• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Tanah di Lahan Miring. Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Tanah di Lahan Miring. Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai lahan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanah di Lahan Miring

Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi tanah tersebut dan menurunkan produktivitasnya. Oleh karena itu penerapan teknik konservasi memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah yang telah terdegradasi (Kurnia dkk, 2004).

Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujuka n sebagai lahan pertanian, melainkan sebagai lahan konservasi, karena semakin besar kemiringan lahan maka laju aliran permukaan akan semakin cepat, daya kikis dan daya angkut aliran permukaan makin cepat dan kuat.Oleh karen itu strategi konservasi tanah dan air pada lahan berlereng adalah memperlambat laju aliran permukaan dan memperpendek panjang lereng untuk memberikan kesempatan lebih lama pada air untuk meresap kedalam tanah (Kurnia dkk, 2004)

Tanah kritis dapat berupa kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya

membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan

kehidupan sosial ekonomi dari daerah dari lingkungan pengaruhnya. Hal ini

disebabkan oleh ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan kemampuanya

(Setiawan, 2003).

(2)

Erosi Tanah

Erosi pada dasarnya proses pengikisan tanah. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Akan tetapi dengan adanya aktifitas manusia di alam, maka manusia akan menjadi faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi (Utomo, 1989).

Pembenaman bahan sisa tanaman dan gulma pada parit-parit dengan jarak tertentu diantara barisan tanaman (sejajar garis kountur pada lahan miring) dapat dilakukan guna memperbesar volume air yang masuk dalam tanah (ke dalam parit- parit berisi bahan organik tersebut) sehingga memperkecil laju aliran permukaan dan memperbesar kapasitas infiltrasi tanah yang pada gilirannyadapat memperkecil erosi tanah. Bahan organik, diketahui dapat menjerap air lebih banyak melebihi bobot bahan organik itu sendiri (Rauf, 1999).

Menurut Sutedjo (2002) kalium sebenarnya sangat diperlukan pada tanah kering, karena pada tanah ini banyak kation K

+

yang hilang dan terangkut oleh tanah melalui pencucian air hujan hujan erosi. Ditambahkan Hakim (1986) ketersediaan kalsium dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor kehilangan kalsium itu sendiri dalam tanah dan adanya mineral atau batuan yang mengandung kalsium. Semakin besar kehilangan kalsium dari dalam tanah semakin berkurang pula kalsium yang tersedia untuk tanaman.

Terdapat variasi dalam hal kandungan N tanah antar daerah-daerah yang

berbeda topografinya. Daerah-daerah dengan kemiringan relatif lebih rendah

kandungan unsur hara. Hal ini diakibatkan oleh erosi yang mengikis lapisan

(3)

permukaan tanah. Aliran permukaan akan menimbulkan erosi pada permukaan tanah yang biasanya mempunyai kandungan N tertinggi (Nyakpa dkk, 1988).

Menurut Winarso (2005) Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhan secara normal. Oleh karena P dibutuhkan oleh tanaman cukup. Fungsi penting fosfor didalam tanaman adalah dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, perbesaran dan pembelahan sel-sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar, yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian atas tanaman. Ditambahkan Hakim (2005), sebaran akar didalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman. Kontak antara P dengan permukaan akar adlah sangat penting dalam pengambilan P oleh tanaman.

Pupuk Organik (Kompos Tithonia diversifolia)

Tithonia diversifolia merupakan tanaman legum, banyak tumbuh sebagai

semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh

petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan (Hartatik, 2007).

Penelitian di sebuah usahatani, pupuk hijau dari tithonia dan lantana diterapkan dengan jumlah 5, 10 dan 20 ton/ha ke tanah yang ditanami jagung.

Bidang tanah control tidak diberikan pupuk atau pupuk hijau. Peningkatan hasil

jagung di mana tithonia atau lantana diterapkan sungguh mengherankan dan hebat.

(4)

Bidang tanah yang diberikan pupuk TSP berhasil hanya 250-300 Kg/Ha lebih tinggi daripada bidang tanah kontrol. Sedangkan di mana tithonia atau lantana diaplikasikan, menghasilkan jagung lebih dari 1.000 Kg/Ha lebih tinggi daripada bidang tanah kontrol. Kesimpulan unggul yang lain; setelah diterapkan, sisa atau pengaruh kelanjutan pemindahan biomas ini ternyata meningkatkan hasil pada musim tanaman ketiga setelah penerapan (Wanjau, dkk, 2002).

Penambahan pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia pada tanah dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan unsur hara, serapan air tanah dan mengurangi run off yang mengakibatkan erosi tanah. Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di sembarang tanah, namun menggandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K, yaitu 3,5% N ; 0,38% P ; dan 4,1% K yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah/produktivitas lahan (salah satunyameningkatkan bahan organik) (Hartatik, 2007).

Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl).

Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik

dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati

tanah (Syafruddin, et al, 2008). Ditambahkan Hakim (2008) Pelapukan bahan

organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik

lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe sehingga

pengikatan P dikurangi dan p lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat,

(5)

asetat, tartarat dan okslat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks. Secara sederhana reaksi tersebut adalah sebagai berikut :

OH OH

Al OH + Bahan Organik Al OH + H

2

PO

4-

H

2

PO

4

(P-Larut)

(P-terikat) Bahan Organik

Pupuk Organik (Kompos Chromolaena odorata)

Chromolaena odorata merupakan gulma yang biasa dianggap sebagai

tanaman semak dan kurang bermanfaat. Padahal menurut Mulik (2007) tanaman ini mempunyai manfaat yang baik dalam peningkatan produksi tanaman. Tanaman ini memiliki akumulasi biomasa mencapai 90 ton BK/ha dan memiliki kandungan hara yang sangat tinggi, dimana memiliki Akumulasi nitrogen 2,6-5,2 ton/ha/tahun.

Ki rinyuh (Chromolaena odorata)merupakan salah satu gulma padang

rumput yang penting di Indonesia. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma ini

terhadap subsektor perternakan sangat tinggi. Gulma ini berasal dari Amerika

Tengah, tetapi kini telah tersebar di daerah-daerah tropis dan subtropis. ki rinyuh

dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Laporan pertama yang menyangkut

kerugiannya terhadap ternak di Indonesia baru dilaporkan pada tahun 1971, yaitu

mengenai keberadaannya di cagar alam Pananjung, Jawa Barat, yang merugikan

banteng di suaka alam tersebut karena rumput pakannya berkurang akibat invasi

gulma berkayu ini. Ada empat alasan pokok mengapa Ki rinyuh digolongkan

sebagai gulma yang sangat merugikan: (1) dapat mengurangi kapasitas tampung

(6)

kematian ternak, (3) menimbulkan persaingan dengan rumput pakan, sehingga mengurangi produktivitas padang rumput, dan (4) dapat menimbulkan bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau. Pengendalian dengan herbisida dipandang tidak efektif di samping kurang ramah lingkungan. Pilihan lain adalah dengan cara mekanis (dibabad) atau dengan cara hayati (dengan serangga atau kompetisi dengan vegetasi lain). Pengendalian dengan kombinasi mekanis dan herbisida lebih baik daripada hanya dengan herbisida saja. Selain itu, gulma ini juga dapat dimanfaatkan sebagai “pupuk” atau “perangsang pertumbuhan” yang dapat memperbaiki sifat morfologis tanaman dan meningkatkan hasil beberapa jenis tanaman (King and Robinson, 2008).

Menurut Novizan (2005) manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan pH pada tanah masam penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air. Ditambahkan Hakim(1986) bahwa pada bahan organik nilai C/N bahan organik sangat menentukan reaksi dalam tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N atara tanaman dan mikroba, dalam hal ini N diimobilisasi. Suatu dekomposisi bahan organik yang lanjut dicirikan oleh C/N yang rendah, sedangkan C/N yang tinggi menunjukkan dekomposisi belum lanjut atau baru mulai.

Pemberian Trichoderma harzianum pada pengomposan Chromolaena odorata dengan diberikan kronotriko menghasilkan ketersediaan N

lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan bioaktivator yang diberikan oleh

kompos lainnya. Dan pengaruh jenis bioaktivator dan bahan pengaya nyata

terhadap pH. P-tersedia (ppm) dan P-total (%) kompos sangat di tentukan dalam

(7)

proses pembuatan kompos terhadap kualitas dan kandungan hara berbagai jenis kompos. Secara umum pengaya kompos gulma Chromolaena odorata yang hanya diberi tanah yang menghasilkan kadar P-total terendah hanya 1,65%, dibandingkan dengan gulma Chromolaena odorata yang diberi guano. Sedangkan kadar P cukup tinggi mencapai 18% P

2

O

5

dari fosfat alam (Wikimedia Fondution, 2007).

Tanaman Jagung

Syarat Tumbuh Iklim

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50

0

LU – 40

0

LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27

0

- 32

0

C (Purwono dan Hartono, 2005).

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di

daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Jagung

yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl dapat berproduksi baik

dan di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula

(Anonim, 1993).

(8)

Tanah

Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang

khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh

di lahan kering, sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan

terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol, dan

Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis

tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan tumbuh

dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Keasaman tanah yang

baik bagi pertumbuhan jagung antara 5,6-7,5. pada pH < 5,5 tanaman

jagung tidak bisa tumbuh maksimum karena keracunan Al. Tanaman jagung

membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik

(Purwono dan Hartono, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Saham dalam kelompok JII merupakan saham syariah yang mempunyai batasan hutang yang berbasis bunga adalah kurang dari delapan puluh dua persen sehingga dengan

Pengelolaan karyawan dapat dilkakukan dengan penilaian kinerja karyawan agar dapat diketahui seberapa besar tingkat stres kerja karyawan, lalu dilakukan evaluasi terhadap

Hasil: Kualitas pelayanan meliputi reliability, responsive, assurance, empathy dan tangible berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan peserta diklat di Pusat

Simpulan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) tentang Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas VIII

01 Fasilitasi, Koordinasi, Pembinaan dan Pengawasan, Serta Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan pada Kawasan Sumberdaya Alam Yang Mencakup Kawasan

selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bina Darma yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan

Supaya suatu persamaan menjadi teridentifikasi (identified), maka syaratnya harus memenuhi apa yang dinamakan sebagai “order condition of identification”, yaitu bahwa jumlah