EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI
PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :
ALIF WISNU GINANJAR B12.2013.02504
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
i
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI
PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :
ALIF WISNU GINANJAR B12.2013.02504
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. [ H.R. Ibnu
Majah dan Abu Dawud ]
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ucapan syukur, skripsi ini kupersembahkan:
Allah SWT
Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan
Dosen pembimbingku dan dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya Tidak lupa semua teman-teman
vi ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi atas pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan sektor prdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora.Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode dokumentasi, metode wawancara dan metode analisis data. Data yang diteliti adalah data realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, data target pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dan data realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tingkat efektivitas tertinggi pada tahun 2014 yang merupakan tahun pertama dilakukanya pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan dengan persentase sebesar 126,80% (2) tingkat kontribusi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupeten Blora memberikan kontribusi lebih tinggi pada saat masih di kelola oleh pemerintah pusat dengan nilai kontribusi sebesar 8,70%.
Kata Kunci : efektivitas, kontribusi, pajak bumi dan bangunan
vii ABSTRACT
This study aims to find out the level of effectiveness and level of contribution of the transfer of land and building tax management of urban and rural sector on the Local Original Revenue of Blora Regency. Data collection method used is by documentation, interview and data analysis method. The data studied are the realization data of acceptance of land and building tax of rural and urban sector over the period 2012-2015, the target of land and building tax of rural and urban sector over the period 2012-2015 and the realization data of local original revenue acceptance of over the period 2012-2015 The result of the research shows that (1) The highest level of effectiveness in 2014 which is the first year conducting of the transfer of land and building tax management with a percentage of 126,80% (2) the tax contribution level of land and building tax of rural and urban on local original revenue of Blora Regency give the higher level of contribution when it managed by central government in the amount 8,70%.
Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, nikmat, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA” dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis senantiasa dibantu, dibimbing, didukung secara materil maupun moril, dan didoakan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1) Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Noersasangko, M.Kom. selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2) Bapak Prof. Vincent Didiek W. A., MBA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3) Bapak Yulita Setiawanta, S.E., M.Si., Akt., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
4) Bapak Bambang Minarso, SE,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk selalu memberikan bimbingan dan pengarahan yang
ix
baik dan sabar, serta semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat wakt.
5) Ibu Juli Rahmawati, S.E., M.Si.selaku Dosen Wali yang telah membantu penulis selama kuliah hingga skripsi.
6) Segenap dosen dan staf karyawan serta civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
7) Pimpinan, Staf dan Pegawai Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data,
8) Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat yang tiada henti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.
9) Keluarga yang telah mendukung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
10) Teman-Teman 0rp Adventure (Syaiful, Budi Utomo, Henda, Deni, Umam, Popon, Aji, Budi S) yang telah bersedia berbagi suka duka, mendengar semua keluhan, menciptakan berbagai tawa, dan memberikan arti persaudaraan yang tulus dan nyata.
11) Teman-teman futsal (Budiono, Ryan Risky, Rendy Sukma, Yuri Sandika, Herri irawan, Mirza isrianto, Shindu, Atiyasa, Bayu Ozil dan Anton yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis..
x
12) Fauzie Adhi, Melati Upsaningrum, Tri Astuti dan Aldila yang memberikan banyak saran kepada penulis.
13) Teman-teman Akuntansi FEB 2013 yang tidak bisa disebutkan satu-per satu yang saling memberikan semangat dan berbagi informasi selama ini.
14) Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu, penulis berharap bagi peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pembaca pada umumnya.
Semarang, 21 Juli 2017 Penulis
(Alif Wisnu. G)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
1.5 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 13
2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli daerah (PAD)` ... 13
xii
2.1.1.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 13
2.1.1.3 Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 15
2.1.2 Pajak Daerah ... 15
2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah ... 15
2.1.2.2 Ciri-ciri Pajak Daerah ... 16
2.1.2.3 Jenis-jenis Pajak Daerah. ... 16
2.1.2.4 Tarif Pajak Daerah ... 18
2.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 20
2.1.3.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ... 20
2.1.4 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 21
2.1.4.1 Pengalihan Pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan ... 21
2.1.4.2 Asas Pajak Bumi dan Bangunan ... 23
2.1.4.3 Dasar Hukum PBB Perdesaan dan Perkotaan ... 23
2.1.4.4 Regulasi Pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Blora ... 24
2.1.4.5 Objek Pajak ... 25
2.1.4.6 Objek Pajak Yang Tidak Kena Pajak ... 25
2.1.4.7 Subjek Pajak dan Wajib Pajak ... 26
2.1.4.8 Tarif Pajak, Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak ... 27
2.1.4.9 Tahun Pajak ... 29
2.1.5 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 30
xiii
2.1.6 Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan ... 31
2.2 penelitian terdahulu ... 32
2.3 Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4.1 Metode Dokumentasi ... 38
3.4.2 Metode Wawancara ... 39
3.5 Metode Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Blora ... 43
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Blora ... 43
4.1.2 Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora ... 46
4.1.3 Visi dan Misi BPPKAD Kabupaten Blora ... 46
4.1.4 Struktur Organisasi BPPKAD Kabupaten Blora ... 47
4.2 Pajak Bumi dan Bangunan Perdsaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kabupaten Blora ... 51
4.3 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun 2012-2015 ... 51
xiv
4.4 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora ... 54
4.5 Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora ... 58
4.6 Dampak Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan ... 61
4.7 Kendala BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan ... 64
4.8 Upaya BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan ... 64
BAB V PENUTUP ... 66
5.1 Simpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota Pada UU No.34/2000 dengan UU
No.28/2009 ... 4
Tabel 1.2 Perkembanganh Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Blora Tahun 2012- 2015 ... 6
Tabel 2.1 Nilai Interpretasi Efektivitas ... 30
Tabel 2.2 Nilai Interpretasi Kontribusi ... 31
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 32
Tabel 3.1 Interpretasi Kritria Efektivitas ... 40
Tabel 3.2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi ... 40
Tabel 4.1 Sumber-Sumbr Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun 2012-2015 ... 51
Tabel 4.2 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora 2012-2015 ... 54
Tabel 4.3 Tunggakan Piutang PBB-P2 tahun 2012-2015 ... 57
Tabel 4.4 Kontribusi PBB Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun 2012-2015 ... 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsptual ... 35 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kabupaten Blora ... 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2 : Laporan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun 2012-2015
Lampiran 3 : Laporan Nilai Ketetapan dan Realisasi PBB-P2 Kabupaten Blora jjTahun 2014-2015
Lampiran 4 : Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan jjPerkotaan Kabupaten Blora Tahun 2012-2015
Lampiran 5 : Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan jjPerkotaanKabupaten Blora Tahun 2012-2015
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lahirnya pemikiran untuk melakukan suatu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi dalam rangka memberikan harapan yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Banyak pihak yang menganggap sistem ini akan memberikan jawaban terhadap keraguan seluruh bangsa Indonesia yang selalu manganggap bahwa pembangunan hanya terpusat pada pulau jawa, pulau yang menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi seluruh daerah yang ada di Indonesia, sehingga terkadang ada daerah yang luput dari perhatian pemerintah pusat, mengingat begitu banyak dan luasnya daerah yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini serta tidak didukungnya dengan akses transportasi yang memadai (Antong dkk, 2015).
Sistem desentralisasi ini dilaksanakan dengan melalui kebijakan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri. Pemerintah daerah melaksanakan roda pemerintahan secara mandiri, tetapi tetap melakukan koordinasi dan pengawasan dari pemerintah pusat. Diharapkan dengan otonomi daerah ini bisa membuat pemerintah lebih dekat dengan masyarakatnya (Antong dkk, 2015).
Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang mendasari perlunya diselenggarakan otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan di luar negri (Halim, 2012).
Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Salah satu upaya pemerintah daerah dalam membiayai daerahnya adalah melalui penerimaan pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu penerimaan pemerintah pusat yang sebagian hasilnya (sekitar 90 persen) diserahkan kembali kepada daerah yang bersangkutan. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dikenakan pada lima sektor yaitu sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan (Mardiasmo, 2009).
Pemungutan pajak ini dilakukan oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaanya senantiassa bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pemungutan dan pengalokasian PBB dilakukan oleh pusat agar ada keseragaman dan keadilan dalam perpajakan. Hal ini karena pemerintah pusat bertindak sebagai pengatur agar pemerintah daerah tidak memutuskan PBB atas kemauannya sendiri. Untuk mendukung kebijakan otonomi daerah, maka dilakukan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (www.pajak.go.id).
Pemberlakuan Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000
3
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah memberikan peluang kepada daerah Kabupaten dan Kota untuk memperluas basis pajak bagi daerah karena memberikan kemungkianan yang lebih besar bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (Nurbowono, 2016).
Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah sehingga saat ini jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah dan Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Fitri, 2014).
Namun hanya PBB sektor perdesaan dan Perkotaan saja yang pengelolaannya dialihkan kepada pemerintah daerah berdasarkan UU No.28/2009, sehingga hal ini berdampak kepada bertambahnya jenis pajak Kabupaten/Kota seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota pada UU No.34/2000 dengan UU No.28/2009
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 6. Pajak Parkir
7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol.
C
1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (perubahan nomenklatur) 8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari
provinsi)
9. Pajak Sarang Burung Walet (baru) 10. PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan
(baru)
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (baru)
Sumber : Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah, ” Direktorat Jendral Pajak Agustus 2011.
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, pengalihan pengelolaan BPHTB dilaksanakan mulai 2 Januari 2011 dan pengalihan pengelolaan PBB P2 ke seluruh pemerintah kabupaten/kota dimulai paling lambat Januari 2014. Kota Surabaya merupakan kota pertama yang menerima pengalihan pengelolaan PBB P2. Dengan demikian pemerintah Kota Surabaya merupakan pilot project atau kota pertama atas pelaksanaan pengalihan pengelolaan penerimaan dari sektor PBB P2. Keberhasilan Pemerintah Surabaya dalam mengelola penerimaan
5
dari sektor PBB P2 dapat dijadikan contoh bagi pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Salah satu jenis pajak baru yang dipungut daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). PBB P2 yang sebelumnya merupakan pajak pusat, dialihkan menjadi pajak daerah kabupaten/kota, dengan berbagai pertimbangan. Pertama, secara konseptual PBB P2 dapat dipungut oleh daerah karena lebih bersifat lokal, visibilitas, objek pajak tidak berpindah-pindah (immobile), dan terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan yang menikmati hasil pajak tersebut. Kedua, pengalihan PBB P2 kepada daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD dan memperbaiki struktur APBD. Ketiga, pengalihan PBB P2 kepada daerah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan memperbaiki aspek transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan. Keempat, berdasarkan praktik di banyak negara, PBB P2 termasuk kedalam jenis lokal tex (www.kemenkeu.go.id).
Menurut Kepala Bidang Penagihan, keberatan dan pelaporan Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora pada tanggal 2 Januari 2014, PBB P2 resmi dikelola mandiri oleh pemerintah daerah, mulai dari perencanaan hingga pengelolaan dilakukan oleh BPPKAD, tidak lagi melalui KPP Blora. Pengambilan alih PBB P2 di Kabupaten Blora selain karena peraturan yang telah ditetapkan pemerintah pusat juga untuk memaksimalkan potensi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Blora.
Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora adalah pertanian. Subsektor kehutanan Kabupaten Blora adalah daerah penghasil kayu jati terbesar dan merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. Selain itu daerah juga merupakan daerah tambang minyak bumi dengn cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Dengan kekayaan alam yang melimpah diharapkan pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Blora meningkat sehingga objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan bertambah. Berikut merupakan tabel jumlah SPPT dari tahun 2012-2015 :
Tabel 1.2
Perkembanganh Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Blora Tahun 2012-2015
Tahun Jumlah SPPT
2012 505.984
2013 509.490
2014 537.453
2015 537.915
Sumber : BPPKAD Kabupaten Blora
Dapat dilihat dari tabel 1.2 pada tahun 2012-2013 mengalami kenaikan jumlah SPPT sebanyak 3.506 sedangkan pada tahun 2013-2014 mengalami kenaikan sebanyak 27.963 SPPT dan pada tahun 2014-2015 mengalami peningkatan jumlah SPPT hanya sebanyak 462 SPPT.
7
Peralihan kewenangan PBB-P2 dari Pusat ke Daerah bukan tanpa masalah, hal tersebut karena yang menjadi perhatian utama adalah masalah tunggakan PBB tahun sebelumnya ketika masih ditangani oleh DJP, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Blora mendapatkan limpahan piutang dari pengelola sebelumnya.
Sedangkan menurut ketentuan Perda Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang PBB-P2 penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melebihi 5 tahun, dalam hal ini terjadi inkonsistensi regulasi, kemudian informasi tunggakan PBB-P2 tidak bisa ditelusuri satu per satu, dan setelah ditelusuri ada indikasi ketetapan ganda dan objeknya tidak ada, dengan kata lain objeknya tidak valid.
Dengan adanya pengalihan pengelolaan PBB P2 dari pusat ke daerah tersebut diharapkan Kabupaten Blora bisa menggali dan memaksimalkan sumber-sumber penerimaan dan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh daerah. Hal itu dikarenakan pemerintah daerah lebih mengetahui karakteristik wilayah serta wilayah objek wajib, sehingga mampu meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap kemajuan pembangunan daerah.
Efektivitas merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil tingkat efektivitas
yang dicapai maka kinerja aparatur penegak pajak kurang maksimal. Dalam hal tersebut diperlukan persiapan yang baik dan matang yang akan membuat besarnya pendapatan dan bangunan perkotaan di Kabupaten Blora.
Kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap besarnya pendapatan daerah. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa jika potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan semakin besar dan pemerintah daerah dapat mengoptimalkan sumber penerimaannya dengan meningkatkan target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang berlandaskan potensi sesungguhnya, hal ini dapat meningkatkan total hasil penerimaan daerah.
Sehingga akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
Penelitian tentang efektivitas dan kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan asli daerah ini sudah pernah dilakukan oleh Kharisma Wanta Tarigan (2013), Indah Eunike Kakunsi (2013), Ni Putu Dian Damayanti dan I Putu Ery Setiawan (2014), dan Kurniawati Fitri (2014) mereka meneliti di tempat-tempat yang berbeda yaitu Kota Manado, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Denpasar dan Kota Pekanbaru. Mereka baru meneliti tentang pajak bumi dan bangunan pada saat masih dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Ada satu peneliti yang sudah meneliti tentang kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo, yaitu penelitian dari Surendro Nurbowono (2016). Akan tetapi ada keterbatasan dalam
9
penelitian Surendro (2016), yaitu dalam penelitian tersebut hanya melakukan perhitungan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan secara global tidak dihitung dengan lebih rinci. Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya, yaitu dengan melakukan perhitungan efektivitas PBB perdesaan dan perkotaan secara lebih rinci.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Surendro Nurbowono (2016) yaitu pada objek penelitian, dimana penelitian ini dilakukan di Kabupaten Blora, sedangkan penelitian Surendro Nurbowono (2016) dilakukan di Kabupaten Sidoarjo. Kemudian ada perbedaan perhitungan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan dimana pada penelitian ini mengitung penerimaan yang berasal dari PBB perdesaan dan perkotaan, sedangkan penelitian Surendro Nurbowono menghitung kontribusi dengan Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai acuan perhitungan.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan merupakan hal yang menarik untuk deteliti karena PBB perdesaan dan perkotaan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah untuk menetapkan Otonomi Daerah. Oleh karena itu perlu dianalisis efektivitas dan kontribusi penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul“Efektifitas dan Kontribusi Pengalihan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora” sebagai judul
penelitian, karena peneliti menganggap dengan dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dapat mempengaruhi Pendapatan Asli daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efektivitas atas pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadapat peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora ?
2. Bagaimana kontribusi pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian :
1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Untuk mengetahui kontribusi pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah.
11
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis
Hasil penelitian diharapkan memperluas pengetahuan penulis mengenai pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Blora.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai bahan refrensi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sejenis.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, antara lain:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi landasan teori dan hasil-hasil penelitian yang sejenis, serta kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV: Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan tingkat efektivitas dan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Blora.
BAB V : Simpulan dan Saran
Pada bab ini hanya merupakan bab penutup yang berisi simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, saran yang berkaitan dengan simpulan yang diperoleh.
13 Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah terdiri dari penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. UU tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah adalah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Anggraini dan Puranto (2010) mengemukakan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
2.1.1.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, sumber- sumber pendapatan daerah dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu:
a. Pajak daerah terdiri dari:
1) Pajak propinsi 2) Pajak kabupaten/kota b. Retribusi daerah terdiri dari:
1) Retribusi jasa umum 2) Retribusi jasa uasaha 3) Retribusi perizinan tertentu
c. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 2. Dana perimbangan, yaitu:
a. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Hasil Pajak (SDA) 1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2) Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negri dan PPh pasal 21
4) Sumber Daya Alam terdiri dari Kehutanan, Perikanan, Pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi.
b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
15
2.1.1.3 Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan tetapi, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya peningkatan penerimaan daerah, antara lain:
1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap.
2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat direspon secara negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah.
3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum
4) Berkurangnya dana bantuan dari pusat atau Dana Alokasi Umum yang tidak mencukupi
5) Belum diketahui potensi pendapatan asli daerah yang mendekati kondisi riil 2.1.2 Pajak Daerah
2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.1.2.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah
Ciri-ciri pajak daerah dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah .
2. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang .
3. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang atau peraturan hukum lainnya.
4. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
2.1.2.3 Jenis-jenis Pajak Daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pembagian pajak daerah digolongkan menjadi dua:
1. Pajak daerah tingkat 1 atau Pajak Provinsi, terdiri atas:
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air (PKB), adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air (BBNKB), adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perubahan sepihak atau kedaan yang terjadi
17
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PPKB), adalah pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan diatas air.
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan rumah dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.
e. Pajak rokok yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.
2. Pajak daerah tingkat II pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak hotel adalah pajak pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
c. Pajak hiburan adalah pajak penyelenggara hiburan.
d. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame.
e. Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas pengguna tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
f. Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebaga usaha, termasuk penyedia tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
g. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
h. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan dan/atau pengusahaan burung walet.
i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dmiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan.
j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
2.1.2.4 Tarif Pajak Daerah
Kabupaten Blora menetapkan besarnya tarif pajak sebagai berikut:
1. Tarif pajak hotel menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 Tahun 2012 tentang pajak daerah ditetapkan sebesar 10%
2. Tarif pajak restoran menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 tentang pajak daerah ditetapkan sebesar 10 %
3. Objek dan besarnya tarif pajak hiburan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 tentang pajak daerah yaitu:
a. Tarif pajak tontonan film ditetapkan sebesar 5%
b. Tarif pajak kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20%
c. Tarif pajak pameran ditetapkan sebesar 15%
19
d. Tarif pajak diskotik, karaoke dan klub malam ditetapkan sebesar 75%
e. Tarif pajak sirkus, akrobatik dan sulap ditetapkan sebesar 10%
f. Tarif pajak pacuan kuda, endaraan bermotor dan permainan ketangkasan ditetapkan sebesar 20%
g. Tarif pajak panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran ditetapkan sebesar 20%
h. Tarif pajak pertandingan olah raga ditetapkan sebesar 10%
4. Tarif pajak reklame menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25%
5. Tarif Pajak Penerangan jalan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 yaitu sebagai berikut:
a. Tarif Pajak Penerangan Jalan untuk penggunaan tenaga listrik dari sumber lain:
a. Oleh selain industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 9% (sembilan persen)
b. Oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).
b. Tarif pajak penerangan jalan untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen)
6. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25%
7. Tarif pajak parkir menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 20%
8. Tarif pajak sarang burung walet menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 10%
9. Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan menurut Perda No. 6 tahun 2012 tentang pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
a. untuk objek pajak dengan NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebasar 0,1% (nol koma satu persen) per tahun b. untuk objek pajak dengan NJOP lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
10. Tarif Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menurut Perda No. 10 tahun 2011 ditetapkan sebesar 5%.
2.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2.1.3.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah iuran yang dikenakan terhadap pemilik, pemegang kekuasaan, penyewa dan yang memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan. Pengertian Bumi disini adalah termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya. Bumi menunjuk pada permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan/atau perairan dan digunakan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha.
Menurut Siahaan (2009) untuk mempermudah pelaksanaan pengenaan PBB, Direktorat Jendral Pajak mengelompokan objek pajak berdasarkan karakteristiknya
21
ke dalam beberapa sektor, yaitu perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Hal ini sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Sektor pengenaan PBB tersebut adalah sebagaimana dibawah ini:
a. Sektor perdesaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri perdesaan.
b. Sektor perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri daerah perkotaan.
c. Sektor perdesaan dan perkotaan adalah objek PBB yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus perkotaan.
d. Sektor perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam bidang budidaya perkebunan, baik yang diusahakan oleh BUMN/BUMD maupun swasta.
e. Sektor kehutanan adalah objek PBB dibidang usaha yang menghasilkan komoditas hasil hutan.
f. Sektor pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan komoditas hasil tambang.
2.1.4 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan 2.1.4.1 Pengalihan Pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan
Waluyo (2010) menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu mendapat perhatian tentang hal yang berkaitan dengan pengaturan pengalihan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah antara lain:
1. Pasal 2 ayat (2) huruf j, bahwa PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh kabupaten/kota.
2. Pasal 180 angka 5 Undang-undang PBB yang terkecil dengan peraturan pelaksanaan mengenai perdesaan dan perkotaan masih tetap berlaku sampai dengan 31 Januari 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan perdesaan dan perkotaan
3. Pasal 182 angka 1, Menteri Keuangan bersama-sama sengan Menteri Dalam Negri mengatur tahapan persiapan pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31 Desember 2013
4. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah yang dikelola oleh kabupaten/kota paling lambat tahun 2014. Untuk perkebunan, perhutanan dan pertambangan tetap dikelola pleh Direktorat Jendral Pajak
Per 2 Januari 2014 Kabupaten Blora telah resmi mengelola PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan peraturan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negri nomor 213/PMK.07/2010 dan nomor 58 tahun 2010 tentang Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.
Tujuan pengalihan Pengelolaan PBB P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:
1. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaran otonomi daerah
2. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah)
23
3. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah.
4. Memberikan kewenangan keapada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah dan 5. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada
daerah
2.1.4.2 Asas Pajak Bumi dan Bangunan
Mardiasmo (2009) menyebutkan Asas pajak Bumi dan Bangunan telah ditetapkan oleh undang-undang yaitu:
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan 2. Adanya kepastian hukum
3. Mudah dimengerti dan adil 4. Menghindari pajak berganda
Asas Pajak Bumi dan Bangunan telah di tentukan oleh undang-undang serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.1.4.3 Dasar Hukum PBB Perdesaan dan Perkotaan 1. UU No 12 Tahun 1985 tentang PBB
2. PP No 46 Tahun 1985 tentang persentase NJKP pada PBB
3. Kep. Menkeu No. 1002/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak PBB
4. Kep. Menkeu No. 1003/KMK.04/1985 tentang Penentun Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagai Dasar Pengenaan PBB
5. Kep. Menkeu No. 1006/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Penagihan PBB dan Penunjukan Pejabat yang Berwenang Mengeluarkan Surat Paksa
6. Kep. Menkeu No. 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Pengalihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah TK 1 dan/atau Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah TK II
7. Peraturan Pelaksana Lainnya.
2.1.4.4 Regulasi Pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Blora Sebagai landasan hukum pemungutan PBB P2, Kabupaten Blora menetapkan PERDA Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan peraturan Bupati Blora Nomor 26 tahun 2013 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang telah melalui evaluasi oleh Kementerian Keuangan RI. Kabupaten Blora melaporkan kesiapannya untuk melaksanakan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaaan sebagai Pajak Daerah kepada Kementerian Keuangan dengan melampirkan Perda tentang SOP PBB P2 yang mengatur tata cara:
1. Pendaftaran objek baru 2. Pengajuan pembetulan SPPT 3. Pembatalan SPT
4. Pengajuan mutasi objek/subjek pajak 5. Pengajuan pengurangan
6. Pengajuan keberatan dan banding 7. Tata cara pembayaran
25
2.1.4.5 Objek Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan, yang termasuk dalam penegertian Bangunan adalah:
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek suatu bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut
b. Jalan TOL c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olah raga
f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan i. Menara
2.1.4.6 Objek Pajak Yang Tidak Kena Pajak
Menurut UU No. 28 tahun 2009 objek pajak yang tidak dikenakan pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:
a. Digunakan oleh Pemerintah dan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasioanal,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak
e. Digunakan untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan
2.1.4.7 Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah :
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
27
2.1.4.8 Tarif Pajak, Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar pengenaaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), berdasarkan pasal 1 angka 40 UU PDRD dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan NJOP adalah Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.
Dalam penjelasan pasal 79 ayat (1) UU PDRD ditentukan bahwa penetapan NJOP dapat dilakukan dengan :
1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual objek pajak dengan cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
2. Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
3. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali oleh objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
Selanjutnya penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah. Tarif Pajak
Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi 0,3% (nol koma tiga persen). Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besaran Pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkan tarif pajak dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai Jual Tidak Kena Pajak sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
Contoh : Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa:
1. Tanah seluas 600 m² dengan harga jual Rp 200.000,00/m² ; 2. Bangunan seluas 300 m² dengan nilai jual Rp 300.000,00/m² ; 3. Taman seluas 200 m² dengan nilai jual Rp 100.000,00/m² ;
4. Pagar sepanjang 100 m dan tinggi rata-rata pagar 3 m dengan nilai jual Rp 300.000,00/m².
Besarnya pokok pajak yang terutang adalah:
1) NJOP Bumi :
600 × Rp 200.000,00 Rp 120.000.000,00
2) NJOP Bangunan : (1) Rumah dan garasi :
300 × Rp 300.000,00 Rp 90.000.000,00
(2) Taman :
200 × Rp 100.000,00 Rp 20.000.000,00
29
(3) Pagar :
(100 × 3) × Rp 300.000,00 Rp 90.000.000,00 +
Total NJOP Bangunan Rp 200.000.000,00
NJOP Tidak Kena Pajak Rp 10.000.000,00 ˗
Nilai Jual Bangunan Kena Pajak Rp 190.000.000,00 +
3) NJOP Kena Pajak Rp 310.000.000,00
4) Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam peraturan Daerah Kabupaten Blora menurut Perda No. 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah 0,1%
5) PBB terutang 0,1% × Rp 310.000.000,00 = Rp. 310.000,00
Jadi, NJOP yang dikenakan oleh Wajib Pajak A adalah sebesar Rp310.000,00
2.1.4.9 Tahun Pajak
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP. Dalam pasal 1 angka 51 UU PDRD dijelaskan mengenai pengertian Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakn daerah.
SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan
disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
Berdasarkan SPOP, kepala daerah menerbitkan SPT. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.
Sesuai Pasal 84 ayat (2) UU PDRD diatur bahwa Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Surat Ketetapan Kepala Daerah adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.
Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut :
a) SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran ;
b) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
2.1.5 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan Mahmudi (2010) menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.
31
Formula untuk mengukur efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi penerimaan PBB P2 dengan target penerimaan PBB P2 :
Efektivitas PBB P2 =
x 100 %
Sumber : Halim (2004)
Tabel 2.1
Nilai Interpretasi Efektivitas
Presentase (%) Kategori
>100 Sangat efektif
90 – 100 Efektif
80 – 90 Cukup efektif
60 – 80 Kurang efektif
<60 Tidak efektif Sumber : Munir, dkk, 2004
2.1.6 Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan Mahmudi (2010) Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula penerimaan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya perbandingannya terlalu kecil berarti peran pajak daerah terhadap PAD juga kecil.
Formula untuk mengukur kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan perkotaan terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi dan penerimaan PBB P2 dengan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah :
Kontribusi PBB P2 =
× 100%
Sumber : halim (2004)
Tabel 2.2
Nilai Interpretasi Kontribusi
Presentase (%) Kriteria
0,00 – 10 Sangat Kurang
10,10 – 20 Kurang
20,10 – 30 Sedang
30,10 – 40 Cukup Baik
40,10 – 50 Baik
> 50 Sangat Baik
Sumber : Munir, dkk, 2004
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut di sajikan bebrapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembeda dan pembanding dengan penelitian ini. Penelitian sebelumnya yaitu terkait dengan efektivitas dan kontribusi pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah akan disajikan dalam tabel dibawah ini:
33
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Nama Pengarang Judul Hasil Penelitian
Surendro Nurbowono (2016)
Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) bagi Peningkatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo
1. Pelimpahan kewenangan PBB- P2 bila dilihat dari jumlah nominal uang yang masuk maupun pencapaian target jauh lebih baik ketika telah
ditangani oleh Pemerintah Daerah Sidoarjo
2. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Sidoarjo mengalami kenaikan yang signifikan utamanya pasca peralihan PBB-P2 dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Kurniawati Fitri (2014) Dampak Pengalihan
Pengelolaan PBB-P2 terhadap Penerimaan PBB di Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota Pekanbaru
Berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah membawa konsekuensi kepada bertambahnya jenis Pajak Kabupaten/Kota. Hanya 2 sektor PBB yang pengelolaannya dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, yaitu sektor Perdesaan dan Perkotaan. Manfaat pengalihan pengelolaan PBB-P2 diharapkan mampu meningkatkan PAD terkait dengan keseluruhan pendapatan masuk ke kas pemda.
Ni Putu Dian Damaiyanti dan I Putu Ery Setiawan (2014)
Anlisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpasar tahun 2009-2013
Tingkat efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun 2009-2013 dikatakan sangat efektif dengan persentase melebihi 100 persen dan tingkat kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2009 sampai dengan 2013 dikatakan kurang dengan persentase dibawah 50 persen Indah Eunike Kakunsi
(2013)
Analisis Pelaporan dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas PPKAD Kabupaten Kepulauan Sangihe
1. Pelaporan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah dilakukan dengan baik dimana semua mekanisme sudah terselesaikan sebelum tanggal jatuh tempo dan dapat dilaporkan kepusat dengan
target pencapaian 100%
sehingga memperoleh insentif dari pemerintah pusat.
2. Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan yang diterima oleh Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui dana perimbangan yang ditransfer oleh
pemerintah pusat sejak tahun 2008-2012 sudah menunjukan nilai yang terus meningkat dengan rata-rata 3,99% selama 5 tahun terakhir, walaupun dalam pemungutanya masih sering terjadi permasalahan seperti adanya penetapan double, adanya objek pajak terutang namun tidak ada penetapan, adanya penetapan pajak terutang yang tidak ada objeknya dan sering terjadinya keadaan force major atau bencana alam.
Kharisma Wanta Tarigan (2013)
Analisi Efektivitas dan Kontribusi PBB terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota Manado
1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari 2008-2011 terus mengalami peningkatan kecuali 2009
2. Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Kota Manado dinilai sudah efektif karena persentasenya diatas 90%. Aka tetapi jika pemungutan atau target yang diberikan terealisasi dengan baik, PBB pemungutanya termasuk dalam kategori. Hal tersebut dilihat dari sumber kepmendagri No.
690.900-327 tahun 1996.
Kontribusi pajak Bumi dan Bangunan dari data 4 (empat) tahun terakhir tahun 2008- 2011, yaitu persentase rata-rata 5%, kecuali pada tahun 2010 yaitu 6%.
Sumber : diolah peneliti
35
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan dasar teori yang telah dikemukakan bahwa salah satu upaya pemerintah daerah membiayai daerahnya adalah melalui penerimaan pajak khususnya Pajak Bumi dan bangunan (PBB). Untuk mendukung kebijakan otonomi daerah, maka dilakukan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konseptul peneliti dapat digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL
TARGET REALISASI
EFEKTIVITAS
KONTRIBUSI perbandingkan
PENDAPATAN ASLI DAERAH PBB PERDESAAN dan
PERKOTAAN
37 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu penelitian yang mengumpulkan data, mengungkapkan, memaparkan, dan menginterpretasikan data.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora. Penulis memilih Kabupaten Blora dengan pertimbangan bahwa saat ini sedang dalam pengembangan sehingga banyak infrastruktur yang baru dibangun yang tentunya akan menambah pendapatan daerah secara khusus melalui pajak bumi dan bangunan.adapun waktu penelitian yang dilakukan pada periode tahun 2012-2015.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan sekumpulan fakta atau fenomena yang dicatat melalui pengamatan langsung (observasi) dan survei (Indrianto dan Supomo, 2009).
Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu penelitian.
Jenis data yang tersedia harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Jenis data terdiri dari jenis data:
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berwujud angka, berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi.
2. Data kuantitatif
Bungin (2011), data kuantitatif adalah data yang berwujud angka, berup data-data keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data kualitatif dan data kuantitatif.
Indrianto dan Supomo (2009) menyatakan bahwa sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri atas :
1. Data primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Pada penelitian ini data-data yang termasuk dalam data primer diantaranya berupa hasil wawancara dengan pihak internal perusahaan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), yang termasuk data sekunder dari penelitian ini diantaranya berupa tabel target dan realisasi pajak bumi dan bangunan, beserta lampirannya.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah dengan jalan melihat, membaca, mempelajari kemudian mencatat data yang sudah ada hubungannya dengan objek penelitian.
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumentasi atau data yang mendukung penelitian seperti total PAD dan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
39
3.4.2 Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung data yang dibutuhkn kepada seseorang yang berwenang.
Dalam wawancara ini yang menjadi responden adalah staf atau pegawai Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora bagian pajak daerah terutama pajak bumi dan bangunan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaaan mengenai pajak bumi dan bangunan seperti faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak bumi dan bangunan, kendala dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan data sekunder yang dilakukan untuk mengukur suatu fenomena penelitian dengan menggunakan indikator rasio keuangan daerah, yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai mekanisme penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Blora. Dari data kuantitatif serta untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka menuju kemandirian daerah. Adapun langkah menganalisis data adalah sebagai berikut :
1. Mencari data target pajak bumi dan bangunn 2. Mencari data realisasi pajak bumi dan bangunan 3. Menghitung pertumbuhan pajak bumi dan bangunan