• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

87

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang, dan pemerintah daerah setempat. Hal ini juga berlaku pada TMR tidak hanya memberikan dampak positif sebagai hutan kota yang masih ada di Jakarta, tempat wisata bagi masyarakat yang ingin berlibur tetapi juga memberikan dampak ekonomi berupa terciptanya lapangan pekerjaan.

Salah satu dampak postif adanya TMR yaitu terciptanya lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang tercipta berupa kesempatan masyarakat sekitar untuk membuka unit usaha. TMR memiliki berbagai unit usaha baik barang maupun jasa. Kepemilikan unit usaha di kawasan TMR berasal dari masyarakat sekitar dan pihak swasta.

Taman Margasatwa Ragunan memiliki unit usaha baik barang maupun jasa, antara lain yaitu: jasa foto, penyewaan sepeda, makanan, minuman, cenderamata, aksesoris, boneka, dan mainan anak. Adapun yang menjadi fokus penelitian mengenai analisis pendapatan pedagang yaitu pedagang yang memiliki unit usaha seperti: pecel, kios minuman, es krim, aksesoris dan mainan anak, boneka, rumah makan, dan kerak telor. Pada kegiatan berdagang, pemilik unit usaha menempati tempat-tempat yang telah disediakan pihak pengelola TMR dan tidak diperkenankan berkeliling menjual barang dan jasa. Peraturan tersebut dibuat bertujuan memberikan kenyamanan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Informasi mengenai jumlah unit usaha di TMR yang telah disebutkan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28.

(2)

88

Tabel 28. Unit Usaha di Taman Margasatwa Ragunan

Jenis Unit Usaha Jumlah Unit Usaha Presentase(%)

Pecel 110 39.85

Kios Minuman 28 10.14

Es Krim 35 12.68

Aksesoris & Mainan Anak 31 11.23

Boneka 8 2.89

Rumah Makan 52 18.84

Kerak Telor 12 4.35

Jumlah 276 100

Sumber: Subbagian Tata Usaha Taman Margasatwa Ragunan, 2011 7.2 Karakteristik Responden Pedagang di TMR

Pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki unit usaha resmi di TMR dan telah berumahtangga. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus slovin didapat responden berjumlah 73 dari 276 unit usaha. Adapun responden pedagang terdiri dari 20 pedagang pecel, 9 pedagang minuman, 11 pedagang es krim, 9 pedagang aksesoris dan mainan anak, 4 pedagang boneka, 15 pemilik rumah makan, 5 pedagang kerak telor.

Pada Tabel 29 mengenai karakteristik responden pedagang dapat diketahui bahwa mayoritas pedagang berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 orang (63.01 %) dari total responden dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (36.99%). Usia responden berkisar antara 28 sampai 67 tahun. Mayoritas pedagang berusia 27 sampai 37 tahun yaitu sebanyak 25 orang (34.25%) sedangkan kelompok usia yang paling sedikit yaitu 58 sampai 67 tahun sebanyak 6 orang (8.22%). Lama usaha yang telah dijalankan responden mulai dari 1 tahun hingga ada yang sudah berjualan selama 40 tahun. Sebagian besar responden telah berjualan selama 6 sampai 10 tahun dengan jumlah responden sebanyak 26 orang (35.62%) dari total responden. Sedangkan jumlah responden sedikit yang telah berjualan selama lebih dari 25 tahun yaitu hanya sebanyak 5 orang (6.85%). Dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar responden berlatar belakang SLTA

(3)

89 yaitu sebanyak 26 orang (35.62%) dan yang hanya sedikit sekali yang tingkat pendidikan terkhir S1 dan diploma dengan masing-masing 1 orang (1.37%). Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden berkisar dari 1 sampai 7 orang. Sebagian besar responden memiliki anggota keluarga sebanyak 3 sampai 4 orang dengan presentase 64.38% atau 47 orang. Sedangkan paling sedikit responden yang memiliki anggota keluarga sebanyak 7 sampai 8 orang dengan presentase 4.11% atau 3 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 29. Karakteristik Responden Pedagang di TMR

Kriteria Jumlah (orang) Presentase (%)

Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan 27 46 36.99 63.01 Total 73 100 Usia  27-37 tahun  38-47 tahun  48-57 tahun  58-67 tahun 25 23 19 6 34.25 31.51 26.03 8.22 Total 73 100 Lama Usaha  < 5 tahun  6-10 tahun  11-15 tahun  16-20 tahun  21-25 tahun  > 25 tahun 19 26 9 10 4 5 26.03 35.62 12.33 13.69 5.48 6.85 Total 73 100 Tingkat Pendidikan  SD  SLTP  SLTA  Diploma  S1 25 20 26 1 1 34.25 27.39 35.62 1.37 1.37 Total 73 100

Jumlah Anggota Keluarga  1-2 orang  3-4 orang  5-6 orang  7-8 orang 4 47 19 3 5.48 64.38 26.03 4.11 Total 73 100

(4)

90

7.3 Pendapatan Responden Rumah Tangga Pedagang

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja anggota rumah tangga (suami, istri, dan anak). Pendapatan yang diperoleh pedagang bisa juga berasal dari unit usaha yang dimilik atau diluar unit usaha. Sebagian besar pedagang yang berjenis kelamin perempuan menjalankan unit usaha untuk membantu suaminya yang juga bekerja mencari nafkah.

Rata-rata pendapatan pedagang dari unit usahanya masing-masing sebesar Rp 38,131,405.94 per tahunnya. Pendapatan pedagang di TMR berkisar antara Rp 5.500.000,00 sampai Rp 165.000.000,00 per tahun. Pendapatan terkecil berasal dari unit usaha es krim sedangkan pendapatan terbesar berasal dari unit usaha boneka. Pendapatan per tahun tiap-tiap unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan Tabel 30 pendapatan rata-rata per tahun unit usaha yang ada di TMR. Pendapatan rata-rata per tahun paling besar berasal dari unit usaha boneka yaitu sebesar Rp 98,264,000.00(32,10%). Pendapatan rata-rata per tahun terbesar berasal dari unit usaha boneka karena pedagang boneka memiliki keuntungan yang paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dari setiap produk yang terjual. Sedangkan pendapatan rata-rata per tahun terkecil berasal dari unit usaha es krim yaitu sebesar Rp 11.623.636,36 (3,79%). Hal ini disebabkan karena pedagang es krim memiliki keuntungan yang paling kecil tiap harinya dibandingkan unit usaha lainnya. Sebagian besar pedagang es krim biasanya hanya berjualan pada hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional, mereka tidak berjualan di hari biasa karena sangat sepinya pembeli. Menurut mereka alasan untuk tidak berjualan di hari biasa karena keuntungan yang diperoleh pada hari biasa tidak sebanding dengan biaya dan curahan waktu kerja yang dikeluarkan mereka.

(5)

91

Tabel 30. Rata-rata Pendapatan Per Tahun Unit Usaha

No. Jenis Usaha Rata-rata Pendapatan

per tahun (Rp) Presentase (%)

1 Boneka 98,264,000.00 32,10 2 Kerak Telor 34,938,033.33 11,41 3 Minuman 38,241,629.63 12,49 4 Es Krim 11,623,636.36 3,80 5 PKL 32,577,666.67 10,64 6 Rumah Makan 64,144,833.33 20,96 7 Pecel 26,313,577.78 8,60 Jumlah 306,103,377.10 100

Sumber: Data Primer, 2012

7.3.1 Kontribusi Usaha Pariwisata terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pedagang

Pendapatan rumah tangga pedagang adalah pendapatan seluruh anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Sumber pendapatan pada rumah tangga pedagang pada penelitian ini berasal dari unit usaha di TMR dan di luar unit usaha.

Sebagian besar responden pedagang menjadikan usaha pariwisata sebagai sumber utama pendapatan sedangkan lainnya menjadikan usaha pariwisata sebagain pekerjaan sampingan. Sumber pendapatan responden pedagang berasal dari pendapatan suami atau istri dan anak yang telah bekerja. Sumber pendapatan lain berasal dari kiriman uang dari anak yang tidak lagi hidup bersama dalam satu rumah. Adapun pendapatan rata-rata pedagang per tahun dapat dilihat pada Tabel 31 dan Lampiran 9.

Tabel 31. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Menurut Sumber Pendapatan

Sumber Pendapatan Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga (Rp per Tahun)

Presentase (%)

Unit Usaha Pariwisata Non Unit Usaha Pariwisata

38,131,405.94 20,486,027.40

65,05 34,95

Total 58,617,433.33 100

(6)

92 Pada Tabel 31, dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga pedagang sebesar Rp 58.617.433,33. Sumber pendapatan dari unit usaha di TMR lebih besar dibandingkan dengan di luar unit usaha yaitu sebesar Rp 38.131.405,94.

Kontribusi unit usaha sebagian besar memiliki presentase di antara 70,01-100,00% hal ini mengindikasikan unit usaha pariwisata sebagai sumber utama pendapatan rumah tangga. Hal ini dapat disimpulkan juga bahwa sebagain besar pedagang di TMR menjadikan unit usaha pariwisata sebagai mata pencaharian pokok rumah tangga mereka. Pada Tabel 32 dapat diketahui tipologi usaha berdasarkan kontribusi usaha pariwisata yaitu: sebanyak 36 orang (49,31%) menjadikan usaha pariwisata di TMR sebagai usaha pokok, sebanyak 29 orang (39,73%) sebagai cabang usaha, dan 8 orang (10,96%) sebagai usaha sambilan.

Tabel 32. Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan Pedagang

Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan Pedagang

(%) Responden Keluarga Pedagang Presentase (%) 0,00-30,00 30,01-70,00 70,01-100,00 8 29 36 10,96 39,73 49,31 Total 73 100

Sumber: Data Primer, 2012

7.4 Pengeluaran Responden Rumah Tangga Pedagang

Pengeluaran atau konsumsi per kapita per tahun responden pedagang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi pangan dan non pangan. Konsumsi pangan merupakan pengeluaran rumah tangga untuk membeli bahan makanan. Sedangkan konsumsi non pangan merupakan pengeluaran rumah tangga untuk sandang, keperluan mandi dan mencuci, bayar hutang, sewa, retribusi, biaya pendidikan, listrik, air, tagihan telepon, dan lain-lain.

(7)

93 Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang adalah sebesar Rp 7.879.652,05. Adapun pengeluaran per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang berkisar dari Rp 2.280.000,00 sampai Rp 29.310.000,00. Pengeluaran per kapita per tahun terkecil berasal dari keluarga responden pedagang es krim dan terbesar berasal dari keluarga responden pedagang boneka (Lampiran 11).

7.5 Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Responden Pedagang

Peniliaian tingkat kesejahteraan rumah tangga responden menggunakan kriteria Badan Pusat Statisik (BPS) dalam SUSENAS 1991 yang dimodifikasi, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo dan kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah.

Indikator kesejahteraan yang diukur menurut BPS pada SUSENAS 1991 yang dimodifikasi antara lain yaitu pendapatan rumah tangga per tahun, konsumsi rumah tangga per bulan, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari gangguan tindak kejahatan, dan kemudahan dalam melakukan olahraga.

7.5.1 Pendapatan Rumah Tangga dengan Kriteria Kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah

Kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah menggunakan pendekatan pendapatan per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang yang dibandingkan dengan konsumsi kebutuhan sembilan bahan pokok dalam setahun sesuai harga yang berlaku di daerah penelitian.

(8)

94 Sembilan bahan pokok yang dihitung adalah 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 60 liter minyak tanah, 9 kg garam, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar, dan 2 meter batik kasar. Berdasarkan harga sembilan bahan pokok yang berlaku pada saat penelitian, jumlah nilai sembilan bahan pokok tersebut adalah Rp 2.322.000,00. Harga-harga Sembilan pokok dapat dilihat pada lampiran 19.

Pendapatan per kapita per tahun responden pedagang diperoleh dari pendapatan per tahun dari unit usaha pariwisata di TMR ditambah pendapatan per tahun diluar unit usaha pariwisata dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ada dirumah. Pendapatan per kapita per tahun rumah tangga yang diteliti berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah. Kriteria tersebut yaitu: Tidak Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai lebih dari Rp 4.644.000,00 (di atas 200% dari harga sembilan bahan pokok), Hampir miskin, jika pendapatan per kapita per tahunlebih dari Rp 2.925.720,00 sampai Rp 4.644.000,00 (125-200% dari harga Sembilan bahan pokok), Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun antara Rp 1.741.500,00 sampai Rp 2.925.720,00 (75-125% dari harga sembilan bahan pokok), dan Miskin Sekali, jika pendapatan per kapita per tahun kurang dari Rp 1.741.500,00 (di bawah 75% dari harga sembilan bahan pokok).

Rata-rata pendapatan per kapita per tahun mereka adalah sebesar Rp 15.022.193,91. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 33 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10. Responden pedagang yang termasuk kategori tidak miskin sebanyak 68 keluarga (93,15%), hampir miskin sebanyak 4 keluarga (5,48%), dan satu keluarga yang termasuk dalam kategori miskin (1,37%).

(9)

95

Tabel 33. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah

No. Kriteria Jumlah Responden (keluarga) Presentase (%) 1. 2. 3. 4.

Tidak Miskin (pendapatan per kapita per tahun > Rp 4.644.000,00)

Hampir miskin (pendapatan per kapita per tahun lebih dari Rp 2.925.720,00 s.d Rp 4.644.000,00)

Miskin (pendapatan per kapita per tahun antara Rp 1.741.500,00 s.d Rp 2.925.720,00)

Miskin sekali (pendapatan per kapita per tahun < Rp 1.741.500,00) 68 4 1 - 93,15 5,48 1,37 - Jumlah 73 100

Sumber: Data Primer, 2012

7.5.2 Pengeluaran Rumah Tangga dengan Kriteria Kemiskinan Sajogyo

Pengeluaran rumuah tangga menurut kriteria kemiskinan Sajogyo adalah pengeluaran per kapita per tahun. Pengeluaran per kapita per tahun diperoleh dengan cara membagi total pengeluaran per tahun dengan jumlah anggota keluarga. Kriteria kemiskinan Sajogyo berdasarkan nilai jumlah beras per tahun yang dibandingkan dengan pengeluaran per kapita per tahun dari rumah tangga.

Harga beras ditentukan dari harga rata-rata beras dipasaran pada saat penelitian yaitu sebesar Rp 8.000,00 per kilogram. Konsep kemiskinan Sajogyo mempunyai empat kriteria yaitu: Tidak Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari Rp 3.840.000,00 (konsumsi per kapita per tahun > 480 kg beras), Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun lebih dari Rp 2.880.000,00 sampai Rp 3.840.000,00 (konsumsi per kapita per tahun lebih dari 360-480 kg beras), Miskin Sekali, jika pengeluaran per kapita per tahun antara Rp 1.920.000,00 sampai Rp 2.880.000,00 (konsumsi per kapita per tahun antara

(10)

240-96 360 kg beras), Paling Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun kurang dari Rp 1.920.000,00 (konsumsi per kapita per tahun < 240 kg beras).

Tabel 34. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Sajogyo

No. Kriteria Jumlah Responden

keluarga Presentase (%) 1. 2. 3. 4.

Tidak miskin (pengeluaran per kapita per tahun > Rp 3.840.000,00)

Miskin (Pengeluaran per kapita lebih dari Rp 2.880.000,00 s.d Rp 3.840.000,00)

Miskin sekali (pengeluaran per kapita per tahun antara Rp 1.920.000,00 s.d Rp 2.880.000,00) Paling miskin (pengeluaran per kapita per tahun < Rp 1.920.000,00)

65 6 2 - 89,04 8,22 2,74 - Jumlah 73 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 34 dan Lampiran 11 pengeluaran per kapita per tahun responden pedagang rata-rata sebesar Rp 7,879,652.05. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden pedagang termasuk dalam kategori tidak miskin. Berdasarkan Tabel 34 diketahui bahwa responden pedagang yang termasuk kategori tidak miskin berjumlah 65 keluarga (89,04%), kategori miskin sebanyak 6 keluarga (8,22%), dan kategori miskin sekali berjumlah 2 keluarga (2,74%).

7.5.3 Keadaan Tempat Tinggal

Indikator keadaan tempat tinggal terdiri dari beberapa unsur, yaitu: jenis atap, bilik, status kepemilikan, jenis lantai, dan luas lantai. Keadaan tempat tinggal dibedakan menjadi tiga, yaitu permanen (skor 15-21), semi permanen (skor 10-14), dan non permanen skor (5-9). Berdasarkan Lampiran 12 diketahui bahwa keadaan tempat tinggal responden pedagang yaitu sebagian besar permanen sebanyak 71 keluarga (97,26%) dan semi permanen sebanyak 2 keluarga (2,74%).Adapun indikator tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 35.

(11)

97

Tabel 35. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang

Kriteria Skor Jumlah

Responden % 1. Atap - Genting - Asbes - Seng - Sirap - Daun 5 4 3 2 1 36 36 1 - - 49.31 49.31 1.37 - - Total 73 100 2. Bilik - Tembok - Setengah tembok - Kayu - Bambu Kayu - Bambu 5 4 3 2 1 71 1 - - 1 97.26 1.37 - - 1.37 Total 73 100 3. Status - Milik sendiri - Sewa - Menumpang 3 2 1 52 16 5 71.23 21.92 6.85 Total 73 100 4. Lantai - Porselin - Ubin - Plester - Papan - Tanah 5 4 3 2 1 3 62 7 - 1 4.11 84.93 9.59 - 1.37 Total 73 100 5. Luas Bangunan - Luas (>100m2) - Sedang (50-100m2) - Sempit (<50m2) 3 2 1 14 32 27 19.18 43.84 36.99 Total 73 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan data dan hasil yang diperoleh pada Tabel 35, maka dapat diambil suatu informasi berdasarkan jumlah terbanyak pada masing-masing unsur-unsur keadaan tempat tinggal. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 36 responden (49,31%) menggunakan genting sbagai atapnya dan 36 responden (49,31%) juga menggunakan asbes sebagai atap rumahnya. Sebanyak 71 responden (97,26%) menggunakan tembok sebagai bilik rumah. Sebanyak 52

(12)

98 responden (71,23%) mengakui rumah yang ditempatinya adalah milik sendiri. Sebanyak 62 responden (84,93%) menggunakan ubin sebagai lantai rumahnya. Sebanyak 32 responden (32%) memiliki rumah dengan luas berkisar antara 50-100 m2.

7.5.4 Fasilitas Tempat Tinggal

Fasilitas tempat tinggal yang dimiliki juga dapat dijadikan status sosial ekonomi rumah tangga selain keadaan tempat tinggal. Unsur-unsur yang ada di dalam indikator ini yaitu: luas pekarangan rumah, fasilitas hiburan, alat pendingin, sumber penerangan, bahan bakar, sumber air, dan fasilitas MCK yang dimilki. Fasilitas tempat tinggal terbagi menjadi tiga kategori yaitu lengkap (skor 21-27), Cukup (skor 14-20), dan kurang (skor 7-13). Berdasarkan pada Tabel 36 dan Lampiran 13 diketahui bahwa sebanyak 72 responden (98,63%) memiliki fasilitas tempat tinggal yang lengkap dan hanya 1 responden (1,37%) yang fasilitas tempat tinggal yang cukup.

Tabel 36. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang

Kriteria Skor Jumlah Responden %

1. Luas Pekarangan - Luas (>100m2) - Sedang (50-100m2) - Sempit (<50m2) 3 2 1 3 7 63 4.11 9.59 86.30 Total 73 100 2. Hiburan - DVD/VCD Player - TV - Tape recorder - Radio 4 3 2 1 48 73 18 39 26.97 41.01 10.11 21.91 Total 178 100 3. Pendingin - AC - Lemari Es - Kipas Angin - Alam 4 3 2 1 4 56 70 73 1.97 27.59 34.48 35.96 Total 203 100 4. Penerangan - Listrik - Petromax - Lampu tempel 3 2 1 73 - - 100 - -

(13)

99 Total 73 100 5. Bahan Bakar - Gas - Minyak Tanah - Kayu 3 2 1 72 1 - 98.63 1.37 - Total 73 100 6. Sumber Air - PAM - Sumur bor - Sumur - Mata Air - Hujan - Sungai 6 5 4 3 2 1 5 52 16 - - - 6.85 71.23 21.92 - - - Total 73 100 7. MCK

- Kamar mandi sendiri - Umum - Sungai - Kebun 4 3 2 1 72 1 - - 98.63 1.37 - - Total 73 100

Sumber: Data Primer, 2012

7.5.5 Kesehatan Anggota Rumah Tangga

Indikator ini melihat seberapa banyak anggota rumah tangga yang sakit dalam satu bulan. Jika dalam satu bulan terdapat kurang dari 25% dari seluruh anggota rumah tangga sering sakit termasuk dalam kategori bagus (skor3), 25-50% sering sakit termasuk kategori sedang (skor 2), dan jika lebih dari 25-50% sering sakit maka termasuk dalam kategori kurang (skor 1).

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 17 menunjukkan kesehatan keluarga responden pedagang termasuk dalam kategori yaitu: bagus sebanyak 66 responden (90.41%), kategori sedang sebanyak 6 responden (8,22%), dan kurang sebanyak 1 responden (1,34%).

7.5.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi beerapa aspek yaitu: jarak ke rumah sakit dari tempat tinggal, jarak ke poliklinik, biaya berobat, penanganan berobat, kemudahan mendapatkan alat KB, kemudahan konsultasi KB, dan harga obat. Indikator ini masuk ke dalam salah satu yang menilai

(14)

100 bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang. Adapun kriteria-kriteria yang termasuk dalam indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan tersaji pada Tabel 37.

Tabel 37. Indikator Kemudahan Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bagi Rumah Tangga Pedagang

Kriteria Skor Jumlah

Responden % 1. Jarak RS terdekat - 0 km - 0,01-3 km - > 3 km - Tidak ada 4 3 2 1 - 30 43 - 41.09 58.90 - Total 73 100 2. Jarak ke poliklinik - 0 km - 0,01- 2 km - > 2 km - Tidak ada 4 3 2 1 - 61 12 - - 83.56 16.44 - Total 73 100 3. Biaya berobat - Terjangkau - Cukup terjangkau - Sulit terjangkau 3 2 1 52 18 3 71.23 24.66 4.11 Total 73 100 4. Penanganan berobat - Baik - Cukup - Kurang 3 2 1 53 18 2 72.60 24.66 2.74 Total 73 100 5. Alat KB - Mudah didapat - Cukup mudah - Sulit 3 2 1 69 4 - 94.52 5.48 - Total 73 100 6. Konsultasi KB - Mudah - Cukup - Sulit 3 2 1 66 7 - 90.41 9.59 - Total 73 100 7. Harga obat - Terjangkau - Cukup terjangkau - Sulit terjangkau 3 2 1 53 19 1 72.60 26.03 1.37 Total 73 100

(15)

101 Kategori mendapatkan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga, yaitu: mudah (skor 18-24%), cukup (skor 13-17), dan sulit (skor 8-12). Berdasarkan Tabel 38 dan perhitungan pada Lampiran 14, dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (54,79%) mengatakan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan, sebanyak 32 responden (43,83%) mengatakan cukup mudah dan sebanyak 1 responden (1,37%) mengatakan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.

7.5.7 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Indikator kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan terdiri dari biaya sekolah, jarak ke sekolah, prosedur penerimaan. Pada indikator ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: mudah (skor 8-10), cukup (skor 6-7), dan sulit (skor 4-5). Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan Bagi Rumah Tangga Pedagang

Kriteria Skor Jumlah

Responden % 1. Biaya sekolah - Terjangkau - Cukup terjangkau - Sulit terjangkau - Belum sekolah 3 2 1 0 30 29 11 3 41.09 39.73 15.07 4.11 Total 73 100 2. Jarak ke sekolah - 0 km - 0,01 – 3 km - > 3 km - Tidak ada - Belum sekolah 4 3 2 1 0 - 34 36 - 3 - 46.57 49.31 - 4.11 Total 73 100 3. Prosedur Penerimaan - Mudah - Cukup - Sulit - Belum sekolah 3 2 1 0 61 7 2 3 83.56 9.59 2.74 4.11 Total 73 100

(16)

102 Pada Tabel 38 diketahui bahwa sebagian besar untuk biaya sekolah sebanyak 30 responden (41,09%) mengatakan terjangkau, jarak ke ssekolah sebagian besar responden berjumlah 36 orang (49,31%) mengatakan jarak ke sekolah lebih dari 3 km dari tempat tinggal. Sedangkan sebagian besar untuk prosedur penerimaan sebanyak 61 responden (83,56%) mengatkan mudah.

Berdasarkan Tabel 38 dan Lampiran 15 dapat disimpulkan tentang kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan bahwa sebanyak 17 responden (23,29%) mengatakan mudah, sebanyak 40 responden (54,79%) mengatakan cukup mudah, sebanyak 13 responden (17,81%) mengatakan sulit, dan sebanyak 3 responden (4,11%) mengaku belum bersekolah.

7.5.8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi mencakup ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan kendaraan. Terdapat tiga kategori yaitu mudah (skor 7-9), cukup (skor 5-6), dan sulit (skor 3-4).

Tabel 39. Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Kriteria Skor Jumlah

Responden %

1. Ongkos dan biaya - Terjangkau - Cukup terjangkau - Sulit terjangkau 3 2 1 54 17 2 73.97 23.29 2.74 Total 73 100 2. Fasilitas kendaraan - Tersedia - Cukup tersedia - Sulit tersedia 3 2 1 63 9 1 86.30 12.33 1.37 Total 73 100 3. Kepemilikan - Sendiri - Sewa - Ongkos 3 2 1 62 - 11 84.93 - 15.07 Total 73 100

(17)

103 Berdasarkan pada Tabel 39 diketahui bahwa sebanyak 54 responden (73,97%) mengatakan ongkos dan biaya cukup terjangkau, untuk fasilitas kendaraan sebanyak 63 responden (86,30%) mengatakan tersedia, dansebanyak 62 responden (84,93%) mengaku memiliki kendaraan sendiri. Kesimpulan yang didapat dari Tabel 39 dan Lampiran 16, bahwa sebagian besar responden mengatakan mudah sebanyak 66 orang (90,41%).

7.5.9 Kehidupan Beragama

Indikator kehidupan beragama dilihat dari toleransi antar umat beragama. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sebanyak 54 responden (73,97%) mengatakan toleransi antar umat beragama di lingkungan rumah masing-masing tinggi, kemudian sebanyak 18 responden (24,66%) mengatakan toleransi antar umat beragama yang cukup, dan sebanyak 1 responden (1,34%) mengatakan toleransi yang kurang antar umat beragama.

7.5.10 Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan

Indikator rasa aman didasarkan pada sering atau tidaknya terjadi tindak kejahatan di lingkungan tempat tinggal. Lingkungan dikatakan aman jika tidak pernah mengalami tindak kejahatan, kurang aman jika pernah mengalami tindak kejahatan, dan kurang aman jika sering mengalami tindak kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 67 responden (91,78%) mengatakan aman, sebanyak 5 responden (6,85%) mengatakan cukup aman, dan sebanyak 1 responden (1,34%) mengatakan lingkungan tempat tinggal mereka kurang aman (Lampiran 17).

(18)

104

7.5.11 Kemudahan Berolahraga

Kemudahan melakukan olahraga ditunjang dengan keberadaan fasilitas olahraga baik itu ketersediaan lahan berupa lapangan dan peralatan olahraga. Berdasarkan Lampiran 17 hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 52 responden (71,23%) mengaku mudah melakukan olahraga, kemudian sebanyak 17 responden (23,29%) mengaku cukup mudah melakukan olahraga, dan sebanyak 4 responden (5,48%) mengaku sulit melakukan olahraga.

7.6 Tingkat Kesejahteraan Responden Pedagang

Pengukuran tingkat kesejahteraan berdasarkan 11 indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 1991 yang dimodifikasi membagi tiga kategori tingkat kesejahteraan, yaitu tingka kesejahteraan tinggi (skor 27-35), tingkat kesejahteraan sedang (skor 19-26), dan tingkat kesejahteraan rendah (skor 11-18). Berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh diketahui bahwa keseluruhan responden pedagang, rumah tangga mereka termasuk dalam ketegori tingkat kesejahteraan tinggi (Lampiran 18).

Pada pengukuran tingkat kemiskinan menurut Direkorat Jenderal Tata Guna Tanah diketahui sebanyak 69 responden (94,52%) masuk dalam kategori tidak miskin, 3 responden (4,11%) masuk dalam kategori hampir miskin, dan 1 responden (1,37%) masuk dalam kategori miskin. Sedangkan kriteria kemiskinan menurut Sajogyo diketahui sebanyak 65 responden (89,04%) masuk dalam kategori tidak miskin, 6 responden (8,22%) masuk dalam kategori miskin, dan 2 responden (2,74%) masuk dalam kategori miskin sekali. Hasil yang diperoleh dari kedua kriteria kemiskinan sebelumnya berbeda sekali dengan pengukuran tingkat kesejahteraan yang menyatakan seluruh responden rumah tangga pedagang masuk

(19)

105 dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini disebabkan pengukuran tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 1991 yang didalamnya juga terdapat kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah dan Sajgoyo terdapat beberapa unsur dari indikator-indikator lainnya dimana perspektif penilain dari masing-masing responden bersifat subjektif karenaada hal-hal tertentu dalam kesejahteraan yang tidak dapat dinilai dan diukur.

Gambar

Tabel 31. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Menurut Sumber    Pendapatan
Tabel 32. Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan   Pedagang
Tabel 34. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Sajogyo

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, solusi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah dengan melakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Media

[r]

Hasil penelitian menunjukkan kepadatan ikan lele yang memberikan pengaruh yang terbaik untuk pengamatan diameter batang dan luas daun adalah kepadatan 40 ekor/ kolam,

Hasil : Variabel lingkungan sosial yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok adalah semua variabel yang ada yaitu lingkungan keluarga,

yang paling efektif. Dengan membentuk individu dapat dibentuk masyarakat. Pendidikan merupakan badan yang konstruktif untuk memperbaiki masyarakat dan membina masa

Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan Dan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung dibidang

Hasil pengamatan persentase preferensi Teknologi Tepat Guna (TTG) larvitrap dengan media air limbah Rumah Tangga (RT) berdasarkan warnanya menunjukkan bahwa

Fitur Pengelolaan Pembeli adalah fitur dalam aplikasi Shopee yang memungkinkan Penjual untuk mengirimkan chat secara massal (broadcast) kepada pengikut toko melalui chat Shopee..