iv ABSTRAK
Permasalahan tentang adanya pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada tingkat peninjauan kembali (PK) yang menerima permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana atas putusan peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Padahal diketahui ketentuan mengenai peninjauan kembali yang diatur dalam Pasal 268 ayat (3) menyebutkan bahwa peninjauan kembali hanya dapat dilakukan satu (1) kali saja. Akan tetapi disisi lain Pasal 263 ayat (1) menyebutkan bahwa peninjauan kembali merupakan hak terpidana atau ahli warisnya. Permasalahan lain yang perlu dianalisis adalah terkait pertimbangan majelis hakim yang memeriksa dan membenarkan permintaan peninjauan kembali diluar alasan – alasan yang diajukan oleh pemohon peninjauan kembali. Sedangkan, dalam hal memeriksa peninjauan kembali, majelis hakim dengan kewenangannya hanya dapat memeriksa atas dasar alasan – alasan yang diajukan oleh pemohon dan tidak diperkenankan membuat alasan sendiri. Oleh karenanya menjadi hal yang menarik untuk dianalisis lebih lanjut apakah majelis hakim dengan pertimbangannya sudah tepat dan benar dalam menerima dan membenarkan permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti studi kasus ini adalah melalui pendekatan data yuridis normatif dengan data utama berupa data sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan.