• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI i"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Isi

DAFTAR ISI --- i DAFTAR TABEL --- iii DAFTAR GAMBAR --- v BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

(KUA) ... I-1 1.2 Tujuan Penyusunan KUA ... I-1 1.3 Dasar Penyusunan Kebijakan Umum APBD ... I-2 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ... II-1

2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah

Tahun Sebelumnya ... II-2 2.1.1 Pertumbuhan, Perkembangan dan struktur

Ekonomi berdasarkan PDRB ... II-3 2.1.2 PDRB Perkapita ... II-15 2.1.3 Indeks Gini ... II-16 2.1.4 Inflasi ... II-17 2.1.5 Tenaga Kerja ... II-18 2.1.6 Kemiskinan ... II-22 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2020 .. II-26 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

DAERAH (RAPBD) ... III-1 3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN ... III-1

(3)

3.2 Asumsi Dasar yang digunakan dalam APBD

Kabupaten Jeneponto ... III-4 1. Indikator Kinerja Kabupaten Jeneponto ... III-4 2. Laju Inflasi ... III-5 3. Pertumbuhan Ekonomi ... III-6 4. Pendapatan Perkapita... III-6 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DAERAH ... IV-1 4.1 Kebijakan Umum Pendapatan Daerah ... IV-1 4.1.1 Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... IV-3 4.1.2 Dana Perimbangan ... IV-7 4.1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... IV-11 4.2 Kebijakan Umum Belanja Daerah ... IV-13 4.2.1 Kebijakan Umum Belanja Tidak Langsung ... IV-15 4.2.2 Kebijakan Umum Belanja Langsung ... IV-21 4.3 Kebijakan Umum Surplus/Defisit APBD ... IV-31 4.4 Pembiayaan Daerah ... IV-32 4.4.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ... IV-32 4.4.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan ... IV-32 BAB V PENUTUP ... V-1

(4)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2014-2018 ... II-5 Tabel 2.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014-2018

Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jeneponto

(Juta Rp.) ... II-9 Tabel 2.3 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014-2018

Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jeneponto

(Juta Rp.) ... II-12 Tabel 2.4 Pendapatan Perkapita Kabupaten Jeneponto Tahun

2014-2018 ... II-15 Tabel 2.5 Indeks Gini Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 ... II-17 Tabel 2.6 Laju Inflasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2014-2018 ... II-18 Tabel 2.7 Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2014-2018 ... II-19 Tabel 2.8 Penduduk Miskin Kabupaten Jeneponto dan Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 ... II-23 Tabel 2.9 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Kabupaten

Jeneponto Tahun Sebelumnya (Tahun 2014-2018) ... II-25

(5)

Tabel 2.10 Target Ekonomi Makro Kabupaten Jeneponto Tahun

2018... II-26 Tabel 3.1 Keselarasan Tema Pembangunan Rencana Kerja

Kabupaten Jeneponto Tahun 2020, RKPD Sulawesi Selatan 2020, dan RKPD Kabupaten Jeneponto

Tahun 2020 ... III-3 Tabel 3.2 Keselarasan Prioritas Pembangunan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) tahun 2020, RKPD Provinsi Sulawesi

Selatan 2020, RKPD Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 .. III-3 Tabel 4.1 Perkiraan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2020 ... IV-1 Tabel 4.2 Perkiraan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 ... IV-15 Tabel 4.3 Perkiraan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2020 ... IV-34 Tabel 4.4 Struktur Anggaran TA. 2019 dan Perkiraan TA. 2020 ... IV-35

(6)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jeneponto

Dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 ... II-5

Gambar 2.2 Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Jeneponto Tahun 2014-2018 ... II-7

Gambar 2.3 Grafik Pendapatan Perkapita Regional dan

Kabupaten Jeneponto Tahun 2014- 2018 ... II-16

Gambar 2.4 Grafik Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Jeneponto dan

Sulsel Tahun 2014-2018 (%) ... II-20

Gambar 2.5 Grafik Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Jeneponto

dan Sulsel Tahun 2014-2018 (%) ... II-23

(7)

1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2020 disusun dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2020.

Pemerintah Kabupaten Jeneponto telah menetapkan Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 23 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 yang menjadi dasar Penyusunan KUA-PPAS Tahun 2020.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka rencana Pembangunan yang akan dianggarkan dalam APBD terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang Kebijakan Umum Anggaran.

KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan Daerah, Kebijakan Belanja Daerah, Kebijakan Pembiayaan Daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian dimaksud memuat langkah- langkah konkrit dalam mencapai target. Selanjutnya kebijakan Umum Anggaran dituangkan dalam rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

BAB I

PENDAHULUAN

(8)

1.2 Tujuan Penyusunan KUA

Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2020 Kabupaten Jeneponto adalah:

1. Memberikan arah kebijakan dalam penyusunan dan penetapan APBD Tahun Anggaran 2020, meliputi kebijakan pendapatan, kebijakan belanja dan kebijakan pembiayaan.

2. Pedoman penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Kabupaten Jeneponto Tahun Anggaran 2020.

3. Membangun komitmen, kerjasama, sinergitas dan koordinasi antar eksekutif dan legislatif dalam penyusunan perencanaan anggaran yang transparan dan akuntabel.

1.3 Dasar Penyusunan Kebijakan Umum APBD

KUA Tahun Anggaran 2020 disusun berdasarkan pada :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755);

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

(9)

Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik

(10)

Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5275);

(11)

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 73)

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 106);

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun 310);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor );

21. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 08 Tahun 2013 tentang Pajak Rokok (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 273);

22. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 52 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pajak Rokok (Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Tahun 2013 Nomor 52);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 03 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jeneponto Tahun 2006–2026 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 Nomor 151);

(12)

24. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 Nomor 210.a);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 Nomor 211);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 Nomor 212);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 Nomor 213);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 Nomor 214);

29. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Jeneponto (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2016 Nomor 246);

30. Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 23 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 (Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2019 Nomor 23);

(13)

Kerangka Ekonomi Makro Daerah adalah bagian integral dari kerangka Ekonomi Nasional dan Regional, oleh karena itu perlu diharmonisasi dan disinkronkan. Sebagaimana kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal Tahun 2020, Pemerintah akan menjaga keberlanjutan reformasi struktural atas kebijakan fiskal, termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat, yang telah digulirkan sejak tahun 2016. Reformasi yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkesinambungan dalam jangka panjang tersebut, mencakup tiga pilar yaitu optimalisasi pendapatan, peningkatan kualitas belanja dan menjaga kesinambungan pembiayaan anggaran.

Optimalisasi pendapatan diarahkan pada perluasan basis pendapatan dengan tetap selaras dengan kapasitas perekonomian, sehingga tidak mengganggu iklim investasi. Peningkatan kualitas belanja diarahkan pada pemanfaatan anggaran untuk belanja yang bersifat produktif dan prioritas, seperti pembangunan infrastruktur, pengurangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kesenjangan.

Selain itu, peningkatan kualitas belanja dari aspek pelaksanaan anggaran juga terus dioptimalkan melalui percepatan penyerapan anggaran.

Reformasi pada bidang pendapatan dan belanja tersebut, akan diikuti dengan upaya menjaga kesinambungan sumber-sumber pembiayaan.

Oleh karena itu ketiga pilar inilah, harus menjadi spirit dan tuntunan Pemerintah Daerah dalam menyusun Anggaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Upaya-upaya untuk melanjutkan reformasi tersebut harus tetap dilakukan di tengah kondisi perekonomian yang diperkirakan belum

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

(14)

kondusif. Perekonomian global, walaupun diperkirakan membaik, tetapi masih diwarnai ketidakpastian. Di sisi lain, lemahnya harga komoditas diproyeksikan masih akan terus terjadi. Hal tersebut selain menghambat upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, juga berpotensi menghambat optimalisasi pendapatan negara, yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesinambungan fiskal.

Untuk itu, dibutuhkan suatu strategi pengelolaan kebijakan fiskal dan APBN yang sehat dan berkesinambungan, dengan fokus pada dua hal utama, yaitu : Pertama , menjaga kesehatan fiskal dan Kedua mendorong iklim investasi dan ekspor, dimana dalam upaya menjaga kesehatan fiskal akan dilakukan dengan mendorong APBN menjadi lebih produktif efisien, berdaya tahan, dan mampu mengendalikan resiko baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Kerangka Ekonomi Makro Daerah dalam Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2020 memberikan gambaran mengenai perkembangan ekonomi daerah meliputi pertumbuhan ekonomi, PDRB, inflasi dan tenaga kerja.

Selain itu juga memberikan gambaran mengenai rencana target makro ekonomi daerah Tahun 2020 yang meliputi perkiraan pertumbuhan ekonomi, perkiraan laju inflasi, perkiraan PDRB harga berlaku dan harga konstan.

2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun Sebelumnya Indikator Ekonomi Makro Daerah adalah alat ukur spesifik yang didasarkan pada data-data statistik yang menunjukan kondisi pembangunan ekonomi suatu daerah. Indikator ekonomi makro yang dijadikan dasar untuk menggambarkan capaian pembangunan ekonomi Kabupaten Jeneponto meliputi: 1) Pertumbuhan, Perkembangan dan Struktur Ekonomi; 2) Pendapatan Perkapita; 3) Indeks Gini; 4) Inflasi; 5) Ketenagakerjaan; 6) Kemiskinan.

(15)

Perkembangan indikator ekonomi makro Kabupaten Jeneponto tersebut diuraikan sebagai berikut:

2.1.1 Pertumbuhan, Perkembangan dan Struktur Ekonomi berdasarkan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi wilayah. PDRB adalah merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik (negara/daerah) yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan yakni: 1) Produksi, 2) Pengeluaran, dan 3) Pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (kabupaten) penyusunan PDRB hanya digunakan 2 pendekatan, yaitu: 1) produksi dan 2) penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (lapangan usaha/sektor) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi lapangan usaha/sektor merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh lapangan usaha/sektor atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.

PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) adalah jumlah agregat nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun yang bersangkutan yang berarti kenaikan harga-harga (efek inflasi) turut dihitung, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk) adalah jumlah agregat nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga pasar yang tetap

(16)

(harga tahun dasar). Pada penghitungan ini digunakan harga dasar tahun 2010.

Kebijakan fiskal tahun 2020 mengangkat tema “APBN untuk Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Sejalan dengan tema kebijakan fiskal tersebut, kebijakan fiskal tahun 2020 diarahkan untuk mampu menstimulasi perekonomian agar tumbuh pada level yang cukup tinggi, menggairahkan investasi dan ekspor, mendorong inovasi dan penguatan kualitas SDM, serta mendorong daya saing nasional termasuk melalui transformasi struktural. Kebijakan fiskal juga diarahkan untuk mendorong terciptanya pengelolaan fiskal yang semakin sehat, yang tercermin dalam optimalisasi pendapatan negara, belanja yang lebih berkualitas (spending better), dan pembiayaan yang kreatif, efisien dan berkelanjutan. Di samping itu, kebijakan fiskal juga diarahkan untuk mampu mendorong perbaikan neraca keuangan pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan capaian keberhasilan pembangunan perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan ekonomi di suatu daerah untuk periode tertentu.

Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan angka persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk), sedangkan Perkembagan ekonomi adalah persentase perubahan PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb). Pertumbuhan dan Perkembangan ekonomi ekonomi Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2014-2018 dapat dilihat pada tabel berikut:

(17)

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018

Kabupaten Jeneponto

Tahun PDRB adhk Pertumbuhan PDRB adhb Perkembangan ( Milyar Rp) ( % ) ( Milyar Rp) ( % ) 2014 4,773,643.60 7.93 6,155,880.02 16.82 2015 5,085,915.52 6.54 7,001,194.66 13.73 2016 5,508,828.17 8.32 7,849,191.66 12.11 2017 5,963,562.33 8.25 8,614,595.11 9.75 2018 6,339,362.04 6.30 9,413,976.90 9.28

Rata-Rata 7.47 12.34

Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun PDRB adhk Pertumbuhan PDRB adhb Perkembangan ( Milyar Rp) ( % ) ( Milyar Rp) ( % ) 2014 233,998.05 7.54 298,033.80 15.14 2015 250,802.99 7.18 340,390.21 14.21 2016 269,423.09 7.42 379,632.26 11.53 2017 288,908.09 7.23 418,931.58 10.35 2018 309,243.63 7.04 462,341.96 10.36

Rata-Rata 7.28 12.32

Sumber Data : BPS Kab. Jeneponto

Gambar 2.1

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018

Sumber Data : Hasil Olahan TAPD Kab. Jeneponto 7.93

6.54

8.32

8.25

6.30 7.54

7.18 7.42

7.23

7.04

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulsel Kab. Jeneponto

(18)

Sumber Data : Hasil Olahan TAPD Kab. Jeneponto

Dari tabel 2.1 dan grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2014-2018 mengalami fluktuasi. Rata-rata tingkat Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto dalam Kurun waktu 2014-2018 adalah 7,47% atau lebih tinggi 0,19% dari rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 7,28%, sedangkan rata-rata tingkat perkembangan ekonomi sebesar 12,34% atau lebih tinggi 0,02% dari rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 12,32%. Pada tahun 2018 pergerakan pertumbuhan ekonomi Kab. Jeneponto mengalami perlambatan sebesar -1,95% dari tahun sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi regional Sulawesi Selatan juga mengalami perlambatan sebesar -0,19% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kemarau yang relatif panjang sehingga mengurangi jumlah produksi pertanian yang berimpilkasi pada kurangnya daya beli masyarakat. Beberapa lapangan usaha yang mengalami penurunan signifikan, diantaranya kegiatan usaha utama sebagaian besar masyarakat Jeneponto yakni pertanian, kehutanan

16.82 13.73

12.11

9.75

9.28 15.14

14.21 11.53

10.35

10.36

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Perkembangan Ekonomi

Provinsi Sulsel Kab. Jeneponto

(19)

dan perikanan pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor tanaman holtikultura. Namun sebelumnya pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yang signifikan dengan peningkatan produksi pertanian ditandai dengan meningkatnya kontribusi sektor pertanian.

Gambar 2.2

Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2014-2018

Struktur ekonomi Kabupaten Jeneponto selama Tahun 2014- 2018, tidak mengalami pergeseran yang berarti, kontribusi terbesar masih diberikan oleh sektor pertanian dengan nilai rata-rata Rp.

3.914.632 atau 50,14%. Demikian halnya pada tahun 2018, kontribusi sektor pertanian Rp. 4.395.246 atau 46.69%. Kegiatan usaha/sektor lainnya yang berkontribusi relatif besar adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan kontribusi sebesar 12,94%, selanjutnya sektor Informasi dan Konfirmasi

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 50.14

Pertambangan dan Penggalian, 2.66 Industri Pengolahan, 3.39

Pengadaan Listrik dan Gas,

0.13 Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang,

0.07 Kontruksi, 10.26 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 11.89 Transportasi dan

Pergudangan, 1.03 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum, 0.28 Informasi dan Komunikasi,

3.72 Jasa Keuangan dan

Asuransi, 2.26 Real Estate, 2.35

Jasa Perusahaan, 0.02 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial, 6.88

Jasa Pendidikan, 2.09 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 2.27

Jasa Lainnya, 0.01

(20)

dengan kontribusi sebesar 3,82%, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial dengan kontribusi sebesar 6,89%, kontribusi terendah disumbangkan oleh sektor jasa lainnya sebesar 0,01%. Kontribusi PDRB Kabupaten Jeneponto terhadap PDRB regional Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 2,03% atau menempati peringkat 15 terhadap sumbangsih PDRB Regional Sulawesi Selatan.

Kontibutor terbesar adalah Kota Makassar yakni sebesar 34,59%, sedangkan kontibutor terkecil adalah Kabupaten Selayar yakni sebesar 1,26%.

Berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten Jeneponto tersebut menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat Kabupaten Jeneponto masih sangat mengandalkan sektor pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa perekonomian Kabupaten Jeneponto masih bertumpu pada sektor pertanian (daerah agraris). Kontribusi masing-masing sektor pada PDRB Kabupaten Jeneponto selama periode tahun 2014-2018 baik berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan dapat disajikan dalam secara series dalam tabel 2.2 berikut.

(21)

Tabel. 2.2

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014-2018 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jeneponto (Juta Rp.)

No Sektor Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Rata-Rata

2014-2018

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

1

Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 3,225,618.86 52.40 3,626,120.77 51.79 4,059,795.58 51.72 4,266,380.32 49.53 4,395,246.41 46.69 3,914,632.39 50.14 2 Pertambangan dan

Penggalian 144,121.72 2.34 182,086.93 2.60 208,296.53 2.65 235,085.95 2.73 268,908.76 2.86 207,699.98 2.66 3 Industri Pengolahan 207,837.56 3.38 238,382.08 3.40 262,965.27 3.35 295,793.34 3.43 317,631.13 3.37 264,521.88 3.39 4 Pengadaan Listrik

dan Gas 8,767.54 0.14 7,814.98 0.11 8,437.34 0.11 10,881.29 0.13 13,324.96 0.14 9,845.22 0.13

5

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

5,174.73 0.08 5,399.47 0.08 5,736.85 0.07 6,116.69 0.07 6,721.16 0.07 5,829.78 0.07

6 Kontruksi 553,645.15 8.99 642,940.99 9.18 724,738.23 9.23 932,489.15 10.82 1,152,566.34 12.24 801,275.97 10.26

7

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

682,016.28 11.08 796,673.49 11.38 905,020.59 11.53 1,039,689.50 12.07 1,217,743.72 12.94 928,228.72 11.89

8 Transportasi dan

Pergudangan 62,559.32 1.02 75,828.32 1.08 79,908.03 1.02 87,662.29 1.02 97,068.99 1.03 80,605.39 1.03 9 Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum 16,251.01 0.26 19,019.22 0.27 21,858.21 0.28 25,081.44 0.29 28,802.01 0.31 22,202.38 0.28 10 Informasi dan

Komunikasi 238,477.36 3.87 251,192.92 3.59 284,179.79 3.62 319,215.71 3.71 360,044.76 3.82 290,622.11 3.72

(22)

No Sektor Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Rata-Rata 2014-2018

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 144,197.25 2.34 158,707.83 2.27 183,085.69 2.33 192,172.82 2.23 204,557.65 2.17 176,544.25 2.26 12 Real Estate 144,606.94 2.35 170,490.85 2.44 186,413.63 2.37 199,560.61 2.32 217,665.89 2.31 183,747.58 2.35 13 Jasa Perusahaan 1,036.68 0.02 1,185.73 0.02 1,296.35 0.02 1,443.10 0.02 1,600.63 0.02 1,312.50 0.02

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

424,729.78 6.90 483,321.92 6.90 538,388.19 6.86 581,667.82 6.75 657,066.85 6.98 537,034.91 6.88

15 Jasa Pendidikan 131,513.31 2.14 146,812.77 2.10 160,424.45 2.04 177,936.33 2.07 200,205.33 2.13 163,378.44 2.09 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 133,461.10 2.17 157,836.89 2.25 176,513.42 2.25 196,403.09 2.28 221,212.61 2.35 177,085.42 2.27 17 Jasa Lainnya 31,865.43 0.01 37,379.50 0.01 42,133.51 0.01 47,015.66 0.01 53,609.70 0.01 42,400.76 0.01 PDRB 6,155,880.02 100 7,001,194.66 100 7,849,191.66 100 8,614,595.11 100 9,413,976.90 100 7,806,967.67 100

(23)

Tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian sektor Industri Pengolahan dan sektor Konstruksi masih dominan dalam peningkatan PDRB. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian karena ekonomi jeneponto masih sangat bergantung dengan sektor pertanian, sementara dengan perubahan iklim yang semakin meluas dampaknya. Sektor pertanian akan rentan menghadapi goncangan gagal panen dan kekeringan. Kondisi ini seharusnya membuat pemerintah kabupaten untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang lain untuk meningkatkan ketahanan ekonomi daerah (resilient).

(24)

Tabel. 2.3

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014-2018 Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jeneponto (Juta Rp.)

No Sektor Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Rata-Rata

2014-2018

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2,349,828.64 47.85 2,453,880.05 46.62 2,638,356.89 45.95 2,776,806.52 44.11

2,808,389.09 41.31 2,605,452.24 44.91 2 Pertambangan dan

Penggalian 96186.11 1.96 111557.35 2.12 125883.05 2.19 141084.62 2.24 157,056.45 2.31 126,353.52 2.18 3 Industri Pengolahan 171,598.49 3.49 183,035.98 3.48 195,934.25 3.41 212,981.26 3.38

222,876.99 3.28 197,285.39 3.40 4 Pengadaan Listrik

dan Gas 10,031.95 0.20 9,995.10 0.19 10,498.17 0.18 11,088.94 0.18

12,530.73 0.18 10,828.98 0.19

5

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,571.47 0.09 4,597.09 0.09 4,816.17 0.08 5,079.69 0.08 5,481.62 0.08 4,909.21 0.08

6 Kontruksi 553,645.15 11.27 642,940.99 12.22 724,738.23 12.62 932,489.15 14.81

1,152,566.34 16.95 801,275.97 13.81

7

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

646,062.52 13.16 711,272.70 13.51 791,961.99 13.79 877,243.59 13.94 985,546.57 14.50 802,417.47 13.83

8 Transportasi dan

Pergudangan 51,515.14 1.05 55,717.80 1.06 58,879.54 1.03 64,248.72 1.02

70,758.11 1.04 60,223.86 1.04 9 Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

13,571.30 0.28 15,435.81 0.29 17,549.11 0.31 19,737.82 0.31 22,205.78 0.33 17,699.96 0.31

10 Informasi dan

Komunikasi 238,477.36 4.86 251,192.92 4.77 284,179.79 4.95 319,215.71 5.07 360,044.76 5.30 290,622.11 5.01

(25)

No Sektor Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Rata-Rata 2014-2018

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 99,642.74 2.03 104,469.31 1.98 117,099.17 2.04 118,096.96 1.88

121,171.20 1.78 112,095.88 1.93 12 Real Estate 115,202.59 2.35 123,715.93 2.35 131,456.01 2.29 135,763.90 2.16

142,639.88 2.10 129,755.66 2.24 13 Jasa Perusahaan 942.99 0.02 998.38 0.02 1,055.39 0.02 1,144.20 0.02

1,232.21 0.02 1,074.63 0.02

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

326,238.12 6.64 341,887.59 6.50 368,723.62 6.42 387,425.42 6.15 415,757.28 6.12 368,006.41 6.34

15 Jasa Pendidikan 104,588.74 2.13 112,173.34 2.13 119,349.06 2.08 128,657.05 2.04 141,111.37 2.08 121,175.91 2.09 16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 101,933.76 2.08 111,418.71 2.12 119,453.36 2.08 129,221.89 2.05 141,008.46 2.07 120,607.24 2.08 17 Jasa Lainnya 26,795.63 0.55 29,205.26 0.55 31,880.30 0.56 34,834.74 0.55 38,560.45 0.57 32,255.28 0.56 PDRB 4,910,832.70 100 5,263,494.31 100 5,741,814.10 100 6,295,120.18 100 6,798,937.29 100 5,802,039.72 100

(26)

Tabel diatas menggambarkan bahwa angka PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 atas dasar harga konstan sebesar 6.339.362,04 Juta atau mengalami peningkatan sebesar 3,64 persen dibandingkan dengan tahun 2014. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 2014-2018 sebesar 8,54 persen per tahun.

Data dari 2 tabel diatas menunjukkan dominasi yang besar sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Jeneponto. Dominasi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Jeneponto membuat ekonomi Jeneponto sangat dipengaruhi oleh tingkat produksitas dan harga hasil pertanian. Tingkat produksifitas hasil pertanian ini berkaitan erat dengan perubahan iklim yang berpengaruh pada ketersediaan air untuk pengairan lahan pertanian.

(27)

2.1.2 PDRB Perkapita

PDRB Perkapita (Pendapatan Perkapita) adalah salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk di suatu daerah pada kurun waktu tertentu, tetapi angka tersebut belum dapat menggambarkan penerimaan/pendapatan penduduk secara nyata dan merata, karena angka itu hanya merupakan angka rata-rata.

PDRB per kapita diperoleh dari hasil pembagian antara PDRB adhb dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jeneponto periode 2014-2018, mengalami peningkatan dengan rata-rata pertahun sebesar 19,04%

atau Pendapatan Perkapita rata-rata pertahun sebesar Rp.

21.802.784,29. Pada Tahun 2018 Pendapatan Perkapita Penduduk Jeneponto sebesar Rp. 26.020.340,08 atau mengalami peningkatan 18,61% dari tahun sebelumnya, tahun 2017 sebesar Rp. 23.943.597,49.

Perkapita (Pendapatan Perkapita) Daerah dan Regional Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 2.4

Pendapatan Perkapita Kabupaten Jeneponto Tahun 2014-2018

No Tahun

Jumlah

penduduk Pendapatan

Perkapita Peningkatan Pertahun

(Jiwa) (Rp) (%)

1 2014 353,287 17,424,586.87 16.10

2 2015 355,599 19,688,454.30 12.99

3 2016 357,807 21,936,942.71 25.90

4 2017 359,787 23,943,597.49 21.61

5 2018 361,793 26,020,340.08 18.61

Rata-Rata 21.802.784,29 19,04

Sumber :Data hasil olahan berdasarkan PDRB Kab. Jeneponto Tahun 2014-2018

(28)

Gambar 2.3

Grafik Pendapatan Perkapita Regional dan Kabupaten Jeneponto Tahun 2014-2018

2.1.3 Indeks Gini

Indeks Gini atau Koefisien Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh suatu wilayah. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama.

Sedangkan, Koefisien Gini bernilai 1 menunjukkan ketimpangan yang sempurna, atau satu orang memiliki segalanya sementara orang- orang lainnya tidak memiliki apa-apa. Dengan kata lain, Koefisien Gini diupayakan agar mendekati 0 untuk menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan antar penduduk.

Indeks Gini di Kabupaten Jeneponto tidak dapat di uraikan secara rinci. Oleh karena itu tingkat distribusi pendapatan masyarakat Kabupaten Jeneponto diukur dengan menggunakan indeks gini level provinsi. Oleh karena itu berikut ini akan ditampilkan

35.34

39.95

43.86 47.93 52.85

17.42

19.69 21.94 23.94

21,34

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pendapatan Perkapita ( Juta Rp)

Pendapatan Perkapita Regional Pendapatan Perkaita Daerah

(29)

Tabel 2.5

Indeks Gini Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2014-2018

Uraian Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 Indeks Gini 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 Indeks Gini Rata-Rata

2014-2018 0,42

Sumber : Data Sementara (Belum tersedia data terbaru)

Dari tabel 2.5 diatas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2014-2018 rata-rata indeks gini adalah sebesar 0,42 atau kurang dari 0,5. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan masih relatih sedang. Angka tersebut kurang dari 0,58 untuk mencapai ketimpangan sempurna atau dibutuhkan reduksi sebesar 0,42 untuk mencapai pemerataan pendapatan yang sempurna.

2.1.4 Inflasi

Laju inflasi merupakan indikator yang menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.

Kestabilan inflasi menjadi penting bagi perekonomian dengan pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Laju Inflasi di Kabupaten Jeneponto pada periode 2014-2018 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2014 inflasi mencapai 6,24 persen sedangkan pada tahun 2017 inflasi sebesar 4,66 persen.

Secara garis besar, inflasi di Kabupaten Jeneponto terkendali dengan baik. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, inflasi tidak pernah melampaui inflasi regional dan nasional.

(30)

Tabel 2.6

Laju Inflasi Kabupaten JenepontoTahun 2014 – 2018

No Uraian Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 1 Laju Inflasi 9,45 2,17 1,48 4,66 3,88 2 Laju Inflasi Regional 8,61 4,48 2,94 4,44 3,50

Sumber : Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Laju inflasi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga barang yang biasanya diakibatkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi serta aktivitas-aktivitas masyarakat secara massif pada momentum-momentum tertentu seperti Peringatan hari raya keagamaan, dll. Selain itu penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang.

2.1.5 Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu komponen determinan untuk menggerakkan pembangunan daerah. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang profesional dan memiliki keahlian yang memadai, maka semakin pesat perkembangan suatu daerah.

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk ke dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) disebut sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenagakerjaan yang penting yang digunakan untuk menganalisis dan mengukur capaian hasil pembangunan. TPAK digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja. Indikator ini merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (usia produktif 15 tahun ke atas). Selain TPAK, dalam analisis angkatan

(31)

pengangguran yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang termasuk angkatan kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka. TPT dapat mencerminkan besarnya jumlah penduduk dalam kategori usia kerja yang termasuk dalam pengangguran.

Tabel 2.7

Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jeneponto dan

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 – 2018

Tahun

Angkatan Kerja

(Orang) TPAK (%) TPT (%)

Jeneponto Sulawesi

Selatan Jeneponto Sulawesi

Selatan Jeneponto Sulawesi Selatan 2014 55,035 3,715,801 61.70 62.00 2.70 5.10 2015 54,370 3,705,128 60.78 60.94 4.00 5.95 2016 60,439 3,581,957 60.78 60.94 4.00 5.95 2017 65,440 3,705,128 62.11 81.07 3.78 4.80 2018 176,906 4,174,181 67.71 63.02 2.81 5.34 Rata-

rata 102,438 3,776,439 62.62 65.59 3.46 5.43

(32)

Gambar 2.4.

Grafik Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Jeneponto dan SulSel Tahun 2014- 2018 (%)

61.70 60.78 60.78

62.11

67.71

62.00 60.94 60.94

81.07

63.02

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Tingkat Partisikasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK Jeneponto TPAK SulSel

2.70

4.00

4.00

3.78

2.81 5.10

5.95

5.95

4.80

5.34

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

2013.5 2014 2014.5 2015 2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT Jeneponto TPT SulSel

(33)

Perkembangan angkatan kerja dalam kurun waktu 2014-2018 juga mengalami fluktuasi baik di tingkat Regional maupun di tingkat Kabupaten Jeneponto, dari data statistik tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu 2014- 2018 adalah sebesar 102.438 orang untuk tingkat Kabupaten Jeneponto dan 3,776,439 untuk tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

Demikian juga TPAK dan TPT mengalami perkembangan yang fluktuatif dalam kurun waktu tersebut dengan rata-rata pertahunnya masing-masing sebesar 62,62% dan 3,46% untuk Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan Kabupaten Jeneponto masing-masing sebesar 65,59% dan 5,43%. Hal ini menunjukkan tingkat Pengangguran Kabupaten Jeneponto lebih Rendah dari Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,97%.

Jumlah angkatan kerja di Jeneponto pada tahun 2018 mencapai 176.906 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja mencapai 47,32 persen atau sekitar 171.193 orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, TPAK di Jeneponto mencapai 67,71 persen, di mana TPAK perdesaan lebih tinggi dibanding perkotaan, masing- masing sebesar 61,57 persen dan 56,60 persen. Sementara itu, TPT Jeneponto pada tahun 2018 adalah sebesar 2,81 persen. Jika dilihat berdasarkan tempat tinggal, penduduk yang menganggur lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan daripada perdesaan. TPT perkotaan mencapai 5,48 persen, lebih tinggi dibandingkan perdesaan yang hanya sebesar 3,74 persen.

Masih cukup tingginya tingkat pengangguran di perkotaan menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tersedia di perkotaan belum mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Hal ini terkait dengan jumlah lapangan kerja yang terbatas dan adanya kecenderungan penyerapan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Sebagian besar tenaga kerja di perdesaan terserap di sektor pertanian, di mana sektor ini memberikan kesempatan kerja yang lebih luas karena tidak perlu mempunyai keahlian khusus.

(34)

Tingginya tingkat pengangguran di perkotaan juga disebabkan urbanisasi yang terj di sehingga banyak angkatan kerja.

Setiap orang selalu berharap dirinya akan mudah mendapatkan pekerjaan layak yang sesuai dengan keahlian yang dia miliki serta tingkat pendidikan yang tadinya berada di perdesaan pindah ke wilayah perkotaan.

2.1.6 Kemiskinan

Pembangunan pada dasarnya bertujuan menciptakan kemakmuran dan mengurangi kemiskinan. Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan yang diukur dari pengeluaran. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi, yang bukan hanya mencakup kondisi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Angka kemiskinan yang masih tinggi di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan program pengentasan kemiskinan belum mencapai hasil optimal. Hal ini disebabkan beberapa kebijakan yang sebenarnya ditujukan untuk menekan angka kemiskinan, justru lebih berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, bukan pemerataan terhadap sumber daya ekonomi. Pentingnya pemberantasan kemiskinan sehingga menjadi tujuan global, sebagaimana ditunjukkan pada salah satu dengan tujuan SDGs 2015-2030 yang pertama dan kedua yaitu menghapus kemiskinan dan mengakhiri kelaparan.

Kemiskinan menjadi permasalahan krusial karena mempengaruhi aspek-aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, makanan, dan perumahan. Fokus utama dalam penanggulangan kemiskinan hendaknya mengarah pada pemenuhan kebutuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan;

transformasi sektor pertanian ke sektor non pertanian; menumbuhkan

(35)

swadaya penduduk miskin; serta meningkatkan peran pihak luar sebagai fasilitator pemberdayaan.

Tabel 2.8

Penduduk Miskin Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 – 2018

Tahun

Penduduk Miskin

Kab. Jeneponto Prov. Sulawesi Selatan Jumlah Persentase Jumlah Persentase

2014 54,150 15.31 806,350 9.54

2015 53,870 15.18 864,510 10.12

2016 53,320 15.49 807,030 9.40

2017 53,350 15.40 813,070 9.38

2018 55,950 15.48 792,640 9.06

Rata-Rata 54,928 15,37 816,720 9,35 Gambar 2.5

Grafik Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Jeneponto dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014- 2018 (%)

Penduduk miskin di Kabupaten Jeneponto menunjukkan penurunan sebesar 0,09% pada tahun 2017 dari tahun sebelumnya dan selama kurun waktu 2014-2018 tersebut persentase kemiskinan

15.31 15.18 15.49 15.40 15.48

9.54 9.39

9.40

9.38 9.06

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Persentase Kemiskinan

Jeneponto Sulawesi Selatan

(36)

kabupaten Jenepnto masih di atas rata-rata Sulawesi Selatan yaitu sebesar 9,35%. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Jeneponto sebesar 55.950 orang atau sebesar 15,48% dari Total Penduduk Kabupaten Jeneponto. Persentase penduduk miskin tertinggi di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Jeneponto.

Berdasarkan poin-poin uraian tersebut diatas, maka Perkembangan indikator ekonomi makro Kabupaten Jeneponto yang meliputi 1) Pertumbuhan, Perkembangan dan Struktur Ekonomi;

2) Pendapatan Perkapita; 3) Indeks Gini; 4) Inflasi; 5) Ketenagakerjaan; serta 6) Kemiskinan. Perkembangan indicator tersebut selama kurun waktu tahun 2014-2018, dapat sajikan dalam tabel berikut:

(37)

Tabel 2.9

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Jeneponto Tahun Sebelumnya (Tahun 2014-2018)

Indikator Ekonomi Makro Tahun

2014 2015 2016 2017 2018

1. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB adhk2010)

- Jumlah (Juta Rp) 4.773,64 5.085,92 5.511,79 5.967,18 6.339,36

- Persentase (%) 7,93 6,54 8,37 8,26 6,30

2. Perkembagan Ekonomi (PDRB adhb2010)

- Jumlah (Juta Rp) 6.155,88 7.001,19 7.872,79 8.645,02 9.413,97

- Persentase (%) 16,85 13,69 12,53 10,99 9,28

3. PDRB Perkapita Jumlah (Rp) 17.379.594 19.684.662 21.345.160 24.033.524 26.020.340

4. Indeks Gini Poin 0,45 0,40 0,40 0,42 0,42

5. Tingkat Inflasi Persentase (%) 9,45 2,17 1,48 4,66 3,88

6 Ketenagakerjaan

Angkatan Kerja (orang) 155.035 154.370 160.439 160.439 176,906

TPAK (%) 61,70 60,78 60,78 62,11 67,71

Pengangguran, TPT (%) 2,70 4,00 4,00 3,78 2,81

7. Kemiskinan Jumlah (Jiwa) 54.150 53.870 55.320 55.350 55.950

Persentase (%) 15,31 15,18 15,49 15,40 15,48

(38)

2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2020

Berdasarkan data dan uraian perkembangan ekonomi makro Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2014-2018, maka dengan menggunakan pendekatan trend, rata-rata tahunan dan peningkatan atau penurunan tahunan, maka kondisi ekonomi makro tahun 2019 dapat ditargetkan sebagai berikut:

Tabel 2.10

Target Ekonomi Makro Kabupaten Jeneponto Tahun 2020

Indikator Ekonomi Makro Target 2020

1. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB adhk2010)

Jumlah (Juta Rp) 7.774,46

Persentase (%) 7,32

2. Perkembagan Ekonomi (PDRB adhb)

Jumlah (Juta Rp) 9,413,98

Persentase (%) 9,28

3. PDRB Perkapita Jumlah (Rp) 30.456,14

4. Indeks Gini Poin 0,42

5. Tingkat Inflasi Persentase (%) < 4

6. Ketenagakerjaan

Angkatan Kerja (orang) > 177.000

TPAK (%) > 68

Pengangguran, TPT (%) >2,9

7. Kemiskinan Jumlah (Jiwa) < 50.000

Persentase (%) < 15 %

Target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 dalam RPJMD Kabupaten Jeneponto diharapkan sebesar 7,32 % sampai dan berdasarkan perhitungan trend/perkiraan pada tahun 2019 sekitar 14,28% maka terget ini masih dalam range rencana jangka menengah.

Pada tahun 2019, diperkirakan perekonomian Kabupaten Jeneponto masih akan menghadapi sejumlah tantangan akibat dari pengaruh lingkungan perekonomian regional dan nasional yang terjadi

(39)

dalam beberapa tahun terakhir. Upaya-upaya yang perlu didorong untuk menjawab tantangan tersebut antara lain:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peningkatan infrastruktur, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi dan terjaganya stabilitas ekonomi makro serta diupayakannya secara sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek ganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja.

2. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.

3. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi.

4. Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja. Terutama untuk ekspor komoditas andalan daerah seperti jagung kuning, rumput laut, perikanan dan lain-lain.

(40)

5. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta (publik-private partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas.

6. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi seperti pasar dan kawasan khusus PKL/pelaku sektor informal secara memadai bagi pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk mendukung kegiatan bisnis di Kabupaten Jeneponto, di samping menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya.

7. Mengembangkan program-program bagi perusahaan yang berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan pembentukan modal lokal di Kabupaten Jeneponto.

8. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha di Kabupaten Jeneponto sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola bersama-sama oleh pekerja untuk meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama.

9. Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam memasarkan potensi daerah dengan melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat.

10. Membangun business plan produk-produk potensi andalan dengan kerpaduan pelaksanaan dan pengelolaan multi pihak dari hulu sampai hilir secara berkelanjutan.

11. Meningkatkan Kapasitas fiskal daerah untuk memperkuat kemampuan

(41)

12. Membangun promosi bersama dalam memasarkan potensi daerah melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat.

(42)

3.1 Asumsi dasar yang digunakan dalam APBN

Dalam penyusunan R-APBD Tahun 2020 memperhatikan Tema Pemerintah untuk Tahun 2020 yaitu “Pemerataan Pembangunan Untuk Pertumbuhan Berkualitas”. Tema tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam Prioritas Pembangunan berikut ini :

1. Pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan;

2. Infrastruktur dan pemerataan wilayah;

3. Nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja;

4. Ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; dan 5. Stabilitas pertahanan dan keamanan.

Selain hal tersebut diatas, juga diperhatikan asumsi dasar yang dipergunakan Pemerintah Pusat dalam penyusunan APBN Tahun Anggaran 2020 yakni sebagai berikut :

- Pertumbuhan ekonomi ditargetkan untuk tumbuh pada kisaran 5,4 – 5,8 %

- Laju Inflasi diperkirakan dapat dicapai dalam rentang 3,5 ± 1,0%

- Rata-rata suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2019 pada kisaran 4,6- 5,2%

- Nilai Tukar Rupiah pada 2019 diperkirakan bergerakan pada kisaran Rp.13.700 - Rp.14.000 perdolar AS

- Lifting minyak bumi diperkirakan berada pada kisaran 722-805 bph dan liffing gas bumi pada 1,21-1,30 juta bsmph.

Penyusunan R-APBD Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 disamping memperhatikan tema pembangunan nasional juga memperhatikan dan

BAB III

ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH (RAPBD)

(43)

mempertimbangkan tema pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020 yang tercantum pada RKPD Provinsi Sulsel Tahun 2020 yaitu ““Akselerasi pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia serta SDA yang berdaya saing bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan””. Tema pembangunan diatas dijabarkan kedalam prioritas pembangunan sebagai berikut :

1. Pembangunan Manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar;

2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konetivitas dan kemaritiman;

3. Peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pertanian, industri, dan jasa produktif;

4. Pemantapan ketahanan energi, pangan dan Sumberdaya air melalui pelestarian lingkungan;

5. Stabilitas ketentraman dan ketertiban mendukung pemilu.

Arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran pembangunan Tahun 2020 yang meliputi antara lain :

1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4 - 7,8%;

2. Inflasi sebesar 3,0 ± 1,0%;

3. PDRB/Kapita sebesar Rp. 65 - 70 juta;

4. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 5,05%;

5. Kemiskinan sebesar 8,52%; dan

6. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72,18.

Sejalan dan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka tema pembangunan daerah untuk RKPD Kabupaten Jeneponto tahun 2020 adalah “Peningkatan Pelayanan Dasar dan Infrastruktur Daerah, Pengeololaan SDA Potensial untuk meningkatkan Daya Saing Daerah”

tematik pembangunan ini selanjutnya dijabarkan menjadi beberapa prioritas pembangunan sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, jika diperhatikan pada Tabel 1, kurkumin dan analognya memiliki kemiripan struktur dengan bikalutamida karena terdapat gugus fenil (aromatik) pada kedua ligan

menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan

Pada ketika itu, Kandungan Kurikulum Standard Sekolah Menengah (KSSM) telah dijajarkan bagi tujuan kegunaan pengajaran dan pembelajaran bagi memenuhi keperluan pembelajaran

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikan model pembelajaaran, lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama

Berkaitan dengan permasalahan Surat Keputusan Menteri Pelaksana Tugas ESDM tentang Pembubaran Unit Organisasi Ad Hoc di Lingkungan Kementerian ESDM dapat diakui

Perlakuan pemberian pupuk organik cair dan perlakuan macam varietas tidak terjadi interaksi nyata terhadap rerata bobot kering biji per tanaman dapat dilihat pada

&#34;Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesudah urusan) Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan