• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DATA. 4.1 Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. ANALISIS DATA. 4.1 Pendahuluan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

22

Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA

4.1 Pendahuluan

Penyebaran kuisioner dilakukan pada periode akhir bulan Mei hingga awal bulan Juni pada 12 proyek konstruksi di Surabaya. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi proyek konstruksi yang sedang dalam tahap konstruksi yang memiliki basement. Untuk setiap proyek konstruksi masing- masing disebarkan lima kuisioner sehingga total kuisioner yang disebarkan adalah 60 kuisioner. Dari 60 kuisioner yang disebarkan, tercatat ada 33 kuisioner yang kembali (55%) (Lampiran 2).

4.2 Analisis Data dan Pembahasan

Analisa data kuisioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (1) data responden, (2) data proyek konstruksi basement yang sedang dikerjakan, dan (3) tahapan konstruksi basement yang berkaitan dengan aspek lingkungan.

4.2.1 Data Responden

Responden yang mengisi kuisioner pada penelitian ini berjumlah 33 responden dan di analisa berdasarkan jabatan, tingkat pendidikan terakhir dan pengalaman bekerja di bidang konstruksi. Mayoritas responden adalah site engineer sebanyak 30,3 %, drafter, staff teknik, quantity surveyor dan supervisor yang tergolong dalam kategori lainnya sebanyak 27,3%, 24,2% pelaksana dan 18,2% untuk site manager (Gambar 4.1).

(2)

23

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (78,8%) pada penelitian ini memiliki tingkat pendidikan terakhir Sarjana S1. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengisi kuisioner ini memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang aspek lingkungan pada konstruksi basement.

Mayoritas responden memliki pengalaman bekerja di bidang konstruksi antara 1 – 5 tahun (39,4%). Dari data ini dapat diketahui bahwa responden yang mengisi data kuisioner pada penelitian ini memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan proyek konstruksi yang memiliki basement (Gambar 4.3).

18,2%

30,3%

24,2%

27,3%

Gambar 4.1. Jabatan Responden

Site Manager Site Engineer Pelaksana Lainnya

24,2%

39,4%

15,2%

21,2%

Gambar 4.2. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

< 1 tahun

> 1 - 5 tahun

> 5 - 10 tahun

> 10 tahun

(3)

24

Universitas Kristen Petra

4.2.2 Data Proyek Konstruksi Basement

Data proyek yang yang berhasil dikumpulkan dari penyebaran kuisioner meliputi kedalaman galian, dimensi galian, metode penggalian dan standar pelaksanaan pekerjaan galian tanah basement. Gambar 4.4 menunjukkan mayoritas kedalaman galian adalah 2-6 m (70%), kedalaman galian > 6 m (30%), dan tidak ada kedalaman galian < 2 m. Kedalaman galian antara 2-6 m menunjukkan galian menengah.

Data proyek yang berkaitan dengan luas galian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel tersebut menunjukkan luas galian dan kedalaman galian yang ada di

3,0%

12,1%

78,8%

6,1%

Gambar 4.3. Pengalaman Bekerja Responden

SMA D3 S1

Lainnya (STM)

70%

30%

Gambar 4.4. Kedalaman Galian

2 - 6 m

> 6 m

(4)

25

Universitas Kristen Petra

beberapa proyek. Luas dan kedalaman galian berkaitan dengan besarnya volume tanah hasil galian yang akan dibuang dari lokasi galian.

Tabel 4.1. Luas & Kedalaman Galian

No

Nama Proyek Luas (m2) Kedalaman (m)

1. Zest Hotel 840 2 – 6

2. Hotel Mirama Mercure Extention 1200 2 – 6

3. The Samator 10500 2 – 6

4. Apartemen & SOHO Ciputra World 7906 > 6

5. Harris Hotel & Pop 3002 2 – 6

6. Tunjungan Plaza IV - V 5628 2 – 6

7. Hotel Luminor 36 2 – 6

8. Grha Prodia 746 > 6

9. Wika Realty De Papilio Taman Sari 5000 > 6

10. Supermall Pakuwon Indah 6000 2 – 6

Metode penggalian tanah yang digunakan dalam pelaksanaan galian tanah basement meliputi open cut / lereng, cut and cover / turap maupun kombinasi keduanya. Mayoritas proyek menggunakan cut and cover / turap sebanyak 60% lalu open cut / lereng dan kombinasi keduanya masing-masing sebesar 20% (Gambar 4.5).

(5)

26

Universitas Kristen Petra

Data proyek yang berkaitan dengan standar pelaksanaan galian dapat dilihat pada Tabel 4.2. Proyek konstruksi yang ada mayoritas menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai standar pelaksanaan galian tanah basement pada proyek mereka.

Tabel 4.2. Standar Pelaksanaan Galian

No Nama Proyek Standar Pelaksanaan Galian

SNI Bsi HKPC EPA Lainnya

1. Zest Hotel

2. Hotel Mirama Mercure Extention

3. The Samator

4. Apartemen & SOHO Ciputra World

5. Harris Hotel & Pop

6. Tunjungan Plaza IV - V

7. Hotel Luminor

8. Grha Prodia

9. Wika Realty De Papilio Taman Sari

10. Supermall Pakuwon Indah

4.2.3 Tahapan Konstruksi Basement

Berdasarkan hasil analisa kuisioner, diperoleh nilai mean dan variance dari setiap tahapan pekerjaan galian tanah basement yang berkaitan dengan aspek lingkungan. Tahapan yang diteliti meliputi tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap penggalian dan tahap pemindahan tanah. Nilai 1 menunjukkan bahwa

20%

60%

20%

Gambar 4.5. Metode Galian

Open cut / lereng Cut and Cover / turap Keduanya

(6)

27

Universitas Kristen Petra

responden „tidak pernah‟ melakukan usaha pemenuhan aspek lingkungan pada tahapan pekerjaan galian tanah basement, sedangkan nilai 4 menunjukkan bahwa responden „selalu‟ melakukan usaha tersebut. Berdasarkan nilai mean dan variance, maka diperoleh peringkat atau rank untuk setiap kegiatan kontraktor dalam tahapan pekerjaan galian tanah.

4.2.3.1 Tahapan Perencanaan

Gambar 4.6 menunjukkan hasil perhitungan nilai mean tahapan perencanaan pada pekerjaan galian tanah basement. Dari grafik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Merencanakan desain sudut lereng sesuai dengan kondisi tanah (mean = 3,55).

Proses perencanaan desain sudut lereng sesuai dengan kondisi tanah berperan penting dalam proses pekerjaan galian tanah basement. Sudut lereng yang terlampau curam pada kondisi tanah yang loose atau lepas dapat mengakibatkan terjadinya kelongsoran pada saat proses penggalian tanah.

2. Merencanakan desain perkuatan lereng yang curam (mean = 3,61).

Desain perkuatan ini direncanakan untuk mencegah terjadinya longsor pada dinding galian tanah yang curam. Hal tersebut karena galian tersebut sengaja dibuat curam yang disebabkan keterbatasan lahan di proyek tersebut.

3. Merencanakan saluran drainase pada kaki lereng (mean = 3,42).

Saluran drainase pada kaki lereng diperlukan agar menjaga area selama proses galian tanah tidak tergenang air dan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik.

4. Merencanakan saluran drainase pada dinding penahan (mean = 3,39).

Saluran drainase pada dinding penahan diperlukan untuk mencegah kemungkinan rembesan air hujan yang masuk melalui dinding penahan tanah dan dapat merusak stabilitas dinding penahan tanah. Saluran tersebut dimaksudkan agar membuang rembesan air hujan tersebut segera dari area galian tanah.

5. Merencanakan metode penggalian berdasarkan karakteristik tanah (mean = 3,64).

(7)

28

Universitas Kristen Petra

Merencanakan metode penggalian yang digunakan sesuai dengan jenis tanah di lapangan. Hal ini bertujuan agar penggalian tanah dapat dilakukan dengan baik dan dapat meminimalisir kelongsoran selama proses penggalian.

6. Merencanakan desain dinding penahan tanah untuk galian curam (mean = 3,52).

Untuk galian tanah yang curam perlu direncanakan jenis dinding penahan tanah yang cocok dan sesuai dengan karakteristik tanah di lapangan.

Pemilihan dinding penahan tanah ini bertujuan agar selama proses penggalian dapat berjalan dengan lancar dan dinding penahan tanah tersebut dapat digunakan semaksimal mungkin.

7. Merencanakan desain dinding penahan tanah sesuai karakteristik tanah (mean

= 3,42).

Desain dinding penahan tanah disesuaikan dengan karakteristik tanah yang ada di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jenis material dinding penahan tanah yang sesuai dengan kondisi tanah di lapangan.

8. Merencanakan sirkulasi kendaraan/alat berat yang masuk proyek (mean = 3,52).

Sirkulasi kendaraan/alat berat yang masuk proyek perlu diperhatikan. Hal ini bertujuan agar kendaraan/alat berat yang masuk maupun keluar proyek tidak menganggu proses galian tanah dan mengurangi polusi yang terjadi.

9. Merencanakan pengolahan dan pemakaian limpasan air hujan di area proyek (mean = 3,24).

Pengolahan dan pemakaian air hujan di area proyek bertujuan agar limpasan air hujan yang telah menjadi limbah tidak mencemari saluran kota dan meminimalisir polusi air yang ada di proyek.

10. Memastikan mendapat ijin pemerintah setempat untuk menggunakan jalan umum (mean = 3,58).

Hal ini dimaksudkan bila dengan terpaksa menggunakan jalan umum untuk pembuangan sisa galian tanah.

(8)

29

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.6. Grafik Nilai Mean Tahap Perencanaan

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai mean terbesar adalah = 3,64 untuk kegiatan kontraktor “merencanakan metode penggalian”. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kontraktor sering melakukan perencanaan metode penggalian sebelum melakukan pekerjaan galian tanah. Hal tersebut mendapat nilai terbesar karena “merencanakan metode penggalian” merupakan langkah awal sebelum melakukan pekerjaan galian tanah.

Ada beberapa kegiatan kontraktor yang memiliki nilai rata-rata yang sama dalam tahap perencanaan. Contoh kegiatan kontraktor tersebut adalah

“merencanakan drainase kaki lereng” dan “ merencanakan desain dinding penahan tanah” dengan nilai = 3,42. Dalam memberi urutan terhadap kegiatan kontraktor tersebut, nilai variansi dari masing-masing kegiatan yang digunakan untuk memberi urutan.

Nilai terendah pada kegiatan “merencanakan pengolahan air hujan”

dengan nilai = 3,24. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kontraktor sering merencanakan pengolahan air hujan. Hal tersebut karena adanya faktor lahan yang sempit di beberapa proyek. Sehingga tempat untuk menyediakan tempat pengolahan air hujan menjadi terbatas bahkan cenderung lahan tersebut tidak ada.

(9)

30

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.3. Peringkat Tahap Perencanaan

No. Kegiatan Kontraktor Mean Var

1. Merencanakan metode penggalian.  

2. Merencanakan perkuatan lereng curam. 3,61 0,309

3. Memastikan ijin pemerintah menggunakan jalan.  

4. Merencanakan metode penggalian. 3,55 0,381

5. Merencanakan dinding penahan galian curam.  

6. Merencanakan sirkulasi kendaraan/alat berat.  

7. Merencanakan desain dinding penahan tanah.  

8. Merencanakan drainase kaki lereng. 3,42 0,439

9. Merencanakan drainase dinding penahan.  

10. Merencanakan pengolahan air hujan  

4.2.3.2 Tahapan Persiapan

Gambar 4.7 menunjukkan hasil perhitungan nilai mean tahapan persiapan pada pekerjaan galian tanah basement. Dari grafik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menyiapkan pemasangan pagar pembatas di area proyek (mean = 3,88).

Pagar pembatas di area proyek bertujuan agar aktivitas di dalam proyek tidak menganggu area di sekitarnya serta meminimalisir kebisingan dan polusi.

2. Menyiapkan area proyek yang bersih dari bekas pondasi lama, akar tanaman, dsb. (mean = 3,48).

Sebelum melakukan pekerjaan galian tanah perlu melakukan pembersihan terhadap lapisan tanah bagian atas, bekas pondasi bangungan lama di lapangan, hingga akar-akar tanaman yang masih ada di proyek tersebut.

3. Menyiapkan jadwal rutin untuk penyiraman air di area proyek pada musim kemarau (mean = 3,09).

Penyiraman air di area proyek bertujuan agar menjaga daerah proyek tidak terlalu kering. Sehingga debu yang timbul dari aktivitas galian tanah dapat berkurang.

4. Menyiapkan jalan khusus alat berat untuk akses proyek (mean = 3,48).

(10)

31

Universitas Kristen Petra

Jalan khusus untuk alat berat berupa jalan paving atau sejenisnya. Jalan khusus tersebut bertujuan agar alat berat dapat masuk maupun keluar proyek dengan mudah.

5. Menyiapkan jam kerja yang sesuai dan mengurangi jam kerja di malam hari (mean = 2,88).

Jam kerja yang dipersiapkan selama konstruksi yang dimaksud adalah jam kerja yang sesuai dan mengurangi aktivitas selama jam malam. Perlu diperhatikan jam pergantian untuk setiap pekerja yang terlibat dalam kontruksi tersebut.

6. Melakukan koordinasi terkait utilitas yang ada di lokasi proyek (mean = 3,45).

Pekerjaan galian tanah dapat terhambat bila utilitas di area proyek tidak sengaja rusak akibat aktivitas galian tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya koordinasi dengan pemerintah setempat terkait adanya utilitas yang ada di area proyek tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kontraktor dapat meminimalisir kerusakan utilitas akibat aktivitas galian tanah di lapangan.

7. Melakukan survey terhadap kondisi semula bangunan sekitar (mean = 3,39).

Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi awal bangunan sekitar sebelum aktivitas di area proyek tersebut berjalan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan bangunan sekitar yang sudah ada dan meminimalisir kecurangan penduduk setempat dalam meminta ganti rugi kerusakan bangunan mereka.

Gambar 4.7. Grafik Nilai Mean Tahap Persiapan

(11)

32

Universitas Kristen Petra

Pada Tabel 4.4 menunjukkan urutan kegiatan kontrakor pada tahap persiapan. Kegiatan kontraktor “menyiapkan pagar pembatas proyek”

memperoleh nilai terbesar = 3,88. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontraktor sering menyiapkan pagar pembatas dalam tahap persiapan pekerjaan galian tanah basement. Pagar pembatas proyek bertujuan untuk melindungi area sekitar proyek dari polusi selama pekerjaan galian tanah berlangsung.

Kegiatan kontraktor “mengurangi jam kerja malam” memiliki nilai terendah = 2,88. Dari data yang diperoleh, kontraktor masih jarang dalam mengurangi jam malam untuk pelaksanaan galian tanah. Jam kerja malam digunakan kontraktor untuk mempercepat jadwal pekerjaan konstruksi. Namun jam malam yang diterapkan dapat berdampak pada kebisingan yang menganggu penduduk sekitar.

Tabel 4.4. Peringkat Tahap Persiapan

No. Kegiatan Kontraktor Mean Var

1. Menyiapkan pagar pembatas. 3,88 0,110

2. Menyiapkan jalan khusus alat berat. 3,48 0,508

3. Menyiapkan area proyek bersih. 3,48 0,508

4. Melakukan koordinasi utilitas di proyek. 3,45 0,318

5. Melakukan survey kondisi bangunan sekitar. 3,39 0,559

6. Menyiapkan jadwal penyiraman air. 3,09 0,648

7. Mengurangi jam kerja malam. 2,88 0,547

4.2.3.3 Tahapan Penggalian

Gambar 4.8 menunjukkan hasil perhitungan nilai mean tahapan penggalian pada pekerjaan galian tanah basement. Dari grafik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menghentikan pekerjaan galian tanah pada saat cuaca buruk (mean = 3,33).

Menghentikan aktivitas galian tanah di area proyek bila timbul cuaca buruk seperti hujan deras, angin kencang dsbnya yang dapat mengganggu aktivitas galian tanah. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja akibat cuaca buruk.

(12)

33

Universitas Kristen Petra

2. Mengatur urutan pekerjaan galian tanah dengan baik (mean = 3,45).

Urutan aktivitas galian tanah di area proyek perlu direncanakan dengan baik.

Hal ini bertujuan agar selama pelaksanaan galian tanah dapat dikontrol dan dipantau dengan baik.

3. Pelaksanaan penggalian lereng sesuai dengan karakteristik tanah (mean = 3,48).

Sudut kemiringan penggalian lereng di area proyek tersebut menyesuaikan dengan jenis tanah dan karakteristiknya di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya longsor karena sudut kemiringan galian yang tidak sesuai dengan jenis tanah di lapangan.

4. Membentuk lereng menyerupai anak tangga agar tidak membahayakan (mean

= 2,94).

Pembentukan lereng menyerupai anak tangga bila kondisi kedalaman terlalu dalam sehingga perlu area yang luas di proyek tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk membantu lereng tersebut tetap dalam kondisi yang stabil.

5. Pemantauan dari perubahan bentuk pada bagian atas lereng (mean = 3,30).

Bentuk lereng yang ada perlu diperhatikan bentuk bagian atasnya. Hal ini bertujuan agar kondisi lereng yang ada tetap stabil dan selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor.

6. Pemantauan lereng dari retakan, celah, dan rembesan air yang terjadi (mean = 3.36).

Lereng yang telah dibentuk sebagai dinding penahan tanah perlu diperhatikan strukturnya agar lereng tersebut tetap dalam kondisi yang baik. Perlu dilakukan kontrol terhadapa retakan yang timbul maupun rembesan air yang dapat mengurangi stablitas lereng.

7. Pemantauan turap dari perpindahan vertikal dan horizontal selama proses penggalian tanah (mean = 3,30).

Penggunaan turap sebagai dinding penahan tanah dipakai bila galian tanah di area proyek terlalu curam. Selama aktivitas galian tanah berlangsung perlu dilakukan kontrol terhadap perpindahan kondisi turap tersebut. Perlu dilakukan perbaikan terhadap kondisi perpindahan turap bila terjadi perubahan perpindahan turap dari kondisi semula.

(13)

34

Universitas Kristen Petra

8. Pemantauan kondisi material turap dari retak atau korosi yang timbul (mean = 3,39).

Turap yang digunakan dapat berupa turap dari material beton, baja ataupun material sejenisnya. Maka perlu diperhatikan kondisi material turap yang digunakan seperti timbulnya retakan ataupun korosi yang dapat mengurangi stabilitas turap tersbut.

9. Memastikan celah turap bebas dari rembesan air (mean = 3,24).

Dalam pelaksaannya perlu diperhatikan celah antara turap. Celah antara turap tersebut harus bebas dari rembesan air. Hal ini bertujuan selama aktivitas galian tanah berlangsung remebsan air tidak menyebabkan kondisi galian tergenang air. Hal ini juga untuk menjaga stabilitas turap yang ada.

10. Melakukan pemompaan air tanah segera keluar dari lokasi galian (mean = 3,52).

Bila genangan air timbul pada lokasi galian, maka aktivitas tersebut dapat terganggu. Sehingga air tanah tersebut perlu dipompa keluar dari lokasi galian menuju tempat pengolahan air dengan segera.

11. Melakukan treatment air tanah hasil pemompaan sebelum dibuang ke saluran kota (mean = 3,24).

Perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu air tanah dari lokasi proyek sebelum dibuang ke saluran kota. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran air yang ada di saluran kota akibat pembuangan air sisa galian tanah.

Gambar 4.8. Grafik Nilai Mean Tahap Penggalian

(14)

35

Universitas Kristen Petra

Pada Tabel 4.5 menunjukkan urutan kegiatan kontraktor pada tahap penggalian. Kegiatan kontraktor “pemompaan air tanah keluar lokasi galian”

memperoleh nilai terbesar = 3,52. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontraktor sering melakukan pemompaan air tanah keluar dari lokasi galian. Pemompaan air tanah segera keluar lokasi galian bertujuan agar selama pekerjaan galian tanah berlangsung tidak terganggu akibat genangan air yang timbul.

Kegiatan kontraktor “membentuk lereng seperti anak tangga” memiliki nilai terendah = 2,94. Dari data yang diperoleh kontraktor masih jarang melakukan kegiatan tersebut dalam tahap penggalian tanah basement. Lereng yang dibentuk seperti anak tangga bertujuan untuk membuat lereng galian tidak terlalu curam. Namun dalam pelaksanaannya perlu waktu yang cukup lama dan besarnya lahan yang dibutuhkan. Kegiatan tersebut juga hanya berlaku untuk jenis galian yang dapat menggunakan lereng.

Tabel 4.5. Peringkat Tahap Penggalian

No. Kegiatan Kontraktor Mean Var

1. Pemompaan air tanah keluar lokasi galian. 3,52 0,320

2. Penggalian lereng sesuai karakteristik tanah. 3,48 0,383

3. Mengatur urutan pekerjaan galian tanah. 3,45 0,318

4. Pemantauan kondisi material turap. 3,39 0,246

5. Pemantauan lereng dari retakan dan celah. 3,36 0,426

6. Menghentikan galian saat cuaca buruk. 3,33 0,417

7. Pemantauan turap dari perpindahan. 3,30 0,343

8. Pemantauan bentuk lereng. 3,30 0,468

9. Memastikan celah antara turap bebas rembesan. 3,24 0,377

10. Melakukan treatment air hasil pemompaan. 3,24 0,439

11. Membentuk lereng seperti anak tangga. 2,94 0,434

4.2.3.4 Tahapan Pemindahan Tanah

Gambar 4.9 menunjukkan hasil perhitungan nilai mean tahapan pemindahan tanah pada pekerjaan galian tanah basement. Dari grafik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

(15)

36

Universitas Kristen Petra

1. Melengkapi bak truk dengan terpal atau penutup bak (mean = 3,33).

Truk yang digunakan untuk membuang sisa galian tanah perlu dilengkapi dengan penutup bak atau sejenisnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sisa galian tanah yang diangkut tumpah ataupun mengurangi debu yang timbul.

2. Membersihkan roda truk sebelum keluar proyek (mean = 3,27).

Perlu dilakukan pemebersihan roda truk sebelum keluar dari proyek. Hal ini bertujuan untuk mengurangi debu yang timbul akibat roda truk yang kotor.

3. Menggunakan rute khusus untuk pembuangan sisa galian tanah (mean = 3,36).

Rute khusus untuk pembuangan sisa galian tanah dipersiapkan untuk mengurangi gangguan selama proses pembuangan tersebut. Gangguan tersebut dapat terjadi pada pengguna jalan lainnya akibat jalan rusak atau polusi yang timbul.

4. Memastikan muatan truk tidak melebihi batas (mean = 3,39).

Muatan truk perlu diperhatikan terhadap batas muatan yang diijinkan. Hal ini bertujuan agar selama proses pembuangan sisa galian tanah berjalan dengan lancar dan kontrol terhadap truk dapat dilakukan dengan baik.

5. Melakukan pembersihan jalur yang dilewati truk minimal sehari sekali (mean

= 3,27).

Melalukan kontrol dan pembersihan terhadap jalan yang dilalui truk minimal sehari sekali. Hal ini bertujuan untuk mengurangi polusi yang timbul dan tidak menganggu pengguna jalan lainnya akibat tanah yang tumpah di jalan.

6. Menghindari timbunan tanah dalam jangka waktu yang lama di area proyek (mean = 3.39).

Timbunan tanah di area proyek dalam jangka lama dapat menimbulkan debu.

Sehingga dalam pelaksanaanya timbunan tanah yang ada di proyek segera dibuang ke lokasi pembuangan.

(16)

37

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.9. Grafik Nilai Mean Tahap Pemindahan Tanah

Pada Tabel 4.6 menunjukkan urutan kegiatan kontraktor dalam tahap pemindahan tanah. Kegiatan kontraktor “memastikan muatan truk tidak melebihi batas” memperoleh nilai terbesar = 3,39. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontraktor sering memperhatikan muatan truk agar tidak melebihi batas. Muatan truk yang melebihi batas dapat menimbulkan tanah hasil galian terjatuh di jalan selama proses pengangkutan. Sehingga dalam pelaksanaannya, muatan truk perlu diperhatikan.

Kegiatan kontraktor “melakukan pembersihan jalur truk” memiliki nilai terendah = 3,27. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontrakor sering melakukan pembersihan jalur yang dilaui truk. Pembersihan jalur yang dilalui truk perlu dilakukan agar pengendara lain yang menggunakan jalur yang sama tidak terganggu. Namun dalam pelaksanaannya sering terkendala oleh keterbatasan tenaga kerja dan kepadatan lalu lintas.

Tabel 4.6. Peringkat Tahap Pemindahan Tanah

No. Kegiatan Kontraktor Mean Var

1. Memastikan muatan truk tidak melebihi batas. 3,39 0,309 2. Menghindari timbunan tanah dalam waktu lama. 3,39 0,371

3. Menggunakan rute khusus pembuangan tanah. 3,36 0,364

4. Melengkapi bak truk dengan terpal. 3,33 0,417

5. Membersihkan roda truk sebelum keluar proyek. 3,27 0,517

6. Melakukan pembersihan jalur truk. 3,27 0,580

Berdasarkan uraian di atas, keseluruhan nilai rata-rata dari setiap kegiatan kontraktor dalam pekerjaan galian tanah basement dapat dilihat pada

(17)

38

Universitas Kristen Petra

Gambar 4.10. Dari seluruh tahapan yang ada, tahapan perencanaan memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,49.

Gambar 4.10. Grafik Nilai Mean Seluruh Tahapan

Berdasarkan hasil analisis data, maka dibuat checklist untuk menguraikan kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan galian tanah basement. Checklist kegiatan kontraktor dapat dilihat pada Tabel 4.7.

(18)

39

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.7. Checklist Kegiatan Kontraktor

Checklist kegiatan kontraktor dibuat berdasarkan pernyataan yang ada pada kuisioner yang telah disebarkan. Checklist ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontraktor telah melakukan segala kegiatan yang berkaitan dengan aspek lingkungan saat melaksanakan pekerjaan galian tanah basement. Dengan adanya checklist ini, diharapkan kontraktor dapat memenuhi aspek lingkungan saat melaksanakan pekerjaan galian tanah basement.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan sosialiasi digunakan media sebagai instrument untuk mengkomunikasi informasi maupun pesan melalui slide presentasi yang dikondisikan dengan

Penerapan Psikologi Islam dalam praktek yang dilakukan sebagian responden mengatakan bahwa perlu memperhatikan agama klien, selain itu juga diperlukan kepekaan dalam menangkap

Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2016;..

Jika investor non profesional percaya pada sistem pelaporan keuangan, tetapi sulit menentukan keputusan investasi, maka akan memilih berinvestasi lebih besar pada perusahaan

Penggunaan strategi inkuiri terbimbing adalah siswa dapat terarah dalam menyelesaikan permasalahan dalam belajar ( Rustaman 2011). Menurut Sanjaya tujuan utama

Data yang digunakan untuk analisis indeks kepadatan stok merupakan bagian dari hasil penelitian yang dilakukan di perairan Tegal dan sekitarnya dengan menggunakan Kapal Riset

timbulan  sampah  yang  ada  di  Pantai  Baru  Pandansimo  karena  belum  adanya  sistem  pengelolaan  sampah 

Zainoel Abidin Banda Aceh dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan radiografer tentang kesehatan dan keselamatan kerja, gambaran pengetahuan radiografer tentang penggunaan