INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENDIKBUD
RENCANA STRATEGIS
2020-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat, dan hidayahNya, Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Itjen Kemendikbud) Tahun 2020-2024 dapat disusun dengan baik.
Renstra Itjen Kemendikbud ini disusun berdasarkan Renstra Kemendikbud Tahun 2020-2024, dan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Selain itu, hasil evaluasi pelaksanaan program kerja Itjen tahun-tahun sebelumnya juga digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Renstra Itjen 2020-2024, dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah dalam menganalisis permasalahan-permasalahan maupun keberhasilan yang ada untuk memperoleh gambaran mengenai target-target yang harus dicapai selanjutnya. Renstra Itjen Kemendikbud ini memuat tentang visi, misi, yang harus dicapai oleh Kemendikbud serta apa saja yang harus Itjen Kemendikbud lakukan dalam mencapai visi, misi Kemendikbud tersebut dengan menetapkan tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan Itjen Kemendikbud selama 5 (lima) tahun mendatang. Untuk itu Itjen Kemendikbud menetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Program (IKP) untuk dicapai selama 5 (lima) tahun mendatang.
Renstra Itjen Kemendikbud Tahun 2020-2024 menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Itjen Kemendikbud sebagai unit pengawas di bidang pendidikan dan kebudayaan dalam periode lima tahun ke depan. Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024 ini diharapkan dapat mendukung pencapaian program Kemendikbud tahun 2024.
Jakarta, Agustus 2020 Inspektur Jenderal
Daftar Isi
Kata Pengatar... iii
Daftar Isi ...iv
Daftar Tabel ...v
Daftar Gambar ...vi
BAB I Pendahuluan ...1
1.1 Kondisi Umum ... 2
1.2 Potensi dan Permasalahan ... 8
BAB II Tujuan dan Sasaran ...12
2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan ... 12
2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran ... 13
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan Kerangka Kelembagaan ...15
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi ... 15
3.2 Kerangka regulasi ... 22
3.3 Kerangka Kelembagaan ...24
3.4 Reformasi Birokrasi ... 28
BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ...29
4.1 Target Kinerja ... 29
4.2 Kerangka Pendanaan ... 32
Daftar Isi
Kata Pengatar... iii
Daftar Isi ...iv
Daftar Tabel ...v
Daftar Gambar ...vi
BAB I Pendahuluan ...1
1.1 Kondisi Umum ... 2
1.2 Potensi dan Permasalahan ... 8
BAB II Tujuan dan Sasaran ...12
2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan ... 12
2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran ... 13
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan Kerangka Kelembagaan ...15
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi ... 15
3.2 Kerangka regulasi ... 22
3.3 Kerangka Kelembagaan ...24
3.4 Reformasi Birokrasi ... 28
BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ...29
4.1 Target Kinerja ... 29
4.2 Kerangka Pendanaan ... 32
BAB V Penutup...33
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Capaian Opini BPK Kemendikbud ...3Tabel 1.2 Skor predikat SAKIP ...4
Tabel 1.3 Capaian Skor SAKIP Kemendikbud ...4
Tabel 1.4 Jumlah satker WBK Kemendikbud ...5
Tabel 2.1 Sasaran...13
Tabel 2.2 Indikator Kinerja Sasaran...13
Tabel 3.2 Sasaran Pengawasan Inspektorat ...25
Tabel 3.3 Jumlah ASN Itjen tahun 2020 ...26
Tabel 4.1 Sasaran Program, Indikator, dan Target Kinerja Itjen TA 2020 ...29
Tabel 4.2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Itjen 2021-2024 ...30
Tabel. 4.3 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja kegiatan Itjen 2020 ...30
Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja kegiatan Itjen 2021-2024) ...31
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Sinergitas pengawasan ...7
Gambar 3.1 Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal ...15
Gambar 3.2 Postur anggaran Pendidikan TA 2020 ...20
Gambar 3.3 Peta daerah telah memenuhi ketentuan alokasi anggaran pendidikan ...21
Gambar 3.4 Struktur organisasi Itjen ...25
BAB I
PENDAHULUAN
I
nspektorat Jenderal (Itjen) merupakan salah satu unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Fungsi Itjen sangat penting, mengingat perannya selaku Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) harus mengawal Kemendikbud yang merupakan salah satu kementerian besar, baik dari sisi cakupan/wilayah kerja maupun anggaran. Kemendikbud menduduki posisi sangat strategis sebagai penanggung jawab utama salah satu bidang yang menjadi tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 serta berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak, yaitu sektor pendidikan serta kebudayaan sehingga kinerja nya akan selalu mendapatkan sorotan publik. Dalam hal ini, Itjen merupakan institusi yang menjadi harapan publik untuk mengawasi kinerja Kemendikbud sehingga anggaran yang sangat besar tersebut digunakan dengan tepat dan akuntabel, tidak disalahgunakan, serta memastikan program Kementerian dapat berjalan serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Harapan besar publik ini harus dijawab Itjen dengan menunjukkan kinerja pengawasan yang lebih baik. Dalam rangka menjamin mutu pengawasannya, Itjen harus selalu meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya dengan menjadi organisasi audit internal modern sehingga perlu disusun perencanaan strategis yang matang, terarah dan terukur, yang mampu menjawab segala tantangan serta perubahan di masa depan.
Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Itjen 2020-2024 disusun dengan memperhatikan adanya pergeseran paradigma (cara pandang) pengawasan khususnya di Itjen Kemendikbud, yaitu:
1. Fokus utama pengawasan pada kegiatan pencegahan. Hal ini berarti, Itjen kedepan akan lebih banyak menjalankan fungsi sebagai consulting, fasilitator serta evaluator bagi satker/auditee.
2. Pengawasan yang lebih mengarah ke audit kinerja. Pelaksanaan audit tidak lagi hanya
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Sinergitas pengawasan ...7
Gambar 3.1 Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal ...15
Gambar 3.2 Postur anggaran Pendidikan TA 2020 ...20
Gambar 3.3 Peta daerah telah memenuhi ketentuan alokasi anggaran pendidikan ...21
Gambar 3.4 Struktur organisasi Itjen ...25
memeriksa dokumen-dokumen/administrasi keuangan, namun akan diarahkan lebih banyak menilai dampak/capaian suatu program dan kegiatan, khususnya program-program strategis Kementerian serta memberikan rekomendasi yang relevan. Kebijakan ini akan berimplikasi pada tuntutan terhadap auditor untuk lebih menguasai subtansi program secara spesifik sesuai bidang kerjanya.
Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun), yang merupakan turunan dari Renstra Kemendikbud 2020-2024 dan dijabarkan secara lebih teknis serta digunakan sebagai arahan dalam pemantapan dan peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi dibidang pengawasan. Penyusunan Renstra ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020–2024 yang mengatur bahwa penyusunan Renstra harus:
a) Berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);
b) Menjabarkan visi Kementerian/Lembaga yang dilengkapi dengan rencana sasaran nasional yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas presiden.
Kapasitas serta kapabilitas organisasi Itjen yang lebih baik diharapkan dapat menjamin terlaksananya program-program prioritas sebagaimana tercantum dalam Renstra Kemendikbud periode 2020-2024. Oleh karena itu Renstra Itjen harus sinkron dan selaras dengan Renstra Kemendikbud. Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka Itjen menyusun Rencana Strategis periode 2020-2024.
1.1 Kondisi Umum
1. Gambaran umum capaian Itjen
Dalam Renstra Itjen periode 2015-2019, Itjen telah berupaya secara maksimal menjalankan tugas dan fungsi sebagai unit supporting Kementerian di bidang pengawasan guna terwujudnya tata kelola internal Kementerian yang baik serta tercapainya penegakan nilai-nilai integritas. Kinerja Itjen tercermin dalam pemenuhan target-target kinerja program pengawasan yaitu Opini Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) terhadap Laporan Keuangan (LK) Kemendikbud, Skor Sistem Akuntabilitasn Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kemendikbud, serta Satuan Kerja (Satker) Kemendikbud yang mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
1) Opini BPK terhadap LK Kemendikbud
Pemenuhan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI merupakan faktor yang sangat penting dan suatu keharusan bagi suatu Kementerian/Lembaga karena mencerminkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Selama 5 tahun berturut-turut, Kemendikbud mendapatkan opini WTP yang menunjukan akuntabilitas Kemendikbud sudah sangat baik dan sudah berada pada jalur yang tepat. Capaian WTP tersebut merupakan hasil dan peran serta dari seluruh satker Kemendikbud sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Tabel 1.1 Capaian Opini BPK Kemendikbud
Dengan bergabungnya kembali bidang Pendidikan Tinggi ke Kemendikbud, tantangan untuk mempertahankan WTP akan semakin berat. Hal ini disebabkan, perguruan tinggi memiliki permasalahan yang lebih kompleks. Sehubungan hal tersebut, kegiatan-kegiatan yang bersifat konsultasi, pendampingan, maupun sosialisasi akan semakin ditingkatkan dan diperbaiki guna pengawalan sejak dini sehingga tidak ada lagi penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.
2) Skor SAKIP Kemendikbud
Sebagai institusi publik, kinerja Kemendikbud harus dapat dipertanggungjawabkan baik kinerja keuangan maupun kinerja kegiatan. Setiap tahun, KemenPAN-RB melakukan penilaian atas ketercapaian target/sasaran program Kementerian/ Lembaga. Berdasarkan PermenPAN RB No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, rumusan tingkatan penilaian adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Skor predikat SAKIP
Nilai Predikat Interpretasi
>90-100 AA Sangat Memuaskan >80-90 A Memuaskan >70-80 BB Sangat Baik >60-70 B Baik >50-60 CC Cukup (Memadai) >30-50 C Kurang 0-30 D Sangat Kurang
Hasil dari penilaian SAKIP Kemendikbud tahun 2015-2019, menunjukkan bahwa Skor SAKIP Kemendikbud secara umum terdapat peningkatan dari tahun ke tahun walaupun tidak terlalu signifikan dan belum sesuai dengan target yang ditetapkan, dimana sampai dengan tahun 2019, Kemendikbud memperoleh skor SAKIP 75,93 dengan predikat “BB” mengindikasikan bahwa kinerja Kemendikbud secara umum sudah akuntabel, berkinerja baik, serta memiliki sistem manajemen kinerja yang andal.
Tabel 1.3 Capaian Skor SAKIP Kemendikbud
Kemendikbud harus berupaya untuk dapat meningkatkan capaian tersebut. Dalam hal ini, Itjen berperan sebagai evaluator tingkat Kementerian sebelum dilakukan penilaian oleh KemenPAN-RB, sehingga Itjen akan terus melakukan program/ kegiatan yang mendukung agar skor SAKIP Kemendikbud pada tahun-tahun selanjutnya mendapat kategori/predikat yang ditargetkan di Renstra.
3) Satker Kemendikbud WBK
Selama kurun waktu 2015-2019 kegiatan pendampingan terkait penguatan integritas sudah dilakukan secara intensif, namun hingga saat ini hasilnya masih belum optimal. Hal ini terlihat dari tingkat keberhasilan satker Kemendikbud yang ditetapkan satker
WBK oleh KemenPAN-RB selalu lebih rendah daripada yang diusulkan dengan selisih yang cukup besar.
Tabel 1.4 Jumlah satker WBK Kemendikbud
No PREDIKAT ZI WBK Satker WBK/Usulan
WBBM Satker WBK/ WBBM yang Diusulkan TPI Itjen Jumlah yang dapat Predikat ZI WBK
Nama satker yang dapat Predikat ZI WBK
1 Tahun 2015 * - 3* Itjen
PAUD Dikmas Setjen
2 Tahun 2016 - - -
-3 Tahun 2017 35 35 3 BPPAUD Dikmas Jawa Timur LPMP Jawa Tengah
PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika
4 Tahun 2018 45 45 2 LPMP Jawa Timur
PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri
5 Tahun 2019 56 33 10 PPPAUD Dikmas Jawa Barat PPPAUD Dikmas Jawa Tengah LPMP DKI Jakarta
LPMP Bali
LPMP Kalimantan Barat LPMP Riau
LPMP Lampung
Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik)
PPPPTK Penjas dan Bimbingan Konseling
Balai Pelestarian Situs Manu-sia Purba Sangiran
6 Tahun 2020 80 65 belum
-*Pencanangan Zona Integritas oleh Mendikbud, MenPAN-RB, Ketua KPK, Deputi BPKP, dan Ketua Ombudsman
Keberhasilan Itjen selaku Tim Penilai Internal Kementerian diukur berdasarkan jumlah satker yang diusulkan Kemendikbud ke KemenPAN-RB untuk memperoleh predikat ZI-WBK/WBBM. Untuk pencapaian Renstra 2020-2024, maka indikator yang harus dicapai adalah Satker yang ditetapkan sebagai Satker ZI-WBK oleh Menpan sehingga Itjen akan lebih intensif dalam melakukan kegiatan-kegiatan, baik dalam hal perbaikan regulasi maupun pendampingan teknis. Hal ini sejalan dengan perubahan prioritas pengawasan Itjen yang akan lebih berfokus kepada aspek pencegahan.
2. Isu Strategis Pengawasan Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Terdapat beberapa isu penting yang menjadi tantangan bagi Itjen dalam Renstra 2020-2024, antara lain:
1) Implementasi pengawasan berbasis Teknologi Informasi (TI).
Metode pengawasan yang dilakukan Itjen saat ini belum menggunakan sistem TI secara optimal. Hal ini mengakibatkan beberapa kendala:
a) Inspektorat pada umumnya masih sering kesulitan dalam mendapatkan data terkini baik terkait informasi satker yang menjadi wilayah kerjanya maupun kebijakan kementerian ataupun kebijakan nasional secara cepat dan akurat; b) Ketika auditor melaksanakan kegiatan audit di lapangan, banyak waktu yang
dihabiskan untuk mempelajari obyek audit terlebih dahulu, yang seharusnya dapat dipersiapkan sebelumnya, sehingga menyebabkan proses audit menjadi kurang efektif dan efisien;
c) Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berdampak pada berbagai macam aplikasi yang sudah ada, dan apabila tidak di antisipasi itjen Kemendikbud akan berdampak kurang lancarnya pelayanan pendidikan baik internal dan eksternal. Itjen perlu mengantisipasi dan menyiapkan sumber daya agar bisa memitigasi resiko yang muncul.
Selain karena permasalahan-permasalahan tersebut, dengan keterbatasan SDM, waktu, maupun anggaran mengharuskan Itjen mengubah metode pelaksanaan pengawasan. Perlu adanya perubahan proses bisnis pengawasan dengan memanfaatkan TI sehingga koordinasi akan lebih mudah dan terdapat keseragaman metode pengawasan.
Selama ini, belum ada SDM yang khusus mengelola TI di Itjen, sehingga pengembangan TI belum maksimal. Selanjutnya, hal ini harus lebih diperhatikan seiring dengan perkembangan TI, sistem pengawasan Itjen juga harus bertransformasi menjadi lebih modern. Tentu saja sistem pengawasan tersebut harus bisa mengakomodir keseluruhan proses bisnis pengawasan Itjen, mudah digunakan, serta sesuai dengan aturan yang berlaku.
Apabila suatu penyimpangan terjadi, maka akan menimbulkan dampak dan biaya yang besar. Tindakan yang tepat guna meminimalisir terjadinya tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan adalah dengan adanya usaha pencegahan sejak dini (early warning system). Hal yang penting terkait guna tercapainya tujuan tersebut, perlu adanya integritas yang tinggi dari setiap pegawai dan hal tersebut harus ditanamkan sejak awal. Hasil yang diharapkan adalah dengan sikap integritas yang terinternalisasi dengan baik, perilaku tersebut akan tercermin dalam pelaksanaan sehari-hari, sehingga memberikan dampak serta pengaruh positif, mulai dari satker, Eselon 1, dan pada akhirnya bagi kementerian secara keseluruhan.
3) Pengawalan program-program strategis Kementerian dan Prioritas Nasional.
Dalam Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024, akan berfokus dalam melakukan pengawalan Program Strategis Kementerian dan Prioritas Nasional guna memastikan bahwa program-program tersebut berjalan optimal.
4) Sinergi Pengawasan, baik antar instansi pusat, daerah, maupun Aparat Penegak Hukum (APH).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi dibidang pengawasan, Itjen Kemendikbud telah berkolaborasi dan berkoordinasi dengan institusi pengawasan baik di pusat maupun daerah guna menyikapi keterbatasan-keterbatasan yang ada serta mengatasi berbagai hambatan dalam pelaksanaan pengawasan.
Gambar 1.1 Sinergitas pengawasan
5) Transfer daerah yang semakin besar berupa dana BOS dan DAK tetapi disisi lain terdapat kekosongan dalam pengawasannya yang berpotensi menimbulkan kerugian dan pemborosan keuangan negara.
akan menghilangkan Ujian Nasional perlu didukung dengan kesiapan sumber daya pengawasan oleh Itjen, melalui pengembangan sistim terhadap aspek pelatihan auditor, kemampuan untuk pendampingan dan konsultasi, menyiapkan sistim pengawasan dan pemantauan serta laporan.
7) Pelaksanaan penelitian yang berfokus pada kebijakan pendidikan untuk mendukung evaluasi dan implementasi yang kebijakan pendidikan.
8) Kebijakan Perbukuan untuk mendukung perubahan/penyesuaian/penyederhanaan Kurikulum-13, dengan hadirnya terjemahan buku buku asing, penulisan buku-buku baru yang memerlukan pendampingan dalam implementasinya terutama kesiapan penggandaan dan pendistribusian, kesiapan pembelajaran oleh guru, dan siswa.
1.2 Potensi dan Permasalahan
Secara umum, potensi dan permasalahan Itjen sebagai APIP yang bertanggung jawab dalam mengawal tata kelola Kementerian dapat dilihat dari sisi internal dan eksternal.
1. Analisis internal Itjen :
1) Kekuatan:a. Komitmen serta dukungan pimpinan terhadap penegakan integritas dan pencegahan korupsi;
Para pimpinan sangat mendukung serta selalu mendorong pegawai untuk terus meningkatkan integritas guna mewujudkan aparatur pemerintahan yang bersih. Komitmen ini ditunjukkan baik melalui dukungan moril maupun material. Tentu saja dukungan yang sangat besar tersebut harus dimanfaatkan serta ditindaklanjuti dengan menginisiasi program – program anti korupsi yang lebih konkret serta mempunyai dampak yang besar bagi penegakan integritas satker. b. SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi;
Itjen saat ini didukung oleh SDM pengawasan dengan kualifikasi pendidikan yang cukup baik, serta sebagian besar diantaranya telah memiliki berbagai standar kompetensi dibidang pengawasan misal CFRa, CFA, QIA, dll termasuk penguasaan kompetensi yang sangat dibutuhkan saat ini, yaitu kemampuan dibidang IT.
c. Itjen telah memiliki legitimasi kewenangan sebagaimana tercantum dalam piagam audit internal (Internal Audit Charter);
d. Itjen telah memiliki kode etik auditor dan kode etik pegawai; e. Itjen berperan aktif dalam penguatan reformasi birokrasi;
f. Wilayah kerja pengawasan Inspektorat dengan menerapkan pola pembidangan sesuai unit eselon I yang diampunya, sehingga pengawasan lebih efektif dan efisien serta memudahkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait;
g. Itjen telah menjalin kerjasama dengan beberapa instansi dalam bidang pengawasan;
h. Itjen telah memiliki media komunikasi berskala nasional dan internasional yang dapat diakses secara mudah.
2) Kelemahan:
a. Belum maksimalnya penerapan manajemen risiko; b. Kualitas dan kuantitas SDM masih terbatas;
Belum seluruh SDM Itjen memiki keahlian yang mumpuni dibidang pengawasan baik softskill maupun hardskill. Hal ini menyebabkan layanan pengawasan belum sepenuhnya memberikan nilai tambah bagi Kementerian.
Selain itu, dampak dari pelaksanaan audit yang selama ini lebih fokus ke audit keuangan menyebabkan audit pada subtansi program menjadi sangat minim. Seiring dengan tuntutan aspek kinerja (ketercapaian output/outcome) suatu program serta dampak nya bagi masyarakat secara keseluruhan, tentu saja peningkatan kompetensi pegawai harus menjadi perhatian lebih besar dalam penyusunan kebijakan pengawasan Itjen.
c. Koordinasi antar Inspektorat belum kuat; d. Sistem Informasi belum terintegrasi;
e. Auditor kurang memiliki waktu untuk melakukan kajian akademik dan pengembangan lainnya;
f. Perpustakaan Itjen belum dimanfaatkan secara optimal untuk tempat berdiskusi dan menelaah persoalan audit.
2. Analisis eksternal Itjen
1) Peluanga. Teknologi dan informasi yang berkembang;
b. Tingginya ekspektasi publik dan media massa nasional agar Itjen dapat menjalankan mandatnya secara optimal dalam mengawasi kinerja Kementerian;
c. Besarnya permintaan satuan kerja kepada Itjen untuk pengembangan Satuan Pengawasan Intern (SPI);
d. Banyaknya permintaan satuan kerja kepada Itjen untuk konsultasi dan pendampingan tentang berbagai masalah pengawasan pendidikan dan kebudayaan;
e. Besarnya kepercayaan publik untuk mengadukan masalahnya kepada Inspektorat Jenderal Kemendikbud;
f. Adanya mandat dari Menpan terhadap Itjen dalam berkontribusi mensukseskan program reformasi birokrasi;
g. Terjalinnya kerjasama yang erat dengan KPK, PPATK, Kejaksaan, Polri, BPK-RI, dan BPKP dalam hal pengawasan;
h. Keterlibatan Itjen Kemendikbud dalam Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI).
2) Ancaman
a. Luasnya jangkauan/sasaran audit (jumlah satker dan kondisi geografis);
Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas dan tersebar diseluruh Indonesia menyebabkan Itjen belum mampu menjangkau seluruh sasaran audit. Sehingga Itjen harus semakin mengintensifkan audit berbasis risiko dimana satker yang mempunyai risiko tinggi menjadi sasaran utama/prioritas audit. Hal ini menyebabkan auditor untuk melaksanakan desk audit yang lebih rinci, detail dan mendalam serta memperkuat sinergi pengawasan antar instansi pengawasan baik pusat maupun daerah.
b. Satuan Pengawasan Internal (SPI) Satker belum berfungsi secara optimal;
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2017 tentang Satuan Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SPI merupakan lini pertahanan kedua setelah manajemen pada satker guna menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang kemungkinan akan terjadi. SPI dibentuk untuk membantu Pemimpin Unit Kerja dalam melakukan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing Unit Kerja di lingkungan Kementerian. Namun pada kenyataannya, SPI di sebagian besar satker masih belum maksimal dalam melaksanakan tugasnya dikarenakan berbagai hal, antara lain:
1. Belum semua SPI masuk ke dalam struktur organisasi;
2. Masih rendahnya komitmen pimpinan satker dalam pemberdayaan SPI; 3. Kompetensi anggota SPI yang kurang memadai;
4. Komitmen anggota SPI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masih kurang, hal ini disebabkan SPI masih dianggap subordinasi serta tugas tambahan;
5. Belum dianggarkannya secara khusus kegiatan SPI oleh satker; 6. Adanya resistensi terkait keberadaan SPI.
Sehubungan hal tersebut, diperlukan upaya-upaya yang ekstra dan berkelanjutan guna mendorong SPI dilingkungan Kemendikbud menjadi SPI yang bisa diandalkan sebagai mitra strategis Itjen dalam rangka kegiatan-kegiatan pengawasan.
c. Kebijakan di bidang anggaran;
Adanya perubahan kebijakan belanja negara, temasuk pemotongan anggaran pada Kementerian/Lembaga, antara lain refocussing/pengalihan anggaran maupun penghematan, dapat mengganggu jalannya kegiatan pengawasan yang telah disusun melalui program kerja pengawasan. Efek dari pemotongan anggaran terhadap fungsi pengawasan antara lain cakupan pengawasan yang menjadi berkurang, serta tidak terpenuhinya target-target/sasaran dalam kegiatan-kegiatan pencegahan.
d. Kebijakan desentralisasi Pendidikan dan Kebudayaan;
Adanya otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang telah direvisi oleh UU No 23 tahun 2014, diikuti penyerahan urusan konkuren bidang pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menegah ke pemerintah daerah menyebabkan wewenang pengawasan Itjen menjadi terbatas. Sebagaimana tertuang dalam PP No. 12 Tahun 2017 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Itjen hanya berwenang melakukan pengawasan teknis. Padahal, seperti kita ketahui, dana tranfer tersebut sangat besar serta rawan penyelewengan. Disisi lain, APIP daerah yang menjadi tanggung jawabnya sering kesulitan karena keterbatasan SDM maupun anggaran.
BAB II
Tujuan dan Sasaran
Itjen Kemendikbud mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencapai Visi dan Misi Presiden dalam mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Itjen bertugas untuk mengawal pelaksanaan misi Kemendikbud, yaitu:
1. Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi;
2. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta pengembangan bahasa dan sastra;
3. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan.
2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan
Perumusan tujuan Itjen ditujukan untuk menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi Kementerian. Kementerian menetapkan lima tujuan yang didasarkan dari sasaran strategis. Dalam hal ini, Itjen berpartisipasi mengampu tujuan kelima, yaitu yang berkaitan dengan tata kelola organisasi dengan rumusan sebagai berikut:
14
Rencana Strategis Itjen Kemendikbud 2020-2024
BAB II
Tujuan dan Sasaran
Itjen Kemendikbud mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
mencapai Visi dan Misi Presiden dalam mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis,
kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong
royong, dan berkebinekaan global.
Itjen bertugas untuk mengawal pelaksanaan misi Kemendikbud, yaitu:
1. Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan,
didukung oleh infrastruktur dan teknologi;
2. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta pengembangan bahasa dan
sastra;
3. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan.
2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan
Perumusan tujuan Itjen ditujukan untuk menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi Kementerian. Kementerian menetapkan lima
tujuan yang didasarkan dari sasaran strategis. Dalam hal ini, Itjen berpartisipasi
mengampu tujuan kelima, yaitu yang berkaitan dengan tata kelola organisasi dengan
rumusan sebagai berikut:
Untuk mengetahui ketercapaian dari tujuan tersebut, terdapat indikator kinerja tujuan
yang harus dicapai, yaitu :
Tujuan: Peningkatan tata kelola pendidikan dan kebudayaan
yang partisipatif, transparan, dan akuntabel
Untuk mengetahui ketercapaian dari tujuan tersebut, terdapat indikator kinerja tujuan yang harus dicapai, yaitu :
Rencana Strategis Itjen Kemendikbud 2020-2024
BAB II
Tujuan dan Sasaran
Itjen Kemendikbud mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
mencapai Visi dan Misi Presiden dalam mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis,
kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong
royong, dan berkebinekaan global.
Itjen bertugas untuk mengawal pelaksanaan misi Kemendikbud, yaitu:
1. Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan,
didukung oleh infrastruktur dan teknologi;
2. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta pengembangan bahasa dan
sastra;
3. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan.
2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan
Perumusan tujuan Itjen ditujukan untuk menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi Kementerian. Kementerian menetapkan lima
tujuan yang didasarkan dari sasaran strategis. Dalam hal ini, Itjen berpartisipasi
mengampu tujuan kelima, yaitu yang berkaitan dengan tata kelola organisasi dengan
rumusan sebagai berikut:
Untuk mengetahui ketercapaian dari tujuan tersebut, terdapat indikator kinerja tujuan
yang harus dicapai, yaitu :
Tujuan: Peningkatan tata kelola pendidikan dan kebudayaan
yang partisipatif, transparan, dan akuntabel
Untuk memastikan indikator tersebut tercapai, antara lain dengan mewujudkan sistem pengendalian dan pengawasan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran
Dalam rangka mengukur tingkat ketercapaian tujuan Peningkatan tata kelola pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel, diperlukan sejumlah Sasaran Program (SP) yang akan dicapai pada tahun 2020-2024, yaitu:
Tabel 2.1 Sasaran
No. Sasaran Tahun 2020 Sasaran Tahun 2021-2024
1 Terwujudnya sistem pengendalian dan
pengawasan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Terwujudnya sistem pengendalian dan penga-wasan di Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan
2 Meningkatnya Komitmen Pemerintah
Daerah dalam Pengelolaan Anggaran Pen-didikan dan Kebudayaan
Meningkatnya Komitmen Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Anggaran Pendidikan dan Kebudayaan
3 Terwujudnya tata kelola Inspektorat
Jen-deral yang berkualitas
Terdapat perbedaan sasaran program antara tahun 2020 dengan 2021-2024, yaitu pada SP terwujudnya tata kelola Itjen yang berkualitas. Hal ini disebabkan adanya restrukturisasi program pada tahun 2021.
Untuk mengukur ketercapaian sasaran program, Itjen memiliki indikator kinerja sasaran, yaitu:
Tabel 2.2 Indikator Kinerja Sasaran
No. Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2020 Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2021-2024
1 Persentase satker yang berintegritas Persentase satker yang berintegritas
2 Persentase satker yang menerapkan
strate-gi anti fraud
Persentase satker yang menerapkan strategi anti fraud
3 Persentase penanganan pengaduan
mas-yarakat yang ditindaklanjuti
Persentase penanganan pengaduan mas-yarakat yang ditindaklanjuti
4 Nilai maturitas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) Kemendikbud
Nilai maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kemendikbud
No. Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2020 Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2021-2024
5 Opini laporan keuangan kemendikbud Persentase Pengawasan Teknis oleh
Inspek-torat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerin-tah provinsi
6 Persentase Pengawasan Teknis oleh
Ins-pektorat Jenderal terhadap urusan Pendi-dikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi
Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspek-torat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerin-tah kabupaten/kota
7 Persentase Pengawasan Teknis oleh
Ins-pektorat Jenderal terhadap urusan Pendi-dikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota
8 Nilai kinerja Inspektorat Jenderal
Perbedaan yang terdapat pada indikator kinerja di tahun 2020 dengan tahun 2021-2024 adalah mengikuti perubahan pada Sasaran Program.
BAB III
Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka
Regulasi, dan Kerangka Kelembagaan
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi
Kebijakan pengawasan Itjen secara umum diarahkan guna mendukung serta mengawal kebijakan-kebijakan Kementerian, baik program yang strategis maupun reguler. Dalam hal ini, Itjen akan fokus kepada pencegahan guna memastikan visi dan misi Kemendikbud dapat terlaksana dengan baik serta sesuai dengan ketentuan/akuntabel.
Rencana Strategis Itjen Kemendikbud 2020-2024
BAB III
Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan
Kerangka Kelembagaan
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi
Kebijakan pengawasan Itjen secara umum diarahkan guna mendukung serta mengawal kebijakan-kebijakan Kementerian, baik program yang strategis maupun reguler. Dalam hal ini, Itjen akan fokus kepada pencegahan guna memastikan visi dan misi Kemendikbud dapat terlaksana dengan baik serta sesuai dengan ketentuan/akuntabel.
Gambar 3.1 Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Adapun pelaksanaan 10 Strategi Utama Kemendikbud dalam mendukung kebijakan Kementerian guna peningkatan mutu dan kualitas Pendidikan yang menjadi prioritas pengawasan khususnya dari sisi pencegahan oleh Itjen adalah:
1. Sekolah Penggerak
2. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
3. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi 4. Memperbaiki kurikulum nasional, pedagogi, dan penilaian 5. Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah 6. Membangun sekolah/lingkungan belajar masa depan
Gambar 3.1 Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Adapun pelaksanaan 10 Strategi Utama Kemendikbud dalam mendukung kebijakan Kementerian guna peningkatan mutu dan kualitas Pendidikan yang menjadi prioritas pengawasan khususnya dari sisi pencegahan oleh Itjen adalah:
1. Sekolah Penggerak
2. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
3. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi 4. Memperbaiki kurikulum nasional, pedagogi, dan penilaian 5. Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah
6. Membangun sekolah/lingkungan belajar masa depan
7. Memberikan insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak swasta dibidang Pendidikan 8. Mendorong kepemilikan industri dan otonomi pendidikan vokasi
9. Membentuk pendidikan tinggi kelas dunia
10. Menyederhanakan mekanisme akreditasi dan memberikan otonomi lebih
1. Kebijakan Pengawasan
1) Kebijakan Internala. Pengembangan TI Pengawasan;
Prinsip dari pengembangan sistem TI pengawasan adalah digitalisasi proses bisnis pengawasan baik tahap persiapan, pelaksanaan, pelaporan hingga pelaksanaan pemantauan tindak lanjut. Hasil yang diharapkan adalah metode pelaksanaan pengawasan menjadi terstruktur, efektif, dan efisien serta terdokumentasi dengan baik yang pada akhirnya menghasilkan mutu dan kualitas hasil pengawasan menjadi lebih optimal dan memiliki nilai tambah bagi Kementerian. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI mengenai transformasi digital yang harus diterapkan di seluruh Kementerian dan Lembaga. Pengembangan sistem TI ini harus sejalan dengan aturan-aturan/ kaidah yang terdapat dalam Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Komite Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta sesuai dengan proses bisnis pengawasan berdasarkan Permendikbud No. 154/P/2018 tentang Peta Proses Bisnis Kemendikbud dan mencakup semua kebutuhan auditor dalam rangka pelaksanaan audit.
b. Pengembangan SDM pengawasan;
Kebijakan pengawasan Itjen yang akan lebih banyak melakukan pendampingan dan konsultansi dalam rangka pencegahan, sehingga kemampuan auditor terhadap subtansi terkait bidang kerja yang diampunya harus dikuasai dengan baik.
Peningkatan kompetensi pegawai dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain:
a) Pelatihan-pelatihan baik diklat sertifikasi profesi maupun umum, seminar-seminar, workshop, dll;
Kondisi akhir yang diharapkan adalah terwujudnya SDM pengawasan yang memiliki kemampuan unggul baik teknis maupun non teknis.
c. Pengembangan sarana dan prasarana;
Terwujudnya kantor yang modern dengan fasilitas dan peralatan kantor yang disempurnakan untuk mendukung pengawasan yang profesional; d. Pengembangan dan penyempurnaan Prosedur Operasional Standar
(POS) Pengawasan;
Prosedur Operasional Standar (POS) merupakan suatu instrumen dan alat pendukung yang sangat penting guna memastikan kegiatan pengawasan berjalan sesuai prosedur, tertib administrasi, dan mengikuti kaidah-kaidah pengawasan yang berlaku. POS pengawasan telah tersedia dan akan terus dikembangkan serta disempurnakan disesuaikan dengan dinamika pengawasan yang semakin dinamis.
2. Kebijakan Eksternal
Kebijakan Pengawasan Eksternal Itjen difokuskan dalam mengawal program-program strategis Kementerian serta kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan 1) Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka;
Kebijakan merdeka belajar dan kampus merdeka merupakan program utama Kemendikbud pada Renstra 2020-2024 yang diharapkan mampu secara signifikan mengubah sistem dan mutu Pendidikan kearah yang lebih baik. Kebijakan tersebut muncul berdasarkan hasil evaluasi atas permasalahan-permasalahan dan kebutuhan yang ada guna meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan. Inti dari merdeka belajar adalah adanya kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi.
Kebijakan merdeka belajar secara garis besar mencakup 4 (empat) hal, yaitu: a. Penyempurnaan kurikulum dan asesmen. Hal ini dicapai melalui
perbaikan ujian sekolah berstandar nasional, penghapusan ujian nasional, penyederhanaan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bagi guru, serta penyempurnaan peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) Zonasi;
b. Perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan, khususnya perubahan mekanisme Bantuan Operasional Pendidikan (BOS);
c. Organisasi penggerak, guna peningkatan kompetensi kepemimpinan serta kolaborasi antar elemen masyarakat dibidang pendidikan;
d. Kebijakan kampus merdeka;
Kebijakan Kampus Merdeka merupakan implementasi kebijakan Merdeka Belajar pada tataran perguruan tinggi. Kebijakan Kampus Merdeka diawali dengan empat butir kebijakan yaitu:
a) pembukaan program studi baru; b) sistem akreditasi perguruan tinggi;
c) perguruan tinggi negeri berbadan hukum; dan d) hak belajar tiga semester di luar program studi.
Dalam melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, Itjen akan menerapkan berbagai macam strategi yang relevan yaitu melalui pendampingan, konsultansi, sosialisasi, asistensi, dan membuka layanan pengaduan selain melakukan pengawasan regular melalui audit, review, evaluasi, dan pemantauan.
Dalam kebijakan Merdeka Belajar dan kebijakan Kampus Merdeka, Itjen akan berperan antara lain dalam:
a. Pendampingan dalam penyusunan manajemen risiko, proses pembuatan regulasi kebijakan UN dan kebijakan RPP, proses pembukaan Program Studi (Prodi) baru, re-akreditasi prodi, pembuatan kebijakan pengambilan mata kuliah diluar prodi, proses perubahan status PTN
b. Mengidentifikasi dan merekomendasikan perbaikan regulasi-regulasi yang tidak selaras dengan kebijakan baru
c. Sosialisasi terkait adanya kebijakan-kebijakan baru
d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Ujian Nasional (UN), dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), pembukaan Prodi baru, re-akreditasi Prodi baru, pengambilan mata kuliah diluar Prodi
e. Audit kinerja
2) Peningkatan integritas dan pencegahan korupsi;
Integritas sangat berkaitan dengan sikap anti korupsi. Pegawai yang memiliki integritas tinggi, tidak akan melakukan korupsi di segala hal baik waktu, tenaga, pikiran, maupun khussnya terkait penggunaan anggaran negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikarenakan menjunjung tinggi sumpah jabatan. Sikap anti korupsi harus ditanamkan sejak dini dan dari tingkat organisasi yang paling bawah dikarenakan semakin tinggi jabatan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) maka godaan serta potensi kerugian yang ditimbulkan jika terjadi korupsi akan semakin besar. Dampak yang nyata dari Korupsi adalah anggaran yang ada dipastikan tidak tepat sasaran, sehingga program-program pemerintah tidak bisa berjalan dengan maksimal dan sesuai target yang diharapkan yang pada akhirnya tujuan organisasi pada khususnya serta negara pada umumnya tidak tercapai.
Sehubungan hal tersebut, penguatan mental pegawai melalui penyelenggaran kegiatan terkait peningkatan integritas serta pencegahan korupsi sangat penting serta harus dilakukan secara intensif, berkelanjutan, serta dari level terbawah. Pengawasan dari sisi pencegahan akan lebih banyak dilakukan oleh Itjen yang berhubungan dengan program/kegiatan penegakan integritas dan anti korupsi, juga terhadap program-program disatker. Kegiatan ini antara lain melalui pendampingan, konsultansi, sosialisasi, asistensi, hingga membuka layanan pengaduan
Adapun program/kegiatan yang berfokus pada pencegahan antara lain:
a. Saya Anak Anti Korupsi (SAAK), Saya Guru Anti Korupsi (SGAK), Saya Keluarga Anti Korupsi (SKAK)
b. Internalisasi anti korupsi c. Tunas integritas
d. Pengawasan Reformasi Birokrasi (RB) e. Pendampingan LK
f. Penguatan SPI
3) Dana transfer daerah bidang pendidikan.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 4 dan UU Sistem Pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 49 ayat 1 telah mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan adalah minimal 20% dari APBN. Berdasarkan data tahun 2020,
anggaran yang diigunakan untuk fungsi pendidikan adalah sebesar Rp. 508,08 Triliun dari total APBN Indonesia yaitu sebesar Rp. 2.528,7 Triliun. Dari jumlah tersebut, anggaran Pendidikan yang ditransfer ke daerah mencapai Rp 306,9 Triliun atau sekitar 60,4% dari seluruh anggaran fungsi Pendidikan
22
Rencana Strategis
Itjen Kemendikbud 2020-2024
b. Internalisasi anti korupsi
c. Tunas integritas
d. Pengawasan Reformasi Birokrasi (RB)
e. Pendampingan LK
f. Penguatan SPI
3) Dana transfer daerah bidang pendidikan.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 4 dan UU Sistem Pendidikan
nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 49 ayat 1 telah mengamanatkan bahwa
anggaran pendidikan adalah minimal 20% dari APBN. Berdasarkan data tahun
2020, anggaran yang diigunakan untuk fungsi pendidikan adalah sebesar Rp.
508,08 Triliun dari total APBN Indonesia yaitu sebesar Rp. 2.528,7 Triliun. Dari
jumlah tersebut, anggaran Pendidikan yang ditransfer ke daerah mencapai Rp
306,9 Triliun atau sekitar 60,4% dari seluruh anggaran fungsi Pendidikan
Gambar 3.2 Postur anggaran Pendidikan TA 2020
Anggaran yang sangat besar tersebut harus diawasi dengan ketat agar
digunakan sesuai dengan ketentuan dan tepat sasaran sehingga tujuan
pembangunan pendidikan dapat tercapai. Apalagi saat ini, walaupun anggaran
Pendidikan sudah cukup besar, namun sebenarnya belum dapat mencukupi
seluruh kebutuhan bidang Pendidikan sehingga anggaran ini harus
benar-benar dipastikan penggunaannya secara baik dan benar-benar.
Gambar 3.2 Postur anggaran Pendidikan TA 2020
Anggaran yang sangat besar tersebut harus diawasi dengan ketat agar digunakan sesuai dengan ketentuan dan tepat sasaran sehingga tujuan pembangunan pendidikan dapat tercapai. Apalagi saat ini, walaupun anggaran Pendidikan sudah cukup besar, namun sebenarnya belum dapat mencukupi seluruh kebutuhan bidang Pendidikan sehingga anggaran ini harus benar-benar dipastikan penggunaannya secara baik dan benar.
Hal lain yang perlu diawasi dan terus didorong terkait anggaran Pendidikan khususnya didaerah adalah komitmen pemerintah daerah dalam pengalokasian anggaran Pendidikan serta pemenuhan standar pelayanan Pendidikan sesuai dengan Permendikbud No. 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan dan PP No. 12 Tahun 2017 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pada tahun 2019, hanya 26 pemerintah daerah atau sekitar 4.7% dari 548 Pemerintah Daerah yang telah memenuhi standar pemenuhan anggaran Pendidikan dalam APBD.
Sumber: Neraca Pendidikan Daerah Tahun 2019
Gambar 3.3 Peta daerah yang telah memenuhi ketentuan alokasi anggaran pendi-dikan TA 2019
Selain itu, Permendikbud Nomor 32 tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan mengamanatkan bahwa setiap pemerintah daerah wajib melakukan pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik sesuai dengan jenjang dan jalur pendidikan yang mencakup a. Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
b. Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, dan c. Tata cara pemenuhan standar.
Dibidang kebudayaan mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, sedangkan untuk Dana Lokasi Khusus (DAK) yang ditransfer ke pemerintah daerah mengacu pada petunjuk teknis dan SOP yang dibuat oleh Direktorat terkait.
Sehubungan hal tersebut, menjadi pekerjaan besar bagi Itjen untuk melakukan pengawasan atas dana transfer daerah. Mengingat berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pengelolaan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah merupakan kewenangan daerah. Sehingga komitmen yang besar dari pemerintah daerah serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku merupakan hal yang sangat penting karena akan sangat menentukan cepat-lambat serta berhasil tidaknya perkembangan pembangunan pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Kebijakan pengawasan dana tranfer daerah bidang pendidkan dan kebudayaan akan dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
a. Pengawasan teknis, melalui audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan lainnya;
b. Koordinasi intensif dengan Kementerian dalam negeri dan Kementerian Keuangan Koordinasi tersebut meliputi baik dalam hal terkait penyusunan regulasi, konsultansi, serta penyediaan data dan informasi;
c. Sinergi dengan BPKP dan Inspektorat daerah (provinsi/kabupaten/kota);
Terbatasnya wewenang Itjen dalam pengawasan dana transfer daaerah bidang pendidikan dan kebudayaan, menjadikan BPKP dan inspektorat daerah merupakan institusi yang sangat penting guna dijadikan mitra strategis pengawasan dengan berbagai kerjasama baik melalui rapat-rapat koordinasi, pendampingan penyusunan kebijakan, penyediaan data dan informasi, maupun joint audit.
3.2 Kerangka regulasi
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan dan sasaran program Itjen diperlukan adanya regulasi/kebijakan baik penyusunan regulasi baru maupun perbaikan/ penyempurnaan regulasi yang sudah ada sehingga pelaksanaan tugas pengawasan memiliki dasar hukum yang kuat dan sesuai kondisi terkini. Adapun regulasi-regulasi yang telah ada namun perlu disempurnakan maupun yang akan disusun adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kerangka Regulasi
No Arah Kerangka
Regula-si dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan berdasarkan Evaluasi Reg-ulasi Eksisting, Kajian, dan
Penelitian Unit Penanggung-jawab Unit Terkait/ Institusi Target Penyelesaian 1 Revisi permendikbud no 15 tahun 2012 tentang kebijakan pengawasan Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012
Perlunya penyesuaian sub-tansi kebijakan pengawasan sesuai dengan perubahan paradigma pengawasan. Hal-hal yang perlu dimasuk-kan untuk menjadi pokok penyempurnaan yaitu: 1. Penekanan fokus kegiatan
pengawasan yang bersifat pencegahan
2. Pengawasan yang berbasis sistem teknologi informasi
· Inspektorat I, II, III, IV, Investigasi · Sekretariat Itjen
No Arah Kerangka Regula-si dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Pembentukan berdasarkan Evaluasi Reg-ulasi Eksisting, Kajian, dan
Penelitian Unit Penanggung-jawab Unit Terkait/ Institusi Target Penyelesaian 2 Revisi Permendikbud no
24 tahun 2018 tentang Me-kanisme Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Menyesuaikan isi peraturan dengan perubahan organisasi kemendikbud
· Inspektorat I, II, III, IV, Investigasi · Sekretariat Itjen
· Biro Hukum Tahun 2021
3 Revisi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2017 tentang Sat-uan Pengawasan Internal di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional
Menyesuaikan isi peraturan sesuai perubahan organisasi permendikbud
· Inspektorat I, II, III, IV, Investigasi · Sekretariat Itjen
· Biro Hukum Tahun 2021
4 Rancangan Peraturan
Mendikbud tentang tata cara pengawasan teknis penyelenggaran pemerin-tah daerah terhadap uru-san pendidikan dan kebu-dayaan
Perlu di susun sebagai turunan/penjabaran teknis pelaksanaan PP 12/ 2017 ter-kait pelaksanaan pengawasan teknis di bidang Pendidikan dan kebudayaan di daerah.
· Inspektorat I, II, III · Sekretariat Itjen · Biro Hukum · Ditjen Paud-Dikdasmen · Ditjen Kebu-dayaan · Ditjen Vokasi · BPKP · Kementerian dalam negeri · Inspektorat Provinsi/Ka-bupaten/Kota Tahun 2021
5 Rancangan Peraturan
Men-teri tentang pedoman pen-anganan anti fraud
Sebagai petunjuk dan pe-doman teknis serta dasar hukum penerapan anti fraud baik mekanisme penanganan, maupun bentuk kegiatan, di lingkungan Kemendikbud
· Inspektorat Inves-tigasi
· Biro Hukum Tahun 2021
6 RPM tentang
penga-wasan pelaksanaan SPIP di lingkungan Kemendikbud
Sebagai petunjuk teknis pengawasan dan turunan dari PP No. 60 tahun 2008
· Inspektorat I, II, III, IV, Investigasi · Sekretariat Itjen · Biro Hukum · Tahun 2021 7 Rancangan Peraturan
Inspektur Jenderal imple-mentasi pengawasan ber-basis Teknologi Informasi
Sebagai dasar hukum adan-ya kewajiban penggunaan sistem TI dalam pelaksanaan pengawasan serta pedoman bagi masing-masing inspek-torat terkait:
1. Keseragaman jenis/taha-pan pengawasan yang dilakukan dengan IT 2. Panduan Langkah – Langkah pengawasan
· Inspektorat I, II, III, IV, Investigasi · Sekretariat Itjen
3.3 Kerangka Kelembagaan
Organisasi yang modern menuntut adanya dukungan kelembagaan kuat, tepat serta mampu mendukung tugas dan fungsi guna ketercapaian sasaran dan target-target kinerja organisasi. Kerangka kelembagaan tersebut mencakup stuktur organisasi yang ramping, efektif, dan efisien serta pemenuhan sumber daya manusia yang baik kualitas maupun kuantitas. Dibidang pengawasan, kerangka kelembagaan yang ada harus mampu mendukung pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan kementerian, termasuk mendukung Itjen dalam melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kemendikbud;
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kemendikbud terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan terntentu atas penugasan Menteri d. Pelaksanaan pengawasan teknis bidang Pendidikan dan kebudayaan di daerah; e. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kemendikbud;
f. Pelaksanaan administrasi Itjen;
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1. Struktur Organisasi
Itjen dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Organisasi Itjen mengalami perubahan dibandingkan pada periode Renstra 2025-2019 dengan bergabungnya kembali bidang Pendidikan Tinggi ke Kemendikbud, dengan menambah 1 (satu) inspektorat yaitu Inspektorat IV yang membidangi pendidikan tinggi. Sehingga saat ini Itjen terdiri dari 5 (lima) inspekorat, yaitu 4 (empat) inspektorat bidang dan 1 (satu) inspekorat investigasi serta 1 (satu) Sekretariat. Berdasarkan Permendikbud nomor 45 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, struktur organisasi Itjen adalah sebagai berikut:
Gambar 3.4 Struktur organisasi Itjen
Inspektorat I – IV bertugas merumuskan kebijakan teknis dan pengawasan intern baik terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, BMN serta pengawasan teknis penyelenggaran pendidikan dan kebudayaan di daerah sedangkan Inspektorat Investigasi bertugas melaksanakan audit investigasi terhadap pengaduan masyarakat dan pegawai.
Selain itu, Itjen juga didukung oleh 1 (satu) Sekretariat yang berfungsi sebagai dukungan manajemen pengawasan, dalam hal ini melaksanakan tugas dibidang pelayanan administratif, koordinasi, serta ketatausahaan Inspektorat.
Masing-masing Inspektorat memiliki bidang kerja pengawasan berdasarkan eselon I yang diampu dan diatur melalui Surat Tugas Inspektur Jenderal Nomor 13965/I.I1.2/ KP/2019 Tanggal 31 Desember 2019 dengan rincian sebagai berikut:
Dengan pembagian bidang kerja pengawasan ini diharapkan masing-masing Inspektorat dapat lebih fokus terhdap bidang-bidang tertentu serta cakupan dan hasil pengawasan yang lebih maksimal.
2. Sumber Daya Manusia
Per tanggal 6 Agustus 2020, Jumlah SDM pengawasan Itjen adalah sebanyak 415 (empat ratus lima belas) pegawai, yang tersebar di Inspektorat dan Sekretariat.
Tabel 3.3 Jumlah ASN Itjen tahun 2020
No Klasifikasi E-1 E-2 E-3 E-4 JFA JFU JFT CPNS TotalSub Total
1. Inspektur Jenderal 1 1 1
2. Sekretariat 1 8 9 105
a. Bagian Tata Usaha 1 0 78 5 84
b. Bagian Pengolahan Laporan Pengawasan 1 0 11 12
3. Inspektorat I 1 0 69 0 0 70 4. Inspektorat II 1 0 70 0 0 71 5. Inspektorat III 1 0 68 0 0 69 6. Inspektorat IV 1 0 66 0 0 67 7. Inspektorat Investigasi 1 0 31 0 0 32 TOTAL 1 6 2 0 304 89 13 0 415
Dari sisi kualifikasi Pendidikan, sebagai besar (57%) pegawai Itjen telah menempuh pendidikan S1, 30% berpendidikan S2, serta 5 pegawai bergelar Doktor yang menunjukkan kompetensi serta kapasitas sudah cukup baik dan memadai.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dibidang pengawasan, saat ini Itjen telah didukung oleh 304 tenaga auditor dengan berbagai sertifkasi yang dimiliki dengan 19 orang diantaranya sudah menduduki jabatan sebagai auditor pengendali mutu
Gambar 3.6 Grafik Itjen Kemendikbud Berdasarkan Jabatan
Gambar 3.7 Grafik Jenis Sertifikasi Auditor
Itjen terus berkomitmen terhadap peningkatan kuliatas dan kuantitas SDM pengawasan baik melalui dorongan dan fasilitasi untuk melanjutkan jenjang studi formal, diklat-diklat peningkatan kompetensi maupun pengadaan rekrutmen SDM pengawasan yang disesuaikan dengan beban kerja Itjen.
3.4 Reformasi Birokrasi
Sebagai APIP Kementerian, Itjen juga berperan melakukan penguatan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kemendikbud. Itjen akan memantau implementasi 8 (delapan) area perubahan yaitu manajemen perubahan, penguatan organisasi, penguatan regulasi, penguatan tatalaksana, penguatan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas, dan penguatan layanan publik.
Penilaian Reformasi Birokrasi dilakukan setahun sekali oleh Tim Penilai Internal yang terdiri dari Itjen dan Setjen untuk menilai 8 area perubahan yang selanjutnya disampaikan kepada Kementerian PAN dan RB sebagai tim penilai nasional untuk mendapatkan skor RB.
Pada internal Itjen, reformasi birokrasi yang sudah dilaksanakan antara lain melalui: 1. Penguatan pengawasan mengenai WBS dan UPG, LHKPN, LHKASN;
2. Penyederhanaan struktur organisasi;
3. Inisiasi pengembangan grand design sistem teknologi informasi pengawasan; 4. Layanan-layanan pengaduan masyarakat secara online melaluai berbagai macam
media;
5. Penegakkan disiplin pegawai; 6. Penandatanganan pakta integritas.
Selain hal tersebut, Itjen telah menyusun rencana kerja penguatan RB di internal Itjen guna memastikan pelaksanaan reformasi birokrasi internal Itjen berjalan dengan konsisten antara lain:
1. Penetapan standar layanan berdasarkan kebutuhan stakeholder dengan bukri Berita Acara yang ditanda tangani bersama;
2. Maklumat layanan Itjen yang ditanda tangani Irjen dan didistribusikan ke semua satker Kemendikbud;
3. Menu baru pengaduan layanan pada laman Itjen sebagai media bagi stakeholder untuk menyampaikan saran, kritik, dan komplain.
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Dalam rangka mendukung Sasaran Strategis (SS) Kemendikbud yaitu “Meningkatnya tata kelola pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan dan akuntabel”, Itjen telah menetapkan sasaran program dan sasaran kegiatan yang masing-masing disertai dengan indikator kinerja guna mengukur tingkat keberhasilan. Adanya restrukturisasi program sebagai bagian dari adanya kebijakan Re-design Sistem Penganggaran (RSP) dimana Itjen yang semula terdapat satu program tersendiri yaitu program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemendikbud, mulai tahun 2021 ikut
dalam program dukungan manajemen bersama-sama dengan dengan Unit Utama
Kemendikbud lainnya. Hal ini menyebabkan sasaran program dan sasaran kegiatan Itjen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu tahun 2020 dan tahun 2021-2024, sebagai berikut:
Tabel 4.1 Sasaran Program, Indikator, dan Target Kinerja Itjen TA 2020
2020 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
SP Terwujudnya sistem pengendalian dan pengawasan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
IKP Persentase satker yang berintegritas % 22 70 IKP Persentase satker yang menerapkan strategi anti fraud % 7 10 IKP Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti % 80 85 IKP Meningkatnya nilai maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kemdikbud skor 3,02 3,1 IKP Opini Laporan Keuangan Kemendikbud WTP opini WTP WTP
SP Meningkatnya Komitmen Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Anggaran Pendidikan dan Kebudayaan
IKP Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi % 0 20 IKP Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang
dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota % 0 20
SP Terwujudnya tata kelola Inspektorat Jenderal yang berkualitas
IKP Nilai Kinerja Itjen Meningkat skor 93.93 94.40
Program/
RENCANA STRATEGIS
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDIKBUD 2020-2024
30
Tabel 4.2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Itjen 2021-2024
2021 2022 2023 2024 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
SP Terwujudnya sistem pengendalian dan pengawasan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
IKP Persentase satker yang berintegritas % 22 75 80 85 90 IKP Persentase satker yang menerapkan strategi anti fraud % 7 20 30 40 50 IKP Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti % 80 85 87 90 90 IKP Meningkatnya nilai maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kemdikbud skor 3,02 3,2 3,3 3,4 3,5
SP Meningkatnya Komitmen Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Anggaran Pendidikan dan Kebudayaan
IKP Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi % 0 35 65 75 80 IKP Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota % 0 35 65 75 80
Program/
Kegiatan Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator (IKSS,IKP,IKK) Satuan Baseline
Target
Dalam level Eselon II, sasaran program tersebut didukung oleh beberapa SK yang disertai dengan IKK dengan rumusan sebagai berikut:
Tabel. 4.3 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja kegiatan Itjen 2020
Lampiran I: Matriks Kinerja dan Pendanaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan SK Tersedianya hasil pengawasan internal yang memberi nilai tambah bagi organisasi dan praktek tata kelola yang baik di wilayah kerja Inspektorat I IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi di bidang kerja Inspektorat I % 0 20 IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota di bidang kerja Inspektorat I % 0 20 IKK Persentase satker yang berintegritas di bidang kerja Inspektorat I % 22 70 IKK Kematangan/maturitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) Eselon I meningkat di wilayah kerja Inspektorat I skor 3,02 3,1 IKK Persentase satker yang mendapatkan hasil Kajian LK minimal Baik di bidang kerja Inspektorat I % 100 100 SK Tersedianya hasil pengawasan internal yang memberi nilai tambah bagi organisasi dan praktek tata kelola yang baik di wilayah kerja Inspektorat II
IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi di bidang kerja Inspektorat II % 0 20 IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota di bidang kerja Inspektorat II % 0 20 IKK Persentase satker yang berintegritas di bidang kerja Inspektorat II % 22 70 IKK Kematangan/maturitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) Eselon I meningkat di wilayah kerja Inspektorat II skor 3,02 3,1 IKK Persentase satker yang mendapatkan hasil Kajian LK minimal Baik di bidang kerja Inspektorat II % 100 100 SK Tersedianya hasil pengawasan internal yang memberi nilai tambah bagi organisasi dan praktek tata kelola yang baik di wilayah kerja Inspektorat III IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah provinsi di bidang kerja Inspektorat III % 0 20 IKK Persentase Pengawasan Teknis oleh Inspektorat Jenderal terhadap urusan Pendidikan dan kebudayaan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota di bidang kerja Inspektorat III % 0 20 IKK Persentase satker yang berintegritas di bidang kerja Inspektorat III % 22 70 IKK Kematangan/maturitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) Eselon I meningkat di wilayah kerja Inspektorat III skor 3,02 3,1 IKK Persentase satker yang mendapatkan hasil Kajian LK minimal Baik di bidang kerja Inspektorat III % 100 100 SK Tersedianya hasil pengawasan internal yang memberi nilai tambah bagi organisasi dan praktek tata kelola yang baik di wilayah kerja Inspektorat IV IKK Persentase satker yang berintegritas di bidang kerja Inspektorat IV % 22 70 IKK Kematangan/maturitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) Eselon I meningkat di wilayah kerja Inspektorat IV skor 3,02 3,1 IKK Persentase satker yang mendapatkan hasil Kajian LK minimal Baik di bidang kerja Inspektorat IV % 100 100 SK Meningkatnya efektifitas pencegahan dan penindakan Praktik KKN IKK Persentase satker yang dibina dalam pencegahan fraud/kecurangan. % 9 20 IKK Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti % 80 85 IKK Persentase penyelesaian rekomendasi hasil audit Investigasi % 70 72 IKK Persentase investigasi kasus/pengaduan yang terbukti % 70 75 SK Meningkatnya tata kelola Satuan Kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal IKK Persentase penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK % 61 65 Program/