• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hadis di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kajian Hadis di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Indonesia"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama pada Jurusan Hadis Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik

UIN Alauddin Makassar

Oleh

Mujadid Sigit Aliah 30700116034

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021

(2)

ii

NIM : 30700116034

Tempat/Tgl. Lahir : Polmas, 15 Mei 1998

Jurusan : Ilmu Hadis

Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat

Alamat : Ma’had Aly

Judul : Kajian Hadis di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Indonesia (Studi Atas Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar Tahun 2014-2019).

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 17 Juni 2021 M.

Penyusun,

Mujadid Sigit Aliah NIM: 30700116034

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

يمحرلا نحمرلا الله مسب

Alhamdulillah, segala puji dan ucapan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada seluruh hamba-Nya. Kemudian syukur pula atas kekuatan dan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Tak lupa beraslawat kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, Nabi pembawa petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia untuk mencapai rida Allah SWT.

Dengan rendah hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluuh pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini baik itu bantuan secara materi maupun secara moril. Dengan bantuan itulah penulis dapat melewati tantangan-tantangan mulai dari kami masuk di kampus peradaban UIN Alauddin Makassar ini sampai akhirnya penyelesaian tugas akhir yaitu skripsi.

Oleh karena itu ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan Juhannis sebagai rektor UIN Alauddin Makassar dan Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Dr. Wahyuddin, M.Hum., Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas., M.Ag selaku wakil rektor I, II, III, IV UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu di kampus ini.

2. Dr. Muhsin M.Th.I sebagai dekan Fakultas Ushuluddin dan Fislafat, serta wakil dekan I, II, dan III yang senantiasa memberikan fasilitas serta

(5)

v

pelayanan yang cukup baik selama menempuh perkuliahan di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

3. Andi Muhammad Ali Amiruddin, S.Ag., M.A dan Dr. H. Muhammad Ali Ngampo, M.Ag selaku ketua program studi Ilmu Hadis dan sekretais program studi Ilmu Hadis atas segala ilmu, petunjuk, dan arahannya selama menempuh jenjang perkuliahan di program studi ilmu hadis.

4. Selanjutnya penulis juga menyatakan banyak terima kasi kepada Prof. Dr. H.

Arifuddin Ahmad, M.Ag., dan Andi Muhammad Ali Amiruddin, S. Ag., M.A, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang sangan berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Selanjutnya kepada Dr. H. Andi Darussalam, MA.g dan Dr. Hj. Fadlina Arief Wangsa, Lc., M.Ag sebagai dewan penguji yang senantiasa menyisihkan waktunya untuk memberikan kritik dan masukan demi meningkatkna kualitas penelitian ini.

6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada direktur Ma’had Aly Program Tafsir Hadis Khusus, ayahanda Dr. H. Muhammad Sadik Sabry, M.Ag dan musyrif Ma’had Aly Program Tafsir Hadis Khusus, yakni ayahanda Muhammad Ismail, M.Th.I. dan ibunda Andi Nurul Amaliah Syarif S.Q, lebih khusus kepada musyrif Ma’had ‘Ali sekarang ayahanda Dr. Abdul Ghany Mursalin, S.Th.I., M.Th.I. yang tidak hanya menjadi orang tua kami selama tinggal di asrama, tetapi juga menjadi sahabat, pembimbing, dan penasihat, hingga pada proses penyelesaian kami pada jenjang ini masih terus memberikan perhatiannya kepada kami. Sulit rasanya menuangkan ucapan terima kasih dan kesan yang kami dapatkan dari beliau. Terima kasih pula

(6)

vi

kepada dewan pembina lainnya, yaitu Dr. Amrullah Harun, S.Th.I., M.Hum yang memberikan rekomendasi judul skripsi bagi penulis dan juga memberikan banyak masukan terhadap skripsi ini, Nawir, HK, S.Ag., M>.H, Muh. Yusuf, S.Hd., Muh. Ammar, S.Q dan Abdul Mutakabbir S.Q., M.Ag.

yang menemani dengan sangat bersahabat dengan bimbingan, dan nasihat yang sangat berharga hingga akhir.

7. Ucapan paling istimewa kepada kedua orang tua penulis ayahanda Ahmadi Sultan (Alm) yang meskipun telah mendahului kami sejak lama tetapi sampai saat ini jasanya tidak bisa lepas dari perjalanan hidup penulis hingga pada titik ini. Ibunda Haerana Aliah yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis, jasanya tidan bisa dinilai dengan apapun, pengorbanannya tak lapuk dimakan waktu. Ayahanda Muhammad Yunus yang senantiasa memberikan perhatian kepada penulis, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan ampunan kepada mereka. Aamiin.

8. Saudara-saudara penulis, Ibnu Aliah, Muh. Ihsan Aliah, dan Muhammad Ikram Yunus, yang telah menjadi sahabat sejak kecil hingga saat ini.

9. Kakek dan Nenek penulis, H. Pabi (alm) dan Hj. Asma Aliah (alm) yang sejak kecil penulis hidup bersama meeka, menjadi guru kehidupan yang penuh kasih sayang. Dan juga keluarga lainnya, Mama Iya, Bapak Kama’, Bapak Made’, Puang Ros, Tante Maryam, Puang Syukur, Tante Nafsia, Om Masri, Tante Nipa dan Om Wawan dan Om Ewing dan Tante Rahmatia yang semuanya telah menjadi ayah dan ibu penulis yang telah memberikan banyak bantuan dan perahatian selama ini khususnya selama proses pendidikan penulis.

(7)

vii

10. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar yang telah berjasa mengajar dan mendidikan penulis selama menjadi mahasiswa penulis dan tetap ramah terhadap mahasiswa utamanya bagi kami yang berada di tahap penyelesaian.

11. Terima kasih juga kepada keluarga besar Student and Alumnus Departement (SANAD) of Tafsir Hadis Khusus Makassar, terkhusus kepada kakak-kakak dan adik-adik yang telah membersamai dalam wacana keilmuan penulis selama berkuliah.

12. Kemudian ucapat terima kasih yang mendalam juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan, mahasiswa Tafsir Hadis khusus angkatan XII yang senantiasa rela berbagi suka, duka demi menjaga kekompakan dalam hidup seatap di Asrama Ma'’ad Ali. Dengan kehadiran mereka penulis bisa bertahan dalam melewat\i perkuliahan selama kurang lebih empat tahun, saran dan kritikan mereka selama hidup di asrama sangat berarti bagi penulis.

13. Kepada keluarga besar HMJ Ilmu Hadis yang telah menjadi wadah penting bagi dinamika kemahasiswaan penulis. Terutama kepada adinda Ahmad Siddiq Setiawan dan Samsualam yang telah membantu dalam memperhatikan kesalahan dalam pengetikan dalam skrpsi ini.

(8)

viii

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan mengharapkan atas segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan nilai yang mulia di sisi Allah SWT dan . skripsi ini dapat memberi manfaat bagi khazanah keilmuan bagi pembaca. A<mi>n.

Wa Allahu al–ha>di> ila> sabi>l al-rasya>d,

Wa assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa wabarakatuh.

Samata, 25 Februari 2021 M.

13 Rajab 1442 H.

Penulis,

Mujadid Sigit Aliah 30700116034

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Definisi Operasional ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Langkah-langkah penelitian... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Hadis dan Ruang Lingkupnya ... 13

B. Model-Model Kajian Hadis ... 14

1. Must}alah al-H{adi>s ... 15

2. Naqd al-H{adi>s... 15

3. Syarh{ al-H}adi>s\ ... 18

4. Kajian Kitab Hadis... 26

5. Pemikiran atau Tokoh ... 27

6. Living Sunnah/Hadis... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Kualitatif ... 35

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Kriteria Pemilihan Sampel ... 39

D. Pengumpulan Data ... 40

E. Analisis Data ... 40

(10)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Model-Model Kajian Hadis pada Skripsi Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Alauddin

Makassar tahun 2014-2019 ... 41

B. Analisis Metodologi pada Skripsi Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar tahun 2014-2019 ... 49

1. Fiqh al-H{adi>s\ ... 50

2. Kajian Kitab ... 53

3. Naqd al-H{adi>s ... 54

4. Kajian Tokoh ... 58

5. Living Sunnah/Hadis ... 59

C. Analisis Kecenderungan Kajian Hadis pada Skripsi Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar tahun 2014-2019 ... 63

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

xi berikut ini:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh ka dan ha

د

Dal D De

ذ

z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض

d}ad d} de (dengan titik di bawah)

ط

t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ

z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain apostrof terbalik

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

(12)

xii

ء

Hamzah Apostrof

ى

Ya Y Ye

Hamzah (

ء

) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

\

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

ََ ْيَب

: baina

ََلْوَح

: h}aula

Nama Huruf Latin Nama

fath}ah a a

َ ا

kasrah i i

َ ا

d}ammah u u

َ ا

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ahَ dan ya>’ ai a dan i

ْ ىَـ

fath}ah dan wau au a dan u

ْ وَـ

(13)

xiii Contoh:

ََرا َط

: t}a>ra

ى َدُه

: huda>

ََلْيِق

: qi>la

ر ْوُن

: nu>r

4. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’

marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

يمعَّنلاَُةَّنَج

: jannah al-na‘i>m

ََُل ِضاَفْلَاَُةَنْيِدَمْلَا

: al-madi>nah al-fa>d}ilah Nama

Harakat dan Huruf

Huruf dan Tanda

Nama fath}ahَdan alif atau ya>’

ىْ َْ...ْ|ْاْ َْ...

d}ammah dan wau

وُـ

a>

u>

a dan garis di atas kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas

u dan garis di atas

ىـ

(14)

xiv

sebuah tanda tasydi>d (

َـّـ َ

), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ََانَّبَر

: rabbana>

ََانْيَّ َنَ

: najjaina>

َ ّقَحْلَا

: al-h}aqq

ََمِّعُن

: nu“ima

َ و ُدَع

: ‘aduwwun

Jika huruf

َى

ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (

َّىـِــــ

), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

َ ِلَع

: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

َ ب َرَع

: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby) 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

َلا

(alif

lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men- datar (-).

(15)

xv

َةَف َسْلَفْلَا

: al-falsafah

َُدَلابْلَا

: al-bila>du

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ََن ْو ُرُمْأَت

: ta’muru>na

َُعْوَّنلَا

: al-nau‘

َ ء ْ َشَ

: syai’un

َُتْرِمُأ

: umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata- kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransli- terasi secara utuh. Contoh:

(16)

xvi

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َِاللهَ ُنْيِد

َ

di>nulla>h

َ َِلل ِبِ

billa>h

Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

َِاللهَِةَ ْحَْرَْ ِفَِْ ُهُ

hum fi> rah}matilla>h 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan

(17)

xvii Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>h wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam

Cet. = Cetakan

t.p. = Tanpa penerbit

t.t. = Tanpa tempat

t.th. = Tanpa tahun

t.d = Tanpa data

H = Hijriah

M = Masehi

‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r Qut}ni> Abu> Al-H{asan, ditulis menjadi: Abu> Al-H{asan,

‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r Qut}ni>. (bukan: Al-H{asan, ‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r Qut}ni> Abu>)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

(18)

xviii

UK = Urutan Kronologis

UM = Urutan Mushaf

(19)

xix

Judul : Kajian Hadis di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

Indoensia (Studi Atas Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar Tahun 2014-2019)

Penelitian ini akan berusaha mengkaji kecencenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar dalam hal ini kajian yang dilakukan dalam bentuk Skripsi oleh mahasiswa tingkat akhir untuk mencapai gelar sarjana di bidang hadis baik tekait peta model-model kajian hadis dalam skripsi-skripsi tersebut maupun kecenderungan setiap model penelitian tersebut. Terdapat 6 (enam) model penelitian yakni must}alah al-hadi>s\, naqd al-h}adi>s\, fiqh al-h}adi>s\, kajian kitab dan pemikiran tokoh, serta kajian living sunnah/h{adi>s\.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dari berbagai metode yang ada digunakan metode studi kasus dan\ karena kasus yang d\ikaji lebih dari satu maka yang digunakan adalah studi\

kasus kolektif.\\\

Adapun hasil yang di peroleh dari penelitian yang kami lakukan adalah ditemukan bahwa sejak tahun 2014 hingga 2019 Program Studi Ilmu Hadis telah melahirkan 119 skripsi yang menggunakan berbagai model penelitian hadis. yang terbanyak adalah model penelitian naqd al-h}adi>s\, model penelitian fiqh al-h}adi>s\, kemudian living sunnah/h}adi>s\, selanjutnya kajian kitab dan yang terakhir adalah kajian pemikiran atau tokoh. Tidak ditemukan satupun kajian pada bidang ‘ilmu mus}t}alah} h}adi>s\. Dari kecenderungan kajian hadis dari segi metodologi penelitian hadis maka nama M. Syuhudi Ismail dan Arifuddin Ahmad menjadi tokoh yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan penelitain kajian hadis di UIN Alauddin Makassar melaui karya-karya yang mereka tulis. Selain itu, dalam menerapkan teori dan metodologi mahasiswa cenderung melakukan penyederhanaan sehingga mempengaruhi kualitas hasil penelitiannya. Secara general pola kecenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar dalam hal ini skripsi-skripsi dari tahun 2014 hingga 2019 sedikit beralih dari kajian konvensional yang fokus kajiannya adalah hubungan teks dan author, menuju kajian kontemporer yang fokus kajiannya adalah hubungan antara teks dengan reader. Meskipun kajian teks masih menjadi kajian yang paling dominan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi

(20)
(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Umat Islam hampir semuanya sepakat bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an1 dengan berbagai fungsinya2. Kedudukan hadis bagi pembinaan ajaran Islam menjadi sangat penting karena Rasulullah saw., merupakan contoh terbaik (uswah al-h}asanah)3 dalam mengamalkan al-Qur’an dan ajaran Islam secara kaffah.

Kedudukan hadis yang sangat penting tersebut sejak awal telah membina intelektualitas umat Islam dengan berbagai tantangan khususnya dari segi otentisitas

1Ada sebagian kecil yang menolak hadis sebagai sumber ajaran Islam, kelompok ini disebut dengan inkar al-sunnah. Diantaranya kelompok yang ada pada zaman al-Syafi‘i>. Selain itu,beberapa tokoh nkar al-sunnah dari India dan Pakistan yakni Ahmad Khan dan Ciragh Ali, dari Mesir ialah Taufi>q Sidqi>, Mahmud Abu Rayyah, Ah}mad Amin, Rasyad Khalifah Ah}mad S}ubh}i> Mansur, dan Must}afa Mah}mud, sedangkan dari Malaysia ialah Kassim Ahmad, dan dari Indonesia yakni Ir. Ircham Sutarto, Abdurrahman, Dalimi Lubis dan Nazwar Syamsu, As‘ad bin Ali Baisa, dan H. Endi Suradi, lihat penelasan lebih lanjut di Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Cet:III, Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 88; Abdul Majid Khon, Pemikiran Modern dalam Sunnah: Pendekatan Ilmu Hadis (Cet: II, Jakarta: Kencana, 2015), h.

79-110; Kassim Ahmad, Hadis: A Re-evaluation, terj. Asyrof Syarifuddin, Hadis Ditelanjangi:

Sebuah Reevaluasi Mendasar Atas Hadis (Cet I: t.t: Trotoar, 2006).

22Diantara fungsi hadis terhadap al-Qur’an adalah bayan al-ta’qi>d dan bayan tafsi>r.

menguatkan atau menggarisbahwahi kembali apa yang terdapat dalam al-Qur’an sedang yang kedua memperhelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur’an. M. Quraish Shihab, “Hubungan Hadis dan al-Qur’an: Tinjauan Segi Fungsi dan Makna”, dalam Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi (ed), Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis (Cet: I, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1996), h. 55.

3QS. al-Ahza>b/33: 21

ََّللَّ ٱ َرَكَذَو َريخٓأ ۡل ٱ َمۡوَيۡل ٱَو ََّللَّ ٱ ْاومجۡرَي َنَكَ نَمي ل ٞةَن َ سَح ٌةَو ۡسُٱ ي َّللَّ ٱ يلو مسَر يفِ ۡ مكَُل َنَكَ ۡدَقَّل ا ايرَك

Terjemahnya:

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bekasi: PT. Adhi Aksara Abadi, 2011), h. 594.

(22)

transmisinya. Hal tersebut terjadi karena hadis berbeda dengan al-Qur’an yang semua ayatnya berstatus mutawatir sehingga berfaidah qat}‘i> al-wuru>d, sedangkan hadis ada yang berstatus qat’i al-wuru>d yakni yang mutawatir dan ada juga yang zann al-wuru>d sehingga memerlukan penelitian untuk memberikan keyakinan apakah hadis tersebut memang bersumber dari Rasulullah saw., atau tidak dalam hal ini adalah hadis-hadis yang berstatus hadis ah}ad , yang terakhir inilah yang jumlahnyaa sangat banyak jika dibandingkan dengan yang pertama.

Kajian hadis terus menerus mengalami perkembangan dengan berbagai dinamika pembahasan, tidak lagi terbatas pada persoalan otentisitas tetapi juga terkait kandungan yang ada di dalam hadis itu sendiri. Hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya persoalan yang timbul dan kemudian menjadi tantangan bagi eksistensi hadis baik dari segi otentisitas maupun dari pemaknaan.

Banyaknya persoalan yang dihadapi oleh keilmuan hadis menyita perhatian ulama terhadap hadis yang kemudian melahirkan banyak sekali karya dalam bidang keilmuan hadis baik dari segi riwayah maupun dirayah. Selain itu para ulama kemudian mengajarkan hadis di majelis-mejelis ilmu maupun di lembaga-lembaga pendidikan.

Perguruan tinggi Islam merupakan salah satu lembaga yang menjadi tempat pengkajian hadis yang memiliki peran yang sangat strategis. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya kajian hadis yang dilakukan di IAIN maupun sekolah tinggi keislaman lainnya.

Muh. Yasrif menjelaskan bahwa kajian hadis mendapat perhatian yang lebih intensif sejak mata kuliah hadis menjadi salah satu mata kuliah di perguruan tinggi Islam sejak didirikannya Islamic Collage pada tanggal 19 Desember 1946 dibawah

(23)

pimpinsan Mahmud Yunus, yang kemudian pada tanggal 22 Maret 1948 perguruan tinggi tersebut diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) sebelum pada akhirnya Fakultas Agama dari universitas tersebut diserahkan kepada Kementrian Agama lalu dijadikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Pada tahun 1960 PTAIN digabungkan dengan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang bertempat di Jakarta menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang memiliki dua cabang yakni di Jakarta dan di Jogjakarta.4

Pada periode selanjutnya, IAIN berkembang keberbagai daerah di Indonesia dengan pengembangan jumlah dan bentuk yang pada awalnya hanya berbentuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN), berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Selain itu dibuka juga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) serta IAIN baru di berbagai daerah yang saat tulisan ini dibuat tercatat 17 UIN, 34 IAIN, dan 7 STAIN tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan model penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi sangat beragam dan berkembang. Setiap perguruan tinggi memiliki kecenderungan dan kekhasan kajian yang bisa saja berbeda satu sama lain. Ada perguruan tinggi yang cenderung pada kajian fiqh al-h{adi>s\, dan yang lainnya cenderung kajian naqd al-h{adi>s\ sehingga perlu dilakukan penelitian tekait kecenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar.

Penelitian ini meskipun menggunakan judul kajian hadis di UIN Alauddin Makassar yang mencakup segala bentuk karya ilmiah baik skripsi, tesis, disertasi, maupun penelitian dilembaga seperti LP2M, atau bahkan penelitian hadis yang dilakukan bentuk tulisan jurnal. Akan tetapi, pada skripsi ini hanya mengkhsuskan

4Muh Yasrif, Kajian Hadis di Indonesia: Sejarah danPemikiran (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), h.28.

(24)

untunk meneliti kecencenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar yang dilakukan dalam bentuk Skripsi oleh mahasiswa tingkat akhir untuk mencapai gelar sarjana di bidang hadis.

Sejatinya, penelitian ini berusaha melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa dosen program studi Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar yang mengkaji kecenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar tahun 1993 hingga 2013. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa ada 5 bidang penelitian dalam kajian hadis di UIN Alauddin Makassar yakni penelitian bidang mus}t}alah} al-h}adi>s\, syarh} h}adi>s\, bidang kitab/tura>s\, dan bidang tokoh/pemikiran dan penelitian dalam bidang naqd al-h}adi>s\ adalah penelitian paling banyak dilakukan.5

Peneliti melihat, bahwa saat ini bentuk-bentuk dan bidang penelitian dalam hadis sudah mengalami perkembangan, sebut saja adanya penelitian living sunnah.

Meskipun jenis penelitian ini sudah mulai diperkenalkan sejak 2005 oleh dosen- dosen dari UIN Sunan Kalijaga setelah melakukan workshop yang mengundang dosen dan antropolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) yakni Prof. Dr. Hedy Ahimsa Putera,6 tetapi pada penelitian yang dilakukan terhadap skripsi mahasiswa sampai tahun 2013 tersebut belum terdapat satu skripsi pun yang menggunakan model penelitian hadis living sunnah. Selain itu, model-model penelitian seperti kajian hadis model wilayah kesejarahan, serta kajian hadis di media sosial juga sudah mulai dikenalkan, tetapi nampaknya model-model seperti yang disebutkan masih

5Arifuddin Ahmad, dkk. “Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar: Tracer Study Terhadap Skripsi Mahasiswa Tahun 1993-2013”. Journal of Qur’an and H|adi>s\ Studies. Vol. 4 No. 2 (2015), h. 249-266

6 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Living Qur’an-Hadis Sebagai Upaya Menghidupakan al- Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. di Masyarakat. Prolog dalam Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah.

Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi (Tangerang Selatan: Maktabah Darussunnah, 2019), h. xvii

(25)

kurang mendapat perhatian oleh mahasiswa Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar setidaknya hingga pada tahun 2013.

Oleh karena itu, penelitian terhadap kecenderungan model kajian hadis di UIN Alauddin baik dalam bentuk skripsi perlu dilakukan selain untuk melihat pilihan model kajiannya, juga untuk melihat bagaimana perkembangan ragam kajian hadis di UIN Alauddin Makassar jika dibandingkan dengan wacana perkembangan kajian hadis secara umum di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang penulis angkat adalah:

1. Bagaimana model-model kajian hadis dalam skripsi dalam rentang tahun 2014-2019?

2. Bagaiamana kecenderungan model kajian hadis skripsi dalam rentang waktu 2014-2019?

C. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan pengertian setiap kata yang dianggap penting.

1. Kajian Hadis

Kajian adalah suatu kegiatan penyelidikan dan penelaahan terhadap sesuatu, sedangkan hadis adalah segala berita yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal-ihwal Nabi Muhammad saw. 7 Sehingga kajian hadis adalah kegiatan

7M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarahh (Cet: III, Jakarta:Bulan Bintang, 2005), h. 28

(26)

penyelidikan dan penelaahan terhadap hadis Nabi saw. baik dalam bentuk sabda, perbuatan, taqrir, maupun hal ihwal.

Pada penelitian ini, kajian hadis yang dimaksud tidak hanya terbatas pada hadis secara langsung sebagaimana dalam definisi hadis yang telah disebutkan di atas, tetapi juga mencakup kajian tentang Ilmu Hadis, otentisitas hadis, otoritas hadis, pemikiran tokoh tentang hadis, syarah} maupun ilmu hadis, hingga kajian tentang bagaimana hadis hidup dan dihidupkan di tengah masyarakat.

2. Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN)\

Perguruan Tinggi Islam Negeri adalah lembaga pendidikan tinggi resmi yang merupakan tingkatan setelah SMA dan sederajat yang berada dibawah naungan Kementrian Agama RI. PTKIN meliputi IAIN, STAIN, dan UIN yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada penelitian ini, fokus kajiannya adalah UIN Alauddin Makassar yakni penelitian yang selesai pada rentang tahun 2014-2019.

3. Kecenderungan

Kecenderungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dominasi dan arah kajian yang dilakukan dalam skripsi yang telah ditulis. Kecenderungan tersebut meliputi kecenderungan model kajian yang dipilih serta kecenderungan dalam perkembangan variasi dan tema yang digunakan dalam menyusun skripsi. Selain itu, topik bahasan yang di angkat dalam kajian hadis juga menjadi objek penelitian ini.

4. Tahun 2014-2019

Tahun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahun selesainya mahasiswa yang melakukan penelitian. Sehingga yang dimaksudkan tahun 2013 hingga 2019 adalah skripsi yang selesai pada tahun tersebut.

(27)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui model-model kajian hadis dalam skripsi di UIN Alauddin Makassar dalam rentang tahun 2014-2019.

b. Mendapatkan gambaran tentang kecenderungan model kajian hadis skripsi dalam rentang waktu 2014-2019.

2. Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut:

a. Membantu penertiban administrasi dan penataan daftar karya-karya tulis ilmiah mahasiswa yang tersaji dalam bentuk skripsi pada program studi Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar tahun 2014-2019.

b. Menyajikan informasi terkait model-model kajian yang dipilih mahasiswa dalam penyusunan skripsi.

c. Menjadi acuan bagi pemegang kebijakan di program studi dalam mengarahkan kajian hadis mahasiswa pada masa mendatang.

E. Kajian Pustaka

Penelitian yang membahas kajian hadis di perguruan tinggi Islam telah dilakukan di beberapa tempat. Baik yang membahas tentang kurikulum dalam program studi ilmu hadis, literatur, skripsi, tesis, maupun disertasi. Meskipun yang disebutkan terakhir sejauh penelusuran peneliti baru sekali dilakukan yakni oleh Azyumardi Azra pada tahun 1997 yang mengkaji kecenderungan kajian islam di pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni penelitian dalam bentuk disertasi. Penelitian tersebut merupakan salah satu dari delapan judul penelitian DIP IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diantara hasil penelitiannya

(28)

adalah kajian ilmu hadis di pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah tersebut masih tercecer mengingat di antara 109 disertasi yang ditulis dari periode 1982 hingga akhir Desember 1996 hanya terdapat tujuh atau 6, 42% disertasi dalam kajian hadis.8 Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan ini karena fokus kajian ini adalah skripsi. Selain itu, hasil tersebut bisa saja telah berubah mengingat penelitian tersebut telah dilakukan kurang lebih 23 tahun yang lalu.

Pada tahun 2016 jurnal Al-Fikr menerbitkan sebuah artikel yang berisi hasil penelitian terkait kecenderungan penelitian tesis mahasiswa pascasarajana UIN Alauddin Makassar tahun 2012-2013. Sama dengan penelitian yang dipaparkan sebelumnya, kajian ini juga tidak fokus pada tesis dalam bidang kajian hadis saja, tetapi mencakup semua bidang kajian yang pernah ditulis pada periode tersebut.

Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa kecenderungan penelitian tesis hadis di pascasarjana UIN Alauddin Makassar meliputi metode-metode penelitian hadis, status hadis-hadis tertentu, serta kajian terhadap kitab-kitab hadis dari aspek metodologi dan kandungannya.9 Penelitian tersebut berbeda dari penelitian ini karena penelitian tersebut bersifat umum yakni mencakup banyak bidang kajian bukan hanya kajian hadis, sedangakan penelitian ini mengkaji skripsi.

Kajian terhadap tesis mahasiswa pascasarjana juga dilakukan oleh Qibtiyatul Maisaroh. Penelitian tersebut merupakan skripsi yang berjudul Kajian Ilmu

8Azyumardi Azra, Kecenderungan Kajian Islam di Indonesia: Studi tentang Disertasi Doktor Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Laporan Hasil Penelitian ( Jakarta: Balai Penelitian Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IAIN Syarif Hidayatullah, 1997), h. 23.

9Mahmuddin, ”Analisis Kecenderungan Penelitian Tesis Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Tahun 2012-2013”, Jurnal al-Fikr. Vol. 20 No. 1 (2016), h. 63

(29)

Hadis di Perguruan Tinggi (Studi atas Karya Tesis di UIN Sunan Kalijaga Tahun 1990-2010) yang dilakukan pada jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta.

Seperti yang tercantum dalam judul skripsi tersebut, objek kajiannya adalah tesis di UIN Sunan Kalijaga 2009 hingga 2010. Lebih spesifik skripsi tersebut membahas model kajian ilmu hadis serta hubungan antara teks dan konteks yang melatarbelakangi dan/atau berpengaruh terhadap penulisan tesis,10sehingga bukan hanya model penelitian yang dikaji tetapi juga aspek literaturnya.

Adapun penelitian yang mengkaji skripsi dalam bidang hadis adalah penelitian individu yang dilakukan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut yang menjadi konsen penelitian adalah komposisi peta kajian tafsir dan hadis dalam rentang waktu 2006-2011, tema-tema yang paling populer dan literatur serta pengarang yang paling banyak disitir.11 Meski jika dilihat dari rumusan masalah yang terdapat tiga konsen kajian, tetapi pembahasan tentang literatur dan popularitasnya yang menjadi konsen utama. Itulah yang menjadi pembeda penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi Fatkhi dengan penelitian ini. Pada penelitian ini literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi, bukan konsen utama tetapi ia merupakan salah satu aspek untuk melihat kecenderungan kajian yang dilakukan.

Penelitian selanjutnya yang mengkaji skripsi mahasiswa adalah penelitian yang dilkaukan oleh Ardiansyah. NZ dari UIN Raden Fatah Palembang yang

10Qibtiyatul Maisaroh, “Kajian Ilmu Hadis di Perguruan Tinggi (Studi Atas Karya Tesis di UIN Sunan Kalijaga Tahun 1990-2010), Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, 2017. h. 7

11Rifqi Muhammad Fatkhi, Popularitas Tafsir Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta:

Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 2012).

(30)

diterbitkan dalam jurnal Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah Palembang tahun 2018. Penelitian tersebut mengkaji skripsi mahasiswa tafsir hadis di tiga universitas islam negeri (UIN) yakni UIN Raden Fatah Palembang, UIN Syarif Kasim Pekanbaru, dan UIN Imam Bonjol Padang. Penelitian tersebut mengungkapkan keunikan masing-masing perguruan tinggi dalam penyusunan skripsi yang dilakukan oleh mahasiswanya. UIN Raden Fatah dan UIN Imam Bonjol memiliki kecenderungan pada kajian fiql al-h}adi>s\. Sedangkan UIN Syarif Kasim Pekanbaru lebih cenderung pada kritik hadis. adapun tema kajian yang paling dominan di UIN Raden Fatah dan UIN Imam Bonjol adalah masalah syari’ah. Sedangakan UIN Syarif Kasim Palembang cenderung pada hadis-hadis bertema ibadah.12

Dan terkahir, adalah penelitian yang dilakukan oleh beberapa dosen UIN Alauddin terhadap skripsi yang ditulis oleh mahasiswa dalam kurun waktu 1993 hingga 2019. Penelitian tersebut mengkajin tema-tema yang dibahas oleh mahasiswa selama 25 tahun jurusan Tafsir Hadis, khususnya prodi Ilmu Hadis.

Dalam penelitian tersebut disebutkan ada lima model penelitian di bidang hadis , yakni tentang mus}t}alah} al-h}adi>s\,naqd al-h}adi>s\ fiqh al-h}adi>s\, kajian kitab dan pemikiran tokoh. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kecenderungan mahasiswa dalam menulis skripsi adalah pada penelitian hadis baik sanad maupun matan, hal tersebut terlihat dari jumlah penelitian hadis lebih 50% dari

12Adriansyah NZ, “Pola Kajian Hadis Akademik di Perguruan Tinggi Keislaman Negeri (PTKIN) di Indonesia (Studi Skripsi Mahasiswa Tafsir Hadis UIN Raden Fatah Palembang, UIN Syarif Kasim Pekanbaru, dan UIN Imam Bonjol Padang). Jurnal Ilmu Agama. Vol. 19. No. 2 (Desember 2018)

(31)

jumlah skripsi yang ditemukan. Selain itu, penelitian tersebut juga mengungkapkan faktor-faktor utama terjadinya kecenderungan tersebut. 13

Sejatinya penelitian ini merupakan upaya untuk melanjutkan dan memperbaharui kajian terhadap kecenderungan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar mengingat penelitian tersebut telah berlalu selama kurang lebih 6 tahun jika dihitung dari tahun terakhir skripsi yang dikaji.

Selain itu, dalam perkembangan kajian hadis di UIN Alauddin Makassar nampak mengalami beberapa perkembangan, sebut saja adanya penelitian Living Sunnah, sehingga hal tersebut berkemungkinan memberikan hasil yang berbeda dibeberapa hal dari penelitian sebelumya.

Secara umum, penelitian-penelitian yang disebutkan di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini, sisi perbedaannya adalah pada lokasi penelitian yang mengkhususkan pada UIN Alauddin Makassar saja. selain itu, penelitian- penelitian yang telah dilakukan telah berlalu beberapa tahun sehingga diperlukan dilakukan pembaharuan. Meski demikian, penelitian-penelitian terdahulu menjadi acuan dan inspirasi dalam proses kerja penelitian ini.

F.Langkah-langkah Penelitian

Untuk mempermudah penelitian ini dilakukan, berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan.

13Penelitian tersebut dipulikasikan dalam bentuk artikel dalam jurnal. Lihat Arifuddin Ahmad, dkk.” Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar (Tracer Study terhadap Skripsi Mahasiswa Tahun 1994-2013). Journal of Qur’an and Hadi>th Studies. Vol. 4, No. 2, (2015), h.

249-266.

(32)

1. Peneliti akan menelusuri data alumni program studi Ilmu Hadis sejak tahun 2014 hingga 2019 dengan merujuk pada data yang terdapat pada program studi Ilmu Hadis dan atau pada repository UIN Alauddin Makassar.

2. Peneliti akan memilih data yang tersedia sesuai dengan fokus kajian ini dan selanjutnya memilah data tersebut berdasarkan program studi Ilmu Hadis.

3. Untuk data karya ilmiah mahasiswa dan atau alumni sebelum program studi Ilmu Hadis berdiri sendiri, akan dipilah berdasarkan judul-judul karya ilmiah mereka dan kemudian dikelompokkan sebagai karya tulis bidang Ilmu Hadis.

4. Peneliti akan menelusuri keberadaan karya ilmiah bidang Ilmu Hadis, baik melalui perpustakaan pusat, perpustakaan fakultas, dokumen jurusan dan prodi, dan atau mengontak langsung penulis karya ilmiah tersebut bila skripsi yang dimaksud sulit untuk terdeteksi di lingkuang UIN Alauddin Makassar.

5. Peneliti akan memilah skripsi-skripsi yang terkait dengan berpedoman pada kajian riwayah hadis dan dirayah hadis.

6. Peneliti selanjutnya akan memilah kajian riwayah hadis pada skripsi-skripsi tersebut berdasarkan tema-tema kajian riwayah. Demikian pula untuk skripsi tentang dirayah hadis, peneliti akan memilah-milah berdasarkan tema-tema dalam kajian dirayah.

7. Penelitian selanjutnya akan membuat pemetaan berdarkan hasil pemilahan tema- tema skripsi tersebut.

8. Hasil penelitian akan disajikan berikut kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi.

(33)

13

TINJAUAN TEORITIS

A. Kajian Hadis dan Ruang Lingkupnya

Kajian adalah suatu kegiatan penyelidikan dan penelaahan terhadap sesuatu1, atau sering juga digunakan istilah studi yang berarti penelitian ilmiah, kajian, dan telaahan.2 Selain itu, kata penelitian juga sering memiliki makna yang mirip dengan dua kata sebelumnya. Penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.3

Hadis sebagai objek kajian adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. namun disana ada pembatasan yang diberikan oleh para ulama yaitu yang berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw.,4 sehingga sesuatu yang tidak tercakup dalam kategori tersebut tidak termasuk kedalam objek kajian hadis. Sebagai contoh benda-benda yang disandarkan kepemilikannya kepada Nabi saw, sekalipun benda tersebut benar milik Nabi saw tetap saja hal tersebt tidak bisa disebut sebagai hadis sehingga ia tidak masuk kedalam objek kajian hadis.

1Dalam Kamus Bahasa Indoensia kata kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama Islam) atau penyelidikan dan telaah (dengan pikiran) serta penelitian, selain itu disebutkan juga bentuk lainnya adalah mengkaji yang berarti belajar, mempelajari, memeriksa, menyelidiki, memikirkan (mempertimbangkan dsb), menguji, menelaah. Sedangkan kajian diartikan sebagai hasil mengkaji. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 660.

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1530.

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1661

4Mah{mu>d T}ah}h}a>n, Taisi>r Must}alah} al-H}adi>s\ (Cet: III, Riya>d}: Maktabah al-‘Arabiyah al- Su‘udiyah, 1987), h. 15.

(34)

Dalam mengembangkan kajian hadis, para ulama kemudian merumuskan unsur yang terkandung di dalam hadis yakni sanad dan matan, atau lebih spesifik yakni ra>wi (periwayat), sanad (rantai periwayatan), dan matan (teks hadis).5 penelitian dari unsur tersebut setidaknya melahirkan kajian hadis tentang otentisitas serta pemahaman terhadap hadis atau fiqh al-h}adi>s\.

Selain itu, kajian hadis juga meliputi penelitian terhadap pemikiran terhadap hadis maupun ilmu hadis (kajian tokoh). Kajian ini memfokuskan penelitiannya terhadap pemikiran seorang tokoh terhadap hadis baik pemikiran dalam fiqh al-h}adi>s\

maupun tentang kehujjahan hadis, maupun terkait perangkat ilmu hadis.

Kajian hadis bagi umat islam ada dasarnya bukan hanya diinginkan sampai pada taraf kajian wacana pemikiran saja, tetapi juga hadis dikaji agar dapar dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehingga pemahaman terhadap hadis akan melahirkan pengamalan terhadap hadis hingga pada produknya berupa budaya yang dihasilkan dari menghidupkan hadis, maupun fenomena-fenomena pemahaman hadis di tengah masyarakat. Hal itulah yang kemudian melahirkan kajian tentang persepsi masyarakat tentang hadis atau disebut dengan istilah kajian living hadis.

B. Model-Model Kajian Hadis

Model-model kajian dapat diklasifikasikan dalam 6 kategori, mus}t}alah} al- h}adi>s\, naqd al-h}adi>s\, fiqh al-h}adi>s\, pemikiran tokoh, kajian kitab, dan living sunnah/hadis.

5Lihat misalnya M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet: X, Bandung: Angkasa, 1991), h. 17

(35)

1. Kajian hadis bidang mus}t}alah} al-h}adi>s

Mus}t}alah} al-h}adi>s\ adalah ilmu yang membahas tentang prinsip dan kaidah untuk mengetahui keadaan sanad dan matan suatu hadis dari segi diterima ataupun ditolaknya.6 Ilmu ini mengkaji metode untuk mengatahui apakah sebuah berita yang disandarkan kepada Nabi saw., benar-benar dari beliau atau bukan. Pada gilirannya mus}t}alah} al-h}adi>s\ yang diterapkan akan menghasilkan penilaian terhadap hadis apakah hadis tersebut diterima atau ditolak untuk dijadikan sebagai landasan dalam beragama.

Metodologi kajian hadis di bidang must}alah al-h}adi>s\ setidaknya mengkaji objek penelitian ilmu hadis, metode periwayatan dan sanad, dan metode penelitian matan hadis.7

Berdasarkan berbagai objek kajian atau masalah dalam bidang ilmu must}alah} al- h}adi>s\ adalah para periwayat hadis itu sendiri yang membentuk sanad hadis bersambung sampai kepada Rasulullah. Matan atau materi hadis ditinjau dari segi ilmu bahasa dan studi kelayakan yang lain sehingga hadis tersebut dapat dinilai derajatnya.8

2. Kajian hadis bidang naqd al-h}adi>s\

Al-naqd dalam literatur bahasa arab dipakai untuk arti “kritik”, atau

“memisahkan” yang baik dari yang buruk. Kata al-naqd ini telah digunakan oleh

6 Mah{mu>d T}ah}h}a>n, Taisi>r Must}alah} al-H}adi>s\, h. 15.

7 Arifuddin Ahmad, dkk. “Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar” h. 251

8 Arifuddin Ahmad, dkk. “Kecenderungan Kajian Hadis di UIN Alauddin Makassar” h. 252.

(36)

beberapa ulama hadis sejak awal abad kedua Hijriyah, hanya saja istilah ini belum popular di kalangan mereka. Naqd dalam penelitian hadis meliputi penelitian sanad dan matan.9 Naqd al-h}adi>s\ juga disebut dengan takhri>j al-h}adi>s\.

Secara etimologi, kata takhri>j

يجرتخ

adalah bentuk mas}da>r dari fi’il ma>di

- جرخ جريخ

-

ايجرتخ

yang secara bahasa berarti mengeluarkan sesuatu dari tempatnya.10 Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n menjelaskan bahwa al-takhri>j menurut pengertian asal bahasanya ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”. Kata al-takhri>j sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian: dan pengertian-pengertian yang popular untuk kata al-takhri>j itu ialah: (1) al-istinba>t}

(hal mengeluarkan); al-tadri>b (hal melatih atau hal pembiasaan); dan (3) al-taujih (hal memperhadapkan).11

Secara istilah takhri>j adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matn dan sanad hadis yang bersangkutan.12 Dari definisi tersebut kemudian berkembang menjadi salah satu cabang ilmu tersendiri yakni ilmu takhri>j al-h}adi>s\.

9Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Cet: I:

Yogyakarta: TH Press, 2012) ,h. 6.

10Salamah Noorhidayati, Takhrij al-Hadis: Panduan Praktik Mencari Hadis (Cet:

Tulungagung, IAIN Tulungagung Press, 2017), h. 25.

11Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d (Cet: III,Riya>d{: Maktabah al- Ma‘a>rif 1997 h. 7 ; Muhammad Syuhudi Ismail, Metologi Penelitian Hadis (Cet: II, Jakarta: Bulan Bintang, 2016), h. 39.

12 Muhammad SyuhudiIsmail, Metologi Penelitian Hadis, h. 40.

(37)

Ilmu takhri>j al-h}adi>s\ adalah ilmu yang menjelaskan seluruh proses kegiatan yang mencakup pelacakan sumber hadis dan penetapan derajat serta kualitas hadis.

Berdasarkan definisi tersebut maka bisa dinyatakan bahwa dua tujuan dari penelitian takhri>j yakni penelusuran sumber dan penentuan kualitas hadis.13

Objek kajian naqd al-h}adi>s\ adalah hadis yang bersatatus ah}ad.14sedangakan hadis yang berstatus mutawatir15tidak menjadi objek penelitian naqd al-h}adi>s\ karena hadis mutawatir sudah tidak diragukan lagi kesahihannya berasal dari Nabi saw.16

Dalam penelitian naqd al-h}adi>s\ terbagi dua bagian yakni peneitian terhadap sanad hadis dan yang kedua penelitian terhadap matan hadis. Adapun langkah-langkah dalam penelitian naqd al-h}adi>s\:

a) Melakukan I’tibar

b) Meneliti pribadi periwayat dan metode periwaatan c) Menyimpulkan hasil penelitian sanad hadis

Adapun langkah-langkah dalam penelitian matan hadis adalah sebagai berikut:

a) Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya b) Meneliti susunan matan yang semakna

c) Meneliti kandungan matan

13 Salamah Noorhidayati, Takhrij al-Hadis: Panduan Praktik Mencari Hadis, h. 32

14Hadis ah}ad adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang tidak mencapai derajat mutawatir. Lihat Muhammad SyuhudiIsmail, Metologi Penelitian Hadis, h. 4

15Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh segolongan besar yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak pula dapat dipahamkan bahwa mereka telah bersepakat untuk berdusta. Keadaan itu terus- menerus hingga sampai kepada akhirnya. ,Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 154.

16 Muhammad SyuhudiIsmail, Metologi Penelitian Hadis. H. 4.

(38)

d) Menyimpulkan hasil penelitian17

3. Kajian hadis bidang syarh} al-h}adi>s\

a) Definisi syarh} al-h}adi>s\

Syarh} berasal dari bahasa arab yang berarti upaya menafsirkan, menerangkan, atau membeberkan.18 Sehingga Syarh} h}adi>s\ adalah upaya menafsirkan, menerangkan, atau membeberakan apa saja yang berasal dari Nabi saw., baik dari segi perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifatnya.

Ilmu yang mengkaji tata cara memahami hadis Nabi saw., tersebut dengan ilmu Ma‘a>ni al-h}adi>s\. Secara bahasa ma‘a>ni> merupakan bentuk jamak dari ma‘na> yang berarti makna, arti maksud atau petunjuk yang dikehendaki suatu lafal.19

Ilmu ma’>ni al-h}adi>s\ adalah ilmu mengkaji tentang bagaimana memahami hadis Nabi saw., dengan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari konteks semantic dan struktur linguistik teks hadis, konteks munculnya hadis (baik makro maupun mikro), posisi dan kedudukan Nabi saw., ketika menyampaikan hadis, konteks audiens yang menyertai Nabi saw., serta bagaimana menghubungkan teks hadis masa lalu dengan konteks masa kekinian, sehingga dapat menangkap maksud (maqa>sid) secara tepat, tanpa kehilangan relevansinya dengan konteks kekinian yang

17 Muhammad SyuhudiIsmail, Metologi Penelitian Hadis, h. 49-146.

18Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer (Cet: I, Yogyakarta: Kalimedia, 2017), h. vi

19Abdul Majid Khon, Takhri>j dan Metode Memahami Hadis (Cet: 1, Jakarta: Amzah, 2014), h. 134.

(39)

selalu dinamis.20 Atau definisi ilmu ma’ani yang disampaikan oleh Arifuddin Ahmad yakni:

ضىتقم قبطي ابه تيلا ثيدلحا نوتم في عقو ام نياعلما و أ ظفلبل لاوح أ هب فرعي لمع لالحا

Artinya:

“Ilmu yang mempelajari tentang hal ihwal lafal dan makna yang terdapat dalam berbagai matan hadis sesuai dengan tuntutan kondisinya”21

Istilah Syarh} h}adi>s\ merupakan sebuah hasil dari proses transfirmasi dari istilah fiqh al-h}adi>s\ yang telah ada sebelum istilah syarh} h}adi>s\. Syarh} h}adi>s\ yang kita kenal saat ini lebih bersifat kongkrit operasional yaitu berwujud tulisan dalam beberapa kitab yang berisi penjelasan ulama dari hasil pemahaman mereka terhadap suatu hadis. sedangakan fiqh al-h}adi>s\ lebih bersifat konseptual, kalaupun tertuang masing bersifat oral (penjelasan lisan).22

Secara istilah syarh} hadi>s\ adalah sebagai berikut:

ةكمح و كمح نم هدئاوف جارخت ساو ثيدلحا نياعم نايب وه ثيدلحا حشر

23

Artinya:

20Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis: Paradigma Interkoneksi Berbagai Teori dan Metode Memahami Hadis Nabi (Cet:II, Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016), h. 4

21Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis: Kajian Ilmu Ma‘a>ni> al-H}adi>s\ (Cet: II, Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 6.

22 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer , h. 3.

23Mukhlis Mukhtar “Syarh} al-H}adi>s\ dan Fiqh al-H}adi>s\: Upaya Memahami dan Mengamalkan Hadis Nabi. Jurnal Ash-Shahabah. Vol 4. No. 2. (Juli 2018), h. 111.

(40)

Syarh} al-h}adi>s\ adalah menjelaskan makna-makna hadis dan mengeluarkan seluruh kandungannya, baik hukum maupun hikmah.

Definisi di atas hanya terbatas pada penelitian matan saja, sedangakan definisi yang mencakup sanad dan matan adalah sebagai berikut

هيناعم نايب و لةع و ةصح نم ادن س و انتم ثيدلحبا قلعتي ام نايب وه ثيدلحا حشر همكاح و همكاحا جارخت ساو

Artinya:

Syarh} h}adi>s\ adalah menjelaskan kesahihan dan kecacatan sanad dan matan hadis, menjelaskan makan-maknanya, dan mengeluarkan hukum dan hikmahnya24

Sehingga dalam penelitian bidang syarah hadis yang menggunakan definisi di atas memiliki tiga tahapan secara garis besar, yakni menjelaskan keadaan hadis yang dikaji baik sanad maupun matannya, menguraikan makna dari hadis tersebut, dan mengungkap hukum yang terkandung di dalamnya.

Penelitian terhadap otentisitas hadis pada dasarnya merupakan bidang kajian tersendiri di dalam studi hadis, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa hadis yang boleh dijadikan landasan dalam beragama haruslah berstatus shahih atau paling tidak hasan, atau untuk fad}a>il al-a‘mal ulama memberikan kelonggaran menggunakan hadis d}a‘i>f dengan syarat-syarat tertentu25. Oleh karena itu, penelitian terhadap

24Demikian yang disampaikan Mujiono Nurkholis sebagaimana yang kutip dalam Mukhlis Mukhtar “Syarh} al-H}adi>s\ dan Fiqh al-H}adi>s\: Upaya Memahami dan Mengamalkan Hadis Nabi. Jurnal Ash-Shahabah, h. 111

25Setidaknya terdapat tiga pendapat terkait kehujjahan hadis d{a‘i>f. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa hadis d}a‘i>f dapat diamalkan secara mutlak yang baik berkenaan dengan masalah halal-haram maupun yang berkenaan dengan masalah kewajiban, dengan syarat tidak ada hadis lain yang menerangkan. Kedua, dipandang baik mengamalkan hadis da‘i>f dalam fad{a>’il al-a‘mal, baik yang berkaitan dengan hal-hal yang dianjurkan maupun hal-hal yang dilarang. Syarat mengamalakan hadis ini sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Hajar yakni ke-d{a’i>f-an hadis tersebut tidak terlalu

(41)

status otentisitas hadis merupakan keniscayaan yang harus dilakukan sebelum melakukan kajian lebih lanjut terkait makna dan kandugan di dalam hadis.

b) Metode Syarah Hadis

Dalam menyusun penelitian hadis bidang syarah hadis setidaknya terdapat empat metode, yaitu tah}lili, muqa>ran, ijma>li>, dan maud}u>‘i>.

1) Metode Tahlili

Tahlili berasal dari bahasa arab yakni hallala- yuhallilu-tahlil yang berarti

“menguraikan”, menganalisis.26 Metode syarah tahlili ini bermaksud mengurai, menganalisis, dan menjelaskan makna-makna yang terkandung di dalam hadis Nabi saw., dengan memaparkan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan pensyarah.27

Dalam penerapan metode ini, peneliti akan memaparkan segala aspek mulai dari kosa kata, konotasi makna, asbab al-wuru>d, dan kaitannya dengan

dalam dengan indikator bahwa tidak ada periwayat yang pendusta dan tertuduh berdusta, hadis tersebut berada di bawah suatu dalil yang umum sehingga tidak dapat diamalkan hadis yang sama sekali tidak memiliki dalil pokok, dan hadis tersebut diamalkan dengan keyakinan atas keberadaannya untuk menghindari penyandaran kepada Nabi saw., sesuatu yang tidak beliau katakana. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa hadis d{a’i>f sama sekali tidak bisa diamalkan meskipun itu untuk fadail al-a’mal. Nur al-Di>n ‘Itr, Manh{a>j al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H}adi>s\. Terj. Mujiyo, ‘Ulumul Hadis (Cet:IV, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 297-300

26Rosalinda, “Tafsir Tahlili: sebuah Metode Penafsiran al-Quran”, Jurnal Hikmah. Vol XV, No. 2 (2019), h. 7.

27 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer , h. 16-17.

(42)

hadis lain.28 Atau dengan kata lain, metode tah}li>li> memiki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pensyarahan dilakukan dengan pola penjelasan makna yang terkandung di dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh.

b. Dalam mensyarah hadis, dijelaskan kata demi kata, latar belakang munculnya hadis yang disyarah (asbab al-wuru>dl) jika hadis tersebut memiliki asbab al-wuru>d.

c. Dipaparkan pula pemahaman-pemahaman yang sebelumnya telah disampaikan oleh sahabat, tabi’in, maupun para ulama.

d. Menjelaskan hubungan hadis yang di-syarh} dengan hadis lain atau dengan kata lain.

e. Kecenderungan pensyarah mewarnai penjelasan syarah} hadis sehingga melahirkan berbagai corak dalam syarah} hadis.29

Meskipun metode ini akan memberikan penjelasan yang rinci terkait makna dan kandungan suatu hadis, tetapi ia memiliki beberapa kelemahan sebagaimana yang dipaparkan oleh Abdul Majid Khon, diantaranya bahwa metode ini tidak mampu memberikan jawab tuntas terhadap persoalan-perosalan yang dihadapi dan tidak banyak memiliki batasan metodologis yang dapat mengurangi subjektivitas pensyarah.30

28Abdul Majid Khon, Takhir>j dan Metode Memahami Hadis. h. 141.

29 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer , h. 18.

30 Abdul Majid Khon, Takhir>j dan Metode Memahami Hadis. h. 141.

(43)

2) Metode Ijma>li

Metode Ijma>li> adalaah menjelaskan atau menerangkan hadis–hadis sesuai dengan urutan kitab yang ada dalam kutub al-sittah secara ringkas, tapi dapat merepresentasikan makan literal hadis, dengan bahasa yang mudah dimengerti dan gampang dipahami. 31

Metode ini memiliki kemiripan dengan metode tah{li>li>. Perbedaannya terdapat pada uraian penjelasannya, yakni metode metode tah}li>li> lebih rinci dalam menguraikan makna dan kandungannya sedangakan ijma>li> lebih bersifat umum dan ringkas.32

Syarh}} ijma>li> dibuat secara sederhana yang tidak berbelit-belit dan mengungkap pesan-pesan pokok dari hadis sehingga lebih mudah untuk digunakan sebagai pedoman. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari metode tafsir ijma>li> pada al-Qur’an. Tafsil ijma>li> menempatkan setiap ayat hanya sekedar di tafsirkan dan tidak diletakkan sebagai objek yang harus dikaji secara tajam dan berwawasan luas, dengan penyajian yang dilakukan tidak jauh dari gaya bahasa al-Qur’an sehingga membaca tafsir yang dihasilkan dengan menggunakan metode ijma>li> layaknya membaca al-Qur’an.33

31Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, h. 28

32 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, h. 28

33Abd. Muin Salim, dkk. Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>‘i> (Makassar: Pustaka Al- Zikra, 2011), h. 40-41.

(44)

3) Metode Muqa>ri>n

Metode muqa>ri>n adalah metode yang memahami hadis dengan cara membandingkan hadis yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam kasus yang sama dan atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama dan membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarah hadis34

Kelebihan dari metode ini adalah memberikan wawasan pemahaman yang lebih luas kepada para pembaca bila dibandingkan dengan metode lainnya karena pada metode tidak hanya difokuskan pada satu hadis dan satu pemahaman saja, tetapi berbagai hadis dan pemahaman dikaji secara luas sehingga membuka pintu untuk selalu bersikap toleran dengan berbagai pandangan terhadap hadis.

Pada metode ini, yang menjadi ciri utama adalah membandingkan, maka metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial karena pensyarah lebih mengedepankan perbandingan daripada pemecahan masalah.

Selain itu, metode ini juga cenderung hanya memaparkan pendapat lama yang telah ada dariada mengemukakan pendapat baru.35

4) Metode Maud}u>‘i>

34Hany Hilyati Ubaidah, “Kajian Syarah} H}adi>s\: Studi Teks Kitab Mis}ba>h} al-Zala>m Syarh}

Bulu>g\ al-Mara>m min Adillati al-Ah}ka>m” Tesis Program Megister Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Konsentrasi Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2019),h. 37.

35 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, h. 54-55.

Gambar

Diagram Penggunaan Bahasa
Diagram jenis penelitian.
Ilustrasi Kajian hadis konvensional  Ilustrasi Kajian hadis kontemporer

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi di atas, maka judul analisis preferensi konsumen terhadap penggunaan jasa transportasi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng (studi kasus BRT Trans Jateng

Hasil serangkaian uji dan evaluasi kestabilan yang dilakukan pada sediaan lipstik ekstrak kulit buah ruruhi, maka dapat disimpulkan bahwa warna sediaan yang

Dengan tidak melepas sekejap pun nikmat yang selalu Allah berikan kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik walau harus melewati banyak tantangan

Dari 46 jenis mamalia yang teridentifikasi tersebut, terdapat 37 jenis mamalia termasuk dalam daftar jenis mamalia yang telah dilindungi oleh IUCN dengan

Optimasi dilakukan pada model JST untuk memperoleh nilai dari variabel proses kolom distilasi yang terbaik, yaitu flow feed (F), temperatur feed (Tf), fraksi feed

Namun adanya 3 indikator yang berwarna kuning serta skor indikator warna merah yang tidak sampai nol persen, menunjukan pada dimensi ini sudah ada harapan baik untuk mewujudkan

Alvarezii di sekitar Pulau Panjang sudah mendekati daya dukungnya (50 Ha) karena penanaman yang ada sudah mencapai luasan lebih dari 40 hektar dengan sistem penanaman

Definisi lain dikemukakan oleh Kolb yang mengatakan bahwa gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya gaya