Ny. B DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : DIVA OKTIKASARI
NIM : B 10 133
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2013
ii
iii
iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2013”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Dina Amd. Keb, selaku pimpinan RSUD Dr. Moewardi yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulisdan pengambilan data.
5. Ny. B yang telah bersedia menjadi pasien dalam penulisan karya ilmiah ini.
v
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
vi
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny. B DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA TAHUN 2013
xiii + 69 halaman + 10 lampiran + 3 tabel + 1 gambar INTISARI
Latar Belakang : Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi, sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah asfiksia.
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia ringan memerlukan penanganan yang segera supaya bayi dapat bertahan hidup. Angka kejadian bayi asfiksia ringan di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2012 sebesar 290 bayi (70,22%).
Tujuan :Mampu melakukan pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, evalusi dan menganalisis kesenjangan serta memecahkan masalah jika terdapat kesenjangan antara praktek dan teori pada bayi Ny.B dengan asfiksia ringan.
Metode Penelitian : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi studi kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta waktu pada tanggal 09-10 April 2013. Subjek adalah Bayi Ny. B dengan asfiksia ringan, instrumen yang digunakan adalah format asuhan kebidanan. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Dari pengkajian pada bayi Ny. B dengan asfiksia ringan diketahui nilai APGAR score pada menit pertama yaitu 7,warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung terdapat secret, mulut kebiruan dan aktifitas kurang. Asuhan yang diberikan yaitu keringkan tubuh bayi, potong tali pusat, letakkan bayi dimeja resusitasi, berikan lampu sorot, bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, menilai APGAR score pada menit kelima dan kesepuluh.
Setelah diberikan asuhan selama 2 hari kondisi asfiksia dapat teratasi dan kondisi bayi normal.
Kesimpulan :Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. B dengan asfiksia ringan dalam pelaksanaannya tidak ada kesenjangan antar teori dan praktek di lapangan.
Kata kunci : Asuhan kebidanan, bayi baru lahir, asfiksia ringan.
Kepustakaan : 20 literatur ( 2003 s/d 2012 )
vii
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
( Aristoteles)
“Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan atau perbuatnya”
( Ali Bin Abu Tholib)
“ketauilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan, bersama kesusahan ada jalan keluar dan didalam kesulitan ada kemudahaan”
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah, akhirnya selesai juga karya tulis yang penuh arti dalam perjalanan hidupku, aku sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah selalu memberikan kekuatan dan keyakinan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Bapak ibu tercinta setiap tetes kringatmu, serta ketulusan doamu tak pernah henti-hentinya selalu engkau panjatkan untuk saya. Hanya ucapan terimakasih yang bisa saya ucapkan dan kado kecil untuk ibu, bapak saya bisa lulus tepat waktu.
Buat adik-adik ku terima kasih yang selalu bikin aku tersenyum dan bikin rame didalam rumah walaupun kita sering berantem kakak sayang sama kalian.
Buat temen-temen ku 3C dan temenku tersayang (budi, qoriesa, rizka, indah, Eka, Putri) terima kasih buat kalian yang selalu memberi aku semangat, tanpa kalian aku bukan apa – apa. CEMUNGGUT temen -temen.
Bu Annisaul dan bu dosen lainnya, terima kasih banyak untuk keikhlasanya dan kesabaranya dalam menghadapai aku dan temen-temen, jasa anda akan selalu terkenang dalam hidup kami.
viii
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Studi Kasus ... 3
D. Manfaat Studi Kasus ... 4
E. Keaslian Studi Kasus ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
x
1. Bayi Baru Lahir ... 8
2. Asfiksia ... 16
B. Teori Manajemen Kebidanan ... 24
C. Landasan Hukum ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ... 39
B. Lokasi Studi Kasus ... 39
C. Subjek Studi Kasus ... 39
D. Waktu Studi Kasus ... 39
E. Instrumen Studi Kasus ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Alat – Alat Yang Dibutuhkan ... 43
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ... 45
B. Pembahasaan ... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Tabel 2.1. APGAR Score ... 9 Table 4.1. APGAR Score ... 48 Table 4.2. APGAR score ... 53
xii
Gambar. 2.1. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir ... 22
xiii
Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Ijin Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Pendahuluan Lampiran 4. Surat Ijin penggunaan lahan Lampiran 5. Surat Balasan Dari Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Studi Kasus Lampiran 7. Surat Persetujuan Studi Kasus
Lampiran 8. Satuan Acara Penyuluhan Memandikan bayi yang benar Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Tali Pusat
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
ϭ
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, sekitar 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal setiap tahun di Indonesia. Angka kematian bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi baru lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 226 bayi (36%), cacat bawaan sebanyak 210 bayi (33%), kekurangan oksigen (asfiksia) sebanyak 199 bayi (31%), sedangkan penyebab lain kematian bayi baru lahir disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan dan trauma persalinan (Depkes RI, 2010).
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerjasama antara tenaga kesehatan (Depkes, 2010).
Asfiksia yang merupakan penyebab ke-3 kematian bayi baru lahir yaitu sebanyak 199 (31%) memegang peran penting dalam pencapaian penurunan angka kematian bayi baru lahir. Menurut Arief & Sari (2009) asfiksia adalah keadaan di mana bayi lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Salah satu dampak
dari asfiksia adalah penurunan kualitas hidup dengan berkurangnya suplai O2
ke organ otak. Bila terjadi pada bayi maka dapat mengganggu tumbuh kembang otak yang kemudian dapat mempengaruhi intelegensi bayi (Mochtar, 2005).
Setelah melihat banyaknya kematian bayi baru lahir karena afiksia serta dampak yang ditimbulkan oleh asfiksia, maka diperlukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat terhadap kasus tersebut. Tenaga kesehatan dituntut untuk meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan baik dan memberikan asuhan yang tepat (Arief & Sari, 2009).
Berdasarkan data dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari – Oktober 2012 didapatkan jumlah bayi lahir sebanyak 1.090 bayi.
Jumlah bayi normal sebanyak 440 bayi (40,36%). Sedangkan bayi tidak normal sebanyak 650 bayi (50,64%). Penyebab bayi tidak normal tersebut di antaranya BBLR (170 bayi), ikterus (31 bayi), caput (36 bayi) dan asfiksia (413 bayi). Jumlah bayi dengan asfiksia tersebut terdiri dari asfiksia ringan sebanyak 390 bayi (94,43%), asfiksia sedang sebanyak 95 bayi (23,0%), dan asfiksia berat sebanyak 28 bayi (6,77%).
Masih tingginya angka kematian bayi baru lahir akibat asfiksia, serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan asfiksia ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ?”
C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Mampu melakukan interpretasi data pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
c. Mampu menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
d. Mampu melakukan antisipasi atau tindakan segera bayi baru lahir pada By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
f. Mampu melaksanakan perencanaan secara efisien pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
g. Mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir By.
Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
h. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek nyata di lapangan pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
i. Mampu memberikan alternative pemecahan masalah jika terdapat kesenjangan pada asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir By. Ny. B dengan Asfiksia Ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah serta sebagai pengalaman nyata dalam melakukan studi kasus.
2. Bagi profesi
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penerapan asuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
3. Bagi Institusi a. Rumah sakit
Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
b. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan yang bermanfaat tentang asfiksia ringan.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus serupa tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia sudah pernah dilakukan oleh :
1. Titis Arum Putri (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul” Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asifiksia sedang di RB Restu Ibu Sragen”. Asuhan yang diberikan adalah membebaskan jalan nafas dengan menghisap lendir dan merangsang taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: injeksi kalfoxcim 1 x 160 mg/hari, injeksi vit. K 1 mg secara IM. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi keadaan umum bayi baik, bayi tidak hipotermi.
2. Lisa Fitriana (2005), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. S dengan Asfiksia di RSU Pandang Agung Boyolali” dengan asuhan yang diberikan menghangatkan bayi lalu mengobservasi keadaan bayi dan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan pemberian injeksi pinicilin procain 3 X 0,5 cc/IM, injeksi vitamin A 1 X 1 mm. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi keadaan umum baik, bayi tidak hipotermi.
Berdasarkan dari 2 keaslian studi kasus, diperoleh perbedaan antara keaslian studi kasus dengan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh penulis, perbedaan tersebut diantaranya adalah lokasi, subyek, waktu, asuhan kebidanan yang diberikan, sedangkan persamaan terletak pada hasil dari asuhan yang diberikan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari teori medis tentang bayi baru lahir, asfiksia ringan, manajemen kebidanan menurut Varney dan landasan hukum.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, serta alat-alat dan bahan.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas Tinjauan Kasus dan Pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis 1. Bayi baru lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupn intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief & sari, 2009).
b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1) Lahir aterm antara 37 – 42 minggu.
2) Berat badan 2500 – 4000 gram.
3) Panjang badan 48 – 52 cm.
4) Lingkar dada 30 – 38 cm.
5) Lingkar kepala 33 – 35 cm.
6) Lingkar lengan 11 – 12cm.
7) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.
8) Pernafasan ±40 – 60 x/menit.
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup.
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
11) Kuku agak panjang dan lemas.
12) Nilai APGAR >7.
13) Gerakan aktif.
14) Bayi langsung menangis kuat.
15) Reflek sucking (isap dan menelan)sudah terbentuk dengan baik.
16) Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbetuk dengan baik.
17) Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
18) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19) Genetalia
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora.
20) Eliminasi yang ditandai keluarnya mekonium dalam waktu kurang 24 jam dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011).
c. Penilaian APGAR pada bayi baru lahir
Menurut Prawirohardjo (2003), APGAR adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran yang dilakukan pada menit pertama, kelima, kesepuluh. Penilaian APGAR score perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaianAPGARscore diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal. Menurut Nanny (2010),asfiksia ringan (nilai apgar 7 – 10), asfiksia sedang (nilai APGAR 4 – 6), asfiksia berat (nilai APGAR 0 – 3).
Tabel 2.1APGAR Score
Tanda Nilai Nilai Nilai
0 1 2
1. Appearance (warna kulit) 2. Pulse (detak
jantung) 3. Grimace
(reflek)
4. Activity (tonus otot)
5. Respiratory (usaha nafas)
Biru pucat
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tubuh merah muda, Ekstermitas biru Lambat dibawah 100 Menyeringai
Ekstremitasfleksi sedikit Lambat tidak teratur
Merah muda seluruhnya
Di atas 100 x/menit Menangis kuat Gerakan aktif
Menangis dengan baik
Sumber :Varney,(2007)
d. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Sudarti dkk (2010), asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama 1 jam pertama setelah kelahiran. Asuhan yang diberikan antara lain:
1) Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit bayi dengan kulit ibu.
a) Memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
b) Mengganti handuk / kain yang basah dan membungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.
d) Apabila telapak bayi terasa dingin periksa suhu aksila bayi.
e) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5ºC, segera menghangatkan bayi dengan meletakkan bayi di bawah sinar lampu.
2) Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya segera mungkin
a) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan, mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir, ikatan batin dan pemberian ASI
b) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tidak siap dengan menunjukkan rooting reflek. Jangan paksakan bayi untuk menyusu.
c) Jangan memisahkan bayi sedikitnya 1 jam setelah persalinan.
3) Menjaga pernafasan
a) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.
b) Jika tidak bernafas, melakukan hal-hal sebagai berikut:
keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat, menggosok punggung bayi dengan lembut dengan menggunakan telapak tangan.
c) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi.
d) Bila bayi sianosis atau kulit biru atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit) berikan oksigen dengan kateter nasal.
4) Merawat mata
a) Memberikan Eritromicin 0,5% atau Tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit mata.
b) Atau berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera setelah lahir
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008), asuhan tambahan yang diberikan meliputi :
1) Memotong tali pusat tanpa membubuhi apapun
2) Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler, di paha kiri anterolateral selelah inisiasi menyusui dini
3) Melakukan pemeriksaan antropometri yang meliputi panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan berat badan
4) Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
e. Masalah pada bayi baru lahir
Menurut Dewi (2011), masalah bayi baru lahir yang perlu tindakan segera dalam 1 jam pertama
1) Tindakan bernafas atau sulit bernafas Penanganan umum yang biasa diberikan :
a) Keringkan bayi dan bungkus dengan kain yang hangat dan bersih.
b) Segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang hangat dan keras.
d) Lakukan pencegahan infeksi jika melakukan penanganan.
e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi terjadi kegagalan nafas.
f) Jika resusitasi gagal lakukan ventilasi.
2) Sianosis/ kebiruan dan sukar bernafas
Jika bayi mengalami sianosis/ kebiruan, sukar bernafas (frekuensi kurangdari 30 atau lebih dari 60 x/menit), ada tarikan dinding dada kedalam, atau merintih maka tindakan yang perlu dilakukan : a) Isap mulut dan hidung dan pastikan jalan nafas tidak tersumbat.
b) Berikan oksigen 0,5 Liter/menit.
c) Rujuk kekamar bayi atau ruangan yang mendukung kondisi bayi.
d) Tetap menjaga kehangatan bayi.
3) BBLR(Bayi berat lahir rendah)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Ada dua macam BBLR, yang pertama akibat kurang bulan dan yang kedua bayi lahir kecil dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang seharusnya masa gestasi (dismatur).
a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) yaitu Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Faktor penyebabnya ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis, DM, atau usia ibu masih terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan dekat.
b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang harusnya untuk masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterem maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram dan usia kehamilan kurang dari 32 minggu) sering mengalami masalah berat sepertisukar bernafas, sukar menghisap, ikterus berat, infeksi, rentan hipotermi. Segera rujuk bila bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.
4) Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian maka segera rujuk.
5) Hipotermi
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila kurang 35ºC.Untuk mengatasi kondisi ini tindakan yang dilakukan menggunakan alat dan incubator, radian heater, kamar hangat atau tempat tidur hangat, merujuk ke pelayanan kesehatan yang mempunyai Neonatal Instentif Care Unit (NICU).
6) Neonatus resiko tinggi
Berikut ini kondisi-kondisi yang menjadikan neonatus beresiko tinggi:
a) Asfiksia neonaturum
Suatu keadaan bayi yang gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya.
b) Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan thrombus normal.
c) Kejang neonatus
Kejang dalam neonatus bukan suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau ada kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkan penyebab sekunder adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.
2. Asfiksia a. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya (Dewi, 2011).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan keadaan hipoksis dan hiperkapus serta berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apa bila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna (Arief&Sari, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi atau sesudah persalinan (Rohani, 2011).
Asfiksia adalah hipoksia yang progestif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Prawirohardjo, 2006).
b. Etiologi dan faktor prediposisi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masa kehamilan, persalinanatau segera setelah lahir (Arif & Sari, 2009).
Menurut Hasan (2005), penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi adalah :
1) Faktor ibu a) Hipoksia ibu
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.
b) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin.
Hal ini sering ditemukan pada keadaan seperti gangguan kontraksi uterus misalnya hipertoni, hipotensi mendadak pada ibu perdarahaan, hipertensis pada penyakit eklamsia.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta. Misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4) Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu:
a) Pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung.
b) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakarnial.
c) Kelainan kongenital pada bayi, misalnya herni diafragmatik, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru.
c. Patofisiologi
Menurut Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap. Bayi kemudian masuk pada periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan buatan dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah
keorgan-organ, seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah diparu-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini meyebabkan paru-paru resistian terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi.
Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea of theNewborn (TTN)
d. Klasifikasi serta Tanda dan Gejala
Menurut Nanny (2010), klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia meliputi :
1) Asfiksia berat (nilai APGAR0 – 3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi : a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b) Tidak ada usaha napas.
c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR4 – 6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul meliputi : a) Frekuensi jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per menit.
b) Usaha napas lambat.
c) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7 – 10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul meliputi : a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih.
e) Adanya pernapasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktivitas.
g) Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif.
e. Diagnosa
Aspek yang sangat penting dari resusitasi adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit, 5 menit, 10 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera.Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai pada awal 1 menit dan 5 menit (Wiknjosastro,2007).
f. Penanganan
1) Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonaturum menurut Dewi (2011), adalah sebagai berikut :
a) Segera membaringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri disisi kepala bayi dan bersihkan kepala dari sisa air ketuban.
b) Memiringkan kepala bayi.
c) Membersihan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.
d) Menghisap cairan dari mulut dan hidung.
e) Melanjutkan menilai status pernapasan dengan menilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan memggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak terjadi perubahan berikan napas buatan.
2) Menurut Wiknjosastro (2003), tindakan pada asfiksia ringan- sedang antara lain :
a) Membungkus bayi dengan kain lalu dibawa ke meja resusitasi.
b) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir menggunakan sucktion pada hidung kemudian disekitar mulut.
c) Apabila berhasil meneruskan dengan perawatan selanjutnya yaitu membersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, melakukan inisiasi menyusui dini selama satu jam, pemeriksaan antropometri, pemberian vitamin K, pemberian salep mata dan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
d) Mengobservasi suhu tubuh, untuk sementara waktu memasukkan bayi didalam inkubator.
Gambar 2. 1 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
BAYI LAHIR
PENILAIAN :
1. Bayi cukup bulan.
2. Ketuban jernih,tidak bercampur mekonium.
3. Menangis atau bernapas.
4. Otot tonus baik .
ƐƵŚĂŶďĂLJŝŶŽƌŵĂů
LANGKAH AWAL
1.Jaga bayi tetap hangat 2 .Atur posisi bayi.
3.Isap lendir
4. Keringkan dan rangsangan taktil.
5. Reposisi
NILAI NAFAS
Bayi bernafas normal Asuhan pascaresusitasi
1. Pemantauan.
2. Pencegahan hipotermi.
3. Inisiasi menyusui dini.
4. Pemberian vitamin K1.
5. Pencegahan infeksi.
6. Pemeriksaan fisik.
7. Pencatatan dan pelaporan
Bayi tidak bernafas atau megap-megap Ventilasi
1.Pasang sungkup perhatikan letaknya 2. Ventilasi 2x dengan tekanan air 30 cm air.
3.Bila tidak mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik.
E/>/E&^
Bayi yang tidak bernafas/megap-megap
1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik.
2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 30 detik.
ϯ͘ Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi͕ƐŝĂƉŬĂŶƌƵũƵŬĂŶ͘
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil.
1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling.
3. Pencatatan dan pelaporan ϭ͘Konseling
2.Lanjutkan resusitasi 3. pemantauan
4. pencegahan hipotermi 5.pemberian vitamin K 6. Pencegahan infeksi 7.Pencatatan dan pelaporan
Sumber : Rohani, dkk (2011)
ŝƌƵũƵŬ
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanana dalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tidakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Asuhan kebidanan menggunakan tujuh langkah Varney, dimana setiap langkah disempurnakan secara sistematis. Langkah pertama dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi (Varney, 2007).
Langkah–langkah tersebut antara lain:
a. Langkah pertama: Pengumpulan Data Dasar 1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan keluarga dantim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi:
a) Biodata
Menggunakan Identitas menurut Nursalam (2008), antara lain : (1) Nama Bayi :Untuk mengetahui identitas bayi
(2) Umur Bayi : Untuk memberikan asuhan yang sesuai pada bayi
(3) Tanggal/jam/lahir:Untuk mengetahui umur bayi
(4) Berat badan :Untuk mengetahui antara berat badan dengan umur kehamilan
(5) Panjang badan :Untuk mengetahui panjang badan
(6) Nama ibu/ayah :Untuk mengetahui identitas orang tua bayi (7) Umur :Untuk mengetahui umur orang tua bayi (8) Suku/bangsa :Untuk mengetahui faktor pembawa ras (9) Agama :Untuk memberikan support kepada
keluarga sesuai agamanya
(10) Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pendidikan yangdiperlukan untuk memberikan KIE dan cara perawatan bayi
(11) Pekerjaan :Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga (12) Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal pasien b) Riwayat kehamilan sekarang
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Sesuai dengan hukum Naegele, yaitu dari hari pertama haid terakhir ditambah 7 hari dikurangi 3 bulan ditambah 1 tahun (Varney, 2007).
(2) Hari perkiraan lahir (HPL)
Untuk menetahui taksiran persalinan (Varney, 2007).
(3) Keluhan pada kehamilan
Berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan, maupun penyakit pada saat hamil, mulai dari trimester I, II dan III (Varney, 2007).
(4) Ante Natal Care(ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilanya (Wiknjosastro, 2009).
(5) Penyuluhan
Apakah ibu sudah mendapatkan penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan (Saifuddin, 2002).
(6) Imunisasi Tetanus Toksoid(TT)
Untuk mengetahui sudah/belum, kapan, dan berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (Wiknjosastro, 2009).
(7) Kebiasaan ibu sewaktu hamil (a) Pola nutrisi
Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan (Manuaba, 2008).
(b) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB adalah kaitannya dengan obesitas atau tidak (Mufdlilah, 2009).
(c) Pola istirahat
Istirahat merupakan kebiasan yang dianjurkan unuk ibu hamil (Mufdlilah, 2009).
(d) Pola seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksualitas dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Varney, 2007).
(e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat penting agar tidak terkena infeksi (Mufdlilah, 2009).
(f) Psikologi budaya
Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat masyarakat setempat, tentang kehamilan ini diharapkan atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga dalam kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah (Varnay, 2007).
(g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu merokok atau tidak dan ibu menggunakan obat-obatan dan alkhol yang mengakibatkan abortus dan kerusakan janin.
(Mufdlilah, 2009).
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobervasi dan diukur, informasi tersebut biasanya diperoleh melalui “senses”2S (sight,smell) dan HT (hearing and touch atau taste) selama pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008).
Hal ini diperoleh dari pemeriksaan bayi yang meliputi:
a) Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama, ke- 5, ke-10.
b) Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot.
c) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Suhu dinilai dari temperatur normal rectal atau axilla yaitu 36,5ºC sampai 37ºC.
(2) Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan.
Dalam 1 menit normalnya 120 – 140 x/menit.
(3) Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas.
Dalam satu menit, pernapasan normal 40 – 60 x/menit. Pada kasus asfiksia ringan untuk pernapasanya lebih dari 60 x/menit (Nanny, 2010).
d) Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2011) adalah : (1) Kepala :Adakah mesochepal atau mekrochepal
serta adakah kelainan cephal hematoma, caputsuccedaneum.
(2) Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warna kuning di sclera dan warna putih pucat di konjungtiva.
(3) Telinga : Adakah kotoran atau cairan, simetris atau tidak.
(4) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat jalan nafas. Pada kasus asfiksia ringan ada pernapasan cuping hidung (Nanny, 2010).
(5) Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering.
Adakah kelainan seperti labioskizis atau labiopalatoskzis.
(6) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid.
(7) Dada : Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan. Pada
kasus asfiksia ringan ada retraksi pada sela iga (Nanny, 2010).
(8) Abdomen : Bentuk, adakah pembesaran hati dan limpa.
(9) Kulit :Warna, apakah kulit kencang atau keriput dan rambut lanugo.
(10) Genetalia :Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora.
(11) Ekstermitas : Adakah odema, tanda sianosis, akral dingin, apakah kuku sudah melebihi jari-jari, apakah adakelainan poli daktili atau sindaktili. Pada kasus asfiksia ringan bayi tampak sianosis (Nanny, 2010).
(12) Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada cekungan.
(13) Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.
e) Pemeriksaan reflek (1) Reflek moro
Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.
(2) Reflek rooting
Untuk mengetahui cara mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut.
(3) Reflek sucking
Untuk mengetahui reflek isap dan menelan . (4) Reflek tonik neck
Untuk mengetahui otot leher anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi tengkurap.
(Rohani dkk, 2011)
Menurut Nanny (2010), pada pemeriksaan reflek bayi salah satu tanda asfiksia ringan yaitu bayi kurang beraktifitas.
f) Pemeriksaan Antropometeri.
Menurut Dewi (2010), pemeriksaan antropometri meliputi : (1) Lingkar Kepala : Untukmengetahui pertumbuhan otak
(normal 30 – 38cm).
(2) Lingkar dada :Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 33 – 35cm).
(3) Panjang badan : Normal (48 – 50cm).
(4) Berat badan : Normal (2500 – 4000gram).
g) Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksan untuk menunjang diagnosis penyakit guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya (Nurmalasari, 2010). Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia ringan tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
b. Langkah kedua : Interpretasi data
Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien (Varney, 2007).
1) Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. X dengan Asfiksia Ringan.
Data Dasar : a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan baru saja melahirkan.
(2) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis dengan segera setelah lahir.
b) Data Obyektif
(1) Keadaan umum : lemah
menurut Nanny (2010), yang menunjang ditegakkan diagnosa asfiksia ringan apabila ditemukan tanda – tanda dibawah ini antara lain :
(2) Pernafasan lebih dari 60 kali per menit.
(3) Nilai APGAR 7-10.
menurut Varney (2007), yang dinilai untuk melihat keadaan bayi meliputi warna kulit, detak jantung, tonus otot, reflek dan usaha napas.
(4) Bayi lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur.
(5) Bayi tampak sianosis.
(6) Adanya retraksi sela iga.
(7) Bayi merintih.
(8) Adanya pernapasan cuping hidung.
(9) Bayi kurang aktivitas.
(10) Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif.
(11) Keadaan umum : lemah 2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose (Varney,2007). Masalah tidak dapat diidentifikasi seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan. Masalah yang mungkin muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan yaitu pernafasan kurang, bayi tampak sianosis (Saifuddin, 2003).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melaksanakan analisis data. Kebutuhan pada bayi lahir dengan asfiksia ringan antaralain pemberian O2, rasa nyaman, kehangatan dan pemenuhan nutrisi (Varney, 2007).
c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan dengan hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).
Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah asfiksia sedang (Surasmi, 2003).
d. Langkah Keempat: Antisipasi
Menentukan tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan yang abnormal (Varney, 2007).
Dalam kasus asfiksia ringan antisipasi yang dilakukan adalah perawatan bayi pembersihan jalan napas menjaga agar suhu tetap hangat kolaborasi dengan tim medis (Arif &Sari, 2009).
e. Langkah 5: Rencana tindakan
Pada langkah ini direncanakan tindakan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah teridentifikasi.Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut (Hyre, 2003).
Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah sebagaiberikut:
1) Keringkan dan bungkus bayi dengan kain agar tetap hangat
2) Bersihkan jalan napas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut dengan menggunakan suction.
3) Keringkan badan, bersihkan badan, potong tali pusat lalu lakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, berikan injeksi vitamin K pada paha kiri, berikan salep mata dan lakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.
4) Observasi suhu tubuh
5) Letakkan bayi dalam inkubator.
6) Beritahu ibu tentang keadaan bayi.
(Wiknjosastro, 2003).
f. Langkah 6 : Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan pasien secara efisen dan aman yaitu :
1) Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain agar tetap hangat 2) Membersihkan jalan napas dengan hisap lendir pada hidung dan
mulut dengan menggunakan suction.
3) Membersihkan badan, mempotong tali pusat, melakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, memberikan injeksi vitamin K pada paha kiri, memberikan salep mata dan melakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.
4) Mengobservasi suhu tubuh 5) Meletakkan bayi dalam inkubator.
6) Memberitahu ibu tentang keadaan bayi.
g. Langkah 7 :Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah menilai apa ada kemajuan atau tidak pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre, 2003).
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah
1) Bayi sudah dapat menangis
2) Sudah dilakukan pembersihan jalan napas dan bayi sudah bisa bernapas dengan baik.
3) Sudah dilakukan pemotongan tali pusat, lakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, injeksi vitamin K sudah diberikan pada paha kiri, salep mata sudah diberikan dan sudah dilakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.
4) Bayi tidak hipotermi
5) Bayi sudah diletakkan dalam inkubator.
6) Ibu sudah mengetahui keadaan bayi.
3. Data Perkembangan
Metode pendekomentasian untuk data perkembangan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan ini menggunakan SOAP menurut Varney (2007), yaitu :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendekomentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1.
A : Assesment atau Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
P : Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa.
C. Landasan Hukum
Bidan dalam menyelenggarakan prakteknya berlandaskan pada Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat 2 yaitu pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
1. Perawatan Bayi Baru Lahir.
2. Perawatan tali pusat.
3. Perawatan bayi.
4. Resusitasi pada bayi baru lahir.
5. Pemantauan tumbuh kembang anak.
6. Pemberian imunisasi.
7. Pemberian penyuluhan (Kepmenkes, 2010).
39 A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek untuk studi kasus ini adalah Bayi Ny. B dengan asfiksia ringan.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 9-10 April 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih banyak dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010).
Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Riwidikdo (2009), teknik pengumpulan data dibedakan menjadi 2 antara lain :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Data primer dapat diperoleh dari :
a. Wawancara
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap- cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010).
Pada kasus ini wawancara dilakukan pada keluarga pasien atau bidan serta tenaga kesehatan yang terkait dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan didokumentasikan.
b. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang terencana antara lain meliputi: melihat, mencatat jumlah data, syarat aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Untuk memperoleh data objektif peneliti melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui perkembangan dan perawatan yang telah diberikan pada pasien.
Pada kasus ini yang diobservasi adalah tanda-tanda vital, dan nilai APGAR
c. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.
Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau
pergerakan dan konsistensi. Palpasi ini digunakan untuk memeriksa turgor kulitbayi.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal. Dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan studi kasus (Arikunto, 2010). Data sekunder dapat diperoleh dari :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi ini dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data yang diambil dari catatan kebidanan dan rekam medik.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Peneliti memanfaatkan teori- teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian lain untuk kepentingan penelitian (Hasan, 2004).
Pada studi kasus yang digunakan kepustakaan adalah keaslian yang pernah melakaukan studi pendahuluan yaitu Titis Arum Sari dan Lisa Fitriana.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam wawancara antara lain : a. Lembar format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan asuhan observasi (pengamatan) antara lain :
a. Termometer b. Stetoskop c. Jam tangan d. Timbanganbayi e. Mistar
f. Metline g. Alat resusitasi
Menggunakan alat :
1) 2 helai kain / handuk untuk mengeringkan bayi
2) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat penghisap lendir (suction).
4) Tabung oksigen
a. Kotak alat resusitasi yang berisi tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
b. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
45 BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny. B DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA.
1. Pengkajian
Pada tanggal :09 April 2013 Pukul : 08. 21 WIB a. Data subjektif
1) Identitas bayi
a) Nama bayi : By. Ny B b) Umur bayi : 1 menit
c) Tanggal / jam lahir : 09 April 2013/ 08. 20 WIB d) Jenis Kelamin : Laki – laki
e) Anak ke : 1 (satu)
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. B Nama :Tn. W
b) Umur : 22 tahun Umur :25tahun c) Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa :Jawa/Indonesia
d) Agama : Islam Agama :Islam
e) Pendidikan : SMP Pendidikan : STM f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta g) Alamat : Genengan 11/ 05 Jebres Surakarta.
b. Anamnesa pada ibu (data Subyektif) 1) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) HPHT :18- 6- 2012 b) HPL : 25- 3- 2013 c) Keluhan – keluhan Pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
d) ANC : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 10 kali di bidan teratur yaitu pada umur kehamilan 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan, dan 9 bulan sebanyak 2 kali.
e) Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan gizi ibu hamil dan istirahat yang cukup.
f) Imunisasi TT : 2 kali pada saat akan menikah dan umur kehamilan 6 bulan dibidan.
2) Riwayat persalinan ini :
a) Tempat Persalinan : RSUD Dr. Moewardi Surakarta b) Jenis persalinan : Spontan induksi
c) Komplikasi / penyulit dalam persalinan : umur kehamilan lebih dari perkiraan lahir.
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit saat hamil
Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah menderita penyakit yang menyertai kehamilanya seperti : flu, batuk, dan pilek.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah berdebar –debar saat beraktivitas, tidak nyeri dada bagian kiri dan tidak berkeringat dingin bagian tangan.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah sakit pada bagian pinggang kanan dan kiri.
(3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah sesak nafas dan tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu disertai keluar darah.
(4) Hepatitis : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah terlihat kuning pada daerah mata, ujung kuku, dan kulit.
(5) DM : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah menderita penyakit gula dengan tanda gejala : sering haus, lapar, dan sering kencing dimalam hari.
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan saat hamil selama hamil hasil tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140 / 90 mmHg.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah kejang-kejang sampai mengeluarkan busa dari mulut.
(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga (1) Menular
Ibu mengatakan dalam keluraganya dan keluarga suaminya tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti : TBC, Hepatitis, HIV/ AIDS.
(2) Menurun
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti : jantung, DM, asma dan hipertensi.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarga maupan keluarga suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tabel 4.1 Pemeriksaan APGAR score Aspek yang
dinilai
Nilai Jumlah
0 1 2 Menit 1
Appearance (warna kulit)
Biru pucat
Tubuh merah muda Ekstermitas biru
Merah muda seluruhnya
1
Pulse(detak jantung)
Tidak ada
Lambat dibawah 100
Diatas 100 x/
menit.
2
Grimace (reflek)
Tidak ada
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
2
Activity (tonus otot)
Tidak ada
Ektermitas fleksi sedikit
Gerakan aktif 1
Respiratory (usaha nafas)
Tidak ada
Lambat tidak teratur
Menangis dengan kuat
1
Jumlah 7
2) Pemeriksaan Umum
a) Pernafasan : 42 x/menit b) Denyut jantung : 110 x/menit c) Keaktifan : kurang aktif 3) Pemeriksaan fisik sistematik
a) Kepala : Normal, tidak ada pembesaran cephal hematoma, caput succedenum.
b) Ubun – ubun : Datar, berdenyut, dan belum menutup.
c) Muka : Pucat, simetris tidak ada odema.
d) Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
e) Telinga : Bersih simetris, tidak ada serumen.
f) Hidung :Terdapat sekret, tidak ada benjolan
g) Mulut : Kebiruan, tidak ada labioskizis, maupun labiopalatoskizis.
h) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjan limfe.
i) Dada :Gerakan dada sesuai pola napas, tidak ada retraksi pada sela iga
j) Perut : Tidak ada pembesaran hati dan limpa k) Tali pusat : Tali pusat belum di potong
l) Punggung : Tidak ada pembengkaan pada daerah punggung.
m) Ekstermitas :Kebiruan, jari – jari normal dan lengkap.
n) Genetalia :Testis sudah turun pada skrotum, penis berlubang
o) Anus : Positif berlubang 4) Reflek
Moro :positif ada, ketika diberi rangsangan dengan cara menepuk bokong dan reaksi bayi terkejut.
5) Antropometri : Belum dilakukan 6) Eliminasi
a) Urine : Belum keluar b) Mekonium : Sudah keluar d. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakaukan
2. Interpretasi Data
Tanggal :09 April 2013 Pukul : 08. 22 WIB
a. Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir Ny. B Umur 2 menit dengan Asfiksia ringan.
Data Dasar : 1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan melahirkan bayi pada tanggal 09 April 2013 jam 08. 20 WIB.
b) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis dengan spontan saat lahir.
2) Data obyektif
a) Nilai APGARscore satu menit pertama 7 yaitu
(1) Tubuh merah muda ekstermitas biru, nilai : 1 (2) Denyut jantung 110 x/menit, nilai : 2 (3) Reflek reaksi melawan, nilai : 2 (4) Tonus otot ekstermitas fleksi sedikit, nilai : 1 (5) Pernafasan lambat tidak teratur, nilai : 1 b) Pemeriksaan fisik
(1) Warna kulit : Tubuh merah muda, ekstermitas biru.
(2) Hidung : Terdapat secret, tidak ada benjolan.
(3) Mulut : Kebiruan, tidak ada labioskizis dan palatoskizis.
(4) Dada : Gerakan dada sesuai pola bernafas, tidak ada retraksi.
c) Vital sign
Denyut jantung : 110 x/menit Pernafasan : 42 x/menit d) Pemeriksaan reflek
Reflek moro : positif (+) ada, ketika diberi rangsangan dengan cara menepuk bokong dan reaksi bayi terkejut
b. Masalah
Bayi terjadi gangguan pernafasan.
c. Kebutuhan
Membersihkan jalan nafas.
3. Diagnosa potensial
Potensial terjadi asfiksia sedang.
4. Tindakan segera
a. Pembersihan jalan nafas dengan menggunakan selang dee lee.
b. Menjaga agar suhu tetap hangat.
5. Rencana tindakan
Tanggal :09 April 2013 Pukul : 08. 23 WIB
a. Potong tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat.
b. Keringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Letakkan bayi dimeja resusitasi dan berikan lampu sorot.
d. Pastikan kepala bayi sedikit ekstensi.
e. Bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan menggunakan selang dee lee.
f. Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
g. Nilai APGAR score pada menit kelima dan kesepuluh.
6. Pelaksanaan
Tanggal : 09 April 2013
a. Pukul: 08. 24 WIB memotong tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat.
b. Pukul: 08. 25 WIB mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering.
c. Pukul: 08. 25 WIB menilai APGAR score pada menit kelima.
d. Pukul: 08. 26 WIB meletakkan bayi dimeja resusitasi dan memberikan lampu sorot.
e. Pukul: 08. 26 WIB memastikan kepala bayi sedikit ekstensi.
f. Pukul: 08. 26 WIB membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan menggunakan selang dee lee.
g. Pukul: 08. 28 WIB memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dengan cara menepuk kedua telapak kaki dan menggosok punggung bayi.
h. Pukul:08.38 WIB menilai APGAR score pada menit kesepuluh.
7. Evaluasi
Tanggal : 09 April 2013
a. Pukul: 08. 25 WIB tali pusat bayi telah dipotong.
b. Pukul: 08. 25 WIB tubuh bayi telah kering dengan menggunakan handuk bersih.
c. Pukul: 08. 26 WIB nilai APGAR score pada menit kelima adalah 8 d. Pukul: 08.27 WIB bayi telah dibawa ke meja resusitasi dan diberikan
lampu sorot.
e. Pukul: 08.27 WIB kepala bayi sedikit ekstensi.
f. Pukul: 08.27 WIB bayi sudah dibersihkan jalan nafas dengan selang dee lee dan jalan nafas sudah bersih.
g. Pukul: 08.29 WIB bayi sudah diberikan rangsangan pada telapak kaki dan punggung dan bayi sudah dapat menangis dengan kuat.
h. Pukul: 08.29 WIB nilai APGAR score
Tabel 4.2 Aspek yang
dinilai
Nilai Jumlah
0 1 2 5 Menit
I
5 Menit II Appearance
(warna kulit)
Biru pucat
Tubuh merah muda ekstermitas biru
Merah muda seluruhnya
1 2
Pulse (detak jantung)
Tidak ada
Lambat dibawah 100 x/menit
Diatas 100 x/menit
2 2
Grimace ( reflek ) Activity (tonus otot)
Tidak ada Tidak ada
Gerakan sedikit Ektermitas fleksi sedikit
Reaksi melawan Gerakan aktif
2
ϭ
2
1
Respiratory (usaha nafas)
Tidak ada
Lambat tidak teratur
Menangis dengan kuat
2 2
Jumlah 8 9