• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA

B. Kaum Muda

4. Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda

Sesuatu yang disebut atau menjadi problematik apabila menyimpang dari yang seharusnya (Tangdilintin, 1984: 24). Penyimpangan itu disebabkan oleh sesuatu atau beberapa hal yang sering kait- mengkait serta membawa pengaruh buruk tertentu. Oleh karena itu kenakalan kaum muda disebabkan oleh tidak terpenuhinya dambaan tertentu dalam hidupnya atau dapat juga disebabkan oleh karena adanya perbenturan dengan otoritas diluar dirinya (keluarga, sekolah dan masyarakat).

Untuk mengetahui apa yang menjadi problematik kaum muda, selanjutnya akan dibahas tentang problematik yang dihadapi kaum muda pada umumnya.

a. Problematik dalam keluarga

Gejala pertama yang menonjol dari skenario “Dina” adalah kesenjangan antara kaum muda dengan orang tua, karena perbedaan pandangan dan pengertian mengenai nilai dan norma (Tangdilintin, 1984: 27). Pengertian mengenai nilai dan norma seringkali menjadi masalah utama antara orang tua dan kaum muda. Terkadang orang tua sering memakai ukuran “tempo dulu”, sementara kaum muda sekarang cenderung mengikuti perkembangan zaman yang pesat baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sangat berbeda dengan yang terjadi pada masa lampau dimana semuanya belum berkembang secara pesat dan belum berpengaruh bagi masyarakat. Dengan demikian jika dibandingkan berdasarkan kenyataan sekarang ini, sangat jauh dari kenyataan melampaui dari apa yang diperkirakan dan berbagai segi kehidupan manusia yang telah dipengaruhi. Apabila memandang situasi atau zaman sekarang dengan kaca mata “tempo dulu” sudah kiranya tidak relevan, karena semuanya telah

berubah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat termasuk juga di dalam menilai dan memandang sesuatu yang ada di sekitar kita.

Individualisme, hedonisme dan konsumerisme telah menjalar ke dalam kehidupan keluarga yang beriring dengan kesibukan mengejar prestise dan status sosial (Tangdilintin, 1984: 27). Hal ini sebenarnya mengurangi perhatian orang tua terhadap anaknya. Kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat khususnya keluarga yang ekonominya menengah keatas. Di suatu pihak orang tua termotivasi mencari dan mengumpulkan harta yang banyak dan dilain pihak kebutuhan, perhatian dan sapaan terhadap segenap anggota keluarga menjadi terabaikan. Situasi seperti ini yang menyebabkan mereka kurang merasa diperhatikan oleh para orang tuanya.

b. Problematik dalam masyarakat

Kaum muda adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Sebagai makluk sosial, kaum muda tidak terlepas dari masyarakat sekitarnya. Keterlibatan dan peran mereka dalam masyarakat sungguh diharapkan. Namun kadang keterlibatannya dalam masyarakat mendatangkan peluang sekaligus hambatan bagi perkembangan pribadinya. Salah satu hambatan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat adalah budaya instant. Budaya ini mematikan daya semangat dan usaha untuk berjuang dalam hidup, karena kebanyakan orang lebih memilih cepat tanpa harus berusaha dalam waktu yang panjang. Budaya instant ini menjadi gangguan dalam pribadi kaum muda, karena akan mematikan semangat dan daya kreatifitas mereka sebagai orang muda (Tangdilintin, 1984: 29-31).

Di samping budaya instant masih banyak gangguan yang ada di masyarakat, pesatnya kemajuan dan peningkatan dalam taraf hidup masyarakat melalui

pembangunan yang diupayakan dewasa ini, ternyata memiliki berdampak negatif yang menyebabkan orang semakin menjadi materialis, hedonis dan konsumeris. Dengan demikian kenyataan ini tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ini menggejala di dalam masyarakat yang sedang berkembang. Otoritas dalam masyarakat (di sekolah symbol otoritas ilmiah, moral dan etika) kerapkali kurang memberi kesempatan mengemukakan pendapat dan berargumen secara leluasa bagi kaum muda (Tangdilintin, 1984: 30). Semua pihak diajak untuk melihat masalah kaum muda.

c. Problematik dalam Gereja

Gereja juga sedang berada dala m transisi, sedang mencari identitas baru untuk semakin hadir sebagai sakramen keselamatan bagi masyarakat. Gereja sebagai komunitas orang beriman merupakan gerakkan penebusan dan pembebasan yang berjuang untuk menciptakan situasi yang adil dan damai. Sementara itu, kaum muda yang hidup dalam transisi dengan segala akibatnya, seringkali belum diperhitungkan dalam Gereja, sehingga mengakibatkan kaum muda mengambil jarak dan bersikap acuh. Mereka menganggap Gereja sebagai “urusan orang tua” yang kurang memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk berperan sebagai patner.

Di dalam Gereja kaum muda belum mendapat tempat, tanggung jawab dan berperan serta pada kegiatan Gereja. Oleh karena itu, kaum muda lebih memilih bersikap pasif.

Kaum muda tidak mau terlibat atau jarang ikut dalam kegiatan-kegiatan rohani karena mereka menghadapi berbagai masalah dalam keluarga, masalah sosial dan masalah dalam diri kaum muda sendiri. Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh

kaum muda, Gereja berusaha untuk memberikan pendampingan kepada mereka baik secara pribadi maupun secara kelompok dan bersama.

d. Problematik dalam diri kaum muda sendiri

Dinamika hidup kaum muda sulit diduga. Pada saat tertentu kelihatan begitu cerah atau ceria, sedangkan saat lainnya menjadi kelihatan sedih dan muram disebabkan oleh berbagai macam persoalan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari- hari. Pendirian dan kondisi emosionalnya cepat berubah seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat.

Gagasan-gagasan yang baru ditawarkan melalui media massa, tidak semuanya berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan kaum muda tetapi justru pengaruh yang ditawarkan media massa menciptakan karakter kaum muda yang bermental instant, individualisme, hedonisme dan lainnya.

Dari segi fisik maupun psikis, masalah perkembangan kaum muda ditandai oleh dua dorongan: pertama dorongan dari segi kelamin (nafsu sex) dan yang kedua dari segi dorongan aku (nafsu ego). Dorongan kelamin (nafsu sex) dengan gejolak-gejolaknya, terkadang menjadi penyebab terjadinya segala kegelisahan dan keingintahuan yang disalurkan dalam berbagai macam cara atau justru melakukan eksperimen sendiri, yang pada gilirannya akan menyebabkan permasalahan-permasalahan baru dalam dirinya.

Dorongan aku (nafsu ego) menggejala dalam berbagai perilaku “aneh” sebenarnya ingin minta diperhatikan, dihargai dan diterima sebagaimana adanya. Gejolak ingin diakui akan terungkap melalui berbagai prestasi atau macam- macam keberhasilan dengan harapan mereka memperoleh pengakuan dan pujian.

Persoalannya akan muncul apabila orang lain, keluarga dan masyarakat tidak memberi dukungan selayaknya seperti yang mereka harapkan. Apalagi keluarga, masyarakat sampai menentangnya justru melihatnya sebagai suatu kebetulan karena ada campur tangan dari orang tua. sehingga keberhasilan atau prestasi yang telah mereka raih merasa tidak diberi penghargaan.

Perkembangan emosi dan afeksi mengakibatkan mereka bebas memelihara dan mengembangkan selera dan citra rasanya sendiri. Perkembangan intelek memampukan kaum muda melihat dan menilai segala sesuatu dengan skala nilainya sendiri, mampu memandang jauh ke depan dengan berusaha untuk membuat rencana-rencana atas masa depannya sendiri (Tangdilintin, 1984: 39).

Dokumen terkait