• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI PERAN ORANG TUA DALAM MENGONTROL PENGGUNAAN GADGET PADA USIA ANAK SD DI DESA SOCO KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI PERAN ORANG TUA DALAM MENGONTROL PENGGUNAAN GADGET PADA USIA ANAK SD DI DESA SOCO KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN ORANG TUA DALAM MENGONTROL PENGGUNAAN GADGET PADA USIA ANAK SD DI DESA SOCO KECAMATAN DAWE

KABUPATEN KUDUS

Oleh

DWI TIYA LISTIKA SARI NIM 201833021

PROGGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021

(2)

2

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan judul Peran Orang Tua Dalam Mengontrol Penggunaan Gadget Pada Usia Anak SD Di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

oleh Dwi Tiya Listika Sari NIM 201833021 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disetujui untuk diseminarkan.

Kudus, Januari 2022 Pembimbing I

Khamdun, M.Pd.

NIDN.0612047001

Pembimbing II

Much Arsyad Fardani, M.Pd.

NIDN.0614069001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, M.Pd.

(3)

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pertama itu bermula dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan salah satu unit sosial terkecil yang mempunyai peran penting dan menjadi dasar perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas. Tesa &

Irwansyah (2018:73) menjelaskan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama anak sebelum berinteraksi dengan lingkungan sosial di luar rumahnya. Keluarga menurut Vitrianingsih., dkk (2018:102) merupakan titik awal yang penting bagi perkembangan anak. Orang tua menjadi faktor penentu keberhasilan hubungan sosial anak. Orang tua dan anak harus saling memupuk keterbukaan sehingga hubungan mereka berkembang dengan baik, melalui keterbukaan tersebut, orang tua dan anak saling memahami kebutuhan dan perasaan masing-masing sekaligus kebutuhan dan perasaan orang lain.

Sesuai pemaparan Raudhoh (2017:84) Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, Secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah orangtua kandung. Orang tua kandung adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Ayah kandung ialah ayah yang sebenarnya dan Ibu kandung ialah ibu yang sebenarnya.

(4)

4

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa pada perubahan, perubahan terjadi hampir pada seluruh tataran kehidupan manusia.

Saputri & Pambudi (2018:265) menjelaskan bahwa teknologi adalah benda-benda atau alat-alat yang diciptakan oleh menusia untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam melakukan beberapa hal. Teknologi telah membantu dan mempengaruhi semua kalangan baik itu orang dewasa, remaja, bahkan anak – anak. Sekarang hampir semua anak sudah menggunakan teknologi berbagai macam versi, yaitu smartphone, ipad, tab, laptop dan sebagainya. Hal ini juga sangat mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah dasar karena teknologi disebut juga sebagai alat atau media pembelajaran yang sangat efektif. Jadi tidak heran sekarang kita sering kali melihat banyak anak-anak usia sekolah dasar yang menggunakan gadget misalnya smartphone.

Vitrianingsih., dkk (2018:102) Peran Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua adalah orang pertama yang dikenal oleh anak serta orang yang mengasuh dan membimbing anaknya dengan sebaik-baiknya untuk harapan kelak bisa menjadi anak yang membanggakan kedua orang tuanya.

Suryati (2017:55) memaparkan bahwa peran orang tua merupakan komponen yang terdiri dari ibu dan ayah serta hasil terhadap perkawinan sah yang kemudian dapat membentuk sebuah keluarga, orang tua tentunya mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak seperti membimbing, membina, mengasuh dan mendidik anak-anaknya untuk tercapainya kepada tahapan yang diharapkan sehingga anak tersebut dapat siap untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

Wahidin (2019:63) orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai tangung jawab dalam pendidikan anak. Aly (1999:87) orang tua merupakan orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa – masa awal kehidupannya yang berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya dan dari merekalah anak akan mulai mengenal pendidikan.Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Peran orang tua merupakan orang dewasa dan orang pertama yang disebut ayah kandung dan/atau ibu kandung seorang anak yang memikul tanggung jawab anak seperti

(5)

5

membimbing, membina, mengasuh dan mendidik anak-anaknya untuk tercapainya kepada tahapan yang diharapkan.

Gadget merupakan alat komunikasi yang berkembang yang sangat pesat di Indonesia. Saputri & Pambudi (2018:268) menyebutkan bahwa di Indonesia, menurut pakar teknologi daro Institut Teknologi Bandung (ITB), Dimitra Mahaya, sekitar 5-10 % gadget mania terbiasa menyentuh gadgetnya sebanyak 100=200 kali dalam sehari. Jika waktu efektif manusia beraktifitas 16 jam atau 960 menit sehari, dengan demikian orang yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit sekali. Di Indonesia kini bahkan menjadi salah satu negara dengan Facebook, Twitter, dan whastapp terbesar di dunia yang penggunanya masing-masing mencapai 52 juta. Chusna (2017:319) melalui gadget manusia berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga gadget menjadi fenomena unik yang berkembang di dalam masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Berbagai fitur-fitur dan aplikasi yang menarik, bervariasi, interaktif dan fleksibel pada gadget memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sangat cepat dan mudah. Seiring pada perkembangan zaman, gadget tidak lagi dijadikan sebagai gaya hidup semata tetapi melelui gadget manusia bisa menambah wawasan dan pengetahuan mereka dengan sangat luas dan tidak terbatas.

Dahlia, Ti., dkk (2017:145) mengatakan bahwa di era globalisasi ini kemajuan media informasi dan teknologi sudah di rasakan hampir seluruh lapisan masyarakat. Dengan terbukanya informasi membuat semua orang semakin mudah mengakses segala macam informasi. Bahkan anak-anak usia sekolah dasar sulit menentukan hal yang baik baginya dan hal yang buruk sehingga dengan mudah dapat terpengaruh dengan yang bersifat negatif. Seperti gadget yang dapat memberikan dampak begitu besar. Chusna (2017:317) memaparkan bahwa sekarang ini setiap orang di seluruh dunia pasti sudah memiliki gadget, tidak jarang kalau sekarang ini banyak orang yang memiliki lebih dari satu gadget.

Pengguna gadget tidak hanya berasal dari kalangan pekerja. Hampir semua kalangan termasuk anak dan balita sudah memanfaatkan gadget dalam aktifitas yang mereka lakukan setiap hari. Hampir setiap orang yang memanfaatkan gadget

(6)

6

menghabiskan banyak waktu mereka dalam sehari untuk menggunakan gadget.

Gadget juga memiliki nilai dan manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu.

Akan tetapi banyak dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan gadget bagi kalangan remaja, anak, bahkan balita. Meskipun sebagian besar dari masyarakat memanfaatkan gadget untuk komunikasi, urusan pekerjaan atau bisnis, mencari informasi, ataupun hanya sekedar untuk mencari hiburan.

Gadget juga memiliki arti nilai dan manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Akan tetapi banyak dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan gadget bagi kalangan remaja, anak, bahkan bisa balita. Meskipun sebagian besar dari masyarakat memanfaatkan gadget adalah untuk komunikasi, urusan pekerjaan atau bisnis, mencari informasi, ataupun hanya sekedar untuk mencari hiburan. Sahrina (2019) juga melakukan untuk penelitian tentang bagaimana pentingnya peran orang tua dalam penggunaan gadget pada anak. subyek dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak usia dini. Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa tidak sedikit anak usia dini yang telah menggunakan gadget dalam kehidupan sehari – hari. Satu hal yang sering dilupakan adalah efek negatif yang dapat mempengaruhi terutama bagi anak – anak. Alasan mengapa kebanyakan orang terutama anak – anak mengabaikan fakta ini karena kurangnya pengawasan dari orang tua. Orang tua harus tegas dan tidak boleh memanjakan anaknya yang masih usia dini untuk menggunakan gadget secara terus menerus karena lebih banyak dampak negatif yang timbul apabila seorang anak dibawah umur telah diberikan gadget.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Karwati, dkk (2020) dengan fokus penelitian untuk mengetahui pendampingan orang tua pada anak pengguna gadget atau gawai yang mana menunjukkan hasil bahwa kegiatan pendampingan dan bimbingan orang tua terhadap anak saat menggunakan gawai harus selalu diterapkan agar anak sudah terlanjur pengguna berat gawai berangsur – angsur dapat mengurangi aktivitasnya dalam penggunaan gawai. Berdasarkan observasi awal bahwa peran orang tua dalam mengontrol anak pada pengunaan gadget di lingkungan sekitar Desa Soco, ternyata upaya orang tua dalam mengontrol anak pada penggunaan gadget masih kurang karena orang tua tidak mengetahui

(7)

7

dampak yang akan ditimbulkan oleh gadget. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang peka terhadap anak. Anak dengan lihai dapat mengoperasikan gadget dan fokus pada game atau aplikasi lainnya. Orang tua banyak mempercayakan gadget pada anak SD terutama pada usia SD 10 Tahun karena mereka beranggapan gadget mampu menjadi pembantu anak dalam proses pembelajaran sehingga mendapatkan pengetahuan yang efektif. Dalam penelitian ini khusus anak SD terutama pada usia SD 10 Tahun karena pada anak SD mulai mengembangkan macam – macam operasi berpikir yakni mengenali sesuatu, mengingkari sesuatu dan akan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.

Peneliti juga lebih banyak menemukan anak SD terutama pada usia SD 10 Tahun tanpa sepengetahuan orang tua sering berkumpul di satu tempat dengan temannya untuk bermain gadget atau game online pada waktu pagi atau saat diluar pembelajaran atau pada saat sekolah libur dari sekolah. Sehingga peran orang tua dalam mengontrol penggunan gadget pada anak sangat diperlukan.

Problematika mengenai penggunaan gadged dikalangan anak SD terutama di Desa Soco ini semakin kompleks seperti anak –anak kecanduan bermain game sehingga peran orang tua itu tidak mengontrol sehingga anak lebih bebas untuk bermain gadged tanpa pengetahuan pengontolan orang tua dan saya juga menyumpai beberapa anak menggunakan gadged untuk hal yang negatif terhadap pelajar.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran orang tua dalam mengontrol atau mengawasi anak serta dampak apa saja yang dialami dalam penggunaan gadget yang mengharuskan anak untuk melakukan pembelajaran dirumah dengan menggunakan gadget. Sehingga pada penelitian ini akan diberi judul “Peran Orang Tua dalam Mengontrol Penggunaan Gadget pada Usia Anak SD di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat memberikan pandangan bahwa masuknya teknologi canggih pada gadget di kalangan anak-anak akan mengakibatkan adanya peran orang tua yang harus dijalankan agar penggunaan gadget tersebut dapat dengan mudah diantisipasi melalui pengawasan- pengawasan yang akan dilakukan.

(8)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, secara garis besar rumusan masalah yang akan di teliti yaitu :

1. Apa saja dampak penggunaan gadget pada usia anak SD di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus ?

2. Bagaimana peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan dampak penggunaan gadget pada usia anak SD di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

2. Menganalisis peranan orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian diatas adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah kajian teori pengetahuan mengenai peranan orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD. Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai bahan kajian bagi teman – teman seprofesi, serta dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti sejenis dengan mempehatikan subjek, objek dan tempat yang berbeda.

2. Manfaat praktis a. Bagi Anak

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan efek positif bagi anak dalam penggunaan gadget. Anak lebih memanfaatkan gadget untuk pembelajaran yang secara maksimal agar mendapat prestasi belajar yang baik .

(9)

9 b. Bagi Orang tua

Sebagai bahan acuan dan sebagai wacana untuk mendidik dan mengarahkan anaknya agar lebih baik dalam penggunaan gadget, dan orang tua mengetahui peranan yang tepat dan benar sehingga anak terhindar dari dampak negatif penggunaan gadget.

c. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini dapat mengetahui cara peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD dan peneliti juga akan dapat mengetahui dampak apa saja yang dialami oleh usia anak SD dalam penggunaan gadget, sehingga peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan terkait hal tersebut.

(10)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Deskripsi konseptual dalam penelitian ini meliputi : (1) peran orang tua, (2) pengawasan orang tua, (3) penggunaan gadget, (4) dampak positif dan dampak negatif gadget, dan (5) usia anak SD 10 tahun.

2.1.1 Peran Orang Tua 2.1.1.1 Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik itu akan melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua adalah orang pertama yang dikenal oleh anak serta orang yang mengasuh dan membimbing atau mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya untuk harapan kelak bisa menjadi anak yang akan membanggakan oleh kedua orang tuanya.

Suryati, Nanik (2017:55) memaparkan bahwa orang tua bisa disebut merupakan komponen yang terdiri dari atas ibu dan atau ayah serta hasil terhadap perkawinan sah yang kemudian dapat membentuk sebuah keluarga, orang tua sendiri tentunya mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak seperti membimbing, membina, mengasuh dan mendidik anak-anaknya untuk tercapainya kepada tahapan yang diharapkan sehingga anak tersebut dapat siap untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Wahidin (2019:63) orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai tangung jawab dalam pendidikan anak. Aly (1999:87) orang tua merupakan orang dewasa pertama yang akan memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa – masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya dan dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua merupakan orang dewasa dan atau orang pertama yang disebut juga ayah kandung dan/atau ibu kandung seorang anak yang memikul tanggung jawab anak seperti membimbing, membina, mengasuh dan mendidik anak-anaknya untuk tercapainya kepada tahapan yang diharapkan.

(11)

11 2.1.1.2 Peran Orang Tua

Orang tua berperan penting pada tumbuh kembangnya seorang anak. Orang tua sebagai panutan bagi anaknya, ia berperan untuk mengenalkan hal yang baik maupun buruk kepada anaknya dan menjawab pertanyaan – pertanyaan dari anaknya dengan jelas mengenai apa yang belum pernah diketahui anaknya. Peran orang tua menurut Novarinda, dkk (2017:42) berpendapat bahwa peran orang tua adalah perilaku yang berkenaan dengan orang tua dalam memegang posisi tertentu dalam lembaga keluarga yang didalamnya berfungsi sebagai pengasuh, pembimbing dan pendidik bagi anak. Novita, Dian., dkk (2016:26) peran orang tua yaitu sebagai penanggung jawab, pengasuh, pendamping, pengawas perkembangan anak, menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan sosial peletakan dasar – dasar keagamaan, serta orang tua sebagai pendidik dirumah.

Dalam sebuah keluarga, ibulah yang akan memegang peranan terpenting terhadap anak – anaknya. Anggraeni (2019) menyebutkan peran ibu yakni (1) sumber dan pemberi rasa kasih sayang, (2) mengasuh, (3) tempat mencurahkan isi hati, (4) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, (5) pembimbing hubungan yang hal pribadi, dan (6) pendidik dalam segi- segi emosional. Seorang ayah pun memegang peranan penting. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari – hari sangat besar pengaruhnya terhadap anak – anak, terlebih pada anak yang telah sudah menginjak besar.

Peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yakni (1) sumber kekuasaan di dalam keluarga , (2) penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar masyarakat, (3) pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, (4) pelindung terhadap ancaman dari luar, (5) hakim atau yang mengadili jika terjadi permasalahan atau perselisihan, dan (6) pendidik dalam segi rasional.

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa peran orang tua adalah suatu cara ataupun tindakan yang dilakukan oleh orang tua

(12)

12

dengan penuh tanggung jawab kepada anak serta sebagai panutan yang sangat berpengaruh untuk anak.

2.1.2 Pengawasan Orang Tua

Mengontrol penggunaan gadget tidak harus dilakukan dengan ketat.

Mengontrol atau mengawasi itu hanya perlu dilakukan secara persuasif dengan tetap menghargai privacy anak. Mendidik anak di era digital dengan cara untuk menerapkan pola piker atau pola asuh yang tidak otoriter sebagaimana yang dialami oleh para orang tua sebelumnya. Anak tidak senang dipaksa, melainkan dapat dibujuk, diajak diskusi dan bicara dari hati ke hati, atau bahkan cenderung dibiarkan ketika tantrum, namun juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Ihromi (2004:86) yang menyatakan bahwa pengawasan orang tua merupakan suatu keberhasilan anaknya antara lain ditunjukkan dalam bentuk perhatian terhadap kegiatan pelajaran disekolah dan menekankan arti penting pencapaian prestasi oleh sang anak, tapi disamping itu orang tua perlu menghadirkan pribadi sukses yang dapat dijadikan teladan bagi seorang anak.

Orang tua akan mempuyai kewajiban untuk selalu berusaha mengarahkan anaknya kepada keberhasilan dan terhindar dari segala macam bentuk kesulitan sebab anak harus diajar dan di biasakan agar segala yang dilakukan utamanya dalam kegiatan belajar dapat berhasil dengan baik. Anggraeni (2019) pengawasan orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk kepribadian anak.

Adi, Tri Nugroho. (2017:3) menyebutkan mengenai pola pengawasan orang tua dalam kaitannya dengan pemanfaatan internet menghasilkan model – model seperti, (1) active mediation, diwujudkan dengan percakapan yang dilakukan orang tua dengan anak dalam kaitannya dengan internet. Percakapan ini merupakan inisiatif orang tua guna mendorong anak-anaknya sehingga

(13)

13

lebih kritis di dalam menggunakan internet., (2) restrictive mediation, dinyatakan dalam bentuk batasan dari orang tua yang secara tegas mengatur apa yang bisa diakses, berapa lama mengakses termasuk game online yang bisa dimainkan oleh anakanak mereka., dan (3) coviewing, merupakan upaya melakukan aksi atau tindakan secara bersama-sama antara orang tua dan anak dalam aktivitasnya dengan internet. Menurut Riadi Kusuma (2013:1) terdapat empat macam gaya pengawasan kepada anak diantaranya, (1) hangat dan tegas (Autoritative Parenting), (2) kurang Mau Menerima Kemauan Anak (Authoritarian Parenting), (3) sedikit waktu untuk anak (Neglect Parenting), dan (4) Memberikan Kebebasan Pada Anak (Indulgent Parenting).

2.1.3 Penggunaan Gadged 2.1.3.1 Pengertian Gadged

Gadget merupakan sebuah perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. Perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Diantaranya smartphone seperti iphone dan blackberry, serta notebook (perpaduan antara komputer portabel seperti notebook dan internet).7 Menurut Puji Asmaul Khusna.2017, gadget merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris untuk merujuk suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya diberikan terhadap suatu yang baru.

Gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya.

Sering dengan yang kita temui orang tua membelikan gadget canggih dengan model yang sesuai keinginan oleh anak. Setiap orang menggunakan gadget dengan teknologi yang modern seperti televisi, telepon genggam, laptop, komputer tablet, smartphone, dan lain-lain. Gadget ini dapat ditemui dimanapun, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif dimana banyak produk-produk elektronik dan gadget

(14)

14

yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. Jangankan anak-anak, orang tua pun ada yang sangat menyukai gadget. Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Chusna (2017:318) menjelaskan bahwa gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya. Contohnya: komputer, handphone, game dan lainnya. Sahriana, N (2019:61) berpendapat bahwa salah satu hal yang membedakan gadget dengan perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan”. Artinya, dari hari ke hari gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.

Witarsa, dkk (2018) gadget adalah salah satu bentuk nyata dari perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada zaman sekarang dan mendatang. Rozalia, M.F (2017:724) gadget merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media informasi, media belajar dan sebagai hiburan. Manfaat gadget lainnya yaitu dapat tersambung dengan internet.

Siswa sekolah dasar sudah mengenal fungsi internet. Sehingga banyak siswa sekolah dasar yang menyalahgunakan penggunaan internet. Sehingga siswa harus selalu dalam pengawasan orang tua.Berdasarkan pendapat para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian gadget adalah suatu alat elektronik dari perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dapat memudahkan seseorang untuk memperoleh berbagai macam informasi.

2.1.3.2 Pengaruh Penggunaan Gadget

Gadget memiliki banyak pengaruh dan manfaat apalagi digunakan

dengan cara yang benar dan semestinya diperbolehkan orang tua mengenalkan gadget pada anak usia dini memang perlu tetapi harus diingat terdapat dampak positif dan dampak negatif pada gadget tersebut. Gadget memiliki dampak positif dan dampak negatif.

(15)

15

a. Dampak positif penggunaan Gadged

Menurut Saputri, D.A., dkk. (2018:271) dampak positif penggunaan gadget sebagai berikut. (1) berkembangnya imajinasi seperti melihat gambar kemudian menggambarnya sesuai imajinasinya yang melatih daya pikir tanpa dibatasi oleh kenyataan, (2) Melatih kecerdasan seperti anak dapat terbiasa dengan tulisan, angka, gambar yang membantu melatih proses belajar, (3) Meningkatkan rasa percaya diri, dan (4) Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan pemecahan masalah dalam hal ini anak akan timbul sifat dasar rasa ingin tahu akan suatu hal yang membuat anak akan muncul kesadaran kebutuhan belajar dengan sendirinya tanpa perlu dipaksa. Roza, dkk (2018:211) menyatakan bahwa dampak positif penggunaan gadget diantaranya yaitu dengan menggunakan gadge anak mampu melatih motorik dan gadget yang terhubung dengan internet bisa menjadi sebagai media pembelajaran, sumber edukasi, jaringan sosial antar teman, juga sebagai media hiburan.

Novitasari, N. (2019:174) mengemukakan dampak positif penggunaan gadget sebagai berikut. (1) menambah pengetahuan, dengan menggunakan gadget yang berteknologi canggih, anak-anak dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan informasi mengenai tugasnya disekolah, (2) memperluas jaringan persahabatan karena dapat dengan mudah dan cepat bergabung ke sosial media jadi kita dengan mudah berbagi bersama teman kita, (3) mempermudah komunikasi karena gadget suatu alat yang memiliki teknolgi yang canggih sehingga semua orang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain dari seluruh penjuru dunia, dan (4) melatih kreativitas anak.

Dampak positif penggunaan gadget sebagai berikut, yang pertama adalah gadget akan membantu perkembangan fungs i adaptif seorang anak artinya kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Jika

(16)

16

perkembangan zaman sekarang muncul gadget, maka anak pun harus tahu cara menggunakannya karena salah satu fungsi adaptif manusia zaman sekarang adalah harus mampu mengikuti perkembangan teknologi. Sebaliknya, anak yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi bisa dikatakan fungsi adaptifnya tidak berkembang secara normal. Nilai positif lain adalah gadget memberi kesempatan anak untuk leluasa mencari informasi. Apalagi anak-anak sekolah sekarang dituntut untuk mengerjakan tugas melalui internet

b. Dampak negatife penggunaan Gadged

Novitasari, N., (2019:176) mengemukakan dampak negatif penggunaan gadget pada anak yaitu ketika anak telah kecanduan gadget anak bisa menjadi pribadi yang tertutup dan suka menyendiri karena anak sudah merasa asyik bermain dengan gadget-nya, selain itu anak bisa mengalami beberapa gangguan seperti gangguan pada kesehatan otak, kesehatan mata, kesehatan tangan, dan gangguan tidur. Beberapa orang tua mengaku tidak mengetahui bahwa penggunaan gadget seperti game yang yang diberikan untuk anaknya mengandung unsur kekerasan. Dengan adanya gadget, anak rentan terkena paparan radiasi karena efek yang ditimbulkan ketika bermain gadget terlalu lama biasanya mengakibatkan mata berair karena kelelahan mata.

Kecenderungan anak menjadi kurang kreatif lagi. Hal itu dikarenakan ketika anak diberi tugas oleh sekolah ia tinggal browsing internet untuk menyelesaikan tugas. Ancaman cyberbullying atau pelecehan di dunia maya yang biasanya terjadi melalui jejaring sosial juga termasuk dampak negatif penggunaan gadget pada anak. Roza, Emilia., dkk.

(2018) menyebutkan dampak negatif gadget bagi perkembangan anak sebagai berikut. (1) sulit konsentrasi pada dunia nyata, (2) terganggunya fungsi PFC (PreFrontal Cortex) adalah bagian didalam otak yang mengotrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan dan nilai-nilai moral lainnya., (3) ketergantungan terhadap gadget, dan

(17)

17

(4) penggunaan gadget pada anak usia dini dapat memberikan pengaruh kecanduan, bahaya radiasi, obesitas, gangguan tidur, mengganggu pertumbuhan, kemampuan bersosialisasi berkurang, nyeri/sakit, konsentrasi menjadi pendek, rasa cemas yang berlebihan, gangguan mental, perilaku agresif, jadi pelupa.

Saputri, dkk. (2018:272) menyebutkan dampak negatif penggunaan gadget sebagai berikut. (1) penurunan konsentrasi saat belajar, (2) malas menulis dan membaca, (3) penurunan dalam kemampuan bersosialisasi, (4) kecanduan, (5) dapat menimbulkan gangguan kesehatan, (6) perkembangan kognitif anak usia dini terhambat, (7) menghambat kemampuan berbahasa, dan (8) dapat mempengaruhi perilaku anak usia dini, seperti contoh anak bermain game yang memiliki unsur kekerasan yang akan mempengaruhi pola perilaku dan karakter yang dapat menimbulkan tindak kekerasan terhadap teman.

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa dampak positif penggunaan gadget pada anak yakni (1) menambah pengetahuan, (2) memperluas jaringan persahabatan, (3) mempermudah komunikasi, (4) melatih kreativitas anak, dan (5) sebagai media pembelajaran, sumber edukasi, jaringan sosial antar teman, juga sebagai media hiburan. Dampak negatif penggunaan gadget pada anak yaitu (1) menjadi pribadi tertutup, (2) kesehatan otak terganggu, (3) kesehatan mata terganggu, (4) kesehatan tangan terganggu, (5) gangguan tidur, (6) suka menyendiri, (7) perilaku kekerasan , (8) pudarnya kreativitas, (9) terpapar radiasi, dan (10) Ancaman cyberbullying.

2.1.3.3 Penanggulangan Dampak Negatif Gadget

Penggunaan gadget merupakan secara terus menerus akan menimbulkan kecanduan pada penggunanya. Hal itu tentu menjadi perhatian karena dampak negatif yang begitu mengkhawatirkan terlebih bagi anak – anak yang menggunakan gadget. Oleh sebab itu peran orang tua sangat penting dalam memberikan dan melakukan pengawasan serta pengontrolan

(18)

18

penggunaan gadget pada anak. Ariston, Y & Frahasini (2018:89) mengemukakan hal-hal yang dilakukan orang tua untuk meminimalisir anak dari pengaruh negatif penggunaan gadget (1) mendampingi anak, (2) membuat kesepakatan waktu dalam penggunaan gadget, (3) membuat kesepakatan dalam membuka fitur-fitur yang akan dibuka, (4) modelling yang baik dari orang tua, (5) orang tua dapat menaruh gadget dengan baik, dan (7) mengajak anak untuk belajar bersama. Pebriana, P.H. (2017:9) menjelaskan bahwa sebagai orang tua, sebaiknya mereka membimbing dan memantau serta memberikan pemahaman yang baik kepada anak untuk lebih selektif dalam memilih permainan (game online) yang terdapat pada gadget. Orang tua harus mampu mendidik dan mengarahkan anaknya sejak dini melalui sikap dan perbuatan yang sepatutnya dicontoh oleh anak – anaknya.

Setianingsih, dkk (2018:201) mengemukakan bahwa keluarga disarankan untuk lebih memperhatikan penggunaan gadget pada anak saat dirumah dengan cara memberikan batasan waktu untuk bermain gadget pada anak saat dirumah dengan melakukan hal yang menarik seperti mengajak bermain diluar rumah, ajak anak untuk lebih banyak beraktivitas (olahraga, bermain musik, dll), dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Frahasini, dkk (2018:167) juga menjelaskan bahwa peran orang tua dalam mengawasi penggunaan gadget untuk anak-anak SD/ sederajat adalah dilakukan melalui pengawasan waktu dan pengawasan akses yang digunakan oleh anak-anak melalui gadget, tingkat SMP/sederajat adalah masih dikontrol hanya tidak seperti anak sekolah dasar, saat di sekolah menengah/pendidikan yang setara dengan mengawasi kegiatan anak-anak dalam menggunakan gadget yang tidak menahan.

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan dalam penanggulan dampak negatif penggunaan gadget dapat dilakukan melalui peran orang tua dalam hal mendidik, membimbing, dan mengawasi anak – anak saat menggunakan gadget serta dapat dengan cara melakukan aktivitas yang lebih menarik kepada anak – anak.

(19)

19 2.1.4 Usia Anak SD 10 Tahun

Solihat & Riansi ( 2018:263) menyatakan bahwa pada masa kanak – kanak kedua yaitu usia 6 -12 tahun juga dikenal sebagai masa sekolah, anak – anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya. Hal tersebut juga sependapat dengan Taufik, Agus., dkk ( 2007:114) menyebutkan masa kanak – kanak akhir dan anak sekolah ( 6 – 12 tahun) tahap belajar sebagai berikut. ( 1) membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis, ( 2) bergaul dengan teman sebayanya, ( 3 ) memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya, ( 4 ) mengembangkan konsep sehari – hari , ( 5 ) mengembangakan kata hati, ( 6 ) memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, dan ( 7 ) mengembangkan sikap positif pada kelompok sosial .

Sunarto & Hartono, A (2013:24 ) pada tahap usia 7 – 11 tahun anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir yaitu identifikasi ( mengenali sesuatu ), negasi ( menginkari sesuatu ), dan dan reprokasi ( mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal. Karakteristik anak usia 7 – 11 tahun menurut Taufik, Agus., dkk ( 2007:114 ) adalah anak dapat melakukan operasi dan penalaran yang logis, seperti pembalikan, klasifikasi yang disengaja, serialisasi, menggantikan pemikiran intiutif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh yang khusus atau kongkrit. Ciri – ciri perkembangan perilaku sosial pada anak usia 6 - 12 tahun yakni membandingkan dengan aturan – aturan yang sudah ditentukan .

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa anak Usia SD 10 tahun adalah anak yang mempunyai rasa ingin tahu dalam menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya, dan mampu melakukan operasi dan penalaran logis sehingga sudah siap dalam menerima pendidikan yang formal dan juga sedang dalam tahap belajar dari berbagai hal yaitu dari mulai mengenali sesuatu, mencari hubungan timbal balik, serta dalam perkembangan perilaku sosial anak membandingkan sesuatu dengan aturan – aturan .

(20)

20

2.1.5 Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Gadget

Orang tua akan menjadi pendamping dan pengawas nomor satu yang tidak dapat digantikan perannya dalam mendidik anak. Orang tua pun juga wajib bertanggung jawab dalam hal mengatasi dampak negative dari penggunaan gadget. Sahrriana, N ( 2019 ) beberapa cara yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mengawasi anak ketika menggunakan gadget.

( 1 ) Batasi Waktu Anak, karena anak usia pra remaja orang tua bisa memberi kebebasan yang lebih, karena anak usia ini juga perlu gadget untuk fungsi jaringan sosial mereka. Diatas usia 5 tahun ( mulai 6 tahun sampai 12 tahun ) orang tua bisa memperbanyak waktu anak bergaul dengan gadget, jika orang tua telah menerapkan kedisiplinana dari awal maka di usia pra remaja anak akan bisa menggunakan gadget secara bertanggung jawab, ( 2 ) Hindarkan Kecanduan, atau penyalahgunaan saat anak masih kecil maka sampai remaja pua ia akan melakukan cara pembelajaran yang sama. Orang tua harus menerapkan aturan ke anaknya tanpa bersikap otoriter, ( 3 ) Beradaptasi dengan zaman, dampak positif gadget akan membantu perkembangan fungsi adaptif seorang anak yang artinya seorang anak harus tahu fungsi gadget dan harus bisa menggunakannya karena salah satu fungsi adaptif mausia zaman sekarang adalah harus mampu mengikuti perkembangan teknologi.

Nazir, Muhammad ( 2013 :83) sikap orang tua terhadap anak mengenai penggunaann gadget yakni, ( 1 ) Pilih sesuai dengan usia anak, ( 2 ) Selektif dalam memilihkan aplikasi yang akan digunakan atau permainan, ( 3) Temani anak dalam bermain gadget, ( 4 ) Batasi waktu bermain gadget anak, dan ( 5 ) Mengajak anak melakukan kegiatan yang positif.

2.2 Kajian Penelitian Releven

Beberapa penelitian yang sesuai dengan topik pembahasan yang dibahas oleh peneliti kaitannya dengan peran orang tua yakni penelitian yang sebelumnya dikerjakan dari Pratama, A. (2020), Karwati, Lilis., dkk (2020) , Bintoro, Yunda Catur (2019), dan Suryati, N. (2020).

(21)

21

Pratama, A. (2020) mengkaji peran orang tua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak usia dini. Penelitian dilaksanakan di Perumahan Griya Abdi Negara Kelurahan Sukabumi Bandar Lampung.

Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian lapangan (Field Reseach) dengan sifat penelitian kualitatif. Hasil penelitian data yang diperoleh penulis dari peneliti dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak usia dini adalah dengan memiliki akun media sosial yang sama dengan anaknya dengan begitu anak akan merasa dipantau dengan orangtuanya, kemudian menjadikan sahabat agar anak merasa terbuka dan mau menceritakan masalahnya dengan orang tua agar hubungan anak dengan orangtua menjadi lebih harmonis, dan yang lebih penting orangtua harus membatasi anak dalam menggunakan gadget.

Karwati, Lilis., dkk (2020) mengkaji tentang pendampingan orangtua pada anak pengguna gawai di satuan pendidikan anak usia dini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2021 di kelompok B Satuan Pendidikan Anak Usia Diniatau usia anak SD Nurul Huda yang beralamat di Jl. Sl.Tobing Bantar Padayungan Kelurahan Tugu Raja Mangkubumi Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta analisis dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh orang tua, anak yang kecanduan gawai dan tidak bisa meninggalkan gawai lambat laun dapat mengelola dan mengontrol penggunaan gawai. Dalam hal ini orang tua terus menerus memberikan pendampingan dan bimbingannya terhadap anak dalam penggunaan gawai, sehingga anak anak dapat terkontrol dalam penggunaan gawai. Orang tua jangan pernah merasa lelah dalam pendampingannya terhadap anak dalam penggunaan gawai.

Bintoro, Yunda Catur (2019) mengkaji upaya orang tua dalam mengatasi kecanduan penggunaan gadget pada anak usia dini. Penelitian dilaksanakan di Desa Mandiraja Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Metode

(22)

22

yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Teknik analisis data menggunakan analisis data Interactive model. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa upaya orang tua dalam mengatasi kecanduan gadget pada anak yaitu pendampingan penggunaan gadget pada anak, membatasi penggunaan gadget pada anak, memberikan contoh yang baik sedangkan kendala yang dihadapi orang tua dalam menghadapi anak yang kecanduan gadget yakni sebagian ibu rumah tangga dalam hal aktivitas sehari-hari, seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan beres-beres rumah, kendala anak yaitu susah makan, hingga lupa waktu makan, susah tidur, anak akan cemberut hingga menangis jika tidak di pinjamkan atau di perbolehkan menggunkan gadget, selain itu anak akan rewel jika ketika ibu sedang melakukan pekerjaan rumah. Kendala yang dialami sebagian orang tua yang bekerja yaitu keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan anak karena jarang di rumah.

Suryati, N. (2020) mengkaji optimalisasi peran orang tua dalam meminimalisir penggunaan gawai bagi anak. Metode deskriptif dan penelitian literatur digunakan untuk menganalisis jurnal penelitian tentang peran orang tua. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa peran orang tua sangatlah penting dalam pengawasan anak saat menggunakan gawai. Hal – hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi anak yang telah ketergantungan terhadap gawai dapat melakukan beberapa solusi. Pertama, memberikan batasan waktu dalam penggunaan gawai. Kedua, mengembangkan bakat yang dimiliki anak. Ketiga, lebih sering bermain dengan si anak. Keempat, mengajak anda untuk ikut serta dalam aktivitas orang tua. Misalnya, memasak atau bersih-bersih dan aktivitas yang lainnya dapat memungkinkan si anak dapat untuk diajak. Kelima, mengajak anak ke tempat rekreasi.

Rekreasi akan membuat pikiran anak lebih fresh dan dapat lupa dengan gawai yang biasa ia mainkan karena dari rekreasi tersebut akan membuat si anak merasa bahagia dan gembira.

(23)

23

NO

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1. Pratama, A. (2020)

Peran Orang Tua dalam Mengawasi Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini ( Studi di

Perumahan Griya Abdi Negara Kelurahan Sukabumi Bandar Lampung )

Peneliti sama – sama

membahas tentang peran orang tua dalam menggawasi penggunaan gadget pada anak usia dini

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama lebih menekankan dalam pengawasan penggunaan gadget pada anak usia dini

Penelitian terfokus dengan peran orang tua dalam

mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD 10 tahun .

2. Karwati, Lilis., dkk (2020)

Upaya Orang Tua dalam Mengatasi Kecanduan Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini

Peneliti sama – sama

membahas tentang orang tua dan penggunaan gadget

Penelitian yang dilakukan oleh Karwati lebih menekankan dalam mengatasi kecanduan penggunaan gadget pada anak usia dini

Penelitian Terfokus dengan peran orang tua terhadap penggunaan gadget (dampak negatif) pada anak.

3. Bintoro, Yunda Catur (2019)

Upaya Orang Tua dalam Mengatasi Kecanduan

Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini di Desa Mandiraja Kecamatan

Peneliti sama – sama membahas tentang peran orang tua dan Penggunaan

Penelitian yang Dilakukan oleh Bintoro lebih menekankan pada upaya orang tua dalam mengatasi

Penelitian terfokus dengan peran orang tua dalam mengontrol Penggunaan

(24)

24

Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Relevan Mandiraja Kabupaten

Banjarnegara

gadget kecanduan penggunaan gadget

gadget pada anak usia SD 10 tahun .

4. Suryati, N.

(2020)

Optimalisasi Peran Orang tua dalam Meminimalisir Penggunaan Gawai bagi Anak

Peneliti sama – sama

membahas tentang peran orang tua dan penggunaan gawai

Penelitian yang dilakukan oleh Suryati

memfokuskan untuk meminalisir penggunaan gadget bagi anak .

Penelitian terfokus dengan peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada u s i a a n a k S D 1 0 tahun

(25)

25 2.3 Kerangka Teori

Berikut adalah gambaran kerangka teori yang akan digunakan dalam

penelitian :

Gambar 2.3 Kerangka Teori Grand Theory ( Peran Orang Tua)

Teori Peran Orang Tua menurut Novarinda, dkk (2017:42Peran orang tua adalah perilaku yang berkenaan dengan orang tua dalam memegang posisi tertentu dalam lembaga keluarga yang didalamnya berfungsi sebagai pengasuh, pembimbing dan pendidik bagi anak.

Faktor yang mempengaruhi peran

orang tua

Middle Theory

Teori Gadget menurut Chusna (2017:318)

Gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya. Contohnya: komputer, handphone, game dan lainnya.

Teori Pengawasan Orang Tua menurut Riadi Kusuma (2013:1) Pengawasan kepada anak diantaranya (1) hangat dan tegas (Autoritative Parenting), (2) kurang mau menerima kemauan anak (Authoritarian Parenting), (3) sedikit waktu untuk anak (Neglect Parenting), dan (4) memberikan kebebasan pada anak (Indulgent Parenting ).

(26)

26

Peran orang tua pada penelitian ini dianalisis menggunakan teori

Novarinda, dkk(2017:42) karena teori tersebut dapat merinci dan menjabarkan dari kenyataan. Faktor yang mempengaruhi peran orang tua akan dapat mempengaruhi penggunaan gadget terhadap anak, dalam penelitian ini gadget tentunya memberikan dampak positif dan dampak negative bagi anak, untuk mengetahui hal tersebut terdapat dampak positif dan dampak negative penggunaan gadged. Namun penelitian ini akan lebih memfokuskan pada peran orang tua dalam mengatasi dampak negative penggunaan gadget pada anak.

2.4 Kerangka Berpikir

Peran orang tua merupakan suatu cara ataupun tindakan yang dilakuakan oleh orang tua dengan penuh tanggung jawab kepda anak dan serta sebagai panutan yang sangat berpengaruh untuk seorang anak. Peran orang tua itu sangatlah penting sebagai figur untuk mengasuh, mengawasi, dan mengarahkan pemakaian gadget agar tidak disalah gunakan anak usia SD atau bisa dikatakan pada usia 10 tahun. Pemakaian gadget dapat menjadi candu yang akan sulit untuk ditanggulangi dan akan mengakibatkan perilaku yang menyimpang jika tidak dalam pengawasan yang tepat. Setelah dilakukan pengamatan dilapangan oleh peneliti, faktor yang telah mempengaruhi anak menggunakan gadget yakni bisa ditemukan bahwa banyak anak – anak ussia SD atau usia 10 tahun lebih sering berkumpul untuk memainkan game online sedangkan untuk penggunaan media belajar tidak selalu sering. Anak kalau sudah berkeinginan untuk main game terkadang itu sangat sulit untuk dikondisikan oleh orang tua. Orang tua itu pasti mempunyai kendala dalam mengatasi anak yang sudah berkencanduan dalam menggunakan gadget.

Dampak yang timbul dari penggunaan gadget dapat dari segi positif dan negative tergantong dari jenis pemakaian gadget tersebut. Namun peneliti lebih menjumpai dampak negatif yang timbul pada anak.

Sesuai dengan bagan yang terdapat pada kerangka berpikir dibawah dapat diuraikan melalui dari peran orang tua dalam mendidi anak, serta mengasuh nak. Faktor yang mempengaruhi penggunaan gadget salah satunya yaitu game online maka dalam peran orang tua dalam mengawasi anak

(27)

27

sangatlah berpengaruh bagi anak pengguna gadget meskipun terdapat dampak positif namun hal ini lebih banyak menimbulkan dampak negative bagi anak sehingga peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget sangat berpengaruh.

Gambaran kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Peran Orang Tua

C Mengontrol /Mengawasi Anak

Anak Usia SD 10 Tahun

Penggunaan Gadget

Dampak Positif Gadget

Dampak Negatif Gadget

Peran Orang Tua dalam Mengontrol Penggunaan Gadget Usia Anak SD

(28)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penilitian

Penelitian ini akan dilaksankan di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Dimana dalam prosesnya penelitian ini akan meneliti tentang peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadged pada usia anak SD yang akan terdiri dari 2 anak laki – laki dan 3 perempuan .

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Adapun persiapan penelitian akan dilakukan pada bulan September 2021, kemudian tahap pelaksanaan peneliti akan dilakukan pada bulan Januari 2022 dan tahap pelaporan akan dilakukan bulan januari 2022. Dengan adanya tahap – tahap yang telah peneliti susun tersebut, diharapkan penelitian yang akan dilakukan akan berjalan dengan tepat waktu dan memperoleh hasil penelitian yang sesuai yang akan telah direncanakan.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta dengan analisis data deskriptif. Dilakukan dengan mengutamakan kedalaman penghayatan konsep yang akan dikaji secara empiris. Penelitian kualitatif ini akan dilakukan dengan mengumpulkan data yang umumnya peneliti menemukan data deskriptif maupun dokumentasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data akan didapatkan berupa catatan observasi,catatan wawancara, dokumentasi, dan pendukung lainnya. Ciri – ciri metode penelitian deskriptif kualitatif menurut Nugrahani(2014:32) sebagai berikut.

( 1) menggambarkan proses dari waktu ke waktu dalam situasi yang akan dialami tanpa rekayasa serta dapat mengungkap hubungan yang wajar antara peneliti dengan informant, ( 2) memungkinkan pendekumentasian sistemasis

(29)

29

tentang pelaksanaan pogram, ( 3) memungkinkan untuk dilakukan analisis yang induktif yang berorientasi pada eksplorasi, penemuan dan logika induktif, dan ( 4) memungkinkan untuk mendeskripsian perilaku manusia dalam konteks yang natural.

Ditinjau dari masalah yang akan diselidiki, dalam teknik dan alat yang digunakan dalam penelitian serta tempat dan waktu penelitian yang dilakukan maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif studi kasus.

( Nugrahani 2014:92) dalam melakukan penelitian studi kasus, peneliti akan dapat berinteraksi terus menerus dengan data – data yang akan dikumpulkan.

Selain itu juga dapat menggunakan berbagai sumber bukti penelitian tentang peristiwa yang berkonteks kehidupan yang nyata. Peneliti studi kasus ini mengarahkan pada pendiskripsian yang secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks, tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya dilapangan studi. Mengingat jenis penelitian studi kasus ini sangat mementingkan deskripsi proses tentang apa, mengapa, dan bagaimana sesuatu yang terjadi, untuk mengarah pada pemahaman yang makna dari suatu fenomena yang akan dikaji.

3.3 Peranan Peneliti

Peneliti memiliki peran penting dalam terwujudnya keberhasilanpenelitiannya. Peran peneliti dari mulai observasi permasalahan dilapangan sampai dengan penyimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti akan bertanggung jawab dengan sepenuhnya atas penelitian yang dilakukan, mulai dari menciptakan ide atau gagasan, perencanaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga menyimpulkan hasil penelitian. Peran peneliti dalam penelitian ini yakni melakukan pengamatan terhadap peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pada usia anak SD 10 tahun di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, mengumpulkan data terkait dengan peran orang tua dalm mengontrol penggunaan gadged pada usia anak SD 10 tahun di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, melakukan kegiatan wawancara

(30)

30

dengan orang tua dan anak usia SD 10 tahun yang menggunakan gadget, menganalisis data dan mengolah data yang telah dikumpulkan, serta menyususun dan menyajikan data yang telah dianalisis sebelumnya.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan data kualitatif deskriptif. Kualitatif yang merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada suatu objek yang alamiah. Objek dlam penelitian kualitatif adalah objek alamiah, apa adanya, dan tidak memanipulasi baik dalam keadaan ataupun kondisinya, sehingga metode ini disebut deskriptif. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan menggamabarkan peranan orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget pad usia anak SD 10 tahun. Alasan peneliti memilih metode ini untuk mendapatkan data yang nyata yang terjadi dilapangan pada saat melakukan penelitian sehinga setelah memperoleh data kemudian dianalisis. Selain itu, penelitian deskriptif digunakan digunakan dalam penelitian ini karena akan dipandang sangatlah tepatdan peneliti dapat mendeskripsikan dengan berbagai sumber data dan informasi baik itu dari berbagai pendapat para ahli dan berdasarkan dengan hasil obsevasi wawancara yang dapat dijadikan sebagai data yang dapat membantu dalam penelitian ini. Dalam penelitian deskriptif ini juga tidak hanya terbatas pada pengumpulan data atau infrmasi dari berbagai sumber tetapi data yang didapatkan juga dapat dianalisis dengan demikian pembahasan masalah dan analisis data menjadi mudah untuk dipahami.

Dalam penelitian ini, data akan diperoleh dengan secara lisan maupun tulisan. Data lisan diperoleh dari hasil wawancara dari narasumber yaitu dengan orang tua anak dan anak usia SD 10 tahun, peneliti memilih anak usia SD 10 tahun dikarenakan anak akan memilki rasa ingin tahu dalam perkembangan dan pertumbuhannya, baik itu dari segi fisik, kognitif, sosial, emosional, kreativitas, bahasa dan kmunikasi. Data tulisan diperoleh dari hasil

(31)

31

teori pendukung yang ada dibuku terkait pendukung variabel yang akan diteliti yaitu peran rang tua dalam mengntrol penggunaan gadget pada usia anak.

3.4.2 Sumber Data

Nugrahani (2014:113) sumber data primer merupakan sumber data yang memuat data utama yakni data yang diperoleh secara lansung dilapangan, misalnya narasumber/informant. Sumber data sekunder data tambahan yang diambil tidak secara langsung di lapangan, melainkan sumber yang sudah dibuat oleh orang lain, misalnya buku, dokumen, foto, dan statistik.

Sumber data yang digunakan untuk peneliti ini adalah sebagai berikut. ( 1) sumber primer adalah sumber data yang didapat atau diperoleh secara langsung dari sumber utama, yaitu dari pihak yang menjadi objek dari penelitian ini. Data primer dari penelitian ini adalah data yang dihasilkan melalui wawancara secara langsung yaitu di Desa Soco Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan ( 2 ) sumber data sekunder adalah data –data pelengkap yang diperoleh dari sumber data pertama, yaitu mencangkup dokumen, foto – foto, dan buku – buku yang dijadikan referensi untuk melengkapi data dari penelitian yaitu peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadged.

3.4.3 Kategorisasi Informan

Penelitian ini akan memfokuskan pada informan yang berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori tersebut diharapkan dapat memberikan sumber data yang beragam sehingga dalam penelitian ini akan memperoleh sumber data yang kompleks. Adapun kategorisasi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(32)

32 1. Kategori Orang Tua

Gamabar 3.1 Kategorisasi Orang Tua

2. Kategori Anak

Gambar 3.2 Kategorisasi A Orang Tua

Pendidikan Pekerjaan

SMA/MA SMP/MTS SD/MI

Pendidik Buruh

IRT

Jenis Kelamin Hasil Belajar

Laki – Laki Perempuan

Tinggi Sedang Rendah Anak

(33)

33 3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Observasi

Spradley ( dalam Nugrahani 2014:135) observasi dapat dialkukan secara langsung dan tidak langsung. Yaitu dengan mengambil peran atau tidak berperan. Observasi dapat dibedakan menjadi observasi berperan dan observasi tidak berperan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi adalah observasi berperan (participant observation ). Pada teknik ini peneliti menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian penelitian menurut kondisi yang sebenarnya. Observasi ini dapat dilakukan secara formal dan informal, dengan melibatkan peneliti sebagai anggota lembaga atau kelompok pada masyarakat yang akan diteliti. Peneliti melakukan observasi ini tentang beberapa hal yang terkait dengan peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadged pada usia anak SD 10 tahun di Desa Soco.

3.5.2 Wawancara Mendalam

Sugiyono (2016:194) mengemukakan wawancara terstruktur adalah wawancara yang telah dilakukan secara terencana dengan memersiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan secara bebas, dimana peniliti tidak perlu pedoman wawancara yang disusun dengan secara sistematis.

Teknik wawancara dalam penilitian ini dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam. Tujuan dari wawancara mendalam adalah untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka dan mendapatkan informasi lebih jauh. Wawancara mendalam dalam dalam penelitian ini akan menggali lebih dalam tentang dampak negatif penggunaan gadget yang dialami anak dengan menggunakan pedoman aspek- aspek dampak negatif gadget dan peran orang tua dalam mengatasi dampak negatif gadget tersebut. Semua pertanyaan akan disusun dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan orang tua sehingga diperoleh informasi yang sebenar – benarnya. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mempersiapkan pedoman terlebih dahulu.

(34)

34

Wawancara ini ditujukan kepada orang tua dan usia anak SD 10 tahun di Desa Soco. Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi terkait peran orang tua dalam mengontrol penggunaan gadget.

Berikut narasumber yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah : (1) Orang tua anak yang berjumlah 10 orang ( 2) anak usia SD 10 tahun yang berjumlah 10 anak.

3.5.3 Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi kegiatan adalah proses pengambilan gambar dengan menggunakan kamera dalam pada saat pelaksanaan penelitian. Segala kejadian dan kegiatan penting dalam penelitian mulai observasi, wawancara, dan lainnya akan didkumentasikan oleh hasil gambarnya untuk dijadikan sumber data pendukung dari data yang diperoleh dan gambar – gambar atau foto yang diperoleh akan menjadi bukti nyata dari proses penelitian.

3.5.4 Pencatatan

Pencatan adalah proses mencatat hal – hal penting yang akan berkaitan dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Peneliti akan menggunakan alat tulis, dan lembar observasi serta wawancara saat sednag melakukan penelitian dilapangan. Dalam proses pencatatan akan berlangsung saat penelitian. Dan hasil pencatatan dari penelitian akan disimpan dengan baik dan yang kemudian akan dilanjutkan untuk analisis data.

3.5.4 Transkripsi

Transkripsi hasil observasi dan wawancara itu dibuat setelah peneliti mendapatkan data- data yang telah terkumpul kemudian diorganisasikan.

Langkah – langkah penyusunan transkrip hasil observasi dan wawancara meliputi pengumpulan data, mencari kata kunci, kemudian menentukan tema yang dikategorikan menjadi beberapa sub tema, dihubungkan dengan menggunakan pola dan pengembangan teori.

(35)

35 3.6 Keabsahan Data

Nugrahani (2014:114) menjalaskan bahwa keabsahan data adalah merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep validitas atau kesahihan dan realiabilitas keandalan data. Penelitian ini menggunakan keabsahan data diukur dengan triangulasi. Nugrahani (2014:115) berpendapat triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang akan bersangkutan.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, triangulasi waktu dan triangulasi teknik.

1) Triangulasi narasumber yaitu triangulasi yang mengarahkan penliti untuk mengumpulkan data dari beragam narasumber.

2) Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan wawancara, observasi, atau teknik lainnya dalam waktu yang berbeda.

3) Triangulasi teknik yaitu pengumpulan data yang berbeda – beda kemudian dibandingkan dengan mengecek pada informasi yang diperoleh dengan wawancara atau observasi dari sumber yang sama.

3.7 Analisis Data

Miles & Huberman (dalam Nugrahani, 2014:173) mengemukakan dari tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif.

( 1) reduksi data, ( 2 ) penyajian data ( 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Analisis data kualitatif mulai dilakukan ketika proses pengumpulan data berlangsung di lapangan dan analisis data dilakukan dalam bentuk siklus.

Analisis data dimulai dengan proses pengumpulan data yang akan dilaakukan secara terus menerus sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan akhir.

Reduksi dalam data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal – hal yang pokok. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk melakukan pengumpulan data. Data yang sudah direduksi langkah

(36)

36

selanjutnya yaitu memaparkan data. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus serta sebagai acuan mengambil tindkaan yang berdasarkan permasalahan dan analisis berupa sajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah untuk dipahami. Penarikan kesimpulan adalah hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Gambar 3.3 Tahapan Analisis Data Tahapan analisis data yang dilakukan oleh peneliti akan dilaksanakan mulai dari menentukan rancangan penlitian, kemudian data yang diperoleh direduksi sehingga mengetahui hasil yang diperoleh dilapangan. Data yang telah didapatkan dari proses penelitianakan dianalisis agar hasil penlitian tidak bersifat subjektif, kemudian tahap selanjutnya peneliti akan dilakukan penyimpulan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Koneksi Data Penyajian Data

Kesimpulan Reduksi Data

(37)

37

Adi, Tri Nugroho. 2017. “Pola Pengawasan Orang Tua terhadap Aktivitas Anak di Dunia Maya: Studi Kasus pada Keluarga dengan Anak Remaja Usia 12 – 19 Tahun di Purwokerto. Acta Diurna. 13 (1). 1 - 20

Ariston, Y & Frahasini. 2018. “Dampak Penggunaan Gadget Bagi Perkembangan Sosial Anak Sekolah Dasar”. Journal Of Educational Review And Research. 1 (2). 86 – 91

Astuti, Dewi Puji & Sembiring, Benar., 2019. “Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Kota Jambi”. Scientific Journals of Economic Education. 3 (2). 1 – 8 Chusna, Puji Asmaul. 2017. “Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak”. Dinamika Penelitian:Media Komunikasi Sosial Keagamaan. 17 (2). 315 – 329

Dahlia, Ti., Safiah, Intan & Soedirman. 2017. “Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Perkembangan Karakter Anak Pada Usia Sekolah Dasar Di Sdn 20 Kota Banda Aceh”.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2 (4). 143 – 149 Dharma, Yokie Prasetyo., Sijono., Yudita, Susanti. 2018. “Peran Orang Tua Mengontrol Perilaku Anak dalam Penggunaan Gadget”. Jurnal Pengabdian Masyarakat Khatulistiwa. 1 (2). 113 – 121

Frahasini & Ariston Yummi. 2018. “Dampak Penggunaan Gadget bagi Perkembangan Sosial Anak Sekolah Dasar”. 1 (2). 86 – 91 Hendri. 2019. “Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak”. Jurnal At-Taujaih bimbingan dan Konseling Islam., 2 (2). 56 – 71

Ihroni. T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta:

Rieneka Cipta Karwati, Lilis., Kurniawan, Didik & Anggraeni, Rena. 2020. “Pendampingan

Orang Tua pada Anak Pengguna Gawai di Satuan Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Ilmiah PTK PNF. 15 (1). 33 – 39

(38)

38

Kusuma, Riadi. 2013. Macam-macam Pengawasan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak dan Pengaruhnya Terhadap Anak.

Jakarta: Rineka Cipta

Novita, Dian., Amirullah & ruslan. 2016. “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Usia Dini di Desa Air Pinang Kecamatan Simeulue Timur”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah. 1 (1). 22 – 30

Novitasari, Nurul., 2019. “Strategi Pendampingan Orang Tua terhadap Intensitas Penggunaan Gadget pada Anak”. Al Hikmah: Indonesian Journal Of Early Childhood Islamic Education. 3 (2). 167 – 188

Nugrahani. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa.Surakarta

Pebriana, Putri Hana. 2017. “Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini”. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1 (1). 1 – 11

Raudhoh. 2017. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Studi Gender dan Anak. 2 (1). 83 – 107

Roza, Emilia., Kamayani, Mia & Gunawan. 2018. “Pelatihan Mmemantau Penggunaan Gadget pada Anak”. Jurnal SOLMA. 7 (2). 208 – 214

Rozalia, Maya Ferdiana . 2017. “Hubungan Intensitas Pemanfaatan Gadget Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD. 5 ( 2 ). 722-731

Sahriana, Nanang. 2019. “Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini”.Jurnal Smart PAUD. 2 (1). 60 – 66

Saputri, Adek Diah & Pambudi, Diah Ayuning. 2018. “Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan Intraksi Sosial Anak Usia Dini”. Proceedings of The 3 rdAnnual Conference on Islamic Early Childhood Education. Vol 3. 265 – 277

Setianingsih., Ardani, Wahyu Amila., Khayati, Firiana Noor. 2018. “Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Prasekolah Dapat Meningkatkan Resiko Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas”. Gaster: Jurnal Kesehatan. 16 (2). 191-205

(39)

39

Solihat, ilmi., Riansi, Erwin Salpa. 2018. “Literasi Cerita Anak dalam Keluarga Berperan sebagai Pembelajaran Pembentukan Karakter Anak Sekolah Dasar”.

Jurnal Pendidikan Sekolah Dasari. 4 (2). 258 – 271

Sunarto & Hartono, Agung. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Suryati, Nanik. 2020. “Optimalisasi Peran Orang tua dalam Meminimalisir Penggunaan Gawai bagi Anak”. Taujihat: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. 1 (1). 47 – 65

Taufik, Agus., Prianto, Puji Lestari., Lestari Hera & Mikarsa. 2007. Pendidikan Anak SD. Jakarta : Universitas Terbuka

(40)

1

Gambar

Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Relevan Mandiraja  Kabupaten Banjarnegara gadget  kecanduan penggunaan gadget  gadget  pada  anak usia  SD 10 tahun
Gambar 2.3 Kerangka Teori Grand Theory ( Peran Orang Tua)
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Peran Orang Tua
Gambar 3.3 Tahapan Analisis Data         Tahapan analisis data yang dilakukan oleh peneliti akan dilaksanakan mulai  dari menentukan rancangan penlitian, kemudian data yang diperoleh direduksi  sehingga  mengetahui  hasil  yang  diperoleh  dilapangan

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tugas Akhir/Skripsi: PERANCANGAN VISUAL KAMPANYE SOSIAL DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN GADGET UNTUK ORANG TUA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI DKI JAKARTA Dengan ini menyatakan

Apabila orang tua mengawasi penggunaan gadget maka anak akan menggunakan gadget sesuai arahan dari orang tuanya, dan orang tua mana yang akan membawa pengaruh baik dan buruk bagi anak.8

Diharapkan orang tua lebih selektif dalam membagikan mainan pada anak, paling utama pemberian izin memakai gadget. Perlunya ketegasan serta pendampingan dari orang

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, pekerjaan, jumlah anak, pendidikan, dan kemampuan penggunaan aplikasi gadget memengaruhi tingkat stres orang tua terhadap proses

Gadget yang digunakan oleh anak usia dini dengan sebijak mungkin akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kreativitas dan kemudahan sang anak untuk belajar, bermain,

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua, antara lain: 1 memilihkan fitur pada gadget yang sesuai dengan usia anak; 2 mendampingi anak selama penggunaan gadget; 3 memberi

Hal ini sejalan dengan peneliatian yang menyebutkan bahwa peran orang tua dalam mengawasi penggunaan smartphone pada anak adalah harus bersikap tegas dan tidak boleh memanjakan anaknya

Adapun hasil penelitian ini adalah adanya peran orang tua dalam mencegah kecanduan gadget pada anak berupa komunikasi dengan baik sesuai dengan perkembangan anak.7 Berbagai penelitian