• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI KATEKESE S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Florensius Arintia Kristanto NIM : 021124032

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku

serta adik-adikku, teman-teman seangkatanku,

almamaterku, dan

(5)

v

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2008

(7)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Florensius Arintia Kristanto

Nomor Mahasiswa : 021124032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberi kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dengan bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

(8)

viii

Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE. Judul ini dipilih berdasarkan pembinaan iman kaum muda yang selama ini dilaksanakan. Disatu pihak pembinaan iman kaum muda sangat diperlukan, disisi yang lain pembinaan iman kaum muda yang selama ini dilaksanakan tidak dapat berjalan dengan baik sehingga dirasakan kurang memberikan makna bagi kaum muda. Pembinaan iman kaum muda tidak lebih hanya merupakan suatu kegiatan yang pokoknya asal jalan saja sehingga tujuan dari kegiatan pembinaan iman yang senantiasa dicita-citakan tidak mungkin tercapai.

Persoalan mendasar skripsi ini adalah bagaimana mengupayakan suatu bentuk pembinaan iman yang sesuai dengan harapan-harapan kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Dengan demikian pembinaan iman yang diselenggarakan benar-benar dapat membantu kaum muda dalam mengembangkan imannya baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai anggota Gereja. Bentuk pembinaan iman kaum muda yang dimaksud adalah katekese dengan memilih model Shared Christian Praxis. Dengan model ini diharapkan kaum muda dapat bersemangat kembali dalam mengikuti pembinaan iman.

(9)

ix

The title the thesis is THE FAITH CONTRUCTION BY GIVING CATECHISM OF YOUTH IN SANTA LUCIA AT SANTO PETRUS GANCAHAN II ENVIRONMENT IN GAMPING PARISH. This title has been chosen according to the faith contruction for youth. In one hand, the faith construction is a must, in the other hand; the faith construction could n’t work as well as we thought, so the term didn’t give too much sense for the youth. The faith construction which has been held is only a regular activity that must be done. And then, the aim of the faith construction activity couldn’t be reached effectively.

The basic term is how to get a kind of term of faith construction based on the hopes of Santa Lucia Youth at Santo Petrus Gancahan II in Gamping Parish. Moreover, the faith construction which is held can really help the youth to increase their not only as society members or church members. The faith construction term of youth is the catechism in Shared Christian Praxis term. By this model, we hope the youth can increase their spirit in following the faith construction.

(10)

x

Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena berkat dan kasih-Nya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh Gereja senantiasa memberi perhatian yang lebih kepada kaum muda. Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang (AA. Art. 12). Karena pada masa yang akan datang kaum muda akan menduduki peran yang penting dalam bidang sosial dan politik. Selain itu juga mereka akan menjadi ujung tombak Gereja di dalam mewartakan Kerajaan Allah. Skripsi ini dimaksudkan untuk menggali semangat penghayatan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(11)

xi

dalam menuangkan gagasan- gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 2. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK, selaku dosen penguji II dan dosen

Pembimbing Akademik yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan yang telah memb imbing, memotivasi, serta mendampingi penulis selama melangsungkan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma

3. P. Drs. HJ. Suhardiyanto, SJ. selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan yang telah memb imbing, memotivasi penulis selama melangsungkan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

4. Segenap Staf Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membantu, dan mendampingi penulis selama studi hingga selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(12)

xii

dukungan dan perhatian kalian yang semakin memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2002 yang telah memberikan dukungan, semangat, cinta, dan persaudaraan sehingga penulis semakin termotivasi menjadi seorang katekis.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini telah memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca.

Yogyakarta, 19 Desember 2008

(13)

xiii

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN...

BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penulisan... D. Manfaat Penulisan... E. Metode Penulisan... F. Sistematika Penulisan... BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA ... A. Pembinaan Iman ... 1. Pengertian Pembinaan ... 2. Pengertian Iman ... 3. Pengertian Pembinaan Iman ... 4. Tujuan Pembinaan Iman ...

(14)

xiv

6. Pentingnya Pembinaan Iman ... 7. Hal-Hal Pokok Dalam Pembinaan Iman ... a. Bidang-bidang pembinaan iman ... b. Metode dan sarana ... c. Proses pelaksanaan ... d. Evaluasi ... B. Kaum Muda ...

1. Pengertian Kaum Muda ... 2. Gambaran Situasi Kaum Muda ... 3. Aspek Perkembangan Kaum Muda ...

a. Pertumbuhan fisik ... b. Pertumbuhan intelektual ... c. Pertumbuhan emosional ... d. Pertumbuhan sosial ... e. Pertumbuhan religius ... 4. Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda ... a. Problematik dalam keluarga ... b. Proble matik dalam masyarakat ... c. Problematik dalam Gereja ... d. Problematik dalam diri kaum muda sendiri ... C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Kaum Muda ... 1. Perbedaan Tingkat Pendidikan ... 2. Tempat Tinggal ... 3. Peran dan Keterlibatan Dalam Masyarakat Umum ... BAB III. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PEMBINAAN IMAN

KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING ...

(15)

xv

B. Tujuan Penelitian ... C. Tempat dan Waktu Penelitian ... D. Metode Penelitian ... E. Instrumen Penelitian ... F. Responden Penelitian ... G. Variabel Penelitian ... H. Hasil Penelitian... 1. Identitas Responden ... 2. Bentuk Pembinaan Kaum Muda ... 3. Faktor Pendukung dan Penghambat ... I. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Identitas Responden ... 2. Bentuk Pembinaan Kaum Muda ... 3. Faktor Pendukung dan Penghambat ... J. Rangkuman Hasil Penelitian ... K. Refleksi Terhadap Penyelenggaraan Pembinaan Iman Kaum Muda

Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki

Gamping Berdasarkan Hasil Penelitian ... BAB IV. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA

SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS

GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE ... A. Gambaran Umum Katekese ... 1. Pengertian Katekese... 2. Tujuan Katekese... 3. Tugas dan Tanggung Jawab Katekese ... 4. Peserta Katekese... 5. Isi Katekese ...

(16)

xvi

B. Model Katekese ... 1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ... a. Shared ... b. Christian ... c. Praxis ... 2. Langkah-Langkah Dalam Shared Christian Praxis (SCP) ... a. Langkah 0 (Awal) ... b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ... c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman

Faktual ... d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi

Kristiani Lebih Terjangkau ... e. Langkah IV: Interpretasi/ Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ... f. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin terwujudnya

Kerajaan Allah Di dunia Ini ... 3. Relevansi Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) Bagi

Kegiatan Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia di

Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping ... C. Usulan Program Pembinaan Kaum Muda Katolik Santa Lucia

Gancahan II di lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping ... 1. Pengertian Program ... 2. Latar Belakang Program ... 3. Tujuan Program ... 4. Usulan Progam ... 5. Matriks Program Katekese... 6. Contoh Persiapan Katekese...

(17)

xvii

b. Contoh kedua ... BAB V. PENUTUP...

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kaprodi ... Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari

Dosen Pembimbing ... Lampiran 3 : Surat Permohan Ijin Penelitian dari

Romo Paroki Gamping ... Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian ... Lampiran 5 : Gambar Mother Theresa ... Lampiran 6 : Artikel Tagihan Jutaan, Hadiah Menggiurkan ... Lampiran 7 : Kuesioner Untuk Penelitian ...

110 119 119 121 122 123 (1)

(2)

(18)

xviii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skrip si ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA). Ende: Arnoldus, 1978/1979, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.

CL : Christifideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Christifideles Laici dari Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret 1989.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

C. Singkatan Lain Art : Artikel

(19)

xix KE : Kidung Ekaristi

Komkat : Komisi Kateketik KU : Katekese Umat

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LBI : Lembaga Biblika Indonesia Lih : Lihat

PAK : Pendidikan Agama Katolik Pankat : Panitia Kateketik

PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se Indonesia PPL : Program Pengalaman Lapangan

(20)

PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penulisan skripsi ini. Selain itu juga, pada bab ini akan diuraikan rumusan masalah. Dari rumusan masalah tersebut maka penulis dapat menguraikan tujuan, manfaat serta metode dari penulisan skripsi ini.

A. Latar Belakang

Tugas mewartakan Kerajaan Allah bukan saja dipegang oleh para klerus. Semua pihak yaitu warga Gereja mendapat tugas dan kedudukan yang sama di dalamnya. Oleh karena itu, peran aktif dari warga Gereja sangat diharapkan. Gereja menaruh harapan besar kepada seluruh warga Gereja khususnya kaum muda untuk ikut ambil bagian di dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah masyarakat.

Kaum muda merupakan generasi penerus bangsa dan Gereja. Sejuta harapan tertuju pada mereka. Mereka nantinya akan menerima estafet pembangunan. Oleh karena itu, mereka akan menjadi aktor penting bagi bangsa dan negara. Dengan demikian, mereka perlu mendapatkan pembinaan yang bertujuan agar dapat mengarah dan membimbing menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kecakapan khusus demi mempersiapkan diri menuju masa depan penuh persaingan.

(21)

pertumbuhan dan perkembangan ini mereka dalam proses pendewasaan diri. Untuk menghadapi masalah pertumbuhan dan perkembangan itu kaum muda mempunyai mekanis menya sendiri. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu mereka terkadang mengalami kesulitan dan hambatan untuk menghadapinya. Kesulitan dan hambatan itu terkadang menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini terjadi karena kondisi kejiwaan mereka masih labil.

Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu, berada dalam situasi hidup yang berbeda-beda. Setiap individu menanggapi masa pertumbuhan dan perkembangan dengan cara yang berbeda-beda. Mereka sedang dalam kondisi berbeda-beda ada yang sudah dewasa, ada yang masih remaja, dan ada yang masih peralihan masa remaja ke dewasa. Mereka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ini ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang biasa, ada yang acuh. Tidak jarang dari mereka terjerumus pada kegiatan yang negatif: narkoba, tawuran, dan lainnya. Karena iklim hidup mereka dalam kondisi yang labil mudah terpangaruh oleh lingkungan sekitarnya.

(22)

bimbingan dan pembinaan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk membantu mereka menghadapi permasalahan tersebut.

Begitu juga keadaan yang dialami oleh kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Mereka juga sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Situasi hidup mereka juga beragam, ada yang sudah dapat mencerna problematika yang mereka alami bahkan ada juga yang tidak siap untuk menghadapinya. Untuk itu perhatian dari semua orang sangat diharapkan seperti halnya pastor paroki, orang tua. Kehadiran mereka memberikan arti yang sangat penting, untuk membimbing dan memberi perhatian bagi perkembangan iman kaum muda.

Apabila masalah- masalah kaum muda itu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak, maka nantinya akan tercipta generasi muda penerus yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan khusus sesuai dengan Visi/Tradisi Kristiani. Selain itu juga mereka diharapkan menjadi pribadi yang terlibat dalam masyarakat: terlibat kerja bakti, karang taruna, dan lain sebagainya.

Gereja senantiasa memberi perhatian yang lebih kepada kaum muda. Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang (AA. Art. 12). karena pada masa yang akan datang kaum muda akan menduduki peran yang penting dalam bidang sosial dan politik. Selain itu juga mereka akan menjadi ujung tombak Gereja di dalam mewartakan Kerajaan Allah.

(23)

dengan membantu memperkembangkan iman sesamanya demi terwujudnya kedewasaan iman di dalam diri masing- masing.

Pembinaan sudah ada. Namun terkadang belum terlaksana dengan baik oleh Gereja maupun dari kaum muda sendiri. Gereja menyerukan supaya kaum muda semakin memperkembangkan penghayatan iman mereka. Akan tetapi, sulit bagi kaum muda untuk merefleksikan pengalaman iman mereka. Mereka lebih cenderung suka bersenang-senang, berpesta. Hal ini disebabkan kaum muda kurang berminat untuk mengikuti pembinaan iman karena mereka merasa bahwa mereka dapat menghadapi dan menemukan sendiri jawabannya.

Apabila kaum muda mempunyai iman yang mantap maka mereka akan menjadi pribadi yang kuat menghadapi dinamika kehidupan di dunia. Oleh karena itu, pembinaan iman bagi kaum muda sangat perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pembinaan yang dilakukan diharapkan dapat mengarahkan mereka menjadi pribadi yang memiliki dasar hidup yang kokoh.

(24)

Terdorong dari situasi di atas, agar kaum muda dapat tumbuh dan berkembang seutuhnya, maka penulis menyusun skripsi dengan judul: PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE.

B. Rumus an Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut :

1. Hal-hal pokok apa saja yang perlu dipahami dalam pembinaan iman kaum muda ? 2. Bagaimana selama ini pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping dilaksanakan khususnya berkenaan dengan bentuk-bentuk, faktor pendukungan dan faktor penghambat ?

3. Usaha apa yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman kaum muda ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Untuk menemukan dasar-dasar pemikiran penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

(25)

4. Untuk memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) IPPAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan dari skripsi ini sebagai berikut : 1. Bagi Pembina

a. Menambah wawasan pembina iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

b. Memberi masukan materi pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

2. Bagi Kaum Muda

a. Membantu mengembangkan semangat penghayatan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

b. Membantu meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

3. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan mengenai pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

(26)

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi analisis yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui survey maupun studi pustaka. Penulis juga terjun langsung ke lingkungan Paroki Gamping yang menjadi sasaran survey, hal ini sangat penting untuk mendapatkan data-data yang valid.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih untuk skripsi adalah Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping Melalui Katekese, judul ini akan diuraikan menjadi lima bab adalah sebagai berikut :

BAB I : Merupakan Pendahuluan, penulis akan menguraikan mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan dari skripsi.

(27)

BAB III : Dalam bab ini akan di uraikan Penelitian dan Pembahasan Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia Gancahan II di Lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping meliputi : Latar Belakang Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Responden Penelitian, Variabel Penelitian, Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian, Rangkuman Hasil Penelitian dan Refleksi Terhadap Penyelenggaraan Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping Berdasarkan Hasil Penelitian.

BAB IV : Dalam bab ini akan dis ajikan bentuk pembinaan iman kaum muda melalui katekese meliputi Bagian Pertama: Gambaran Umum Katekese. Bagian kedua: Model Katekese. Bagian Ketiga: Usulan Program Pembinaan Iman Kaum Muda.

(28)

GAMBARAN UMUM

PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA

Pada bab kedua ini akan diuraikan mengenai pengertian, tujuan, manfaat dan pentingnya pembinaan iman. Kemudian diuraikan juga mengenai pengertian kaum muda, gambaran situasi kaum muda, aspek perkembangan kaum muda dan permasalahan yang dihadapi kaum muda. Dengan melihat dua bagian yang akan diuraikan pada bab kedua ini, maka bagian ketiga dari bab kedua ini akan diuraikan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kehidupan kaum muda.

A. Pembinaan Iman 1. Pengertia n Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti “bangun”. Jadi pembinaan adalah pembangunan, pembaruan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998). Dengan demikian pembinaan adalah:

“Suatu proses belajar dengan melepaskan hal- hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal- hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang lain agar semakin mampu mengembangkan diri secara lebih”(Mangunhardjana, 1986: 12).

(29)

melaksanakan fungsinya dengan baik dan efisien. Pembinaan juga membantu orang untuk mengenal hambatan- hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan cara pemecahannya. Disinilah terjadi suatu proses pelepasan pengetahuan dan juga kebiasaan-kebiasaan yang tidak relevan lagi dan sudah menghambat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pembinaan juga dapat menguatkan motivasi orang, mendorongnya untuk mengambil dan melaksanakan salah satu cara yang lebih baik guna mencapai tujuan hidupnya. Tujuan yang ingin dicapai dari proses pembinaan yaitu membantu orang semakin mampu merefleksikan pengalaman hidupnya dan berupaya meningkatkannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Pengertian Iman

Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. Meskipun tidak setingkat hubungan itu sungguh merupakan hubungan persahabatan. Sebagaimana Allah “dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia” (DV, art. 2), begitu juga jawaban manusia berasal dari hati yang tulus dan iklas (Iman Katolik, 1996:128).

Dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi dikatakan:

“Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang diberikan-Nya (DV, art. 5).

(30)

Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi. Dalam iman manusia juga menyerahkan diri kepada sang pemberi hidup.

Iman dimengerti sebagai suatu hubungan pribadi manusia dengan Allah (Kieser, 1987: 102). Berbicara mengenai iman sendiri tidak terlepas dari wahyu, dimana Allah yang berinisia tif dan memberikan diri-Nya kepada manusia dan demi pihak manusia diharapkan menanggapi wahyu tersebut dan sekaligus mengarahkan diri kepada Allah. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya.

Iman merupakan tanggapan manusia terhadap Sabda Allah (Adisusanto, 2000: 1). Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa iman ada karena adanya suatu relasi yang nyata antara manusia dengan Allah. Disini Sabda Allah tidak hanya berupa suatu pengajaran, tetapi merupakan suatu fakta keselamatan dan bagaimana manusia menanggapinya. Dengan demikian manusia harus memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah.

3. Pengertian Pembinaan Iman

(31)

Dengan pembinaan iman diharapkan kaum muda berkembang dalam imannya menjadi lebih mendalam dan berkembang dalam hidupnya.

Pembinaan iman merupakan suatu usaha yang dilaksanakan untuk menciptakan situasi hidup beriman. Maka pembinaan iman dilaksanakan untuk membantu kaum muda agar semakin menghayati imannya dalam hidup sehari- hari. Pembinaan iman kaum muda dilaksanakan mengingat pada dasarnya mereka sedang mengalami perubahan hidup, kondisi perkembangan hidup yang terjadi tidak jarang membawa mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka lari dari kenyataan hidupnya, karena mereka takut menghadapi masalah dan mengalami kegagalan.

Perkembangan iman seseorang tidak terlepas dari campur tangan Allah karena rahmat Allah dicurahkan dengan kekuatan Roh Kudus sehingga iman seseorang dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, iman seseorang yang telah dicurahkan Allah dengan kekuatan Roh Kudus tersebut akan berkembang dengan baik apabila berusaha mengembangkan imannya sendiri sehingga semakin beriman lebih mendalam. Dengan demikian perkembangan iman seseorang tidak dapat dipisahkan pengalaman kenyataan hidup sehari-hari dan campur tangan Allah melalui perantaraan Roh Kudus-Nya.

4. Tujuan Pembinaan Iman

(32)

“Mendampingi dan membantu kaum muda untuk menemukan diri, mengembangkan kemampuan dan kemauan mereka, mengenali masalah- masalah sosial dengan sistim dan struktur yang sering menguasai hidup mereka, agar mampu menanggapi persoalan-persoalannya sendiri serta tantangan lingkungannya, sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai manusia beriman yang sebagai anggota Gereja, dijiwai oleh cita-cita, sikap dan semangat Kristus dengan mengemban panggilan Gereja memberi kesaksian dan pelayanan Kristen di tengah masyarakat” (Tangdilintin, 1984: 49).

Pembinaan dimaksudkan untuk mendampingi kaum muda baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota jemaat beriman untuk menuju kedewasaan iman. Kaum muda dibimbing untuk mengembangkan diri sebagai manusia dan sebagai orang katolik yang tanggap, teguh terlibat dalam hidup sehari- hari dan dalam masyarakat. Untuk itu mereka perlu ditolong menemukan dan mengembangkan nilai- nilai dan sikap hidup kristiani, memiliki suara hati yang jernih, bebas dan bertanggungjawab sebagai pribadi yang mau berubah, membangun dan menyadari dirinya sebagai anggota Gereja dan masyarakat.

Pembinaan iman kaum muda membantu mereka menjadi pribadi yang dewasa dalam iman sesuai Visi/Tradisi Kristiani. Kaum muda diharapkan mampu mewujudkan nilai- nilai Kristiani dalam hidup sehari- hari. Kaum muda diharapkan senantiasa membina relasi dengan Kristus dalam doa, sebagai wujud konkret mampu membangun relasi dengan teman, saudara, dan keluarganya.

(33)

sebagai usaha suatu arahan hidup agar kaum muda dapat menerima kenyataan hidup mereka saat ini dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik serta berani memandang masa depan dengan penuh harapan dalam cahaya iman kristiani.

Jadi pembinaan iman kaum muda dimaksudkan untuk mendampingi atau membimbing kaum muda sebagai pribadi atau jemaat yang beriman pada Kristus untuk menuju kedewasaan iman kristiani. Kaum muda dibimbing supaya dapat mengembangkan diri dan menyadari segenap potensi dan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian kaum muda diharapkan semakin mampu menjadi kaum muda yang tangguh, tanggap dan terlibat dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(34)

seorang beriman dewasa mampu berdialog, baik dengan orang-orang yang beriman lain, bahkan orang yang tidak beriman, maupun orang-orang yang seiman (FX. Adisusanto, SJ, 2000: 18).

Sejalan dengan tujuan pembinaan iman yang telah disebutkan di atas dapat disederhanakan lagi menjadi tiga lingkup tempat, dimana kaum muda bisa lebih bebas mengembangkan diri menuju kedewasaan kristianinya yang utuh: keluarga, Gereja dan masyarakat (Tangdilintin, 1984: 45-47). Pertama: dalam lingkup keluarga, keluarga sebagai lingkungan hidup yang pertama dan utama dimana kaum muda setiap harinya bersama keluarga. Kegiatan pembinaan dimaksudkan juga untuk menjadikan peserta bina mampu merasakan suasana yang menyenangkan dan mengikat secara emosional sehingga kelompok tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Selain itu, kaum muda juga dibuka wawasannya dan diajak untuk mengalami suasana yang akrab dan memperoleh kesempatan untuk berdialong secara terbuka dan leluasa, serta mengutarakan pendapat dengan keyakinan bahwa mereka didengarkan. Pada akhirnya kaum muda diajak untuk menyadari dan membuka diri terhadap nilai-nilai positif dan maksud baik para orang tua walaupun sulit diterima dalam nilai-nilai-nilai-nilai hidup dan norma yang berlaku umum untuk membangun kebahagian dalam keluarga.

(35)

dikaruniakan oleh Roh Kudus, demi pengembangan diri dan sesama jemaat akan menjadi motivasi yang kokoh. Dengan demikian kaum muda diajak untuk menyadari keanggotaannya sebagai warga Gereja, mengenal gambaran-gambaran Gereja dan arah perkembangannya.

Kaum muda dibantu supaya mampu terlibat secara bertanggungjawab mengambil peran dalam perkembangan Gereja sesuai dengan bakat yang dimiliki. Kaum muda diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam kehidupan menggereja sesuai dengan kecakapannya masing- masing. Salah satu Indikasi kedewasaan iman seseorang, ialah apakah ia sudah mampu terlibat dalam kehidupan menggereja. Kehidupan menggereja merupakan sesuatu yang penting sebagai suatu bentuk perwujudan iman seseorang. Orang sudah resmi diterima sebagai anggota Gereja apabila orang tersebut telah menerima sakramen permandian dan sakramen krisma. Sakramen permandian sebagai awal pintu masuk untuk menjadi anggota Gereja. Sedangkan sakramen krisma orang diutus ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Gereja. Oleh karena itu kaum muda yang telah menerima sakramen permandian dan sakramen krisma sudah layak untuk terlibat dalam hidup menggereja baik dalam lingkup internal maupun eksternal Gereja. Dalam lingkup internal kaum muda mulai mampu dan mau terlibat dalam kegiatan gerejawi yaitu koor, me njadi pendamping sekolah minggu, dan lain sebagainya. Sedangkan hidup eksternal Gereja yaitu kaum muda terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.

(36)

membaca tanda zaman, gejolak sosial serta pengaruh sistem sosial di dalam masyarakat. Dalam pembinaan iman, kaum muda diarahkan untuk memiliki sikap kritis selektif terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaum muda diharapkan memiliki kesadaran politis (pengaturan kekuasaan) yang berarti kaum muda mengetahui sepenuhnya haknya sebagai warga negara dan mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian masyarakat dapat merangsang suatu iklim partisipatif sehingga peluang untuk mengembangkan hidup kaum muda menjadi semakin lebih baik. Maka komponen yang terkait di dalamnya (Keluarga, Gereja, dan Masyarakat) perlu menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung agar kaum muda berkembang secara utuh menuju kematangan dan kedewasaan imannya.

5. Manfaat Pembinaan Iman

(37)

murid Kristus justru semakin termotivasi memberi dorongan yang optimal dalam pelaksanaan pembinaan iman bagi kaum muda.

6. Pentingnya Pembinaan Iman

Mangunhardjana (1986: 13) berpendapat, apabila pembinaan berjalan dengan baik, pembinaan dapat membantu orang untuk:

a. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya.

b. Menganalisis situasi hidup dan masalah dalam kerjanya dari segala segi positif dan negatifnya.

c. Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

d. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau diperbaiki.

e. Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya.

(38)

7. Hal-hal Pokok Dalam Pembinaan Iman

Dalam pembinaan iman kaum muda perlu diperhatikan hal-hal yang pokok, supaya proses pelaksanaan pembinaan kaum muda dapat berjalan dengan baik dan sesua i harapan yang diinginkan. Adapun hal- hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mencakup berbagai bidang pembinaan yang relevan bagi kaum muda:

a. Bidang-bidang pembinaan iman

Bidang-bidang pembinaan kaum muda hendaknya mampu mengangkat beberapa hal pokok (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 7-10). Hal- hal itu bisa dicapai melalui beberapa bidang antara lain:

1) Pengembangan kepribadian

(39)

2) Pengembangan Kehidupan Iman

Pengembangan kehidupan iman meliputi: pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran iman yang makin luas dan mendalam. Ini berarti bahwa segi pengetahuan amat diperlukan dalam usaha untuk memahami kebenaran-kebenaran iman. Pembinaan dimaksudkan untuk mengolah segi pengetahuan dan pemahaman peserta agar iman keagamaan yang diyakininya semakin mantap. Dengan demikian, mereka semakin sanggup untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dan berserah diri kepada-Nya.

Dengan penghayatan hidup doa yang baik dan benar serta mampu menghayati hidup melalui sakramen sebagai ungkapan persatuan dengan Allah yang mesra dalam perayaan iman bersama umat. Sehingga dalam kenyataan yang tersulit pun mereka mampu bertahan dan mengatasinya dengan memohon kekuatan dan bimbingan dari Allah (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8).

3) Pengembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan

(40)

menjadi salah satu agen pembaharu dalam masyarakat untuk menyongsong masyarakat yang lebih sejahtera (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8-9).

4) Pengembangan kepemimpinan dan keorganisasian

Hal-hal pokok yang termasuk dalam kepemimpinan meliputi: pemahaman dan penghayatan akan kepemimpinan kristiani. Dalam pandangan orang Kristiani, pemimpin adalah seorang pelayan yang memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda zaman yang berkembang sangat cepat. Sedangkan dalam bidang keorganisasian meliputi: kesanggupan berorganisasi serta mengetahui manfaat dan arti pentingnya berorganisasi. Di dalam bidang keorganisasian sebenarnya yang ingin dicapai adalah kemampuan mengelola kelompok secara demokratis, yang disertai dengan rasa tanggung jawab yang penuh dari setiap anggota maupun kelompoknya (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 9-10).

5) Pengembangan intelektualitas dan profesionalitas

(41)

b. Metode dan sarana

Berdasarkan persepsi tentang kaum muda sebagai subyek bina dan pelaku utama pembinaan, maka metode pembinaan yang efektif adalah “Metode Partisipatif”. Yang berarti bahwa para peserta terlibat secara efektif dan berperan serta sebagai subyek dan pelaku dalam keseluruhan proses kegiatan pembinaan iman (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 14).

Di dalam pelaksanaan pembinaan iman metode dan sarana memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Jika dilihat dari fungsinya metode dimaksudkan untuk mendukung terlaksananya kegiatan pembinaan iman yang mengarah pada tujuan sedangkan sarana dimengerti sebagai suatu perangkat atau alat yang digunakan dalam kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan. Adapun bentuk metode partisipatif ini, biasanya bersifat mengetengahkan dan meneliti realitas yang terjadi dalam kehidupan kaum muda.

Oleh karena itu seorang pemandu harus lebih berfungsi sebagai fasilitator atau pemudah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi antar kelompok, serta berusaha untuk mencapai tujuan. Selain itu, seorang pemandu dituntut untuk mampu memilih dan menentukan metode dan sarana yang cocok dalam proses pembinaan iman.

c. Proses pelaksanaan

(42)

diharapkan para peserta bebas dan berani mengungkapkan diri dan mengutarakan pendapatnya.

d. Evaluasi

Di dalam kegiatan pembinaan iman perlu diadakan evaluasi. Evaluasi adalah cara untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan suatu kegiatan dapat mencapai hasil yang memuaskan atau tidak memuaskan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan berdasarkan tujuan yang direncanakan. Hasil dari pelaksanaan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.

B. Kaum Muda

1. Pengertian Kaum Muda

Istilah kaum, golongan, kelompok orang muda mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung sudut pandangan dan konteks penggunannya. Istilah Kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum, golongan, atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai 21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, adolescent, yang mencakup para muda- mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I – IV (Mangunhardjana, 1986: 11).

(43)

emosional, sosial, moral, dan religus dengan segala permasalahannya. Oleh sebab itu, mereka perlu mendapat pembinaan atau pendampingan dari orang lain yang dianggap dewasa dalam segala hal. Agar mereka dapat melalui fase perkembangan tersebut dengan lancar.

Menurut Philip Tangdilintin terdapat keanekaragaman pendapat para ahli mengenai batasan “kaum muda”. Salah satu di antaranya memaknai istilah “muda-mudi”, adalah batasan dari Dr. J. Riberu berikut ini:

“Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu (= kedewasaan psikososiologis). Status sosial yang dimaksudkan ialah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah/dan atau status berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda- mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut toh masih dianggap muda- mudi” (Tangdilintin, 1984: 5).

(44)

2. Gambaran Situasi Kaum Muda

Masa muda adalah proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini juga merupakan masa yang paling menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual dan fisik. Masa muda merupakan masa perkembangan dan perubahan, masa penuh dengan goncangan dan pemberontakan. Pada masa ini kaum muda kehilangan pegangan dalam usaha mencari dan menemukan jati diri sehingga menyebabkan mereka mudah terjerumus pada tindakan-tindakan yang kurang bijaksana dan merugikan dirinya sendiri.

Shelton (1987: 66) berpendapat bahwa masa muda merupakan saat hidup yang amat penting dimana masalah identitas baru dihadapi. Identitas perubahan dengan tahap perkembangan hidup sesorang dalam mendapatkan perasaan, harga diri, sifat khas mereka sendiri. Dalam usaha menemukan identitas diri, kaum muda mulai menentukan dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk mengarahkan diri.

(45)

kehadiran mereka sungguh berarti bagi orang lain khususnya dalam memperbaharui hidup sesama.

Gereja memandang bahwa kaum muda merupakan potensi yang luar biasa perkembangan Gereja. Dalam rangka perkembangan itulah Gereja memandang sebagian dirinya adalah kaum muda. Kaum muda tidak boleh begitu saja dipandang sebagai obyek perhatian pastoral bagi Gereja. Sebenarnya kaum muda memang seharusnya didorong supaya aktif, atas nama Gereja, sebagai tokoh-tokoh terkemuka di dalam evangelisasi dan peserta di dalam pembaharuan masyarakat. Dengan demikian masa muda merupakan masa penemuan jati diri dan pilihan hidup yang insentif dan masa pertumbuhan yang seharusnya berkembang maju dalam kebijaksanaan, usia serta rahmat di hadirat Allah dan manusia (CL, art. 46).

3. Aspek Perkembangan Kaum Muda

Bagian ini akan diuraikan mengenai beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan kaum muda. Adapun aspek pertumbuhan dan perkembangan kaum muda dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pertumbuhan fisik

(46)

diharapkan. Hal ini penting karena berkaitan dengan penampilan mereka dihadapan umum.

Selain masalah disekitar pertumbuhan fisik, kaum muda masa ini juga mengalami masalah yang berkaitan dengan seks dan pergaulan dengan lawan jenis. Secara biologis kaum muda yang sudah cukup mampu mengenali berbagai hasrat dan cara untuk melampiaskan kebutuhan seksualitasnya, tetapi harus diketahui bahwa pada umumnya mereka belum mampu bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perkawinan (Mangunharjana, 1986: 13).

b. Pertumbuhan intelektual

Aspek ini dapat dilihat dari gejala-gejala dalam perkembangan penalaran dan cara berpikir. Mereka sudah tidak menggunakan cara berpikir anak-anak dan mulai mampu berpikir secara abstrak dan kritis. Hal ini nampak dalam kecakapan mereka menggunakan kata-kata dalam pergaulan hidup sehari- hari. Dengan kemampuan berpikir secara abstrak dan kritis, mereka mulai memiliki keinginan untuk menggali dan menemukan identitas diri, membentuk gambaran diri yang utuh baik keberadaannya dalam hidup keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat. Karena itu kerap kali kaum muda kelihatan muram, mudah gelisah dan tidak tenang (Mangunharjana, 1986: 13).

c. Pertumbuhan emosional

(47)

cuek, bersikap memberontak dan tidak memperdulikan nasehat atau aturan yang ada. Masalah yang terpenting dalam perkembangan emosional ini adalah bagaimana menilai baik buruknya emosi terhadap kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi sehari- hari dan bagaimana pula mengarahkannya. Dalam mengatasi luapan emosi itu, kaum muda biasanya berjuang dengan berbagai macam cara, ada yang bersifat konstruktif namun ada yang destruktif (Mangunharjana, 1986: 14).

d. Pertumbuhan sosial

Perkembangan sosial ini berkaitan dengan makin meluasnya relasi kaum muda dengan orang lain. Hal ini terjadi karena kaum muda mulai menyadari bahwa ia tidak hidup sendirian bersama dengan orang lain sehingga pergaulannya pun tidak hanya dalam lingkup keluarga saja melainkan masyarakat luas baik dalam lingkup formal maupun non formal. Dalam lingkup formal kaum muda berinteraksi dengan temannnya di sekolah, tempat kerja sedangkan dalam lingkup non formal berinteraksi dengan keluarga, masyarakat dimanapun ia berada.

(48)

e. Pertumbuhan religius

Menurut Manguhardjana (1986: 16) yang dimaksud dengan perkembangan religius yaitu:

Menyangkut hubungan dengan Yang Mutlak, entah apa pun sebutan yang diberikan kepada-Nya. Pada masa kanak-kanak kegiatan keagamaan yang dilakukan karena meneladan atau diperintah orang tua dan tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh atas diri mereka. Pada umur- umur menjelang dewasa, praktek, ajaran bahkan Yang Mutlak. Dengan berbagai cara, entah lewat pertanyaan atau sengaja tidak menjalankan lagi praktek-praktek keagamaan yang sudah biasa dilakukan, mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang Yang Mutlak, hubungan-Nya dengan manusia dan dunia, peranan-Nya dalam hidup sekarang dan yang akan datang. Mereka ingin mengorek bagaimana menjadi orang religius sejati.

Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan Tuhan. Praktek keagamaan pada masa kanak-kanak berbeda ketika ia beranjak menjadi pribadi yang dewasa. Pada waktu kanak-kanak kegiatan keagamaan masih meniru atau meneladani orang yang lebih dewasa dari dirinya. Pada saat ia masuk usia dewasa, kaum muda tidak lagi hanya menjadi orang ikut-ikutan saja melainkan sudah dapat mempertanyakan keberadaan dirinya termasuk dalam penghayatan keagamaan yang diyakininya.

(49)

4. Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda

Sesuatu yang disebut atau menjadi problematik apabila menyimpang dari yang seharusnya (Tangdilintin, 1984: 24). Penyimpangan itu disebabkan oleh sesuatu atau beberapa hal yang sering kait- mengkait serta membawa pengaruh buruk tertentu. Oleh karena itu kenakalan kaum muda disebabkan oleh tidak terpenuhinya dambaan tertentu dalam hidupnya atau dapat juga disebabkan oleh karena adanya perbenturan dengan otoritas diluar dirinya (keluarga, sekolah dan masyarakat).

Untuk mengetahui apa yang menjadi problematik kaum muda, selanjutnya akan dibahas tentang problematik yang dihadapi kaum muda pada umumnya.

a. Problematik dalam keluarga

(50)

berubah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat termasuk juga di dalam menilai dan memandang sesuatu yang ada di sekitar kita.

Individualisme, hedonisme dan konsumerisme telah menjalar ke dalam kehidupan keluarga yang beriring dengan kesibukan mengejar prestise dan status sosial (Tangdilintin, 1984: 27). Hal ini sebenarnya mengurangi perhatian orang tua terhadap anaknya. Kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat khususnya keluarga yang ekonominya menengah keatas. Di suatu pihak orang tua termotivasi mencari dan mengumpulkan harta yang banyak dan dilain pihak kebutuhan, perhatian dan sapaan terhadap segenap anggota keluarga menjadi terabaikan. Situasi seperti ini yang menyebabkan mereka kurang merasa diperhatikan oleh para orang tuanya.

b. Problematik dalam masyarakat

Kaum muda adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Sebagai makluk sosial, kaum muda tidak terlepas dari masyarakat sekitarnya. Keterlibatan dan peran mereka dalam masyarakat sungguh diharapkan. Namun kadang keterlibatannya dalam masyarakat mendatangkan peluang sekaligus hambatan bagi perkembangan pribadinya. Salah satu hambatan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat adalah budaya instant. Budaya ini mematikan daya semangat dan usaha untuk berjuang dalam hidup, karena kebanyakan orang lebih memilih cepat tanpa harus berusaha dalam waktu yang panjang. Budaya instant ini menjadi gangguan dalam pribadi kaum muda, karena akan mematikan semangat dan daya kreatifitas mereka sebagai orang muda (Tangdilintin, 1984: 29-31).

(51)

pembangunan yang diupayakan dewasa ini, ternyata memiliki berdampak negatif yang menyebabkan orang semakin menjadi materialis, hedonis dan konsumeris. Dengan demikian kenyataan ini tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ini menggejala di dalam masyarakat yang sedang berkembang. Otoritas dalam masyarakat (di sekolah symbol otoritas ilmiah, moral dan etika) kerapkali kurang memberi kesempatan mengemukakan pendapat dan berargumen secara leluasa bagi kaum muda (Tangdilintin, 1984: 30). Semua pihak diajak untuk melihat masalah kaum muda.

c. Problematik dalam Gereja

Gereja juga sedang berada dala m transisi, sedang mencari identitas baru untuk semakin hadir sebagai sakramen keselamatan bagi masyarakat. Gereja sebagai komunitas orang beriman merupakan gerakkan penebusan dan pembebasan yang berjuang untuk menciptakan situasi yang adil dan damai. Sementara itu, kaum muda yang hidup dalam transisi dengan segala akibatnya, seringkali belum diperhitungkan dalam Gereja, sehingga mengakibatkan kaum muda mengambil jarak dan bersikap acuh. Mereka menganggap Gereja sebagai “urusan orang tua” yang kurang memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk berperan sebagai patner.

Di dalam Gereja kaum muda belum mendapat tempat, tanggung jawab dan berperan serta pada kegiatan Gereja. Oleh karena itu, kaum muda lebih memilih bersikap pasif.

(52)

kaum muda, Gereja berusaha untuk memberikan pendampingan kepada mereka baik secara pribadi maupun secara kelompok dan bersama.

d. Problematik dalam diri kaum muda sendiri

Dinamika hidup kaum muda sulit diduga. Pada saat tertentu kelihatan begitu cerah atau ceria, sedangkan saat lainnya menjadi kelihatan sedih dan muram disebabkan oleh berbagai macam persoalan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari- hari. Pendirian dan kondisi emosionalnya cepat berubah seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat.

Gagasan-gagasan yang baru ditawarkan melalui media massa, tidak semuanya berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan kaum muda tetapi justru pengaruh yang ditawarkan media massa menciptakan karakter kaum muda yang bermental instant, individualisme, hedonisme dan lainnya.

Dari segi fisik maupun psikis, masalah perkembangan kaum muda ditandai oleh dua dorongan: pertama dorongan dari segi kelamin (nafsu sex) dan yang kedua dari segi dorongan aku (nafsu ego). Dorongan kelamin (nafsu sex) dengan gejolak-gejolaknya, terkadang menjadi penyebab terjadinya segala kegelisahan dan keingintahuan yang disalurkan dalam berbagai macam cara atau justru melakukan eksperimen sendiri, yang pada gilirannya akan menyebabkan permasalahan-permasalahan baru dalam dirinya.

(53)

Persoalannya akan muncul apabila orang lain, keluarga dan masyarakat tidak memberi dukungan selayaknya seperti yang mereka harapkan. Apalagi keluarga, masyarakat sampai menentangnya justru melihatnya sebagai suatu kebetulan karena ada campur tangan dari orang tua. sehingga keberhasilan atau prestasi yang telah mereka raih merasa tidak diberi penghargaan.

Perkembangan emosi dan afeksi mengakibatkan mereka bebas memelihara dan mengembangkan selera dan citra rasanya sendiri. Perkembangan intelek memampukan kaum muda melihat dan menilai segala sesuatu dengan skala nilainya sendiri, mampu memandang jauh ke depan dengan berusaha untuk membuat rencana-rencana atas masa depannya sendiri (Tangdilintin, 1984: 39).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Kaum Muda

Kaum muda yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mempunyai gaya hidup yang berbeda. Di samping proses pertumbuhan dan perkembangan kaum muda itu sendiri perbedaan jenjang pendidikan, perbedaan tempat tinggal serta peranannya dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya berpengaruh pula terhadap gaya hidup kaum muda (Mangunhardjana, 1986: 16-17).

1. Perbedaan Tingkat Pendidikan

(54)

pikir dalam menentukan keputusan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta dalam menentukan cita-cita dan pandangan hidup demi masa depannya.

Kesenjangan antara kaum muda yang satu dengan yang lainnya tidak hanya terjadi pada tingkat terpelajar saja, melainkan juga pada perbedaan jenjang pendidikan. Yang dimaksud dengan perbedaan jenjang pendidikan di sini adalah ada di antara kaum muda yang masih duduk di tingkat SMP, SMU dan ada yang di Perguruan Tinggi. Kaum muda yang masih duduk di tingkat SMP mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang duduk di tingkat Perguruan Tinggi mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang duduk di tingkat SMP maupun SMU.

2. Tempat Tinggal

Perbedaan tempat tinggal kaum muda kiranya juga cukup berpengaruh dalam rangka pembentukan watak, sikap dan cara mereka berpikir. Dengan adanya keadaan serta situasi yang berbeda ini menuntut adanya suatu bentuk kegiatan yang dapat mengarahkan mereka untuk bersikap mandiri sebagai pribadi. Kaum muda dituntut untuk berani tidak mengikuti arus mayoritas warna kehidupan yang terjadi disekelilingnya. Seringkali pula warna kehidupan yang ada di sekelilingnya itu memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan kehidupan mereka.

3. Peran dan Keterlibatan Dalam Masyarakat Umum

(55)

berbagai macam bentuk. Hal ini disebabkan adanya corak atau gaya hidup yang berkembang dalam masyarakat, pola pikir dan kepribadiaan manusia yang berbeda. Di sini kepentingan bersama menjadi titik tolak dalam kehidupan bermasyarakat.

Kaum muda dapat dengan leluasa menyumbangkan serta memberikan andil sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sikap religiositas masyarakat dapat menjadi pendorong atau sumber kekuatan bagi kaum muda. Oleh karena itu, mereka perlu diajak untuk mulai menyadari diriya sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, diharapkan mereka dapat dan bersedia terlibat dalam hidup bermasyarakat, mampu memupuk kerjasama, menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain dan terlibat dalam kehidupan bersama. Pada akhirnya, tindakan-tindakan tersebut mampu membawa kaum muda untuk lebih mempersiapkan masa depannya.

(56)

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II

PAROKI GAMPING

A. Latar Belakang Penelitian

Kaum muda secara umum memiliki kepribadian yang dinamis karena selalu berfikir dan bergerak maju seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Pada diri kaum muda terdapat potensi, bakat dan kreatifitas yang tinggi dan kemampuannya itu diaktualisasikan secara utuh sesuai dengan kemampuannya. Dalam internal Gereja, kaum muda dapat pula menjadi motivator dan penggerak kehidupan menggereja pada saat ini dan masa yang akan datang.

Kaum muda merupakan generasi penerus bangsa dan Gereja. Sejuta harapan tertuju pada mereka. Kedepannya mereka akan menerima estafet pembangunan. Oleh karena itu, mereka akan menjadi aktor penting bagi bangsa dan negara. Dengan demikian, mereka perlu mendapatkan pembinaan. Pembinaan tersebut bertujuan agar dapat mengarah dan membimbing menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kecakapan khusus demi mempersiapkan diri menuju masa depan penuh persaingan.

(57)

mekanismenya sendiri. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu mereka terkadang mengalami kesulitan dan hambatan untuk menghadapinya. Kesulitan dan hambatan itu terkadang menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini terjadi karena kondisi kejiwaan mereka masih labil.

Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu, berada dalam situasi hidup yang berbeda-beda. Setiap individ u menanggapi masa pertumbuhan dan perkembangan dengan cara yang berbeda-beda. Terutama kondisi hidup mereka juga berbeda-beda ada yang sudah dewasa, ada yang masih remaja, ada yang peralihan masa remaja ke dewasa. Oleh karena itu untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ini ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang biasa, ada yang acuh. Tidak jarang dari mereka terjerumus pada kegiatan yang negatif : narkoba, tawuran, dan lainnya. Karena iklim hidup mereka dalam kondisi yang labil mudah terpangaruh oleh lingkungan sekitarnya.

(58)

Begitu juga keadaan yang di alami oleh kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Mereka juga sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Situasi hidup mereka juga beragam, ada yang sudah dapat mencerna problematika yang mereka alami bahkan ada juga yang tidak siap untuk menghadapinya. Untuk itu perhatian dari semua orang sangat diharapkan seperti halnya pastor paroki, orang tua. Kehadiran mereka memberikan arti yang sangat penting, untuk membimbing dan memberi perhatian bagi perkembangan iman kaum muda.

Apabila masalah- masalah kaum muda itu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak, maka nantinya akan tercipta generasi muda penerus yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan khusus. Selain itu juga mereka menjadi pribadi yang memasyarakat.

(59)

Gancahan II Paroki Gamping untuk mengembangkan semangat penghayatan imannya menuju kedewasaan kristiani.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk menggali semangat penghayatan iman kaum muda Santa Lucia lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2008, di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.

D. Metode Penelitian

(60)

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang ( Notoatmodjo, 2002: 138).

E. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, pengumpulan data akan menggunakan kuesioner. Kuesioner langsung akan ditujukan kepada kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Kuesioner langsung jika daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang dimintai pendapat dan keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri (Sutrisno Hadi, 2004: 178). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan ialah kuesioner tertutup artinya responden atau orang yang memberi jawaban terbatas, hanya mengisikan data-data yang diperlukan agar mengisikan jawaban yang diperlukan (Sutrisno Hadi, 2004: 179).

Alasan penulis menggunakan kuesioner adalah responden mengetahui pelaksanaan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Artinya subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sediri dan apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya (Sutrisno Hadi, 2004: 179).

F. Responden Penelitian

(61)

perolehan data yang diungkapkan oleh ketua Mudika jumlah Mudika Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping berjumlah 30 orang.

Dalam menentukan besarnya jumlah responden yang akan dipilih, penulis berpatokan pada teori yang menjelaskan bahwa jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi, 2002: 112).

G. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Variabel Penelitian

No. Variabel No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Identitas responden 1,2,3,4,5, 5

2 Bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda 6,7,8,9,10, 11,12,13,14, 15,16,17, 18,19,20

15

3 Faktor pendukung dan faktor penghambat 21,22,23,24,25 26,27,28,29,30

10

4 Total item 30

Dari variabel kuesioner yang digunakan dalam penelitian skripsi, maka disusunlah kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner

No. Variabel Indikator No.

Item

(1) (2) (3) (4)

1. Identitas responden a.Menyebutkan nama lengkap

(62)

(1)

2.

(2)

Bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda

(3)

b.Menyebutkan jenis kelamin

c.Menyebutkan umur d.Menyebutkan tingkat

pendidikan

e.Menyebutkan pekerjaan

a. Menyebutkan arti pembinaan iman

b. Menyebutkan tujuan dari pembinaan iman c. Menjelaskan arti kaum

muda

d. Menyebutkan yang terlibat dalam pembinaan iman

e. Menunjukkan

ketertarikan pada pembinaan iman

f. Menyebutkan alasan mengikuti pembinaan iman

g. Menunjukkan seberapa sering mengikuti pembinaan iman

h. Menyebutkan berapakali mengikuti pembinaan iman

i. Merasakan pentingnya pembinaan iman

j. Menyebutkan penilaian terhadap pembinaan iman

k. Menjelaskan alasan pembinaan iman kurang menarik

l. Menyebutkan tema yang sering digunakan

(63)

(1)

3.

(2)

Faktor pendukung dan faktor penghambat

(3) n. Menyebutkan

penyelenggaran

pembinaan iman kaum muda

o. Menyebutkan bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda

a.Menyebutkan adanya dukungan orang tua

b.Menyebutkan faktor pendukung dalam pembinaan iman

c.Merasakan manfaat dari pembinaan iman

d.Menyebutkan sarana yang mendukung pembinaan iman

e.Menyebutkan ada perhatian dari pastor paroki

f.Menyebutkan letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat

g.Menyebutkan perbedaan tingkat pendidikan sebagai faktor penghambat

h.Menunjukkan faktor penghambat dalam pembinaan iman

i.Menunjukkan faktor usia menjadi penghambat pembinaan iman

j.Menjelaskan kendala dalam pembinaan iman

(4) 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

(64)

H. Hasil Penelitian

Pada bagian selanjutnya akan dibahas hasil penelitian terhadap pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 35 kuesioner dari jumlah tersebut sebanyak 30 orang yang telah mengembalikan kuesioner yang disebarkan. Laporan hasil penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari: identitas responden, bentuk pembinaan iman kaum muda, faktor pendukung dan penghambat.

1. Identitas Responden

Penulis akan memaparkan identitas responden: nama lengkap, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan seperti terungkap pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Identitas Responden (N=30)

No. Item Identitas responden Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Nama lengkap - - -

2 Jenis kelamin a. Laki- laki b. Perempuan

10 20

33,3 66,7

3 Umur

a. 15-21 b. 22-25 c. 26-31 d. 32-35 25 3 1 1 83,4 10 3,3 3,3

4 Pendidikan saat ini

a. SMP b. SMU c. PT d. Dirumah 1 21 7 1 3,3 70 23,4 3,3

5 Pekerjaan saat ini

a. Pelajar b. Karyawan c. Wiraswasta d. Dirumah 24 3 2 1 80 10 6,7 3,3

(65)

tahun (83,4 %), 22-25 tahun (10 %), 26-31 tahun (3,3 %), dan 32-35 tahun (3,3 %). Umumnya responden menjalani pendidikan sampai tingkat SMU (70 %), PT (23,4 %), SMP (3,3 %), dan masih dirumah (3,3 %). Berdasarkan penelitian ini pekerjaan responden sebagian besar responden sebaga i pelajar (83,4 %), sebagai karyawan (10 %), wiraswasta (6,7 %), dan masih di rumah (3,3 %).

2. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda

Bagian selanjutnya penulis akan memaparkan bentuk pembinaan iman kaum muda, seperti yang terungkap pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda (N=30)

No. Item Daftar pertanyaan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)

6 Apa yang dimaksud dengan pembinaan iman

a. Suatu proses untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkan secara penuh dalam hidup sehari- hari

b. Suatu proses untuk memekarkan pribadi sebagai manusia kristiani c. Suatu proses untuk

membangun dan menghayati iman kristiani menuju kedewasaan penuh

d. Suatu proses untuk memupuk rasa persaudaraan dalam Kristus 9 5 12 4 30 16,7 40 13,3

7 Tujuan apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti pembinaan iman

a. Ingin memperoleh teman yang banyak

(66)

(1) (2) (3)

c. Untuk mengembangkan iman kristiani, agar menjadi manusia beriman yang dewasa

d. Supaya dapat dikenal

(4) 24 - (5) 80 - 8 Menurut

pengalaman Anda, siapa yang

dimaksud dengan kaum muda itu

a. Mereka yang sudah berusia 15-24 tahun

b. Mereka yang belum menikah

c. Seorang yang sudah dapat mengambil keputusan d. Seorang individu yang

sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional, sosial, mental, moral dan religius 5 1 5 19 16,7 3,3 16,7 63,3

9 Menurut

pengalaman Anda, siapa saja yang terlibat dalam pembinaan iman

a. Romo paroki dan para pendamping

b. Semua umat paroki

c. Kaum muda dan para pendamping

d. Semua umat yang terlibat dalam pembinaan iman

- 12 2 16 - 40 6,7 53,3

10 Apakah anda tertarik untuk mengikuti pembinaan iman

a. Sangat tertarik b. Tertarik

c. Biasa-biasa saja d. Tidak tertarik 6 16 8 - 20 53,3 26,7 - 11 Menurut

pengalaman Anda, kapan Anda mengikuti pembinaan iman

a. Jika diajak teman

b. Kalau tidak ada tugas rumah atau kampus

c. Kalau ada waktu kosong d. Setiap ada pembinaan

iman 8 5 6 11 26,7 16,7 20 36,6

12 Apakah Anda sering mengikuti kegiatan pembinaan iman

a. Sering sekali b. Sering

c. Kalau ada waktu d. Tidak pernah

(67)

(1) 13

(2) Berapa kali Anda mengikuti kegiatan pembinaan iman

(3) a. 2 kali

b. 6 kali c. 10 kali

d. Lebih dari 12 kali

(4) 8 10 2 10 (5) 26,7 33,3 6,7 33,3 14 Menurut Anda apa

yang paling menarik dalam mengikuti pembinaan iman

a. Karena senang dengan pembimbingnya

b. Adanya kerjasama antar kaum muda

c. Kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan

d. Mempunyai banyak teman - 16 8 6 - 53,3 26,7 20

15 Bagaimana penilaian Anda terhadap kegiatan pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan

a. Menarik

b. Kurang menarik c. Biasa-biasa saja d. Tidak menarik

7 7 16 - 23,3 23,3 53,4 - 16 Menurut Anda apa

yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang

menarik

a. Kegiatan yang ada tidak bervariasi sehingga membosankan

b. Waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan situasi peserta

c. Materi yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi peserta dan perkembangan zaman

d. Pembina kurang memperhatikan situasi kaum muda 18 7 2 3 60 23,3 6,7 10

17 Tema yang sering dibahas dalam kegiatan pembinaan iman

a. Tentang kaum muda b. Nasehat untuk kaum muda c. Kitab Suci

d. Kehidupan kaum muda sehari- hari 6 9 7 8 20 30 23,3 26,7

18 Yang sering menjadi pemandu dalam kegiatan pembinaan iman

a. Orang tua/pro diakon b. Pastor

c. Kaum muda d. Tidak tentu

(68)

(1) 19 (2) Menurut pengalaman anda, kegiatan pembinaan iman kaum muda yang dilaksanakan selama ini sering diselenggarakan oleh (3) a. Paroki b. Mudika c. Stasi

d. Pengurus lingkungan (4) 10 14 - 6 (5) 33,3 46,7 - 20

20 Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda yang anda ketahui selama ini berupa

a. Pertemuan mudika b. Ziarah ke Gua Maria c. Katekese d. Rosario 22 1 6 1 73,4 3,3 20 3,3

Pada tabel 4 yang dimaksud dengan pembinaan iman menunjukkan (40 %) responden mengatakan bahwa suatu proses untuk membangun dan menghayati iman kristiani menuju kedewasaan penuh, kemudian (30%) responden mengatakan bahwa suatu proses untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkan secara penuh dalam hidup sehari- hari, (16,7 %) responden mengatakan bahwa suatu proses untuk memekarkan pribadi sebagai manusia kristiani, (13,3 %) responden mengatakan bahwa suatu proses untuk memupuk rasa persaudaraan dalam Kristus.

Tujuan apa ya ng ingin Anda peroleh dengan mengikuti pembinaan iman menunjukkan (80 %) responden mengatakan bahwa untuk mengembangkan iman kristiani, agar menjadi manusia beriman yang dewasa, kemudian (10 %) responden mengatakan bahwa ingin memperoleh teman, (10 %) responden mengatakan ingin membangun rasa kebersamaan dalam Gereja.

(69)

mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional, sosial, mental, moral dan religius, kemudian (16,7 %) responden mengatakan bahwa mereka yang sudah berusia 15-24 tahun, (16,7 %) responden mengatakan bahwa seorang yang sudah dapat mengambil keputusan, (3,3 %) responden mengatakan bahwa mereka yang belum menikah.

Menurut pengalaman Anda, siapa saja yang terlibat dalam pembinaan iman menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa semua umat yang terlibat dalam pembinaan iman, (40 %) responden mengatakan bahwa semua umat paroki, (6,7 %) responden mengatakan bahwa kaum muda dan para pendamping.

Apakah anda tertarik untuk mengikuti pembinaan iman menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa tertarik, kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja, (20 %) responden mengatakan bahwa sangat tertarik.

Menurut pengalaman Anda, kapan Anda mengikuti pembinaan iman menunjukkan (36,6 %) responden mengatakan bahwa setiap ada pembinaan iman, kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa jika diajak teman, selanjutnya (20 %) responden mengatakan bahwa kalau ada waktu kosong, (16,7 %) responden mengatakan bahwa kalau tidak ada tugas rumah atau kampus.

Apakah Anda sering mengikuti kegiatan pembinaan iman menunjukkan (56,7 %) responden mengatakan bahwa kalau ada waktu, kemudian (40 %) responden mengatakan bahwa sering, (3,3 %) responden mengatakan bahwa sering sekali.

(70)

mengatakan bahwa ada yang 6 kali, kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa ada yang 2 kali, (6,7 %) responden mengatakan bahwa ada yang 10 kali.

Menurut Anda apa yang paling menarik dalam mengikuti pembinaan iman menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa adanya kerjasama antar kaum muda, kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan, (20 %) responden mengatakan bahwa mempunyai banyak teman.

Bagaimana penilaian Anda terhadap kegiatan pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan menunjukkan (53,4 %) responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja, (23,3 %) responden mengatakan bahwa menarik, (23,3 %) responden mengatakan bahwa kurang menarik.

Menurut Anda apa yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang menarik menunjukkan (60 %) responden mengatakan bahwa kegiatan yang ada tidak bervariasi sehingga membosankan, kemudian (23,3 %) responden mengatakan bahwa waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan situasi peserta, (10 %) responden mengatakan bahwa pembina kurang memperhatikan situasi kaum muda, (6,7) responden mengatakan bahwa materi yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi peserta dan perkembangan zaman.

Tema yang sering dibahas dalam kegiatan pembinaan iman menunjukkan (30 %) responden mengatakan bahwa nasehat kaum muda, (26,7 %) responden mengatakan bahwa kehidupan kaum muda sehari- hari, kemudian (23,3 %) responden mengatakan bahwa kitab suci, (20 %) responden mengatakan bahwa tentang kaum muda.

(71)

orang tua/pro diakon, (6,7 %) responden mengatakan bahwa kaum muda, (3,3 %) responden mengatakan bahwa pastor.

Menurut pengalaman Anda kegiatan pembinaan iman kaum muda yang dilaksanakan selama ini sering dilaksanakan oleh menunjukkan (46,7 %) responden mengatakan bahwa mudika, (33,3 %) responden mengatakan bahwa paroki, (20 %) responden mengatakan bahwa pengurus lingkungan.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel 3. Identitas Responden (N=30)
Tabel 4. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda (N=30)
Tabel 5. Faktor Pendukung dan Penghambat (N=30)
+2

Referensi

Dokumen terkait