untuk menyampaikan nilai-nilai anti korupsi

kepada anak. Dengan target pembaca adalah anak kecil usia lima sampai sembilan

tahun. Memakai bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis menyusun tugas akhir

dengan judul : “Ilustr asi Cer ita Ber gambar Ber tema Pencegahan Kor upsi

(14)

commit to user

B.

Rumusan Masalah

Kendala yang dialami penulis dalam membuat cergam edukasi dengan

tema pencegahan korupsi sejak dini adalah :

1. Bagaimana merancang ilustrasi cerita bergambar bertema pencegahan korupsi

sejak dini sebagai media komunkasi visual untuk anak?

2. Bagaimana menentukan media promosi yang tepat untuk cerita bergambar

bertema pencegahan korupsi sejak dini kepada orang tua dan masyarakat

luas?

C.

Tujuan Penulisan / Per encanaan

Adapun tujuan penulis dalam pembuatan cerita bergambar bertemakan

pencegahan korupsi sejak dini ini adalah :

1. Merancang ilutrasi cerita bergambar bertema pencegahan korupsi sejak dini

[image:14.612.129.507.196.479.2]

sebagai media komunkasi visual untuk anak dengan menggunakan ilustrasi

gambar dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak kecil.

2. Merancang media promosi yang kreatif untuk cerita bergambar bertema

pencegahan korupsi sejak dini agar dapat menarik minat dari konsumen tidak

(15)

commit to user

4

BAB II

IDENTIF IKASI DATA

A.

Data Produk

1. Kor upsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin corruption dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, atau menyogok. Secara

harfiah, korupsi adalah perilaku seseorang yang secara tidak wajar dan tidak legal

memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi lebih

sering dilakukan oleh pejabat publik dengan menyalahgunakan jabatan yang

dimiliki walaupun dengan tidak menutup kemungkinan dilakukan pula oleh

masyarakat kecil.

a. Jenis – Jenis Korupsi

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar

mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1) Perbuatan melawan hukum.

Pengetian melawan hukum haruslah ditinjau dari segi formiil

dan materiil yaitu perbuatan yang bertentangan dengan hukum

tertulis termasuk di dalamnya perbuatan yang dilakukan tanpa hak

dan perbuatan tercela atau tidak patut menurut norma kehidupan

(16)

commit to user

2) Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.

Seseorang dengan jabatan atau kedudukan tertentu akan

memiliki wewenang, kesempatan, dan sarana tertentu yang dapat

digunakan untuk menjalankan tugas dan kewajiban dengan

rambu-rambu tertentu. Apabila rambu-rambu-rambu-rambu itu dilanggar maka dapat

dikatakan telah terjadi penyalahgunaan wewenang, kesempatan, dan

sarana yang dimiliki jabatannya.

3) Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.

Memiliki arti penambahan kekayaan seseorang atau suatu

korporasi yang tidak seimbang dengan penghasilan atau sumber

penambahan kekayaan lainnya. Apabila seseorang tidak dapat

membuktikan kekayaannya yang tidak seimbang tersebut, maka

telah dianggap melakukan tindak pidana korupsi.

4) Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Adanya tindak pidana korupsi yang telah dirumuskan bukan

dengan timbulnya akibat dapat diartikan bahwa perbuatan korupsi

telah terpenuhi/terbukti apabila perbuatannya cukup berpotensi

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara selain unsure

melawan hukum dan memperkaya juga terpenuhi. Jadi, tidak

diharuskan negara mengalami kerugian nyata atas perbuatan

(17)

commit to user

b. Kasus Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak

orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum,

melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian

perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi

paling rendah.

Pada Era Reformasi saat ini, hampir seluruh elemen penyelenggara

negara sudah terjangkit virus korupsi yang sangat ganas. Di era

pemerintahan orde baru, korupsi sudah membudaya sekali,

kebenarannya tidak terbantahkan. Orde baru yang bertujuan meluruskan

dan melakukan koreksi total terhadap orde lama serta melaksanakan

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen, namun yang

terjadi justru orde Baru lama-lama rnenjadi orde lama juga dan Pancasila

maupun UUD 1945 belum pernah diamalkan secara murni, kecuali

secara konkesuen alias kelamaan.

Kemudian, Presiden BJ Habibie pernah mengeluarkan UU Nomor

28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas

dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti

KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman, Presiden berikutnya,

Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (TGPTPK).

Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki

(18)

commit to user

semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari anggota tim,

melalui suatu review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan.

Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya.

pemberantasan KKN.

Di samping membubarkan TGPTPK, Gus Dur juga dianggap

sebagian masyarakat tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang dapat

mendukung upaya pemberantasan korupsi. Kegemaran beliau melakukan

pertemuan-pertemuan di luar agenda kepresidenan bahkan di

tempat-tempat yang tidak pantas dalam kapasitasnya sebagai presiden,

melahirkan kecurigaan masyarakat bahwa Gus Dur sedang melakukan

proses tawar-menawar tingkat tinggi.

Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan

konglomerat Sofyan Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah

Penghentian Penyidikan (SP3) dari Jaksa Agung Marzuki Darusman.

Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate. Gus Dur lengser, Mega pun

menggantikannya melalui apa yang disebut sebagai kompromi politik.

Laksamana Sukardi sebagai Menneg BUMN tak luput dari pembicaraan

di masyarakat karena kebijaksanaannya menjual aset-aset negara.

Di masa pemerintahan Megawati pula kita rnelihat dengan kasat

mata wibawa hukum semakin merosot, di mana yang menonjol adalah

otoritas kekuasaan. Lihat saja betapa mudahnya konglomerat bermasalah

bisa mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke luar negeri.

(19)

commit to user

Nursalim, The Nien King, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan

eksekusi putusan MA, pemberian fasilitas MSAA kepada konglomerat

yang utangnya macet, menjadi bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak

serius dalam upaya memberantas korupsi, Masyarakat menilai bahwa

pemerintah masih memberi perlindungan kepada para pengusaha besar

yang nota bene memberi andil bagi kebangkrutan perekonomian

nasional. Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa.

Belakangan kasus-kasus korupsi merebak pula di sejumlah DPRD era

Reformasi. Selain itu sekarang sudah sering kita lihat kasus korupsi yang

sangat beraneka macam mulai dari kasus Bank Century hingga kasus

mafia pajak yang tidak kunjung jelas penyelesaiannya.

(swaramuslim.net)

Korupsi yang sudah begitu memasyarakat di Indonesia dikarenakan

berbagai faktor yang secara tidak langsung membuat seseorang

melakukan tindak korupsi. Faktor yang mempengaruhi munculnya

korupsi antara lain lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri

dan jaringan "teman lama", lemahnya ketertiban hukum, lemahnya

profesi hukum, serta lemahnya moral pribadi orang itu sendiri.

(www.ti.or.id)

2. Cer gam

Komik atau comic adalah sebutan internasional untuk cerita yang dituturkan

(20)

sendiri-commit to user

sendiri, misalnya Jepang dengan Manga, Cina dengan Manhua, Korea dengan

Manhwa, dan Indonesia dengan Cergam. Jadi mulai saat ini kita akan

membiasakan diri menyebut karya bergambar masing-masing negara sesuai

sebutan negara asalnya. Bentuk komik atau cergam bisa strip (sebaris panel) yang

dimuat di Koran atau majalah, atau dikompilasi dalam satu buku, bisa sekali

tamat, bisa berjilit-jilit. Pada perkembangannya, muncul istilah gra phic novel

alias novel grafis.

Cergam kerap diindentikkan sebagai buku atau kertas yang diberi

gambar-gambar dan jalinan cerita. Menurut Marcel Borneff istilah cergam mengikuti

istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya

menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi

kebahasaan atau etimologis kata-nya. Tetapi menilik kembali pada kelahiran

komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis

Laccasin sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks

bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan

sebagai jati diri komik lainnya.

a. Cergam di Indonesia saat ini

Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan

kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk

mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan mengacu kepada

banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa

[image:20.612.130.508.222.458.2]
(21)

commit to user

pasar dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit

komik bajakan.

Selain itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan

kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah imej komik

Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar dan

muda.

Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia,

yaitu Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan

stereotype manga).

Komikus yang memilih style ini kebanyakan memang

mereferensikan karya mereka pada komikus-komikus Amerika.

Sebagian dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk produksi komik

Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan beraliran gaya

Amerika antara lain Donny Kurniawan dan Alfa Roby.

Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan

berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti

julliedillon.net, howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat

banyak informasi pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama

komikus Indonesia dengan aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan

nama pengarangnya disamarkan dengan nickname masing-masing di

dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan sulitnya

mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa pengarang komik

(22)

commit to user

(nama samaran Sentimental Amethyst), Anzu Hizawa, Is Yuniarto dan

John G.Reinhart. Beberapa Studio Komik juga pernah membuat

karya-karya yang berciri aliran Jepang salah satunya adalah Komikers.

Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik

dari luar Indonesia, munculah komik-komik independen (lokal).

Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan

eksperimental. Banyak komikus-komikus indie (independen)

mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka.

Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik

dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus

yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan,

dengan motto 'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya

tidak untuk tujuan komersil. Beberapa studio komik Independen antara

lain: Daging Tumbuh dan Bengkel Qomik.

Sejalan dengan kemajuan teknologi dan internet, banyak komikus

Indonesia yang mempublikasikan karya-karyanya di internet seperti

melalui blog atau web komik. Contoh website yang menjadi tempat

publikasi di internet adalah komikoo.com situs pertama di Indonesia

yang memberikan kesempatan bagi para anggotanya untuk mengupload

komik mereka, yang kemudian diikuti oleh situs www.ngomik.com

(23)

commit to user

b. Jenis – Jenis Cerita Bergambar Anak

Berikut adalah jenis-jenis model cerita bergambar dengan

penjabaran sebagai berikut :

1) Ba by books

Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan

materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and

nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi

cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan

ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi).

Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi

materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana

berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan

keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan

warna, angka, bentuk, dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan

banyak yang berbentuk boa rd books (buku yang kertasnya sangat

tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk

tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku

yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur

tertentu). Belum ada penerbit Indonesia yang menggarap serius

buku anak genre ini, tetapi dapat dilihat contohnya pada

(24)

commit to user

2) Picture books

Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk

anak usia 4 – 8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun

rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu

karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan

menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi

memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam

penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan

lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca

yang memasuki masa-masa puncak di spektrum usianya. Buku

genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya

penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini

dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48

(25)

commit to user

3) Ea rly picture books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi

sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun.

Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak

buku genre ini yang dicetak ulang dalam format boa rd book untuk

melebarkan jangkauan pembacanya. The Very Hungry

Caterpilla r (Philomel Publishing) karya Eric Ca rle salah satu

contohnya. Ea sy rea ders juga dikenal dengan sebutan ea sy-to-read,

buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai

membaca sendiri (usia 6 – 8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi

berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit

lebih “dewasa”: ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan

ceritanya dibagi dalam bab- bab pendek. Tebal buku biasanya 32 –

64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200–1.500 kata,

(26)

commit to user

aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat

sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2– 5 kalimat di

tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Ha rper Trophy

merupakan contoh terbaik buku genre ini.

4) Transition books

Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”,

untuk anak usia 6–9 tahun. Merupakan jembatan penghubung

antara genre ea sy rea ders dan chapter books. Gaya penulisannya

persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya

sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2 – 3 halaman per bab),

ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi

dengan ilustrasi hitam- putih di beberapa halaman. Seria l The Kids

of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young

Yea rling Publishing) dan seri Stepping Stone Books yang

(27)

commit to user

5) Chapter books

Untuk usia 7–10 tahun, terdiri dari naskah setebal 45 – 60

halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab.

Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun

tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan.

Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai

pendek (rata-rata 2 – 4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita

di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah

kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus

membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy

Kline (Puffin Publishing) dan Ra mona karya Beverly Cleary

(Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.

6) Middle grade

Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam

(28)

commit to user

mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak

karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan

tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik

dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan

keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau

lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam

mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau

petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi

antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multi budaya.

7) Young a dult

Naskahnya antara 130–200 halaman, genre ini untuk anak

usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet” dengan

banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang

difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan

kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton

menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang

menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali

diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-a ge (usia 10–14 tahun)

perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi

remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding

untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan

nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku

(29)

commit to user

atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan

untuk pembaca di kelas sekolah menengah. (cornerstonestudio

(30)

commit to user

B.

Target Mar ket dan Audience

Dalam perancangan pembuatan cergam bertema pencegahan korupsi sejak

dini, harus jelas target sasarannya. Karena dengan menetukan target sasaran, maka

cergam dapat lebih jelas dan tepat mengena di pasaran. Target sasaran dibagi

menjadi dua yaitu target market (target primer) dan target audience (target

skunder). Target market cergam bertema pencegahan korupsi sejak dini adalah

anak-anak usia 5 – 9 tahun, sedang target audiencenya adalah para orang tua yang

memiliki anak usia 5 – 9 tahun sebagai media pendamping anak-anaknya.

Khalayak sasaran memilik beberapa unsur yang harus diperhatikan antara lain :

1. Target Market

a. Demografis

1) Jenis Kelamin : Perempuan dan laki-laki

2) Usia : 5 – 9 tahun

3) Kelas Sosial : Kelas ekonomi menengah sampai dengan kelas

ekonomi menengah ke atas

b. Geografis : Wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya (Boyolali,

Klaten, Sragen, Karanganyar, Wonogiri)

c. Psikografis

1) Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru

2) Anak-anak yang menyukai buku cerita bergambar.

(31)

commit to user

2. Target Audience

a. Demografis

1) Jenis Kelamin : Perempuan dan laki-laki

2) Usia : 25 - 60 tahun

3) Kelas Sosial : Kelas ekonomi menengah sampai dengan kelas

ekonomi menengah ke atas

b. Geografis : Wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya (Boyolali,

Klaten, Sragen, Karanganyar, Wonogiri)

c. Psikografis

1) Kritis dan perhatian pada perkembangan anak.

(32)

commit to user

C.

Kompar asi

Komparasi produk dalam hal ini cerita bergambar yang memiliki kesamaan

yang sama, baik secara visual, cerita maupun pendistribusian. Adapun cergam

sejenis yang dapat dijadikan sebagai perbandingan yaitu :

1. Pembur u Kor uptor (Pajak Bukan Palak)

Sebuah komik anti korupsi yang menampilkan tokoh remaja Tara, Imel

dan Tifa, (yang menamakan diri "pemburu koruptor") menggulung kawanan

tindak kolusi dan korupsi para oknum dikantor Pajak. Korupsi berawal dari

kekuasaan. Kekuasaan tanpa suara hati, dan ketika suara hati diabaikan

kekacauan terjadi. Ayah Tara Yang bekerja dikantor pajak menjadi terkucil

diantara temen-temannya yang korup. Akibatnya Ayah tertekan, dan Tara

(33)

commit to user

pemberani), dan Tifa (yang jenius). Cukup sudah para koruptor beraksi dan

bersembunyi, kini saatnya mereka diburu.

Tema Cergam : Memberantas Perilaku Korupsi

Format Cergam : Komik Buku

Gaya Gambar : Realis

Visualisasi : Cover full colour dan halaman hitam putih

Pengarang : Komisi Pemberantasan Korupsi

Penerbit : Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006

Buku cerita bergambar ini mempunyai alur yang teratur dan mudah

dipahami oleh para pembaca bahkan anak kecil. Memiliki pesan untuk

memberantas korupsi yang ada disekitar kita. Namun, terdapat beberapa istilah

yang masih tidak dipahami anak kecil yang tidak dijelaskan. Serta banyaknya

(34)

commit to user

2. Petua langan Dombi J alan-jalan ke Gunung

Petualangan Dombi, Shepi, dan Gembala kali ini adalah jalan-jalan ke

gunung mengunjungi paman Gembala. Dombi dan shepi sangat senang karena

belum pernah pergi ke gunung. Namun, sesampainya di gunung mereka

bertemu dengan gadis kecil yang adiknya baru saja diculik monster. Monster

itu bernama Yeti dan dikenal sering menculik anak kecil. Dombi, Shepi, dan

Gembala sepakat untuk menolong gadis itu.

Tema Cergam : Petualangan

Format Cergam : Komik Buku

Gaya Gambar : Kartun

Visualisasi : Cover dan halaman full colour

Pengarang : Ricky Gunawan

(35)

commit to user

Buku cerita bergambar ini mempunyai alur yang teratur dan mudah

dipahami anak kecil. Gambar yang menarik dan halaman berwarna dapat

menarik minat pembaca anak-anak. Namun terkadang ada gambar yang tidak

sesuai dengan cerita dalam narasinya. Sudut pandang yang tidak lazim kadang

(36)

commit to user

25

BAB III

KONSEP PERANCANGAN

A.

Konsep Kar ya

Perancangan dalam sebuah cerita bergambar sangat perlu menentukan konsep

sebagai dasar acuan berkarya sehingga sistematis. Konsep karya tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan Tema

Tema yang diangkat penulis dalam cergam pencegahan korupsi sejak dini

adalah tema edukasi untuk anak-anak yang ceritanya mengenai sifat-sifat anak

yang kelak dapat menumbuhkan bibit korupsi sehingga harus diantisipasi

sejak dini. Selain dapat menjadi pelajaran juga berfungsi sebagai bacaan yang

menghibur.

2. Menentukan Judul Cerita Bergambar

Dalam perancangan cergam pencegahan korupsi sejak dini harus memiliki

judul cergam yang jelas agar dapat lebih mudah dikenal masyarakat. Penulis

mengambil judul “Boru, Si Anak Korup”. Boru adalah tokoh utama dalam

cerita bergambar ini. Alasan pengambilan nama Boru karena disesuaikan

dengan kata korup, sehingga rimanya dapat lebih enak terdengar di telinga.

3. Menentukan Gaya Gambar Ilustrasi

Gaya ilustrasi muncul sebagai produk tambahan dari seorang komikus

sekaligus sebagai identitas komikus dalam karyanya. Sedangkan gaya ilustrasi

(37)

commit to user

spesifikasi karakter yang imut dan lucu (chibi). Alasan pemilihan gaya ini

karena target dalam cergam ini adalah anak-anak yang lebih menyukai

karakter yang lucu dan menggemaskan.

4. Menentukan Ide Cerita

Menentukan ide cerita adalah tahapan awal dalam perancangan komik. Ide

yang didapat oleh penulis terinspirasi dari berita sehari-hari yang ada di sekitar

kita dimana berita korupsi sudah menjadi hal yang biasa. Oleh karena itu

pencegahan korupsi sejak dini benar-benar perlu dilakukan.

Beberapa perilaku menyimpang yang kadang dilakukan oleh anak-anak

yang dianggap biasa jika dibiarkan berlanjut terus-menerus akan dapat

menimbulkan bibit korupsi di kemudian hari. Tidak hanya dalam korupsi

uang, namun juga korupsi waktu dan korupsi ilmu. Perilaku menyimpang

tersebut yang penulis angkat sebagai ide cerita dalam cergam pencegahan

korupsi sejak dini ini.

5. Menentukan Storyline

Cerita bergambar ini akan dibagi dalam tiga judul atau chapter dengan

menggunakan cerita yang berbeda tiap chapternya, hal ini diharapkan supaya

anak-anak tidak cepat merasa bosan dalam membaca cerita bergambar.

Halaman 1 : Judul Cerita Pertama “Mengutil”

Halaman 2 : Boru diberi uang untuk membeli beras di warung.

Halaman 3 : Boru menuju warung yang agak jauh dari rumah.

Halaman 4 : Boru sampai di warung dan membeli beras.

(38)

commit to user

Halaman 6 : Boru kepanasan saat pulang.

Halaman 7 : Boru membeli es krim dengan uang kembalian.

Halaman 8 : Boru makan eskrim di taman.

Halaman 9 : Boru menyerahkan beras pada ibu tanpa uang kembalian.

Halaman 10 : Boru sakit perut dan ibu memberi obat.

Halaman 11 : Boru minta maaf karena tidak jujur memakai uang

kembalian untuk jajan sehingga sakit perut.

Halaman 12 : Kesimpulan Cerita Pertama

Halaman 13 : Judul Cerita Kedua “Jam Karet”

Halaman 14 : Sepulang sekolah Boru beristirahat di kamar sambil

tiduran.

Halaman 15 : Boru malas pergi les dan berniat datang terlambat.

Halaman 16 : Boru berangkat ke tempat les tanpa merasa bersalah

padahal sudah terlambat.

Halaman 17 : Boru tidak mendengarkan penjelasan les malah

membaca komik.

Halaman 18 : Bel tanda selesai les berbunyi, Boru merasa gembira.

Halaman 19 : Boru kembali berangkat terlambat keesokan harinya.

Halaman 20 : Boru terkejut ketika ada ujian mendadak.

Halaman 21 : Boru cemas karena tidak ada tambahan waktu dan tidak

dapat mengerjakan ujian tersebut.

(39)

commit to user

Halaman 23 : Boru menyesal telah sengaja terlambat dan minta maaf

pada Ibu.

Halaman 24 : Kesimpulan Cerita Kedua

Halaman 25 : Judul Cerita Ketiga “Mencontek”

Halaman 26 : Boru keluar halaman sekolah dengan tergesa-gesa.

Halaman 27 : Boru bermain di rental playstation dekat sekolah.

Halaman 28 : Boru malas belajar karena terlalu banyak bermain dan

berpikir untuk membuat contekan.

Halaman 29 : Boru ketiduran saat membuat contekan karena terlalu

kelelahan.

Halaman 30 : Boru bangun kesiangan.

Halaman 31 : Boru bersiap ke sekolah dengan tergesa-gesa.

Halaman 32 : Boru mengayuh sepeda dengan cepat agar tidak

terlambat.

Halaman 33 : Boru mengerjakan ulangan dengan cemas.

Halaman 34 : Boru membuka buku pelajaran yang ada di dalam laci.

Halaman 35 : Boru kaget ketika Bu Guru menghampirinya.

Halaman 36 : Bu Guru mengambil Buku pelajaran yang ada di laci

Boru.

Halaman 37 : Boru dimarahi Bu Guru karena sudah mencontek.

(40)

commit to user

B.

Konsep Perancangan

Dalam cergam “Boru, Si Anak Korup” ini cara pengerjaan gambar dari awal

hingga akhir adalah sebagai berikut :

1. Sketsa Kasar

Proses pembuatan cergam yakni dimulai dengan membuat sketsa kasar

sesuai storyline yang telah ditentukan sebelumnya. Alat yang dibutuhkan

untuk sketsa yakni pensil mekanik ataupun pensil kayu. Biasanya para

cergamis menggambar di atas kertas dengan ukuran minimal dua kali lebih

besar dari hasil jadi cergamnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menambahkan detail pada gambar. Selain itu, sketsa dibutuhkan untuk

menciptakan karakter dari anatomi tubuhnya hingga pakaian yang dikenakan

(41)

commit to user

2. Penintaan

Penintaan adalah proses untuk menghaluskan gambar sketsa dengan cara

menjiplak atau istilah lainnya tracing yang disempurnakan dengan tinta agar

(42)

commit to user

3. Pewarnaan

Proses pewarnaan cergam dapat dilakukan dengan cara manual maupun

digital. Namun penulis lebih memilih dengan cara digital atau menggunakan

komputer dengan bantuan software seperti Adobe Photoshop atau Corel Draw

karena dianggap lebih mudah dan efektif. Di setiap proses pewarnaan perlu

dilakukan pertimbangan untuk produk, acara dan alasan mengapa penggunaan

warna tersebut dipilih. Hal tersebut berkenaan dengan beberapa artian makna

yang terkandung di dalam setiap ragam warna yang akan dipakai dalam

ilustrasi karena mampu menjelaskan ide yang ada pada setiap rancangan

(43)

commit to user

4. Lettering

Lettering merupakan proses pembubuhan teks pada sebuah ilustrasi yang

berfungsi sebagai keterangan tentang keadaan yang digambarkan dalam

ilustrasi. Teks dapat berupa narasi maupun perkataan yang diucapkan oleh

tokoh yang ada dalam ilustrasi sehingga lebih memberikan informasi kepada

pembaca dalam memahami cerita dalam sebuah cergam. Penempatan teks

disesuaikan dengan ruang kosong yang ada di dalam ilustrasi sehingga tidak

(44)

commit to user

C.

Teknik Pelaksanaan

Setelah menetukan konsep perancangan maka pelaksanaan pembuatan cergam

Boru Si Anak Korup dengan teknik perancangan sebagai berikut :

1. Desain Logo Judul

Logo merupakan suatu lambang atau tanda dari sebuah produk yang

berupa tulisan, gambar, maupun kombinasi antara tulisan dan gambar. Dalam

logo cerita bergambar Boru, Si Anak Korup penulis menggunakan kombinasi

gmabar karakter Boru dan typografi Boru dengan huruf Baby Kruffy serta

typografi Si Anak korup dengan huruf Arial Rounded MT Bold. Gambar

karakter merupakan identitas yang dapat memberikan informasi tentang tokoh

dalam buku cerita bergamabar Boru, Si Anak korup. Sedangkan Baby Kruffy

yang memiliki karakter ceria dan penulis sesuaikan porsinya sehingga dapat

menjadi logo yang menarik. Font Arial MT Rounded mempunyai sifat simple

penulis letakkan di bawah kata Boru yang berfungsi sebagai penegasan

(45)

commit to user

a. Font (Huruf)

Huruf yang dipakai untuk judul cergam “Boru Si Anak Korup”

adalah Baby Kruffy. Alasan penulis memakai huruf tersebut karena huruf

Baby Kruffy sudah memiliki karakteristik lucu dan simple yang sesuai

anak-anak. Berikut adalah contoh font Baby Kruffy :

Selain itu, sebagai subtitle nya memakai huruf Arial Rounded MT

Bold yang memiliki karakter luwes dan berkembang dimana cocok sebagai

pendukung dari font Baby Kruffy. Berikut adalah contoh font Arial

Rounded MT Bold :

b. Warna

Pemilihan warna disesuaikan dengan tema cerita bergambar “Boru

Si Anak Korup” yakni warna biru dan orange. Alasan pemilihan warna

biru karena memiliki arti keadilan sehingga mewakili tema cergam yaitu

korupsi. Sedangkan warna orange adalah warna yang cocok dengan anak

(46)

commit to user

Berikut beberapa artian warna yang diwakilinya dari sisi positif

yang diperoleh dalam buku “Mean of Colour” :

1) Blue (Biru)

Warna biru melambangkan knowledge (ilmu pengetahuan), peace

(kedamaian), dan justice (keadilan).

2) Orange (Oranye)

Warna oranye melambangkan unique (unik), creativity (kreativitas),

dan energy (tenaga).

3) Bla ck (Hitam)

Warna hitam melambangkan power (kekuatan), a uthority

(47)

commit to user

c. GSM (Graphic Standa rd Manual) logo Boru Si Anak Korup

1) Logo Boru Si Anak Korup

(48)

commit to user

3) Typografi

Font : Baby Kruffy

Font : Arial Rounded MT Bold

(49)

commit to user

(50)

commit to user

6) Skala

100%

75%

50%

(51)

commit to user

2. Desain Karakter

a. Boru sebagai Tokoh Utama

1) Umur : 8 tahun

2) Profesi : Siswa kelas 3 SD

3) Sifat : pemalas, jahil, dan suka berbohong

4) Tinggi : 110 cm

5) Berat : 25 kg

(52)

commit to user

Konsep Karakter :

Nama Boru merupakan sebuah singkatatn dari kata bocah korup.

Pengambilan nama tersebut dilakukan supaya pembaca mudah dalam

mengingat sifat karakter Boru.

Karakter Boru dibuat dengan postur badan yang gemuk karena tokoh

Boru memiliki sifat suka makan atau jajan seperti kebanyakan anak pada

umurnya. Gaya rambut dibuat berjambul agar mencerminkan gaya anak gaul

serta nakal, mengingat Boru adalah tokoh utama yang mempunyai sifat nakal.

Penulis membuat wajah Boru dengan alis mata yang tebal dan pandangan

mata yang tajam memberi kesan suka berbuat curang dan mengesalkan.

Sehingga pembaca anak-anak diharapkan tidak meniru perilaku-perilaku Boru

yang ada dalam cerita bergambar karena Boru sudah terkesan sebagai anak

yang mengesalkan. Sedangkan hidung yang dibuat bulat dapat diartikan

sebagai sifat yang kurang fokus dalam pekerjaan seperti yang tertulis pada

(53)

commit to user

b. Bu Ayu sebagai Ibu Boru

1) Umur : 30 tahun

2) Profesi : Ibu rumah tangga

3) Sifat : penyayang dan pemaaf

4) Tinggi : 165 cm

5) Berat : 42 kg

(54)

commit to user

Konsep Karakter :

Karakter Ibu Boru dibuat dengan postur ramping untuk memberi kesan

kalem dan elegan kepada pembaca. Bentuk wajah yang cenderung oval serta

ditambah dengan rambut lurus sedikit bergelombang dan alis yang tipis dengan

mata bulat besar agar memberikan kesan cantik serta feminim, karena penulis

menginginkan tokoh ibu berkarakter lembut, penyayang, dan ramah agar para

pembaca anak-anak melihat sosok ibu sebagai orang yang sangat menyenangkan

dan baik hati. Tokoh ibu juga digambarkan selalu memakai pakaian yang

sederhana berupa baju terusan panjang yang longgar dan berwarna cerah tanpa

banyak aksesoris. Hal ini penulis maksudkan agar karakter ibu rumah tangga

begitu melekat dengan tokoh Ibu Boru, karena seorang ibu rumah tangga identik

dengan penampilan yang sederhana. Warna cerah yang selalu dipakai bermakna

riang dan ceria, sehingga diharapkan dapat member energi positif pada pembaca

(55)

commit to user

c. Ibu Guru

1) Umur : 28 tahun

2) Profesi : guru SD dan guru les

3) Sifat : pemaaf, penuh perhatian, dan kritis

4) Tinggi : 160 cm

5) Berat : 45 kg

(56)

commit to user

Konsep Karakter :

Karakter Ibu Guru dibuat dengan postur sedang untuk menunjukkan kesan

kalem. Dengan potongan rambut yang pendek serta bentuk kepala yang bulat,

tokoh Ibu Guru diharapkan memberikan kesan lucu dan bersemangat. Karena

anak-anak pada usia awal sekolah biasanya takut terhadap guru mereka, Rambut

yang pendek juga dimaksudkan agar tidak sama seperti tokoh Ibu, sehingga

karakter lebih bervariatif. Pemberian kacamata didasarkan agar memberikan kesan

pandai karena sangat sesuai dengan karakter seorang guru yang tentunya harus

pandai dalam mengajar murid-muridnya. Baju yang dikenakan oleh tokoh Bu

Guru adalah seragam guru pada umumnya yaitu setelan kemeja dan rok, sehingga

kesan karakter guru bias langsung ditangkap oleh padara pembaca anak-anak.

Menurut Naomi Tickle dalam bukunya You Can Rea d A Face Like A

Book, potongan rambut pendek serta bulat memberi kesan muda dan bersemangat

pada karakter Ibu Guru. Mata bulat menunjukkan sifat ramah dan penuh

perhatian. Hidung yang melengkung menunjukkan kreativitas. Memakai kacamata

(57)

commit to user

D.

Detail Teknis Kar ya

1. Desain Cover Cergam

a. Ukuran cergam adalah 22 x 19 cm

b. Typography yang digunakan adalah font Baby Kruffy dan Arial Rounded

MT Bold

c. Format cover dengan posisi landscape dan full color

d. Ilustrasi kartun karakter Boru.

e. Teknik visualisasi dengan menggunakan teknik manual yang dikerjakan

dengan sketsa pensil kemudian di tinta, dan finishing dilakukan dengan

digital menggunakan program Adobe P hotoshop X5 dan Corel Draw CS 5.

f. Realisasi dicetak dengan menggunakan separasi full color

g. Bahan cover dan back cover menggunakan kertas Ivory 260 gr dengan

laminasi glossy.

2. Perancangan Visual Halaman Cergam

a. Jumlah halaman

1) Satu (1) Cover depan

2) Satu (1) halaman Cover dan penyunting

3) Satu (1) halaman daftar isi

4) Satu (1) halaman pengenalan tokoh

5) Satu (1) halaman untuk prolog

6) Tiga (3) halaman judul tiap chapter

(58)

commit to user

8) Tiga (3) halaman epilog masing-masing chapter

9) Satu (1) Cover belakang (sinopsis)

b. Format halaman landscape atau horizontal

c. Ukuran cergam 22 x 19 cm

d. Pewarnaan full color

e. Arah baca dari kiri ke kanan dan atas ke bawah.

f. Typography

1) Font dalam penulisan judul Boru Si Anak Korup menggunkan font

Baby Kruffy dan Bauhaus HV BT

Contoh Baby Kruffy

Contoh Arial Rounded MT Bold

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss

Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 1234567890

2) Font teks narasi di dalam cergam Boru Si Anak Korup menggunakan

font Comic Sans MS

Contoh Comic Sans MS

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh I i J j Kk Ll Mm Nn Oo Pp Q q Rr Ss

(59)

commit to user

g. Teknik Visualisasi

1) Menggunakan teknik manual yaitu dikerjakan dengan sketsa pensil

kemudian di tinta.

2) Sketsa yang sudah ditinta di scan menjadi format digital.

3) Finishing berupa pewarnaan, layout dan penulisan teks dilakukan

dengan digital menggunakan program Adobe Photoshop X5 dan Corel

(60)

commit to user

h. Realisasi dicetak dengan menggunakan separasi full color.

i. Media atau gambar menggunakan bahan kertas Art paper 150 gr.

(61)

commit to user

E.

Per encanaan dan Penempatan Media

Dalam perencanaan pembuatan cergam Boru Si Anak Korup diperlukan media

penunjang yang berfungsi membantu dalam promosi. Media penunjang tersebut

diantaranya adalah :

1. Poster

a. Konsep : desain yang sederhana namun menggunakan warna-warna yang

mencolok sehingga dapat menarik perhatian anak. Lebih banyak

menggunakan ilustrasi daripada teks.

b. Alasan : media luar ruangan yang bersifat persuasif sangat efisien yang

ditujukan kepada ta rget ma rket maupun audience.

c. Pla cement : penempatan poster dapat di papan pengumuman toko buku,

stand pameran cerita bergambar, bahkan di sekolah-sekolah.

2. X-Banner

a. Konsep : Desain yang dipakai dalam X-Banner lebih sederhana daripada

poster karena lebih bersifat member informasi tentang isi buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup.

b. Alasan : dipilih karena di dalam X-Banner para pengunjung mendapat

informasi yang jelas tentang buku cerita bergambar Boru Si

Anak Korup.

c. Pla cement : ditempatkan pada event-event promosi dan saat peluncuran

(62)

commit to user

3. T-Shirt

a. Konsep : Desain dalam T-Shirt dibuat dengan memakai sang tokoh utama

dengan warna yang mencolok yang disukai oleh anak-anak.

b. Alasan : memudahkan anak-anak mengingat tokoh dalam buku cerita

bergambar ketika memakai T-Shirt atau saat melihat.

c. Pla cement : Penempatannya saat pameran adalah dengan dijual terpisah ke

pengunjung stand buku cerita bergambar Boru Si Anak

Korup.

4. Stiker

a. Konsep : Desain stiker dengan memakai logo dari buku cerita bergambar

yang dalam logo tersebut terangkai gambar sang tokoh utama.

b. Alasan : biaya produksi tidak mahal dan menarik untuk anak-anak.

c. Pla cement : Penempatannya dalam pameran dengan diberikan secara gratis

kepada semua pengunjung yang datang ke sta nd buku cerita

bergambar Boru Si Anak Korup.

5. Bookmark

a. Konsep : Desain dengan ilustrasi tokoh dalam buku cerita bergambar Boru

Si Anak Korup.

b. Alasan : menjadi solusi sebagai penanda halaman yang telah dibaca dan

kerap menjadi mercha ndise yang diberikan secara cuma-cuma.

c. Pla cement : di dalam buku cerita bergambar Boru Si Anak Korup sebagai

(63)

commit to user

6. Mug

a. Konsep : Desain mug simple dan tidak perlu mencolok karena fungsinya

sebagai pengingat pada buku cerita bergambar Boru Si Anak

Korup sehingga tidak memerlukan desain yang terlalu

mencolok.

b. Alasan : menjadi media penghubung yang baik antara penikmat dan

pembaca buku cerita bergambar Boru Si Anak Korup karena

fungsi dari mug itu sendiri dekat dengan kehidupan sehari-hari.

c. Pla cement : Penempatannya adalah saat pameran dijual terpisah kepada

pengunjung stand buku cerita bergambar Boru Si Anak

Korup dan dijual bebas di toko buku sebagai merchandise.

7. Pin

a. Konsep : Desain sederhana namun dapat menonjolkan tokoh dalam buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup.

b. Alasan : menarik perhatian anak-anak dimana dapat digunakan sebagai

aksesoris yang lucu dan efektif digunakan sebagai media

promosi.

c. Pla cement : Pin dijual terpisah ke pengunjung stand buku cerita bergambar

Boru Si Anak Korup sebagai merchandise.

8. Ular tangga

a. Konsep : Desain ular tangga dibuat dengan lebih interaktif. Sehingga anak

dapat lebih mudah membedakan perbuatan yang termasuk

(64)

commit to user

b. Alasan : Permainan yang dimainkan oleh beberapa anak dan efektif

sebagai media promosi.

c. Pla cement : Ular tangga diberikan sebagai bonus yang terdapat di dalam

(65)

commit to user

54

BAB IV

VISUALISASI

A.

Komik

1. Cover Depan

a. Ukuran : 22 x 19 cm

b. Ilustrasi : Logo, Karakter tokoh

c. Typografi : Logo

d. Proses : Adobe Photoshop CS5

e. Bahan : Ivory 260 gr

(66)

commit to user

2. Cover Belakang

a. Ukuran : 22 x 19 cm

b. Ilustrasi : Karakter tokoh

c. Typografi : Body Text, ALamat, Logo Penerbit

d. Proses : Adobe Photoshop CS5

e. Bahan : Ivory 260 gr

(67)

commit to user

3. Isi Cerita Bergambar

a. Ukuran : 22 x 19 cm

b. Proses : Adobe Photoshop CS5

c. Bahan : Art Paper 150 gr

d. Tehnik : Cetak digital printing

(68)

commit to user

Halaman 2

Visualisasi cerita bergambar Boru, Si Anak Korup sebanyak 2 halaman,

(69)

commit to user

B.

Media Pendukung

1. Poster

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 30 x 42 cm (A3)

c. Page La yout : Vertikal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : Art paper 150 gr

f. Media Placement : papan pengumuman toko buku, sekolah,

stand pameran cergam

(70)

commit to user

2. X-Banner

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 60 x 160 cm

c. Page La yout : Vertikal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : MMT Frontlite Econom 280gr

f. Media Pla cement : toko buku, stand pameran cergam Boru Si

Anak Korup, launching cergam

(71)

commit to user

3. T-Shirt

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 21 x 29 cm

c. Teknik Cetak : Sablon digital printing

d. Media/Bahan : cotton combed 30S

e. Media Pla cement : dijual terpisah ke pengunjung sta nd buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup

(72)

commit to user

4. Stiker

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 5 x 10 cm

c. Teknik Cetak : Offset printing

d. Media/Bahan : White Sticker

e. Media Pla cement : sebagai bonus di dalam buku cerita

bergambar Boru Si Anak Korup

(73)

commit to user

5. Bookmark

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 5 x 20 cm

c. Page La yout : Horisontal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : Ivory 260 gr

f. Media Pla cement : sebagai bonus di dalam buku cerita

bergambar Boru Si Anak Korup.

(74)

commit to user

6. Mug

a . Software gra phic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 19 x 8 cm

c. Pa ge La yout : Horisontal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : keramik

f. Media Placement : dijual terpisah ke pengunjung sta nd buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup

(75)

commit to user

7. Pin

a . Software gra phic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 5,8 x 5,8 cm

c. Pa ge La yout : Horisontal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : pin

f. Media Placement : dijual terpisah ke pengunjung sta nd buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup

(76)

commit to user

8. Ular tangga

a . Software graphic : Adobe Photoshop CS5 & Corel Dra w X5

b. Ukuran : 30 x 30 cm

c. Page La yout : Horisontal

d. Teknik Cetak : Offset printing

e. Media/Bahan : Ivory 260 gr

f. Media Pla cement : diberikan sebagai bonus di dalam buku

cerita bergambar Boru Si Anak Korup

(77)

commit to user

66

BAB V

PENUTUP

A.

Simpulan

Dewasa ini korupsi selalu menjadi pembicaraan yang hangat di berbagai

media, dari media elektronik hingga media cetak. Seakan korupsi sudah menjadi

sebuah budaya di Negara Indonesia, sehingga dari kalangan atas sampai kalangan

bawah selalu ditemukan praktek-praktek korupsi. Jika perilaku tersebut dibiarkan

begitu saja tanpa tindakan pencegahan sedini mungkin maka dikhawatirkan tidak

ada lagi generasi penerus bangsa yang memiliki semangat dalam memberantas

korupsi.

Hal ini menggugah hati nurani penulis untuk membuat media komunikasi

visual berupa cerita bergambar Boru Si Anak Korup yaitu cerita bergambar yang

mengkisahkan kehidupan seorang siswa SD dengan segala perilakunya yang

ternyata merupakan bentuk bibit-bibit korupsi. Konsep yang ringan dan alur yang

sederhana namun memiliki pesan moral yang baik diharapkan dapat menarik

perhatian anak-anak dan remaja untuk mengenal macam-macam korupsi serta

menumbuhkan semangat anti korupsi. Dengan diproduksinya buku cerita

bergambar bertema Pencegahan Korupsi Sejak Dini ini maka penulis berusaha

ikut berperan dalam memberantas korupsi dan sebagai upaya menumbuhkan

(78)

commit to user

B.

Sar an

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk para pembuat cerita bergambar

lokal, sebaiknya dalam berkarya lebih mengutamakan pesan moral yang baik

sehingga para penikmat cergam yang sebagian besar adalah anak-anak dan remaja

lebih memiliki moral yang baik di masa mendatang. Untuk mencapai hal tersebut

maka langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain :

1. Perlunya komik-komik dan cergam yang menyampaikan pesan moral terutama

semangat anti korupsi dari perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perlunya konsep yang lebih kreatif dalam perancangan cerita bergambar

sehingga mampu menyampaikan pesan dengan baik dan mampu menarik

konsumen / penikmat cergam.

3. Penulis berharap pada pembuatan cerita bergambar selanjutnya agar lebih

matang dalam konsep karya dan lebih baik dalam pengerjaan proses

Gambar

gambar dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak kecil.
gambar dan jalinan cerita. Menurut Marcel Borneff istilah cergam  mengikuti

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi tinea pedis dapat dipengaruhi oleh banyak hal, namun pada penelitian ini hanya variabel terpilih seperti durasi terpapar air, hygiene perorangan dan lama masa

35 Made Dharma Weda, Modul Instrumen HAM Nasional Hak Memperoleh Keadilan , (Departemen Hukum dan HAM RI Direktorat Jenderal Perlindungan HAM: 2004), h. 37

[r]

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sesuai dengan visi dari BLIA YAD Indonesia yaitu untuk pendidikan dan penyebaran Buddha Dharma kepada muda – mudi dan perkembangan BLIA YAD semakin maju, Vihara Dharma

Dengan dibuatnya Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu pengembang aplikasi dalam mengetahui bugs dari aplikasi Pemantauan Kegiatan Siswa dan mengurangi bugs

Dari hasil dan pembahasan didapat bahwa WEB-GIS yang dibangun telah dapat menampilkan informasi penyebaran wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria di

Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh strategi yang mendesak bagi pengembangan kawasan wisata Napabale bagi pemerintah Kabupaten Muna Meliputi pemanfaatan