• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTUR JENDERAL

PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.322/DJ-PSDKP/2012

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN DIREKTUR JENDERAL

PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan (SHTI), Laporan Verifikasi Pendaratan Ikan dilakukan oleh Pengawas Perikanan;

b. bahwa untuk tertibnya pelaksanaan verifikasi dan penerbitan Laporan Verifikasi Pendaratan Ikan oleh Pengawas Perikanan dipandang perlu adanya Petunjuk Teknis Verifikasi Pendaratan Ikan;

c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan;

2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.04/MEN/2006 tentang Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;

4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.143/DJ-PSDKP/2012 tentang Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Kapal Perikanan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN.

PERTAMA : Petunjuk Teknis Verifikasi Pendaratan Ikan sebagaimana dalam Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis Verifikasi Pendaratan Ikan sebagaimana

dimaksud dalam diktum PERTAMA merupakan acuan bagi

Pengawas Perikanan dalam melakukan verifikasi pendaratan ikan

di pelabuhan.

(2)

.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 12 Desember 2012

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

SYAHRIN ABDURRAHMAN

No. Jabatan Paraf

1. Sesditjen. PSDKP 2. Direktur Was. SDP 3. Kabag Hukum

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(3)

LAMPIRAN I :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR:

KEP.322/DJ-PSDKP/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelestarian sumber daya ikan merupakan amanat dari Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang telah diubah dengan Undang- undang No 45 Tahun 2009, untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Pengawasan hasil tangkapan ikan, mengacu pada ketentuan Code of Conduct for Responsible Fisheries (FA, 1995) dan European Concil (EC) Regulation No. 1005/2008 of 29 September 2008, establishing a community system to prevent, deter and eliminate Illegal, Unreported and Unregulated fishing.

Dalam rangka memenuhi persyaratan perdagangan hasil perikanan ke Uni Eropa dan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan memberantas kegiatan IUU Fishing, perlu meningkatkan penelusuran hasil tangkapan ikan yang ditangkap oleh kapal penangkap ikan melalui kegiatan verifikasi pendaratan ikan sesuai dengan pasal 11 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.

13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan (SHTI).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dan dalam rangka keseragaman pola pikir dan pola tindak bagi pengawas perikanan dalam melakukan verifikasi pendaratan ikan sebagai salah satu persyaratan untuk penerbitan sertifikasi hasil tangkapan ikan, diperlukan Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai acuannya agar operasional pengawasan di lapangan dapat dilaksanakan secara optimal.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud ditetapkannya Juknis ini adalah sebagai acuan bagi petugas pengawas perikanan dalam melaksanakan tugas verifikasi pendaratan ikan di pelabuhan perikanan.

2. Tujuan ditetapkannya Juknis ini adalah sebagai petunjuk penerbitan laporan verifikasi pendaratan ikan oleh pengawas perikanan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi : 1. Petugas verifikasi pendaratan ikan;

2. Prosedur penerbitan laporan verifikasi pendaratan ikan;

3. Pelaporan; dan

4. Monitoring dan Evaluasi.

(4)

D. Pengertian

1. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing.

2. SHTI-Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan untuk tujuan pencatatan.

3. SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan adalah surat keterangan yang memuat informasi seluruh atau sebagian hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan sebagai dokumen yang menyertai hasil perikanan yang dipasarkan ke Uni Eropa.

4. Otoritas Kompeten Lokal adalah Kepala Pelabuhan Perikanan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian dan Kepala Pelabuhan Perikanan yang merupakan UPT Daerah.

5. Petugas Pendataan adalah Pengawas Perikanan yang melakukan pemeriksaan kedatangan kapal perikanan di pelabuhan.

6. Petugas Verifikasi adalah Pengawas Perikanan yang ditugaskan untuk melakukan verifikasi pendaratan ikan sebagai syarat penerbitan SHTI Lembar Awal dan SHTI Lembar Turunan Yang Disederhanakan.

7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.

BAB II

KETENTUAN DAN TATA CARA VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

A. Ketentuan Verifikasi Pendaratan Ikan.

1. Verifikasi pendaratan ikan dilakukan oleh Pengawas Perikanan yang ditugaskan oleh kepala UPT/Satker/Pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang membawahinya.

2. Verifikasi pendaratan ikan dilakukan pada setiap kapal penangkap ikan dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) Gross Tonnage (GT) yang mengajukan permintaan untuk dilaksanakan verifikasi pendaratan ikan dengan format sebagaimana lampiran III.

3. Hasil verifikasi pendaratan ikan dituangkan dalam Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan yang memuat:

a. nama kapal;

b. nomor dan masa berlaku SIPI;

c. jenis alat penangkapan ikan;

d. tanggal dan daerah penangkapan;

(5)

e. pelabuhan pangkalan; dan f. jenis dan berat ikan.

B. Tata Cara

1. Petugas Pendataan melakukan koordinasi dengan pihak pelabuhan untuk memeriksa dokumen, mencatat data kapal, alat tangkap yang digunakan, jenis dan jumlah ikan yang didaratkan di pelabuhan.

2. Petugas Pendataan menuangkan hasil pemeriksaan kapal perikanan di dalam form Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK).

3. Dalam hal terdapat permintaan verifikasi pendaratan ikan dari Nakhoda, pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal sebagai syarat pengajuan permohonan penerbitan SHTI Lembar Awal, Petugas Pendataan memindahkan data kapal dimaksud yang tercatat pada form HPK Kedatangan ke dalam Form Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan dengan format sebagaimana lampiran II.

4. Petugas Pendataan menyerahkan Form Laporan Verifikasi Pendaratan Ikan kepada Petugas Verifikasi untuk dilakukan analisa.

5. Petugas Verifikasi melakukan analisa terhadap kesesuaian data yang dituangkan dalam Form Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan dan melakukan analisa terhadap:

a. Kesesuaian daerah penangkapan dengan ijin yang diberikan berdasarkan data hasil pemantauan kapal perikanan menggunakan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System) yang sudah on line dan/atau jurnal pelayaran kapal yang bersangkutan; dan

b. kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan jenis alat penangkapan ikan.

6. Dalam hal tidak ada jurnal pelayaran atau fasilitas Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System) on line belum terpasang, maka pemohon harus membuat pernyataan di atas materai dengan format sebagaimana lampiran IV, bahwa ikan ditangkap di daerah sebagaimana yang tersebut dalam dokumen perijinan. Apabila pernyataan tersebut dikemudian hari ternyata tidak benar, maka semua konsekuensi ditanggung oleh pemohon.

7. Petugas Verifikasi menandatangani Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan ikan dengan menuangkan hasil analisa dalam kolom catatan.

8. Laporan Verifikasi Hasil Pendaratan Ikan dibuat 4 (empat) rangkap yang digunakan untuk:

a. rangkap 1 (satu) diserahkan kepada Nakhoda, pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal untuk mengajukan permohonan penerbitan SHTI Lembar Awal;

b. rangkap 2 (dua) diserahkan kepada Otoritas Kompeten Lokal;

(6)

c. rangkap 3 (tiga) diserahkan kepada Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk untuk mengajukan permohonan penerbitan SHTI Lembar Turunan Yang Disederhanakan;

d. rangkap 4 (empat) arsip.

BAB III PELAPORAN

1) Petugas Verifikasi melaporkan hasil verifikasi pendaratan ikan kepada kepala satuan unit kerjanya dengan format sebagaimana lampiran V.

2) Kepala UPT Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan melakukan rekapitulasi pelaporan hasil verifikasi pendaratan ikan dan dilaporkan kepada Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan setiap bulan pada tanggal 5.

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

1) Kepala UPT PSDKP melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan verifikasi pendaratan ikan dan melaporkan hasil evaluasinya kepada Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan.

2) Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan melaporkan analisa evaluasi hasil pendaratan ikan kepada Direktur Jenderal.

BAB VI PENUTUP

Petunjuk Teknis Verifikasi Pendaratan Ikan ini merupakan acuan bagi Pengawas Perikanan dalam melakukan verifikasi pendaratan ikan.

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

SYAHRIN ABDURRAHMAN

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Dampak Kafein Terhadap Hasil Perhitungan Heart rate Lari 100 M dan Illinoise Agility Kafein mempunyai efek ergogenik yang dapat meningkatkan peforma, terutama

Melalui pengembangan evolutif yang dihasilkan dari modifikasi program perencanaan penataan peti kemas yang telah teruji oleh industri, pengembangan cargo handling

Sebagai suatu publik area Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma melakukan upaya menyediakan suatu fasilatas keamanan yang memenuhi standar keamanan yang tertinggi

Setelah inkubasi 72 jam pada suhu kamar, maka dicuplik pada 2,4,6,8,24,48 dan 72 jam untuk diuji pH, % asam titrasi, kadar ragam asam organik, dan flavor score oleh panelis

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil

a. Kerusakan dan kerugian konsumen. Pencemaran dan kerugian konsumen. Tanggung jawab pelaku usaha dalam memberikan ganti rugi diatas, tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat

laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain yang disajikan dalam

Komposisi minyak ikan utamanya mengandung trigliserida dari tiga buah asam lemak (gliserol yang dikombinasi dengan molekul asam yang sama atau berbeda) dengan fosfolipid,