• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA

A. Pembinaan Iman

7. Hal-Hal Pokok Dalam Pembinaan Iman

Dalam pembinaan iman kaum muda perlu diperhatikan hal-hal yang pokok, supaya proses pelaksanaan pembinaan kaum muda dapat berjalan dengan baik dan sesua i harapan yang diinginkan. Adapun hal- hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mencakup berbagai bidang pembinaan yang relevan bagi kaum muda:

a. Bidang-bidang pembinaan iman

Bidang-bidang pembinaan kaum muda hendaknya mampu mengangkat beberapa hal pokok (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 7-10). Hal- hal itu bisa dicapai melalui beberapa bidang antara lain:

1) Pengembangan kepribadian

Pengembangan kepribadian yang dimaksud adalah penemuan potensi diri serta kesadaran akan keterbatasannya, yang menumbuhkan kepercayaan diri dan menemukan gambaran diri yang seimbang sehingga berkembang sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan bermanfaat bagi orang-orang yang berada yang ada disekitarnya. Kaum muda perlu juga menyadari bahwa keberadaannya di dalam suatu masyarakat dimana pun ia berada sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya membutuhkan bantuan orang lain atau untuk menjadikan mereka sebagai pribadi yang berkembang seutuhnya diperlukan dukungan dan semangat dari orang lain khususnya yang berada disekitar mereka. Melalui hubungan itu, mereka berinteraksi dengan orang lain dalam semangat persaudaraan sejati (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 7-8).

2) Pengembangan Kehidupan Iman

Pengembangan kehidupan iman meliputi: pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran iman yang makin luas dan mendalam. Ini berarti bahwa segi pengetahuan amat diperlukan dalam usaha untuk memahami kebenaran-kebenaran iman. Pembinaan dimaksudkan untuk mengolah segi pengetahuan dan pemahaman peserta agar iman keagamaan yang diyakininya semakin mantap. Dengan demikian, mereka semakin sanggup untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dan berserah diri kepada-Nya.

Dengan penghayatan hidup doa yang baik dan benar serta mampu menghayati hidup melalui sakramen sebagai ungkapan persatuan dengan Allah yang mesra dalam perayaan iman bersama umat. Sehingga dalam kenyataan yang tersulit pun mereka mampu bertahan dan mengatasinya dengan memohon kekuatan dan bimbingan dari Allah (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8).

3) Pengembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan

Pengembangan rasa kemanusiaan lebih mengarah pada sesama yang mengalami penderitaan diasingkan dari kelompok masyarakat. Semuanya itu membutuhkan rasa solider yang tinggi dari sesama. Masing- masing orang diharapkan mau dan mampu memberi perhatian yang tulus dan ikhlas melalui daya dan upaya yang bisa bermanfaat bagi orang lain, walaupun dengan cara yang sederhana serta berani untuk membela keadilan dan kebenaran khususnya yang berkaitan dengan hak- hak asasi manusia yang dilecehkan. Dalam bidang kemasyarakatan mampu menyadari hak-haknya sebagai warga masyarakat dan sekaligus mampu menyadari peranannya dalam masyarakat yang artinya muncul kesadaran dalam dirinya, bahwa mereka dapat

menjadi salah satu agen pembaharu dalam masyarakat untuk menyongsong masyarakat yang lebih sejahtera (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8-9).

4) Pengembangan kepemimpinan dan keorganisasian

Hal-hal pokok yang termasuk dalam kepemimpinan meliputi: pemahaman dan penghayatan akan kepemimpinan kristiani. Dalam pandangan orang Kristiani, pemimpin adalah seorang pelayan yang memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda zaman yang berkembang sangat cepat. Sedangkan dalam bidang keorganisasian meliputi: kesanggupan berorganisasi serta mengetahui manfaat dan arti pentingnya berorganisasi. Di dalam bidang keorganisasian sebenarnya yang ingin dicapai adalah kemampuan mengelola kelompok secara demokratis, yang disertai dengan rasa tanggung jawab yang penuh dari setiap anggota maupun kelompoknya (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 9-10).

5) Pengembangan intelektualitas dan profesionalitas

Pengembangan intelektualitas mencakup: kemampuan berpikir secara kritis, analisis dan reflektif. Disadari bahwa kemajuan dan perkembangan zaman yang pesat akan sangat dibutuhkan orang-orang yang mampu berpikir secara lebih kritis artinya tidak hanya menerima begitu saja perubahan dan perkembangan yang ada, tetapi mampu memikirkannya kembali dan memperoleh pandangan yang tajam terhadap segala perubahan yang ada. Sedangkan profesionalitas lebih mengutamakan keterampilan terutama berkaitan dengan bidang pekerjaan atau usaha yang sedang atau akan digelutinya. Oleh karena itu, dibutuhkan cara kerja yang sungguh profesional di dalam bidangnya (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 10).

b. Metode dan sarana

Berdasarkan persepsi tentang kaum muda sebagai subyek bina dan pelaku utama pembinaan, maka metode pembinaan yang efektif adalah “Metode Partisipatif”. Yang berarti bahwa para peserta terlibat secara efektif dan berperan serta sebagai subyek dan pelaku dalam keseluruhan proses kegiatan pembinaan iman (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 14).

Di dalam pelaksanaan pembinaan iman metode dan sarana memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Jika dilihat dari fungsinya metode dimaksudkan untuk mendukung terlaksananya kegiatan pembinaan iman yang mengarah pada tujuan sedangkan sarana dimengerti sebagai suatu perangkat atau alat yang digunakan dalam kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan. Adapun bentuk metode partisipatif ini, biasanya bersifat mengetengahkan dan meneliti realitas yang terjadi dalam kehidupan kaum muda.

Oleh karena itu seorang pemandu harus lebih berfungsi sebagai fasilitator atau pemudah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi antar kelompok, serta berusaha untuk mencapai tujuan. Selain itu, seorang pemandu dituntut untuk mampu memilih dan menentukan metode dan sarana yang cocok dalam proses pembinaan iman.

c. Proses pelaksanaan

Pada proses pelaksanaan pembinaan iman, seorang pemandu tidak menempatkan diri sebagai guru yang mengajari melainkan sebagai fasilitator yang dapat menciptakan iklim yang partisipatif dan komunikasi yang dialogal, dengan demikian

diharapkan para peserta bebas dan berani mengungkapkan diri dan mengutarakan pendapatnya.

d. Evaluasi

Di dalam kegiatan pembinaan iman perlu diadakan evaluasi. Evaluasi adalah cara untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan suatu kegiatan dapat mencapai hasil yang memuaskan atau tidak memuaskan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan berdasarkan tujuan yang direncanakan. Hasil dari pelaksanaan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.

Dokumen terkait