• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA

(TINJAUAN IPM)

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TAHUN 2005-2013

(4)

PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013

Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : xiii + 156 halaman

Penanggung Jawab : Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si.

Penulis : Aldizah Dajustia Hutami, S.ST.

M. Risqal, S.Si., M.Si.

Darma Endrawati, S.ST.

Dian Ariyanti

Lifi Ana, S.ST., S.E., M.Si.

Editor : Ir. Zunadi, M.NatResEcon.

Visual Design : Eling Kusnandar H.

(5)

i

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat, salah satunya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). IPM dibangun oleh indikator-indikator yang merepresentasikan bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

“Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia (Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013” ini merupakan jawaban atas perhatian penyelenggara pemerintah Provinsi Kepulaun Riau dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Kajian dan analisis disajikan baik secara umum dalam lingkup provinsi maupun secara spasial.

Dengan demikian, publikasi ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam merumuskan permasalahan strategis yang paling mendesak dan sangat dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan kinerja pembangunan manusia serta masukan bagi pemerintah daerah sebagai alat bantu perencanaan (planning tool) pembangunan yang lebih mengakomodasi dimensi pembangunan manusia. Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun.

Tanjungpinang, Agustus 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si.

(6)

ii

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI……… ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR. ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Dasar Pelaksanaan ... 6

1.3. Ruang Lingkup ... 8

1.4. Maksud dan Tujuan ... 8

1.5. Sasaran dan Keluaran ... 9

1.6. Pembiayaan ... 10

BAB 2 PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Riau ... 12

2.2. Gambaran Capaian Pembangunan Manusia Level Kabupaten/Kota... 17

2.3. Disparitas IPM Antarkabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau ... 31

BAB 3 CAPAIAN DAN TANTANGAN BIDANG PENDIDIKAN 3.1. Gambaran Pencapaian Bidang Pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau ... 36

3.2. Tantangan Bidang Pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau... 54

(7)

iii

4.1. Gambaran Pencapaian Bidang Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau ... 64

4.2. Tantangan Bidang Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau... 84

BAB 5 CAPAIAN DAN TANTANGAN BIDANG EKONOMI 5.1. Gambaran Pencapaian Bidang Ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau ... 91

5.2. Tantangan Bidang Ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau ... 101

BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 105

6.2. Rekomendasi ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN ... 115

CATATAN TEKNIS ... 147

DEFINISI ISTILAH STATISTIK ... 154

(8)

iv

Tabel 2.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau ... 18 Tabel 3.1. Perbandingan Angka Melek Huruf Provinsi se-Sumatera dan Indonesia Tahun

2005-2013 (Persen) ... 37 Tabel 3.2. Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 38 Tabel 3.3. Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 42 Tabel 3.4. Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi se-Sumatera dan Indonesia

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 46 Tabel 3.5. Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Kelompok Umur

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005 dan 2013 (Persen) ... 49 Tabel 3.6. Perbandingan Rasio Murid Guru Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2013 ... 55 Tabel 3.7. Banyaknya Murid Putus Sekolah Menurut Status Sekolah Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 (Orang) ... 58

T

abel 4.1. Perbandingan Angka Harapan Hidup Provinsi se-Sumatera Tahun 2005, 2009

dan 2013 (tahun) ... 65 Tabel 4.2 Reduksi Shortfall Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2004-2013 (Tahun) ... 69 Tabel 4.3 Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2012 ... 73 Tabel 4.4 Persentase Rumahtangga yang Menghuni Rumah Berlantai Tanah Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006 dan 2013 ... 80 Tabel 4.5 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Terhadap Air Bersih dan

Sanitasi Sehat Menurut Status Miskin, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 ... 83 Tabel 4.6 Indikator Kesehatan Menurut Tempat Tinggal Provinsi Kepulauan Riau, Tahun

2012... 85

(9)

v

Tabel 4.8 Banyaknya Desa Menurut Ketersediaan Layanan Kesehatan Desa Provinsi

Kepulauan Riau, Tahun 2011 ... 86 Tabel 4.9 Banyaknya Desa Menurut Keberadaan Penampungan Sampah Sementara dan

Pemukiman Kumuh Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2011 ... 88 Tabel 5.1 Purchasing Power Parity (PPP) dan PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2011, 2012, dan 2013 (Ribu Rp) ... 92 Tabel 5.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2010-2013 ... 95 Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten Kota Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2011-2013 ... 98 Tabel 5.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Rau Tahun 2010-2013 ... 101 Tabel 5.5 Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2010 – 2013 ... 102 Tabel 5.6 Banyaknya Desa Menurut Keberadaan Jaringan Listrik di Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011... 103

(10)

vi

Gambar 2.1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 13 Gambar 2.2. Indeks Pembangunan Manusia Regional Sumatera Tahun 2005 ... 14 Gambar 2.3 Indeks Pembangunan Manusia Regional Sumatera Tahun 2013 ... 14 Gambar 2.4 Reduksi Shortfall per Komponen Pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau 15 Gambar 2.5 Reduksi Shorfall IPM Provinsi di Regional Sumatera Selama Kurun Waktu

2005-2013 ... 15 Gambar 2.6 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2013 (Persen) ... 17 Gambar 2.7 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Selama Kurun Waktu 2005-2013 ... 19 Gambar 2.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Karimun ... 20 Gambar 2.9 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Karimun Tahun 2013

(persen) ... 21 Gambar 2.10 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bintan ... 22 Gambar 2.11 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013

(Persen) ... 22 Gambar 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Natuna ... 23 Gambar 2.13 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Natuna Tahun 2013

(Persen) ... 24 Gambar 2.14 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga ... 25 Gambar 2.15 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Lingga Tahun 2013

(Persen) ... 25 Gambar 2.16 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas ... 26 Gambar 2.17 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas

Tahun 2013 (Persen) ... 27

Gambar 2.18 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Batam ... 28

Gambar 2.19 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kota Batam Tahun 2013 (Persen) 28

Gambar 2.20 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Tanjungpinang ... 29

(11)

vii

Gambar 2.22 Disparitas Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Persen) ... 31 Gambar 2.23 Disparitas Capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Persen) ... 32 Gambar 2.24 Disparitas Capaian Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Persen) ... 32 Gambar 2.25 Disparitas Capaian Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Persen) ... 34 Gambar 2.26 Disparitas Capaian Daya Beli Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Persen) ... 34 Gambar 3.1 Perbandingan Angka Melek Huruf Provinsi se-Sumatera dan Indonesia

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 38 Gambar 3.2 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2005-2013 (Persen) ... 39 Gambar 3.3 Reduksi Shortfall AMH Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 (Persen) 40 Gambar 3.4 Reduksi Shortfall AMH Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005-2013 (Persen) ... 41 Gambar 3.5 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2005-2013 (Persen) ... 44 Gambar 3.6 Reduksi Shortfall MYS Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 (Persen) . 45 Gambar 3.7 Reduksi Shortfall MYS Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005-2013 (Persen) ... 45 Gambar 3.8 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi se-Sumatera dan Indonesia

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 47 Gambar 3.9 Perbandingan APS Menurut Kelompok Umur Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2005-2013 (Persen) ... 49

(12)

viii

Gambar 3.11 Perbandingan APS Menurut Kelompok Umur 13-15 Tahun

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 (Persen) ... 52 Gambar 3.12 Perbandingan APS Menurut Kelompok Umur 16-18 Tahun

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 (Persen) ... 53 Gambar 3.13 Perbandingan Rasio Murid Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2013 (Persen) ... 56 Gambar 3.14 Persentase Angka Putus Sekolah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

(Persen) ... 59 Gambar 3.15 Jumlah Perguruan Tinggi di Provinsi Kepulauan Riau dan Sebarannya

Tahun 2013 (Lembaga) ... 60 Gambar 3.16 Jumlah Kondisi Gedung Sekolah di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

(Gedung) ... 61 Gambar 4.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup di Indonesia dan Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2005-2013 (Tahun) ... 64 Gambar 4.2 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2005 dan 2013 (Tahun) ... 66 Gambar 4.3 Reduksi Shortfall Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2004-2013 ... 67 Gambar 4.4 Perkembangan Angka Kesakitan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013

(Persen) ... 70 Gambar 4.5 Perkembangan Rata-rata Lamanya Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005 dan 2013 ... 70 Gambar 4.6 Perkembangan Angka Kesakitan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2005 dan 2012 (Persen) ... 71 Gambar 4.7 Perkembangan Rata-rata Lamanya Sakit Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2005 dan 2013 (Hari) ... 71

(13)

ix

Gambar 4.9 Angka Kematian Ibu (AKI yang dilaporkan) Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2008 dan 2012 ... 72 Gambar 4.10 Persentase Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2005-2013 ... 75 Gambar 4.11 Persentase Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005 dan 2013 ... 75 Gambar 4.12 Perkembangan Fasilitas Perumahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005,

2009 dan 2013 (Persen) ... 77 Gambar 4.13 Persentase Rumahtangga Tanpa Air Minum Layak Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005 dan 2013 ... 78 Gambar 4.14 Persentase Rumahtangga Tanpa Santasi Layak Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006 dan 2013 ... 79 Gambar 4.15 Persentase Balita 0-4 Tahun yang Tidak Pernah Disusui Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2011-2013 ... 81 Gambar 4.16 Persentase Balita 0-4 Tahun yang Mendapat ASI Eksklusif Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 ... 81 Gambar 4.17 Persentase Balita 0-4 Tahun yang Pernah Diimunisasi di Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2005, 2011, dan 2013 ... 82 Gambar 4.18 Persentase Balita 0-4 Tahun yang Mendapat Imunisasi Lengkap Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 ... 82 Gambar 4.19 Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 ... 87 Gambar 5.1 Purchasing Power Parity (PPP) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013

(Ribu Rp) ... 90 Gambar 5.2 PDRB Perkapita Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2013 (Juta Rp) ... 90 Gambar 5.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005-2013 ... 95

(14)

x

Gambar 5.5 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006-2013 .... 97

Gambar 5.6 Jumlah Pengangguran Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006-2013 (Jiwa) ... 100

Gambar 5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006-2013 . 100

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional, 2005-2013 ... 116

Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau, 2005-2013 ... 117

Lampiran 3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Karimun, 2005-2013 ... 118

Lampiran 4. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bintan, 2005-2013 ... 119

Lampiran 5. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Natuna, 2005-2013 ... 120

Lampiran 6. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2005-2013 ... 121

Lampiran 7. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas, 2005-2013 ... 122

Lampiran 8. Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam, 2005-2013 ... 123

Lampiran 9. Indeks Pembangunan Manusia Kota Tanjungpinang, 2005-2013 ... 124

Lampiran 10. Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 125 Lampiran 11. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005- 2013 ... 126

Lampiran 12. Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 7-12 Tahun Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 127

Lampiran 13. Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 13-15 Tahun Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 128

Lampiran 14. Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 16-18 Tahun Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 129

Lampiran 15. Persentase Buta Huruf Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 130

Lampiran 16. Angka Partisipasi Kasar Kelompok Usia 7-12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 131

(16)

xii Lampiran 17. Angka Partisipasi Kasar Kelompok Usia 13-15 Tahun Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 132 Lampiran 18. Angka Partisipasi Kelompok Usia 16-18 Tahun Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 133 Lampiran 19. Angka Partisipasi Murni Kelompok Usia 7-12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 134 Lampiran 20. Angka Partisipasi Murni Kelompok Usia 13-15 Tahun Menurut Kabupaten/

Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 135 Lampiran 21. Angka Partisipasi Murni Kelompok Usia 13-15 Tahun Menurut Kabupaten/

Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 136 Lampiran 22. Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004-2013 ... 137 Lampiran 23. Persentase Penduduk yang Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2005-2013... 138 Lampiran 24. Rata-rata Lama Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005-2013 (hari) ... 139 Lampiran 25. Persentase Kelahiran Ditolong Oleh Tenaga Medis Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 140 Lampiran 26. Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Akses ke Sumber Air Minum

Bersih Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 141 Lampiran 27. Persentase Rumah Tangga yang Menghuni Rumah Berlantai Tanah Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 142 Lampiran 28. Persentase Rumah Tangga Tanpa Akses Terhadap Sanitasi Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 ... 143

(17)

xiii Lampiran 29. Purchasing Power Parity (PPP) Disesuaikan Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2005-2013... 144 Lampiran 30. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2006-2013 (Ribu Jiwa) ... 145 Lampiran 31. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2004-2013... 146

(18)

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah mencapai pembangunan manusia Kepulauan Riau seutuhnya dan pembangunan masyarakat Kepulauan Riau seluruhnya. Hal ini diwujudkan dengan memfokuskan perhatian pembangunan daerah Kepulauan Riau pada manusia sebagai titik sentral yang bercorak dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, rakyat harus diikutsertakan dalam seluruh proses pembangunan. Artinya, rakyat bukan hanya sebagai alat untuk mencapai hasil akhir pembangunan, tetapi sebagai tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri.

Untuk dapat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah Provinsi

BAB 1

PENDAHULUAN

(19)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 2

Kepulauan Riau, tentunya dibutuhkan masyarakat yang tidak hanya unggul dari segi kuantitas, tetapi juga maju dari segi kualitas. Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya serius dalam rangka meningkatkan kualitas manusia, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek moralitas (iman dan takwa). Seluruh upaya pemerintah daerah tersebut merupakan prasyarat penting untuk mencapai masyarakat Kepulauan Riau yang berkualitas.

Sebelum tahun 1970-an, keberhasilan pembangunan semata- mata hanya diukur dari tingkat pertumbuhan GDP/GNP, baik secara keseluruhan maupun perkapita.

Namun, fakta menunjukkan banyak negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup penduduknya. Oleh karena itu, para pakar merumuskan konsep baru dalam mengukur pembangunan suatu negara yang berorientasi pada manusia. Konsep ini mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara tidak hanya ditandai oleh tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi tetapi mencakup pula kualitas manusianya. lnilah tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan mampu meningkatkan kualitas mereka sebagai manusia.

Dalam menghadapi perdagangan bebas, diperlukan iklim investasi yang kondusif serta peningkatan kualitas manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Regulasi pembangunan yang memegang teguh prinsip dan konsep pembangunan manusia mutlak diperlukan dimana manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir pembangunan.

Cara pandang yang lebih luas ini memungkinkan pemerintah daerah dapat memenuhi

hak-hak setiap warganya serta dapat menjamin pertumbuhan ekonomi daerah yang

kuat dan mantap dalam jangka panjang.

(20)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 3

Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Namun persoalannya adalah capaian pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya gagal. Selanjutnya bagaimana menilai keberhasilan pembangunan manusia secara keseluruhan?

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah ataudaerah

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli.

Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan tingkat kesehatan. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur tingkat pendidikan. Sedangkan indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukurstandar hidup layak.

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam

proses pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dengan modal manusia yang

berkualitas kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini dapat

diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Demi

(21)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 4

memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas perlu pula dilakukan pembangunan manusia. Untuk itu dibutuhkan suatu kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia yang dapat ditafsirkan juga sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan (enlarging the choices of the people). Seperti diketahui, beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan potensinya.

Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya melihat pada peningkatan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu.

Agar pertumbuhan ekonomi suatu daerah sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi daerah itu harus disertai dengan syarat cukup yaitu pemerataan pembangunan daerah. Dengan pemerataan pembangunan daerah terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan daerah.

Saat ini tampaknya pemerintah daerah sangat perhatian dengan issue

pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai salah satu

alokator dana alokasi umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan wilayah

(fiscal gap). Alokator lainnya adalah luas wilayah, jumlah penduduk, produk domestik

regional bruto dan indeks kemahalan konstruksi. Seyogianya, wilayah dengan IPM

rendah secara perlahan dapat mengejar ketertinggalannya karena memperoleh alokasi

dana yang berlebih. Meskipun demikian, hal itu masih sangat tergantung dengan

strategi pembangunan yang dijalankan oleh wilayah tersebut. Dengan demikian, cukup

(22)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 5

menarik untuk melihat pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan selama ini khususnya selama tahun 2005-2013. Selain itu, menarik pula untuk dilihat perkembangan masing-masing komponen IPM dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM.

Terkait dengan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan, barangkali perlu dilihat hasil-hasil pemerataan pembangunan manusia antar wilayah, khususnya pada levelprovinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kesadaran akan demokrasi, desentralisasi menjadi salah satu pilihan dalam upaya menggerakkan roda pembangunan. Proses desentralisasi tampaknya telah membuka potensi-potensi wilayah untuk berkembang secara aktif dan mandiri. Kompetisi antar wilayah makin dinamis sebagai ajang adu kebijakan pembangunan manusia yang efektif dan efisien sehingga mampu mengurangi kesenjangan capaian pembangunan manusia antar kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.

Wilayah perkotaan yang sarat dengan fasilitas pembangunan memiliki capaian pembangunan manusia yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Daya tarik kota membawa dampak pada berpindahnya penduduk yang lebih berkualitas ke kota. Sebagai dampaknya, daerah-daerah penyangga dan wilayah kabupaten memiliki capaian pembangunan yang relatif rendah. Melalui otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah mampu mengembangkan program-program yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah sehingga kualitas pembangunan manusianya dapat ditingkatkan.

Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan

yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Namun perubahan atau peningkatan angka

IPM tidak bisa terjadi dalam waktu singkat. Pembangunan manusia merupakan sebuah

(23)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 6

proses yang diukur dalam waktu yang panjang. Berbeda dengan pembangunan ekonomi pada umumnya, hasil pembangunan pendidikan dan kesehatan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Untuk itu, dalam rangka melihat kemajuan pembangunan daerah dalam jangka menengah, publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM dan komponen IPM dari tahun 2005 - 2013

Secara umum, publikasi ini akan menyajikan data dan analisis mengenai capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) baik levelprovinsi maupun kabupaten/kota, serta disparitasnya di Provinsi Kepulauan Riau selama tahun 2005- 2013.

Publikasi ini diharapkandapat menjadi acuan dalam merumuskan permasalahan strategis yang paling mendesak dan sangat dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan kinerja pembangunan manusia serta masukan bagi pemerintah daerah sebagai alat bantu perencanaan (planning tool) pembangunan yang lebih mengakomodasi dimensi pembangunan manusia. Misalnya melalui peningkatan anggaran pada sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat pra sejahtera agar dapat mandiri secara ekonomi.

1.2 Dasar Pelaksanaan

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2002 tentang

Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaga Negara Republik Indonesia

Tahun 2002 Nomor III);

(24)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 7

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);

d) Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 5 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau (Lembaga Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 15);

e) Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 9 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 Nomor 9);

f) Peraturan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor 38 Tahun 2013 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014 (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 Nomor 199);

g) Peraturan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor 42 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014;

h) Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 1031 Tahun 2013 tentang Penetapan Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014;

i) Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penetapan

Kuasa Pengguna Anggaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi

(25)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 8

Kepulauan Riau pada Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014;

j) Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja (DPA-SK) BAPPEDA Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1.06.01.15.55.5.2 tanggal 02 januari 2014.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Lingkup materi

Lingkup kegiatan Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia (Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 meliputi:

1. IPM dan komponennya baik level provinsi maupun kabupaten/kota 2. Tahun data referensi 2005-2013

1.3.2 Lingkup Wilayah

Penyusunan Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia (Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 mencakup seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau.

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

Maksud dari penyusunan publikasi Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia

(Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 adalah untuk

menyediakan hasil analisis sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam

perencanaan pembangunan sumber daya manusia Provinsi Kepulauan Riau.

(26)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 9

1.4.2 Tujuan

1. Menyediakan data IPM dan komponennya untuk level provinsi dan kabupaten/kota untuk periode 2005-2013.

2. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek pendidikan.

3. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek kesehatan.

4. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek pembangunan ekonomi.

5. Menyediakan rekomendasi sebagai bahan kebijakan dan perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau.

1.5 Sasaran dan Keluaran

1.5.1 Sasaran

Tersusunnya dokumen publikasi Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia (Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013.

1.5.2 Keluaran

Dokumen hasil Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia (Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013, mencakup data IPM dan komponennya untuk level provinsi dan kabupaten/kota pada periode waktu 2005-2013.

Rekomendasi sebagai bahan kebijakan pemerintah daerah dalam rangka

menigkatkan sumber daya manusia yang berkualitas di Provinsi Kepulauan Riau.

(27)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2013 10

1.6 Pembiayaan

Sumber dana pelaksanaan pekerjaan Kajian dan Analisis Sumber Daya Manusia

(Tinjauan IPM) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 dibebankan pada APBD

Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2014 (Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Provinsi Kepulauan Riau).

(28)

Suatu ukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia baik dari segi ekonomi maupun sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia yakni panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/purchasing power

parity-PPP, penghasilan).

BAB 2

PENCAPAIAN

PEMBANGUNAN

MANUSIA PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

(29)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 12

Pencapaian pendapatan yang tinggi ternyata tidak selalu diimbangi dengan kesehatan dan pendidikan yang baik, artinya bila suatu negara/wilayah mempunyai pendapatan yang tinggi belum tentu masyarakatnya sejahtera. IPM dianggap sebagai indeks komprehensif yang mampu menggambarkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tertentu.

Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan desentralisasi dimana pemerintah daerah diberi kewenangan mutlak untuk mengatur daerah yang dipimpinnya untuk beberapa urusan tertentu, maka diperlukan suatu mekanisme agar tercapai kemakmuran yang merata antar daerah. Salah satu mekanismenya melalui Dana Alokasi Umum (DAU). IPM merupakan salah satu komponen dalam penghitungan formula DAU. Oleh karena itu, IPM ini menjadi perhatian penyelenggara pemerintahan daerah terutama kepala daerah untuk melihat sejauh mana pembangunan manusia di daerahnya selama kurun waktu tertentu.

2.1 Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Riau

Selama kurun waktu delapan tahun, dari tahun 2005-2013, IPM Provinsi Kepulauan Riau meningkat 4,33 persen. Posisi IPM terakhir tahun 2013 berada pada level 76,56; sedangkan level pada tahun 2005 adalah pada level 72,23. Peningkatan nilai IPM tersebut menandakan bahwa pembangunan manusia di Provinsi Kepulauan Riau dari segi kesehatan (umur harapan hidup), pendidikan dan ekonomi (pendapatan per kapita) semakin membaik dari waktu ke waktu.

Desentralisasi pemerintahan di wilayah Indonesia ini membawa dampak

positif bagi masyarakat. Hal positif tersebut dikaitkan dengan pembangunan manusia

yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Persaingan pemerintah daerah dalam

(30)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 13

rangka membawa masyarakatnya mencapai kemakmuran tidak dapat diragukan keabsahannya. IPM sebagai tolak ukur pembangunan manusia dapat dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana pembangunan manusia di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain.

Gambar 2.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013

Sumber: BPS, diolah.

Peringkat IPM Provinsi Kepulauan Riau meningkat dari sebelumnya berada pada peringkat ke-7 seluruh Indonesia pada tahun 2005, menjadi peringkat ke-6 pada tahun 2013. Di lingkup regional Sumatera, peringkat IPM Provinsi Kepulauan Riau tetap berada di posisi kedua. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3.

Berdasarkan skala internasional, capaian IPM dikategorikan menjadi kategori tinggi (IPM ≥ 80), kategori menengah atas (66 ≤ IPM ≤ 80), kategori menengah bawah (50 ≤ IPM ≤ 66), dan kategori rendah (IPM < 50). Angka IPM Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 termasuk dalam kategori menengah atas.

Terlihat pada diagram 2.2 dan gambar 2.3, angka IPM Provinsi Kepulauan Riau dan sebagian besar provinsi di Regional Sumatera berada di atas IPM Nasional. Capaian

70.00 71.00 72.00 73.00 74.00 75.00 76.00 77.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 72.23

72.79 73.68

74.18 74.54 75.07

75.78 76.20 76.56

(31)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 14

IPM tersebut harus diupayakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang berarti bahwa pembangunan manusia semakin membaik antar waktu.

Gambar 2.2 Indeks Pembangunan Manusia Regional Sumatera Tahun

2005

Gambar 2.3 Indeks Pembangunan Manusia Regional Sumatera Tahun

2013

Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS, diolah.

Pencapaian pembangunan manusia yang tercermin melalui IPM bukan semata-mata hanya diukur dari tingginya capaian IPM saja. Namun juga perlu dikaji lebih dalam lagi sejauh mana kecepatan pembangunan manusia pada suatu periode tertentu. Proses pencapaian pembangunan manusia inilah yang menjadi poin penting karena secara filosofi untuk mencapai suatu rangking atau posisi yang baik diperlukan

effort lebih. Oleh karena itu berkaitan dengan IPM, tidak hanya dihitung posisinya saja

tetapi juga dihitung kecepatan pencapaian IPM atau biasa disebut reduksi shortfall.

Reduksi shortfall menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal.

Selama periode tahun 2005-2013, seluruh komponen pembentuk IPM tumbuh positif (gambar 2.4). Komponen rata-rata lama sekolah (MYS) adalah komponen pembentuk IPM yang pertumbuhannya paling tinggi diantara komponen lainnya.

68.85 69.05

69.57 70.23

70.68 70.95

71.09 71.19

72.03 72.23

73.63

Lampung Aceh INDONESIA Sumatera Selatan Kep. Babel Jambi Bengkulu Sumatera Barat Sumatera Utara Kepulauan Riau Riau

72.87 73.05

73.81 74.29 74.35 74.36 74.41

75.01 75.55

76.56 77.25

Lampung Aceh INDONESIA Kep. Babel Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Sumatera Barat Sumatera Utara Kepulauan Riau Riau

(32)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 15

Walaupun trend reduksi shortfall tumbuh positif, namun perlu ditingkatkan lagi terutama untuk komponen angka harapan hidup (AHH) dan angka melek huruf (AMH).

Gambar 2.4 Reduksi Shortfall per Komponen Pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: BPS, diolah.

Gambar 2.5 Reduksi Shorfall IPM Provinsi di Regional Sumatera Selama Kurun Waktu 2005-2013

Sumber: BPS, diolah.

- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

AHH AMH MYS PPP

2005-2009 1.61 2.00 12.46 17.06

2009-2013 1.44 50.69 15.73 10.14

12.93 12.58 13.24 13.72 11.71

13.88

11.49 12.91 12.32 15.60

13.95

(33)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 16

Gambar 2.5 di atas menunjukkan perbandingan kecepatan IPM selama kurun waktu tahun 2005-2013 provinsi-provinsi di Regional Sumatera. Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi teratas untuk kecepatan pembangunan manusia di regional Sumatera dengan nilai reduksi shortfall sebesar 15,60. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembangunan manusia yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan penduduk semakin meningkat dari tahun 2005. Kecepatan peningkatan tersebut di atas kecepatan nasional dan paling tinggi di regional Sumatera.

Dalam menganalisis IPM tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen pembentuknya yaitu aspek kesehatan, aspek pendidikan dan aspek ekonomi. Selama kurun waktu tahun 2005-2013, ketiga aspek pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau tersebut terus meningkat dan akan terus meningkat sampai kondisi idealnya tercapai.

Capaian pembangunan manusia Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 dapat dilihat melalui indeks komposit pada gambar 2.6.

Dari gambar 2.6 dapat diketahui bahwa pembangunan manusia di bidang

pendidikan yang direpresentasikan oleh komponen angka melek huruf (AMH) di

Provinsi Kepulauan Riau sudah mendekati keadaan idealnya (indeks mendekati 100

persen). Namun di sisi lain, pembangunan di bidang pendidikan yang

direpresentasikan oleh komponen rata-rata lama sekolah masih cukup jauh dari

keadaan idealnya. Untuk ke depannya, pemerintah daerah perlu lebih

memperhatikan program-program yang berkaitan dengan bidang pendidikan

terutama menyangkut lama sekolah peserta didik. Program tersebut dapat

dilaksanakan dengan mengoptimalkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen seperti

yang diarahkan oleh pemerintah pusat.

(34)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 17

Pembangunan di bidang ekonomi (daya beli) dan kesehatan (angka harapan hidup) cukup baik, terlihat dari capaian indeks komposit yang mendekati 80 persen.

Namun masih bisa ditingkatkan lagi untuk periode selanjutnya dengan memusatkan perhatian pembangunan manusia pada bidang ekonomi dan kesehatan. Sehingga diharapkan pembangunan manusia Provinsi Kepulauan Riau dapat tercapai di segala bidang.

Gambar 2.6 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

(Persen)

Sumber: BPS, diolah.

2.2 Gambaran Capaian Pembangunan Manusia Level Kabupaten/Kota

Pembangunan manusia di level kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau bervariasi. Variasi tersebut tentunya disebabkan oleh faktor sumber daya (alam dan manusia) dan kebijakan pemerintah daerah yang berbeda. Capaian pembangunan manusia yang tercermin dari angka IPM perlu terus ditingkatkan dan diawasi agar pembangunan manusia dapat terlaksana dengan baik dan merata.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(35)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 18

IPM pada level kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau ditunjukkan pada tabel 2.1. Secara kasat mata, IPM kabupaten/kota terus meningkat dalam kurum waktu tahun 2005-2013, namun peringkat IPM tetap sama dari tahun ke tahun. Kota Batam menempati peringkat pertama se-Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Kabupaten Kepulauan Anambas menempati peringkat terbawah. Sedangkan untuk peringkat kedua sampai peringkat keenam berturut-turut diduduki oleh Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna.

Tabel 2.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau

Kabupaten Angka IPM Peringkat IPM

2005 2009 2013 2005 2009 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Karimun 71,71 73,15 74,95 3 4 4

Bintan 70,90 73,66 76,10 4 3 3

Natuna 68,40 70,11 72,25 6 6 6

Lingga 69,39 70,15 72,41 5 5 5

Kepulauan Anambas - 67,94 70,48 - 7 7

Kota Batam 76,55 77,51 78,73 1 1 1

Kota Tanjungpinang 72,69 74,31 76,19 2 2 2

KEPULAUAN RIAU 72,23 74,54 76,56

Sumber: BPS, diolah.

Kota Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau sekaligus sebagai motor penggerak utama roda perekonomian Provinsi Kepulauan Riau.

Sedangkan Kabupaten Anambas adalah kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan

Riau yang merupakan pecahan dari induk Kabupaten Natuna. Tidak mengherankan

jika Kota Batam menduduki peringkat teratas dan Kabupaten Kepulauan Anambas

menempati posisi terbawah. Namun demikian, semua kabupaten/kota di Provinsi

(36)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 19

Kepulauan Riau terus berupaya meningkatkan pembangunan manusianya dari tahun ke tahun.

Selain capaian IPM, keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah juga dilihat berdasarkan kecepatan pergerakan IPM menuju nilai ideal yang direpresentasikan melalui reduksi shortfall. Reduksi shortfall IPM Provinsi Kepulauan Riau selama kurun waktu 2005-2013 secara rata-rata sebesar 15,60 persen atau 1,95 persen per tahunnya. Kecepatan pergerakan IPM selama kurun waktu 2005-2013 yang paling tinggi adalah Kabupaten Bintan yaitu sebesar 17,89 persen, diikuti oleh Kota Tanjungpinang, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas dan yang terakhir adalah Kota Batam (gambar 2.7).

Gambar 2.7 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Selama Kurun Waktu 2005-2013

Keterangan: *) Reduksi shortfall selama kurun waktu 2008-2013 Sumber: BPS, diolah.

Reduksi shortfall Kota Batam ternyata yang paling rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan Riau walaupun capaian angka IPM- nya yang paling tinggi. Capaian angka IPM yang sudah tinggi atau mendekati angka

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

11.45 17.89

12.19

9.85 9.33 9.30

12.83 15.60

(37)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 20

ideal membuat reduksi shortfall-nya semakin menurun. Namun demikian, reduksi

shortfall yang bernilai positif perlu diapresiasi karena setidaknya ada upaya

pemerintah untuk selalu meningkatkan pembangunan manusia di wilayahnya.

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Karimun

Capaian IPM Kabupaten Karimun terus meningkat dari tahun ke tahun (gambar 2.8) dengan kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 0,40 persen.

Seluruh komponen pembentuk IPM tumbuh berkisar antara 0,48 – 5,87 persen per tahun (lampiran), dimana paling tinggi adalah komponen angka melek huruf (AMH) dan paling rendah adalah komponen angka harapan hidup (AHH). Angka IPM Kabupaten Karimun selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Karimun

Sumber: BPS, diolah.

Dari gambar 2.9 dapat diketahui bahwa pembangunan manusia Kabupaten Karimun di bidang pendidikan (angka melek huruf) adalah capaian komponen pembentuk IPM yang paling bagus karena sudah hampir mendekati kondisi idealnya

2005 2009 2013

IPM 71.71 73.15 74.95

AHH (Tahun) 69.51 69.86 70.11

AMH (Persen) 95.00 95.19 97.35

MYS (Tahun) 7.80 7.81 8.22

PPP (0000 Rp) 62.08 63.63 64.77

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

(38)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 21

(100 persen). Sedangkan komponen angka harapan hidup dan daya beli perlu ditingkatkan lagi untuk ke depannya. Untuk komponen rata-rata lama sekolah diperlukan effort yang lebih agar bisa mencapai kondisi idealnya karena masih di bawah 60 persen.

Gambar 2.9 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Karimun Tahun 2013 (persen)

Sumber: BPS, diolah.

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bintan

Seperti halnya Kabupaten Karimun, capaian IPM Kabupaten Bintan juga semakin meningkat dari tahun ke tahun (gambar 2.10) dengan kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 2,23 persen. Reduksi shortfall paling tinggi terjadi pada komponen angka melek huruf yakni 7,78 persen per tahun (lampiran). Angka IPM Kabupaten Bintan selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.10.

Dari gambar 2.11 diketahui bahwa capaian komponen pembentuk IPM yang paling bagus adalah angka melek huruf karena sudah hampir mendekati kondisi idealnya. Sedangkan komponen lainnya masih jauh dari kondisi idealnya. Untuk itu ke

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(39)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 22

depan, pembangunan manusia harus difokuskan pada komponen rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup dan daya beli masyarakat.

Gambar 2.10 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bintan

Sumber: BPS, diolah.

Gambar 2.11 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2005 2009 2013

IPM 70.90 73.66 76.10

AHH (Tahun) 69.29 69.66 69.91

AMH (Persen) 92.91 94.50 97.32

MYS (Tahun) 7.28 8.00 9.01

PPP (0000 Rp) 62.30 64.46 65.67

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Daya Beli

(PPP)

(40)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 23

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Natuna

Capaian IPM Kabupaten Natuna semakin meningkat dari tahun ke tahun (gambar 2.12) dengan kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 1,52 persen.

Reduksi shortfall paling tinggi terjadi pada komponen angka melek huruf yakni 5,10 persen per tahun. Sedangkan komponen lainnya bervariasi antara 0,77 – 5,10 persen per tahun (lampiran). Angka IPM Kabupaten Natuna selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Natuna

Sumber: BPS, diolah.

Dari gambar 2.13 diketahui bahwa capaian komponen pembentuk IPM yang paling bagus adalah angka melek huruf karena sudah hampir mendekati kondisi idealnya, sama seperti pada Kabupaten Karimun dan Kabupaten Bintan. Komponen angka harapan hidup dan daya beli perlu ditingkatkan lagi untuk ke depannya.

Sementara untuk komponen rata-rata lama sekolah diperlukan effort yang lebih agar bisa mencapai kondisi idealnya.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2005 2009 2013

IPM 68.40 70.11 72.25

AHH (Tahun) 67.50 68.21 68.57

AMH (Persen) 95.30 95.92 97.22

MYS (Tahun) 6.70 6.93 7.94

PPP (0000 Rp) 60.20 61.52 62.69

(41)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 24

Gambar 2.13 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM

Kabupaten Natuna Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga

Capaian IPM Kabupaten Lingga semakin meningkat dari tahun ke tahun (gambar 2.14) dengan kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 1,23 persen.

Reduksi shortfall paling tinggi terjadi pada komponen daya beli masyarakat yakni 2,48 persen per tahun. Pertumbuhan Produk Dometik Bruto (PDRB) Kabupaten Lingga berpengaruh terhadap pembangunan manusia di bidang ekonomi. Hal tersebut terlihat dari reduksi shortfall tertinggi terjadi pada komponen daya beli . Angka IPM Kabupaten Lingga selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.14.

Dari gambar 2.15 diketahui bahwa capaian komponen pembentuk IPM yang paling bagus adalah angka melek huruf. Sedangkan komponen angka harapan hidup, daya beli dan terutama rata-rata lama sekolah masih jauh dari nilai idealnya. Sehingga ke depan perhatian pemerintah daerah harus difokuskan pada ketiga komponen tersebut. Secara rinci, pembahasan mengenai IPM Kabupaten Lingga dan komponen pembentuknya akan diulas pada bab selanjutnya.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(42)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 25

Gambar 2.14 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga

Sumber: BPS, diolah.

Gambar 2.15 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kabupaten Lingga Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2005 2009 2013

IPM 69.39 70.15 72.41

AHH (Tahun) 69.19 70.02 70.48

AMH (Persen) 90.90 91.11 91.86

MYS (Tahun) 7.10 7.22 7.31

PPP (0000 Rp) 61.16 62.54 63.67

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(43)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 26

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas

Seperti yang terlihat pada gambar 2.16, IPM Kabupaten Kepulauan Anambas semakin meingkat dari tahun ke tahun sejak berdirinya Kabupaten Anambas pada tahun 2008. Kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 1,87 persen dan paling tinggi terjadi pada angka melek huruf yakni 4,70 persen per tahun.

Gambar 2.16 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas

Sumber: BPS, diolah.

Sebagai kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Anambas nampaknya perlu terus meningkatkan pembangunan manusianya agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan kabupaten/kota lain. Untuk mengetahui capaian komponen IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dibandingkan dengan kondisi idealnya dapat dilihat pada gambar 2.17.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2009 2013

IPM 67.94 70.48

AHH (Tahun) 67.23 67.80

AMH (Persen) 90.00 92.14

MYS (Tahun) 5.35 6.68

PPP (0000 Rp) 62.64 63.62

(44)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 27

Gambar 2.17 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM

Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam

Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau. Batam dihuni oleh penduduk yang heterogen, sehingga Batam layak disebut sebagai kota metropolitan.

Batam sebagai motor utama penggerak roda perekonomian Provinsi Kepulauan Riau.

Dengan demikian sebagian besar PDRB Provinsi Kepulauan Riau bersumber dari Kota Batam.

Selain fokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perhatian pemerintah daerah juga tidak luput dari upaya untuk meningkatkan pembangunan manusianya.

Capaian pembangunan manusia Kota Batam semakin meningkat dari tahun ke tahun (gambar 2.18). Kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 1,16 persen (lampiran).

Angka tersebut relatif kecil dibandingkan dengan kabupaten lain yang sudah dibahas pada poin sebelumnya. Reduksi shortfall Kota Batam yang kecil mungkin disebabkan oleh capaian IPM Kota Batam yang sudah cukup tinggi sehingga pergerakannya

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(45)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 28

semakin lambat untuk menuju kondisi idealnya. Jika dilihat per komponen, capaian angka melek huruf Kota Batam adalah yang paling baik diantara komponen lainnya (gambar 2.19).

Gambar 2.18 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Batam

Sumber: BPS, diolah.

Gambar 2.19 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Kota Batam Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2005 2009 2013

IPM 76.55 77.51 78.73

AHH (Tahun) 70.47 70.76 70.96

AMH (Persen) 98.84 98.85 99.30

MYS (Tahun) 10.65 10.71 10.90

PPP (0000 Rp) 63.83 64.81 65.93

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(46)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 29

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Tanjungpinang

Capaian IPM Kota Tanjungpinang semakin meningkat dari 2005 - 2013 (gambar 2.20). Kecepatan pergerakan IPM per tahun sebesar 1,60 persen. Reduksi shortfall paling tinggi terjadi pada komponen angka melek huruf yakni 6,65 persen per tahun.

Angka IPM Kota Tanjungpinang selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.20.

Gambar 2.20 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Tanjungpinang

Sumber: BPS, diolah.

Pola capaian IPM menurut komponen sama di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sama halnya dengan kabupaten/kota lainnya, capaian IPM menurut komponen pembentuknya yang paling tinggi adalah pada komponen angka melek huruf, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata lama sekolah (gambar 2.21).

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2005 2009 2013

IPM 72.69 74.31 76.19

AHH (Tahun) 69.09 69.56 69.75

AMH (Persen) 97.30 97.31 98.74

MYS (Tahun) 9.20 9.24 10.18

PPP (0000 Rp) 61.65 63.37 64.36

(47)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 30

Gambar 2.21 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM

Kota Tanjungpinang Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

2.3 Disparitas IPM Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah, melalui pembangunan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, baik antar sektor maupun antar pembangunan sektoral dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju kemandirian daerah dan kemajuan yang merata. Namun pada kenyataanya selama ini pembangunan hanya ditujukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan distribusi hasil pembangunannya.

Dengan kata lain, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila suatu daerah/wilayah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata.

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Melek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Daya Beli (PPP)

(48)

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI KEP. RIAU 2005-2013 31

Pada kenyataannya, capaian IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau cukup bervariasi dengan rentang sebesar 8,25 persen antara Kabupaten/Kota yang menduduki peringkat IPM teratas dengan Kabupaten/Kota yang menduduki peringkat IPM terbawah pada tahun 2013 (gambar 2.22).

Gambar 2.22 Disparitas Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (Persen)

Sumber: BPS, diolah.

Ketimpangan terjadi akibat tingginya capaian pembangunan manusia di Kota Batam (78,73) dibandingkan dengan Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai kabupaten dengan capaian pembangunan manusia yang paling rendah yaitu 70,48.

Rentang sebesar 8,25 persen tersebut ternyata masih lebih baik dibandingkan dengan tahun 2008 (pada awal Kabupaten Kepulauan Anambas terbentuk) atau dengan kata lain kesenjangan pembangunan manusia antar kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau semakin menyempit.

Perbedaan capaian dan pergerakan IPM Kabupaten/Kota ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan sumber daya yang dimiliki serta adanya

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 8.15

7.66 7.46

9.84 9.57

9.20

8.53 8.35 8.25

Gambar

Gambar 2.2 Indeks Pembangunan  Manusia Regional Sumatera Tahun
Gambar 2.4 Reduksi Shortfall per Komponen Pembentuk IPM   Provinsi Kepulauan Riau
Gambar 2.6 Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM   Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013
Gambar 2.7 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Selama Kurun Waktu 2005-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ini dapat dilihat dari tiga model kesetimbangan yang diuji, ternyata yang paling baik adalah Model Isoterm Freundlich dengan nilai ralat rerata yang paling

Tingkat literasi informasi pustakawan PTS di Surabaya yang tinggi dipengaruhi oleh faktor internal yang baik, yaitu ditemukan pustakawan mempunyai motivasi (dorongan kerja,

Berdasarkan data BPS Kota Bogor, sektor kedua yang dominan dalam pembentukan PDRB Kota Bogor periode 2005-2009 adalah sektor industri pengolahan dengan laju 27,97 %. Pada

3. ?oberts L/ ?eiter / 6chuster #.1@@4 menelaskan pada penelitian bah0a payudara bengkak yang diolesi krem berisi ekstrak kubis dibandingkan dengan krem

Klik ganda option (Default), dan pada bagian Value Data, isi dengan path Windows Explorer ( C:WINDOWSExplorer.exe).. Mengembalikan Folder Documents Yang Hilang Di

Berdasarkan data yang diteliti siswa/siswi lebih banyak makan jajanan disekolah, berupa gorengan dan jajanan instan cepat saji, dalam kandungan zat gizi

Jika file data master perusahaan terlindungi oleh sistem keamanan, maka data tersebut aman karena data tersebut tidak bisa sembarangan di ubah tetapimisalnya jika ada

localization untuk menerjemahkan nama Jane sebagai Jeni dalam istilah terjemahan agar nama ini memiliki arti lokal dan lebih mudah diucapkan dalam bahasa