• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA

A. Pembinaan Iman

4. Tujuan Pembinaan Iman

Tujuan merupakan titik yang hendak dicapai dalam suatu pembinaan. Pembinaan iman merupakan sua tu usaha untuk membantu orang menuju kedewasaan iman. Menurut Tangdilintin tujuan pembinaan iman:

“Mendampingi dan membantu kaum muda untuk menemukan diri, mengembangkan kemampuan dan kemauan mereka, mengenali masalah- masalah sosial dengan sistim dan struktur yang sering menguasai hidup mereka, agar mampu menanggapi persoalan-persoalannya sendiri serta tantangan lingkungannya, sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai manusia beriman yang sebagai anggota Gereja, dijiwai oleh cita-cita, sikap dan semangat Kristus dengan mengemban panggilan Gereja memberi kesaksian dan pelayanan Kristen di tengah masyarakat” (Tangdilintin, 1984: 49).

Pembinaan dimaksudkan untuk mendampingi kaum muda baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota jemaat beriman untuk menuju kedewasaan iman. Kaum muda dibimbing untuk mengembangkan diri sebagai manusia dan sebagai orang katolik yang tanggap, teguh terlibat dalam hidup sehari- hari dan dalam masyarakat. Untuk itu mereka perlu ditolong menemukan dan mengembangkan nilai- nilai dan sikap hidup kristiani, memiliki suara hati yang jernih, bebas dan bertanggungjawab sebagai pribadi yang mau berubah, membangun dan menyadari dirinya sebagai anggota Gereja dan masyarakat.

Pembinaan iman kaum muda membantu mereka menjadi pribadi yang dewasa dalam iman sesuai Visi/Tradisi Kristiani. Kaum muda diharapkan mampu mewujudkan nilai- nilai Kristiani dalam hidup sehari- hari. Kaum muda diharapkan senantiasa membina relasi dengan Kristus dalam doa, sebagai wujud konkret mampu membangun relasi dengan teman, saudara, dan keluarganya.

Pembinaan iman kaum muda dapat dikatakan suatu kegiatan yang mutlak untuk dilaksanakan menghindari pengaruh negatif dari perkembangan jaman yang kuat mempengaruhi perkembangan hidup manusia dalam berpikir, menentukan pilihan dan bertindak. Kaum muda pada umumnya sedang dalam masa perubahan itu membutuhkan pegangan hidup yang pasti. Pembinaan iman yang akan dilaksanakan

sebagai usaha suatu arahan hidup agar kaum muda dapat menerima kenyataan hidup mereka saat ini dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik serta berani memandang masa depan dengan penuh harapan dalam cahaya iman kristiani.

Jadi pembinaan iman kaum muda dimaksudkan untuk mendampingi atau membimbing kaum muda sebagai pribadi atau jemaat yang beriman pada Kristus untuk menuju kedewasaan iman kristiani. Kaum muda dibimbing supaya dapat mengembangkan diri dan menyadari segenap potensi dan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian kaum muda diharapkan semakin mampu menjadi kaum muda yang tangguh, tanggap dan terlibat dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ciri-ciri kedewasaan iman bagi orang Kristiani yaitu, pertama, iman yang dewasa nampak kreatif, tidak lesu atau ikut-ikutan saja. Jauh dari perasaan takut menghadapi situasi baru, seseorang yang mempergunakan imannya sebagai imannya sebagai sumber yang terus- menerus bagi motivasi baru, penafsiran baru, dan inisiatif baru. Dengan demikian orang yang memiliki iman yang dewasa tidak memiliki perasaan takut terhadap perubahan, tetapi menanggapinya sebagai hal yang biasa dalam suatu perkembangan yang hidup. Iman merupakan penyerahan diri secara total kepada Allah. Allah yang mewahyukan diri dalam Kristus di bawah naungan Roh Kudus sebagai sumber hidup dan pembaharuan yang abadi bagi manusia. Kedua, iman yang dewasa terbuka akan dialog dan perbedaan, tidak cepat puas diri atau intoleran. Seorang beriman dewasa tidak akan mudah melarikan diri dalam menghadapi perbedaan faham atau sikap, tetapi menanggapinya sebagai sesuatu yang dapat memurnikan dan memperkaya imannya. Jauh dari perasaan terancam imannya,

seorang beriman dewasa mampu berdialog, baik dengan orang-orang yang beriman lain, bahkan orang yang tidak beriman, maupun orang-orang yang seiman (FX. Adisusanto, SJ, 2000: 18).

Sejalan dengan tujuan pembinaan iman yang telah disebutkan di atas dapat disederhanakan lagi menjadi tiga lingkup tempat, dimana kaum muda bisa lebih bebas mengembangkan diri menuju kedewasaan kristianinya yang utuh: keluarga, Gereja dan masyarakat (Tangdilintin, 1984: 45-47). Pertama: dalam lingkup keluarga, keluarga sebagai lingkungan hidup yang pertama dan utama dimana kaum muda setiap harinya bersama keluarga. Kegiatan pembinaan dimaksudkan juga untuk menjadikan peserta bina mampu merasakan suasana yang menyenangkan dan mengikat secara emosional sehingga kelompok tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Selain itu, kaum muda juga dibuka wawasannya dan diajak untuk mengalami suasana yang akrab dan memperoleh kesempatan untuk berdialong secara terbuka dan leluasa, serta mengutarakan pendapat dengan keyakinan bahwa mereka didengarkan. Pada akhirnya kaum muda diajak untuk menyadari dan membuka diri terhadap nilai-nilai positif dan maksud baik para orang tua walaupun sulit diterima dalam nilai-nilai-nilai-nilai hidup dan norma yang berlaku umum untuk membangun kebahagian dalam keluarga.

Kedua: dalam lingkup Gereja, dua aspek yang hendak dicapai yaitu mengembangkan dan memperdalam iman atau hidup rohani kaum muda dan pengenalan Gereja sebagai komunitas iman maupun dalam wujud institusionalnya (Tangdilintin, 1984: 47). Artinya pembinaan itu harus mampu menolong kaum muda agar mampu membawa kesegaran dan keceriaan dalam Gereja. Mereka dibantu untuk menyadari potensi yang dimilikinya terutama dalam bakat-bakat alamiah yang

dikaruniakan oleh Roh Kudus, demi pengembangan diri dan sesama jemaat akan menjadi motivasi yang kokoh. Dengan demikian kaum muda diajak untuk menyadari keanggotaannya sebagai warga Gereja, mengenal gambaran-gambaran Gereja dan arah perkembangannya.

Kaum muda dibantu supaya mampu terlibat secara bertanggungjawab mengambil peran dalam perkembangan Gereja sesuai dengan bakat yang dimiliki. Kaum muda diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam kehidupan menggereja sesuai dengan kecakapannya masing- masing. Salah satu Indikasi kedewasaan iman seseorang, ialah apakah ia sudah mampu terlibat dalam kehidupan menggereja. Kehidupan menggereja merupakan sesuatu yang penting sebagai suatu bentuk perwujudan iman seseorang. Orang sudah resmi diterima sebagai anggota Gereja apabila orang tersebut telah menerima sakramen permandian dan sakramen krisma. Sakramen permandian sebagai awal pintu masuk untuk menjadi anggota Gereja. Sedangkan sakramen krisma orang diutus ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Gereja. Oleh karena itu kaum muda yang telah menerima sakramen permandian dan sakramen krisma sudah layak untuk terlibat dalam hidup menggereja baik dalam lingkup internal maupun eksternal Gereja. Dalam lingkup internal kaum muda mulai mampu dan mau terlibat dalam kegiatan gerejawi yaitu koor, me njadi pendamping sekolah minggu, dan lain sebagainya. Sedangkan hidup eksternal Gereja yaitu kaum muda terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.

Ketiga: dalam lingkup masyarakat, pembinaan terutama dimaksudkan untuk menolong kaum muda agar memiliki kadar kepekaan sosial (Socio felling) yang tajam (Tangdilintin, 1984: 46). Artinya agar kaum muda memiliki kemampuan dalam

membaca tanda zaman, gejolak sosial serta pengaruh sistem sosial di dalam masyarakat. Dalam pembinaan iman, kaum muda diarahkan untuk memiliki sikap kritis selektif terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaum muda diharapkan memiliki kesadaran politis (pengaturan kekuasaan) yang berarti kaum muda mengetahui sepenuhnya haknya sebagai warga negara dan mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian masyarakat dapat merangsang suatu iklim partisipatif sehingga peluang untuk mengembangkan hidup kaum muda menjadi semakin lebih baik. Maka komponen yang terkait di dalamnya (Keluarga, Gereja, dan Masyarakat) perlu menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung agar kaum muda berkembang secara utuh menuju kematangan dan kedewasaan imannya.

5. Manfaat Pembinaan Iman

Dalam pelaksanaan pembinaan iman ada kecendrungan untuk melihat hasil dan menilai mutu dari hasil pembinaan iman yang kelihatan. Perlu disadari bahwa pembinaan iman tidak akan pernah berakhir dan “perjumpaan dengan Yesus Kristus” yang dialami oleh semua peserta saat ini menjadi kenyataan pada masa- masa yang akan datang. Dengan demikian pembinaan iman yang sudah dilaksanakan belum tentu kelihatan hasilnya pada saat ini. Namun melalui proses yang berkembang secara terus- menerus dan dengan berusaha mengembangkan diri untuk memperoleh manfaat dari pembinaan iman akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Jika manfaat dari pembinaan iman belum kelihatan justru bukan mematahkan usaha membina kehidupan kaum muda. Kita harus memegang prinsip yang teguh sebagai

murid Kristus justru semakin termotivasi memberi dorongan yang optimal dalam pelaksanaan pembinaan iman bagi kaum muda.

Dokumen terkait