• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Berbagai Dosis Infus Buah Okra (Abelmoschus esculentus) untuk Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penggunaan Berbagai Dosis Infus Buah Okra (Abelmoschus esculentus) untuk Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1229 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Penggunaan Berbagai Dosis Infus Buah Okra (Abelmoschus esculentus) untuk Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia

Siti Zaenab *)

*) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jln Raya Tlogomas no 246 Malang telp. 0341-464318 pswt 120

e-mail: stz.bioumm@gmail.com ABSTRAK

Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.

Diabetes Mellitus dapat menyerang segala lapisan umum dan sosial ekonomi. Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara berkembang karena perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan obesitas.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan berbagai macam dosis Buah Okra (Abelmoschus esculentus) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia, dan untuk mengetahui dosis terbaik dari infus buah okra yang dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus).

Jenis penelitian ini adalah true experimental, terdiri dari 5 kelompok perlakuan, (P0-, P0+, P1, P2, dan P3) yaitu kontrol negatif, kontrol positip, pemberian infus buah okra sebanyak 2 ml/ hari , pemberian infus buah okra sebanyak 3 ml/ hari dan pemberian infus buah okra sebanyak 4 ml/ hari masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang, pada bulan April sampai Juni 2017. Metode pengumpulan data dengan mengukur penurunan kadar glukosa darah tikus putih yang sudah diberi perlakuan, kemudian dianalisis menggunakan SPSS.

Hasil dari penelitian adalah berbagai macam dosis infus buah okra dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih hiperglikemia. Terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1, P2 dan P3 dalam penurunan kadar gula darah tikus putih. Dosis infus buah okra terbaik yang dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih adalah pemberian infus buah okra dengan dosis 4 ml/hari yaitu sebesar 203.2 mg/ dl.

Kata kunci: kadar gula darah, tikus putih hiperglikemia, infus buah okra.

(2)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1230 I. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus telah menjadi penyakit yang ditakuti manusia di seluruh dunia. Kondisi itu memposisikan penyakit diabetes sebagai epidemi terbesar yang dialami manusia pada abad ini. Dewasa ini, penderita diabetes di dunia diperkirakan 240 juta orang. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Wild et al., 2004). Diabetes mellitus disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin, yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah, ekskresi glukosa dalam kemih dan kegagalan menggunakan karbohidrat dan lemak. Insulin dalam tubuh menurun, maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat. Sehingga dapat memicu terjadinya penyakit diabetes melitus tersebut (Nogrady, 2002).

Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.

Prevalensi DM di Indonesia sebesar 8.6% dari total penduduk, sehingga pada tahun 2025 diperkirakan penderita DM mencapai 12.4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali kejadian pada tahun 1995, yaitu 4.5 juta penderita (Depkes, 2005). Angka prevalensi penderita diabetes di tanah air berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi prediabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia, hal ini berarti jumlah penduduk indonesia yang terkena diabetes akan meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu mendatang (Hidayat, 2009).

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita diabetes melitus yaitu dapat dilihat secara langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan gula dalam darah mencapai nilai 60- <80 mg/dl dan air seni (urine) mengandung gula, sehingga urine sering dikerubuti semut (Shadine, 2010). Selain itu juga tanda dan gejala yang sering dikeluhkan penderita diabetes melitus antara lain rasa haus, banyak kencing, banyak makan, badan terasa lemas, berat badan turun, gatal-gatal, sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, mata kabur, kulit kering, bila ada luka sukar sembuh, dan sebagainya. Berat badan penderita menurun drastis, hal ini disebabkan karena glukosa di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel

(3)

1231 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

jaringan. Seperti diketahui glukosa sangat dibutuhkan tubuh karena merupakan sumber energi yang utama (Dalimartha, 2005).

Konsumsi sayuran, khususnya sayuran yang termasuk kategori sayur untuk diabetes, sangat dianjurkan. Dengan asupan serat yang cukup, maka pencernaan pun dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, serat juga berfungsi menghambat pelepasan glukosa ke dalam darah, sehingga kadar gula darah dapat kembali mendekati stabil. Seseorang yang memiliki kadar gula darah tinggi, seharusnya melakukan diet rendah energy. Salah satu makanan yang ideal untuk pasien diabetes adalah buah okra (Abelmoschus esculentus), karena memiliki indeks glikemik yang rendah.

Okra merupakan tanaman kaya protein dan serat. Kandungan minyak yang terkandung pada biji okra sebesar 40%. Minyak biji okra kaya akan asam lemak tak jenuh seperti asam oleat dan asam linoleat. Buah okra mengandung protein sebesar yaitu 3,9% dan lemak 2,05%. Energi di dalam 100 gram buah okra 40 kkal. Mineral di dalam buah okra adalah kalium (6,68%) dan fosfor (0,77%). Okra termasuk sayuran hijau yang kaya serat pangan. Selain serat, okra juga mengandung glutation. Serat sangat penting bagi tubuh karena dapat mencegah konstipasi (susah buang air besar), obesitas, hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi), diabetes (kencing manis), dan kanker kolon (usus besar).

Penelitian tentang buah okra untuk penurunan kadar gula darah sudah memang pernah dilakukan, misalnya menggunakan biji dan kulit buahnya, menggunakan ekstrak buah okra terhadap kadar gula darah, tetapi belum ada penelitian tentang infus buah okra dalam berbagai dosis untuk penurunan kadar gula darah pada tikus putih.

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok dari penelitian ini adalah bagaimana infus buah okra ini dapat digunakan sebagai bahan pangan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih. Belum diketahui dosis terbaik dari infus buah okra yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah tikus putih. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian tentang berbagai macam dosis infus buah okra untuk penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih.

(4)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1232 2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian sungguhan (true experimental). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai Juni 2017. Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan.

Adapun perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: P0 (-) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi infus buah okra dan tidak diberi aloksan (kontrol negatif), P0 (+) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi infus buah dan diberi aloksan (kontrol positif), P1 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 2 ml/ ekor/ hari, P2 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari dan P3 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 4 ml/ ekor/ hari

Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara acak sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel (Rofieq, 2012). Sedangkan sampel penelitian berupa tikus putih dewasa dengan berat 200-300 gram yang diperoleh dari laboratorium kimia UMM. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor tikus putih.

Adapun tahapan yang harus dilakukan meliputi : (1). Menyiapkan 25 tikus putih jantan, dibagi menjadi 5 kandang (untuk 5 kelompok), masing-masing 5 ekor, kemudian diadaptasikan selama 2 minggu; (2). Menyuntik tikus dengan aloksan dengan dosis 150 mg/ kg berat badan.

Penyuntikan dilakukan pada seluruh tikus kelompok perlakuan dan kontrol positip. Penyuntikan dilakukan secara intraperitoneal. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari; (3).Setelah 3 hari tikus putih diukur kadar gula darahnya dan dicatat. Tikus yang tidak diberi aloksan juga diperiksa kadar gula darahnya. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan cara mengambil darah yang berasal dari ekor yang disayat. (4). Selanjutnya tikus putih diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu: P0 -, P0+, P1, P2 dan P3. (5). Setelah 30 hari, tikus jantan disayat bagian

(5)

1233 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

ekornya dan diambil darahnya untuk diperiksa kadar gulanya dengan alat pengukur gula darah merek Autocheck.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan program SPSS. Analisis data yang digunakan adalah analisis varian (Anava) satu jalur untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Sebelum dilakukan uji Anava, maka data yang diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dulu. Jika datanya berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilanjutkan uji Anava. Untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan Uji LSD.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai “Penggunaan Berbagai Dosis Infus Buah Okra (Abelmoschus esculentus) untuk Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia didapatkan data hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Kadar Gula Darah Tikus Putih sebelum perlakuan (mg/dl)

NO PERLAKUAN ULANGAN

RERATA

1 2 3 4 5

1 P0 (-) 109 115 98 110 114 109.2

2 P0 (+) 417 371 337 367 413 381.0

3 P1 378 314 371 378 356 359.4

4 P2 367 361 327 338 315 341.6

5 P3 312 326 354 337 368 339.4

Tabel 4.2. Data Kadar Gula Darah Tikus Putih setelah perlakuan (mg/dl)

NO PERLAKUAN ULANGAN

RERATA

1 2 3 4 5

1 P0 (-) 117 105 112 118 115 113.4

2 P0 (+) 428 335 315 326 513 383.4

3 P1 242 239 226 251 221 235.8

(6)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1234

4 P2 201 189 141 180 132 168.6

5 P3 120 122 140 139 160 136.2

Data kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) di atas kemudian dianalisis menggunakan analisis varian (Anava) satu jalur kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Sebelum data dianalisis menggunakan Anava satu jalur terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas (Liliefors) dan uji homogenitas.

Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil nilai Sig 0.200. Dari hasil tersebut dapat diambil keputusan bahwa data berdistribusi normal karena Sig > 0.05. Sedangkan untuk uji homogenitas didapatkan hasil sig 0.319. Pengambilan keputusannya adalah jika Sig > 0,05 berarti semua data varians populasinya adalah sama (homogen). Karena kedua prasyarat telah terpenuhi maka analisis bisa dilanjutkan.

Analisis selanjutnya adalah uji Anava satu jalur, fungsi dari uji tersebut adalah untuk mengetahui apakah berbagai macam dosis infus buah okra dapat menurunkan kadar gula tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Berdasarkan hasil analisis anava diperoleh hasil probabilitas 0,031. Pengambilan keputusannya adalah jika Sig> 0,05 maka Ho diterima jika Sig

< 0,05 Ho ditolak, karena hasil Sig 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian infus buah okra dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia.

Uji lanjutan yang digunakan adalah uji LSD untuk mengetahui pemberian dosis infus buah okra berapakah yang dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) tertinggi. Berdasarkan hasil uji LSD telihat hasilnya bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1, P2 dan P3. Penurunan kadar gula darah tertinggi didapatkan pada perlakuan P3 (dosis 4 ml/ hari) yaitu sebesar 203.2 mg/dl, sedang penurunan terendah didapatkan pada P1 (dosis 2 ml/ hari).

3.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah berbagai macam dosis infus buah okra dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Serta untuk

(7)

1235 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

mengetahui dosis terbaik yang dapat menurunkan kadar gula tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia yang tertinggi. Penelitian menggunakan 25 ekor tikus putih dengan 5 perlakuan Adapun perlakuannya adalah kelompok tikus yang tidak infus buah okra dan tidak diberi aloksan (P0-/ kontrol negatif), kelompok tikus yang tidak diberi infus buah okra dan diberi aloksan (P0+/

kontrol positif), kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 2 ml/

ekor/hari (P1), kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 3 ml/

ekor/hari (P2) dan kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus buah okra dengan dosis 4 ml/

ekor/hari (P3). Tikus diadaptasikan selama satu minggu, kemudian diberi macam-macam perlakuan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama sekitar 2 bulan.

Tingginya kadar glukosa darah pada tikus putih jantan pada P0+ adalah akibat dari pemberian aloksan yang diinduksikan pada tikus putih. Aloksan merupakan suatu zat yang dapat digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus sehingga kadar glukosa darahnya meningkat akibat dari kerusakan sel beta pancreas. Penyuntikan aloksan ke dalam pembuluh darah tikus dapat merusakkan sel beta pada kelenjar pancreas dari pulau langerhans, akibatnya insulin tidak dapat diproduksi oleh pancreas. Insulin adalah hormon yang salah satu fungsinya merubah glukosa menjadi glikogen yaitu simpanan glukosa yang ada di hati dan otot. Karena insulin tidak dapat diproduksi oleh pankreas maka glukosa tidak bisa dirubah menjadi glikogen, akibatnya glukosa dalam darah meningkat secra terus menerus sehingga tubuh dalam keadaan hiperglikemia. Menurunnya produksi insulin berakibat naiknya kadar glukosa darah.

Level glukosa di dalam darah pada tikus dimonitor oleh pankreas. Jika konsentrasi glukosa darah pada tikus menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, yaitu hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Kemudian sel- sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah hingga meningkatkan level gula darah. Namun jika konsentrasi glukosa darah pada tikus meningkat karena perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini disebut insulin yang menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen (glikogenosis) yang mengurangi level gula darah.Karbohidrat dalam makana yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa dan fruktosa yang akan dilepas di dalam intestinum. Unsur-unsur gizi

(8)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1236 ini lalu diangkut kedalam hepar lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera diubah menjadi glukosa di dalam hepar (Dalimartha, 2005).

Ada beberapa mekanisme pada tanaman obat yang dapat membantu penderita hiperglikemia atau diabetes melitus, diantaranya adalah memiliki substansi seperti insulin, meningkatkan aktivitas sel beta pankreas dengan merangsang regnerasi sel-sel beta pankreas sebagai inhibitor α-glukosidase. Enzim α-glukosidase adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat menjadi gula sederhana (glukosa) pada usus. Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim tersebut sangat berpotensi dipakai sebagai obat antidiabetes, karena dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara menghalangi penyerapan glukosa di usus dan bersifat sebagai antioksidan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa infus buah okra dapat menurunkan gula darah tikus hiperglikemia karena beberapa alasan. Pertama karena adanya kandungan kandungan serat yang tinggi pada buah okra, yang berupa alfa selulosa dan hemi selulosa. Serat tersebut dapat membantu untuk menstabilkan gula darah dengan membatasi tingkat penyerapan gula di dalam saluran usus (Nilesh J, et all, 2012). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Khatun, H. et all (2010), bahwa dengan mengkonsumsi serat dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan) dengan mengurangi difusi glukosa dan menunda penyerapan serta pencernaan karbohidrat. Kedua, lendir okra yang merupakan hidrokoloid polisakarida rantai panjang dengan berat molekul tinggi dan protein penyusun yang mengandung kedua zat hidrofilik dan hidrofobik, menyebabkan lendir buah okra memiliki potensi sebagai agen pengemulsi, pengental dan agen pengikat. (Gasendo et al, 2012). Dengan mengkonsumsi infus (lendir) buah okra, maka lendir buah okra tersebut dapat mengikat lemak yang terdapat di dalam usus, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat secara tidak langsung mempengaruhi kadar gula dalam darah. Kedua alasan tersebut telah dapat menguatkan hasil penelitian tentang penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia menggunakan berbagai dosis infus buah okra (Abelmoschus esculentus)

Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa infus buah okra dalam berbagai dosis dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih. Terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1, P2 dan P3. Walaupun terjadi penurunan kadar gula darah pada semua perlakuan, tetapi

(9)

1237 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

penurunan tersebut masih belum bisa membuat tikus mempunyai kadar gula darah yang kembali normal. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa hal. Yang pertama, pemberian infus buah okra kurang lama, artinya waktu penelitiannya terlalu singkat (hanya satu bulan). Apabila waktu penelitian diperpanjang, ada kemungkinan penurunan kadar gula darah menjadi lebih banyak, sehinggga tikus bisa kembali normal. Kedua, dosis infus yang diberikann kurang banyak. Hal ini disebabkan karena kemampuan tikus untuk menerima cairan per oral tidak bisa terlalu banyak, sehingga pemberian dosis dibatasi hanya sampai 4 ml saja. Sebenarnya hal ini bisa diatasi dengan pemberian dosis yang sama tetapi dilakukan dengan frekuensi yang berbeda, misalnya 2 atau 3 kali sehari.

4. KESIMPULAN DAN SARAN.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1).Ada pengaruh berbagai dosis infus buah okra (Abelmoschus esculentus) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus). (2). Perlakuan pemberian infus buah okra dengan dosis 4 ml/ hari (P3) merupakan perlakuan terbaik, yaitu terjadi penurunan sebesar 203,2 mg/dl.

Sedangkan saran dari penelitian ini adalah: (1). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis dan waktu yang berbeda/ lebih lama, sehingga didapatkan penurunan kadar gula darah yang lebih optimal dan (2). Selain itu, juga dapat dilakukan penelitian dengan menggunaan bentuk sediaan yang berbeda, misalnya simplisia, atau menggunakan bentuk ekstrak.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Baraas, F (1993), Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol, Cetakan Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

[2] Colby, D.S. 1999. Ringkasan Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

[3] Departemen Kesehatan RI. 2005. Jumlah penderita diabetes Indonesia ranking ke-4 di dunia.

Berita Dep. Kes. RI. 5 September 2005.

(10)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1238 [4] Gasendo, Cherie D., Julmarie Claire C. Pascua, dan Clair J. Supangan. 2012. Cost-Effective Analysis of the Extracted Mucilagenous Substance of Okra(Hibiscus Esculentus) and Corn Starch as Tablet Binders. Journal of Pharmacy 3.

[5] Heather, R et al. 2001. The effect of flexible low glycemic index dietary advice versus measured carbohydrate exchange diets on glycemic control in children with type 1 diabetes. Diab Care Vol. 24:1137-1143.

[6] Khatun, H, MSt, (2010), In Vitro Study of the ffect of Viscous Soluble Dietary Fibers of Abelmoschus esculentus L in Lowering Intestinal Glucose Absorbtion, Bangladesh Pharmaceutical Jurna, Vol 13 No 2, ISSN 0301-4606

[7] Marks, Dawn B et al. 2000. Biokimia Kedokteran Dasa Sebagai Pendekatan Klinis. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran.

[8] Hidayat. 2009. 11% Penduduk Indonesia Berisiko Diabetes . Republika Edisi November 15th, 2009

[9] Nilesh, J. (2012), A Review on Abelmoschus escuentus, PHARMACIA Vol I

[10] Nugroho BA, Puwaningsih E. Pengaruh diet ekstrak rumput laut (Eucheumasp.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih ( Rattus norvegicus ) hiperglikemik. Media Medika Indonesia Vol.39 No. 3, 2004 : 154 – 60.

[11] Sidartawan Soegondo, Kartini Sukardji. 2008. Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula. FKUI: Jakarta.

[12] Shadine, Mahannad. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Struk dan Serangan Jantung. Surabaya: Keen Book.

[13] Siswono. 2005. Jumlah Pengidap Diabetes di Indonesia Peringkat Keenam. Suara Pembaruan Edisi Selasa, 11 Januari, 2005

[14] Subrahmanyan, G.V. (2011) Antidiabetic Activity of Abelmoschus esculentus Fruit Extract, Int. J of Research in Pharmacy and Chemistry, Vol 1.

[15] Suhardi. 1995. Manfaat olahraga aerobik bagi Penderita Penyakit Diabetes Mellitus.

Makalah Disajikan dalam Seminar Regional Dosen Kopertis di UNIKAL Pekalongan.

Pekalongan, 15 Juli

[16] Suharmiati. 2009. Pengujian Bioaktifitas Anti Diabetes Melitus Tumbuhan Obat. (Online),

(11)

1239 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/06 Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes.html. Diakses 11 September 2012.

[17] Syamsuni. 2006. Bentuk Sediaan Obat. Surabaya. Apollo Press

[18] Suyono, S. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua tahun 2009.

Bagian I

[19] Szkudelski T. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells of the rat pancreas [Internet]. 2008 [cited 2009 January 23]. Available from:

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11829314

[20] Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. 2004. Global Prevalence of Diabetes:

Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care. 2004; 27: 1047- 1053.

[21] World Health Organization. 2006. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate hyperglycemia: report of a WHO/IDF consultation. WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland

Gambar

Tabel  4.1. Data Kadar Gula Darah Tikus Putih sebelum perlakuan (mg/dl)

Referensi

Dokumen terkait

Selaras dengan itu pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjaskes), dimana siswa dituntut harus mampu menguasai 3 aspek domain yaitu

Pembelajaran kooperatif telah banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik, terutama untuk mengatasi permasalahan

Hasil uji s tatistik diperoleh nilai p sebesar 0,703 &lt; dari nilai α (0,05) yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan status

The major issue in Cement Industries of Malaysia Bhd (CIMA Bhd) is how competency gap can affect the performance of employees in CIMA Bhd and how it can influence

Adapun dalam pembuktian kualifikasi ini, peserta yang di undang wajib membawa serta memperlihatkan Dokumen yang disyaratkan dalam dokumen lelang kepada Panitia yang telah ditunjuk

Bab II : Etika Lingkungan dalam Pusaran Bisnis dan Politik adalah bab yang membahas bagaimana penerapan sebuah mazhab etika lingkungan tertentu yang berorientasi pada hak

Pada penelitian ini dilakukan analisis dan implementasi watermarking pada berkas citra menggunakan histogram-based reversible data hiding dengan border point dan

Dalam menyelesaikan Laporan Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan sehingga dalam