• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIKA ISLAMOPHOBIA DALAM FILM PADMAVATI Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIKA ISLAMOPHOBIA DALAM FILM PADMAVATI Skripsi"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : Riska Yanurini NIM: 11140510000180

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Analisis Semiotika Islamophobia dalam Film Padmavati Penelitian ini di buat untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang ada dalam film Padmavati. Pada awal kemunculan film ini, respon nya negatif bahkan banyak warga muslim India yang memprotes film ini yang dianggap menyesatkan karena menampilkan sosok pemimpin muslim yang kejam. Tidak hanya diprotes di India, Film Padmavati dilarang tayang di Malaysia karena menurut pihak National Film Censorship Board menilai film garapan Sanjay Leela Bhansali ini memuat isu sensitif dan memprihatinkan di Malaysia.

Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos Islamophobia dalam film Padmavati?

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Ia menggambarkan semiotika menjadi denotasi, konotasi, dan mitos. Barthes juga menyatakan aspek mitos yaitu ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut. Adapun yang dianalisis adalah tanda-tanda dalam film meliputi adegan dan dialog,

Hasil penelitian ini peneliti menemukan lima adegan yang menggambarkan makna denotasi, konotasi, mitos tentang Islamophobia. Makna konotasi menjelaskan bagaimana Islamophobia digambarkan dalam setiap adegan. Makna mitos menjelaskan mengenai makna yang dipercaya menggambarkan Islamophobia dalam adegannya. Islam digambarkan agama yang mengajak perang, pemimpin yang kejam dan tidak menaati ajaran Allah.

Kata kunci: Islamophobia, Film, Padmavati, Semiotika, Penelitian.

(6)

ii

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Islamophobia dalam Film Padmavati”

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti sekarang ini.

Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi salah satu yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari pihak lain baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam pada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Ibu Dr.

Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil

(7)

iii

2. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Dr. H. Edy Amin, M.A sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf sebagai Dosen Pembimbing yang secara ikhlas dan tulus telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Masran, M.A, sebagai Dosen Penasehat Akademik KPI D 2014 yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta, atas segala dukungan dan doa kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang, Tyas, Anis, Filzah, Kak Irma yang telah menemani hari-hari penulis selama

(8)

iv

10. Teman-teman KPI D, yang telah sama-sama berjuang dari awal ke universitas, tempat berbagi pengalaman berharga selama di bangku kuliah.

11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada kalian.

Harapan peneliti semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Desember 2020

Riska Yanurini

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

F. Landasan Teori ... 10

G. Tinjauan Pustaka ... 22

H. Metodologi Penelitian ... 25

I. Sistematika Penulisan ... 31 BAB II KAJIAN PUSTAKA

(10)

vi

2. Tanda dalam Semiotika ... 35

3. Semiotika Roland Barthes ... 26

4. Tinjauan Umum Film ... 36

5. Islamophobia ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM ... 48

A. Profil sutradara film Padmavati ... 48

B. Sinopsis film Padmavati ... 50

C. Tim produksi film Padmavati ... 53

D. Profil pemain film Padmavati ... 54

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 64

A. Sinopsis film Padmavati ... 64

1. Adegan 1 ... 67

2. Adegan 2 ... 68

3. Adegan 3 ... 70

4. Adegan 4 ... 71

5. Adegan 5 ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 63

(11)

vii

1. Adegan 1 ... 74

2. Adegan 2 ... 77

3. Adegan 3 ... 80

4. Adegan 4 ... 84

5. Adegan 5 ... 87

BAB VI PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 93

B. Kritik dan Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(12)

viii

Tabel 4.1 adegan 1 ... 67

Tabel 4.2 adegan 2 ... 68

Tabel 4.3 adegan 3 ... 70

Tabel 4.4 adegan 4 ... 71

Tabel 4.5 adegan 5 ... 72

Tabel 5.1 adegan 1 ... 74

Tabel 5.2 adegan 2 ... 77

Tabel 5.3 adegan 3 ... 80

Tabel 5.4 adegan 4 ... 84

Tabel 5.5 adegan 5 ... 87

(13)

ix

Gambar 3.1 Sanjay Leela Bhansali ... 48

Gambar 3.2 Deepika Padukone ... 54

Gambar 3.3 Sahid Kapoor ... 56

Gambar 3.4 Ranveer Singh ... 58

Gambar 3.5 Aditi Rao Hydari ... 60

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dunia yang semakin canggih, manusia menciptakan film sebagai alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita audio visual. Film juga merupakan media elektronik paling tua daripada media lainnya, apalagi film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah- olah memindahkan realitas ke atas layar besar.

Keberadaan film telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar – benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi beraneka ragam.1

Film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai tekhnologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.2

Islamophobia adalah istilah yang menunjukkan sikap takut sekaligus benci terhadap Islam dan umat Islam. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya Islamophobia. Salah

1 Liliweri, A. Komunikai Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991) h.153

2Effendy, Onong Uchjana. Televisi Siaran, Teori dan Praktek, (Bandung : Alumni, 1986) h.239.

(15)

satunya adalah masalah terorisme yang dilakukan atas nama Islam ataupun lebih tepatnya kelompok Islam tertentu. Film Padmavati seakan menggambarkan kekerasan dalam Islam dan menimbulkan Islamophobia terhadap orang awam.

Film „Padmavati‟ mengisahkan cinta dan pengorbanan dan juga obsesi cinta. Bercerita tentang seorang wanita bernama Rani Padmavati „Padmini‟ (Deepika Padukone) salah satu wanita terindah, pintar dan berani yang pernah ada. Cerita kehidupan Rani Padmavati yang nyata ini adalah melambangkan cinta dan pengorbanan antara Rana Rawal Ratan Singh (Shahid Kapoor) dengan Ratu Padmavati penguasa Rajput. Lalu munculah sosok Alauddin Khilji (Ranveer Singh) yang menatap Ratu Padmavati. Alauddin Khilji dikenal sebagai sosok salah satu penguasa paling mengerikan dari dinasti Khilji yang naik tahta dengan membunuh mertua, paman dan saudara iparnya.Alauddin Khilji dikenal menyerang negara bagian hanya untuk penguasaan dan wanita. Adapun motif dari Alauddin Khilji menyerang balik terhadap Rajput Mewar tidak lain karena merupakan kerajaan Rani Padmavati, untuk mewujudkan ambisi obsesi untuk mendapatkan Rani Padmavati. Dan Ratu Rani Padmini „Padmavati‟ memimpin seluruh wanita dan anak-anak melakukan „jauhar‟ untuk menjaga kehormatan mereka.3

3 Posfilm.com, Sinopsis Film PADMAVATI (2017): Obsesi, Cinta dan Pengorbanan

artikel di akses dari https://posfilm.com/sinopsis-film-padmavati-2017- obsesi-cinta-dan-pengorbanan/

(16)

Padahal ada ayat Al-Quran yang membahas tentang tidak boleh memaksa dan menyusahkan wanita yaitu:

Artinya: hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS. An-Nisa:19)

Padmavati menjadi film paling kontroversial di India pada tahun 2018 ini. Kelompok Hindu dan organisasi kasta Rajput menuduh film tersebut, menggambarkan adegan intim antara Ratu Rani Padmini „Padmavati‟ dengan Sultan Alauddin Khilji, tetapi tuduhan ini dibantah oleh produser film tersebut. Walaupun sosoknya diyakini fiktif belaka, Padmavati didewakan dan dianggap sebagai simbol kehormatan kaum perempuan di kalangan kasta Rajput.

(17)

Tak hanya diprotes kaum agama Hindu, umat muslim di India juga menyuarakan keberatannya. Presiden Majelis India, Asaduddin Owaisi, menyarankan umat muslim tak perlu menonton Padmavati, diwartakan The Huffington Post, Rabu (24/1/2018). Asaduddin Owaisi menyebutkan, film Padmavati menyesatkan, memberikan gambaran yang salah mengenai sosok Sultan Allaudin Khilji. Selain itu, film ini juga terkesan menyudutkan umat muslim, dilansir dari HindustanTimes.4

Tidak hanya di India, gelombang penolakan juga terjadi di Malaysia. Pemerintah Malaysia menolak penggambaran karakter Sultan Alauddin Khilji dalam film tersebut. “Beliau (Sultan Alauddin Khilji) digambarkan sebagai seorang Sultan yang arogan, kejam, tidak manusiawi, licik dengan banyak muslihat, tidak bisa dipercaya, dan tidak melaksanakan ajaran Islam secara penuh,” demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Malaysia. Kementerian Dalam Negeri Malaysia menegaskan, pihak Badan Sensor Film telah memutuskan film itu 'tidak disetujui untuk tayang' di seluruh bioskop di Malaysia.

Permohonan banding dari pihak distributor film itu telah

4www.liputan6.com, Giliran Film Padmavati Diprotes Umat Muslim di India artikel di akses pada 14 Mei 2018 dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/3237379/giliran-film-padmavati- diprotes-umat-muslim-di-india

(18)

ditolak oleh Badan Sensor Film Malaysia pada Selasa (30/1).5

Sebelum film Padmavati, film India yang berjudul PK juga terlibat kontroversi. Film Amir Khan ini dikelilingi kontroversi karena melukai sentimen agama kelompok Hindu dan Islam. Akibatnya Anggota Dewan Hukum Personal Seluruh Masyarakat India Muslim meminta dewan sensor untuk menghapus adegan yang menyinggung. Bahkan The Vishwa Hindu Parishad menuntut pelarangan film tersebut.

Film ini mengisahkan seorang alien yang membongkar praktik agamawan yang menyalahgunakan ajaran agama untuk hasrat duniawinya. PK mengungkap ketakutan dan kepalsuan manusia dalam sebuah kepercayaan.

Kecaman diluncurkan oleh All India Muslim Personal Law Board (AIMPLB). Ini adalah sebuah organisasi non pemerintah yang mengurus segala permasalahan umat Islam di India, termasuk mengurus beberapa hukum yang berkaitan dengan Islam. Menurut mereka film PK sudah melukai beberapa agama sekaligus. AIMPLB berharap komite sensor film India menghapus beberapa bagian yang dianggap sensitif.

Tidak hanya itu, kelompok masyarakat sayap kanan Hindu Janajagruti Samiti juga mengklaim bahwa film PK

5www.news.detik.com, Malaysia Larang Film Kontroversial Bollywood 'Padmaavat', artikel di akses pada 14 Mei 2018 dari https://news.detik.com/internasional/d-3847380/malaysia-larang-film-kontroversial- bollywood-padmaavat

(19)

sudah menyakiti sentimen masyarakat mayoritas dan meminta agar bioskop menurunkan film itu.

Dari Indonesia, ada film Tanda Tanya (?) yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dianggap menggambarkan adegan-adegan yang menyiratkan bahwa umat Islam suka melakukan tindakan kekerasan dan menyudutkan Islam secara negatif. Selain itu film Tanda Tanya (?) juga dianggap menyebarkan paham pluralisme, yakni sebuah paham yang menganggap semua agama mengandung kebenaran. Walaupun pemahaman ini lebih kepada toleransi umat beragama, namun menjadi persoalan saat ditarik dalam wilayah aqidah yang membernarkan agama lain.

Selain film Tanda Tanya (?), Film Ayat-Ayat Cinta 2 menyajikanisu permasalahan Islamophobia dan bagaimana cara bijak untuk umat Islam menghadapinya. Penulis Novel Habiburrahman El Shirazy menyatakan buku karya terbarunya "Ayat-Ayat Cinta 2" adalah jawaban dari maraknya gelombang islamofobia yang terjadi di Barat saat ini.

Tantangan umat Islam saat ini khususnya di dunia Barat yakni maraknya islamofobia. Fahri berdakwah di Eropa menghadapi kondisi munculnya islamofobia.

Fahri yang menjadi tokoh utama digambarkan sebagai muslim yang taat, suka menolong dan toleransi antar umat beragama yang tinggi meskipun tetap saja Fahri dan sahabatnya selalu diteriaki sebagai teroris.

(20)

Film Padmavati sangat kontroversial dengan adanya penolakan tidak hanya dari masyarakat India tetapi juga muslim India. Dengan penggambaran sosok sultan muslim tetapi bersifat buruk, arogan, sadis, sangat tidak mencerminkan pemimpin muslim yang semestinya.

Pemimpin seharusnya bersifat adil, bijaksana, dan bertanggungjawab. Apalagi banyak sekali tokoh pemimpin muslim yang ber-akhlak baik, adil, santun, tanggung jawab, tidak seperti yang digambarkan oleh Sultan Alauddin Khilji.

Walaupun begitu film ini tetap ditayangkan walaupun membuat citra Islam buruk dan adanya indikasi Islamophobia.Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan representasi Islamophobia dalam film Padmavati. Maka dari itu penulis memberikan judul pada penelitian ini “Analisis SemiotikaIslamophobia Dalam Film Padmavati”

B. Identifikasi Masalah

Bhansali Production adalah sebuah rumah produksi film yang didirikan oleh Sanjay Leela Bhansali pada tahun 1997. Sanjay Leela Bhansali adalah salah satu sutradara kenamaan India yang telah membuat banyak film memukau.

Seperti film Black (2005) yang meraih 11 penghargaan di Filmfare 2006 termasuk penghargaan film terbaik. Selain itu ada film Bajirao Mastani sebuah film kolosal dan megah yang juga menyabet penghargaan film terbaik dan juga sutradara terbaik pada Filmfare 2016. Film Padmavati juga

(21)

meraih kesuksesan luar bisa walaupun sempat menjadi kontroversial karena dianggap melenceng dari sejarah, serta membuat salah paham suatu ajaran agama tertentu. Film ini meraup keuntungan 500 Crore Rupee atau sekitar Rp 1,1 triliun dan disebut sebagai film Bollywood terlaris. Banyak gelombang protes dari kaum agama Hindu karena diduga memberikan gambaran berbeda dengan sejarah yang beredar di masyarakat. Tak hanya di protes kaum agama Hindu, umat Muslim di India bahkan di Malaysia juga menyuarakan keberatannya karena terkesan menyudutkan umat Muslim mengenai sosok Sultan Alauddin Khilji yang kejam, ambisius, sadis, sebagai sosok penguasa Muslim. Umat muslim di India berharap film Padmavati diuji kembali kelayakannya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam menganalisis hasil penelitian, maka peneliti membatasi masalah agar ruang lingkup pada penelitian kali ini fokus, terarah dan tidak meluas. Penelitian ini difokuskan pada analisis semiotika islamophobia dalam film Padmavati dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang membagi semiotika menjadi tiga unsur yaitu denotasi, konotasi, dan mitos.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

(22)

1. Bagaimana makna denotasi islamophobia dalam film Padmavati?

2. Bagaimana makna konotasi islamophobia dalam film Padmavati?

3. Bagaimana makna mitos islamophobia dalam film padmavati?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos islamophobia dalam film Padmavati.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan masukan pada studi ilmu komunikasi komunikasi, khususnya analisis semiotika serta dapat menjadi referensi bagi lanjutan penelitian yang berkaitan dengan analisis semiotika.

b. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi praktisi media komunikasi terutama bagi praktisi film dalam menelaah atau mengkaji film melalui metode analisis semiotika.

(23)

F. Landasan Teori

1. Teori Analisis Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu – yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya – dapat dianggap mewakili yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.

Contohnya asap menandai adanya api, sirene mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota. Secara terminologis, semiotika dapat diintefikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.6

Sejak pertengan abad ke 20 semiotika telah tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar diantara kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan, upacara dan singkatnya semua yang diadopsi, digunakan dan diciptakan oleh manusia untuk memproduksi makna.

Sebenarnya istilah semiotic diperkenalkan oleh Hippocrates (460-377 SM) penemu ilmu barat seperti ilmu gejala-gejala.Gejala menurut Hippocrates

6Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013),h.7

(24)

merupakan semion bahasa Yunani untuk “petunjuk”

(mark) atau tanda (sign) fisik.7

Terdapat tiga makna dalam pemikiran Barthes mengenai makna, yaitu Denotasi dalam pandangan barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat eksplisit, langsung, dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas.8

Makna konotasi adalah makna-makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua.9 Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru.

Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan konsep mitos dalam arti umum. Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Dalam uraiannya, ia mengemukakan bahwa mitos dalam

7 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori dan Aplikasi (Yongyakarta : Gitanyali,2004) h.42

8Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014),h.28.

9Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkIs, 2007),h.163.

(25)

pengertian khusus ini merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama di masyarakat itulah mitos. Mitos dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu dominasi.10

Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan alam sebagainya jika ada mitos massa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.11

2. Tinjauan Umum Film

a. Pengertian Film dan Jenis-jenis Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema(gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau graph (tulisan, gambar, citra). Jadi, dalam pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera. Itulah mengapa seperti yang telah diutarakan tadi bahwa film tidak akan jauh dari kata „kamera‟ dengan menggunakan

10Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014),h.28-29

11 Alex Sorbur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) h.164

(26)

konsep sinematografi dalam pembuatannya baik dengan atau tanpa suara.

Undang-undang perfilman No.6 tahun 1992, bab 1 pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk jenis, ukuran melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik elektronik dan atau lainnya.12

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakkan sebagai media komunikasi karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam mengghubungkan komunikator dan komunikan secara massal dalam arti berjumlah banyak

12 Askurifai Baksin, Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung : Katarsis, 2003).h.6

(27)

tersebar dimana-mana khalayaknya heterogen dan anonom dan menimbulkan efek tertentu.13

Secara umum film dibagi menjadi tiga jenis, yakni film dokumenter, fiksi dan eksperimental.14

1. Film Dokumenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Kemuadian

„dokumenter‟ kembali digunakan oleh pembuat dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty.

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.

Film ini memiliki bentuk sederhana, dan jarang jarang menggunakan efek visual.

2. Film Fiksi

Film jenis ini sering dijumpai di televisi dan layar lebar, serta digemari setiap kalangan masyarakat.

13 Nawiroh, Vera , Semiotika dalam Riset Komunikasi. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 1014) h.91

14 Himawan Pratista, Memahami Film. (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h.4

(28)

Film fiksi terikat plot, menggunakan cerita karangan atau diangkat dari kejadian nyata. Dalam ceritanya memiliki tokoh protagonis dan antagonis, masalah, konflik, penutupan, serta pengembangan cerita.

Film fiksi berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik.

3. Film Eksperimental

Film Eksperimental tidak memiliki plot, tetapi tetap memiliki struktur yang dipengaruhi oleh subjektifitas pembuatnya, seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman diri sendiri. Film jenis ini tidak menceritakan apapun, dan sangat susah dipahami, karena pembuatnya menggunakan simbol-simbol personal.

b. Unsur-Unsur Film

Pembentukan film terdiri dari dua unsur, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan, keduanya saling terikat sehingga menghasilkan sebuah karya yang menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton. Jika

(29)

hanya satu yang ada, maka film tidak akan terbentuk.

1) Unsur Naratif

Unsur Naratif yaitu materi atau bahan olahan, dalam cerita unsur naratif adalah penceritaannya.

2) Unsur Sinematik

Unsur sinematik ini terdiri dari beberapa aspek yakni, mise en scene, sinematografi, editing, dan suara. Mise en scene adalah segala hal yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film.15 Hal ini termasuk setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make up, serta akting dari pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan dengan obyek yang diambil.16 Editing adalah proses penggabungan shot ke shot gambar yang lain. Kemuadian terakhir adalah suara, sesuatu yang bisa kita tangkap melalui pendengaran.

c. Klasifikasi Film

15 Ibid, h.61

16 Ibid, h.2

(30)

Secara umum film diklasifikasikan sebagai berikut:17

1) Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, dan nonstop dengan cerita yang cepat.

2) Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali mengunggah emosi, dramatic dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial seperti kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiwaan penyakit dan sebaginya.

3) Epic sejarah yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah) dengan latar belakang sebuah kerajaan, peristiwa aau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah bliblical.

4) Fantasi yaitu film yang berhubungan dengan tempat peristiwa dan karakter yang tidak nyata dengan menggunakan unsur magis, mitos, imajinasi, halusional serta alam mimpi.

5) Fiksi ilmiah yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan

17 Ibid, h.4-8

(31)

kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang artificial.

6) Horror yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atausisi gelap manusia.

7) Komedi yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan memancing tawa penonton.

8) Kriminal dan gangster yaitu film yang berhubungan dengan aksi-aksi kriminal dengan menggambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata.

9) Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari dansa, serta gerak koreografi.

10) Petualangan yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, ekspedisi, ke suatu wilayah asing yang belum pernah terjangkau dengan manusia 11) Perang yaitu film, yang mengangkat tema ketakutan serta terror yang ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan dan perjuangan.

(32)

12) Western yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik dan jahat berisi tembak-tembakan, aksi berkuda, dan aksi duel.

Film ini masuk ke dalam kategori film documenter yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang tokoh peristiwa dan lokasi yang nyata.

Dalam Tjasmadi terdapat tiga fungsi film, yaitu:18 a. Film sebagai medium ekspresi seni peran yang

berkaitan erat hubungannya dengan seni.

b. Film sebagai tontonan yang bersifat dengar-pandang (audio-visual) atau bisa dibilang sebagai hiburan.

c. Film sebagai piranti penyampaian pesan apa saja yang bersifat dengar pandang, oleh karenanya film berkaitan erat dengan informasi.

3. Islamophobia

Istilah Islamophobia muncul karena ada fenomena baru yang membutuhkan penamaan. Prasangka anti muslim berkembang begitu cepat pada beberapa tahun terakhir ini sehingga membutuhkan kosa kata baru untuk mengidentifikasikan. Penggunaan istilah baru yaitu Islamophobia tidak akan menimbulkan konflik namun dipercaya akan lebih memainkan peranan dalam usaha

18 Tjasmadi, Johan HM, 100 Tahun Sejarah Bioskop di Indonesia, (Bandung: PT. Megindo Tunggal Sejahtera, 2008), h.44

(33)

untuk mengoreksi persepsi dan membangun hubungan yang lebih baik (Young European Muslims, 2002).19

Islamofobia atau Islamophobia adalah istilah yang menunjukkan sikap takut sekaligus benci terhadap Islam dan umat Islam. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya fenomena ini. Namun faktor yang paling nampak di era masyarakat ini adalah masalah terorisme.

Yakni terjadinya beberapa teror yang dilakukan atas nama Islam ataupun lebih tepatnya kelompok Islam tertentu.

Asia Timur dianggap sebagai “the yellow peril”, atau bahaya kuning yang mengancam pada sektor ekonomi. Sementara Islam, lebih tepatnya Islam fundamentalis dianggap sebagai “the green peril” atau bahaya hijau, yakni kekuatan yang dianggap mengancam ideologi dan politik.20

Wacana “the green peril” ini juga tidak dapat dipungkiri merupakan penyebab dari sentimen anti-Islam di tengah-tengah masyarakat. Apalagi diperkuat dengan analisis-analisis beberapa tokoh seperti Samuel Huntington tentang teori benturan peradabannya. Kondisi seperti ini secara tidak langsung telah berpotensi menanamkan pemahaman bagi publik awam bahwa Islam

19 Moordiningsih. Islamophobia dan Strategi Mengatasinya. Buletin Psikologi. Vol. 12, No. 2, 2004

20 Muhammad Qobidl‟ „Ainul Arif, Politik Islamophobia Eropa: Menguak Sentimen Anti-Islam Dalam Isu Keagamaan Turki, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hlm.36

(34)

merupakan kaum yang militan, mengganggu stabilitas keamanan, meruntuhkan pemerintah, dan memaksakan kehendak tentang negara Islam. Akhirnya melahirkan persamaan yang terlalu menggampangkan persoalan bahwa Islam identik dengan fundamentalisme, terorisme, dan ekstrimisme.21

Dalam kaitannya tentang definisi Islamophobia konteks kekinian, Christoper Allen dari University of Birmingham telah merangkum dari beberapa sumber.

Islamophobia minght be: defined as: ideology or pattern of thought and/or behaviour in which [Muslims]

are excluded from positions, rights, possibibilities in (part of) society because of their believed or actual Islamic background. [Muslims] are positioned and treated as (imagines/real) representatives of Islam in general or (imagined/real) Islamic groups instead of their capacities as individuals.22

Islamophobia dapat didefinisikan sebagai ideologi atau pola pikir dan/atau sikap terhadap Muslim dalam masyarakat karena keyakinan atau latar belakang Islam terkini. Dalam hal ini semua umat Islam (Muslim) diposisikan dan diperlakukan sebagai representasi dari

21 John L. Esposito, Bahaya Hijau: Kesalahpahaman Barat Terhadap Islam, Terjemahan Sunarto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997),hlm.8

22 Christoper Allen, Islamophobia. (Famham-Inggris: Ashgate, 2010), h.133

(35)

Islam secara umum atau kelompok Islam tertentu, bukan sebagai Muslim secara individu-individu.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun skripsi ini, pada tahap awal penulis melakukan pengkajian dari penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kedekatan judul dengan skripsi yang akan penulis teliti. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui agar skripsi yang penulis tulis berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.Berikut beberapa karya ilmiah yang memiliki kedekatan judul terhadap skripsi yang ditulis penulis, antara lain:

1. Ahmad Zarkasi, Jurusan Aqidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. Dengan skripsi berjudul “Islamophobia dalam Film 3: Alif, Lam, Mim (2015) ini menjelaskan bahwa Islamophobia tervisualkan dalam bentuk-bentuk diskriminasi dan tindakan yang tidak menyenangkan serta merugikan umat Islam sehingga dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung menggunakan teori semiotikaCharles Sanders Pierce. Persamaannya adalah penulis juga mencari tanda Islamophobia. Perbedaanya adalah teori penelitian yang digunakan.23

23Ahmad Zarkasi.Islamophobia dalam Film 3: Alif, Lam, Mim (2015).

(Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam:2017)

(36)

2. Sandi Ananta Purbasari, Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. Dengan skripsi berjudul “Representasi Islamophobia dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015) ini menjelaskan representasi Islamophobia yang tidak lepas dari kepentingan ekonomi, politik, kekuasaan, kebencian dan ketidaktahuan masyarakat Barat yang menjadi sebab- sebab utama munculnya Islamophobia sehingga dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce.

Persamaannya adalah penulis juga mencari tanda Islamophobia. Perbedaanya adalah teori penelitian yang digunakan.24

3. Anis Astriana, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018. Dengan skripsi berjudul “Representasi Identitas Islamophobia dalam Film Ayat-Ayat Cinta 2” ini menjelaskan bahwa representasi identitas Islamophobia di Eropa sangatlah mayoritas dan berkuasa. Stereotype masyarakat Eropa terhadap identitas Islam merupakan agama yang ektremisme, teroris, dan juga kekerasan sehingga stereotype tersebut dapat mendorong tingkah

24Sandi Ananta Purbasari. Representasi Islamophobia dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015). (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam:2017)

(37)

laku untuk mengisolasi dan mengdeskriminasi terhadap identitas Islam. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes.25

4. Jurnal: “ Islamophobia dalam Film Ayat-Ayat Cinta 2”

Oleh: Wiji Nugroho, Lisa Adhrianti

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Bengkulu)

Tahun: 2019

Jurnal ini menjelaskan nilai-nilai atau sikap Islamophobia yang ditampilkan dalam film Ayat-Ayat Cinta 2. Hasil penelitian menunjukkan 3 level analisis, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

Islamophobia terjasi dalam beberapa bentuk dialog yang disampaikan secara langsung maupun tersirat. Film Ayat- Ayat Cinta 2 menunjukkan bagaimana isu Islamophobia itu dibangun, konflik di dalamnya, serta cara untuk meredam dan mengatasinya. Isu islamophobia juga menjadi motivasi terhadap kaum Muslim khususnya untuk selalu berbuat baik terhadap sesama umat manusia dan umat agama lain untuk saling menghargai perbedaan.

Persamaannya adalah penulis juga mencari tanda Islamophobia. Perbedaannya adalah metode penelitian

25 Anis Astriana. Representasi Identitas Islamophobia dalam Film Ayat- Ayat Cinta 2. (Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:2018)

(38)

yang digunakan yaitu metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis semiotika John Fiske.

H. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis yang memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi.26 Sehingga paradigma konstruktivis ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmupengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran.27 2. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang, lembaga atau perilaku yang diamati.

Pendekatan kualitatif berusaha mencari apa yang ada

26Eriyanto, .Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.43.

27Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hal. 140.

(39)

dibalik tindakan dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil dari suatu aktifitas.28 Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif ialah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud untuk menfsirkan kejadian yang terjadi dan menggunakan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.29 Untuk metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan analisis semiotika. Semiotika merupakan disiplin ilmu yang memperlajari tentang tanda atau sign.30Semiotika juga ilmu yang membedah hubungan tentang tanda, simbol dan makna. Analisis semiotika yang digunakan dalam penilitian ini ialah analisis semiotika Roland Barthes.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Istilah subjek penelitian menunjuk pada individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.31 Sedangkan objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi,

28Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.

29Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 5.

30Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS, 2007),h.161.

31Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 109.

(40)

atau barang yang akan diteliti.32Adapun subjek penelitian pada penelitian ini ialah film Padmavati. Sedangkan objek yang menjadi penlitian ini adalah Representasi Islamophobia Dalam Film Padmavati.

4. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bisa dimana saja dengan syarat bahwa data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.33 Peneliti menonton serta

mengamati adegan-adegan film Padmavati yang

menunjukkan Representasi Islamophobia d alam Film Padmavati baik berupa kata-kata atau gambar.

b. Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui

peninggalan tulisan berupa arisp-arsip, buku-buku dan surat kabar sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau kegiatan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dokumen adalah profil data berupa bahan tulis ataupun film yang dapat berupa dokumen pribadi dan dokumen

resmi.34 Dokumentasi yang dikumpulkan yaitu dengan

32 Supranto, Statistik, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2000), h.21

33Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,2010),h.15

34Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 216.

(41)

menggunakan file berisi film Padmavati karyaSanjay Leela

Bhansali. Serta mengumpulkan data-data yang ada

hubungannya dengan bahan penelitian, kemudian dijadikan argumentasi. Seperti buku, artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan lainnya.

6. Tekhnik Pengolahan Data

Dalam menyederhanakan data yang dikumpulkan menggunakan tabel mengenai representasi kepemimpinan sesuai dengan makna pada analisis semiotik Roland Barthes yaitu makna denotasi, konotasi dan mitos. Data tersebut dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabel- tabel, dapat berupa gambar-gambar juga, yang kemudian digolongkan dan dimasukan sesuai klasifikasi.

(42)

Denotasi konotasi

Mitos Tanda

verbal

Tanda visual

Tanda verbal

Tanda visual Dialog

pemain yang menunju

kan indikasi Islamoph

obia

Adegan yang menunju

kan adanya indikasi Islamoph

obia

Interpreta si subjektif

dari peneliti

dalam menjelas

kan dialog

dari pemain

yang sesuai dengan indikasi Islamoph

obia

Interpreta si subjektif

dari peneliti

dalam menjelas

kan adegan

dari pemain

yang sesuai dengan indikasi Islamoph

obia

Penamaa n atau penyebu tan sikap

dari interpret

asi denotasi

dan konotasi

sesuai dengan budaya, ideologi

atau kepercay

aan masayar

akat

7. Teknik Analisis Data

Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data primer dan data sekunder yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Analisis data adalah upaya bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan memilih menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

(43)

apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.35 Model analisis data menurut Miles dan Huberman terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Reduksi data, dari sekian banyak data yang diperoleh di lapangan, penulis memilih dan menyederhanakan beberapa data yang benar-benar diperlukan dan yang penulis anggap sangat penting serta sesuai dengan penelitian ini.

b. Display (penyajian data), penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

c. Verifikasi (menarik kesimpulan), kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.36

35Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 248

36Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2014),h.246

(44)

I. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini merujuk kepada pedoman umum karya ilmiah civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.37 Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis dam mempermudah tahapan demi tahapan maka penulis membaginya menjadi lima bab dimana setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, landasan teori tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab ini adalah gambaran singkat untuk melihat kontur pembahasan pada bab-bab selanjutnya.

BAB II: Kajian Teoritis

Berisi uraian teoritis penelitian ini. Bab ini akan menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu konsep dasar dari semiotika, konsep dasar semiotika Roland Barthes, konsep dan sejarah film beserta jenis dan klasifikasi film, teori representasi, teori islamophobia.

37Oman Fathurahman, dkk, Pedoman Penluisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi (Jakarta: CEQDA (Center Fir Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)

(45)

BAB III: Gambaran Umum

Dalam bab ini merupakan gambaran umum mengenai film Padmavati. Bab ini menjelaskan biografi sutradara, ide cerita, sinopsis film, profil pemain dan kru film Padmavati.

BAB IV: Analisis Hasil Temuan

Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisa temuan di lapangan berupa analisis semiotika mengenai representasi Islamophobia dalam film Padmavati yang terdapat pada tiap adegan-adegan dan teks.

Bab V: Penutup

Dalam bab ini peneliti akan memberikan saran dan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian. Bab ini merupakan penutup dari rangkaian pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Bab ini berisi jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah yang kemudian tersusun menjadi kesimpulan.

(46)

33 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI

1. SEMIOTIKA

Istilah semiotika atau semiotik, muncul pada akhir abad ke 19, oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk pada doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda. Melainkan dunia itu sendiri pun, sejauh terkait dengan pikiran manusia, seluruhnya terdiri atas tanda-tanda.38

Sebagai sebuah ilmu (pengetahuan), semiotika memiliki makna atau arti yang beragam. Pada umumnya, semiotika dipahami sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda atau signifikasi. Sedangkan signifikasi itu sendiri, menurut A. J. Ggreimas dan J. Courte, adalah pengetahuan yang hanya menekankan aspek tertentu dari jangkauan pengetahuan tanda.39

Tanda-tanda (signs), adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk

38Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 13

39Baidhowi, Antropologi Al-Quran, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009), hlm. 24

(47)

mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasaranya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).40

Memaknai dalam hal ini, berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.

Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas, yakni tanda yang diartikan sebagai a stimulus designating something other than it self (suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri). Berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang menjelaskan tanda berhubungan dengan makna, dan bagaimana tanda tersusun.41

Oleh karena itu, semiotik atau semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.

Tanda pada dasarnya akan mengisyaratkan suatu makna yang dapat dipahami oleh manusia yang

40Ibid, h. 16

41Loc.cit

(48)

menggunakannya. Bagaimana manusia menangkap sebuah makna tergantung pada bagaimana manusia mengasosiasikan objek atau ide dengan tanda. Hal ini selaras dengan pendapat Charles Sander Pierce (dalam Sobur, 2003:15) bahwa semiotik sebagai “a relationship a many sign, an object, and a meaning...” suatu hubungan diantara tanda, objek, dan makna.42

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.43 Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita).44

Jadi semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda- tanda dan proses pencarian makna terhadap suatu peristiwa atau fenomena di kehidupan masyarakat.

2. Tanda dalam Semiotika

Tanda dalam pandangan Peirce, adalah sesuatu yang hidup dan dihidupi. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti yang penting untuk menggantikan yang lain.45

42Tommy Suprapto, M.S., Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Peran Manajemen dalam Komunikasi, (Yogyakarta: CAPS, 2011), H. 95.

43Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2007), h. 265.

44Ibid, h. 266.

45Ibid, h. 19

(49)

Pierce (dalam Fiske 1990: 62) melihat tanda, acuan, dan penggunaannya sebagai tiga titik dalam segitiga.

Sedangkan Saussure mengatakan bahwa tanda terdiri atas bentuk fisik plus konsep mental yang terkait. Konsep ini merupakan pemahaman atas realitas eksternal.46

Pierce juga menyebut tanda sebagai representamen;

bentuk fisik, konsep benda, dan gagasan diacunya sebagai objek. Makna yang diperoleh dari sebuah tanda diistilahkan sebagai interpretan.47

Tanda terdiri dari berbagai macam, antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal yang dapat berbentuk ucapan kata, maupun tanda non verbal yang dapat berupa bahasa tubuh. Tanda isyarat dapat berupa menegakkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V yang berarti

“damai”, atau menggelengkan kepala dapat diterjemahkan sebagai tanda tidak setuju. Tanda bunyi seperti sirine ambulans, dering telepon atau suara manusia.

3. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure.

Semiotika dalam pandangan Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti

46Tommy Suprapto, Op. Cit; h. 96

47Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 37

(50)

bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.48

Dalam terminologi Barthes, jenis budaya populer apapun dapat diurai kodenya dengan membaca tanda- tanda didalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah hak otonom pembacanya atau penonton. Saat sebuah karya selesai dibuat, makna yang dikandung karya itu bukan lagi miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya untuk menginterpretasikannya begitu rupa.49

Contohnya saat seorang individu menonton film, orang itu berhak menginterpretasikan makna yang terkandung dalam film itu sesuai dengan pemahaman dan pandangan yang ia miliki. Setiap orang bisa jadi memiliki perbedaan dalam memaknai sesuatu tergantung sudut pandangnya.

Sehingga dalam semiotik Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Ia mencontohkan, ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan menjadi jelas bahwa tanda linguistik, visual, dan jenis tanda lain mengenai bagaimana berita itu direpresentasikan (seperti tata letak / lay out, rubrikasi, dsb) tidaklah sesederhana

48Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 15

49Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009), h. 42

(51)

mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga menciptakan tingkat konotasi yang dilampirkan pada tanda.50

Roland Barthes mengembangkan dua sistem pertandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi.51 Barthes menggunakan istilah “two orders of signification”. First order of signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi adalah second order of signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru inilah yang kemudia menjadi konotasi”.52

Contohnya, secara denotatif tikus adalah binatang pengerat, namun secara konotatif “tikus” dapat diasosiakan dengan hal lain seperti koruptor.

Signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikansi tahap kedua. Hal ini menggambarkan

50Jonathan Bignell, Media Semiotics: An Introduction, (Manchester and New York: Manchester University Press, 1997), h. 16

51Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung:

Matahari, 2012), h. 159

52Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 56-57

(52)

interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.53

a. Makna denotasi

Makna denotasi adalah sistem signifikansi tahap pertama. Makna yang paling nyata dari sebuah tanda.

Maka dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam hal ini, denotasi di asosiasikan dengan ketertutupan makna.54

Contohnya adalah Coca Cola merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca Cola Company, dengan arna kecoklatan dan kaleng berwarna merah.

b. Makna konotasi

Arthur Asa Berger menyatakan bahwa konotasi melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa terdapat pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tertentu.55 Contohnya

53Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 127

54Ibid, h. 70

55Ibid, h. 70

(53)

adalah Coca Cola merupakan minuman yang identik dengan budaya modern. Dengan mengkonsusmi Coca Cola, seorang individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki pemikiran budaya populer.

Dua aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam menelitimengenai semiotik.

Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut.

4. Islamophobia

Phobia diartikan sebagai bentuk khusus dari sebuah ketakutan ataupun kecemasan akan suatu hal, seseorang merasa cemas ataupun takut apabila seseorang tengah menghadapi sebuah situasi atau objek yang mereka takuti atau merasa harus berantisipasi saat mereka akan menghadapi kondisi tersebut. Respon seseorang ketika dihadapkan dengan phobia yang dimilikinya adalah dengan menunjukkan tingkah laku penghindaran.56

Islamophobia biasa merujuk pada ketakutan akan sesuatu yang berhubungan dengan islam. Menurut Rowan Wolf, Islamophobia merupakan bentuk

56Moordiningsih. 2004. “Islamophobia dan Strategi Mengatasinya”.

Volume 12, No. 2,

https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/7470/5809 18 Oktober 2018.

(54)

prasangka dan permusuhan yang ditujukan pada umat Islam yang secara umum yang digeneralisasi oleh kebanyakan bangsa barat merupakan orangorang Arab.

Jadi dalam konteks stratifikasi sosial, Islamophobia menurut Wolf masuk pada sifat rasial, karena ketakutan dan kebencian akan Islam ini mengacu pada diskriminasi terhadap orang-orang Islam baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan kehidupan bermasyarakat.57

Islamophobia pada awalnya dikembangkan sebagai sebuah konsep pada akhir 1990an oleh aktivis politik untuk menarik perhatian pada retorika dan tindakan yang diarahkan pada Islam dan Muslim di negara-negara demokrasi liberal barat. Dalam beberapa tahun terakhir, islamophobia telah 16 berevolusi dari konsep politik utama sampai yang semakin banyak digunakan untuk tujuan analisis.

peneliti telah mulai menggunakan istilah tersebut untuk mengidentifikasi sejarah, kehadiran, dimensi, intensitas, sebab, dan konsekuensi dari sentimen anti- Islam dan anti-Muslim.

Singkatnya, islamophobia adalah suatu ketakutan yang berlebihan terhadap Islam tanpa mengenal dan mengetahui nya lebih dalam. Ketakutan ini diikuti

57Wentiza Fadhila, “Upaya ICNA (Islamic Circle Of North America) Dalam Melawan Islamophobia di Amerika Serikat”, Jom FISIP, Volume 2, Nomor 1, Februari 2014, hlm 1.

(55)

dengan perasaan dengki dan menganggap Islam dengan konotasi negatif.

Islamophobia pertama kali di publikasikan pada tahun 1997 dalam laporan "Islamophobia: A Challange for Us All" oleh Runnymede Trust. Sejak itu, dan terutama pada tahun 2001, istilah Islamophobia telah sering digunakan oleh media, warga negara, dan LSM, khususnya di Inggris, Prancis dan Amerika Serikat.

Meski sudah relatif umum, hanya ada sedikit kesepakatan tentang makna yang tepat untuk istilah Islamofobia. beberapa penulis menggunakan istilah Islamofobia tanpa secara eksplisit menentukan maknanya. Sedangkan penulis lain menggunakan karakterisasi yang tidak jelas, sempit atau tidak khusus.58

Bleich mengusulkan bahwa Islamophobia paling baik dipahami sebagai sikap negatif atau emosi yang tidak pandang bulu yang ditujukan pada Islam atau Muslim, dimana penilaian negatif diterapkan pada semua atau sebagian besar Muslim atau aspek Islam.

Seperti konsep paralel seperti Homofobia atau Xenofobia, Islamofobia berkonotasi lebih banyak sikap negatif dan emosi yang diarahkan pada individu atau kelompok karena anggotanya dianggap dalam

58Bleich, Erik. (2012). Defining and Researching Islamophobia. Review of Middle East Studies, 46(2), 180-189. Diakses dari http://www.jstor.org/stable/41940895

Referensi

Dokumen terkait

Tapi ketika seseorang berkata itu adalah drama berarti film tersebut kisah nyata dengan karakter yang nyata, penataan, situasi kehidupan dan cerita yang nyata pula

Film Hantu Binal Jembatan Semanggi merupakan film bergenre horor namun pada kenyataannya banyak adegan dalam film tersebut yang merepresentasikan pornografi..

Dalam film ini adegan-adegan yang menjadi objek penelitian adalah. pagi, siang sore dan malam hari. Waktu-waktu ini menunjukan

Vera, 2014:19 Peneliti memilih film Slank Nggak Ada Matinya sebagai Representasi kritik sosial dalam Film Indonesia karena merupakan salah satu film yang diangkat dari kisah

Drama Squid Game dikemas dengan genre berbeda yakni Laga, Misteri, Cerita seru, Drama, Horor, Survival yang akhirnya menjadi sorotan, karena banyak mengandung

Film adalah salah satu media yang dapat menyampaikan pesan kepada khalayak melalui visual-visual yang di tampilkan. Pesan yang di tampilkan dikemas melalui adegan-adengan

Hal tersebut sangat penting untuk mengurai pesan-pesan yang hendak disampaikan oleh sutradara melalui film tersebut, sebagai skripsi yang berjudul Islamophobia

Marvel Studio sering memproduksi film-film bertajuk superhero diantaranya Iron Man, Superman, Batman, Avanger dan lain-lain. Film-film superhero tersebut mengangkat