PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI
MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
KARANGAN NARASI MENGGUNKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI GEDONGKIWO
YOGYAKARTA yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM. 12108249012 ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, September 2016 Pembimbing
Murtiningsih, M.Pd
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Irawati Sailo
NIM : 12108249012
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, jika tidak maka saya bersedia untuk memperbaiki dan mengikuti yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta,07 Desember 2016 Yang menyatakan,
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI
GEDONGKIWO YOGYAKARTA” yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM
12108249012 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 31 Oktober 2016 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Murtiningsih, M. Pd. Ketua Penguji ... ...
Septia Sugiarsih, M. Pd. Sekretaris Penguji ... ...
Dr. Ali Muhtadi, M. Pd. Penguji Utama ... ...
Yogyakarta,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M. Pd.
MOTTO
Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis
persembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran
skripsi ini.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI
MENGUNAKANMODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA
Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dan meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui modelcontextual teaching and learning siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Tanggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta sebanyak 23 siswa. Objek penelitian ini keterampilan menulis karangan narasi.Teknik pengumpulan data menggunakan: 1) observasi, 2) tes, dan 3) dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan model pembelajarancontextual teaching and learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Peningkatan didasarkan pada hasil pra-tindakan yang menunjukkan kesulitan dalam keterampilan menulis narasi. Pada siklus I, siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran, seperti siswa melakukan kegiatan diskusi dan tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya. Siklus II, peningkatan menjadi lebih maksimal, semakin banyak siswa yang tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya dan kegiatan diskusi yang semakin terkondisi. Peningkatan proses dapat dilihat persentase aktivitas siswa dari pra-tindakan memperoleh 67,5% yang termasuk kategori cukup, siklus I meningkat menjadi 75,83% kategori baik, siklus II meningkat menjadi 86,67% kategori sangat baik. Sedangkan, peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dapat dilihat dari hasil menulis siswa dari rerata 60,60 pada pra-tindakan kategori cukup, menjadi 73,82 pada siklus I kategori baik, dan menjadi 81,39 pada siklus II kategori baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modelContextual teaching and learningdapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur penulis
haturkan, atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan
ModelContextual teaching and LearnigSiswa Kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo
Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa
depan.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan kemudahan dalam penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk
memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian.
4. Ibu Murtiningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, senantiasa memberi ilmu secara tulus dan penuh kesabaran dalam
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan
dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
6. Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan
dorongan kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan sikripsi ini
dengan baik.
7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo, Rumgayatri, S.Pd, yang telah
memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri
Gedongkiwo.
8. Bapak Anang Hari Bawanu, S.Pd, guru kelas IVA Sekolah Dasar Negeri
Gedongkiwo, yang turut serta memberikan informasi dan bantuan dalam
memperlacar penulis dalam penelitian skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
saya dan mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.
Yogyakarta,07 Desember 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTA GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Menulis Karangan Narasi ... 9
2. Tujuan Menulis Karangan Narasi ... 10
3. Ciri-ciri Karangan Narasi ... 10
4. Jenis-jenis Karangan Narasi ... 11
5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ... 13
6. Unsur-unsur Narasi ... 15
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketarmpilan Menulis Karangan Narasi ... 18
B. Tinjauan Tentang ModelContextual Teaching and Learning ... 20
1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning ... 20
2. Karakteristik Model PembelajaranCTL ... 21
3. Komponen-komponen Model PembelajaranCTL... 22
4. Peranan Guru dalam PembelajaranCTL ... 25
C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 26
D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui Model Contextual Teaching and Learning ... 28
E. Karakterikstik Siswa SD Kelas IV ... 29
F. Penelitian yang Relevan ... 29
G. Kerangka Pikir ... 30
H. Hipotesis Penelitian ... 31
I. Definisi Operasional ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D.SettingPenelitian ... 37
E. Metode Pengumpulan Data ... 37
F. Instrumen Penelitian ... 39
H. Kriteria Keberhasilan ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47
1. Pra Tindakan ... 47
2. Pelaksanaan Tindakan ... 49
a. Siklus I ... 48
b. Siklus II ... 55
B. Pembahasan ... 68
C. Keterbatasan Penelitian ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DARTAR PUSTAKA ... 76
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 12
Tabel 2. Aspek Penilain Menulis Karangan Narasi ... 28
Tabel 3. Kisi-kisi Menulis Karangan Narasi ... 40
Tabel 4. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 41
Tabel 5. Lembar Pengamatan Siswa Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 42
Tabel 6. Lembar Pengamatan Guru Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 43
Tabel 7. Kriteria Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 46
Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Pratindakan ... 48
Tabel 9. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 55
Tabel 10. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 55
Tabel 11. Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi dari Pra Tindakan ke Siklus I ... 56
Tabel 12. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 64
Tabel 13. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 64
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis dari Siklus I dan Siklus II ... 65
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Pikir ... 31
Gambar 2. Alur Siklus PTK Model Kemmis dan MC Tanggart ... 34
Gambar 3. Diagram Peningkatan Keterampilan Rata-rata Menulis Karangan Narasi pada Siklus I ... 56
Gambar 4. Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan
Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus I ... 79
Lampiran 2. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus II ... 80
Lampiran 3. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 81
Lampiran 4. Hasil Observasi Aktivitas siswa Tahap Pra Tindakan ... 82
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 83
Lampiran 6. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 84
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 86
Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 97
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I ... 101
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis karangan narasi Siklus I Pertemuan I ... 100
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan II ... 101
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan III ... 104
Lampiran 13. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 107
Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II ... 118
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan I ... 120
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan II ... 121
Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan III ... 122
Lampiran 20. Contoh Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 123
Lampiran 21. Hasil Tes Ketermpilan Menulis Karangan Narasi Siklus II ... 124
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan
maupun tulisan. Dalam kehidupan modern dewasa ini sangatlah jelas bahwa
keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Henry Guntur Tarigan (1983: 1) bahwa keterampilan menulis suatu ciri dari
orang yang terpelajar atau bangsa terpelajar. Bahasa juga memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional dalam dunia pendidikan
yaitu bagi peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.
Menurut Firdaus Zarkasyi (2011:9), bahasa adalah seperangkat ujaran
bermakna yang dihasilkan oleh alat ujar manusia. Belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.
Kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa,
yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar (2008:256) yang menyatakan bahwa aspek-aspek
kemampuan berbahasa meliputi empat hal yaitu kemampuan menyimak,
berbicara, menulis dan membaca. Pemerolehan keterampilan berbahasa tersebut
menjadi dasar penguasaaan keterampilan yang lain. Dengan menulis seseorang
membiasakan berpikir dan berbicara secara teratur, runtun, dan sistematis.
Keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis saling
berhubungan dengan cara beraneka ragam dan keempat keterampilan tersebut
disajikan secara terpaduh. Suparno dan Mohamad Yunus (2006:13)
mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan
(Haryadi, dkk. 1996 : 77) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang–lambang grafis tersebut. Hal yang sama dikemukakan Saleh Abbas (2006:125) bahwa kegiatan menulis tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan bahasa yang lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan
berbicara, mendengarkan, dan membaca.
Keterampilan atau kemampuan menulis merupakan kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui
bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan paling sulit. Burhan
Nurgiyantoro (2001:296) mengemukakan jika dibanding tiga kemampuan
berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli
bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi karangan. Baik unsur bahasa maupun isi haruslah
terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu,
berbagai unsur bahasa. Pembelajaran keterampilan menulis harus dapat
menghasilkan kegiatan yang aktif produktif.
Berdasarkan hasil observasi pada 9 Januari 2016 yang dilakukan di SD
Negeri Gedongkiwo pada siswa kelas IV, guru yang mengajar di kelas tersebut
menyatakan bahwa keterampilan siswa menulis masih rendah, baik dalam
penyusunan kalimat, pemilihan kata, penggunaan tanda baca masih merasa
kesulitan sehingga isi dari hasil menulisnya tidak jelas. Masih ditemui beberapa
siswa yang kurang memiliki keterampilan dalam menulis khususnya karangan
narasi. Selain itu juga diketahui beberapa siswa SD pada saat menulis karangan
narasi hanya mampu membuat beberapa kata kemudian tidak bisa lagi
melanjutkan tulisannya dan kurang kosakata akibatnya siswa memakai bahasa
daerah karena lupa bagaimana jalan ceritanya. Hal itu disebabkan dalam
memberikan pembelajaran menulis, pembelajaran menulis lebih banyak teori dari
pada melatih keterampilannya. Pembelajaran menulis masih menggunakan
metode atau pendekatan yang kurang bervariasi, sehingga yang terjadi di kelas
adalah siswa tidak aktif, mengantuk dan asyik dengan kegiatannya sendiri tidak
memperhatikan penjelasan guru. Sedangkan pembelajaran sedang berlangsung.
Dengan keadaan seperti itu tidak ada lagi suasana yang kondusif, siswa tidak di
berikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi
yang dimilikinya bahkan siswa tidak memiliki kepercayaan diri dengan
kemampuannya.
Keberhasilan belajar bahasa Indonesia siswa juga sangat dipengaruhi oleh
pembelajaran adalah dengan digunakannya pendekatan, model atau metode
pembelajaran maupun media pembelajaran yang menarik dan efektif sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri.
Penggunaan pendekatan atau model pembelajaran yang kurang menarik bagi
peserta didik seperti hanya menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi
dan cenderung dominan di SD Negeri Gedongkiwo membuat siswa kurang
termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa bosan
dan kurang berminat dalam proses pembelajaran karena dalam metode
pembelajaran yang konvensional, siswa kurang leluasa untuk aktif dan berkreasi
dalam pembelajaran yang akhirnya bisa membuat konsentrasi siswa kurang
terfokus pada pembelajaran dan cenderung membuat siswa cepat merasa bosan.
Salah satu model yang dapat dianggap membantu siswa dalam
meningkatkan keterampilan menulis karangan adalah model contextual teaching
and learning. Model contextual teaching and learning adalah strategi yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan
Wina Sanjaya (2006:255) contekstual teaching and learningadalah suatu startegi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih lama
dalam mengingat isi karangan daripada guru hanya bercerita di depan kelas.
Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD
menggunakan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan narasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan
“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunaka
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian dapat diidentifikasi seperti berikut.
1. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis karangan narasi.
2. Keterampilan siswa SD Negeri Gedongkiwo dalam menulis karangan narasi
masih mengalami kesulitan.
3. Pemahaman siswa terhadap unsur karangan narasi masih rendah.
4. Dalam pembelajaran karangan narasi masih menggunakan model
pembelajaran yang konvensional.
5. Siswa dalam menulis karangan narasi masih dipengaruhi oleh bahasa daerah.
6. Pembelajaran karangan narasi dengan model contextual teaching and
learningbelum dilaksanakan secara optimal.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada “Peningkatan proses pembelajaran, dan
keterampilan menulis karangan narasi menggunakan model contextual teaching
and learningpada siswa kelas IV SD Gedongkiwo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1. Bagaimanakah meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis
karangan narasi dengan menggunakan metode contextual teaching and
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan narasi
menggunakan modelcontextual teaching and learningpada siswa kelas IV
SD Gedongkiwo Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan hakikat penelitian melalui tindakan kelas, maka tujua
penelitian ini, sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan
narasi melalui modelCTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.
2. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui model
CTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu model pembelajaran
yang menarik dalam peningkatan keterampilan menulis narasi siswa kelas
IV SD Gedongkiwo.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1. Meningkatkan kreativitas berpikir siswa
2. Siswa dapat menuliskan ide dan gagasannya dengan mudah dalam
bentuk tulisan narasi.
3. Memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis
4. Membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran bahasa
b. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran menulis dan sebagai informasi serta
memberi pengarahan pada siswa untuk terampil menulis.
c. Kepala sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran
dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan belajar yang dialami
oleh siswa.
d. Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam penggunaan model contextual
teaching and learningdalam meningkatkan keterampilan menulis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Menulis Karangan Narasi 1. Hakikat Karangan Narasi
Istilah narasi atau sering juga disebut narasi berasal dari kata bahasa
inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang
disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Suprno dan Mohammad
Yunus (2009:431) menjelaskan bahwa Karangan narasi berusaha
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),
dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
Karangan narasi merupakan menggambarkan suatu ide dengan cara
bertutur tertentu. Peristiwa yang diceritakan biasanya mengikuti alur sesuai
dengan urutan waktu. Karangan narasi sedemikian rupa berusaha mengubah
prilaku atau motivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi atau tindakan,
Sudarwan Danim (2013:44). Sedangkan menurut Sri Hastuti, dkk. (1993:104)
menyatakan narasi ialah karangan yang berisikan rangkaian peristiwa yang
dikaitkan dengan waktu tertentu.
Goris keraf (1982:44) menyatakan narasi suatu bentuk wacana yang
sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi
sebuah peristiwa terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga
dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa narasi
merupakan jenis tulisan yang isinya menceritakan dengan runtut dan jelas.
Dalam tulisan narasi biasanya terdapat tokoh, tempat dan waktu kejadian. Hal
ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu kejadian dengan sejelas-jelasnya.
2. Tujuan Menulis Karangan Narasi
Pada dasarnya menulis orang yang menulis mempunyai tujuan atau
maksud tertentu dalam menulis karangan narasi berikut peneliti memaparkan
tujuan menulis berdasarkan pendapat dari beberapa ahli. Suparno dan
Muhammad Yunus (2006:432) membagi tujuan menulis karangan narasi
menjadi dua yaitu:
a. Memberi informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca.
b. Memberi pengalaman estetis kepada pembaca.
Goris Keraf (1982:136) menyatakan tujuan menulis karangan narasi
adalah untuk memberi informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya
bertambah luas, yaitu narasi ekpositoris.
Pada umumnya tujuan menulis karangan narasi untuk memberikan
informasi penulis kepada pembaca. Informasi-informasi tersebut dapat berupa
pengalaman pribadinya maupun pengalaman orang lain. Untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki penulis. Karangan yang dibuat harus dapat
memberikan pengalaman yang estetis kepada pembaca.
3. Ciri-ciri Karangan Narasi
Nani Damayanti (2007:12) secara umum mengungkapkan ciri-ciri
unsur rangkaian waktu dan informatif, 3) adanya sudut pandang penulis, 4)
menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas, 5)
terdapat unsur tokoh yang digambarkan dengan memiliki karakter atau
perwatakan yang jelas, 6) terdapat latar, tempat, waktu dan suasana, dan 7)
mempunyai alur atau plot. Suparno dan Mohamad Yunus (2008:44)
menyatakan ciri khas karangan narasi adalah mengisahkan toko cerita bergerak
dan terlibat dalam suatu peristiwa atau kejadian.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri karangan narasi yaitu: adanya rangkaian waktu atau peristiwa, terdapat
tokoh yang menggambarkan watak yang jelas, menggunakan urutan waktu dan
tempat, terdapat latar, tempat, waktu, dan suasana.
4. Jenis-jenis Karangan Narasi
Sunarti dan Anggraini (2009:92-93) menyatakan narasi terdiri atas
narasi ekspositoris dan artistik atau literer. Jenis narasi tersebut, akan
dijabarkan sebagai berikut: 1) narasi ekspositoris yaitu tulisan yang
menginformasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak
terlalu kelihatan, dan 2) narasi artistik atau literer yaitu tulisan yang sebenarnya
murni sebagai tulisan narasi.
Goris Keraf (1982:136-138) mengemukakan bahwa karangan narasi
disusun dan di sajikan sekian macam:
a. Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para
narasi, narasi ekspositori mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian
perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtutan kejadian atau
peristiwa untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak
peduli apa yang disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif juga pertama-tama bertalian denga tindakan atau perbuatan
yang dirangkaian dalam suatu kejadian waktu atau peristiwa. Seluruh
rangkaian yang dirangkaian dalam suatu kesatuan waktu. Narasi sugestif
merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehigga
merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru
di luar apa yang diungkapkan secara emplisit. Sesuatu yang emplisit adalah
sesuatu yang tersirat semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak,
kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis,
bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu kewaktu. Makna yang baru
akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena ia tersirat
dalam suatu narasi.
Berdasarkan jenis-jenis karangan narasi di atas, secara sisngkat
dikemukakan perbedaan antara kedua jenis narasi tersebut seperti dibawah
ini.
Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif
Narasi Ekpositori Narasi sugestif
Memperluas pengetahuan. Menyampaikan sesuatu amanat yang tersirat.
Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau penalaran dapat dilanggar.
Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
Bahasanya lebih condong kebahas figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.
Berdasarkan tabel perbedaan antara narasi ekpositoris dan narasi sugestif
di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara kedua jenis karangan narasi
tersebut terletak pada penyampaian isi karangan. Narasi ekpositoris berisi
karangan yang informatif sedangkan narasi sugestif yaitu karangan yang
menimbulkan daya khayal. Jenis narasi dalam penelitian ini difokuskan pada jenis
karangan narasi ekspositoris.
5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
Nursito (1999:51-58) mengemukakan beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam menulis karangan narasi sebagai berikut.
a. Menentukan topik
Hal penting sebelum mengarang adalah menentukan topik dan tema. Hal ini
karena dengan menentukan tema berarti penulis telah melakukan
pembatasan penulisan agar tidak terlalu luas pembahasannya.
b. Mengumpulkan bahan
Dalam hal ini data sangat diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan
gagasan yang ada dalam sebuah karangan. Bahan yang diperlukan tersebut
dapat berasal dari pengalaman. Sebelum kegiatan manulis narasi dilakukan,
hendaknnya penulis sudah mendapatkan bahan yang sudah dibahas dalam
penulisan. Kegiatan mengumpulkan bahan secara tidak langsung telah
c. Menyusun kerangka
Kerangka karangan merupakan rencana kerja yang memuat garis-garis besar
atau susunan pokok penjelasan sebuah karangan yang akan ditulis.
Kerangka karangan membantu penulis agar menulis secara logis dan teratur,
penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan
menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya
dilakukan.
d. Mengembangkan kerangka
Kegiatan ini yang paling penting dalam menulis adalah mengembangkan
kerangka karangan menjadi suatu karangan atau tulisan yang utuh.
Mengembangkan atau menguraikan sebuah rancangan karangan berarti
menjabarkan uraian suatu permasalahan sehingga bagian-bagian tersebut
menjadi jelas. Dalam kegiatan ini penulis akan dituntut aktif berpikir secara
aktif dan kreatif, sehingga hasil dari menulis akan diketahui dari hasil
pengembangan kerangka karangan tersebut.
e. Koreksi dan revisi
Pada tahap kegiatan ini, penulis meneliti secara menyeluruh hasil tulisan
narasi yang telah dibuat. Kegiatan ini mengharuskan penulis agar lebih teliti
dalam mengoreksi naskah yang selesai ditulis.
f. Mengoreksi naskah
Tahap terakhir dalam menulis narasi adalah menuangkan ide atau gagasan
dalam pikiran kita kedalam tulisan. Kegiatan ini yang paling penting adalah
6. Unsur-unsur Narasi
Sebagai karangan yang terbentuk berdasarkan unsur, maka Rini Kristanti
(2007:132), mengemukakan beberapa unsur yang dapat membangun karangan
narasi yaitu:
a. Tema
Tema sering juga disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok persoalan yang
mendominasi suatu cerita. Pada hakikatnya tema adalah permasalahan
pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam menyusun cerita, sekaligus
merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan penulis. Tema dalam
narasi dapat tersurat dan tersirat. Disebut tersurat apabila tersebut dengan
jelas dinyatakan oleh penulisnya. Sedangkan tema tersirat adalah tema tidak
ditulis secara eksplisit, melainkan tersebar pada keseluruhan cerita.
b. Tokoh Cerita
Tokoh cerita merupakan pelaku yang medukung peristiwa sehigga mampu
menjalin suatu cerita. Tokoh atau karakter sebuah narasi tidak bisa lepas
dari sifat atau karakteristik yang ada dalam narasi tersebut, karena dengan
penokohan cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup.
Tokoh dalam karangan narasi dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan
tokok bawahan. Protagonis (baik) dan antagonis (jahat) adalah merupakan
tokoh yang dihadirkan untuk mendukung kehadiran tokoh utamanya.
c. Latar
Latar merupakan penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di
atau pentas dapat digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat
pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada
tindak-tanduk yang berlangsung.
d. Posisi narator dan sudut padang
Posisi narator merupakan penempatan diri dalam cerita yang ditulis.
Terdapat beberapa posisi narator dalam narasi, yakni sebagai penulis pelaku
utama, penulis sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, penulis
serba hadir dan penulis sebagai peninjau.
Sedangkan sudut pandang Goris Keraf (1982:191) dalam narasi
menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narator) dalam sebuah
narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam sebuah rangkaian
kejadian (yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer)
terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.
e. Waktu
Urutan waktu dalam narasi yaitu urutan alamiah dan urutan menyimpang.
Urutan alamiah dalam narasi berhubungan dengan usaha penulis dalam
menguraikan kisahnya. Urutan peristiwa secara kronologis atau penyajian
peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian sebenarnya. Sedangkan
urutan waktu menyimpang menyajikan cerita tidak sesuai dengan kronolgis
cerita tersebut.
f. Motivasi
Goris Keraf (1982:160-161) motivasi adalah suatu penjelasan secara
digambarkan tadi dalam pembukaannya. Motivasi mengungkapkan
bagaimana manusia-manusia berada dalam situasi sebagai yang
digambarkan, dan bagaimana objek dari tanggapan-tanggapan yang
diharapkan (yaitu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu pada waktu itu)
menyajikan kunci utama kepada pembaca untuk membayangkan
tindak-tanduk selanjutnya.
g. Konflik
Sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-tanduk yang bertalian dengan
sebuah makna. Makna hampir selalu muncul dari suatu pertikaian atau
konflik kekuatan-kekuatan yang meransang perhatian kita untuk melihat
bagaimana situasi itu akan diselesaikan. Konflik dalam cerita mengandung
tenaga yang kuat untuk menarik perhatian pembaca.
h. Alur
Goris Keraf (1982:147-148) alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk
yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang
berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang
dan harmonis.
Sejalan dengan pendapat Ahmad Rofi’uddin (1999:150-157) unsur-unsur dalam menulis karangan meliputi, tokoh, alur cerita, latar, tema, dan sudut
pandang.
Berdasarkan pendapat di atas, unsur-unsur narasi terdiri dari aspek tema,
tokoh, latar, sudut pandang, waktu, motivasi, konflik, dan alur. Dalam penelitian
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Karangan Narasi
Tingkat kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa tidak
sama antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sabarti Akhadiah M.K, dkk.
(1993:2-3) ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:
a. Tujuan yang akan dicapai
Tujuan yang dicapai merupakan faktor penentu. Tujuan ini akan
memberikan arah dalam memilih materi, menentukan strategi belajar
mengajar, serta melakukan evaluasi belajar. Tujuan tersebut mengacu pada
kemampuan yang ditunjukkan oleh sejumlah perilaku yang diharapkan
dapat diperlihatkan siswa setelah mengikuti pelajaran. Perilaku itu
dikelompokkan kedalam tiga ranah: kogitif yang mempengaruhi kegiatan
berpikir, ranah afektif, yang menyangkut perasaan atau sikap, serta ranah
psikomotorik yang menyangkut fisik (keterampilan).
b. Jenis mata pelajaran/ pokok bahasa
Hakikat mata pelajaran yang diberikan akan berpengaruh terhadap
pemilihan kegiatan belajar yang direncanakan.
c. Kondisi siswa
Faktor ini turut serta menentukan jenis kegiatan belajar serta bahan yang
dipilih. Dari berbagai penelitian ternyata bahwa terdapat perbedaan
individual diantara siswa yang belajar. Perbedaan itu meliputi latar belakang
kebahasaan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya, minat,
bakat, kemampuan, gaya belajar, taraf kecerdasan, dan sebagainya.
d. Sarana
Sarana merupakan faktor yang membatasi guru dalam memilih kegiatan
belajar yang diselenggarakan.
e. Lingkungan sosial
Keberhasilan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, yaitu
keadaan rumah, taraf pendidikan serta sikap orang tua, jumlah anggota
keluarga, perlengkapan belajar di rumah, dan sebagainya. Tentu saja
lingkungan itu tidak dapat atau sulit sekali diubah. Dalam hal ini sekolah
sebagai pusat pembelajaran dapat menyediakan lingkungan yang
diperlukan.
Sugiharto, dkk. Nevi Kurniasih, (2010:20) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis dapat digolongkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani dan
psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sekolah, keluarga, dan
lingkungan. Faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis terdiri dari faktor
siswa sendiri (internal) yang meliputi jasmani dan psikologis, dan faktor dari luar
siswa (eksternal) yang meliputi sekolah, keluarga, lingkungan. Dalam hal ini,
faktor eksternal khususnya faktor sekolah menjadi faktor yang harus diperhatikan
sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Faktor yang berkenaan
dengan sekolah yang merupakan tempat peneliti, faktor sekolah meliputi guru,
model mengajar, fasilitas, media maupun lingkungan sekolah.
Berdasarkan beberapa faktor di atas, dapat dinyatakan faktor-faktor yang
dicapai, jenis mata pelajaran/pokok bahasa, kondisi siswa, sarana, lingkungan
sosial serta faktor internal (siswa sendiri) dan faktor eksternal (sekolah).
B. Tinjauan tentang ModelContextual Teaching and Learning 1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning
Sardiman (2007: 222) contextual teaching and learning merupakan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata
siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan materi yang dipelajari secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Wina Sanjaya (2011:255).
Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar
mentransfer pengetahuan guru kepada siswa. Ini sejalan dengan pendapat aliran
kontruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif
siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya.
Siswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya, membuat penalaran atas apa
yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman yang baru.
Proses pembelajaran keterampilan menulis harus sesuai dengan konteks
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam
memahami pengetahuan baru yang disampaikan. Seperti pengalaman,
pengalaman sebenarnya merupakan proses penyesuaian dan pembandingan
(asimilasi dan komparasi) yang terjadi yang terjadi apabila seseorang dalam
kesadarannya mengalami sesuatu dengan indranya, misal; melihat peristiwa
baru, mengamati proses, sensasi memahami sesuatu ide. B.Rahmanto
(1996:112).
Berdasarkan paparan di atas CTL dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami
makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian
menghubungkan dengan kontek kehidupan sehari-hari, yaitu kontek
lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
2. Karakteristik Model PembelajaranContextual Teaching and Learning
Wina Sanjaya (2011:256) menyatakan terdapat lima karakteristik dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah ada dipelajari, dengan
demikian pengetahuan akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang
b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru
itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi dipahami dan
diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan prilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge), terhadap strategi
mengembangkan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
3. Komponen-komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Wina Sanjaya (2011:264-268) mengungkapkan tujuh komponen
pembelajaran kontekstual, antara lain: 1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3)
bertanya, 4) masyarakat, 5) pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian nyata.
Sardiman (2007:22-269) menyatakan kontekstuan sebagai suatu pendekatan
proses pembelajaran dengan pendekatan CTL.1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3)
bertanya (quetion), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan
(modeling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian nyata (authentic assessment).
Selanjutnya ketujuh komponen ini di jelaskan dibawah ini.
a. Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
b. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam
suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk. 1) motivasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran, 2) membangkitkan motivasi siswa, 3) merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu, 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang
diinginkan, 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
c. Masyarakat belajar (learning community)
Masyarakat belajar (learning community) adalah kelompok belajar atau
komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi
pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam: pembentukan
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas,
bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.
Inquri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. secara umum proses
proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu. 1)
merumuskan masalah, 2) mengajukan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4)
menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, 5) membuat
kesimpulan.
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f. Refleksi( reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Penilaian nyata (authentic assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkam langkah-langkah
pembelajaran CTL untuk menulis narasi meliputi: 1) siswa diberi kesempatan
secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang
diamati, menentukan bagian objek yang akan ditulis, dan membuat kerangka, 2)
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan, 3)
siswa menemukan ide/ gagasan yang akan dituangkan dalam menulis karangan, 4)
dalam kegiatan menulis karangan, 6) siswa melakukan kerja kelompok untuk
membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang telah diamati, 7) siswa
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran, 8) siswa
membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki kalimat
dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin kembali karangan
yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis
karangan narasi dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa
diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam
menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa menentukan topik,
siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan
objek yang telah diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes menulis
karangan narasi, penilaian karangan narasi oleh guru.
4. Peranan Guru dalam PembelajaranContextual Teaching and Learning
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru memahami tipe belajar
dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya
belajar siswa. Sehubungan itu, Wina Sanjaya ( 2011 : 262 ) menerangkan bahwa
ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakalah
menggunakan model pembelajaran CTL.
a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “ penguasa “ yang
memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka
bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap
aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba
memecahkan setiap persoalah yang menantang. Dengan demikian, guru
berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk
dipelajari oleh siswa.
c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan
antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan
demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu
menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya.
d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan
demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak
mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
Berdasarkan di atas, peranan guru dalam pembelajaran CTL dapat
disimpulkan proses pembelajaran CTL, guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar siswa, sehingga siswa merasa senang dan termotivasi dalam
C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi
Kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi tulisan. Baik
unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Dalam menulis, unsur kebahasaan
merupakan aspek penting yang perlu dicermati, di samping isi pesan yang
diungkapkan. Hal ini secara jelas merupakan titik berat dalam seluruh tahap
penyelenggaraan pengajaran, termasuk tes bahasanya. Perlu disiapkan tes yang
baik agar peserta didik dapat memperlihatkan keterampilan menulisnya. Masalah
terjadi dalam penilaianpun harus diperhitungkan dengan baik untuk merendahkan
kadar subjektivitas pada saat melakukan penilaian. Tes jenis karangan merupakan
jenis tes yang memiliki kriteria penilaian kompleks. Penilaian diberikan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap karangan. Suroso
(2009: 43) berpendapat bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa
terdapat beberapa unsur yang akan diperiksa atau dinilai: 1) isi, 2) organisasi, 3)
tata bahasa dan gaya, 4) mekanik.
Dalam penelitian ini, keterampilan menulis karangan narasi dinilai dari
aspek isi dan pengorganisasiannya, penggunaan kalimat, pilihan kata ejaan, serta
tanda baca (EYD) yang digunakan siswa ketika menulis karangan narasi. Kriteria
Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD
No Unsur yang dinilai Skor
1 Organisasi karangan narasi 20
2 Organisasi isi karangan narasi 35
3 Diksi 15
4 Struktur kalimat 20
5
Ejaan dan tata tulis (EYD) 10Jumlah
100
D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui CTL
1. Siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata
dalam menentukan objek yang diamati, menentukan bagian objek yang akan
ditulis, dan membuat kerangka.
2. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan.
3. Siswa menemukan ide/gagasan yang akan dituangkan dalam menulis
karangan.
4. Siswa menentukan judul karangan.
5. Siswa menanyakan hal-hal yang penting dalam kegiatan menulis karangan
narasi.
6. Siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan
berdasarkan objek yang telah diamati.
7. Siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran.
8. Siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki
kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin
karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi dengan menggunakan
model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi kesempatan secara bebas
untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati
siswa menentukan tema, siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan
narasi) dan memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD.
Kemudian siswa menyalin kembali karangan narasi yang sudah diperbaiki,
dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi
dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi
kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam
menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa melakukan
kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang
diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes karangan narasi,
penilaian karangan narasi oleh guru.
E. Karakteristik Siswa SD Kelas IV
Siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) berada pada jenjang umur sekitar
10-12 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif, seperti membaca, menulis
dan berhitung. siswa kelas IV termasuk pada tahap operasional formal, yakni anak
sudah dapat berpikir secara konkret maupun secara abstrak. Jean Piaget (Mulyani
Sumantri dan Nana Syaodih 2009: 1.15) menyatakan pada tahap operasional
formal (11-15). Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi konkretnya untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki
kemampuan kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Novia
Purnamasari 2015. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi kelas V SD N 3
Grenggeng Karanganyar Kebumen. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan
keterampilan mengarang narasi setelah diterapkan metode konntekstual, selain itu
hasil nilai rata-rata kelasnya juga meningkat.
G. Kerangkan Pikir
Pembelajaran sekarang banyak yang berorientasi pada target penguasaan
materi, hanya dapat mengingat jangka pendek saja, tetapi gagal dalam membekali
siswa untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan jangka panjang. Hasil
belajar siswa juga rendah. Sehingga saat ini ada kecenderungan belajar lebih baik
jika mereka belajar di lingkungan alamiah. Model contextual teaching and
learning merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa, dan mendorong
siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Kompetensi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo, menunjukkan bahwa
pengetahuan dan kemampuan berbahasa siswa kurang dari yang diharapkan,
terutama pada aspek menulis salah satu menulis karangan narasi. Keterampilan
siswa kelas IV, kemampuan keterampilan itu mempunyai manfaat bagi siswa
dalam penerapan peristiwa terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
Permasalahannya, keterampilan menulis siswa kelas IV SDN Gedongkiwo
belum memuaskan, khususnya materi menulis karangan narasi. Belum optimalnya
keterampilan menulis karangan narasi dikarenakan pembelajaran menulis
karangan narasi masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional,
kurangnya ketertarikan siswa dalam proses belajar karena model pembelajaran
yang digunakan tidak variatif sehingga belum mendukung keberhasilan yang
dicapai siswa.
Dengan model pembelajaran CTL siwa terlibat langsung dan aktif dalam
pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran model CTL diharapkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan keterampilan menulis karangan narasi
siswa kelas IV SDN Gedongkiwo.
H. Hipotesi Penelitian
Dalam peelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian bahwa penggunaan
modelcontextual teaching and learning dapat meningkatkan proses pembelajaran
dan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo.
I. Definisi Operasional
1. Keterampilan menulis karangan narasi adalah suatu kemahiran/kecakapan
pengungkapan ide, perasaan, pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis
secara kronologis yang memperhatikan unsur waktu kejadian dengan efektif
dan efisien sehingg dapat dimengerti oleh pembaca. Karangan narasi tersebut
mencakupi unsur, organisasi karangan, organisasi isi karangan(tema, tokoh,
latar/setting, alur dan amanah), diksi, struktur kata, EYD.
2. Model kontekstual (contextual and learning) merupakan sebuah konsep yang
membantu guru untuk mengaitkan antara materi dengan situasi nyata siswa,
yang dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan sisa sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni; kontruktivisme
(contructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaborasi.
Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan bahwa PTK adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimuncukan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Wina Sanjaya (2010: 26) menyatakan bahwa PTK adalah sebagai proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya
untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan
yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan kolaborasi yaitu karena
penelitian ini merupakan kerjasama antara guru kelas dan peneliti. Guru berperan
untuk melaksanakan proses pembelajaran dan peneliti bertindak sebagai pengamat
(observer). Hal ini dengan tujuan agar pengamatan terhadap setiap tindakan yang
dilakukan selama proses pembelajaran dapat teramati.
B. Desain Penelitian
Dalam PTK ini dipilih model spiral dari Kemmis dan MC Tanggart dalam
Kasihani Kasbolah (1998: 14) yang meliputi, perencanaan, tindakana,
Alur dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan
siklus 1 siklus II
1. Perencanaan I 1. Perencanaan II
2. Tindakan I 2. Tindakan II
3. Observasi I 3. Observasi II
4. Refleksi I 4. Refleksi II
Gambar 2. Alur Siklus PTK model Kemmis dan MC Tanggart
Adapun komponen akan diuraikan sebagai berikut
1. Perencanaan
Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching
and learning. Adapun tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi
untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan
keterampilan menulis karangan narasi dan solusinya.
b. Merancang pelaksanaan pembelajaran bahasa indonesia dengan
c. Menyusun pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model CTL.
d. Mempersiapkan media pembelajaran dan fasilitas yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dirancang sebelumya, yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model CTL.
Guru melaksanakan langkah dalam pembelajaran
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut.
Kegiatan awal.
1. Mengucapkan salam
2. Berdoa
3. Guru melaksanakan apersepsi
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti.
1. Siwa memperoleh teks cerita narasi yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari untuk dianalisis.
2. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang tema dan
penulisan ejaan dalam teks cerita narasi.
3. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai cara menulis narasi yang
4. Siswa mencari pengalaman kehidupan sehari-hari yang berkesan untuk
dijadikan bahan tulis.
5. Siswa berlatih menyusun dan mengembangkan kerangka karangan
berdasarkan kegiatan sehari-hari siswa.
6. Siswa mendapatkan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami.
Kegiatan akhir.
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
2. Siswa diberikan tugas untuk membuat tulisan narasi yang utuh.
3. Siswa bersama dengan guru membahas tulisan narasi yang dibuat
siswa.
4. Guru bersama siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang
dilakukan.
3. Pengamatan (observer)
Peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran berlangsung.
Observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dan
untuk mengetahui sejauh mana hasil dari penerapan CTL.
4. Refleksi
Peneliti bersama kolaborator yaitu guru kelas IV melakukan analisis dan
memaknai hasil perlakuan tindakan siklusi I. Kemudian, dari hasil refleksi
tersebut ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada
siklus I. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan maka
penelitian tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Jika siklus I terdapat
dilaksanakan setelah siklus I berakhir dan perencanaannya setelah refleksi
siklus I.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Gedongkiwo dengan jumlah siswa 23 anak. Sedangkan objek penelitian ini
adalah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri
Gedongkiwo.
D. SettingPenelitian
penelitian ini dilakukan di dalam kelas pada SD N Gedongkiwo, di
kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Provinsi Daerah
Istimewah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun
ajaran 2015/2016 pada bulan Januari-April berdasarkan pada masalah
kesulitan siswa dalam menulis karangan narasi yang menyebabkan
rendahnya hasil karangan siswa.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes, observasi, dan dokumentasi.
a. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Suharsimi Arikunto (2006: 150). Tes yang digunakan dalam penelitian
narasi sebelum dan sesudah adanya tindakan penggunaan model
contextual teaching and learning.
b. Observasi
Menurut Suharsimi arikunto (2006:150) observasi meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh alat indra. Jadi
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi merupakan pengamatan
langsung, dalam artian penelitian mengobservasi daapat dilakuakn
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses
pembelajaran. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan observasi ini
antara lain proses tindakan, pengaruh tindakan, situasi tempat
tindakan, dan kendala tindakan.
Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai
dengan skenario yang telah disusun bersama, perlu dilakukan evaluasi.
Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui tingkat tercapainya sasaran
pembelajaran yang dihadapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran
menulis karangan narasi meggunakan CTL untuk mengetahui
keterlaksanaan CTL dalam pembelajaran menulis karangan narasi
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa, dan lain-lain (Sugiyono, 2009:329). Dokumentasi pada
penelitian ini digunakan untuk mengetahui data awal dari hasil
evaluasi kemampuan siswa dan data-data lain dari hasil evaluasi yang
dilakukan pada siklus I dan II dalam pembelajaran menulis karangan
narasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian (Wina Sanjaya, 2010: 84). Instrumen
yang berarti alat mendapatkan informasi berbagai kelemahan yang perlu
kita sempurnakan dalam pengolaan proses pembelajaran serta dapat
memperoleh informasi tentang keberhasilan yang telah kita peroleh.
Instrumen yang digunakan dalan peneitian ini yaitu tes tugas. Tes tugas
dan observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menulis
karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching and
learningdengan menggunakan Tes menulis karangan narasi,observasi dan
a. Tes penulisan karangan
Aspek penilaian karangan deskripsi terdiri atas 5 kategori yang telah
dibahas pada bab II. Penilaian karangan narasi disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 3. Kisi-Kisi Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD
No Unsur yang dinilai Skor
1 Organisasi karangan
narasi
20
2 Organisasi isi karangan narasi
35
3 Diksi 15
4 Struktur kalimat dan kosa kata
20
5 Ejaan dan tata tulis (EYD)
10
Jumlah 100
Untuk mempermudah peneliti dalam penialain karangan narasi yang
dibuat oleh siswa maka peneliti menyederhanakan perdapat Burhan
Nurgyantoro (2010:440) rubrik penilian karangan narasi seperti