• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN NARASI MENGGUNKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI GEDONGKIWO

YOGYAKARTA yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM. 12108249012 ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, September 2016 Pembimbing

Murtiningsih, M.Pd

(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Irawati Sailo

NIM : 12108249012

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, jika tidak maka saya bersedia untuk memperbaiki dan mengikuti yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta,07 Desember 2016 Yang menyatakan,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA” yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM

12108249012 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 31 Oktober 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Murtiningsih, M. Pd. Ketua Penguji ... ...

Septia Sugiarsih, M. Pd. Sekretaris Penguji ... ...

Dr. Ali Muhtadi, M. Pd. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

MOTTO

Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis

persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran

skripsi ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

MENGUNAKANMODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA

Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dan meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui modelcontextual teaching and learning siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Tanggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta sebanyak 23 siswa. Objek penelitian ini keterampilan menulis karangan narasi.Teknik pengumpulan data menggunakan: 1) observasi, 2) tes, dan 3) dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan model pembelajarancontextual teaching and learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Peningkatan didasarkan pada hasil pra-tindakan yang menunjukkan kesulitan dalam keterampilan menulis narasi. Pada siklus I, siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran, seperti siswa melakukan kegiatan diskusi dan tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya. Siklus II, peningkatan menjadi lebih maksimal, semakin banyak siswa yang tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya dan kegiatan diskusi yang semakin terkondisi. Peningkatan proses dapat dilihat persentase aktivitas siswa dari pra-tindakan memperoleh 67,5% yang termasuk kategori cukup, siklus I meningkat menjadi 75,83% kategori baik, siklus II meningkat menjadi 86,67% kategori sangat baik. Sedangkan, peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dapat dilihat dari hasil menulis siswa dari rerata 60,60 pada pra-tindakan kategori cukup, menjadi 73,82 pada siklus I kategori baik, dan menjadi 81,39 pada siklus II kategori baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modelContextual teaching and learningdapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur penulis

haturkan, atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi yang

berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan

ModelContextual teaching and LearnigSiswa Kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo

Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan

dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan

menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa

depan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah

memberikan kemudahan dalam penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk

memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Murtiningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, senantiasa memberi ilmu secara tulus dan penuh kesabaran dalam

(9)

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan

dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

6. Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan

dorongan kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan sikripsi ini

dengan baik.

7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo, Rumgayatri, S.Pd, yang telah

memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri

Gedongkiwo.

8. Bapak Anang Hari Bawanu, S.Pd, guru kelas IVA Sekolah Dasar Negeri

Gedongkiwo, yang turut serta memberikan informasi dan bantuan dalam

memperlacar penulis dalam penelitian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu

saya dan mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.

Yogyakarta,07 Desember 2016 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTA GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Menulis Karangan Narasi ... 9

(11)

2. Tujuan Menulis Karangan Narasi ... 10

3. Ciri-ciri Karangan Narasi ... 10

4. Jenis-jenis Karangan Narasi ... 11

5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ... 13

6. Unsur-unsur Narasi ... 15

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketarmpilan Menulis Karangan Narasi ... 18

B. Tinjauan Tentang ModelContextual Teaching and Learning ... 20

1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning ... 20

2. Karakteristik Model PembelajaranCTL ... 21

3. Komponen-komponen Model PembelajaranCTL... 22

4. Peranan Guru dalam PembelajaranCTL ... 25

C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 26

D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui Model Contextual Teaching and Learning ... 28

E. Karakterikstik Siswa SD Kelas IV ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 29

G. Kerangka Pikir ... 30

H. Hipotesis Penelitian ... 31

I. Definisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D.SettingPenelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 39

(12)

H. Kriteria Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Pra Tindakan ... 47

2. Pelaksanaan Tindakan ... 49

a. Siklus I ... 48

b. Siklus II ... 55

B. Pembahasan ... 68

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DARTAR PUSTAKA ... 76

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 12

Tabel 2. Aspek Penilain Menulis Karangan Narasi ... 28

Tabel 3. Kisi-kisi Menulis Karangan Narasi ... 40

Tabel 4. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 41

Tabel 5. Lembar Pengamatan Siswa Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 42

Tabel 6. Lembar Pengamatan Guru Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 43

Tabel 7. Kriteria Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 46

Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Pratindakan ... 48

Tabel 9. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 55

Tabel 10. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 55

Tabel 11. Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi dari Pra Tindakan ke Siklus I ... 56

Tabel 12. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 64

Tabel 13. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 64

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis dari Siklus I dan Siklus II ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 31

Gambar 2. Alur Siklus PTK Model Kemmis dan MC Tanggart ... 34

Gambar 3. Diagram Peningkatan Keterampilan Rata-rata Menulis Karangan Narasi pada Siklus I ... 56

Gambar 4. Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 65

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan

Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus I ... 79

Lampiran 2. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus II ... 80

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 81

Lampiran 4. Hasil Observasi Aktivitas siswa Tahap Pra Tindakan ... 82

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 83

Lampiran 6. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 84

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 86

Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 97

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I ... 101

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis karangan narasi Siklus I Pertemuan I ... 100

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan II ... 101

Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan III ... 104

Lampiran 13. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 107

(16)

Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114

Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II ... 118

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan I ... 120

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan II ... 121

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan III ... 122

Lampiran 20. Contoh Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 123

Lampiran 21. Hasil Tes Ketermpilan Menulis Karangan Narasi Siklus II ... 124

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan

maupun tulisan. Dalam kehidupan modern dewasa ini sangatlah jelas bahwa

keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

oleh Henry Guntur Tarigan (1983: 1) bahwa keterampilan menulis suatu ciri dari

orang yang terpelajar atau bangsa terpelajar. Bahasa juga memiliki peran sentral

dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional dalam dunia pendidikan

yaitu bagi peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi.

Menurut Firdaus Zarkasyi (2011:9), bahasa adalah seperangkat ujaran

bermakna yang dihasilkan oleh alat ujar manusia. Belajar bahasa adalah belajar

berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan

Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.

Kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa,

yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Iskandarwassid

dan Dadang Sunendar (2008:256) yang menyatakan bahwa aspek-aspek

kemampuan berbahasa meliputi empat hal yaitu kemampuan menyimak,

berbicara, menulis dan membaca. Pemerolehan keterampilan berbahasa tersebut

(18)

menjadi dasar penguasaaan keterampilan yang lain. Dengan menulis seseorang

membiasakan berpikir dan berbicara secara teratur, runtun, dan sistematis.

Keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis saling

berhubungan dengan cara beraneka ragam dan keempat keterampilan tersebut

disajikan secara terpaduh. Suparno dan Mohamad Yunus (2006:13)

mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan

(Haryadi, dkk. 1996 : 77) menulis adalah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

sehingga orang lain dapat membaca lambang–lambang grafis tersebut. Hal yang sama dikemukakan Saleh Abbas (2006:125) bahwa kegiatan menulis tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan bahasa yang lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan

berbicara, mendengarkan, dan membaca.

Keterampilan atau kemampuan menulis merupakan kemampuan

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui

bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan paling sulit. Burhan

Nurgiyantoro (2001:296) mengemukakan jika dibanding tiga kemampuan

berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli

bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis

menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu

sendiri yang akan menjadi karangan. Baik unsur bahasa maupun isi haruslah

terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu,

(19)

berbagai unsur bahasa. Pembelajaran keterampilan menulis harus dapat

menghasilkan kegiatan yang aktif produktif.

Berdasarkan hasil observasi pada 9 Januari 2016 yang dilakukan di SD

Negeri Gedongkiwo pada siswa kelas IV, guru yang mengajar di kelas tersebut

menyatakan bahwa keterampilan siswa menulis masih rendah, baik dalam

penyusunan kalimat, pemilihan kata, penggunaan tanda baca masih merasa

kesulitan sehingga isi dari hasil menulisnya tidak jelas. Masih ditemui beberapa

siswa yang kurang memiliki keterampilan dalam menulis khususnya karangan

narasi. Selain itu juga diketahui beberapa siswa SD pada saat menulis karangan

narasi hanya mampu membuat beberapa kata kemudian tidak bisa lagi

melanjutkan tulisannya dan kurang kosakata akibatnya siswa memakai bahasa

daerah karena lupa bagaimana jalan ceritanya. Hal itu disebabkan dalam

memberikan pembelajaran menulis, pembelajaran menulis lebih banyak teori dari

pada melatih keterampilannya. Pembelajaran menulis masih menggunakan

metode atau pendekatan yang kurang bervariasi, sehingga yang terjadi di kelas

adalah siswa tidak aktif, mengantuk dan asyik dengan kegiatannya sendiri tidak

memperhatikan penjelasan guru. Sedangkan pembelajaran sedang berlangsung.

Dengan keadaan seperti itu tidak ada lagi suasana yang kondusif, siswa tidak di

berikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi

yang dimilikinya bahkan siswa tidak memiliki kepercayaan diri dengan

kemampuannya.

Keberhasilan belajar bahasa Indonesia siswa juga sangat dipengaruhi oleh

(20)

pembelajaran adalah dengan digunakannya pendekatan, model atau metode

pembelajaran maupun media pembelajaran yang menarik dan efektif sesuai

dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri.

Penggunaan pendekatan atau model pembelajaran yang kurang menarik bagi

peserta didik seperti hanya menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi

dan cenderung dominan di SD Negeri Gedongkiwo membuat siswa kurang

termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa bosan

dan kurang berminat dalam proses pembelajaran karena dalam metode

pembelajaran yang konvensional, siswa kurang leluasa untuk aktif dan berkreasi

dalam pembelajaran yang akhirnya bisa membuat konsentrasi siswa kurang

terfokus pada pembelajaran dan cenderung membuat siswa cepat merasa bosan.

Salah satu model yang dapat dianggap membantu siswa dalam

meningkatkan keterampilan menulis karangan adalah model contextual teaching

and learning. Model contextual teaching and learning adalah strategi yang

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan

Wina Sanjaya (2006:255) contekstual teaching and learningadalah suatu startegi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh

untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih lama

dalam mengingat isi karangan daripada guru hanya bercerita di depan kelas.

Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD

(21)

menggunakan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan

keterampilan menulis karangan narasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan

“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunaka

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian dapat diidentifikasi seperti berikut.

1. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

2. Keterampilan siswa SD Negeri Gedongkiwo dalam menulis karangan narasi

masih mengalami kesulitan.

3. Pemahaman siswa terhadap unsur karangan narasi masih rendah.

4. Dalam pembelajaran karangan narasi masih menggunakan model

pembelajaran yang konvensional.

5. Siswa dalam menulis karangan narasi masih dipengaruhi oleh bahasa daerah.

6. Pembelajaran karangan narasi dengan model contextual teaching and

learningbelum dilaksanakan secara optimal.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada “Peningkatan proses pembelajaran, dan

keterampilan menulis karangan narasi menggunakan model contextual teaching

and learningpada siswa kelas IV SD Gedongkiwo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis

karangan narasi dengan menggunakan metode contextual teaching and

(23)

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan narasi

menggunakan modelcontextual teaching and learningpada siswa kelas IV

SD Gedongkiwo Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian melalui tindakan kelas, maka tujua

penelitian ini, sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan

narasi melalui modelCTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

2. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui model

CTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu model pembelajaran

yang menarik dalam peningkatan keterampilan menulis narasi siswa kelas

IV SD Gedongkiwo.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1. Meningkatkan kreativitas berpikir siswa

2. Siswa dapat menuliskan ide dan gagasannya dengan mudah dalam

bentuk tulisan narasi.

3. Memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis

4. Membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran bahasa

(24)

b. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran menulis dan sebagai informasi serta

memberi pengarahan pada siswa untuk terampil menulis.

c. Kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran

dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan belajar yang dialami

oleh siswa.

d. Peneliti

Mendapat pengalaman langsung dalam penggunaan model contextual

teaching and learningdalam meningkatkan keterampilan menulis

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Menulis Karangan Narasi 1. Hakikat Karangan Narasi

Istilah narasi atau sering juga disebut narasi berasal dari kata bahasa

inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang

disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Suprno dan Mohammad

Yunus (2009:431) menjelaskan bahwa Karangan narasi berusaha

menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),

dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga

pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Karangan narasi merupakan menggambarkan suatu ide dengan cara

bertutur tertentu. Peristiwa yang diceritakan biasanya mengikuti alur sesuai

dengan urutan waktu. Karangan narasi sedemikian rupa berusaha mengubah

prilaku atau motivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi atau tindakan,

Sudarwan Danim (2013:44). Sedangkan menurut Sri Hastuti, dkk. (1993:104)

menyatakan narasi ialah karangan yang berisikan rangkaian peristiwa yang

dikaitkan dengan waktu tertentu.

Goris keraf (1982:44) menyatakan narasi suatu bentuk wacana yang

sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi

sebuah peristiwa terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga

dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang

(26)

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa narasi

merupakan jenis tulisan yang isinya menceritakan dengan runtut dan jelas.

Dalam tulisan narasi biasanya terdapat tokoh, tempat dan waktu kejadian. Hal

ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu kejadian dengan sejelas-jelasnya.

2. Tujuan Menulis Karangan Narasi

Pada dasarnya menulis orang yang menulis mempunyai tujuan atau

maksud tertentu dalam menulis karangan narasi berikut peneliti memaparkan

tujuan menulis berdasarkan pendapat dari beberapa ahli. Suparno dan

Muhammad Yunus (2006:432) membagi tujuan menulis karangan narasi

menjadi dua yaitu:

a. Memberi informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca.

b. Memberi pengalaman estetis kepada pembaca.

Goris Keraf (1982:136) menyatakan tujuan menulis karangan narasi

adalah untuk memberi informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya

bertambah luas, yaitu narasi ekpositoris.

Pada umumnya tujuan menulis karangan narasi untuk memberikan

informasi penulis kepada pembaca. Informasi-informasi tersebut dapat berupa

pengalaman pribadinya maupun pengalaman orang lain. Untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki penulis. Karangan yang dibuat harus dapat

memberikan pengalaman yang estetis kepada pembaca.

3. Ciri-ciri Karangan Narasi

Nani Damayanti (2007:12) secara umum mengungkapkan ciri-ciri

(27)

unsur rangkaian waktu dan informatif, 3) adanya sudut pandang penulis, 4)

menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas, 5)

terdapat unsur tokoh yang digambarkan dengan memiliki karakter atau

perwatakan yang jelas, 6) terdapat latar, tempat, waktu dan suasana, dan 7)

mempunyai alur atau plot. Suparno dan Mohamad Yunus (2008:44)

menyatakan ciri khas karangan narasi adalah mengisahkan toko cerita bergerak

dan terlibat dalam suatu peristiwa atau kejadian.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri karangan narasi yaitu: adanya rangkaian waktu atau peristiwa, terdapat

tokoh yang menggambarkan watak yang jelas, menggunakan urutan waktu dan

tempat, terdapat latar, tempat, waktu, dan suasana.

4. Jenis-jenis Karangan Narasi

Sunarti dan Anggraini (2009:92-93) menyatakan narasi terdiri atas

narasi ekspositoris dan artistik atau literer. Jenis narasi tersebut, akan

dijabarkan sebagai berikut: 1) narasi ekspositoris yaitu tulisan yang

menginformasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak

terlalu kelihatan, dan 2) narasi artistik atau literer yaitu tulisan yang sebenarnya

murni sebagai tulisan narasi.

Goris Keraf (1982:136-138) mengemukakan bahwa karangan narasi

disusun dan di sajikan sekian macam:

a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para

(28)

narasi, narasi ekspositori mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian

perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtutan kejadian atau

peristiwa untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak

peduli apa yang disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif juga pertama-tama bertalian denga tindakan atau perbuatan

yang dirangkaian dalam suatu kejadian waktu atau peristiwa. Seluruh

rangkaian yang dirangkaian dalam suatu kesatuan waktu. Narasi sugestif

merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehigga

merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru

di luar apa yang diungkapkan secara emplisit. Sesuatu yang emplisit adalah

sesuatu yang tersirat semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak,

kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis,

bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu kewaktu. Makna yang baru

akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena ia tersirat

dalam suatu narasi.

Berdasarkan jenis-jenis karangan narasi di atas, secara sisngkat

dikemukakan perbedaan antara kedua jenis narasi tersebut seperti dibawah

ini.

Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif

Narasi Ekpositori Narasi sugestif

Memperluas pengetahuan. Menyampaikan sesuatu amanat yang tersirat.

Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.

(29)

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau penalaran dapat dilanggar.

Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Bahasanya lebih condong kebahas figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

Berdasarkan tabel perbedaan antara narasi ekpositoris dan narasi sugestif

di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara kedua jenis karangan narasi

tersebut terletak pada penyampaian isi karangan. Narasi ekpositoris berisi

karangan yang informatif sedangkan narasi sugestif yaitu karangan yang

menimbulkan daya khayal. Jenis narasi dalam penelitian ini difokuskan pada jenis

karangan narasi ekspositoris.

5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Nursito (1999:51-58) mengemukakan beberapa langkah yang harus

ditempuh dalam menulis karangan narasi sebagai berikut.

a. Menentukan topik

Hal penting sebelum mengarang adalah menentukan topik dan tema. Hal ini

karena dengan menentukan tema berarti penulis telah melakukan

pembatasan penulisan agar tidak terlalu luas pembahasannya.

b. Mengumpulkan bahan

Dalam hal ini data sangat diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan

gagasan yang ada dalam sebuah karangan. Bahan yang diperlukan tersebut

dapat berasal dari pengalaman. Sebelum kegiatan manulis narasi dilakukan,

hendaknnya penulis sudah mendapatkan bahan yang sudah dibahas dalam

penulisan. Kegiatan mengumpulkan bahan secara tidak langsung telah

(30)

c. Menyusun kerangka

Kerangka karangan merupakan rencana kerja yang memuat garis-garis besar

atau susunan pokok penjelasan sebuah karangan yang akan ditulis.

Kerangka karangan membantu penulis agar menulis secara logis dan teratur,

penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan

menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya

dilakukan.

d. Mengembangkan kerangka

Kegiatan ini yang paling penting dalam menulis adalah mengembangkan

kerangka karangan menjadi suatu karangan atau tulisan yang utuh.

Mengembangkan atau menguraikan sebuah rancangan karangan berarti

menjabarkan uraian suatu permasalahan sehingga bagian-bagian tersebut

menjadi jelas. Dalam kegiatan ini penulis akan dituntut aktif berpikir secara

aktif dan kreatif, sehingga hasil dari menulis akan diketahui dari hasil

pengembangan kerangka karangan tersebut.

e. Koreksi dan revisi

Pada tahap kegiatan ini, penulis meneliti secara menyeluruh hasil tulisan

narasi yang telah dibuat. Kegiatan ini mengharuskan penulis agar lebih teliti

dalam mengoreksi naskah yang selesai ditulis.

f. Mengoreksi naskah

Tahap terakhir dalam menulis narasi adalah menuangkan ide atau gagasan

dalam pikiran kita kedalam tulisan. Kegiatan ini yang paling penting adalah

(31)

6. Unsur-unsur Narasi

Sebagai karangan yang terbentuk berdasarkan unsur, maka Rini Kristanti

(2007:132), mengemukakan beberapa unsur yang dapat membangun karangan

narasi yaitu:

a. Tema

Tema sering juga disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok persoalan yang

mendominasi suatu cerita. Pada hakikatnya tema adalah permasalahan

pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam menyusun cerita, sekaligus

merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan penulis. Tema dalam

narasi dapat tersurat dan tersirat. Disebut tersurat apabila tersebut dengan

jelas dinyatakan oleh penulisnya. Sedangkan tema tersirat adalah tema tidak

ditulis secara eksplisit, melainkan tersebar pada keseluruhan cerita.

b. Tokoh Cerita

Tokoh cerita merupakan pelaku yang medukung peristiwa sehigga mampu

menjalin suatu cerita. Tokoh atau karakter sebuah narasi tidak bisa lepas

dari sifat atau karakteristik yang ada dalam narasi tersebut, karena dengan

penokohan cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup.

Tokoh dalam karangan narasi dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan

tokok bawahan. Protagonis (baik) dan antagonis (jahat) adalah merupakan

tokoh yang dihadirkan untuk mendukung kehadiran tokoh utamanya.

c. Latar

Latar merupakan penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di

(32)

atau pentas dapat digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat

pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada

tindak-tanduk yang berlangsung.

d. Posisi narator dan sudut padang

Posisi narator merupakan penempatan diri dalam cerita yang ditulis.

Terdapat beberapa posisi narator dalam narasi, yakni sebagai penulis pelaku

utama, penulis sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, penulis

serba hadir dan penulis sebagai peninjau.

Sedangkan sudut pandang Goris Keraf (1982:191) dalam narasi

menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narator) dalam sebuah

narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam sebuah rangkaian

kejadian (yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer)

terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.

e. Waktu

Urutan waktu dalam narasi yaitu urutan alamiah dan urutan menyimpang.

Urutan alamiah dalam narasi berhubungan dengan usaha penulis dalam

menguraikan kisahnya. Urutan peristiwa secara kronologis atau penyajian

peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian sebenarnya. Sedangkan

urutan waktu menyimpang menyajikan cerita tidak sesuai dengan kronolgis

cerita tersebut.

f. Motivasi

Goris Keraf (1982:160-161) motivasi adalah suatu penjelasan secara

(33)

digambarkan tadi dalam pembukaannya. Motivasi mengungkapkan

bagaimana manusia-manusia berada dalam situasi sebagai yang

digambarkan, dan bagaimana objek dari tanggapan-tanggapan yang

diharapkan (yaitu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu pada waktu itu)

menyajikan kunci utama kepada pembaca untuk membayangkan

tindak-tanduk selanjutnya.

g. Konflik

Sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-tanduk yang bertalian dengan

sebuah makna. Makna hampir selalu muncul dari suatu pertikaian atau

konflik kekuatan-kekuatan yang meransang perhatian kita untuk melihat

bagaimana situasi itu akan diselesaikan. Konflik dalam cerita mengandung

tenaga yang kuat untuk menarik perhatian pembaca.

h. Alur

Goris Keraf (1982:147-148) alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk

yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang

berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang

dan harmonis.

Sejalan dengan pendapat Ahmad Rofi’uddin (1999:150-157) unsur-unsur dalam menulis karangan meliputi, tokoh, alur cerita, latar, tema, dan sudut

pandang.

Berdasarkan pendapat di atas, unsur-unsur narasi terdiri dari aspek tema,

tokoh, latar, sudut pandang, waktu, motivasi, konflik, dan alur. Dalam penelitian

(34)

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Tingkat kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa tidak

sama antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sabarti Akhadiah M.K, dkk.

(1993:2-3) ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:

a. Tujuan yang akan dicapai

Tujuan yang dicapai merupakan faktor penentu. Tujuan ini akan

memberikan arah dalam memilih materi, menentukan strategi belajar

mengajar, serta melakukan evaluasi belajar. Tujuan tersebut mengacu pada

kemampuan yang ditunjukkan oleh sejumlah perilaku yang diharapkan

dapat diperlihatkan siswa setelah mengikuti pelajaran. Perilaku itu

dikelompokkan kedalam tiga ranah: kogitif yang mempengaruhi kegiatan

berpikir, ranah afektif, yang menyangkut perasaan atau sikap, serta ranah

psikomotorik yang menyangkut fisik (keterampilan).

b. Jenis mata pelajaran/ pokok bahasa

Hakikat mata pelajaran yang diberikan akan berpengaruh terhadap

pemilihan kegiatan belajar yang direncanakan.

c. Kondisi siswa

Faktor ini turut serta menentukan jenis kegiatan belajar serta bahan yang

dipilih. Dari berbagai penelitian ternyata bahwa terdapat perbedaan

individual diantara siswa yang belajar. Perbedaan itu meliputi latar belakang

kebahasaan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya, minat,

bakat, kemampuan, gaya belajar, taraf kecerdasan, dan sebagainya.

(35)

d. Sarana

Sarana merupakan faktor yang membatasi guru dalam memilih kegiatan

belajar yang diselenggarakan.

e. Lingkungan sosial

Keberhasilan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, yaitu

keadaan rumah, taraf pendidikan serta sikap orang tua, jumlah anggota

keluarga, perlengkapan belajar di rumah, dan sebagainya. Tentu saja

lingkungan itu tidak dapat atau sulit sekali diubah. Dalam hal ini sekolah

sebagai pusat pembelajaran dapat menyediakan lingkungan yang

diperlukan.

Sugiharto, dkk. Nevi Kurniasih, (2010:20) berpendapat bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis dapat digolongkan menjadi

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani dan

psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sekolah, keluarga, dan

lingkungan. Faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis terdiri dari faktor

siswa sendiri (internal) yang meliputi jasmani dan psikologis, dan faktor dari luar

siswa (eksternal) yang meliputi sekolah, keluarga, lingkungan. Dalam hal ini,

faktor eksternal khususnya faktor sekolah menjadi faktor yang harus diperhatikan

sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Faktor yang berkenaan

dengan sekolah yang merupakan tempat peneliti, faktor sekolah meliputi guru,

model mengajar, fasilitas, media maupun lingkungan sekolah.

Berdasarkan beberapa faktor di atas, dapat dinyatakan faktor-faktor yang

(36)

dicapai, jenis mata pelajaran/pokok bahasa, kondisi siswa, sarana, lingkungan

sosial serta faktor internal (siswa sendiri) dan faktor eksternal (sekolah).

B. Tinjauan tentang ModelContextual Teaching and Learning 1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning

Sardiman (2007: 222) contextual teaching and learning merupakan

pembelajaran yang mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata

siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

menemukan materi yang dipelajari secara penuh untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka. Wina Sanjaya (2011:255).

Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar

mentransfer pengetahuan guru kepada siswa. Ini sejalan dengan pendapat aliran

kontruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif

siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya.

Siswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya, membuat penalaran atas apa

(37)

yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman yang baru.

Proses pembelajaran keterampilan menulis harus sesuai dengan konteks

kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam

memahami pengetahuan baru yang disampaikan. Seperti pengalaman,

pengalaman sebenarnya merupakan proses penyesuaian dan pembandingan

(asimilasi dan komparasi) yang terjadi yang terjadi apabila seseorang dalam

kesadarannya mengalami sesuatu dengan indranya, misal; melihat peristiwa

baru, mengamati proses, sensasi memahami sesuatu ide. B.Rahmanto

(1996:112).

Berdasarkan paparan di atas CTL dapat diartikan sebagai suatu

pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami

makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian

menghubungkan dengan kontek kehidupan sehari-hari, yaitu kontek

lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.

2. Karakteristik Model PembelajaranContextual Teaching and Learning

Wina Sanjaya (2011:256) menyatakan terdapat lima karakteristik dalam

pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah ada dipelajari, dengan

demikian pengetahuan akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang

(38)

b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru

itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan

mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi dipahami dan

diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang

pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru

pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak

perubahan prilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge), terhadap strategi

mengembangkan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

3. Komponen-komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Wina Sanjaya (2011:264-268) mengungkapkan tujuh komponen

pembelajaran kontekstual, antara lain: 1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3)

bertanya, 4) masyarakat, 5) pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian nyata.

Sardiman (2007:22-269) menyatakan kontekstuan sebagai suatu pendekatan

(39)

proses pembelajaran dengan pendekatan CTL.1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3)

bertanya (quetion), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan

(modeling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian nyata (authentic assessment).

Selanjutnya ketujuh komponen ini di jelaskan dibawah ini.

a. Kontruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

b. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam

suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna

untuk. 1) motivasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi

pelajaran, 2) membangkitkan motivasi siswa, 3) merangsang keingintahuan

siswa terhadap sesuatu, 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang

diinginkan, 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan

sesuatu.

c. Masyarakat belajar (learning community)

Masyarakat belajar (learning community) adalah kelompok belajar atau

komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi

pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam: pembentukan

kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas,

bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.

(40)

Inquri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. secara umum proses

proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu. 1)

merumuskan masalah, 2) mengajukan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4)

menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, 5) membuat

kesimpulan.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

f. Refleksi( reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau

peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

g. Penilaian nyata (authentic assessment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkam langkah-langkah

pembelajaran CTL untuk menulis narasi meliputi: 1) siswa diberi kesempatan

secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang

diamati, menentukan bagian objek yang akan ditulis, dan membuat kerangka, 2)

siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan, 3)

siswa menemukan ide/ gagasan yang akan dituangkan dalam menulis karangan, 4)

(41)

dalam kegiatan menulis karangan, 6) siswa melakukan kerja kelompok untuk

membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang telah diamati, 7) siswa

menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran, 8) siswa

membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki kalimat

dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin kembali karangan

yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis

karangan narasi dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa

diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam

menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa menentukan topik,

siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan

objek yang telah diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes menulis

karangan narasi, penilaian karangan narasi oleh guru.

4. Peranan Guru dalam PembelajaranContextual Teaching and Learning

Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru memahami tipe belajar

dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya

belajar siswa. Sehubungan itu, Wina Sanjaya ( 2011 : 262 ) menerangkan bahwa

ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakalah

menggunakan model pembelajaran CTL.

a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh

tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak

bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang

(42)

ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan

demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “ penguasa “ yang

memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka

bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan

penuh tantangan. kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap

aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba

memecahkan setiap persoalah yang menantang. Dengan demikian, guru

berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk

dipelajari oleh siswa.

c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan

antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan

demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu

menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman

sebelumnya.

d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada

(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan

demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak

mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

Berdasarkan di atas, peranan guru dalam pembelajaran CTL dapat

disimpulkan proses pembelajaran CTL, guru perlu menyesuaikan gaya mengajar

terhadap gaya belajar siswa, sehingga siswa merasa senang dan termotivasi dalam

(43)

C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur

kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi tulisan. Baik

unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga

menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Dalam menulis, unsur kebahasaan

merupakan aspek penting yang perlu dicermati, di samping isi pesan yang

diungkapkan. Hal ini secara jelas merupakan titik berat dalam seluruh tahap

penyelenggaraan pengajaran, termasuk tes bahasanya. Perlu disiapkan tes yang

baik agar peserta didik dapat memperlihatkan keterampilan menulisnya. Masalah

terjadi dalam penilaianpun harus diperhitungkan dengan baik untuk merendahkan

kadar subjektivitas pada saat melakukan penilaian. Tes jenis karangan merupakan

jenis tes yang memiliki kriteria penilaian kompleks. Penilaian diberikan dengan

mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap karangan. Suroso

(2009: 43) berpendapat bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa

terdapat beberapa unsur yang akan diperiksa atau dinilai: 1) isi, 2) organisasi, 3)

tata bahasa dan gaya, 4) mekanik.

Dalam penelitian ini, keterampilan menulis karangan narasi dinilai dari

aspek isi dan pengorganisasiannya, penggunaan kalimat, pilihan kata ejaan, serta

tanda baca (EYD) yang digunakan siswa ketika menulis karangan narasi. Kriteria

(44)

Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD

No Unsur yang dinilai Skor

1 Organisasi karangan narasi 20

2 Organisasi isi karangan narasi 35

3 Diksi 15

4 Struktur kalimat 20

5

Ejaan dan tata tulis (EYD) 10

Jumlah

100

D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui CTL

1. Siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata

dalam menentukan objek yang diamati, menentukan bagian objek yang akan

ditulis, dan membuat kerangka.

2. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan.

3. Siswa menemukan ide/gagasan yang akan dituangkan dalam menulis

karangan.

4. Siswa menentukan judul karangan.

5. Siswa menanyakan hal-hal yang penting dalam kegiatan menulis karangan

narasi.

6. Siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan

berdasarkan objek yang telah diamati.

7. Siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran.

8. Siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki

kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin

(45)

karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi dengan menggunakan

model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi kesempatan secara bebas

untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati

siswa menentukan tema, siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan

narasi) dan memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD.

Kemudian siswa menyalin kembali karangan narasi yang sudah diperbaiki,

dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi

dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi

kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam

menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa melakukan

kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang

diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes karangan narasi,

penilaian karangan narasi oleh guru.

E. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) berada pada jenjang umur sekitar

10-12 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif, seperti membaca, menulis

dan berhitung. siswa kelas IV termasuk pada tahap operasional formal, yakni anak

sudah dapat berpikir secara konkret maupun secara abstrak. Jean Piaget (Mulyani

Sumantri dan Nana Syaodih 2009: 1.15) menyatakan pada tahap operasional

formal (11-15). Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi konkretnya untuk

membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki

kemampuan kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan

(46)

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Novia

Purnamasari 2015. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi kelas V SD N 3

Grenggeng Karanganyar Kebumen. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan

keterampilan mengarang narasi setelah diterapkan metode konntekstual, selain itu

hasil nilai rata-rata kelasnya juga meningkat.

G. Kerangkan Pikir

Pembelajaran sekarang banyak yang berorientasi pada target penguasaan

materi, hanya dapat mengingat jangka pendek saja, tetapi gagal dalam membekali

siswa untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan jangka panjang. Hasil

belajar siswa juga rendah. Sehingga saat ini ada kecenderungan belajar lebih baik

jika mereka belajar di lingkungan alamiah. Model contextual teaching and

learning merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa, dan mendorong

siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Kompetensi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo, menunjukkan bahwa

pengetahuan dan kemampuan berbahasa siswa kurang dari yang diharapkan,

terutama pada aspek menulis salah satu menulis karangan narasi. Keterampilan

(47)

siswa kelas IV, kemampuan keterampilan itu mempunyai manfaat bagi siswa

dalam penerapan peristiwa terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan

sehari-hari siswa.

Permasalahannya, keterampilan menulis siswa kelas IV SDN Gedongkiwo

belum memuaskan, khususnya materi menulis karangan narasi. Belum optimalnya

keterampilan menulis karangan narasi dikarenakan pembelajaran menulis

karangan narasi masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional,

kurangnya ketertarikan siswa dalam proses belajar karena model pembelajaran

yang digunakan tidak variatif sehingga belum mendukung keberhasilan yang

dicapai siswa.

Dengan model pembelajaran CTL siwa terlibat langsung dan aktif dalam

pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran model CTL diharapkan dapat

memperbaiki proses pembelajaran dan keterampilan menulis karangan narasi

siswa kelas IV SDN Gedongkiwo.

(48)

H. Hipotesi Penelitian

Dalam peelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian bahwa penggunaan

modelcontextual teaching and learning dapat meningkatkan proses pembelajaran

dan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo.

I. Definisi Operasional

1. Keterampilan menulis karangan narasi adalah suatu kemahiran/kecakapan

pengungkapan ide, perasaan, pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis

secara kronologis yang memperhatikan unsur waktu kejadian dengan efektif

dan efisien sehingg dapat dimengerti oleh pembaca. Karangan narasi tersebut

mencakupi unsur, organisasi karangan, organisasi isi karangan(tema, tokoh,

latar/setting, alur dan amanah), diksi, struktur kata, EYD.

2. Model kontekstual (contextual and learning) merupakan sebuah konsep yang

membantu guru untuk mengaitkan antara materi dengan situasi nyata siswa,

yang dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan

yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan sisa sehari-hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni; kontruktivisme

(contructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat

belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaborasi.

Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan bahwa PTK adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan yang sengaja dimuncukan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Wina Sanjaya (2010: 26) menyatakan bahwa PTK adalah sebagai proses

pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya

untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan

yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari

perlakuan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan kolaborasi yaitu karena

penelitian ini merupakan kerjasama antara guru kelas dan peneliti. Guru berperan

untuk melaksanakan proses pembelajaran dan peneliti bertindak sebagai pengamat

(observer). Hal ini dengan tujuan agar pengamatan terhadap setiap tindakan yang

dilakukan selama proses pembelajaran dapat teramati.

B. Desain Penelitian

Dalam PTK ini dipilih model spiral dari Kemmis dan MC Tanggart dalam

Kasihani Kasbolah (1998: 14) yang meliputi, perencanaan, tindakana,

(50)

Alur dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan

siklus 1 siklus II

1. Perencanaan I 1. Perencanaan II

2. Tindakan I 2. Tindakan II

3. Observasi I 3. Observasi II

4. Refleksi I 4. Refleksi II

Gambar 2. Alur Siklus PTK model Kemmis dan MC Tanggart

Adapun komponen akan diuraikan sebagai berikut

1. Perencanaan

Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan

menulis karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching

and learning. Adapun tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi

untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan

keterampilan menulis karangan narasi dan solusinya.

b. Merancang pelaksanaan pembelajaran bahasa indonesia dengan

(51)

c. Menyusun pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model CTL.

d. Mempersiapkan media pembelajaran dan fasilitas yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP yang telah dirancang sebelumya, yaitu melaksanakan

kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model CTL.

Guru melaksanakan langkah dalam pembelajaran

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut.

Kegiatan awal.

1. Mengucapkan salam

2. Berdoa

3. Guru melaksanakan apersepsi

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti.

1. Siwa memperoleh teks cerita narasi yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari untuk dianalisis.

2. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang tema dan

penulisan ejaan dalam teks cerita narasi.

3. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai cara menulis narasi yang

(52)

4. Siswa mencari pengalaman kehidupan sehari-hari yang berkesan untuk

dijadikan bahan tulis.

5. Siswa berlatih menyusun dan mengembangkan kerangka karangan

berdasarkan kegiatan sehari-hari siswa.

6. Siswa mendapatkan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang

belum dipahami.

Kegiatan akhir.

1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

2. Siswa diberikan tugas untuk membuat tulisan narasi yang utuh.

3. Siswa bersama dengan guru membahas tulisan narasi yang dibuat

siswa.

4. Guru bersama siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang

dilakukan.

3. Pengamatan (observer)

Peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran berlangsung.

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dan

untuk mengetahui sejauh mana hasil dari penerapan CTL.

4. Refleksi

Peneliti bersama kolaborator yaitu guru kelas IV melakukan analisis dan

memaknai hasil perlakuan tindakan siklusi I. Kemudian, dari hasil refleksi

tersebut ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada

siklus I. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan maka

penelitian tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Jika siklus I terdapat

(53)

dilaksanakan setelah siklus I berakhir dan perencanaannya setelah refleksi

siklus I.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

Gedongkiwo dengan jumlah siswa 23 anak. Sedangkan objek penelitian ini

adalah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri

Gedongkiwo.

D. SettingPenelitian

penelitian ini dilakukan di dalam kelas pada SD N Gedongkiwo, di

kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Provinsi Daerah

Istimewah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun

ajaran 2015/2016 pada bulan Januari-April berdasarkan pada masalah

kesulitan siswa dalam menulis karangan narasi yang menyebabkan

rendahnya hasil karangan siswa.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes, observasi, dan dokumentasi.

a. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Suharsimi Arikunto (2006: 150). Tes yang digunakan dalam penelitian

(54)

narasi sebelum dan sesudah adanya tindakan penggunaan model

contextual teaching and learning.

b. Observasi

Menurut Suharsimi arikunto (2006:150) observasi meliputi kegiatan

pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh alat indra. Jadi

mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi merupakan pengamatan

langsung, dalam artian penelitian mengobservasi daapat dilakuakn

dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses

pembelajaran. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan observasi ini

antara lain proses tindakan, pengaruh tindakan, situasi tempat

tindakan, dan kendala tindakan.

Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai

dengan skenario yang telah disusun bersama, perlu dilakukan evaluasi.

Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui tingkat tercapainya sasaran

pembelajaran yang dihadapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran

menulis karangan narasi meggunakan CTL untuk mengetahui

keterlaksanaan CTL dalam pembelajaran menulis karangan narasi

(55)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar

hidup, sketsa, dan lain-lain (Sugiyono, 2009:329). Dokumentasi pada

penelitian ini digunakan untuk mengetahui data awal dari hasil

evaluasi kemampuan siswa dan data-data lain dari hasil evaluasi yang

dilakukan pada siklus I dan II dalam pembelajaran menulis karangan

narasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian (Wina Sanjaya, 2010: 84). Instrumen

yang berarti alat mendapatkan informasi berbagai kelemahan yang perlu

kita sempurnakan dalam pengolaan proses pembelajaran serta dapat

memperoleh informasi tentang keberhasilan yang telah kita peroleh.

Instrumen yang digunakan dalan peneitian ini yaitu tes tugas. Tes tugas

dan observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menulis

karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching and

learningdengan menggunakan Tes menulis karangan narasi,observasi dan

(56)

a. Tes penulisan karangan

Aspek penilaian karangan deskripsi terdiri atas 5 kategori yang telah

dibahas pada bab II. Penilaian karangan narasi disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 3. Kisi-Kisi Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD

No Unsur yang dinilai Skor

1 Organisasi karangan

narasi

20

2 Organisasi isi karangan narasi

35

3 Diksi 15

4 Struktur kalimat dan kosa kata

20

5 Ejaan dan tata tulis (EYD)

10

Jumlah 100

Untuk mempermudah peneliti dalam penialain karangan narasi yang

dibuat oleh siswa maka peneliti menyederhanakan perdapat Burhan

Nurgyantoro (2010:440) rubrik penilian karangan narasi seperti

Gambar

Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif
Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD
Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Alur Siklus PTK model Kemmis dan MC Tanggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa proses pengisian dan pembuangan energi pada induktor gandeng sesuai dengan sinyal pensakelaran yaitu ketika sakelar tertutup arus

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA DI SDMELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING..

Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau

KKPD Kabupaten Karo merupakan salah satu perpustakaan umum yang. telah melakukan kegiatan pengembangan koleksi, tetapi kegiatan

Apa yang membuat anda tertarik untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara?. Bagaimana perasaan anda mengunjungi

Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran KAP, ukuran perusahaan dan debt to total asset ratio berpengaruh terhadap Audit Report Lag pada perusahaan perbankan